Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS KONTEKS

DALAM INTERVENSI
KOMUNITAS
Aditya Putra Kurniawan
Fakultas Psikologi
Universitas Mercu Buana Yogyakarta
2020
Intervensi komunitas
• Creating healthy community environments through broad systemic changes in
public policy and community-wide institutions and services.
• Membangun lingkungan yang sehat melalui perubahan yang sistemik pada ranah
budaya, sistem nilai, kebijakan dan pelayanan
• Fokus pada upaya pencegahan dengan promosi Kesehatan
• Dalam intervensi komunitas, selain menggunakan kerangka ekologi dalam
memahami konteks permasalahan, maka dapat juga menggunakan analisis resiko,
distal, proximal, dan protective
Risk factors
• Karakteristik individu (biologis dan psikologis) maupun situasi yang dapat meningkatkan
probabilitas (kemungkinan) seseorang untuk mengalami permasalahan perilaku dan
kesehatan mental
• Hal ini termasuk faktor bawaan yang bersifat genetis, misalnya anak yang orang tuanya
menderita diabetes, maka ia memiliki resiko tinggi mengalami diabtes meskipun belum
tentu.
• Anak yang dibesarkan dengan pola asuh kekerasan, bahkan menjadi korban kekerasan
maka memiliki resiko permasalahan psikologis di kemudian hari

Distal factors
Segala sesuatu yang tidak berhubungan langsung dengan permasalahan yang dialami namun
justru yang melatarbelakangi, mendasari dan memelihara faktor resiko individu, keluarga
maupun komunitas untuk secara terus menerus mengalami permasalahan kesehatan mental
• Distal factors membawa pengaruh yang bersifat makro terhadap permasalahan Kesehatan
mental individu ataupun komunitas
• Contohnya adalah kemiskinan, situasi sosial politik dan keamanan, resesi ekonomi, kultur
budaya, norma sosial, konstruksi gender, mitos
• Semua contoh di atas secara tidak langsung akan mempengaruhi cara pandang individu yang
selanjutnya mempengaruhi perilakunya
Proximal factors
• Segala sesuatu yang menjadi pemicu langsung (trigger) permasalahan perilaku dan
kesehatan mental terjadi
• Misalnya konflik interpersonal dengan orang lain atau konflik suami istri > langsung memicu
permasalahan perilaku beresiko sebagai bentuk coping
• Ajakan teman untuk pesta miras dapat memicu langsung permasalahan yang lain
• Melihat content pornografi > langsung memicu kekerasan seksual
Protective factors
• Segala hal yang dapat dikategorikan sebagai sumber kekuatan yang berasal dari
individu, keluarga maupun komunitas dalam mencegah dan mengatasi suatu
permasalahan kesehatan mental (life skills, kepribadian yang kokoh, keyakinan,
kepercayaan, nilai-nilai hidup, religiusitas, sahabat, keluarga, dukungan sosial)

• Sumber daya personal (hal-hal positif dalam diri individu)


• Sumber daya interpersonal (dukungan keluarga dan teman-teman)
• Sumber daya komunitas (sistem sosial, kebijakan, norma sosial yang positif)
Penyakit jantung
Risk factors Protective factors
-alkoholik - Perhatian teman-teman yang tinggi
-perokok - Memiliki pengetahuan tentang penyakit jantung
-keluarga perokok - Tinggal di komunitas yang religious
Teman-teman perokok dan alkoholik
-keluarga dengan riwayat penyakit jantung
-pola makan buruk
-pola hidup tidak sehat

Distal factors Proximal factors


-norma maskulinitas/kejantanan yang abai terhadap - Kelelahan
gaya hidup sehat - Tekanan kehidupan
-Tidak ada aturan tentang iklan rokok
-
• Individu yang alkoholik, perokok berat, dan berasal dari keluarga yang memiliki
penyakit jantung maka ia memiliki resiko menderita penyakit jantung (Risk factors).
Namun hal ini belum tentu membuat ia mati karena serangan jantung, tergantung
faktor yang lain.
• Misalnya, jika ia adalah laki-laki yang menganut norma maskulinitas bahwa laki-laki
sejati harus merokok, harus macho, maka hal ini semakin membuat ia menjadi
perokok berat dan abai dengan gaya hidup sehat karena dianggap mengurangi
derajat kelelakiannya (Distal factors)
• Maka laki-laki jenis ini tinggal menunggu faktor pemicu saja, misalnya suatu saat ia
mengalami kelelahan karena kurang tidur, maka kelelahan ini menjadi pemicu
serangan jantung yang berakibat kematian (proximal factors),
Bunuh diri
Risk factors Protective factors
- Sakit berkepanjangan - Religiusitas
- Minim akses informasi kesehatan - Kepedulian keluarga dan tetangga tinggi
- Pribadi yang tertutup - Ada program peningkatan kualitas hidup dari
- Tidak memiliki keterampilan dalam mengelola pemerintah desa
permasalahan
- Kemampuan regulasi emosi buruk
- Memiliki keluarga dengan riwayat ODGJ

Distal factors Proximal factors


- Kemiskinan - Sakit kambuh
- Kondisi geografis buruk - Konflik interpersonal/rumah tangga
- Mitos
• Individu yang berkepribadian tertutup dan ia punya sakit yang sudah lama tidak
sembuh. Dia juga tidak memiliki keterampilan dalam mengelola emosi negatif (Risk
factors). Maka individu ini beresiko mengalami stress akut dan depresi atas situasi
yang dihadapi, namun belum tentu.
• Jika ternyata dia tinggal di daerah terpencil, jarang dijamah program pemerintah,
dan tingkat kemiskinan di tempat itu tinggi (Distal factors) maka resiko ia
mengalami permasalahan Kesehatan mental yang lebih buruk semakin tinggi
• Jika suatu saat sakitnya kambuh atau dia mengalami konflik dengan orang lain,
maka hal ini dapat memicu langsung ia bunuh diri (proximal factors)
Geng motor
Risk factors Protective factors
-keluarga tidak berfungsi optimal - Religius
-perhatian orang tua terhadap anak kurang - kepedulian guru dan teman-teman
-permasalahan eksistensi diri - Patuh dan hormat pada orang tua
-permasalahan biopsikologi tumbuh kembang remaja

Distal factors Proximal factors


-budaya maskulin/norma maskulinitas yang abai terhadap - Ajakan teman
gaya hidup sehat - Stress di sekolah dan di rumah
-tayangan kekerasan di televisi
-
Pernikahan usia dini
Risk Factors Protective Factors
- Kehamilan tidak dikendaki - Punya cita-cita tinggi
- Permasalahan seputar tumbih kembang remaja: - Religius
dorongan biologis, rasa ingin tahu yang tinggu
- Pola asuh orang tua yang permisif atau otoriter
dengan kekerasan
- Pacaran

Distal Factors Proximal Factors


- Kemiskinan - Menonton konten porno
- Seksualitas dianggap hal yang tabu - Keluarga terlilit hutang atau kebutuhan hidup yang
- Tidak ada kebijakan tentang program pendidikan mendesak
seksualitas dan kespro sejak dini - Anjuran teman/tokoh masyarakat
- Pemahaman bahwa menikah adalah
solusi/menghindari zina
- Norma gender tradisional
- UU No.1/1974 batas minimal usia menikah 16
tahun (perempuan) dan 19 tahun (laki-laki)
• Remaja belia putri yang mengalami kehamilan tidak dikehendaki, maka beresiko
dinikahkan untuk menutupi aib, namun belum tentu (risk factors)
• Jika ia tinggal di lingkungan yang miskin dan menganggap bahwa perempuan tidak
perlu sekolah tinggi karena kodratnya di dapur (distal factors), maka besar
kemungkinan ia akan dinikahkan pada usia belia
• Dan jika ternyata keluarganya pada saat itu terlilit hutang maka hal ini akan menjadi
pemicu langsung ia segera dinikahkan (proximal factors)
• Remaja belia laki-laki tidak pernah mendapatkan pendidikan seksual dan Kesehatan
reproduksi, sementara itu fase tumbuh kembang remaja membawa konsekuensi
munculnya rasa tertarik dengan lawan jenis dan dorongan biologis (Risk factors),
maka ia beresiko menyalurkan rasa ketertarikan dan hasrat biologisnya dengan cara
yang beresiko > hubungan seksual sebelum menikah
• Sementara itu ia tumbuh di lingkungan yang meyakini bahwa seksualitas adalah hal
yang tabu untuk dibicarakan (distal factors). Hal ini membuat ia tidak berani
bertanya tentang yang ia rasakan dan alami terkait tumbuh kembang dirinya
• Jika suatu saat ia menonton content pornografi (proximal factors), hal ini dapat
memicu langsung perilaku bermasalah
Infeksi covid-19
• Orang yang memiliki riwayat penyakit diabetes, asthma, gangguan ginjal, dan gaya
hidup yang abai dengan kesehatan akan memiliki resiko tinggi mengalami dampak
buruk dari covid 19 hingga ke kematian > risk factors
• Hal tersebut diperparah jika ia tinggal dalam suatu kultur budaya yang abai dengan
kebiasaan cuci tangan dan memakai masker jika sakit, atau hidup dalam
keterbatasan ekonomi sehingga gaya hidup sehat belum menjadi prioritas utama
dibandingkan aktivitas mencari nafkah > distal factors
• Jika ke dua faktor tersebut tinggi, maka tinggal menunggu pemicunya, misalnya ia
memutuskan pulang kampung, atau bepergian di wilayah pusat infeksi covid 19 dan
berinteraksi dengan orang yang sudah terinfeksi > proximal factors
Memanfaatkan protective factors dalam
promosi kesehatan
• Dalam kampanye hidup sehat, maka kita bisa memanfaatkan protective factors untuk
memunculkan kesadaran individu
• Yaitu dengan memanfaatkan nilai-nilai positif yang ada pada diri individu atau komunitas
untuk mengubah perilakunya
• Hal ini penting dilakukan agar kampanye Kesehatan yang dilakukan tidak melulu
menggunakan bahasa medis yang sulit dimengerti oleh orang awam
• Contoh penggunaan protective factors dalam kampanye Kesehatan:
• Pelibatan tokoh agama dan tokoh masyarakat > orang Indonesia sangat religius
(faktor kekuatan) sehingga himbauan dari tokoh agama terkadang lebih didengar
daripada pemerintah
• Kampanye dilakukan dengan pendekatan keagamaan, dengan mengutip ayat atau
hadist
• Masyarakat Indonesia sangat menyayangi keluarganya, maka himbauan hendaknya
dikaitkan dengan keluarga di rumah, misalnya “jaga keluarga anda di rumah
dengan menunda mudik”
Jenis intervensi komunitas
• Penyuluhan
• Psikoedukasi
• Kampanye
• Pelatihan keterampilan
• Pelibatan tokoh masyarakat/agama
• Diskusi kelompok terarah
• Diskusi public
• Workshop
• Seminar
• Advokasi kebijakan
Media dan forum intervensi komunitas
• Iklan layanan masyarakat
• Rembug desa
• Arisan RT/RW
• Pengajian keagamaan
• Penyebaran leaflet/poster
• Iklan surat kabar, majalah dinding, dll
• Siaran radio dan televisi
• Social media/internet
• Kesenian dan kebudayaan
Sasaran intervensi komunitas

• Kelompok
• Keluarga
• Tokoh masyarakat/agama
• Perangkat desa/dusun
• Pekerja seni
• Institusi pendidikan
• Institusi agama
• Pemerintah

Anda mungkin juga menyukai