Anda di halaman 1dari 24

Tutorial Klinik

GLAUKOMA

Oleh: Kunti Nurul Umamy Bramadhya Fragil J. Sukma Hapsari Muhammad Nurzakky Tutut Desi Fajaria G99121024 G991210 G99121045 G99121029 G99121047

Pembimbing : Rochasih Mudjajanti, dr., Sp.M

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA 2013

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS Nama Umur Jenis Kelamin Alamat Tanggal Masuk Tanggal Pemeriksaan No. CM : Ny. S : 49 tahun : Perempuan : Ngamban, Gawan, Tanon, Sragen : 24 Desember 2012 : 24 Desember 2012 : 01168417

II. ANAMNESIS A. Keluhan Utama Nyeri pada mata kanan dan kiri. B. Riwayat Penyakit Sekarang : Diketahui 2 tahun yang lalu, pasien terjatuh dari sepeda motor dan kepalanya terbentur. Kemudian 1 tahun belakangan ini pasien mengeluh matanya sakit untuk melihat. Pasien sering merasa pusing, matanya pegal dan cekot-cekot. Mata pasien tidak merah, tidak terasa gatal, dan tidak belekan maupun berair. Bila pasien melihat lampu atau sumber cahaya, pasien merasa seperti melihat ada pelangi di sekitar sumber cahaya tersebut. Keluhan ini semakin memberat sehingga pasien kemudian memeriksakan diri ke poli mata RSDM. C. Riwayat Penyakit Dahulu - Riwayat Hipertensi - Riwayat DM - Riwayat trauma - Riwayat alergi : (+) sejak 2 tahun yang lalu, tidak terkontrol obat : disangkal : (+) cedera kepala akibat KLL 2 tahun yang lalu : disangkal

D. Riwayat Penyakit Keluarga R. Hipertensi R. DM R. sakit serupa : disangkal : disangkal : disangkal

E. Kesimpulan Anamnesis ODS Proses Lokalisasi Sebab Perjalanan Komplikasi Degenerasi Jalur visual Trauma mekanik Kronik Belum ditemukan

III. PEMERIKSAAN FISIK A. Kesan Umum Keadaan umum sakit sedang, compos mentis, gizi kesan kurang T = 110/70 mmHg N = 88x/1menit Rr = 20x/1menit S = 36C

B. Pemeriksaan subyektif Visus sentralis jauh Pinhole perbaikanKoreksi perbaikanRefraksi perbaikanVisus Perifer Konfrontasi test

OD 0 tidak ada perbaikan

OS 0 tidak ada tidak ada

tidak ada perbaikan

tidak ada perbaikantidak ada

penyempitan lapang tidak dilakukan pandang di bagian nasal atas.

C. Pemeriksaan Obyektif Sekitar mata Tanda radang Luka tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

Parut Kelainan warna Kelainan bentuk Supercilium Warna Tumbuhnya Kulit Geraknya

tidak ada tidak ada tidak ada

tidak ada tidak ada tidak ada

hitam normal sawo matang dalam batas normal

hitam normal sawo matang dalam batas normal

Pasangan Bola Mata dalam Orbita Heteroforia Strabismus Pseudostrabismus Exophtalmus Enophtalmus Anopthalmus Ukuran bola mata Mikrophtalmus Makrophtalmus Ptisis bulbi Atrofi bulbi Buftalmus Megalokornea Gerakan Bola Mata Temporal superior Temporal inferior Temporal Nasal Nasal superior Nasal inferior Kelopak Mata Gerakannya dalam batas normal dalam batas normal normal normal normal normal normal normal normal normal normal normal normal normal tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

Lebar rima Blefarokalasis Tepi kelopak mata Oedem Margo intermarginalis Hiperemis Entropion Ekstropion Sekitar saccus lakrimalis Oedem Hiperemis Sekitar Glandula lakrimalis Odem Hiperemis Tekanan Intra Okuler Palpasi Tonometer Schiotz NCT

10 mm tidak ada

10 mm tidak ada

tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

tidak ada tidak ada

tidak ada tidak ada

tidak ada tidak ada

tidak ada tidak ada

normal tidak dilakukan 21 mmHg

meningkat tidak dilakukan sangat meningkat Tidak bisa diukur.

Konjungtiva Konjungtiva palpebra Oedem Hiperemis Sikatrik Konjungtiva Fornix Oedem Hiperemis Sikatrik tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

Konjungtiva Bulbi Pterigium tidak ada tidak ada

Oedem Hiperemis Sikatrik Injeksi siliar

tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

Caruncula dan Plika Semilunaris Oedem Hiperemis Sikatrik Sklera Warna Penonjolan Cornea Ukuran Limbus Permukaan Sensibilitas Medium Belakang Keratoskop (Placido) Fluoresin Test Kamera Okuli Anterior Isi Kedalaman Iris Warna Gambaran Bentuk Sinekia Anterior Sinekia Posterior Pupil Ukuran 3 mm 6 mm coklat spongious bulat tidak ada tidak ada coklat spongious bulat tidak ada tidak ada jernih normal jernih normal 12 mm jernih rata, mengkilap normal dalam batas normal dalam batas normal tidak dilakukan tidak dilakukan 12 mm jernih rata, mengkilap normal dalam batas normal dalam batas normal tidak dilakukan tidak dilakukan putih tidak ada putih tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada

Bentuk Tempat Reflek direct Reflek indirect Reflek konvergensi Lensa Ada/tidak Kejernihan Letak Shadow test Corpus vitreum Kejernihan

bulat sentral (+/menurun) (+/menurun) tidak dilakukan

bulat sentral (-) (-) tidak dilakukan

ada keruh sentral (-)

ada keruh sentral (-)

tidak dilakukan

tidak dilakukan

IV. KESIMPULAN PEMERIKSAAN OD Visus sentralis jauh Pinhole Koreksi Refraksi Visus sentralis dekat Sekitar mata Supercilium Pasangan bola mata dalam orbita Ukuran bola mata Gerakan bola mata Kelopak mata Sekitar saccus lakrimalis Sekitar glandula lakrimalis dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal 0 tidak ada perbaikan tidak ada perbaikan OS 0 tidak ada perbaikan tidak ada perbaikan

tidak ada perbaikantidak ada perbaikan tidak dilakukan dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal tidak dilakukan dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal

Tekanan IntraOkuler

dalam batas normal

meningkat

Konjunctiva bulbi Sklera Kornea Arcus senilis Camera oculi anterior Kedalaman Iris Pupil Lensa Kejernihan Letak Shadow test Corpus vitreum

pterigium (-) dalam batas normal

pterigium(-) dalam batas normal

(-)

(-)

dalam batas normal dalam batas normal dalam batas normal

dalam batas normal dalam batas normal midriasis

keruh sentral (-) tidak dilakukan

keruh sentral (-) tidak dilakukan

V. DIAGNOSIS BANDING OD glaukoma fakolitik OD katarak OS Glaukoma Absolut OS Katarak

VI. DIAGNOSIS OD glaukoma fakolitik OS Glaukoma Absolut

VII. PLANNING Rawat inap Besok pagi kontrol ke Poli Mata

VIII. TERAPI 1. Timolol 2 dd gtt 1 2. Glaucon tab 2 dd tab 1

IX. PROGNOSIS OD Ad vitam Ad sanam Ad fungsionam Ad kosmetikum dubia dubia dubia dubia OS dubia dubia dubia dubia

X. GAMBAR

OD

OS

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lapisan Mata Lapisan mata dari luar ke dalam adalah: (1) tunika fibrosa, terdiri dari sklera di bagian belakang dan kornea di bagian depan; (2) tunika vascular berpigmen, di bagian belakang terdapat koroid, dan di bagian depan terdapat badan siliaris dan iris; dan (3) tunika nervosa, retina. 1. Tunika fibrosa (tunica fibrosa oculi) Sklera dan kornea membentuk tunika fibrosa bola mata; sklera berada di lima perenam bagian posterior dan opak; kornea membentuk seperenam bagian anterior dan transparan. Sklera memiliki densitas yang tinggi dan sangat keras, merupakan membran solid yang berfungsi mempertahankan bentuk bola mata. Sklera lebih tebal di bagian belakang daripada di depan; ketebalan di bagian belakang 1 mm. Permukaan eksternal sklera berwarna putiih, dan menempel pada permukaan dalam fascia bulbi; bagian anterior sklera dilapisi membran konjungtiva bulbi. Di bagian depan, sklera berhubungan langsung dengan kornea, garis persatuannya dinamakan sclero-corneal junction atau limbus. Pada bagian dalam sklera dekat dengan junction terdapat kanal sirkular, sinus venosus sclera (canal of Schlemm). Pada potongan meridional dari bagian ini, sinus tampak seperti cekungan (cleft), dinding luarnya terdiri dari jaringan solid sklera dan dinding dalamnya dibentuk oleh massa triangular jaringan trabekular. Aqueous humor direasorbsi menuju sinus skleral oleh jalur pectinate villi yang analog dengan struktur dan fungsi arachnoid villi pada meninges serebral menuju pleksus vena sklera. Kornea merupakan bagian proyeksi transparan dari tunika eksternal, dan membentuk seperenam permukaan anterior bola mata. Kornea berbentuk konveks di bagian anterior dan seperti kubah di depan sklera. Derajat kelengkungannya berbeda pada setiap individu.

2. Tunika vaskular (tunica vasculosa oculi) Tunika vaskular mata terdiri dari koroid di bagian belakang, badan siliaris serta iris di bagian depan. Koroid berada di lima perenam bagian posterior bola mata, dan memanjang sepanjang ora serrata. Badan siliaris menghubungkan koroid dengan lingkaran iris.Iris adalah diafrgama sirkular di belakang kornea, dan tampak di sekeliling pusat, apertura bundar, pupil.Koroid merupakan membran tipis, vaskular, warna coklat tua atau muda.Di bagian belakang ditembus oleh nervus optikus. Lapisan ini lebih tebal di bagian belakang daripada di bagian depan.Salah satu fungsi koroid adalah memberikan nutrisi untuk retina serta menyalurkan pembuluh darah dan saraf menuju badan siliaris dan iris. Badan siliaris (corpus ciliare) merupakan terusan koroid ke anterior yang terdapat processus ciliaris serta musculus ciliaris. Iris dinamakan berdasarkan warnanya yang beragam pada individu berbeda.Iris adalah lempeng (disk) kontraktil, tipis, sirkular, berada di aqueous humor antara kornea dan lensa, dan berlubang di tengah yang disebut pupil. Di bagian perifernya, iris menempel dengan badan siliaris, dan juga terkait dengan; permukaannya rata, bagian anterior menghadap ke kornea, bagian posterior menghadap prosesus siliaris dan lensa. Iris membagi ruangan antara lensa dan kornea sebagai ruang anterior dan posterior. Ruang anterior mata dibentuk di bagian depan oleh permukaan posterior kornea; di bagian belakang oleh permukaan anterior iris dan bagian tengah lensa. Ruang posterior adalah celah sempit di belakang bagian perifer iris, dan di depan ligamen suspensori lensa dan prosesus siliaris. 3. Tunika nervosa (Tunica interna) Retina adalah membran nervosa penting, dimana gambaran objek eksternal ditangkap.Permukaan luarnya berkontak dengan koroid;

permukaan dalamnya dengan membran hialoid badan vitreous.Di belakang, retina berlanjut sebagai nervus optikus; retina semakin tipis di

bagian depan, dan memanjang hingga badan siliaris, dimana ujungnya berupa cekungan, ora serrata. Disini jaringan saraf retina berakhir, tetapi pemanjangan tipis membran masih memanjang hingga di belakang prosesus siliaris dan iris, membentuk pars ciliaris retina dan pars iridica retina. Tepat di bagian tengah di bagian posterior retina, pada titik dimana gambaran visual paling bagus ditangkap, berupa area oval kekuningan, makula lutea; pada makula terdapat depresi sentral, fovea sentralis.Fovea sentralis retina sangat tipis, dan warna gelap koroid dapat terlihat.Sekitar 3 mm ke arah nasal dari makula lutea terdapat pintu masuk nervus optikus (optic disk), arteri sentralis retina menembus bagian tengah discus.Bagian ini satu-satunya permukaan retina yang insensitive terhadap cahaya, dan dinamakan blind spot. (ningrum)

B. Anatomi Iris Iris adalah sebuah lapisan didalam mata, yang bertanggungjawab mengontrol diameter dan ukuran pupil dan jumlah cahaya yang masuk ke retina.Warna mata adalah warna dari iris, yang mungkin hijau, biru, atau cokelat.Dalam beberapa kasus, warnanya mungkin hazel (cokelat

terang).Dalam merespon jumlah cahaya yang masuk ke mata, otot yang melekat ke iris meregangkan atau mengkontraksikan apartura pada sentral iris yang dikenal sebagai pupil.Semakin besar pupil, maka semakin banyak cahaya yang masuk.Iris terletak bersambungan dengan permukaan anterior lensa, yang memisahkan kamera anterior dari kamera posterior, yang masingmasing berisi humor akueus.Didalam stroma iris terdapat sfingter dan otototot dilator.Kedua lapisan berpigmen pekat pada permukaan posterior iris merupakan perluasan neuroretina dan lapisan epitel pigmen retina ke arah anterior. Pasok darah ke iris adalah dari sirkulus mayor iris.Kapiler-kapiler iris mempunyai lapisan endotel yang tak berlobang sehingga normalnya tidak membocorkan fluoresein yang disuntikkan secara intravena. Persarafan iris adalah melalui serat-serat didalam nervi siliares.

Iris dibagi menjadi dua bagian besar : Zona pupilar adalah bagian dalam yang tepinya membentuk batas pupil Zona siliar adalah sisa iris yang meluas ke asalnya pada corpus siliar 1. Struktur Iris a. Endotel permukaan. Ini merupakan lapisan tunggal sel-sel endotel datar yang bersambung dengan lapisan posterior kornea. b. Stroma, jaringan yang terbungkus lekat pada serat jaringan konektif yang menyebar dengan baik, menjaring sejumlah filamen nervus, pembuluh darah, pembuluh limfe dan sel-sel jaringan konektif yang bercabang ireguler. c. Pada lapisan lebih dalam stroma sebuah jalinan serat otot involunter, selebar 1 mm, melingkari batas zona pupilar iris. Refleks kontraksi sfingter ini mengurangi ukuran pupil. d. Membran basal terdiri atas jaringan konektif kuat, yang membentuk lapisan penyokong dan lapisan terdalam iris. e. Lapisan pigmen terdiri atas dua baris sel-sel epitel warna ungu muda, yang terletak pada permukaan tak seimbang membran basal iris. Lapisan pigmen ini bekerja dalam mencegah penetrasi cahaya melalui iris kedalam ruang gelap bagian dalam iris. 2. Patofisiologi Humor akuos di produksi oleh badan siliaris dan mengalir kedalam Camera Oculi Posterior (COP), yang mengalir di antara permukaan iris posterior dan lensa, di sekitar tepi pupil, dan selanjutnya masuk ke Camera Oculi Anterior (COA).Humor akuos keluar dari COA pada sudut COA yang dibentuk oleh dasar iris dan kornea perifer, selanjutnya mengalir melalui trabekulum dan masuk ke kanal Schlemm.Melalui collector channels, humor akuos masuk ke dalam vena episklera dan bercampur dengan darah.(Burt, 2006)

Gambar. Fisiologi aliran akuos humor

Gambar. Dinamika Humour Aquos

C. Glaukoma 1. Definisi Adalah penyakit mata yang ditandai oleh ekskavasio

glaukomatosa, neuropati saraf optik, serta kerusakan lapang pandang dan utamanya diakibatkan oleh tekanan bola mata yang tidak normal (Quigley HA, dan Broman AT, 2006) 2. Epidemiologi Glaukoma Pada tahun 2007, terdapat 37 juta orang buta diseluruh dunia dimana 12,3% diantara diakibatkan oleh glaukoma. Pada tahun 2020 diperkirakan angka tersebut meningkat hampir 80 juta orang diseluruh dunia dengan glaukoma sudut terbuka dan glaukoma sudut tertutup. Kebanyakan dari mereka adalah glaukoma sudut terbuka. Sementara pada Glaukoma sudut tertutup diperkirakan 70% akan diderita oleh wanita dan 87% akan diderita oleh orang Asian. Faktor risiko glaukoma sudut terbuka: a. Usia b. Ras Afrika c. Riwayat keluarga d. Meningkatnya tekanan intraokular e. Miopia f. Menurunnya ketebalan kornea Faktor risiko glaukoma sudut tertutup a. Ras Asia b. Wanita c. Dangkalnya kamera okuli anterior d. Diameter kornea e. Kelengkungan kornea f. Panjang Axis postero-anterior g. Posisi lensa (GiangiComo, 2009)

3.

Klasifikasi Glaukoma a. Glaukoma Primer 1) Glaukoma sudut terbuka 2) Glaukoma sudut tertutup b. Glaukoma Sekunder 1) Trauma 2) Pembedahan mata 3) Terkait dengan penyakit mata lainnya 4) Peningkatan tekanan vena episklera 5) Terinduksi steroid c. Glaukoma Kongenital Sejak kecil : Goniodisgenesis (Bruce, Chris, dan Anthony. 2006)

4.

Patogenesis a. Glaukoma sudut terbuka Peninggian TIO disebabkan karena terganggunya aliran aqueous humor.Hal ini terjadi karena terdapat perubahan degenerasi pada jalan trabekula, kanal Schlemm, dan pembuluh darah kolektif yang berfungsi mengalirkan cairan aqueous keluar.Beberapa ahli juga berpendapat terdapat suatu gangguan degenerasi primer dari nervus optikus yang disebabkan insufisiensi vaskuler.Pandangan ini didukung hasil observasi bahwa kadang-kadang kehilangan fungsi terus berlanjut walaupun TIO telah normal dengan pemberian obatobat anti glaukoma ataupun dengan operasi. Jika TIO tetap tinggi, akan terjadi kerusakan-kerusakan hebat pada mata, yaitu:
1)

Degenerasi nervus optikus berupa ekskavasi yang dikenal sebagai cupping

2)

Degenerasi sel ganglion dan serabut saraf dari retina berupa penciutan lapangan pandang(skotoma)

3)

Atropi iris dan corpus siliar serta degenerasi hialin pada prosesus siliar (Young, John, Markus, and Wallace, 2009)

b. Glaukoma sudut tertutup Mekanismenya adalah peninggian TIO karena blok pupil relative, dengan bersentuhnya pinggir pupil dengan permukaan depan lensa melalui suatu proses semi midriasis. Hal ini akan menghasilkan tekanan yang meninggi pada KOP(Kamera Okuli Posterior) karena terdorongnya bagian iris perifer ke depan dan menutup sudut KOA. Hal ini terutama terjadi pada orang dengan KOA dangkal. Jadi, ada beberapa hal penting yang berperan menimbulkan glaukoma sudut tertutup ini : 1. Blok pupil relative yang maksimal terdapat pada pupil dengan lebar 4-5mm. 2. Lensa yang bertambah besar, terutama pada usia tua. Makin bertambah usia, lensa bertambah besar, sehingga mudah terjadi blok pupil relative. 3. Tebalnya iris bagian perifer dan terjadinya iris bombe yang mendorong ke arah trabekula sehingga muara trabekula tertutup. 4. KOA yang dangkal, terdapat pada hipermetropia(karena sumbu bola mata pendek) dan pada usia tua(karena ukuran lensa yang bertambah besar).

Quigley HA, Friedman DS, Congdon NG (2003) Possible mechanisms of primary angle-closure and malignant glaucoma. J Glaucoma 12:167180

SUDUT TERBUKA 5. Gejala Klinis

SUDUT TERTUTUP

a. Glaukoma sudut terbuka

Menahun. Mulainya gejala glaukoma simpleks ini agak lambat, kadang tidak disadari penderita(silent disease). Mata tidak merah dan tidak ada keluhan lain. Pasien datang biasanya jika sudah ada gangguan penglihatan, keadaan penyakitnya sudah berat. Hampir selalu bilateral Refleks pupil lambat, injeksi siliar tidak terlihat TIO meninggi, KOA mungkin normal, dan pada gonioskopi terdapat sudut yang terbuka Lapangan pandang mengecil atau menghilang Atropi nervus optikus dan terdapat cupping abnormal (C/D > 0,4) Tes provokasi positif Facility of outflow menurun. Pada gambaran patologi ditemukan proses degeneratif pada jala trabekula, termasuk pengendapan bahan ekstrasel di dalam jala dan di bawah lapisan endotel kanal Schlemm.

b. Glaukoma sudut tertutup

Penglihatan kabur, gambaran pelangi terlihat di sekitar lampu (halo) akibat udem kornea(cairan aqueous masuk ke kornea) Nyeri kepala hebat(mengikuti jalannya N.V), mual, muntah(akibat reflex oculovagal) Injeksi siliar (+), KOA dangkal, iris atropi, reflex pupil lambat/(-) Pupil melebar disertai sumbatan pupil, sering terjadi malam hari karena pencahayaannya berkurang TIO meningkat, pada gonioskopi sudut KOA tertutup Serangat akut dapat berlangsung lama, dapat pula berjalan beberapa jam kemudian mengalami resolusi. Pada keadaan resolusi, hanya akan ditemui gambaran sepertiiridosiklitis dimana adanay flare dn injeksi siliar ringan. Setelah keadaan tenang, akan ditemui gejala sisa, seperti atropi iris, katarak, dan pupil irregular serta adanya sinekia posterior dan anterior dengan TIO norml atau hipotoni akibat atropi corpus siliar. Selain itu, akan ditemukan atropi nervus optikus.

6.

Pemeriksaan a. Tonometri
alatyang digunakan untuk mengukur tekanan intra okular (TIO). TIO digolongkan sebagai normal apabila nilainya antara 10-21 mmHg.TIO yang tinggi (>21 mmHg) adalah salah satu faktor risiko glaucoma. Terdapat bermacam-macam tonometri yaitu: 1) Tonometri digital palpasi: Merupakan pengukuran tekanan bola mata dengan jari pemeriksa 2) Tomometri Schiozt

merupakan tonometer indentasi atau menekan permukaan kornea dengan beban yang dapat bergerak bebas pada sumbunya. Benda yang ditaruh pada bola mata (kornea) akan menekan bola mata dari kedalam dalam dan mendapatkan kornea. perlawanan tekanan melalui

Keseimbangan tekanan tergantung beban tonometer.

3)

Tonometri Aplanasi Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendapatkan tekanan intra ocular dengan menghilangkan pengaruh kekakuan sclera dengan mendatarkan permukaan kornea.

4)

Non Contatc Test Tonometri Tonometri yang tidak menyentuh bola mata secara langsung, tetapi menggunakan hembusan udara yang mengenai permukaan kornea.

b. Gonioskopi
Alat yang digunakan untuk memeriksa apakah sudut iridokornea terbuka atau tertutup.

c. Oftalmoskopi Alat yang digunakan untuk melihat bagian dalam bola mata, terutama retina. d. Perimetri/kampus visi Mengukur lapang pandang daerah sentral/ parasentral. e. Uji Provokasi.

1) Tes minum air 2) Uji kamar gelap 3) Uji tengkurap.

7.

Diagnosis

Terdapat tiga faktor untuk diagnosis glaukoma;


Peningkatan tekanan intraokuler Kelainan nervus optikus, C/D > 0,4 Penurunan lapang pandang. Jika hanya TIO yang meningkat disebut hipertensi okuler. Untuk diagnosis glaukoma simpleks, sudut KOA terbuka dan tampak normal.

8.

Diagnosis Banding a. Glaukoma sudut terbuka b. Glaukoam sudut tertutup

9.

Terapi a. Medikamentosa Tujuan : 1) Mengurangi inflow (produksi Aquous Humour) 2) Melancarkan outflow (pengeluaran aquous Humour) Miotikum Fungsi : mengecilkan pupil sehingga sudut akan lebih terbuka, mempermudah aliran aqueous humor dengan meninggikan efisiensi saluran ekskresi. Drug of choice : pilokarpin 1%-4% Kontra indikasi pada katarak dengan glaukoma kronik, karena akan menambah kabur penglihatan. Pada usia muda,

terdapat artifisial myopia karena terjadi akomodasi yang bersifat spasme karena pemberian miotikum. Carbachol 0,75%-3% Termasuk obat kolinergik, diberikan bila pilokarpin tidak mempan atau alergi terhadap pilokarpin. Berikan obat dari konsentrasi terendah. Epinefrin 0,5%-2% Fungsi : menurunkan produksi aqueous humor dan meningkatkan ekskresi cairan aqueous. Kerjanya lebih lama dibandingkan miotikum. Timolol maleat Merupakan golongan beta adrenergic yang akan menurunkan TIO dengan menurunkan produksi aqueous. Sediaannya 0,25% dan 0,5%, diteteskan 2xsehari. Carbonic anhidrase inhibitor (diamox) Tabletnya 125-250mg, 4xsehari. Fungsinya menekan produksi aqueous, pemakaian lama dapat menimbulkan renal calculi. 10.

a. Operatif 1) IRIDEKTOMI 2) LASER IRIDOTOMY 3) TRABEKULEKTOMI 4) LASER TRABEKULOPLASTY 5) SIKLO KRIO TERAPI 6) GONIOTOMY

11. Prognosis a. Glaukoma sudut terbuka b. Glaukoma sudut tertutup.

D. Glaukoma Absolut 1. Definisi Stadium Akhir glaukoma dimana visus = 0 2. Manifestasi klinik Kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan ekskavasi glaukomatosa, matakeras seperti batu dan terasa sakit. 3. Tatalaksana a. Pasien yang tidak mengeluh kesakitan, tidak diberikan obat. Pada pasien yang mengeluh kesakitan dapat diberikan: 1) Sinar beta pada corpus siliar 2) Injeksi alkohol retrobulber b. Kalau tidak sembuh, dilakukan enukleasi.

4.

Prognosis Sangat jelek, karena terjadi kebutaan yang reversible.

DAFTAR PUSTAKA

Bruce James, Chris Chew, dan Anthony Bron. 2006. Oftalmologi edisi 9. Erlangga medical series.
Burt K, Freeman S, Jeanbart L, Tee L, Santos M. Glaucoma 2006. http://www.suncoastretina.com [diakses tanggal 12 November 2012] .

GiangiComo, Annette dan Anne Louise Coleman. 2009. The Epidemiology of Glaucoma. Springer Berlin Heidelberg. Pp 13-21
(6)

Ningrum.

2009.

Melanoma (Diakses tanggal

Iris. 12

http://ningrumwahyuni.wordpress.com/2009/11/15/325/ November 2012)

Quigley HA, Broman AT (2006) The number of people with glaucoma worldwide in 2010 and 2020. Br J Ophthalmol 90:262267 Young H. Kwon, M.D., Ph.D., John H. Fingert, M.D., Ph.D., Markus H. Kuehn, Ph.D., and Wallace L.M. Alward, M.D. 2009. Primary open angle glaucoma. The New England Journal Medicine; 360:1113-1124

Anda mungkin juga menyukai