Anda di halaman 1dari 11

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Koentjaraningrat (1982: 1) kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar. Semua hasil karya tersebut meliputi hampir seluruh aktivitas manusia dalam kehidupannya. Kebudayaan tersebut merupakan suatu kebutuhan yang sebagai identitas bangsa Indonesia sebagai bangsa yang kaya akan keragaman yang dimiliki masing-masing etnik tersebut. Sehingga unsur kebudayaan masing masing etnik (suku) yang ada tetap harus di pertahankan keberadaannya. Kebudayaan itu sendiri menurut Koentjaraningrat mempunyai 7 unsur sebagai pembentuknya yang salah satunya adalah Kesenian (seni patung, relief, lukis dan gambar, rias, vocal, instrumental, kesusastraan dan drama) Kebudayaan musikal merupakan unsur kebudayaan yang mengalami dampak paling besar terhadap perkembangan tekhnologi. Unsur musikal ini juga banyak mendapat pengaruh dari kebudayaan diluar kebudayaan tersebut. Dalam hal ini penulis akan membahas tentang kebudayaan musical Karo. Suku yang terdapat di Sumatera Utara ini mendapat cukup banyak pengaruh dari kebudayaan diluar kebudayaannya. Teknologi merupakan produk dari kebudayaan sebagai suatu karya manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam hal ini tekhnologi memberi pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan kebudayaan musikal yang terdapat di kebudayaan Karo.

Universitas Sumatera Utara

Dampak nyata dari pengaruh teknlogi terhadap budaya terutama pada masyarakat karo adalah dengan masuknya alat musik Keyboard sekitar tahun 1991 yang disebut dengan gendang kibod 1. Pada awalnya masyarakat menamai instrumen keyboard ini sebagai gendang Jepang 2 dan berubah menjadi gendang Kibod meskipun tidak ada data resmi yang menyebutkan kapan proses penamaan ini terjadi. Salah seorang pemusik tradisi Karo yaitu Jasa Tarigan untuk pertama kali mengkolaborasikan keyboard dengan musik tradisi Karo sehingga telah menjadi suatu fenomena baru kedalam seni pertunjukan tradisional Karo. Awal dipakainya instrumen keyboard dalam seni pertunjukan Karo merupakan perpaduan atau kolaborasi dengan gendang lima sendalanen. Keyboard dalam hal ini adalah instrumen musik elektrik yang memiliki tuts bunyi yang dihasilkannya berasal dari speaker. Sedang gendang lima sendalanen adalah ensambel yang terdiri sarune sebagai pembawa melodi, sedang alat pembawa ritem adalah gendang singanaki, gendang singindungi, penganak, dan gung. Musik kolaborasi itu awalnya hanya dipergunakan dalam konteks seni pertunjukan tradisional gendang guro-guro aron 3. Saat ini musik kolaborasi ini hanya

didapati dibeberapa tempat saja meskipun untuk dapat melihat langsung acara ini hanya berlangsung setahun sekali dibeberapa desa 4. Pada awal kemunculannya, kehadiran musik Keyboard mendapat sikap pro-

kontra di antara masyarakat dan para pemerhati kebudayaan Karo sendiri. Hal ini

1 2

Gendang kibod dalam hal ini berarti instrument musik keyboard Gendang jepang: keyboard merek Yamaha yang diproduksi dinegara Jepang keyboard jenis pertama yang digunakan dalam adat masyarakat Karo.

3 4

Seni pertunjukan musik, tari dan vocal yang dibawakan oleh muda-mudi di desa pasca panen

Musik kolaborasi tersebut setiap tahunnya dalam acara Kerja tahun masih berlangsung di desa Batukarang, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo.

Universitas Sumatera Utara

diakibatkan karena dengan masuknya musik keyboard dapat berdampak buruk terhadap keberadaan gendang lima sendalanen. Secara kwantitas/jumlah regenerasi pemusik tradisi kalah jauh apa bila dibandingkan dengan regenerasi pemain keyboard. Kurangnya minat generasi muda untuk mempelajari musik tradisi dapat dilihat dari keberadaan pemusik tradisi, sebahagian besar para pemusik tradisi adalah orang tua sedang untuk pemain keyboard sendiri sebahagian besar adalah para generasi muda. Semakin banyaknya orang Karo lebih memilih menggunakan jasa pemain keyboard menurut Jasa Tarigan sendiri kebanyakan adalah diakibatkan karena faktor ekonomi. Untuk mengunakan jasa para pemusik tradisi pelaksana pesta setidak-tidaknya harus membayar balas jasa kepada empat orang pemain musik. Sedang untuk membayar biaya sewa pemakaian jasa pemain keyboard, yang pelaksana pesta hanya perlu mengeluarkan biaya kepada seorang pemusik saja yaitu pemain keyboard. Meskipun tak jarang ada juga orang Karo yang memang mengkolaborasikan gendang lima sendalanen dengan alat musik keyboard. Secara popularitas seorang pemusik tradisi kalah jauh dengan pemain keyboard. Ini dapat dibuktikan terutama pada saat ada acara gendang guro-guro aron. Masyarakat terutama panitia pelaksana gendang guro-guro aron biasanya lebih memilih menggunakan jasa seorang pemain keyboard untuk mengisi acara pada gendang guroguro aron yang sedang popular. Popularitas menjadi faktor utama pemilihan pemusik untuk mengisi acara. Karena diyakini apa bila seorang pemain keyboard yang cukup popular didatangkan diacara gendang tersebut maka akan banyak orang yang hadir dan memeriahkan acara tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Memudarnya etika dalam menari juga merupakan salah satu dampak dari masuknya gendang kibod ini. Munculnya tarian-tarian bebas (gendang are-are) yang mengakibatkan semakin terpuruknya kesenian tradisi Karo. Bahkan untuk dapat menyaksikan tarian tradisi hanya dapat dijumpai pada saat-saat tertentu seperti festival tari ataupun pertunjukan kesenian tradisi. Alasan alasan kenyamanan juga menimbulkan sikap kontra di masyarakat dan pemerhati kesenian tradisi Karo tidak terjadi lagi. Menari bersenggolan anggota badan masih merupakan hal yang tabu bagi banyak orang Karo. Meskipun demikian belakangan keberadaan gendang kibod ini telah memiliki peran yang cukup penting bukan hanya dalam pertunjukan gendang guro-guro aron, tapi juga dalam beberapa kegiatan adat seperti, mengket rumah mbaru, adat kerja perjabun, upacara yang bersifat ritual, bahkan telah menggantikan fungsi gendang lima sendalanen dalam upacara adat Cawir metua. Cawir metua adalah meninggal dunia di usia uzur (beranak-cucu, cicit) biasanya dan semua anaknya sudah berumah tangga. Jenis kematian cawir metua ini merupakan jenis kematian yang memiliki nilai kebanggaan dibandingkan jenis kematian lain dalam kebudayaan masyarakat Karo. Dari proses pelaksanaan adat kematian Cawir metua dapat dilihat jelas kalau ada kebanggaan oleh keturunan yang meninggal dunia karena seluruh kewajiban yang telah meningal dunia dianggap selama hidupnya sudah terlaksana. Kebanggaan ini secara jelas dapat dilihat dimana sebahagian besar dari konsep upacara yang dilaksanakan lebih banyak berisikan kegiatan yang bersifat hiburan. 5 Dimana keturunan dari yang meninggal dunia menari dan menyanyi membawakan lagu-lagu popular Karo yang mana Lagu-lagu yang dibawakan lebih berfungsi sebagai hiburan.

Hasil pengamatan di desa Perbesi Kabupaten Karo pada upacara adat Cawir metua.

Universitas Sumatera Utara

Disinilah Gendang kibod memiliki peran penting selama berlangsungnya upacara kematian cawir metua. Banyaknya permintaan lagu-lagu popular menjadikan peran Keyboard sangat penting sepanjang upacara cawir metua. Melihat semakin pentingnya peran gendang kibod didalam seni pertunjukan masyarakat Karo khususnya dalam upacara adat cawir metua seperti yang telah dijelaskan tadi maka penulis merasa tertarik untuk melihat dan mempelajari bagai mana proses penyajian gendang kibod ini dalam upacara kematian cawir metua sehingga dapat menghasilkan sebuah karya ilmiah dalam bentuk tulisan yang diberi judul Deskripsi Gendang Kibod Dalam Upacara Kematian Cawir Metua 1.1 Pokok Permasalahan Berdasarkan latar belakang masalah diatas, adapun yang menjadi pokok

permasalahan dalam tulisan ini adalah 1. Bagaimana deskripsi pelaksanaan upacara adat cawir metua? 2. Bagaimana peranan keyboard dalam upacara adat cawir metua?

1.2 Tujuan dan Manfaat 1.2.1 Tujuan Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah : 1. untuk mengetahui dengan jelas bagaimana proses pelaksanaan upacara adat cawir metua. 2. untuk mengetahui peran keyboard dalam upacara adat cawir metua 1.2.2 Manfat 1) Sebagai bahan dokumentasi budaya.

Universitas Sumatera Utara

2) Sebagai bahan pengetahuan tentang proses adat cawir metua pada masyarakat Karo 3) Untuk mengetahui peranan keyboard dalam upacara adat cawir metua.

1.3 Konsep dan Teori 1.3.1 Konsep Konsep adalah pengertian abstrak dari sejumlah konsepsi-konsepsi atau pengertian, pendapat (paham) yang telah ada dalam pikiran (Bachtiar 1997:10). Konsep juga merupakan defenisis dari apa yang perlu diamati, dan merupakan penentuan antara variabel-variabel jika ingin menentukan adanya hubungan empiris. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, deskriptif adalah menggambarkan apa adanya. Sedangkan penyajian adalah proses, cara, pembuatan menyajikan, pengaturan penampilan dalam pertunjukan. Kata gendang dapat berarti sebagai berikut: Judul satu komposisi (misalnya gendang simalungen rayat, gendang simalungen timur, gendang patam-patam), Ensambel (misalnya gendang lima sedalanen, gendang telu sedalanen), Upacara yang disertai dengan musik tradisional misalnya (gendang cawir metua, gendang guro-guro aron), Nama alat musik (instrumen) tradisional Karo secara khusus yaitu gendang singanaki dan gendang singindungi. Jadi dalam hal ini gendang kibod yang dimaksud adalah komposisi musik karo yang menggunakan instrumen musik keyboard elektrik yang menghasilkan bunyi dari speaker dan diadopsi oleh orang Karo yang disebut dengan gendang kibod berfungsi

Universitas Sumatera Utara

mengiringi lagu dan tarian Karo yang mana didalam bank-bank 6 suara dari instrumen keyboard dapat diprogram sesuai atau menyerupai bunyi alat musik tradisi Karo. Cawir berarti utuh sedangkan metua dapat berari usia yang sudah tua dan dapat juga berarti meninggal dunia. Dalam konteks kematian cawir metua bermakna meninggal pada usia yang sudah uzur dan semua anak nya sudah berumahtanga 1.4.2 Teori Teori digunakan sebagai landasan kerangka berpikir dalam membahas permasalahan. Untuk itu penulis mencoba mengambil beberapa teori yang dianggap perlu sebagai referensi atau acuan dalam penulisan skripsi ini. (Bachtiar 1997:10) mendefenisikan teori sebagai ketentuan-ketentuan dasar saintifik yang akan

diaplikasikan, dimana kebenarannya telah diuji dengan mengikuti disiplin tertentu oleh para pakarnya. Dalam mendeskripsikan komponen-komponen upacara penulis mengacu kepada Koentjaraningrat (1976:240) skipun teori ini dijelaskan sebagai teori untuk

mendeskripsika upacara yang bersifat ritual namun penulis merasa teori ini masih relefan untuk mendeskripsikan uacara adat kematian karo, yang mana dalam mendeskripsikan upacara ritual dikelompokkan empat komponen penting yaitu: 1. Tempat upacara 2. Waktu upacara 3. Benda-benda dan alat-alat upacara 4. Pendukung atau pemimpin upacara Untuk melihat seperti apa peranan musik dalam adat cawir metua maka penulis melihat penting kiranya diketahui fungsi musik itu sendiri dalam upacara adat tersebut
6

Tempat penyimpanan suara-suara instrument pada keyboard

Universitas Sumatera Utara

sehingga semakin jelas dapat dilihat peranan musik tersebut. Untuk mendeskripsikan fungsi musik maka penulis menggunakan teori Merriam. Menurut Merriam sedikitnya ada 10 fungsi musik, yaitu : 1)sebagai pengungkapan emosional 2) sebagai hiburan 3) sebagai penghayatan estetis 4) sebagai komunikasi 5) sebagai reaksi jasmani 6) sebagai perlambangan 7) sebagai suatu yang berkaitan dengan norma-norma sosial 8) sebagai perlambangan pengesahan lembaga sosial dan upacara kagamaan 9) sebagai kesinambungan budaya 10) sebagai pengintegrasian masyarakat. 1.4 Metode Penelitian Dalam hal metode penelitian, penulis memakai metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Suatu penelitian kualitatif memungkinkan kita memahami masyarakat secara personal dan memandang mereka sendiri mengungkapkan pandangan dunianya (Bogdan 1975:45). Menurut Netll (1964:62-64) ada 2 hal yang esensial untuk melakukan aktifitas penelitian dalam disiplin etnomusikologi yaitu : kerja lapangan (field work) dan kerja laboratorium (desk work). Kerja lapangan meliputi pemilihan informan, pendekatan dan

Universitas Sumatera Utara

pengambilan data, pengumpulan dan perekaman data. Sedangkan kerja laboratorium meliputi pengolahan data, menganalisis dan membuat kesimpulan dari keseluruhan datadata yang diperoleh. Namun demikian, sebelum melakukan hal ini terlebih dahulu dilakukan studi kepustakaan yakni mendapatkan literatur atau sumber-sumber bacaan yang berkaitan dengan pokok permasalahan. 1.5.1 Studi Kepustakaan Studi kepustakaan dilakukan sebagai landasan dalam hal penelitian, yakni dengan mengumpulkan literatur atau sumber bacaan yang akan menjadi dasar dalam melakukan penelitian. Sumber-sumber bacaan ini dapat berupa buku, surat kabar, majalah, ensiklopedi, jurnal, bulletin, skripsi, file internet dan lain-lain. Dengan melakukan studi kepustakaan ini penulis akan dapat melakukan cara yang efektif dalam melakukan penelitian lapangan dan penyusunan skripsi ini. Dalam hal ini penulis menjadikan buku adat Karo yang disusun oleh Darwan Prinst sebagai referensi awal. 1.5.2 Kerja Lapangan Kerja lapangan merupakan salah satu metode pengumpulan data yang paling akurat karena peneliti langsung dapat mengamati langsung objek yang akan diteliti sehingga data yang diperoleh lebih objektif. Dalam hal ini data yang dibutuhkan dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang paling utama menjadi kebutuhan peneliti yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung dilapangan, sementara data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi kepustakaan. Selain itu dalam pelaksanan pengambilan data primer ada beberapa tahapan penting yang perlu dilakukan yaitu: 1.5.2.1 Observasi langsung

Universitas Sumatera Utara

1.5.2.2 Wawancara 1.5.2.3 Perekaman 1.5.2.4 Pemotretan 1.5.3 Observasi Langsung Adapun observasi langsung ini dilakukan uantuk mendapatkan secara langsung data-data yang dibutuhkan selama berlangsungnya kegiatan yang diamati tersebut. Selain mengamati kegiatan dari observasi langsung ini penulis dapat langsung menentukan orang-orang yang dianggap mampu menjadi nara sumber dalam pengumpulan data-data yang dibutuhkan penulis. Jasa Tarigan adalah narasumber awal yang penulis pilih untuk mendapatkan data seputar sejarah awal proses masuknya keyboard kedalam ensambel gendang lima sendalanen. 1.5.4 Wawancara Wawancara ini merupakan salah satu proses untuk mendapatkan data dari para informan yang dianggap mampu memenuhi kebutuhan penulisan ini. Tekhnik wawancara yang dilakukan oleh penulis adalah seperti yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1985:138-140) mengatakan bahwa wawancara dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu: 1. Wawancara berfokus : pertanyaan tidak mempunyai struktur tertentu dan selalu berpusat kepada satu pokok permasalahan 2. Wawancara bebas : pertanyaan yang diajukan tidak hanya berpusat pada pokok permasalahan tetapi beraneka ragam selama masih berkaitan dengan objek peneitian.

10

Universitas Sumatera Utara

3. Wawancara sambil lalu : pertanyaan dalam hal ini diajukan kepada nara sumber dalam situasi yang tidak terkonsep ataupun tanpa persiapan. Dengan kata lain informan dijumpai secara kebetulan. 1.5.5 Perekaman Ada dua jenis perekaman yang penulis lakukan yaitu perekaman audio dan perekaman video audio. Hal perekaman audio digunakan tape perekam Merek Sony microcassette-corder M-455. Sedangkan untuk merekam video digunakan

digunakankamera video sony mini DVD. Untuk mendapatkan dokumentasi dalam bentuk gambar digunakan kamera yang sama dari kamera video tersebut. 1.5.7 Kerja Laboratorium Kerja laboratorium merupakan proses penganalisisan data-data yang telah didapat dari lapangan. Setelah semua data yang diperoleh dari lapangan maupun bahan dari studi kepustakaan terkumpul, selanjutnya dilakukan pembahasan dan penyusunan tulisan. Sedangkan untuk hasil rekaman dilakukan pentranskripsian dan selanjutnya dianalisa. Pada akhirnya hasil dari pengolahan data dan penganalisaan disusun secara sistematis dengan mengikuti kerangka penulisan. 1.5.8 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian penulis adalah di jambur 7 yang terdapat dikabupaten Karo dan Medan dengan alasan pemilihan lokasi ini adalah karena di kedua lokasi ini upacara adat cawir metua masih tetap dilaksanakan. dikota Kabupaten Karo ataupun Kota Medan yang banyak didiami masyarakat suku Karo.

Balai desa tempat berlangsungnya pesta adat pernikahan, adat kematian, gendang guro-guro aron dan kegiatan adat lainnya

11

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai