DISUSUN OLEH
KELAS
XI IPS 3
Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.
Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dan mengalami perubahan
serta persoalan dalam kehidupan seorang individu. Perubahan tersebut meliputi
perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis, dan emosi. Persoalan pada remaja meliputi
persoalan sosial, aspek emosional, aspek fisik dan keluarga, sekolah, dan kelompok
teman sebaya (Stuart, 2013).
Tantangan bagi orang tua dalam mengasuh remaja adalah memberikan dukungan
emosional dan batasan yang dibutuhkan bagi perkembangan anak menuju kedewasaan
dan kemandirian yang lebih besar (Brooks, 2008).
Masalah mental emosional yang tidak diselesaikan dengan baik, maka akan
memberikan dampak negatif terhadap perkembangan remaja tersebut di kemudian hari,
terutama terhadap pematangan karakter dan memicu terjadinya gangguan perkembangan
mental emosional. Gangguan perkembangan mental emosional akan berdampak
terhadap meningkatnya masalah perilaku pada saat dewasa kelak. Contohnya remaja yang
merokok berisiko tinggi untuk ketergantungan terhadap nikotin, melakukan hubungan
seksual pada masa remaja dapat meningkatkan risiko terjadinya kehamilan yang tidak
diinginkan dan sexually transmitted disease (Satgas, 2010).
1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dalam masalah penulisan ini dirumuskan
sebagai: Apakah peran keluarga sangat penting bagi kesehatan mental emosional pada
remaja.
b. Bagi pendidikan
Memberikan kontribusi bagi akademik sebagai referensii dalam meningkatkan
pengetahuan di jurusan keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Medan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Gangguan mental atau penyakit mental dapat diawali dengan beberapa gejala berikut ini,
antara lain:
4
4. Pencegahan Kesehatan Mental
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah gangguan mental, yaitu:
Melalui perawatan dan perlakuan yang baik dari orangtua, anak dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasarnya, baik fisik-biologis maupun sosiopsikologisnya. Apabila
anak telah memperoleh rasa aman, penerimaan sosial dan harga dirinya, maka anak dapat
memenuhi kebutuhan tertingginya, yaitu perwujudan diri (selfsctualization). Iklim
keluarga yang sehat atau perhatian orangtua yang penuh kasih sayang merupakan faktor
esensial yang memfasilitasi perkembangan psikologis anak tersebut. Peran keluarga
dibagi menjadi 4 yaitu:
b. Sebagai pendidik
Orang tua masa kini menaruh perhatian yang sangat besar kepada sekolah yag bagus
dan bergengsi untuk membentuk anak-anaknya menjadi anak yang pandai, cerdas dan
berkarakter. Akan tetapi dalam kenyataannya, harapan orang tua masih jauh dari
realisasinya.Karakter kita terdiri dari kebiasaan-kebiasaan kita. Kebiasaan yang terbentuk
5
semasa kanak-kanak dan remaja kerap bertahan hingga dewasa. Orang tua dapat
mempengaruhi pembentukan kebiasaan anak mereka, dalam hal yang baik maupun yang
buruk. Dalam mensosialisasikan pendidikan karakter, orang tua mempunyai beberapa
kendala, diantaranya :
1. Perubahan zaman dan gaya hidup
Dari berbagai kendala tersebut, orang tua harus senantiasa meningkatkan pengetahuan
dan usahanya, serta harus lebih mengenal anak – anak agar penanaman karakter pada
anak dapat berhasil.
c. Sebagai konselor
Orang tua sebagai konselor dalam keluarga diambil dari bagian peran orang tua
sebagai pembimbing dalam keluarga sehingga orang tua bukan hanya memberikan
perlindungan, relasi yang baik, tetapi juga mampu untuk membawa anak selalu dalam
kondisi mampu memutuskan yang terbaik bagi perkembangannya. Proses konseling yang
berjalan dalam keluarga bertujuan untuk membantu setiap anggota keluarga untuk
menghadapi serta memecahkan setiap persoalan psikologis masing-masing individu untuk
mencapai kebahagiaan.
Menjadi konselor bukan memberikan pelajaran bagaimana yang terbaik, tetapi
bersama dengan konseling melihat persoalan yang dihadapi untuk membantu konseli
menemukan jalan keluar dari persoalan yang dihadapi.Dalam memegang peran sebagai
konselor dalam keluarga, orang tua dituntut untuk dapat membentuk relasi dan
komunikasi sebagai bagian dari cara mencapai kebahagiaan yang sama bagi setiap
anggota keluarga. Dalam proses konseling dimana orang tua sebagai konselor dalam
keluarga memberikan pengaruh besar bagi perkembangan setiap anggota keluarga.
6
2.3 Fungsi Keluarga
Keluarga yang bahagia merupakan suatu hal yang sangat penting bagi
perkembangan emosi para anggotanya (terutama anak). Kebahagiaan ini diperoleh apabila
keluarga data memerankan fungsinya secara baik. Fungsi dasar keluarga adalah
memberikan rasa memiliki, rasa aman, kasih sayang, dan mengembangkan hubungan
yang baik diantara anggota keluarga.
Hubungan cinta kasih dalam keluarga tidak sebatas perasaan, akan tetapi juga
menyangkut pemeliharaan, rasa tanggung jawab, perhatian, pemahaman, respek dan
keinginan untuk menumbuh kembangkan anak yang dicintainya. Keluarga yang
hubungan antara anggotanya tidak harmonis, penuh konflik, atau gap communication
dapat mengembangkan masalah-masalah kesehatan mental (mental illness) bagi anak.
Dapat dikemukakan bahwa secara psikologis keluarga berfungsi sebagai:
a. pemberi rasa aman bagi anak dan anggota keluarga lainya,
b. sumber pemenuh kebutuhan, Bik fisik maupun psikis,
c. sumber kasih sayang dan penerimaan,
d. model pola perilaku yang tepat bagi anak untuk belajar menjadi anggota
masyarakat yang baik,
e. pemberi bimbingan bagi pengembangan perilaku yang secara sosial dianggap
tepat,
f. pembentuk anak dalam memecahkan sosial masalah yang dihadapinya dalam
rangka menyesuaikan dirinya terhadap kehidupan,
g. pemberi bimbingan dalam belajar keterampilan motorik, verbal dan sosial yang
dibutuhkan untuk penyesuaian diri,
h. stimulator bagi pengembangan keampuan anak untuk mencapai prestasi, baik di
sekolah maupun di masyarakat,
i. pembimbing dalam mengembangkan aspirasi, dan
j. sumber persahabatan/teman bermain bagi anak sampai cukup usia untuk
mendapatkan teman di luar rumah, atau apabila persahabatan di luar rumah tidak
memungkinkan.
7
memenuhi kebutuhan dasar biologisnya. Kebutuhan itu meliputi pangan, sandang, dan
papan, hubungan seksual suami istri,dan reproduksi atau pengembangan keturunan.
Dengan demikian apabila remaja dalam fase ini remaja gagal menjalankan tugasnya,
maka remaja akan kehilangan arah, bagaikan kapal yang kehilangan kompas. dampaknya
mereka mungkin akan lebih cenderung mengembangkan perilaku- prilaku yang
menyimpang atau yang biasa di kenal (deliquency), dan melakukan kriminalitas.
8
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil GAMBARAN PERAN KELUARGA TERHADAP MASALAH
KESEHATAN MENTAL EMOSIONAL PADA REMAJA dapat
disimpulkan bahwa:
1. Ada persamaan dan perbedaan yang signifikan antara peran keluarga dengan
masalah kesehatan mental emosional pada remaja.
2. Pentingnya komunikasi pada keluarga terhadap masalah kesehatan mental
emosional pada remaja.
Saran
1. Bagi Keluarga
Dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan masukan bagi keluarga
dalam memberikan peran terhadap masalah kesehatan mental emosional
pada remaja.
2. Bagi Remaja
Sebagai refrensi untuk remaja dan masukan informasi dalam
menghadapi masalah kesehatan mental emosional pada remaja.
9
10