Anda di halaman 1dari 11

Tinjauan Disain Kemasan Bandrek Hanjuang Menggunakan Analisis Semiotika

oleh : Novan Edo Pratama Inamul Haqqi Hasan 10.109.10 10.125.10

Akademi Seni Rupa dan Disain MSD Yogyakarta 2012

Deskripsi Kemasan ini adalah sebuah kemasan (satu sachet) minuman Bandrek instan serbuk. Menggunakan bahan alluminium foil berukuran 7,7 x 10,5 cm. Warna dominan adalah warna oranye kecoklatan. Di tengah kemasan tersebut terdapat ilustrasi seorang pria yang sedang menikmati minuman dalam sebuah gelas. Di belakang pria terdapat ilustrasi pepohonan atau rerempahan tradisional. Di atas ilustrasi tersebut tertulis brandname Bandrek Hanjuang berwarna hijau dan merah dengan outline hitam, serta keterangan ekstra rempahrempah berwarna putih dengan outline hitam. Pada bagian bawah terdapat tulisan Original berwarna merah, gambar cangkir, logo perusahaan, serta keterangan berat bersih dan nomor izin dari Dinas Kesehatan. Elemen-elemen di atas diletakkan di atas sebuah background putih berbentuk kotak.

Analisis formal a. Ilustrasi Menggunakan teknik manual drawing yang difinishing dengan digital imaging. Teknik pewarnaan ilustrasi menggunakan gaya cat air yang

cenderung realis (memperhatikan proporsi, perspektif, dan dimensi). Gaya pewarnaan tersebut berkesan klasik dan alami, terlebih warna-warna yang digunakan senada dan tidak banyak. Background berupa ilustrasi pepohonan dibuat monokrom sepia sehingga ilustrasi orang menonjol. Selain ilustrasi utama di atas, juga terdapat ilustrasi pendukung berupa gambar cangkir berwarna oranye (seperti warna dominan kemasan) dan coklat dengan gaya cetak cukil kayu (hardboard cut). Gambar tersebut diletakkan di kanan bawah sejajar dengan logo perusahaan yang terletak di kiri bawah. b. Tipografi Jenis huruf yang digunakan pada ektra rempah-rempah dan Bandrek menggunakan jenis huruf sans serif. Sedangkan pada Hanjuang menggunakan jenis huruf script. Kata Bandrek dibuat berukuran paling besar dan dengan batang tebal sehingga menjadi tulisan paling menonjol. c. Warna Tulisan bandrek menggunakan warna hijau. Warna hijau sendiri bersifat alami dan natural sehingga mewakili kesan jamu yang alami. Merk Hanjuang menggunakan warna merah, warna merah digunakan untuk menarik perhatian konsumen, karena membentuk kontras komplemen dengan warna hijau pada tulisan Bandrek. d. Komposisi Komposisi yang digunakan pada kemasan minuman tersebut adalah komposisi dengan keseimbangan simetris. Penggunaan keseimbangan tersebut terkesan kaku tetapi formal. Untuk kemasan minuman yang sifatnya sebagai jamu kesan formal ditunjukkan agar konsumen percaya bahwa minuman ini tidak main-main dengan khasiat yang diberikan.

Analisis Semantik, Sintaktik, dan Pragmatik Semantik, Semantik berasal dari bahasa Yunani semanien yang artinya maksud maksud. Dalam komunikasi visual, semantik dipahami sebagai pengertian/persepsi tentang visual, arti tanda visual pada pelihat/pengguna/penerima tanda. Sintaktik berasal dari bahasa Yunani Suttatein yang artinya mengatur, intaktik mengatur, mendisiplinkan, menyeragamkan. menyeragamkan Artinya, sintaktik adalah bagaimana

pengolahan/seleksi untuk mencapai keberaturan dan keserasian sebagai satu untuk kesatuan bahasa bentuk, sistem visual, dan gaya visual Dalam sintaktik dikenal visual. konstanta dan variabel. Konstanta adalah unsur-unsur yang tetap atau konsisten, unsur unsur sedangkan variabel adalah unsur unsur yang berubah. dalah unsur-unsur Pragmatik adalah pengungkapan pesan secara fisik pada

pelaksanaan/eksekusi ukuran, material, teknik, konstruksi, kemudahan, kejelasan, keamanan, ergonomi, dan kapasitas fisik mata. Pragmatik selalu berkaitan dengan teknis dan praktis seperti bahan, finishing, produksi, dan sebagainya (Setyanto, bahan, produksi, 2009). Desain kemasan ini secara semantik ingin memunculkan kesan bahwa esain minuman Bandrek Hanjuang sebagai minuman bandrek instan sama alami dan nikmatnya dengan minuman bandrek yang sebenarnya. Hal tersebut diperkuat dengan warna dominan kemasan yaitu oranye kecoklatan yang mir dengan mirip warna minuman bandrek ditambah aspek verbal berupa tulisan Original bandrek, Original. Selain bandrek, Hanjuang juga memproduksi jenis minuman instan lain, di antaranya sebagai berikut:

Dua contoh di atas menunjukkan adanya sintaktik berupa konsistensi desain kemasan. Konstanta dalam kemasan tersebut tampak dari kesamaan Konstanta tipografi, ilustrasi, dan layout. Sedangkan variabelnya yaitu perbedaan dari tiap variabelnya erbedaan varian ditunjukkan dengan perbedaan warna dominan dan secara tertulis pada bagian atas kemasan (nama minuman). Dari segi pra pragmatik, ada beberapa hal yang dapat diamati. Pertama, , ukuran kemasan dibuat sedemikian (7,7 x 10,5 cm) karena memang pas dengan isi demikian sebesar 25 gram. Berat bersih tersebut juga disesuaikan agar satu sachet ini pas untuk dibuat segelas minuman bandrek instan. Kedua, bahan kemasan dari aluminium foil berfungsi menjaga isi dari kelembaban udara yang dapat mengurangi keawetan. Ketiga, disediakan lidah kemasan di bagian tengah tengahbelakang dan ujung atas bawah dibuat bergerigi bertujuan agar kemasan ini mudah dibuka. Selain pragmatik pada kemasan sachet, produk ini juga dilengkapi dengan sachet, paperbag yang berfungsi mempercantik kemasan jika hendak digunakan sebagai mempercantik oleh-oleh. Paperbag berisi delapan sachet tersebut dibuat dengan pragmatik untuk oleh. memudahkan konsumen dalam membawanya, yaitu faktor ukuran yang tidak terlalu besar dan penambahan dua buah tali untuk dijinjing. Berikut adalah foto Berikut paperbag Bandrek Hanjuang

Interpretasi (Analisis Tanda dan Kode) Untuk menginterpretasikan makna disain kemasan ini akan digunakan analisis tanda dan kode. Menurut Charles Sanders Pierce, tanda (representament) adalah sesuatu yang dapat mewakili sesuatu yang lain dalam batas-batas tertentu. Sesuatu yang lain tersebut oleh Pierce disebut dengan objek atau denotatum. Sementara itu, interpretasi tanda akan terjadi di benak penerima tanda atau interpretant, di mana ia telah mempunyai pengetahuan tentang sistem tanda atau disebut ground (Tinarbuko, 2008: 13). Menurut Pierce, hubungan antara tanda dengan yang diwakili atau diacunya terbagi menjadi tiga jenis, yaitu: 1. Ikon, yaitu tanda yang hubungan dengan acuannya berupa hubungan kemiripan. 2. Indeks, yaitu tanda yang hubungan dengan acuannya berupa kedekatan eksistensi. 3. Simbol, yaitu tanda yang hubungan dengan acuannya berdasar pada konvensi (Tinarbuko, 2008: 14). Dalam ilustrasi utama disain kemasan Bandrek Hanjuang ini secara keseluruhan berupa ikon, karena ilustrasi tersebut dibuat menyerupai aslinya. Namun, jika diamati secara detail juga terdapat indeks dan simbol. Indeks tampak pada ekspresi muka dan gesture figur, ia digambarkan dalam ekspresi senang sebagai akibat dari sesuatu. Simbol terdapat pada pakaian yang dikenakan figur yang mewakili etnis tertentu. Selain itu background pepohonan juga menjadi simbol sifat alami. Untuk interpretasi lebih lanjut akan digunakan analisis kode. Yasraf Amir Piliang dalam Tinarbuko (2008: 17) menjelaskan kode adalah cara pengkombinasian tanda yang disepakati secara sosial, untuk memungkinkan suatu pesan disampaikan dari seseorang ke orang lainnya. Roland Barthes membagi kode menjadi lima kategori, yaitu: 1. Kode hermeneutik, yaitu artikulasi berbagai cara pertanyaan, tekateki, respon, enigma, penangguhan jawaban, akhirnya menuju pada jawaban.

2.

Kode semantik, yaitu kode yang mengandung konotasi pada level penanda.

3.

Kode simbolik, yaitu kode yang berkaitan dengan psikoanalisis, antitesis, kemenduaan, pertentangan dua unsur, skizofrenia.

4.

Kode narasi atau proairetik, yaitu kode yang mengandung cerita, urutan, narasi atau anti-narasi.

5.

Kode kultural, yaitu suara-suara yang bersifat kolektif, anonim, bawah sadar, mitos, kebijaksanaan, pengetahuan, sejarah, moral, psikologi, seni, sastra, dan legenda (Pradopo dalam Tinarbuko, 2008: 18-19)

Berikut adalah analisis kode-kode dalam disain kemasan Bandrek Hanjuang. Untuk kode simbolik tidak disertakan karena dianggap tidak terdapat dalam disain ini. Kode hermeneutik dalam ilustrasi utamanya berupa pertanyaanpertanyaan sebagai berikut: Mengapa ekspresi figur senang dengan gesture (tangan) menyangga janggutnya? Mengapa ia mengenakan pakaian demikian? Mengapa ia berada di antara tanaman-tanaman/pepohonan? Pertanyaanpertanyaan tersebut akan dijawab melalui analisis kode-kode berikutnya. Pada bagian background, ikon pepohonan menjadi kode semantik yang memunculkan kesan alami. Minuman bandrek memang terbuat dari bahan-bahan alami seperti jahe, kayu manis, adas manis, cengkeh, biji ketumbar, kapulaga, gula merah, dan kadang ditambah dengan sedikit cabai. Lewat kode ini, desain kemasan ingin meyakinkan konsumen bahwa bandrek instan ini juga terbuat dari bahan-bahan alami. Kode narasi terdapat dalam bagaimana ilustrasi tersebut menarasikan hangat dan nikmatnya minuman bandrek. Sosok laki-laki dengan wajah tersenyum dan gesture orang yang sedang senang, merupakan indeks (tanda sebab-akibat) yang maknanya dapat ditangkap bahwa minuman bandrek yang dipegangnya terasa nikmat. Kemudian ikon gelas dengan kepulan asap di atasnya juga merupakan indeks yang maknanya minuman dalam gelas tersebut panas atau hangat.

Kode kultural terdapat pada pakaian yang dikenakan sosok laki-laki tersebut, khususnya tutup kepala yang khas Sunda. Dalam budaya Sunda, para laki-laki biasa mengenakan penutup kepala yang disebut dengan iket atau kadang juga disebut dengan totopong atau destar. Iket adalah sebuah kain batik berukuran sekitar 1m2 yang dilipat diagonal membentuk segitiga kemudian diikatkan di kepala dengan model tertentu. Terdapat banyak model ikatan iket yang dipraktekkan masyarakat Sunda, baik yang tradisional asli (rupa iket buhun) maupun hasil kreasi baru (rupa iket reka-an). Iket yang dikenakan sosok dalam ilustrasi kemasan Bandrek Hanjuan ini adalah kategori rupa iket buhun dengan model parengkos atau paros. Iket ini dibentuk dengan cara dilipat dan diputar. Parengkos adalah menarik kain segitiga yang menjuntai ke belakang sehingga menutup bagian atas kepala, dan untuk menguatkannya ujung kain diikat di bagian belakang. Jenis iket ini paling banyak macamnya, ada parengkos nangka, parengkos jengkol, parengkos koncer, parengkos jahen dan lainnya. Iket jenis ini basanya dikenakan bagi mereka yang hendak bekerja, sekolah, beribadah dan kegiatan resmi (Supanji, 2012). Jenis parengkos yang digunakan lelaki dalam ilustrasi kemasan ini adalah parengkos jengkol, seperti dicontohkan gambar berikut:

Meskipun awalnya iket jenis parengkos digunakan untuk kegiatan resmi, tetapi seiring modernisasi, iket ini sebagaimana iket-iket lainnya lebih banyak digunakan untuk kegiatan non-formal. Hal itu karena kegiatan resmi telah berganti dengan diwakili pakaian modern seperti kemeja dan jas. Dalam ilustrasi kemasan, figur digambarkan berada di antara pepohonan. Suasana pepohonan tersebut dapat dikaitkan dengan mata pencaharian utama masyarakat Jawa Barat yaitu bertani di sawah atau ladang yang dalam Bahasa Sunda disebut ngahuma (Hardjasaputra, 2009).

Evaluasi

Dibandingkan dengan produk sejenis, yaitu bandrek instan, desain kemasan Bandrek Hanjuang ini dapat dikatakan unik. Umumnya, seperti contohcontoh di atas, ilustrasi yang ditampilkan hanyalah minuman bandrek dalam gelas. Sedangkan Bandrek Hanjuang menggunakan ilustrasi figur manusia yang sedang minum bandrek dan background pepohonan. Gaya lukisan cat air pada ilustrasi tersebut semakin menambah keunikan sekaligus menambah nilai artistik kemasan. Dari sisi desain, penggunaan tipografi untuk menulis jenis minuman mudah dibaca sekaligus cukup menonjol. Sedangkan logotype di bawahnya kurang mudah dibaca karena masalah spasi. Selain itu jika diperhatikan logo perusahaan di bagian kiri bawah, terdapat perbedaan font logotype Hanjuang dengan yang tertulis di bagian atas. Hal tersebut menjadi suatu inkonsistensi yang dapat mengurangi citra profesionalitas perusahaan.

Mengenai logo perusahaan sendiri tampak tidak relevan dengan jenis usaha maupun nama perusahaan. Hanjuang adalah sekelompok

tumbuhan monokotil berbatang yang sering dijumpai di taman sebagai tanaman hias. Sedangkan perusahaan Hanjuang memproduksi minuman-minuman khas Jawa Barat dalam bentuk instan. Namun, logo menggunakan ikon timbangan yang selama ini lekat dengan simbol keadilan atau hukum. Ilustrasi yang ditampilkan berpotensi memunculkan anggapan bahwa minuman ini hanya cocok untuk laki-laki, karena figur yang dimunculkan hanya sosok laki-laki. Kekurangan lain, ikon cangkir di bagian kanan bawah tidak jelas apa maksudnya. Apalagi di dekatnya terdapat tulisan original yang susah dihubungkan dengan ikon cangkir tersebut.

Kesimpulan Berdasarkan pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa disain kemasan Bandrek Hanjuang ini bernilai baik dalam semantik, sintaktik, pragmatik, serta permainan tanda dan kode dalam ilustrasi utamanya. Ilustrasi yang digunakan selain menjadi keunikan juga mampu mengkomunikasikan keunggulan produk dan asal daerah/budaya produk. Keunggulan produk yang alami, menghangatkan, dan nikmat dapat dikomunikasikan dengan kode semantik dan kode narasi. Sedangkan bandrek sebagai minuman tradisional dari Jawa Barat khususnya etnik Sunda dapat dikomunikasikan melalui kode kultural.

Daftar Pustaka Buku Tinarbuko, Sumbo. 2008. Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: Jalasutra Internet Hardjasaputra, A Sobana. 2009. Ngahuma: Pertanian Tradisional Jawa Barat. http://wacananusantara.org/ngahuma-pertanian-tradisional-jawa-barat/ http://en.wikipedia.org/Bandrek http://id.wikipedia.org/wiki/Hanjuang Setyanto, Daniar Wikan. 2009. Semantik, Sintaktik, dan Pragmatik. http://daniarwikan.blogspot.com/2009/03/semantik-sintaktik-danpragmatik.html Supanji, Heru. 2012. Iket Sunda, Apakah Simbol http://herusupanji.blogspot.com/2012/03/iket-sunda.html Mistis?

Anda mungkin juga menyukai