Anda di halaman 1dari 11

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN PERAN KELUARGA TERHADAP MASALAH


KESEHATAN MENTAL EMOSIONAL PADA REMAJA

DISUSUN OLEH

1. Alikha Setia Nanda


2. Fida Hammam Aliyudin
3. Gibran Hasbi Baihaqi
4. Muhammad Malik Nur Musyafa
5. Oki Alya Ramadhanti
6. Syaakira Ariani Zakiyyah

KELAS
XI IPS 3

MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 BANYUMAS


2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gambaran peran keluarga yang diberikan kepada remaja akan mempengaruhi
kesehatan mental emosional dan kesiapan remaja. Hal ini dikarenakan anggota keluarga
merupakan orang yang paling dekat bagi remaja sehingga komunikasi pada hal hal yang
sensitif akan lebih terbuka. Keluarga berperan aktif dalam mengetahui kondisi remaja,
baik fisik maupun psikologisnya karena keluarga bersifat saling ketergantungan satu
anggota keluarga dengan anggota keluarga lainnya.

Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.
Masa remaja adalah suatu fase perkembangan yang dinamis dan mengalami perubahan
serta persoalan dalam kehidupan seorang individu. Perubahan tersebut meliputi
perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis, dan emosi. Persoalan pada remaja meliputi
persoalan sosial, aspek emosional, aspek fisik dan keluarga, sekolah, dan kelompok
teman sebaya (Stuart, 2013).

Tantangan bagi orang tua dalam mengasuh remaja adalah memberikan dukungan
emosional dan batasan yang dibutuhkan bagi perkembangan anak menuju kedewasaan
dan kemandirian yang lebih besar (Brooks, 2008).

Masalah mental emosional yang tidak diselesaikan dengan baik, maka akan
memberikan dampak negatif terhadap perkembangan remaja tersebut di kemudian hari,
terutama terhadap pematangan karakter dan memicu terjadinya gangguan perkembangan
mental emosional. Gangguan perkembangan mental emosional akan berdampak
terhadap meningkatnya masalah perilaku pada saat dewasa kelak. Contohnya remaja yang
merokok berisiko tinggi untuk ketergantungan terhadap nikotin, melakukan hubungan
seksual pada masa remaja dapat meningkatkan risiko terjadinya kehamilan yang tidak
diinginkan dan sexually transmitted disease (Satgas, 2010).

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dalam masalah penulisan ini dirumuskan
sebagai: Apakah peran keluarga sangat penting bagi kesehatan mental emosional pada
remaja.

1.3 Tujuan Penulisan


Untuk menjelaskan gambaran peran keluarga terhadap masalah kesehatan mental
emosional pada remaja.

1.4. Manfaat Penulisan


a. Bagi penulis
Untuk meningkatkan wawasan dan pengalaman belajar dalam melakukan penelitian
serta Ilmu yang telah didapat selama belajar.

b. Bagi pendidikan
Memberikan kontribusi bagi akademik sebagai referensii dalam meningkatkan
pengetahuan di jurusan keperawatan Poltekkes Kemenkes RI Medan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kesehatan Mental Emosional Remaja


Masalah mental emosional remaja dapat di defenisikan sebagai sesuatu yang
menghambat, merintangi, atau mempersulit remaja dalam usahanya menyesuaikan diri
dengan lingkungan dari pengalaman pengalaman nya. Masalah mental emosional terdiri
dari gejala emosional, masalah perilaku, hiperaktivitas, masalah hubungan dengan
sebaya, dan perilaku prososial.

Remaja memiliki masalah mental emosional kategori borderline. Ini berarti


bahwa remaja tersebut berisiko mengalami masalah emosional, masalah perilaku,
hiperaktivitas, dan masalah hubungan dengan teman sebaya dan dapat mengalami
gangguan mental emosional jika tidak diatasi dengan baik. Remaja dengan masalah
mental emosional kategori borderline berisiko mengalami masalah psikososial yang akan
berhujung ke gangguan kesehatan jiwa jika tidak ditangani sesegera mungkin dengan
baik.

1. Gejala Kesehatan Mental

Gangguan mental atau penyakit mental dapat diawali dengan beberapa gejala berikut ini,
antara lain:

 Berteriak atau berkelahi dengan keluarga dan teman-teman.


 Delusi, paranoia, atau halusinasi.
 Kehilangan kemampuan untuk berkonsentrasi.
 Ketakutan, kekhawatiran, atau perasaan bersalah yang selalu menghantui.
 Ketidakmampuan untuk mengatasi stres atau masalah sehari-hari.
 Marah berlebihan dan rentan melakukan kekerasan.
 Memiliki pengalaman dan kenangan buruk yang tidak dapat dilupakan.
 Memiliki pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau orang lain.
 Menarik diri dari orang-orang dan kegiatan sehari-hari.
 Mendengar suara atau mempercayai sesuatu yang tidak benar.
 Mengalami nyeri yang tidak dapat dijelaskan.
 Mengalami perubahan suasana hati drastis yang menyebabkan masalah dalam
hubungan dengan orang lain.
3
2. Penyebab Kesehatan Mental

Beberapa penyebab umum dari gangguan mental, antara lain:

 Faktor genetik atau terdapat riwayat pengidap gangguan mental dalam


keluarga.
 Kekerasan dalam rumah tangga atau pelecehan lainnya.
 Kekerasan pada anak atau riwayat kekerasan pada masa kanak-kanak.
 Memiliki kelainan senyawa kimia otak atau gangguan pada otak.
 Mengalami diskriminasi dan stigma.
 Mengalami kehilangan atau kematian seseorang yang sangat dekat.
 Mengalami kerugian sosial, seperti masalah kemiskinan atau utang.
 Merawat anggota keluarga atau teman yang sakit kronis.
 Pengangguran, kehilangan pekerjaan, atau tunawisma.
 Pengaruh zat racun, alkohol, atau obat-obatan yang dapat merusak otak.
 Stres berat yang dialami dalam waktu yang lama.
 Terisolasi secara sosial atau merasa kesepian.
 Tinggal di lingkungan perumahan yang buruk.
 Trauma signifikan, seperti pertempuran militer, kecelakaan serius, atau
kejahatan dan yang pernah dialami.

3. Faktor Risiko Kesehatan Mental


Beberapa faktor risiko gangguan mental, antara lain:

 Perempuan memiliki risiko tinggi mengidap depresi dan kecemasan, sedangkan


laki-laki memiliki risiko mengidap ketergantungan zat dan antisosial.
 Perempuan setelah melahirkan.
 Memiliki masalah di masa kanak-kanak atau masalah gaya hidup.
 Memiliki profesi yang memicu stres, seperti dokter dan pengusaha.
 Memiliki riwayat anggota keluarga atau keluarga dengan penyakit mental.
 Memiliki riwayat kelahiran dengan kelainan pada otak.
 Memiliki riwayat penyakit mental sebelumnya.

4
4. Pencegahan Kesehatan Mental
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah gangguan mental, yaitu:

 Melakukan aktivitas fisik dan tetap aktif secara fisik.


 Membantu orang lain dengan tulus.
 Memelihara pikiran yang positif.
 Memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah.
 Mencari bantuan profesional jika diperlukan.
 Menjaga hubungan baik dengan orang lain.
 Menjaga kecukupan tidur dan istirahat.

2.2 Peran Keluarga


Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan
pribadi anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-
nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang diberikanya merupakan faktor
yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang
sehat.

Melalui perawatan dan perlakuan yang baik dari orangtua, anak dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasarnya, baik fisik-biologis maupun sosiopsikologisnya. Apabila
anak telah memperoleh rasa aman, penerimaan sosial dan harga dirinya, maka anak dapat
memenuhi kebutuhan tertingginya, yaitu perwujudan diri (selfsctualization). Iklim
keluarga yang sehat atau perhatian orangtua yang penuh kasih sayang merupakan faktor
esensial yang memfasilitasi perkembangan psikologis anak tersebut. Peran keluarga
dibagi menjadi 4 yaitu:

a. Peran keluarga sebagai pengambil keputusan


Proses Pengambilan Keputusan Anggota keluarga cenderung untuk menspesialisasi
dirinya dimana mereka dianggap ahli. Setiap keluarga biasanya mempunyai struktur
peranan yang berbeda dalam menangani beberapa pengambilan keputusan.

b. Sebagai pendidik
Orang tua masa kini menaruh perhatian yang sangat besar kepada sekolah yag bagus
dan bergengsi untuk membentuk anak-anaknya menjadi anak yang pandai, cerdas dan
berkarakter. Akan tetapi dalam kenyataannya, harapan orang tua masih jauh dari
realisasinya.Karakter kita terdiri dari kebiasaan-kebiasaan kita. Kebiasaan yang terbentuk

5
semasa kanak-kanak dan remaja kerap bertahan hingga dewasa. Orang tua dapat
mempengaruhi pembentukan kebiasaan anak mereka, dalam hal yang baik maupun yang
buruk. Dalam mensosialisasikan pendidikan karakter, orang tua mempunyai beberapa
kendala, diantaranya :
1. Perubahan zaman dan gaya hidup

2. Pengaruh televisi pada gaya komunikasi anak

3. Perbedaan watak dan jenis kelamin anak

4. Perbedaan tipe kecerdasan anak

Dari berbagai kendala tersebut, orang tua harus senantiasa meningkatkan pengetahuan
dan usahanya, serta harus lebih mengenal anak – anak agar penanaman karakter pada
anak dapat berhasil.

c. Sebagai konselor

Orang tua sebagai konselor dalam keluarga diambil dari bagian peran orang tua
sebagai pembimbing dalam keluarga sehingga orang tua bukan hanya memberikan
perlindungan, relasi yang baik, tetapi juga mampu untuk membawa anak selalu dalam
kondisi mampu memutuskan yang terbaik bagi perkembangannya. Proses konseling yang
berjalan dalam keluarga bertujuan untuk membantu setiap anggota keluarga untuk
menghadapi serta memecahkan setiap persoalan psikologis masing-masing individu untuk
mencapai kebahagiaan.
Menjadi konselor bukan memberikan pelajaran bagaimana yang terbaik, tetapi
bersama dengan konseling melihat persoalan yang dihadapi untuk membantu konseli
menemukan jalan keluar dari persoalan yang dihadapi.Dalam memegang peran sebagai
konselor dalam keluarga, orang tua dituntut untuk dapat membentuk relasi dan
komunikasi sebagai bagian dari cara mencapai kebahagiaan yang sama bagi setiap
anggota keluarga. Dalam proses konseling dimana orang tua sebagai konselor dalam
keluarga memberikan pengaruh besar bagi perkembangan setiap anggota keluarga.

6
2.3 Fungsi Keluarga
Keluarga yang bahagia merupakan suatu hal yang sangat penting bagi
perkembangan emosi para anggotanya (terutama anak). Kebahagiaan ini diperoleh apabila
keluarga data memerankan fungsinya secara baik. Fungsi dasar keluarga adalah
memberikan rasa memiliki, rasa aman, kasih sayang, dan mengembangkan hubungan
yang baik diantara anggota keluarga.

Hubungan cinta kasih dalam keluarga tidak sebatas perasaan, akan tetapi juga
menyangkut pemeliharaan, rasa tanggung jawab, perhatian, pemahaman, respek dan
keinginan untuk menumbuh kembangkan anak yang dicintainya. Keluarga yang
hubungan antara anggotanya tidak harmonis, penuh konflik, atau gap communication
dapat mengembangkan masalah-masalah kesehatan mental (mental illness) bagi anak.
Dapat dikemukakan bahwa secara psikologis keluarga berfungsi sebagai:
a. pemberi rasa aman bagi anak dan anggota keluarga lainya,
b. sumber pemenuh kebutuhan, Bik fisik maupun psikis,
c. sumber kasih sayang dan penerimaan,
d. model pola perilaku yang tepat bagi anak untuk belajar menjadi anggota
masyarakat yang baik,
e. pemberi bimbingan bagi pengembangan perilaku yang secara sosial dianggap
tepat,
f. pembentuk anak dalam memecahkan sosial masalah yang dihadapinya dalam
rangka menyesuaikan dirinya terhadap kehidupan,
g. pemberi bimbingan dalam belajar keterampilan motorik, verbal dan sosial yang
dibutuhkan untuk penyesuaian diri,
h. stimulator bagi pengembangan keampuan anak untuk mencapai prestasi, baik di
sekolah maupun di masyarakat,
i. pembimbing dalam mengembangkan aspirasi, dan
j. sumber persahabatan/teman bermain bagi anak sampai cukup usia untuk
mendapatkan teman di luar rumah, atau apabila persahabatan di luar rumah tidak
memungkinkan.

Sedangkan dari sudut pandang sosiologis, fungsi keluarga ini dapat

7
memenuhi kebutuhan dasar biologisnya. Kebutuhan itu meliputi pangan, sandang, dan
papan, hubungan seksual suami istri,dan reproduksi atau pengembangan keturunan.

2.4 Tugas-Tugas Masa Remaja


Perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meninggalkan sikapsikap
dan perilaku-perilaku kekanak-kanakan untuk mencapai kemampuan bersikap dan
berperilaku dewasa. Adapun tugas-tugas pada perkembangan masa remaja menurut
Elizabet B.Hurlock adalah sebagai berikut:
a. Mampu menerima keadaan fisiknya
b. Mampu menerima dan memahami Pengaruh seks usia dewasa.
c. Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan
jenis.
d. Mencapai kemandirian emosional.
e. Mencapai kemandirian ekonomi.
f. Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan
untuk melakukan Pengaruh sebagai anggota masyarakat
g. Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua.
h. Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk
memasuki dunia dewasai. Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.
i. Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga.

Dengan demikian apabila remaja dalam fase ini remaja gagal menjalankan tugasnya,
maka remaja akan kehilangan arah, bagaikan kapal yang kehilangan kompas. dampaknya
mereka mungkin akan lebih cenderung mengembangkan perilaku- prilaku yang
menyimpang atau yang biasa di kenal (deliquency), dan melakukan kriminalitas.

8
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Dari hasil GAMBARAN PERAN KELUARGA TERHADAP MASALAH
KESEHATAN MENTAL EMOSIONAL PADA REMAJA dapat
disimpulkan bahwa:
1. Ada persamaan dan perbedaan yang signifikan antara peran keluarga dengan
masalah kesehatan mental emosional pada remaja.
2. Pentingnya komunikasi pada keluarga terhadap masalah kesehatan mental
emosional pada remaja.

Saran
1. Bagi Keluarga
Dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan masukan bagi keluarga
dalam memberikan peran terhadap masalah kesehatan mental emosional
pada remaja.
2. Bagi Remaja
Sebagai refrensi untuk remaja dan masukan informasi dalam
menghadapi masalah kesehatan mental emosional pada remaja.

9
10

Anda mungkin juga menyukai