Bab7 Transenden
Bab7 Transenden
Oki Neswan,Ph.D.,
Departemen Matematika-ITB
Pada bab ini kita akan sepasang fungsi yang mungkin.paling terkenal dalam calculus yaitu ln x dan inversenya ex. Keduanya akan didefinisikan dengan urutan dan cara yang berbeda dari biasanya, yaitu fungsi ln x, didefinisikan dahulu, sebagai integral, baru ex diberikan sebagai inversenya. Kita akan melihat bahwa pendekatan ini dapat memecahkan berbagai masalah dan penggunaannya sangat luas dalam sains, engineering, dan ekonomi.
1. Logaritma Natural
Aturan pangkat, tidak dapat memberikan fungsi yang antiturunannya adalah 1/x. Tetapi, dengan menggunakan Teorema Dasar Kalkulus kita dapat mendefinisikan fungsi melalui integral yang turunannya adalah 1/x. Fungsi ini kita sebut logaritma natural dari x, ditulis ln x. Dapat dibuktikan, tapi tidak diberikan pada kuliah ini, bahwa fungsi ini sama dengan fungsi logaritma berbasis e yang telah kita kenal di SMA.
Definisi
Fungsi logaritma, ditulis ln x, didefinisikan sebagai x1 ln x = dx, x > 0 1 x Gambar di samping memberikan makna geometri dari ln x. ln x hanya terdefinisi untuk x>0: Jika 0<x<1, maka ln x<0 Jika x>1, maka ln x>1.
Contoh
d 1 d 1 1 ln 5 x = ( 5x ) = ( 5) = dx 5 x dx 5x x
Oki Neswan, Ph.D. Depertemen Matematika ITB
5
Contoh
d 1 d 3 ln x3 = 3 ( x ) = x13 ( 3x 2 ) = 3 dx x x dx d 1 d (b) ln x + 3 = x +3 = dx x + 3 dx (a)
Khususnya untuk fungsi ln|x|, kita peroleh bahwa d 1 ln x = , x > 0 dx x Untuk membuktikan ini kita perlu membaginya ke dalam dua kasus: untuk x>0, di mana |x|=x dan untuk kasus x<0 sehingga |x|=-x. d d 1 x > 0: ln x = ln x = dx dx x d d 1 1 x < 0: ln x = ln ( x ) = ( 1) = dx dx x x
Oki Neswan, Ph.D. Depertemen Matematika ITB
6
1 1 = x + 3 2 x 2x + 6 x 1
Hubungan diatas mengatakan bahwa ln|x| adalah antiturunan dari 1/x. Akibatnya, kita memperoleh formula integral bagi 1/x. 1 x dx = ln x + C , x 0. Teorema Jika fungsi u ( x ) terturunkan dan tidak pernah bernilai nol, maka
u du = ln u + C ,
u 0.
Dengan demikian, teorema diatas dapat menjawab integral yang selama ini tidak terjawab oleh Aturan Pangkat, yaitu xrdx=xr+1 /(r+1) (tidak berlaku untuk r=-1). Bentuk lain adalah u ( x) ' u ( x ) dx = ln u ( x ) + C
Oki Neswan, Ph.D. Depertemen Matematika ITB
7
Contoh
1 du 2x = ln u dx = -5 u x 5 2
1 5
= ln 1 ln 5 = ln1 ln 5 = ln 5
Dari definisi, diperoleh bahwa ln 1=0. Memperhatikan catatan di atas, kita peroleh bahwa ln ax = ln x+C. Hal ini berlaku untuk semua x. Maka khususnya untuk x=-1, kita peroleh ln a1 = ln 1+C = 0 + C. Jadi, C = ln a. Dengan demikian untuk x=b, berlaku ln ab = ln b+ ln a. Selanjutnya, gunakan rumus di atas pada ln a, dengan menulisnya sebagai ln (a/bb) untuk membuktikan bagian (c).
Contoh
Tentukan dy / dx jika y = ln x+2 x3 + 2
y = ln Maka,
x+2 x +2
3
= ln ( x + 2 ) ln x3 + 2 = ln ( x + 2 ) 1 ln ( x 3 + 2 ) 2
y' =
(3 2) x2 1 1 1 1 ( 3x 2 ) = x + 2 x3 + 2 x + 2 2 x3 + 2
y=
Bila sebuah fungsi melibatkan pembagian, perkalian, dan atau pangkat seperti x+2
( x + 1) 5 x 2 6
maka penentuan turunannya menjadi rumit karena memerlukan berbagai aturan turunan. Masalah ini dapat dibantu dengan menggunakan logaritma. Metoda ini disebut diferensiasi logaritma (logarithmic differentiation). Metoda ini akan sangat jelas bila kita melihat contohnya langsung.
Oki Neswan, Ph.D. Depertemen Matematika ITB
10
Contoh
Tentukan dy / dx bila y = ( x 2 ) x3 4 x Pertama tentukan ln y. Selanjutnya tentukan turunannya, terhadap x, secara implisit. ln y = ln ( x 2 ) x 3 4 x = ln ( x 2 ) 1 ln ( x 3 4 x ) 2
3 2 1 dy 1 1 3x 2 4 2 ( x 4 ) ( x 2 ) ( 3x 4 ) = = y dx x 2 2 ( x3 4 ) 2 ( x 2 ) ( x3 4 )
2x ( x2 4)
x2 4x 4
11
Jadi, x2 4 x 4 dy x 2 x2 4x 4 = = y 2 2 dx x3 4 x 2 x ( x 4 ) 2x ( x 4) x2 4 x 4 = 3 2 x 2 ( x + 2) x2 4
13
( x)
3
=x
Terlihat bahwa fungsi g membatalkan efek dari f dan juga sebaliknya. Inilah art inverse.
Definisi
Misalkan f : A B sebuah fungsi. Fungsi inverse dari f , jika ada, adalah fungsi f 1 : B A sehingga untuk tiap x A, y B f 1 f ( x) = x dan f f 1 ( y ) = y
14
Keujudan Inverse
Tidak setiap fungsi mempunyai balikan. Sebagai contoh, fungsi h(x)=x2. Jika ada, karena h(2)=4, maka haruslah
h 1 ( 4 ) = h 1 ( h ( 2 ) ) = h 1 h ( 2 ) = 2
h 1 ( 4 ) = h 1 ( h ( 2 ) ) = h 1 h ( 2 ) = 2
Akibatnya, h-1(4) mempunyai dua nilai, yaitu 2 dan 2. Hanya fungsi yang satu-satu (injektif) yang mempunyai inverse. Kriteria ini umumnya sulit digunakan karena kita harus mengetahui benar grafiknya. Kriteria yang lebih praktis untuk keujudan inverse adalah sifat monoton sejati sebagaimana diberikan oleh teorema berikut.
Oki Neswan, Ph.D. Depertemen Matematika ITB
15
Sebuah fungsi f disebut monoton naik [turun] sejati pada himpunan A bila untuk tiap x1, x2A, berlaku jika x1< x2, maka f(x1)< f(x2) [f(x1)> f(x2) ] Teorema Jika f monoton sejati pada seluruh domainnya, maka f mempunyai inverse. Adakalanya sebuah fungsi yang secara natural tidak mempunyai inverse, tetapi bila domainnya dibatasi maka ia mempunyai inverse. Sebagai contoh fungsi sin(x) mempunyai inverse pada selang [-/2,/2].
16
(1 x
+ 2) 2 = 1
x2 = x
f 1 ( f ( x ) ) = 1 1
x2
+ 2 = 1 (1 x 2 ) + 2 = x 2 + 2 = x
17
Dengan demikian, jika titik (x,y) berada pada grafik f, maka titik (y,x) berada pada grafik f-1. Artinya grafik f-1 adalah hasil pencerminan dari grafik f terhadap garis y=x.
18
19
Tiga langkah untuk menentukan balikan f-1(x) Tulis x sebagai fungsi dari y dengan cara menyelesaikan persamaan y=f(x). Namakan hasil diatas sebagai f-1(y). Ganti y dengan x untuk memperoleh f-1(x). Selanjutnya, bagaimana hubungan antara kemiringan grafik f dan grafik f-1?
20
10
f (a) c 1 = = 1 a b ( a b) f ( a ) c df dx a
21
Gambar bisa saja salah. Namun pengamatan di atas berlaku umum dan diberikan dalam teorema berikut.
turunan kedua sisi, dengan bantuan aturan rantai, diperoleh 1 = Dx x = Dx f 1 ( f ( x ) ) = Dx f 1 ( f ( x ) ) Dx f ( x ) Teorema Fungsi Inverse
Misalkan fungsi f terturunkan dan monoton sejati pada interval I . Jika f ' ( x ) 0 untuk suatu x I , maka f 1 terturunkan di titik y = f ( x ) dan Dx f 1 ( f ( a ) ) = df 1 dx =
f (a)
1 = Dx f ( a ) df dx a
22
11
Contoh Misalkan y = f ( x ) = x3 2. Tentukan ( f 1 ) ' ( 6 ) . Jika f ( a ) = 6 atau a 3 2 = 6, maka haruslah a = 2. Jadi, menurut Teorema Fungsi Inverse,
= =
1 1 = f ' ( 2 ) 3 22 1 12
23
Contoh
Tentukan rumus dari f -1 ( x ) jika y = f ( x ) = ( x 1) ( x + 2 ) . Pada langkah pertama, kita tentukan x. y = ( x 1) ( x + 2 )
( x + 2) y = x 1
atau
xy + 2 y = x 1 x ( y 1) = (1 + 2 y )
xy x = 1 2 y atau Jadi, x = (1 + 2 y ) (1 y ) .
Pada langkah kedua, kita tulis f 1 ( y ) = (1 + 2 y ) (1 y ) . Akhirnya, setelah semua y diganti oleh x, diperoleh f 1 ( x ) = (1 + 2 x ) (1 x ) .
24
12
Dengan demikian,
1 1 t
dt = 1
Dari definisi langsung diperoleh bahwa 1. exp(ln x)=x, bila x>0. 2. ln(exp(x)) =x. Perlu dicatat, bahwa e adalah bilangan transenden (dibuktikan oleh Euler), yaitu tidak ada polinom p(x) sehingga p(e)=0.
26
13
Kita dapat mengkonfirmasikan (saat ini untuk bilangan rasional r), bahwa y=exp(x) adalah sebuah fungsi eksponesial. er=exp(ln er)= exp(rln e)= exp(r) Sejauh ini kita telah mendefinisikan bilangan pangkat dengan pangkat rasional. Untuk x irrasional, kita kembali pada definisi fungsi eksponesial, yaitu ex=exp(x) Jadi, untuk selanjutnya. 1. elnx=x, untuk x>0. 2.ln(ex)=x, untuk tiap x.
Oki Neswan, Ph.D. Depertemen Matematika ITB
27
e dx = e
x
+C
28
14
Contoh Tentukan turunan dari y = e57 x Misalkan u = 5 7 x dan oleh karena itu u ' = 7. Maka, dengan Aturan Rantai diperoleh bahwa y ' = e u u ' = e 5 7 x ( 7 ) = 7 e 5 7 x
Contoh
29
Contoh Hitunglah a.
e 4 x dx dan b.
/2
e 4 x dx =
1 4
e du =
u
1 4
eu + C = 1 e 4 x + C . 4
b. Misal u = sin x sehingga du = cos dx. Maka esin x cos xdx = eu du = eu + C = esin x + C.
/2
Dengan menggunakan Teorema Dasar Kalkulus diperoleh esin x cos xdx = esin x
/2
0
= e1 e0 = e 1
30
15
Dengan demikian, kita peroleh bahwa ln(ax)=ln(exln a)=x ln a Catatan: definisi di atas memungkin kita untuk memperluas aturan ln(ar)=ln(erln a)=r ln a yang sebelumnya hanya berlaku untuk r rasional.
Oki Neswan, Ph.D. Depertemen Matematika ITB
31
Sifat-sifat ax
Teorema Sifat-sifat Fungsi Eksponen Diberikan a > 0, b > 0, dan x, y sebarang bilangan real. 1. a x a y = a x + y 3. ( a x ) = a xy
y
2.
ax = a x y ay
x
4. ( ab ) = a x b x
a a 5. = x b b Bukti (sebagian)
x
a x a y = e x ln a e y ln a = e x ln a + y ln a = e(
x + y ) ln a
= a x+ y
(a b)
= e x ln a b = e
x ( ln a ln b ) 1) x
= e x ln a x ln b = e x ln a e x ln b = a x b x
= a x b x = a x b(
= a x b(
( ) ) = ( ab )
1 x
1 x
= ax bx
32
16
a dx = ln a a
x
+ C,
a 1
b. y = 5w ln ( 2w )
x
= 3 x ln 3Dx
( x ) = 32 ln 3 x
33
x2
x2
dx =
1 2
du =
1 2
1 ( ln12 ) 2u + C = ( 2 ln 2 ) 2 x
+C
34
17
Untuk 0<a<1, grafik y=ax adalah monoton turun. Sedangkan untuk a>1, grafik y=ax adalah monoton naik. Sifat-sifat ini dapat diperiksa dengan menyelidiki turunan pertamanya. Dari fakta kemonotonan ini kita dapat menyimpulkan bahwa keluarga fungsi-fungsi ini, f(x)=ax, a1, mempunyai inverse. Ini akan dipelajari pada bagian berikut. Sedang kecekunganya dapat ditentukan melalui turunan keduanya.
Oki Neswan, Ph.D. Depertemen Matematika ITB
35
Fungsi logax
Pada bagian ini kita akan membangun fungsi logaritma berbasis bilangan positif a1, logax. Fungsi ini didefinisikan sebagai inverse dari fungsi eksponensial ax. Definisi Misalkan a > 0 dan a 1. Maka
y = log a x x = a y
Catatan: lnx=logex Hubungannya dengan logaritma biasa dapat diperoleh secara berikut. Misalkan y= logax sehingga x=ay. Maka
ln x = ln a y = y ln a sehingga log a x = ln x ln a
36
18
Karena logax tidak lain adalah kelipatan skalar dari lnx, dengan mudah diperoleh bahwa d 1 log a x = dx x ln a
x dx = a + 1 + C ,
a
a 1.
Treatment di atas dapat digunakan untuk kasus yang lebih umum yaitu fungsi f(x)=u(x)v(x) . Tulis fungsi ini dengan menggunakan eksponensial dan logaritma: f(x)=e v(x)lnu(x)
Oki Neswan, Ph.D. Depertemen Matematika ITB
38
19
=e
cos x ln x 2 1
. Dengan demikian
cos x ln x 2 1
=e
cos x ln x 2 1
Dx cos x ln ( x 2 + 1)
= ( x 2 1)
cos x
( 2x ) 2 sin x ln ( x + 1) + cos x 2 x +1
39
Contoh Hitunglah
Misalkan u = x , sehingga du =
dx =
2 5 ln 5
( )
x
=
1
2 2 1 40 ( 5 5 ) = ln 5 . ln 5
40
20
42
21
Contoh: 1.Pertumbuhan populasi bakteri dalam sebuah kultur 2.Penularan penyakit (epidemik) 3.Peluruhan bahan radioaktif 4.Pendinginan yang dialami benda panas ketika diremdam dalam air. (Newtons Law of Cooling) 5.Pertumbuhan nilai tabungan oleh adanya bunga tabungan. Misalkan x(t) adalah variabel yang berubah terhadap waktu dan t menyatakan waktu. Jadi, pada contoh 1, y=f(t) adalah massa bakteri. Sedangkan pada contoh 4, f(t) adalah temperatur benda.
43
Jika y=f(t) adalah massa bakteri, maka wajar bila diasumsikan pertumbuhan bateri di setiap saat proporsional dengan banyak bakteri pada saat itu, yaitu y=kyt atau y/t=ky. Dengan proses limit t0, diperoleh sebuah persamaan diferensial dy = ky dt Pada banyak kasus, laju perubahan per unit k konstan. Pada contoh pertama, selama lingkungan mendukung, laju perkembangan bakteri tidak akan berubah. Pada contoh 3, laju perubahan hanya bergantung pada jenis bahan radioaktif. Selanjutnya kita ingin menentukan fungsi f(t) yang memenuhi persamaan diferensial di atas. Fungsi demikian disebut solusi dari persamaan diferensial.
Oki Neswan, Ph.D. Depertemen Matematika ITB
44
22
Apabila diketahui bahwa y=y0 pada saat t=0, maka diperoleh y C=ln y0 . Dengan demikian, ln y ln y0 = ln = kt . Dalam y0 bentuk eksponesial: kt y = y0 e
Oki Neswan, Ph.D. Depertemen Matematika ITB
45
46
23
Catatan: Jika k < 0, maka yang terjadi adalah penurunan jumlah dan fenomena ini disebut peluruhan eksponensial. Jika k > 0, maka yang terjadi adalah peningkatan jumlah dan fenomena ini disebut pertumbuhan eksponensial.
47
Contoh Menurut sensus pada tahun 2000, populasi AS adalah 281,4 juta. Laju pertumbuhan dalam satu dekade terakhir adalah 0,1235. Jika diasumsikan bahwa laju pertumbuhan ini tetap bertahan, tentukan populasi pada tahun 2050.
Jawab: Misalkan p(t) adalah populasi AS (dalam juta) dengan t menyatakan puluhan tahun (dekade) sejak tahun 2000. Maka p(0)=281,4 dan secara umum p(t)= 281,4e0,1235t . Pada tahun 2050 t=5. Jadi, p(5)= 281,4e0,12355=521,8 juta
48
24
Contoh Jumlah bakteria dalam sebuah kultur tumbuh dengan cepat sekali, dari 10.000 pada pukul 1200 menjadi 40.000 dalam waktu 2 jam. Berilah perkiraan jumlah bakteria pada pukul 1700. Jawab: Misalkan y(t) menyatakan banyak bakteri t jam sejak pukul pukul 1200. Fungsi y ini memenuhi persamaan diferensial dy/dt=ky dengan syarat awal syarat awal y(0)=104. Solusi persamaan ini adalah y(t)=104.ekt. Diketahui bahwa y(2)=4 104 = 104 ek2 sehingga e2k=4 atau k=ln 4=ln2. Dengan demikian, y(t)= 104etln2. Maka, pada t=5, y=10.000 e5ln2320.000.
Oki Neswan, Ph.D. Depertemen Matematika ITB
49
Waktu, T, yang diperlukan agar nilai y(t) menjadi dua kali lipat disebut waktu ganda (doubling time). y(t+ T)= 2y(t) Contoh Isotop radioaktif 128I meluruh dengan laju 0,0279 per menit. Jika semula terdapat adalah 100 g 128I, tentukan sisa isotop 128I setelah 20 menit. Kemudian tentukan waktu paruhnya. Jawab: Misalkan y(t) menyatakan massa t menit sejak awal. Jadi, y(0)=y0=100 dan dy/dt=0,0279 y. Solusi persamaan diferensial ini adalah y(t)=100e0,0279t. Jadi, y(20)=100e0,02792057,235 g.
Oki Neswan, Ph.D. Depertemen Matematika ITB
50
25
Misalkan waktu paruh adalah t. Maka khususnya, y(0+t)=y(0), atau 100e-0,0279t=50 e0,0279t=. Kenakan operasi logaritma pada kedua sisi untuk memperoleh ln e-0,0279t=-0,0279t=ln()= -ln2. Dengan demikian, t= ln2/ 0,0279 24,844 detik
51
Carbon Dating
Salah satu metoda untuk menentukan usia sebuah fosil adalah dengan membandingkan jumlah isotop karbon 14C dan jumlah 12C dalam fosil tersebut. Sebagai contoh, jumlah kedua macam isotop dalam tulang hewan hidup relatif sama. Tetapi setelah hewan itu mati, isotop 14C mulai meluruh sedangkan jumlah isotop 12C relatif tetap karena ia tidak radioaktif. Jadi, kita dapat menentukan usia fosil dengan melihat jumlah 14C yang masih ada. Misalkan x(t) adalah jumlah 14C dalam sebuah fosil t tahun setelah ia mati. Maka, dx/dt=x(t) untuk suatu konstanta . Dengan demikian, x(t) = x0et, dengan x0 adalah jumlah 14C semula, saat t=0.
Oki Neswan, Ph.D. Depertemen Matematika ITB
52
26
Nilai dapat ditentukan dari waktu paruh 14C, yaitu 5730 tahun. Jadi, x(5730)=x0. Oleh karena itu,
1 2
x0 = x0 e 5730
1 2
= e 5730
ln 2 . 5730
ln 2 = 5730
Atau
Sebagai contoh, jika jumlah karbon-14, 14C, dalam sebuah fosil adalah 10% dari semula, maka menggunakan metoda ini kita dapat menentukan bahwa usia fosil tersebut adalah sekitar 19.035 tahun!
Oki Neswan, Ph.D. Depertemen Matematika ITB
53
Model Logistik
Model populasi yang kita bangun mengatakan bahwa p(t)=p0 ekt. Bila k>0, maka populasi akan terus bertambah secara tidak terbatas. Jadi, model ini kurang realistis karena tiap lingkungan mempunyai ruang dan sumber makanan yang terbatas. Jadi, pertumbuhan populasi akan melambat ketika populasi sudah mendekati batas daya dukung lingkungannya. Model yang lebih baik memperhitungkan daya dukung ini. Model ini disebut model logistik. Pada model ini laju pertumbuhan populasi p sebanding dengan p dan selisih M-p, di mana M adalah populasi maksimum yang dapat didukung. Jadi, menurut model ini dp = kp ( M p ) dt
Oki Neswan, Ph.D. Depertemen Matematika ITB
54
27
Untuk p kecil, maka dp/dt kMp sehingga pertumbuhan masih eksponensial. Ketika p sudah dekat ke M, maka M-p menjadi kecil. Akibatnya dp/dt juga kecil dan pertumbuhan mulai melambat. Solusi untuk model ini adalah
p (t ) = Mp0 p0 + ( M p0 ) e Mkt
55
Bunga Majemuk
Misalkan uang sejumlah P didepositokan pada sebuah bank yang memberikan bunga majemuk 100r% n kali dalam setahun. Artinya, tiap tahun dibagi ke dalam n selang dan pada akhir tiap selang waktu ini, bank membanyar sebesar (100r)/n % atas total uang yang ada pada saat itu, termasuk uang yang diterima dari bunga sebelumnya. Jadi, misalkan Pm menyatakan jumlah uang setelah berlangsung m selang waktu. Maka, Pm+1= Pm +(r/n) Pm=(1+r/n) Pm dengan m=0,1,2,3,dan P0=P. Dengan demikian,
r Pm +1 = 1 + P n
Oki Neswan, Ph.D. Depertemen Matematika ITB
56
m
28
Sekarang bagaimana bila bunga dihitung sebanyak n kali dalam setahun dengan n sangat besar, menuju tak hingga. Dalam hal ini, bunga disebut bunga majemuk kontinu.
P ( t ) = lim n
nt nr r r P0 1 + = lim n P0 1 + n n rt rt
h = P0 lim h0 (1 + h ) = P0 e rt
Jadi,
P ( t ) = P0 ert
57
Contoh Misalkan P0=$1000 dan bunga adalah r=5% (=0,05) dihitung secara kontinu. Jumlah tabungan setelah 5 tahun adalah
P ( 5 ) = $1000e0,055 = $1. 284
58
29
Bila sin(x) dibatasi pada [0,/2], maka range sin(x) adalah [0,1]. Akibatnya, fungsi sin-1(x) hanya terdefinisi pada selang [0,1]. Dengan pertimbangan ini, kita memutuskan untuk membatasi sin(x) pada [- /2,/2] sebelum membangun inversenya. Dengan pemikiran serupa, kita batasi cos(x) pada [0,]. Jadi, sin-1(x) : domain = [-1,1] ; range = [- /2,/2] cos-1(x) : domain = [-1,1] ; range = [0,]
60
30
61
Definisi Inverse dari sin(x) dan cos(x) diperoleh dengan membatasi domainnya. y=sin-1(x) x=sin(y) dan y [-/2,/2] y=cos-1(x) x=cos(y) dan y [0,]
Contoh
sin 1
1 2
2 =
cos 1 ( 1 ) = 2
31
64
32
Contoh
tan 1 (1) =
tan 1
( ) = 6
1 3
1 sec 1 ( 2 ) = cos 1 = 6 2
Sebagai latihan jelaskan bahwa batasan untuk fungsi cot(x) dan csc(x) seperti terlihat pada gambar berikut memenuhi syarat seperti kita lakukan pada waktu membangun inverse bagi fungsi trigonometri sebelumnya.
Oki Neswan, Ph.D. Depertemen Matematika ITB
65
66
33
Teorema (i) sin ( cos 1 x ) = 1 x 2 (ii) cos ( sin 1 x ) = 1 x 2 (iii) sec ( tan 1 x ) = 1 + x 2
2 x 1, (iv) tan ( sec 1 x ) = x 2 1,
jika x 1 jika x 1
2
Contoh
Ke empat identitas juga berguna untuk memperoleh turunan inverse fungsi trigonometrik sebagai berikut.
67
Turunan inverse fungsi umumnya dapat ditentukan dengan menggunakan Aturan Rantai. Sebagai contoh, misalkan y=sin-1x sehingga x=sin y
Lakukan turunan pada kedua ruas terhadap x, dengan menggunakan aturan Rantai pada ruas kanan. Maka
1 = cos yDx y = cos ( sin 1 x ) Dx ( sin 1 x ) = 1 x 2 Dx ( sin 1 x )
Dengan demikian,
Dx ( sin 1 x ) =
1 1 x2
68
34
Teorema Turunan Inverse Trigonometrik (i) (ii) Dx sin 1 x = Dx cos 1 x = 1 1 x2 1 , 1 < x < 1
Contoh
Dx sin 1 ( 2 x 2 ) = 1 1 ( 2x
2 2
Dx ( 2 x 2 ) =
4x 1 ( 2x2 )
2
69
Seperti biasa, rumus turunan akan memberi kita rumus integral, sebagai bonus.
(i) a x 1 1 x (ii) 2 dx = tan 1 + C 2 a a a +x 1 1 x (iii) dx = sec1 + C 2 2 a a x x a
2 2
dx = sin 1
x +C a
Contoh
2 2
1 1 x
2
dx = sin 1 x
2 2 0
= sin 1
2 2 sin 1 0 =
0=
70
35
Misalkan x(t)=(et +e-t)/2 dan y(t)=(et -e-t)/2 . Periksalah bahwa kedua fungsi tersebut memenuhi hubungan x(t)2-y(t)2=1 Artinya, semua titik Q(t)=(x(t), y(t)) terletak pada hiperbola x2-y2=1. Maka kedua fungsi tersebut disebut fungsi hiperbolik. Definisi e x e x e x + e x sinh x = cosh x = 2 2 sinh x cosh x tanh x = coth x = cosh x sinh x 1 1 sec h x = csc h x = cosh x sinh x
Oki Neswan, Ph.D. Depertemen Matematika ITB
72
36
Satu Lagi Analogi Fungsi Sirkulir dan Hiperbolik Sebagai latihan perlihatkan bahwa luas daerah pada sektor AOP, dengan P=(cosh u,sinh u) adalah u/2.
73
Beberapa Kesamaan
Beberapa kesamaan berikut memberikan alasan mengapa namanama fungsi hiprebolik juga menggunakan nama fungsi-fungsi trigonometrik
cosh 2 x sinh 2 x = 1 tanh 2 x = 1 sech 2 x coth 2 x = 1 + csc h 2 x sinh 2 x = 2sinh x cosh x cosh 2 x + 1 2 cosh 2 x 1 sinh 2 x = 2 cosh 2 x =
Oki Neswan, Ph.D. Depertemen Matematika ITB
74
37
75
76
38
Maka, dengan hasil ini turunan fungsi-fungsi hiperbolik lainnya dapat ditentukan dengan menggunakan aturan-aturan dasar turunan.
Teorema Dx sinh x = cosh x Dx tanh x = sech 2 x Dx cosh x = sinh x Dx coth x = cosh 2 x Dx sech x = sech x tanh x Dx csch x = csch x coth x
Oki Neswan, Ph.D. Depertemen Matematika ITB
77
sinh xdx = cosh x + C sech x tanh xdx = sech x + C cosh xdx = sinh x + C csch x coth xdx = csch x + C sech xdx = tanh x + C cosh xdx = coth x + C
2 2
Contoh
Dx sinh 2 (1 3x ) = 2sinh x (1 3 x ) Dx sinh (1 3 x ) = 2sinh x (1 3 x ) cosh (1 3x ) Dx (1 3x ) = ( 3) 2sinh x (1 3 x ) cosh (1 3x )
Oki Neswan, Ph.D. Depertemen Matematika ITB
78
39
Contoh
Hitunglah a.
tanh ( 1 ) dt dan b. t
1 t2
sinh ( e x ) dx
a. Misalkan u = 1 sehingga du = t
dt. Maka
Selanjutnya misalkan v = cosh u sehingga dv = sinh udu. Jadi, sinh u 1 tanh udu = cosh u du = v dv = ln v + C = ln cosh 1t + C b. Misalkan u = e x sehingga du = e x dx. Maka
79
40
81
Fungsi-fungsi tanh x, coth x, dan csch x bersifat injektif sehingga mempunyai inverse dan ditulis sebagai tanh-1 x, coth -1 x, dan csch -1 x Berikut adalah grafik fungsi-fungsi di atas dan inversenya.
82
41
Karena fungs-fungsi hiperbolik didefinisikan atas dasar fungsi eksponensial, maka tidak heran bila inversenya dapat ditulis dengan menggunakan fungsi ln x. Sebagai contoh, y=cosh x, x0. x x
e +e 2
2
2 ye x = ( e x ) + 1 atau ( e x ) 2 ye x + 1 = 0, x 0. Ini adalah persamaan kuadrat untuk e x . Rumus kuadrat memberikan dua jawab yaitu ex = 2 y + 4 y2 4 = y + y 2 1 atau e x = y y 2 1. 2 Namun jawab kedua tidak berlaku karena kurang dari 1. x = cosh 1 y = ln y + y 2 1
Dengan demikian,
83
Teorema
( x = ln ( x +
) 1) ,
tanh 1 x =
1 1 x ln , 2 1+ x
1 + 1 x2 x 1 1 x2 c sch 1 x = ln + x x sech 1 x = ln
84
42
Kelima fungsi diatas terturunkan (mempunyai turunan) (Latihan: tentukan turunan dari coth-1x.)
Teorema Dx sinh 1 x = Dx cosh 1 x = 1 x +1 1
2
Sebagaimana biasa kita lakukan, dari tiap rumus turunan, kita dapat memperoleh sebuah rumus integral. Misalnya, dari 1 diperoleh Dx sinh 1 x =
x2 + 1
1 x +1
2
dx = sinh 1 x + C
86
43
Teorema
1 x2 + a2 1 x a
2 2
dx = sinh 1 dx = cosh 1
x +C a x +C a
a>0 x>a>0
0< x<a x0
87
1 x = csch 1 + C a a a +x dx
2 2
Soal PR Bab 7
7.1: 1a,e, 6, 8, 13, 14, 17, 20, 27, 28, 36, 39, 41, 49. 7.2: 10, 13, 14, 19, 20, 38, 41, 43. 7.3: 7, 8, 13, 14, 21, 34, 38, 43. 7.4: 29, 24, 25, 31, 32, 44. 7.5: 5, 6, 12, 13, 14, 24, 27b, 30. 7.7: 22, 25, 33, 40, 42, 48, 50, 52, 57, 58, 76, 77, 78. 7.8: 3, 5, 7, 15, 25, 33, 39, 41, 50.
88
44