Anda di halaman 1dari 30

BAB 12 ANALISIS PERCAKAPAN: BAGIAN II 12.

1 PENDAHULUAN: DARI BENTUK KE ISI Bab yang telah lalu berkonsentrasi pada berbagai piranti formal yang dapat digunakan para pelaku percakapan untuk menyusun pembicaraan mereka, mengukur intervensi-intervensi mereka dan mengendalikan hak bicara mereka. Sebagaimana terlihat jelas dalam pembahasan tersebut, ada piranti-piranti formal (khususnya yang berhubungan dengan apa yang akan kita sebut penentuan rangkaian dalam ujaran berikutnya), seringkali tidak dapat dipisahkan dari apa yang diungkapkan oleh bentukbentuk yang sedang dibicarakan. Permintaan diikuti oleh pemenuhan atau penolakan, bukan hanya pada tataran formal: ada suatu alasan bagi pasangan-pasangan yang terjadi bersama, yakni, kenyataan bahwa kedua anggota pasangan tersebut (sebenarnya) berurusan dengan isi pembicaraan yang sama. Dalam bagian bab berikut, pertama kita akan menyelidiki sebagian mekanisme percakapan yang berorientasi pada isi. Dengan melakukan pekerjaan ini, kita juga akan memperoleh pemahaman pertama tentang pragmatik yang terlibat di sini; namun, pembahasan lebih lanjut aspek ini akan disajikan belakangan (simak bagian 12.7). 12.2 KOHERENSI Secara intuitif, kita dapat membedakan antara percakapan yang koheren dari celotehan yang tidak koheren. Para ahli linguistik dari berbagai macam aliran telah berusaha keras untuk memberikan penjelasan yang disertai dengan berbagai alasan terhadap pengalaman baru ini, dan salah satu cara yang mereka gunakan untuk mendekati persoalan ini adalah dengan memperkenalkan sebuah istilah yang disebut koherensi. Percakapan, sebagaimana halnya wacana pada umumnya, dikatakan diatur oleh Prinsip Koherensi. agar sebuah ujaran dapat membentuk rangkaian yang koheren (bertalian secara logis) dengan ujaran sebelumnya, ia harus memenuhi maksud ilokusioner ujaran selanjutnya, ataupun menunjukkan pra-anggapan-praanggapan pragmatiknya (Tsui l991: 111, 120). Saya akan membahas masalah maksud ilokusioner di bawah, dalam bagian 12.5 (pra-anggapan telah dibahas sebelumnya, bagian 10.4.3). Aspek-aspek pragmatik koherensi akan dibahas dalam bagian-bagian yang akan datang (12.6 dan 12.7; bandingkan juga dengan 12.4.2). Untuk saat ini, saya akan memberikan sepenggal teks yang tidak menunjukkan koherensi sama sekali, meskipun secara lokal ia diorganisir sebagai sebuah rangkaian giliran. Percakapan berikut (antara seorang psikiater dan pasiennya, seorang wanita kelas menengah berpendidikan yang telah berusia 80 tahun) diambil dari Rosenbaum dan Sonne (l986); ini merupakan contoh yang khas dari wacana sizofrenik atau bahkan wacana-wacana sizofrenik (dari kata schizophrenia, kelainan jiwa suka mengasingkan diri), saat mereke bercakap-cakap (l986: 18ff). I[nterviewer]: Is it something you have experienced? P[atient]: No, yes, its been said to us. 230

I: P: I: P:

Aha. Yes, its been said. Who said it to you? Well, I can hardly remember who. There are many young gentlemen here, many young people who have been seperated, and they have said it they have told something about it. Yes. Where are these young people? Well, they are three hundred things after all, so we are, we had people all over space, yes. There were ... the whole of space was filled with people and then they were put into three skins at our place. Three skins? Yes, they were put into the body, but I think that two of the skins are ready, they should be ready, they should be seperated. And there were three hundred thousand who had no reason, or soul, or reason. But now they are so ... now it seems that there are some who have neither soul nor reason and they had to be helped, and people have to be helped, I cant do it here in this where we are, we have to be in ... if Iam to take care of these things. These ... thats what the ladies say, they are aware ... In Oster Sogade? yes, we helped them in that way there and there were many who slid away and many who were helped. Yes. There were many who slid away and many who were helped? Yes, I dont know how many, I dont know. But there were many trisks and svilts, I think there are most trisks and svilts [meaningless English words calqued on equally meaningless Danish ones; cf. trilms, below]. That is those who are made out of svilt clay. Out of svilt clay? Yes, it is out on space. They make them on trilms. Trilms? By trilms. And then they go through three levels. Some only go through two. Some go through three. Yes. When they make them. (l986: 9ff.)

I: P:

I: P:

I: P: I: P:

I: P: I: P:

Pe(wawancara): Inikah sesuatu yang telah anda alami? Pa(sien): Bukan, ya, itu telah dikatakan kepada kami. Pe: Aha! Pa: Ya, itu telah dikatakan. Pe: Siapa yang mengatakannya kepada anda? Pa: Yaa, rasanya saya tidak dapat mengingatnya. Di sini banyak pemuda gagah, banyak orang muda yang telah berpisah, dan mereka telah mengatakannya mereka telah mengatakan sesuatu tentang masalah ini. Ya. Di mana orang-orang muda ini? Yaa, jumlah mereka kan ada tiga ratus orang, jadi kita, yaa, di mana-mana ada orang-orang itu. Ada seluruh tempat penuh dengan orang-orang itu dan oleh karena itu mereka dimasukkan kedalam tiga kulit pada tempat kita.

Pe: Pa:

231

Pe: Pa:

Pe: Pa: Pe: Pa:

Pe: Pa: Pe: Pa:

Tiga kulit? Ya, mereka dimasukkan kedalam tubuh, tetapi saya kira dua di antara ketiga kulit tersebut telah siap, keduanya seharusnya telah siap, keduanya seharusnya telah berpisah. Dan ada tiga ratus ribu orang yang tidak berakal, tidak berjiwa. Tetapi sekarang mereka begitu sekarang tampak bahwa ada beberapa orang yang tidak berjiwa atau tidak berakal dan mereka harus ditolong, dan orangorang harus ditolong, saya tidak dapat melakukannya di sini di tempat ini di mana kita berada, kita harus ada di jika saya harus memperhatikan hal-hal semacam ini. Ini itulah yang dikatakan para wanita, mereka sadar Saya telah menolong mereka di Oster Sogade [sebuah jalan besar di Copenhagen tengah] kami menolong mereka dengan cara itu. Di Oster Sogade? Ya, kami menolong mereka di jalan di sana dan ada banyak orang yang tergelincir dan banyak yang tertolong. Ya. Ada banyak orang yang tergelincir dan banyak yang tertolong? Ya, saya tidak tahu berapa banyaknya, saya tidak tahu. Tetapi ada banyak trisks dan svilts, saya kira ada paling banyak trisk dan svilt [kata-kata bahasa Inggris tak bermakna yang ditemukan dalam kata-kata bahasa Denmark yang samasama tidak bermakna; bandingkan dengan trilms, di bawah]. Yaitu orang-orang yang terbuat dari tanah liat svilt. Dari tanah liat svilt? Ya, itu di luar ruangan. Mereka membuatnya dalam trilms. Trilms? Dengan trilms. Dan kemudian mereka melalui tiga tahap. Sebagian hanya melalui dua tahap. Sebagian melalui tiga tahap. Ya. Ketika mereka membuatnya. (1986: 9ff.)

Koherensi dalam penggalan percakapan ini sangat bersifat lokal, sebagaimana kata para analis percakapan; koherensi ini berkisar di seputar pengorganisasian pembicaraan secara lokal dan formal dengan mengacu pada hal-hal yang baru saja disebutkan dalam konteks sebelumnya. Dengan demikian, ada sejumlah tertentu apa yang disebut Stubbs (l983: 126-7) dengan istilah kohesi teks; tetapi agar teks tersebut dapat berjalan lancar dan sedikit diatur, peran pendorong yang diambil pewawancara sangat penting: apabila pasien berhenti, pewawancara mengulangi sebagian kata-kata terakhirnya, agar ia mulai berbicara lagi. Namun demikian, sulit mengatakan sesungguhnya apa yang dimaksudkan dengan kohensi teks dalam percakapan ini: apa isi penggalan percakapan ini? Apa yang dimaksud, misalnya, dengan trisks dan svilts dan trilms? Atau apa yang dimaksud dengan tergelincir ke dalam apa? (kemudian, ternyata orang-orang tergelincir ke dalam kubangan di pabrik gula). Memang meskipun benar sekali bahwa tak seorang pun pernah tahu sepenuhnya apa yang akan dikatakan oleh pihak lain dalam sebuah percakapan, namun jelas sekali bahwa percakapan di atas begitu tidak bertalian secara logis (koheren) dan tidak dapat diprediksikan (meskipun memiliki kohesi teks) sehingga satu-satunya cara untuk membuatnya bisa terus berjalan adalah tugas pewawancara untuk mengulangi sebagian kata-kata yang baru saja diujarkan oleh pasien, yang kurang lebih seperti yang dilakukan oleh seorang ahli terapi Roger, atau ekuivalen komputernya, ELIZA. Pewawancara hanya menjaga agar tuturan tersebut tetap berjalan lancar, tanpa memiliki prasangka ke mana tuturan akan berlanjut. 232

Sebagaimana dikatakan sendiri oleh orang yang diwawancarai pada saat terakhir dalam percakapan, seolah-olah ada bunyi kaset yang dimainkan dalam kepalanya: Pa: Pe: Pa: Pe: Pa: kami memiliki kaset yang berbunyi. Nah yang berbunyi ini kaset Ini kaset tua yang berbunyi. Ini kaset tua yang berbunyi? Ini kaset tua yang berbunyi ketika Ketika Anda sedang berbicara sekarang? Ya, itu juga kaset (Rosenbaum dan Sonne l986: 12).

Metafora kaset dengan tepat melambangkan kohesi teks yang bagaimanapun juga ada dalam penggalan percakapan ini; namun demikian, tampaknya tidak banyak koherensi menurut pengertian yang diajukan Tsui. Sekarang bandingkan dengan pertukaran percakapan berikut, yang semuanya, sepintas lalu, tampak kekurangan kohesi teks; namun dalam kerangka yang lebih besar, akhirnya dapat dimengerti (Tsui, l991; 115). A: B: Whats the time? (a) Eleven. (b) Time of coffee. (c) I havent got a watch, sorry. (d) How should I know. (e) Ask Jack. (f) You know bloody well what time it is. (g) Why do you ask? (h) What did you say? (i) What do you mean? Jam berapa sekarang? (a) Sebelas. (b) Saatnya minum kopi. (c) Saya belum lihat jam, maaf. (d) Mana saya tahu. (e) Tanya saja Jack. (f) Kurasa kau tahu sendiri jam berapa sekarang. (g) Mengapa kau bertanya? (h) Apa katamu? (i) Apa maksudmu?

A: B:

Dari semua jawaban ini, hanya kedua jawaban pertama yang dengan tepat memenuhi syarat untuk tes koherensi yang ditunjukkan dalam bab sebelumnya (permintaan terhadap informasi pemenuhan dengan memberikan informasi). Namun demikian, tidak berarti jawaban yang lain tidak relevan, sejauh jawaban-jawaban tersebut semuanya dapat dimengerti dalam suatu konteks tertentu (yakni, jawaban-

233

jawaban tersebut ditujukan pada beberapa praanggapan umum dalam latar belakang pragmatik penutur dan pendengar, sebagaimana akan kita lihat di bawah, bagian 12.4.2). Misalnya, ambil jawaban minum kopi: biasanya orang-orang minum kopi pada saat yang sama setiap hari; oleh karena itu waktu untuk ngopi merupakan petunjuk yang kurang lebih sama persis dengan waktu jam yang sebenarnya. Demikian juga, jika seseorang kebetulan tinggal di kota Knigsberg di Prusia Timur menjelang akhir abad ke-18, cara untuk mengatakan waktu, 12 siang, adalah dengan menjawab: Profesor Kant baru saja lewat; kegiatan olah raga siang hari yang dilakukan Kant sehari-hari di tembok kita selalu begitu tepat waktu sehingga orang-orang dapat menggunakannya untuk mencocokkan jam mereka. Jadi, dalam percakapan normal, bahkan jawaban-jawaban yang tidak diperkirakan sama sekali tidaklah mengherankan, begitu kita bisa menempatkannya dalam konteks yang tepat, baik dalam realitas fisik maupun dalam alam wacana. Jika kita tidak bisa melakukannya, kita dapat bertanya kepada diri kita sendiri apakah orang yang kita ajak berbicara mungkin menderita suatu gangguan psikiatrik tertentu, atau kemungkinan lain apakah ia bermaksud menyampaikan isi yang sama sekali berbeda daripada apa yang tampaknya kita persepsikan (misalnya, Saya tidak ingin berbicara dengan anda, Menyingkirlah, atau pesan lain semacam ini). 12.3 PENENTUAN RANGKAIAN Contoh-contoh yang disajikan dalam bagian di atas menunjukkan bahwa fakta ujaran saja yang terjadi satu setelah yang lain tidak menjamin adanya koherensi. Namun, penetapan rangkaian (sebagaimana saya sebutkan dalam bagian 11.5.2) memainkan peranan penting dalam menyusun percakapan kita, bukan hanya pada tataran tanda-tanda formal, tetapi juga pada tataran apa yang dimaksudkan oleh ujaran, atau tataran bagaimana ujaran-ujaran tersebut berfungsi. Sebagaimana kata Levinson bahkan, unit-unit yang sedang dibicarakan (ujaran-ujaran itu) secara fungsional ditentukan oleh berbagai tindakan yang tampaknya dapat dilakukan dalam konteks (l983: 293). Sebaliknya, pelanggaran kaidah (yang mengatur rangkaian-rangkaian yang bertalian secara logis) menghasilkan wacana yang tidak bertalian secara logis yang dilihat dan diperhatikan oleh lawan bicara, dan pelanggaran terhadap kaidah-kaidah ini biasanya dapat ketahuan (Tsui l991: 111, penekanan saya). Yang jelas, dalam kasus wacana berkenaan dengan orang yang mengidap kelainan jiwa yang dikutip pada bagian sebelumnya, sebagian kaidah telah dilang-gar; inilah sesuatu yang kita lihat meskipun kita tidak sukses mencoba memahami percakapan tersebut. Maka penentuan rangkaian jelas tidak dapat hanya sebagai masalah rangkaian ujaran; khususnya, percakapan dibangun (sebagaimana teks pada umumnya) dalam suatu lingkungan yang hidup, antara para pengguna yang hidup. Percakapan disusun menurut beberapa kaidah sintaksis teks atau koherensi percakapan yang abstrak; kaidah-kaidah semacam ini paling-paling merupakan rekonstruksi dari apa yang biasanya telah terjadi. Oleh karena itu, meskipun percakapan (secara berpasangan) tersusun dari unit-unit yang memiliki kesesuaian langsung dengan kalimat-kalimat (Levinson l983: 294),

234

metode-metode analisis kalimat dan tata bahasa teks, sekaligus struktur-struktur konseptualnya, memiliki validitas yang terbatas saja dalam bidang percakapan. Namun demikian, tetap saja bahwa percakapan dikarakterisasikan oleh sejumlah tertentu struktur yang menyerupai pasangan. Kata percakapan itu sendiri menunjukkan suatu kesamaan tertentu terhadap berbagai pertukaran verbal yang dilakukan secara ritual dan ikodifikasikan secara metrikal dari paduan suara drama Yunani Klasik. Juga dalam nyanyian lagu-lagu suci di gereja dan nyanyian himne, masing-masing pihak bersautan bergantian, yang masing-masing pihak dimarkai dalam teks oleh simbol-simbol V' dan R', yang masing-masing singkatan dari versus dan responsorium. Di sini, istilah versus (dari kata kerja bahasa Latin vertere, membalik; bandingkan juga dengan bagaimana kita mengacu pada kedua sisi halaman: recto dan serso) ingatlah pergantian dan pengembalian peran memimpin dalam nyanyian yang begitu khas dari nyanyian suci gereja secara bersama-sama (persis seperti membukabuka halaman buku juga begitu khas dari kegiatan membaca). Dengan nada yang sama, percakapan terdiri atas kolaborasi berpasangan (yang menyerupai giliran) yang dilakukan orang-orang, bersama dengan berbagai pengulangan dan perluasan sehingga giliran-giliran terus berjalan secara alamiah. Ujaran-ujaran berpasangan semacam ini (Levinson l983: 293) tampaknya berada pada dasar kaidah-kaidah penetapan rangkaian, khususnya sebagaimana diwujudkan dalam sesuatu yang kita sebut pasanganpasangan kedekatan, tentang masalah ini akan dibahas lebih rinci dalam bagian yang akan datang. 12.4 PASANGAN-PASANGAN KEDEKATAN 12.4.1 Sejarah Singkat Bagi analisis percakapan pasangan kedekatan adalah apa yang menjadi tindak tutur semula bagi pragmatik: suatu penemuan yang menjadi titik awal bagi sebuah pendekatan yang sama sekali baru (yang bersifat teoritis dalam hal tindak tutur, dan lebih berorientasi pada praktek dalam hal pasangan kedekatan). Kita dapat berpendapat bahwa inilah hubungan sejarah yang pertama antara analisis percakapan dan teori tindak tutur. Penemuan asli lainnya dalam analisis percakapan (yang utamanya dilakukan Harvey Sacks dalam berbagai kuliah sebelumnya, yang sekarang diterbitkan (kembali) dalam Lectures on Conversation (l992)) adalah bahwa percakapan meru-pakan masalah yang teratur: percakapan tidak hanya dimulai secara acak, tetapi mematuhi kaidahkaidah tertentu yang dibatasi dengan baik dan mengatur ujaran-uja-ran yang terjadi selanjutnya, siapa yang dapat bertutur selanjutnya dan sebagainya. Dengan kata lain, koherensi, atau kohesi teks, diatur oleh kaidah-kaidah. Para ahli teori teks awal tertentu (seperti van Dijk, Petfi dan lain-lainnya) menginterpretasikan kaidah-kaidah ini dalam berbagai istilah yang bersifat gramatikal secara ketat; tata bahasa teks mereka dimodelkan pada model tata bahasa transformasional-generatif yang berlaku pada saat itu (tahun 1970-an analisis wacana), yang disebut Revised Standard Theory. Para ahli teori lainnya, yang melihat teks (khususnya teks-teks percakapan) dari sudut pandang bagaimana orang-orang berbicara sesungguhnya, tidak merasa terlalu banyak terganggu tentang ortodoksi gramatikal. Inilah hubungan historis lain antara tindak tutur dan analisis percakapan. 12.4.2 Tipe-tipe Pasangan Kedekatan

235

Pasangan kedekatan didefinisikan sebagai dua ujaran yang berurutan yang membentuk pertukaran percakapan. Pasangan dikarakterisasikan oleh tipenya. Tipe pasangan diberikah oleh maksud ilokusioner umum (atau daya, sebagaimana sebutan yang diberikan Austin); dengan demikian, pasangan dapat berupa, misalnya, salam salam, perintah kepatuhan (verbal), permintaan (misalnya informasi) pemberian hal yang diminta (misalnya informasi) dan sebagainya. Analisis percakapan klasik (simak, misalnya, Sacks, Schegloff dan Jeferson 1974) membedakan antara bagian pasangan pertama dan bagian pasangan kedua setiap pasangan kedekatan. Sebagai contoh, bagian pasangan pertama bisa berupa seruan; kemudian apa yang merupakan bagian pasangan kedua harus berupa ujaran yang berkaitan dengan kepatuhan (bisa positif ataupun negatif), sebagaimana dalam beberapa pertukaran percakapan berikut: Could you please close that window? Sure Dapatkah Anda menutup jendela itu? Tentu. dan Could you please close that window? No way. Dapatkah Anda menutup jendela itu? Tak bisa. Yang jelas, bagian pasangan kedua dapat berupa salah satu ujaran yang mengandung lebih banyak informasi (misalnya, In a minute ( Sebentar), atau No, Id rather have it open (Tidak, saya menginginkan jendela itu tetap terbuka); tetapi hal itu tidak mempengaruhi tipe pertukaran percakapan atau pasangan kedekatan. Pada umumnya, pengertian tipe dapat digunakan bilamana untuk memprediksikan apa yang jawabannya, dan bagaimana jawaban tersebut dikelola: bagaimana pun juga, tipe membatasi landasan dasar bagi bagian-bagian pasangan kedua yang memungkinkan. Tetapi tipe tersebut juga membatasi lebih daripada landasan dasar tersebut. Dengan mengikuti teori pasangan kedekatan, mengingat adanya bagian pasangan pertama, bagian pasangan kedua langsung relevan dan dapat diperkirakan. Lebih lanjut, menurut Schegloff (l972), jika bagian pasangan kedua tidak ditemukan dalam konteks percakapan, maka bagian pasangan pertama secara resmi dianggap tidak ada, dan penutur pertama bisa mengulangi bagian pertama (misalnya dengan mengulangi seruan, mungkin dengan penekanan: I asked you to close the window (Aku memintamu untuk menutup jendela), Would you please close the window? (Sudikah Anda menutup jendela itu?) dan sebagainya). Bagian-bagian pasangan pertama yang diulang-ulangi semacam ini biasanya tidak terjadi dalam percakapan (misalnya, seseorang tidak mengulangi salam, jika seseorang tidak ingin menganggapnya penting: I have not been greeted (Salamku belum dijawab). Tidak adanya bagian pasangan kedua jelas sekali, dan dapat menimbulkan dampak percakapan tertentu, sebagaimana dalam kasus berpura-pura seolah-olah tidak terjadi. Misalkan saja ada seseorang yang membuat permintaan yang tidak memungkinkan secara sosial, seperti meminta isteri atasan untuk diajak kencan pada acara tamasya perusahaan. Sikap diam penuh kepedihan yang terjadi tersebut membuat

236

peminta yang kurang ajar tersebut menjadi merasa malu; namun sikap tersebut juga merupakan alat untuk mengatakan kepadanya (dengan tidak memberikan indikasi bahwa siapapun telah mendengar apa yang ia katakan); Listen, you did something unfortunate, but were prepared to pretend it didnt happen (Dengar, kau telah melalukan sesuatu yang tidak patut, tetapi kami telah siap berpura-pura itu tidak terjadi). Secara formal, kita dapat mengungkapkan ditolaknya realitas yang sama dengan menggunakan bagian pasangan kedua yang eksplisit (dan sesungguhnya, kontradiktif sendiri) seperti We didnt hear that, did we? (Kita tidak mendengar itu, kan?) Dan bahkan bagian pasangan kedua yang lebih kuat pun bisa mengandung tindak tutur tak langsung tentang pemberian peringatan: I dont belive what Im hearing (Rasanya aku tak percaya telah mendengar permintaan semacam ini ). Dan berbagai kasus semacam ini, sebagaimana telah kita perhatikan sebelumnya, cara paling efektif untuk menyatakan bukanlah menyatakan (secara eksplisit) apa yang sesungguhnya sedang diungkapkan: bahwa penutur tersebut adalah orang tolol yang tidak mampu bergaul secara sosial. Perbedaan antara pengertian yang ketat tentang kedekatan (yang didasarkan pada tipe pertukaran percakapan) dan pandangan yang lebih luas (yang didasarkan pada pengaruh pragmatik jawaban, yang dipandang sebagai suatu pemahaman terhadap apa yang sebenarnya dimaksudkan dengan pertukaran percakapan tersebut) memingatkan kita tentang perbedaan yang telah kami buat sebelumnya antara tindak tutur langsung dan tindak tutur tak langsung. Meskipun teori tindak tutur primitif (sebagaimana dijelaskan secara singkat oleh Austin) sangat menekankan pada berbagai kata kerja aktual yang mengungkapkan tindak tutur, perkembangan selanjutnya memberikan kesempatan bagi tindak tutur untuk direalisasikan dalam segala macam cara tidak langsung (bandingkan dengan contoh klasik: Its cold in here, yang dipahami secara pragmatik sebagai sebuah permintaan untuk menutup pintu atau jendela). Dalam pandangan pragmatik semacam ini, baik pasangan kedekatan itu sendiri ataupun tindak tutur yang membentuk tipenya dijadikan fokus; bahkan, seluruh perilaku pengguna (linguistik sekaligus sosial) itulah yang harus dijelaskan. Pandangan ini akan kami bahas secara panjang lebar pada bab 14. 12.4.3 Persoalan berkaitan dengan pertanyaan Lazimnya sebuah pertanyaan bersama dengan jawabannya adalah pasangan kedekatan tetapi apa tipenya? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus tahu apa yang menjadi jawaban yang sah bagi sebuah pertanyaan. Perhatikan pertukaran percakapan berikut: Pertanyaan: Jawaban: Is Lars there? Apakah Lars ada di sana? You can reach him at extension 3402 Kau dapat menemukannya di ekstensi 3402.

Sesungguhnya, pasangan ini tidak merupakan sebuah tipe pertanyaan-jawaban yang teratur: informasi yang diminta oleh penutur (apakah Lars di sana, yakni di lokasi pendengar) tidak diberikan, kecuali secara tidak langsung. Sebaliknya, berbagai jawaban mungkin yang teratur, seperti: No, he isnt, atau: Im sory, he isnt, atau hanya No, saja sudah dapat memberikan informasi yang diminta; kawan bicara yang

237

memberikan jawaban-jawaban yang teratur terhadap pertanyaan asli secara ketat tetap berada dalam ikatan-ikatan tipologi pasangan kedekatan, namun sangat tidak informatif dalam jawaban yang ia berikan. Kita tergoda untuk mengatakan bahwa cara paling mudah untuk keluar dari dilema ini adalah dengan berasumsi bahwa apapun yang mengikuti sebuah pertanyaan hanyalah jawaban. Di sini, penting diperhatikan bahwa bagian kedua pasangan percakapan (pada umumnya, dari sebuah rangkaian) tidak dapat dibatasi begitu saja oleh isinya, atau oleh karakter tindak tutur klasiknya. Sebagaimana seringkali dikatakan Levinson, tidak ada tindak tutur menjawab, tidak ada tindakan menjawab (answerhood), kecuali sebagai gagasan yang begitu kabur dan meliputi segala sesuatu sehingga tidak ada gunanya untuk mendeskripsikan apa yang sesungguhnya terjadi sebagai jawaban terhadap pertanyaan; bandingkan dengan: secara signifikan, tidak ada usulan daya ilokusioner pemberian jawaban. (l983: 293). Dengan kata lain, menjawab bukanlah sebuah tindak tutur; menjawab yang dapat didefinisikan atas dasar, di antaranya, pertanyaan sebelumnya. Cara lain untuk menjelaskan tindakan menjawab ( answerhood) terhadap jawaban di atas adalah mengatakan bahwa pertanyaan tersebut sesungguhnya bukannya tentang apakah Lars ada di suatu tempat tertentu atau tidak, tetapi hanya menggambarkan cara bertanya lainnya: Do you know where Lars is right now? (Apakah kau tahu di mana Lars saat ini berada? ), atau hanya: Where is Lars? ( Di mana Lars?) Dalam hal tersebut, kita masih dapat berpendapat bahwa tipe pasangan tersebut terjaga. Oleh karena itu, pasangan pertanyaan-jawaban adalah koheren atau bertalian secara logis, juga dari sudut pandang maksud ilokusioner. Dalam tipologi pasangan kedekatan yang ketat, interpretasi terhadap bertindak tutur yang terlibat di sini tidak dianggap berguna. Karena mengingat bahwa sudut tindak tutur aslinya adalah pengambilan intisari informasi tentang keberadaan Lars, jawaban terang-terangan semacam No (he isnt) merupakan jawaban yang sangat berguna. Sebaliknya, jawaban yang menetapkan di mana saya dapat menemui Lars (ekstensi 3402) memberikan informasi yang saya butuhkan; mengingat adanya pengetahuan tersebut, saya bahkan tidak peduli lagi apakah Lars ada di tempat asli yang diperkirakan atau tidak. Para analis percakapan telah berusaha memecahkan persoalan bagian pasangan kedua yang tidak diperkirakan tersebut dengan membedakan antara rangkaian dan prarangkaian (yang diperkenalkan di atas, bagian 11.5.1). Dengan demikian, dalam kasus pertanyaan Is Lars there? Apakah Lars ada di sana? kita sedang berurusan, bukan dengan sebuah permintaan terhadap informasi, melainkan dengan prapermintaan untuk sesuatu yang lain (izin untuk berbicara dengan Lars, sebuah permintaan untuk diizinkan berhubungan dengan Lars dan sebagainya). Koherensi pragmatik ini, sebagaimana sebutan yang kadang-kadang diberikannya, tidak dapat dijelaskan dalam kerangka rangkaian yang ketat (Jacobs dan Jackson l983a: 65). Bagaimana pun , kita dapat mengatakan bahwa pertanyaan apakah Lars ada di sana mempertanyakan tentang kondisi kebahagiaan bagi permintaan yang sesungguhnya: yang jelas, jika Lars tidak ada di sana, maka tidak ada gunanya untuk berusaha dan

238

berbicara dengannya di sana. Lawan bicara yang cerdas memahami hal ini, dan menarik kesimpulan bahwa alasan yang sebenarnya untuk mempertanyakan tentang lokasi Lars adalah keinginan penutur untuk bertemu dengannya; oleh karena itu, ia mengabaikan (mendapatkan lebih dahulu) pertanyaan asli dan menjawab apa yang ia pikir merupakan permintaan yang sebenarnya dengan menunjukkan di mana Lars mungkin dapat ditemukan: You can reach him at extension 3402. Kau dapat menemuinya pada ekstensi 3402. Sebaliknya, ada berbagai kasus di mana prapermintaan diinterpretasikan secara salah sebagai hal yang nyata. Contoh yang tepat adalah sebagai beriku, yang diambil dari Jacobs dan Jackson (l983b: 302); (Seorang pelanggan berjalan ke counter penguangan cek) Customer: Can I cash a cheque? Attendant: Ill be right there. Customer: Thats okay. I was just wondering wheter it was too late or not. Pelanggan: Dapatkah saya menguangkan cek? Petugas: Saya akan segera ke sana. Pelanggan: Baiklah. Saya hanya ingin tahu apakah cek ini terlalu telat atau tidak. Di sini, ujaran yang pertama diinterpretasikan sebagai prarangkaian terhadap perkataan penguangan cek, di mana sesungguhnya itu merupakan sebuah permintaan terhadap informasi. Respon dari petugas tersebut terlalu cepat: kerjasama tersebut berbentuk terkenaan kedua. Kadang-kadang hal ini menyebabkan reaksi-reaksi paranoid, sebagaimana dalam contoh menyenangkan yang diberikan oleh Jacobs dan Jackson (l983b: 301-2; di sini telah sedikit diadaptasikan): (Adegan ini terjadi di rumah Sally dan Scott di Champaign, Illinois, di mana Sally dan Scott keduanya mengajar di Universitas. Sally sedang mencoba mendapatkan pesawat hendak pergi dari Champaign, dan ia baru saja selesai berbicara dengan agen perjalanannya melalui telepon. Ia duduk di ruang tamu, mengenakan jas panjang untuk berangkat ke universitas. Scott berada di kamar sebelah, sedang mempersiapkan mata kuliahnya; ia mendengar sebagian percakapan tersebut, mencar-cari sesuatu dari bukunya dan bertanya:) Scott: Could you get out of here? Sally (indignantly): What do you mean, could I get outta here? Scott (laughing): No, uh, heh-heh-hehhhh, could you get outta Champaign, er

Scott: Dapatkah kau keluar dari sini? Sally (kesal): Apakah maksudmu dengan dapatkan aku keluar dari sini? Scott (tertawa): Enggak, uh, heh-heh-hehhhh, apakah kau dapat keluar dari Champaign, anu

239

Di atas adalah sebuah contoh reaksi paranoid: sekali lagi, bagian pasangan kedua adalah OK dalam rangkaian pasangan aktual (ketika ujaran Scott diinterpretasikan sebagai tindak tutur tak langsung meminta seseorang untuk meninggalkan tempat itu), tetapi tidak dapat dimengerti sebagai sebuah rangkaian terhadap permintaan informasi secara tulus (yang sesungguhnya itulah yang dimaksudkan, perhatikan jawaban Scott yang tertawa). Mengingat adanya sebuah pertanyaan, apa jawabannya?, kita perhatikan bahwa konsep kedekatan yang berangkai secara ketat, yang didasarkan pada tipologi tindak tutur bertanya yang sempit , tidak memberikan respon yang berguna. Pertanyaan apapun dapat memiliki banyak jawaban, yang semuanya relevan dengan inti pertanyaan (yang mungkin tersembunyi). Berikut adalah contoh ilustratif lebih lanjut: Q: What does Joe do for a living? A: (i) The same as always. (ii) Oh this and that (iii) Ive no idea (iv) Whats that got to do with? (v) He doent Pertanyaan: Apa yang dilakukan Joe untuk menopang hidupnya? Jawaban: (i) Sama seperti biasanya (ii) Oh ada saja (iii) Aku tidak tahu (iv) Apa hubungannya denganku? (v) Ia tidak bekerja (diadaptasikan dari Levinson l981: 483). Di sini, kelima jawaban tersebut semuanya adalah pada inti persoalannya, yang berarti bahwa jawaban-jawaban tersebut dipahami sebagai jawaban (yang biasanya tergantung pada konteks), meskipun jawaban-jawaban tersebut tidak memberikan jawaban nyata terhadap pertanyaan, kecuali secara kabur dan bersifat mengelak. Tetapi perhatikan bahwa meskipun hanya jawaban (i) yang benar-benar memenuhi syarat sebagai jawaban yang tipologinya dapat diterima, namun ia tidak mengandung informasi apapun tentang usaha Joe (kecuali dalam kasus penanya yang lebih kurang mengenal baik dengan Joe dan apa yang sesungguhnya ia kerjakan untuk menopang kehidupannya). Tentang jawaban-jawaban yang lain, jawaban-jawaban tersebut menyatakan (secara tepat, berkenaan dengan pertanyaan tersebut) John tidak melalukan apapun khususnya untuk menopang kehidupannya (ii); kawan bicara tidak tahu jawabannya (iii); pertanyaan tersebut ditolak oleh kawan bicara sebagai pertanyaan yang tidak tepat atau tidak relevan (iv), dan Joe adalah seorang pemalas (v). Semua jawaban ini (sekali lagi tergantung pada konteks) benar-benar dapat diterima, namun jawaban-jawaban tersebut tidak sesuai dengan teori kedekatan. Alasannya bisa saja bahwa kedekatan itu sendiri mungkin bukanlah gagasan yang meyakinkan; bagian berikut akan membahas tentang masalah ini. 12.4.4 Koherensi dan kedekatan Alasan bahwa gagasan kita tentang koherensi tidak dikacaukan oleh jawabanjawaban yang dikutip pada akhir bagian sebelumnya bahwa bagaimana pun juga semua jawaban ini merupakan jawaban yang benar-benar baik: jawaban-jawaban

240

tersebut agaknya berkaitan dengan isi pertanyaan, karena tidak hanya menunjukkan daya ilokusionernya, tetapi juga praanggapan-praanggapan pragmatiknya. Biasanya kedekatan didefinisikan sebagai sesuatu yang berkaitan dengan karakter (tipe) ilokusioner pasangan kedekatan. Namun demikian, agar wacana bisa koheren, tidaklah cukup, atau bahkan tidak perlu, ujaran dan pendahulu atau penggantinya, yang dikombinasikan kedalam pasangan kedekatan, mematuhi kaidahkaidah ketat yang dirumuskan oleh para analis percakapan dan didasarkan pada interpretasi tindak tutur ortodoks terhadap ujaran-ujaran yang sedang dibicarakan. Menurut Levinson, pasangan penting karena dapat mengarahkan kita menu-ju ke pemahaman yang baik: dengan adanya sebuah jawaban, pertanyaan tersebut adalah relevan (l983: 293). Tetapi percakapan juga jauh lebih banyak daripada sekadar penggabungan pasangan-pasangan secara berangkai (bukan untuk menyebut-kan bahwa pasangan-pasangan tersebut dapat dikembangkan dengan mudah menjadi tiga-tiga, empat-empat dan sebagainya, dan rangkaian dalam pengertian ini tidak mengharuskan adanya rangkaian yang ada sebelumnya atau sesudahnya dengan segera). Prinsip Koherensi yang diajukan Tsui (yang dikutip dalam bagian 12.2), dengan penekanan gandanya pada daya ilokusioner maupun praanggapan pragmatik, lebih kuat, dan secara hierarkis lebih unggul daripada gagasan kedekatan berpasa-ngan. Kedekatan adalah kasus perangkaian yang bertalian secara logis, tetapi tidak semua perangkaian perlu dibatasi secara ketat dalam kaitannya dengan kedekatan. Dari kedua yang membentuk pragmatik koherensi, praanggapan pragmatik telah dibahas secara mendetail sebelumnya, dalam bagian 10.4.3; saya akan kembali membahas topik ini dalam konteks pragmatik yang lebih luas di bawah, bagian 14.5. Tentang komponen lain dari prinsip tersebut, yakni daya ilokusioner, hal ini akan diteliti lebih cermat dalam bagian yang akan datang. 12.5 PERCAKAPAN DAN TINDAK TUTUR Sebagaimana telah saya katakan di atas, penemuan struktur percakapan berpasangan menimbulkan dampak serupa terhadap kajian analisis percakapan sebagaimana dampak yang ditimbulkan oleh perkembangan teori tindak tutur terhadap pemahaman perilaku linguistik manusia (khususnya, karena pemahaman ini sekarang diwujudkan dalam pragmatik). Yang jelas, keteraturan yang digunakan berbagai tindak tutur tertentu untuk memanifestasikan diri mereka sendiri sebagai tindak (bandingkan dengan penemuan asli Austin tentang tindak tutur yang dilembagakan tipe I baptize thee (Aku membaptiskanmu), dan sebagainya), dalam hal-hal tertentu sejajar dengan penemuan yang disebut Levinson keteraturan yang jelas dalam perilaku tindak tutur: jawaban mengikuti pertanyaan, salam mengikuti salam, dan sebagainya (l983: 289). Sekarang perhatikan pertukaran percakapan berikut, dimana John berkata kepada Mildred (pada suatu pesta yang sedang mereka hadiri; contoh ini dimodifikasi dari Levinson, l983): Its getting late, Mildred. Sudah mulai larut, Mildred. Di antara jawaban-jawaban yang diberikan Mildred, kita dapat membayang-kan paling sedikit tiga jawaban berikut: Are you really that bored? Do you want to go home? So?

241

Apakah kau sudah benar-benar bosan? Apakah kau ingin pulang? Jadi? Sekarang, jika kita ingin menentukan tipe pasangan percakapan ini, kita harus menemukan apa yang dimaksudkan oleh ujaran John: apakah ujaran itu merupakan pernyataan tentang waktu hari itu (tentu saja yang berkaitan dengan koordinatkoordinat biasa: late (larut malam) bukanlah indikasi waktu secara mutlak, seperti, misalnya, 00:15 GMT); apakah ia merupakan suatu ungkapan kebosanan (Let me tell you frankly that I am bored out of my mind ( Terus terang aku katakan padamu bahwa aku benar-benar sudah bosan); apakah merupakan suatu tindak balas dendam atau hukuman (Mildred mungkin telah sedang bercumbu rayu dengan tetangga John); atau merupakan kode rahasia untuk Jangan lupa meminum pilmu; atau sesuatu yang sama sekali berbeda? Dengan kata lain, kita harus coba menetapkan daya ilokusioner perkataan John. Jenis tindak tutur apa yang diwakilinya? Pernyataan, peringatan, permintaan, ancaman, pengakuan? semuanya tergantung pada hal-hal berikut: seberapa baik Mildred mengenal John (apakah mereka suami-isteri, atau hanya berkencan saja); apa jenis pestanya (makan malam formal, atau sekadar pesta yang tidak resmi dan tanpa undangan); dan sebagainya. Meminjam terminologi yang semua dikembangkan dalam konteks lain: kita harus tahu tulisan untuk interaksi khusus ini agar dapat memperkirakan nilai kontekstual ujaran tertentu. Tulisan pesta bisa mencakup informasi yang telah diprakirakan tentang perilaku percakapan orang-orang di pesta; mereka bisa membuat lelucon, berkelai, berbantah-bantahan, bercumbu rayu, membahas linguistik, makan keripik kentang, mabuk dan sebagainya; kemungkinan lain, mereka mungkin menikmati pesta itu sendiri. Sekarang, hal lucu tentang jawaban-jawaban yang mungkin diberikan Mildred dalam percakapan di atas, bagaimana pun juga, jawaban-jawabannya adalah OK; yakni: dalam konteks, jawaban-jawaban tersebut dapat dimengerti. Khususnya jika kita melihat berbagai pengaruh yang dapat ditimbulkannya, jawaban-jawaban tersebut harus benar-benar valid, dalam pengertian jawaban yang efektif: John mungkin merasa kaget dan hanya berjalan pergi begitu saja atau ia mungkin menyerahkan kunci mobil kepada Mildred atau mereka mungkin melanjutkan percakapan (yang dalam segala kemungkinan berubah menjadi pertengkaran, dengan bertindak tuturnya yang tepat, tetapi tidak dapat diprediksikan dan akhir percakapan yang tidak tepat, tetapi sama-sama dapat diprediksikan). Pertama, contoh di atas menunjukkan bahwa tindak tutur khususnya bukan-lah alat yang bagus untuk bekerja, bila berkenaan dengan upaya untuk memahami sebuah ujaran dalam konteks: tindak tutur mana yang sebenarnya dilihat orang banyak, jika bukan semata-mata tergantung pada konteks tersebut. Kedua, persoalan pengklasifikasian pasangan kedekatan percakapan dalam kaitannya dengan daya ilokusioner itu sendiri merupakan sebuah persoalan (simak di atas); namun demikian, persoalan daya sesungguhnya tidak akan semakin mudah jika kita membatasi diri kita sendiri pada upaya-upaya untuk meletakkan pasangan-pasangan tersebut dalam konteks (ko-teks)nya yang benar-benar sesuai, tanpa mempertimbangkan berbagai pengaruhnya (baik yang bersifat perlokusioner maupun yang lain). Kita bisa saja menyimpulkan bahwa sesungguhnya yang dimaksudkan adalah bagaimana tindak tutur tersebut berfungsi: jika perkataan John kepada Mildred

242

berfungsi sebagai pernyataan (tepatnya sebuah peringatan), maka perkataan itu adalah tindak tutur (atau suatu varian tindak tutur pernyataan); jika berfungsi sebagai ungkapan kebosanan, maka perkataan tersebut adalah sebuah ungkapan, dan sebagainya. Dengan kata lain: unit-unit yang sedang dibicarakan tersebut tampaknya dibatasi fungsinya oleh tindakan-tindakan yang dapat dilihat melakukan sesuatu dalam konteks (Levinson l983: 291). Bila memperimbangkan hal ini sebagai titik tolak pembahasan kita, kita melihat bagaimana pembahasan-pembahasan tentang tipe interaksi percakapan tersebut sesungguhnya merupakan persoalan kecil di samping persoalan utama. Yang penting bukanlah apa yang diputuskan penutur (baik sengaja atau tidak) untuk bertanya, menyuruh, atau meminta, dan sebagainya, tetapi pengaruh yang ditimbulkan oleh tindak tutur yang sedang dibicarakan (namun diinterpretasikan secara luas) terhadap perkembangan interaksi percakapan. Austin telah menyadari persoalan ini, ketika ia berbicara tentang penyerapan sebagai syarat yang diperlukan terhadap kebahagiaan (atau kesenangan yang besar) tindak tutur. Kita bisa memperluas syarat-syarat yang diajukan Austin untuk mencakup syarat-syarat yang memenuhi syarat dan valid dalam suatu konteks tertentu, dan bertanya: Makna apa yang ditunjukkan oleh masing-masing ujaran, ketika dipertimbangkan dalam konteksnya secara total? Misalnya, apakah sebuah permintaan tertentu (misalnya, meminta sebuah korek api) benar-benar merupakan sebuah tindak tutur bertanya, atau mungkin sebuah perkataan lanjutan, sebuah pembelaan atas pemahaman atau simpati manusia atau sebuah pendahuluan terhadap perampokan bersenjata? 12.6 DI LUAR PENGORGANISASIAN LOKAL Daripada mendasarkan diri kita pada tipologi tindak tutur agar dapat mencakup pengklasifikasian fenomena-fenomena kedekatan, kita harus mencari sebuah penjelasan di luar kerangka yang mendasarkan dirinya sendiri pada teori tindak tutur secara tepat. Sementara Sacks dan para ahli etnometodologi yang asli mengasumsikan niat penutur (pengertian psikologis) membentuk tipe pertukaran percakapan, pandangan yang lebih pragmatis akan menekankan bahwa apapun hasilnya merupakan aspek paling penting dari situasi apapun. Dalam kasus pertanyaan, apapun yang dijawab, adalah jawaban itu sendiri, dan itu merupakan tugas para analis percakapan untuk menemukan apa yang dimaksudkan oleh jawaban tersebut, bukannya untuk membuat jawaban tertentu menjadi berantakan. Oleh karena itu, setiap tipologi pasangan percakapan (jika memang kita dapat mengoperasikan dengan konsep ini) ditentukan, bukan menurut pemroduksian ujaran itu oleh penutur, tetapi oleh kerja sama yang dilakukan oleh penutur dan pendengar untuk memproduksi seluruh percakapan, termasuk pasangan khusus ini. Karena alasan inilah, penting kiranya untuk mengidentifikasi sudut pandang motivasi (pertanyaan yang biasa diajukan adalah: Mengapa orang-orang mengatakan ini atau itu?), sebagaimana dibandingkan dengan sudut pandang pragmatik (pertanyaan yang biasa dilontarkan adalah: Bagaimana orang-orang berhasil membuat sesuatu dengan mengatakan sesuatu?). Memang, kita mengajukan pertanyaanpertanyaan untuk mendapatkan jawaban, tetapi pertanyaan-pertanyaan apa? Levinson (l981) telah berkata bahwa kita tidak seharusnya membuat perkiraan yang terlalu tinggi terhadap pentingnya pengorganisasian percakapan seperti ketika

243

dilakukan dalam model pasangan kedekatan. Pertama, orang-orang melakukan lebih banyak hal dalam percakapan daripada menghasilkan pasangan-pasangan ujaran. Sesungguhnya, begitu kita melihat-lihat percakapan nyata, kita tahu bahwa rangkaianrangkaian berpasangan (salam salam, pertanyaan jawaban, permintaan pemenuhan, dan sebagainya) tidak menyebabkan terjadinya apapun seperti mayoritas pertukaran percakapan. Hal-hal yang paling penting dalam percakapan bukanlah hal-hal yang dapat diungkapkan dalam struktur yang kaku semacam ini. Kedua, bahkan dalam model berpasangan, bagian pasangan kedua hampir tidak dapat diprediksikan seperti anggapan para analis percakapan. Perhatikan sekali lagi pertanyaan yang dibahas dalam bagian 12.4.3: What does Joe do for a living? Apa yang dilakukan Joe untuk menopang kehidupan? Di antara semua jawaban yang mungkin terhadap pertanyaan ini, Levinson mengajukan: (i) Do you need to know? (ii) Oh this and that (iii) Ive no idea (iv) Whats that got to do with it? (v) He doesnt (i) (ii) (iii) (iv) (v) Apakah Anda perlu tahu? Oh ada saja Saya tidak tahu Apa hubungannya denganku? Ia tidak bekerja (l981: 483).

Jawaban-jawaban ini dapat dilengkapi dengan sebuah ujaran seperti berikut, yang menggambarkan sebuah jawaban yang normal: He works in a library; Dia bekerja di sebuah perpustakaan; kemungkinan lainnya, kita dapat membayangkan sebuah jenis respon nonverbal (tertawa terkekeh-kekeh), atau tidak merespon sama sekali (diam; saya akan kembali membahas masalah ini di bagian yang akan datang). Oleh karena itu, apa pertanyaannya dan apa yang dapat diharapkan untuk mendapatkan jawabannya bukan urusan menganalisis pertanyaan itu sendiri, atau urusan menentukan sejumlah jawaban yang memungkinkan, meskipun banyak sekali yang harus dipertimbangkan, tetapi merupakan urusan menemukan, dalam suatu konteks tertentu, apa yang dapat dimengerti sebagai sebuah jawaban. Mungkin ini merupakan pengertian yang lebih mendalam tentang kebijaksanaan rakyat yang terwujud dalam perkataan Dont ask question and youll be told no lies (Janganlah bertanya niscaya kamu tidak akan dibohongi): yang dipahami sebagai peringatan untuk mempertimbangkan nilai menerapkan hak khusus seseorang untuk mempertanyakan kemungkinan bahwa jawabannya bukan hanya tidak dapat diprediksikan, tetapi sangat mungkin merupakan jawaban yang saya inginkan, atau bahkan jawaban yang salah. Contoh yang baik tentang bagian pasangan kedua yang amat sulit dibatasi, baik di bawah asumsi analisis percakapan kedekatan maupun di bawah teori menja-wab

244

pertanyaan yang didasarkan pada tindak tutur apapun jenisnya adalah diam. Inilah contohnya, yang sekali lagi diberikan oleh Levinson: Johnny, did you smear Susies face with paint? Johnny, apakah kau mencoreng muka Susie dengan cat? (l981: 479). Dalam ujaran ini, bagaimana menentukan konteks jika kita harus menginterpretasikan kenyataan bahwa tertuduh memilih tidak menjawab; sesungguhnya, kata Levinson, sikap diam Johnny dapat dianggap sebagai jawaban afirmatif (tetapi juga bisa sebagai penolakan untuk menjawab, mungkin Johnny tidak ingin mengadu kepada kakaknya, atau karena Susie telah berbuat sesuatu yang benar-benar tidak menyenangkan bagi Johnny terlebih dahulu, misalnya mencorengkan cat ke seluruh lukisan yang sedang ia kerjakan untuk ulang tahun Mama, dan sebagainya). Sama seperti unit-unit ujaran yang relevan yang dapat berfungsi sebagai kontribusi percakapan, juga bisa berfungsi sebagai sesuatu, termasuk tidak berfungsi apa-apa (Levinson l981: 479), tindak tutur yang terlibat juga dapat berfungsi sebagai sesuatu atau tidak berfungsi apapun. Dengan demikian, kedua pendekatan ini, yang didasarkan pada kedekatan yang ketat atau tindak tutur, tampaknya juga tidak tergantung pada berbagai urgensi keterangan yang dapat menjelaskan apa yang terjadi dalam percakapan. Yang tampaknya dapat dimengerti adalah mempertanyakan apa yang beroperasi. Bagaimana pun juga, orang-orang bergaul dengan banyak cara; dan pertanyaan agaknya juga benar-benar mendapatkan jawaban, permintaan yang dikabulkan, informasi yang diberikan dan sebagainya. Bagaimana cara menjelaskan masalah ini? Jawabannya, sebagaimana diperkirakan, harus ditemukan dalam gagasan konteks yang dipahami pada tempatnya. Dari sudut pandang pragmatik, satu-satunya klaim yang masuk akal dan dapat dibuat tentang kedekatan, dan pada umumnya tentang penetapan rangkaian percakapan, adalah bahwa gagasan-gagasan ini, jika harus menangkap perilaku percakapan yang sebenarnya, harus dikontekstualisasi-kan agar dapat menghasilkan hipotesis-hipotesis yang kaya tentang perilaku sema-cam ini. Yakni, gagasan-gagasan ini harus mempertimbangkan aspek-aspek pengor-ganisasian rangkaian-rangkaian (yang tidak hanya dipasangkan) dan outcomenya, yakni aspek pragmatik, atau perlokusioner (bandingkan dengan 6.1.3). Mendasarkan diri sendiri pada tipologi tindak tutur untuk mengklasifikasikan pasangan-pasangan kedekatan, sebagaimana biasa dilakukan dalam analisis percakapan, tidak lebih baik atau lebih buruk daripada usaha-usaha teori tindak tutur untuk mengklasifikasikan tindak tutur dengan daya ilokusioner itu sendiri. Meskipun teori tindak tutur bisa memberikan petunjuk-petunjuk penting bagi pemahaman kita terhadap perilaku linguistik manusia, teori ini dapat memutuskan dan menetapkan nilai kontekstual yang tepat pada ujaranujaran manusia. Kita tahu apa yang berfungsi sebagai sebuah pertanyaan karena kita tahu bagaimana caranya mengajukan pertanyaan. Seni mengajukan pertanyaan persis berada dalam pengetahuan bahwa pertanyaan memiliki berbagai macam bentuk yang seluruhnya berbeda, menurut berbagai keadaan yang berbeda di mana perta-nyaanpertanyaan tersebut diajukan, orang-orang yang disebut atau pokok masalah yang mereka pertanyakan. Dan sebaliknya: sesuatu yang tampaknya merupakan pertanyaan sederhana bisa berfungsi dalam cara yang sama sekali berbeda dalam suatu konteks tertentu: sebagai tindak tutur tak langsung (bandingkan dengan bab 7), sebagai tuduhan atau sindiran, yang didasarkan pada implikatur percakapan (bandingkan dengan bab 5),

245

dan sebagainya. Contoh-contoh tersebut sangat terkenal, dan sebagian besar contohcontoh tersebut sekarang sudah usang: pertanyaan-pertanyaan yang berfungsi sebagai perintah dan permintaan, atau pertanyaan yang berlipat ganda sebagai nasehat, pengakuan-pengakuan yang beroperasi seperti ancaman tersembunyi, pertanyaanpertanyaan perangkap dan sebagainya. Mari kita perhatikan sekali lagi salah satu contoh klasik, pertanyaan perangkap: When did you stop beating your wife? Kapan Anda berhenti memukuli isterimu? Dalam menjawab pertanyaan yang bermuatan seperti di atas, pertama kali saya harus meyakinkan diri saya sendiri bahwa apa yang mungkin harus dijawab secara benar bukanlah pertanyaan kapan, tetapi pertanyaan tentang bahwa: penegasan bahwa saya benar-benar memukul isteri saya dari waktu ke waktu dimasukkan sebagai praanggapan dalam pertanyaan tentang kapan saya berhenti memukuli isteri saya. Kedua, juga harus saya sadari bahwa pertanyaan tersebut diajukan tergantung pada konteks tertentu, jawaban-jawaban parsial, pemakaian kata-kata yang tidak perlu, reaksi-reaksi pengelakan, semua jenis non sequitur (pernyataan-pernyataan yang tidak memiliki relevansi dengan yang disebutkan sebelumnya) atau bahkan sikap diam, bisa berfungsi sebagai pengakuan terhadap rasa bersalah, ataupun sebagai penolakan terhadap praanggapan pertanyaan tersebut. Mari kita katakan bahwa jawaban saya terhadap pertanyaan di atas adalah: I never had a wife. Saya belum pernah memiliki isteri. Hal ini akan berarti penolakan terhadap praanggapan bahwa saya telah beristeri (agar dapat memukul seorang isteri Anda harus memiliki isteri). Saya dapat berkata: But Im not in the habit of beating anybody, Tetapi saya tidak terbiasa memukul siapapun, dengan demikian, secara implisit (setidak-tidaknya secara sebagian) menolak praanggapan tentang pemukulan terhadap isteri (Im not a beatter-upper, hence not a wife-beater (Saya bukan seorang yang gemar memukul sampai kelenger, oleh karena itu, saya bukan seorang pemukul isteri)). Hal yang sama terjadi jika secara eksplisit saya membatalkan praanggapan tersebut dengan menjawab: I never stopped because I never started. Saya tidak pernah berhenti karena saya tidak pernah memulai. Namun demikian, dalam konteks tertentu, interogasi ruang pengadilan semacam ini, jenis jawabannya mungkin membuat penginterogasi menuntut jawaban yang lebih langsung, yakni, jawaban yang bisa mengarah pada pengakuan perilaku bersalah yang dimaksudkan:

246

Just answer the question: When? Jawab saja pertanyaan itu: Kapan? Di sini, konteks tidak kooperatif tersebut mendahului kemungkinan jawaban bebas: sejumlah jawaban yang mungkin bisa keluar dipersempit menjadi jawaban-jawaban yang akan sesuai dengan usaha-usaha penuntut untuk membuat kasus yang diajukan kepada saya. Namun demikian, jika pertukaran percakapan tersebut terjadi di lingkungan keluarga, dan kakak ipar saya, yang mengira bahwa ia tahu semua tentang perkawinan saya, melakukan pemeriksaan silang kepada saya di depan isteri saya dan para sanak kerabat, saya mungkin lebih suka tetap diam seribu bahasa. Sikap diam seribu bahasa semacam ini, yang mungkin dikombinasikan dengan raut muka cemberut dan mengancam atau dengan perilaku menantang (dengan bergerak maju, mencondongkan tubuh ke depan, menatap lawan bicara dengan tatapan tajam pada mata dan sebagainya), di bawah berbagai keadaan tersebut dapat berfungsi sebagai jawaban yang valid dan mungkin lebih efektif daripada jawaban verbal, baik dalam bentuk jawaban singkat langsung (berhentilan mengomel), atau dalam penolakan yang tidak eksplisit (sebagaimana dalam kasus di atas), atau bahkan, akhirnya, sebagai suara formal tidak percaya terhadap praanggapan-praanggapan yang sedang coba ditujukan kepada saya. Bahkan saya mungkin berusaha membeberkan praanggapan-praanggapan tersembunyi tersebut secara terbuka dengan mengatakan berbagai hal seperti Apakah itu dimaksudkan berarti ; Apakah kau sedang berusaha menyindir secara tidak langsung ; - hanya untuk membuat hal-hal tersebut langsung ditolak oleh pencipta ujaran tersebut: Tentu saja saya tidak bermaksud bahwa; Kau pasti gila; Hentikan perilaku paranoidmu;dan sebagainya. Pembahasan tentang aspek-aspek kemasyarakatan berbagai praanggapan ini, dan bagaimana aspek-aspek tersebut sesuai dengan kerangka pragmatik, akan kami sajikan dalam bab 14. 12.7 TINDAK PRAGMATIF 12.7.1 Beberapa kasus Sebelumnya (dalam bagian 1.2), saya telah memperkenalkan konsep tindak pragmatik sebagai konsep yang berbeda dari konsep tindak tutur. Contoh yang saya berikan dalam bagian bab tersebut, penolakan tak langsung, menggambarkan sebagian karakteristik yang berkaitan dengan konsep pragmatik, bukannya tindak tutur reguler. Tindak pragmatik lain yang sering muncul adalah tindak memilih (co-opting), sebuah teknik yang sangat sering, untuk tidak mengatakan terlalu sering digunakan, dalam periklanan: pada dasarnya tindak ini terdiri atas upaya membujuk pendengar melalui identifikasi yang telah dijanjikan dengan suatu lingkungan bergengsi atau sejumlah orang penting: muda, tampan dan kaya. (Saya akan kembali membahas masalah ini di bawah, bagian 12.7.3.) Sebelum saya melanjutkan untuk mendefinisikan konsep tindak pragmatik, mari kita perhatikan beberapa contoh lebih lanjut. Jacobs dan Jackson (l983b: 285) merujuk pada suatu situasi yang dikaitkan oleh Carl Bernstein dan Bob Woodward dalam analisis terkenal mereka tentang skandal-skandal Nixon, All the Presidents Men (l974): Salah satu pengarang, Woodward, diperkenalkan pada apa yang disebut oleh Jacobs dan Jackson sebagai conversational influence attempt (upaya pengaruh percakapan) (yang disingkat, dan mungkin tidak begitu mengherankan, dengan sebutan CIA). Woodward mempersepsikan CIA ini sebagai upaya pada pihak para pengacara Nixon untuk melancarkan transaksi: tampaknya mereka memberikan informasi yang dapat ia gunakan dalam pembuatan laporannya, sebagai balasan atas usahanya tetapi tidak

247

turut campur dalam beberapa bidang yang sangat sensitif (Barnstein dan Woodward l974: 328 9). Inti cerita ini adalah bahwa pemberian informasi secara eksplisit semacam ini ini tidak pernah dilakukan. Dan ketika Woodward menyuarakan kesannya, ketiga pengacara tersebut memprotes ketidakberdosaan mereka secara bersama-sama: Tidak ada sesuatu yang lebih jauh dari pikiran mereka, jalannya tindakan semacam ini benarbenar patuh dicela dan tidak bermoral, dan sebagainya. Kemudian Woodward memikirkan satu-satunya jalan yang dapat ia gunakan untuk mempersepsikan pemberian informasi tersebut adalah karena ia telah mendengarkannya sendiri. Ia dibuat mantap, begitulah kira-kira, oleh konteks: dalam konteks yang tidak jelas, ketika konteks yang tidak jelas dikatakan, pemilihan kata-kata tersebut dapat berarti sebagai usaha untuk menyuap (untuk menggunakan terminologi tindak tutur klasik), dan dipahami sedemikian rupa. Kasus tersebut analog dengan tipu daya yang telah diajarkan kepada saya tentang cara memasuki Meksiko pada jaman dahulu: ketika Anda tertangkap polisi, Anda harus memastikan bahwa Anda mesti menyiapkan uang $20 yang diselipkan di belakang SIM pengemudi Anda: apakah hal ini dianggap sebagai penyuapan atau bukan sepenuhnya adalah tergantung pada apakah polisi yang sedang dibicarakan tersebut sudah tercetak untuk mengharapkan suap (dan mau menerimanya: uptake (suap), sebagaimana sebutan yang telah saya berikan, adalah sangat pentinng di sini). Dengan demikian, secara teknis, tidak ada suap yang diberikan, kecuali mungkin bila memandang ke masa lalu: jika polisi telah mengambil uangnya, maka memang telah ada usaha pada pihak saya untuk menyuapnya. Namun demikian, jika polisi telah mulai menahan saya atas dugaan kuat usaha saya untuk memberikan suap kepada seorang pejabat yang sedang bertugas, maka saya dapat menyatakan bahwa saya tidak pernah memiliki niat sedikitpun untuk memberikan suap, tetapi bahwa tilang tersebut membuat SIM saya ditahan oleh polisi Meksiko. Apa yang kita lihat di sini mengilustrasikan tiga hal: Pertama, untuk rangkaian-rangkaian seperti ini memiliki arti sebagai tindak pragmatik tertentu, keadaan-keadaan tersebut harus benar (pengaruh pembentukan); Kedua, tidak perlu ada tindak tutur apapun yang terlibat (baik tindak penyuapan, pengajuan permintaan, ataupun yang lain); kontekslah yang menentukan apa tindak pragmatiknya; Ketiga, tanpa penyerapan (uptake), juga tidak ada tindak pragmatik; namun demikian, penyerapan tersebut dapat disalurkan (tergantung pada konteks) oleh berbagai tindak selanjutnya, baik dengan penolakan verbal secara eksplisit, ataupun dengan tindak (pragmatik) lainnya (misalnya, polisi dapat mencoba memasukkan kembali uang tersebut kedalam saku pengemudi jika ia telah merasa curiga bahwa hal ini bisa menjadi operasi memalukan). Contoh yang sangat menarik tentang bagaimana cara mengeksploitasi pembentukan semacam ini ditemukan dalam komedi yang sangat terkenal karya seorang dramawan Denmark keturunan Norwegia Ludwig Holberg, Erasmus Montanus. Erasmus, seorang anak desa dengan berbagai aspirasi filosofis, Baccalaureus Philosophiae yang baru saja didirikan di Copenhagen University, menjengkelkan setiap orang di desanya dengan mencoba melibatkan mereka dalam berbagai perdebatan filsafat yang paling absurd. Pendekatan favoritnya adalah menunjukkan bahwa orang-orang bukanlah orang, tetapi batu, sapi, ayam jantan, dan sebagainya. Di antaranya, ia berceramah bahwa dunia adalah bulat, bukan datar (sebagaimana

248

keyakinan setiap orang di desa itu), setelah ia tergila-gila pada Nona Filsafat (Dame Philosophy) dalam hidupnya. Setelah mengasingkan gadis malang itu, dan setelah membuat ibunya menangis karena ia telah membuktikan bahwa sesungguhnya ia (ibunya) adalah batu, akhirnya dia terlibat dalam sebuah diskusi dengan seseorang yang baru saja direkrut sebagai tentara yang lewat di desa itu. (Tanpa ia ketahui, orangorang desa telah berkonspirasi dengan letnan ini untuk mengadili Erasmus dan berusaha membebaskan mereka darinya dengan menyuruh dia dimasukkan ke dalam angkatan bersenjata). Selama percakapan, orang yang baru saja menjadi tentara tersebut berhasil melibatkan Montanus dalam suatu dalil yang menurut dalil tersebut anak-anak harus memukul orang tua mereka. Ia berpura-pura tidak percaya terhadap kemampuan berdebat Montanus, dan berani bertaruh dengan mata uang emas terhadap kemampuannya untuk membuktikan dalil yang sangat aneh semacam ini. Yang lain mengambil umpan tersebut, dan menghasilkan sebuah silogisme yang sangat baik yang membuktikan pandangannya: apa yang telah seseorang terima, menurut kemampuannya, ia harus mengembalikan. Pada masa muda saya saya menerima pukulan dari orang tua saya. Oleh karena itu saya harus memberi mereka pukulan sebagai balasannya. (Babak V, Adegan 2 Holberg l914: 172). Atas dalil tersebut sang letnan mengeluarkan uang emas yang telah disepakati, yang ditolak oleh Erasmus, sebagai orang yang jujur itu hanya lelucon, katanya. Sang letnan memaksa ia pertaruhkan kehormatannya, dan sebagai seorang ksatria dan pegawai, ia harus membayar hutangnya. Akhirnya Erasmus setuju untuk mengambil uang itu, dan pada saat yang sama, sang letnan memasang belenggu padanya dan menyatakan bahwa Erasmus layak diadili di Royal Army (Angkatan Bersenjata Kerajaan). Bagaimana pun Montanus berusaha mengajukan argumentasi bahwa dia tidak mengambil uang tersebut sebagai uang pemerasan (distinguedum est inter mummos, yakni, seseorang harus membedakan antara uang dan uang), dan bahwa oleh karena itu penyerapannya (uptake) tidak berarti apa-apa, sang letnan telah memutuskan kata terakhir, dan membuktikan bahwa Erasmus Montanus sekarang sebagai seorang prajurit sejati (Barangsiapa telah mengambil uang pemerasan adalah prajurit tamtama. Kau telah melakukannya, oleh karena itu ) dan, dibantu oleh kopralnya, menyeretnya dengan paksa, di tengah-tengah kawan sedesa Erasmus yang senang atas kemalanganya. Yang jelas, pengaruh pembentukan, yakni syarat-syarat kontekstual dalam kasus ini adalah hanya ada satu akibat yang mungkin terjadi dari situasi tersebut. Penyerapan tersebut tidak dapat dibatalkan secara retroaktif, kecuali oleh agensi ekstralinguistik, suatu deus ex machina: Di akhir drama, pria yang malang tersebut dibebaskan dari dinas kemiliteran, setelah mengakui kesalahan dan berjanji tidak akan pernah mengganggu siapa saja lagi dengan berbagai perdebatan (hal. 176). Tindak pragmatik tidak mesti atau semata-mata tindak tutur dalam kasus-kasus di atas, tidak ada penggunaan bahasa secara khusus yang dapat berfungsi sebagai tindak ilokusioner tertentu seperti penyuapan, pemilihan, atau penolakan. Bukan berarti bawha tidak pernah ada bahasa apapun yang terlibat dalam kasus-kasus ini; hanya saja tidak ada tindak tutur-tindak tutur tertentu yang dapat dianggap bertanggungjawab atas tindakan tersebut. Memancing kepatuhan, misalnya, atau mendatangkan ajakan dapat dilakukan secara verbal dengan sangat baik tanpa pernah mengatakan apapun yang dapat ditunjukkan sebagai tindak tutur mendatangkan

249

sebuah pujian atau ajakan. Jacobs dan Jackson (l983b: 303) memberikan contoh berikut tentang pertukaran percakapan semacam ini (mendatangkan ajakan): (Fran, salah satu teman Sally, telah memanggil Scott, suami Sally, lewat telepon setelah Sally (yang baru-baru ini memiliki seorang bayi) telah kembali dari liburannya. Bayi tersebut masih berusia dua setengah bulan). Fran: Hows the baby? Scott: Oh, hes fine. Hes starting to crawl now. Fran: Oh really? Scott: Well, not really crawling. He just sorta inches along. Fran: Wow! I havent even seen him yet. Scott: Yeah, hes down in Granite City right n//ow:: Fran: Oh, with//Sallys folks. Scott: With the grandparents. (jeda 3 menit) Scott: Jus a second Fran, Ive gotta get my hot dogs off the stove. Fran: Okay. Fran: Scott: Fran: Scott: Fran: Scott: Fran: Scott: Bagaimana si bayi? Oh, dia baik-baik saja. Ia mulai merangkak sekarang. Oh sungguh? Yah, bukan merangkak sebenarnya. Ia hanya bergerak beberapa inci saja. Wow! Aku bahkan belum melihatnya. Ya, sekarang ia sedang ada di Granite City:: Oh, dengan orang tuanya Sally. Dengan kakek-neneknya. (jeda tiga menit) Scott: Tunggu sebentar Fran, aku mau mengangkat hot dogku dari tungku. Fran: Baiklah. Dalam kasus ini, tidak ada sesuatu yang dikatakan di manapun tentang kejadian; kata ajakan pun tidak pernah disebutkan; tetapi meskipun begitu, maksud percakapan tersebut adalah jelas. Fran mencoba memastikan ajakan dari Scott untuk datang dan melihat bayinya; Scott tidak ingin melakukan sesuatu sendiri (atau mungkin Sally) terhadap hal yang ia anggap sebagai gangguan yang agak tidak menyenangkan terhadap kehidupan pribadinya. Levinson (l983: 279) memiliki contoh berikut tentang memancing pujian: (Pewawancara kepada calon pencari kerja): Would you like to tell us, Mr Khan, why youve applied to Middleton College in particular? Tuan Khan, tolong beritahu kami mengapa Anda secara khusus mengajukan lamaran ke Middleton College? Di sini, niat pewawancara adalah jelas: ia ingin memberikan kesempatan kepada pelamar untuk mengatakan sesuatu yang baik-baik tentang Middleton College. Tn. Khan tidak dapat berkata sangat baik bahwa Middleton College merupakan satu-satunya tempat yang menurutnya ia memiliki kesempatan, atau bahwa itu merupakan satusatunya tawaran kerja dalam Pendidikan Tinggi: ia sangat tahu bahwa ia diharapkan

250

untuk mengatakan sesuatu yang positif tentang lembaga yang sedang ia lamar; itu semua merupakan bagian permainan. Levinson (l983: 264) getah bening mungkin bisa menambahkan apa yang ia sebut sebagai daya tidak langsung pada kekuatan harfiah ujaran-ujaran agar dapat menjelaskan berbagai pengaruh tidak langsung ini. Namun demikian, hal itu tidak dapat berguna sebagai penjelasan. Pertama, sebagian besar penggunaan tindak tutur kebetulan memang bersifat tidak langsung, jadi tambahan ekstra ini tidak akan memadai untuk memisahkan apa yang telah saya sebut tindak pragmatik. Kedua, tambahan semacam ini tampak sama sekali bersifat khusus (ad hoc), dan tidak ada motivasi untuk menambahkan daya khusus di luar apa yang dapat kita baca dari aspek-aspek pragmatik tidak langsung dari situasi-situasi semacam ini. Dengan demikian, tambahan yang disarankan tersebut biasanya merupakan suatu hal yang sangat membahayakan. Justru saya mengusulkan untuk mempertimbangkan kasus-kasus ini dalam kaitannya dengan teori tindakan, karena situasi tertentu, menetapkan berbagai keterbatasan dan kemungkinan karena situasi tersebut selalu berhubungan dengan berbagai keterbatasan dan kemungkinan itu, atau membuka kesempatan bagi berkembangnya situasi tersebut, sebagaimana kasus yang sebenarnya. Secara umum, yang tidak beres berkenaan dengan teori tindak tutur, sebagaimana telah sering diperbincang-kan, adalah bahwa tindak tutur tidak memiliki teori tindakan; atau jika memiliki, tindakan secara atomistik dianggap berasal dari individu untuk mengutip seorang pengarang (Faiclough l989: 9) di antaranya, secara tepat telah memisahkan sifat ini sebagai salah satu kelemahan utama pragmatik tradisional. Aktifitas manusia bukanlah sesuatu yang dilakukan oleh individu, yang menetapkan berbagai tujuan dan menciptakan berbagai strategi, atau memetakan berbagai jalannya tindakan ibarat seorang kapten di atas kapalnya, seorang penunggang Platonik di atas kuda bebannya. Bahkan individu tersebut diletakkan dalam konteks kemasyarakatan, yang berarti bahwa ia diberi kekuasaan, sekaligus dibatasi, oleh kondisi-kondisi kemasyarakatan yang di bawah kondisi-kondisi tersebut ia hidup. Gagasan pribadi sebagai agen bebas, yang terlibat bebas dalam segala jenis usaha bebas, dan memutuskan dengan bebas tentang alat dan tujuan meskipun gagasan tersebut tak lain hanyalah sebuah khayalan belaka, bahkan pada jaman Pencerahan dan kapitalisme yang benar-benar murni, ketika Hidup Bebas Atau Mati tampaknya merupakan alternatif yang sungguh-sungguh. Contoh terakhir adalah kasus klasik tidak berbuat apa-apa, sebagaimana dalam lelucon kuno: Mother (calling out the window to child in yard): Joshua, what are doing? Joshua: Nothing Mother: Will you stop it immediately! Ibu (memanggil melalui jendela anaknya di halaman): Joshua, apa yang sedang kau lakukan? Joshua: Tidak ada Ibu: Segeralah berhenti! Tindak pragmatik Joshua dalam pertukaran percakapan ini dapat digambarkan sebaagi upaya untuk mencoba ke luar (dengan memilih) dari daerah ranjau percakapan (conversational minefield). Yang jelas, karena tidak ada tindak tutur nothing (meskipun filsuf Martin Heidegger benar-benar menciptakan kata untuk itu: Das Nichts nichtet, yang secara harfiah berarti: The nothing nots (Not [tidak] yang tidak tampak); yang dapat terjadi hanya dalam bahasa Jerman), hal terbaik selanjutnya adalah

251

menggunakan kata-kata yang berbunyi sesedikit mungkin, yakni nothing. Kita diingatkan terhadap Christopher Robin yang hendak tidak melakukan sesuatu (doing nothing): What I like best is doing nothing Its when people call out at you just as youre going off to do it, What are you going to do, Christopher Robin? and you say, Oh, nothing. and then you go and do it. Yang paling aku sukai adalah tidak berbuat apa-apa Itu bila orang-orang memanggilmu tepat ketika kamu hendak melakukannya, Apa yang akan kau lakukan, Christopher Robin? dan kau berkata, Oh, tidak ada. Dan kemudian kamu pergi dan melakukannya. (A.A. Milne, Winnie the Pooh). 12.7.2 Pragmatik dan teori tindakan Kita dapat melihat tindak pragmatik dari dua sudut pandang: kemasyarakatan dan linguistik. Dari sudut pandang masyarakat, kita sedang berurusan dengan berbagai kendala yang ditimpakan pada individu dalam bentuk pembatasan-pemba-tasan yang diperlukan pada berbagai sumber pribadi: riwayat hidup, pendidikan, kelas, gender, usia dan sebagainya. Inilah faktor-faktor yang diidentifikasi oleh Fairclough di bawah kapten MR (member resources (sumber daya anggota), yakni: sumber daya yang saya berikan sebagai anggota komunitas komunikasi, dan yang sering disebut sebagai pengetahuan latar belakang; 1989: 141). Sudut pandang lain adalah sudut pandang bahasa. Bahasa apa yang dapat saya gunakan untuk melakukan sebuah tindak pragmatik? Kadang-kadang pertanyaan ini harus ditempatkan dalam bentuk pasif, yakni: Bahasa apa yang digunakan untuk menciptakan kondisi-kondisi tersebut bagi saya untuk melakukan suatu tindak pragmatik? Di sini, aspek yang disebut Verschueren (l987) sebagai adaptabilitas bahasa memasuki gambaran tersebut: artinya masing-masing anggota masyarakat bertumpu pada bahasa sebagai alat utama mereka untuk beradaptasi dengan kondisi-kondisi sekitar mereka yang selalu berubah-ubah. Yang jelas, apa yang secara klasik disebut tindak tutur adalah termasuk dalam kategori ini: tindak tutur berada di antara alat-alat yang dapat kita gunakan untuk mengendalikan lingkungan kita, dan sebaliknya untuk beradaptasi dengan lingkungan. Sebagaimana dikatakan Levinson secara lihai, fungsi sebuah janji sebagai tindak tutur adalah untuk menempatkan satu konteks sehingga bisa digunakan untuk mengubah konteks yang lain: Tindak tutur adalah fungsi dari konteks ke konteks (l983: 276). Namun demikian, fokus pada tindak tutur sebagai alat kontrol dan adaptasi yang unik bahkan utama, sebagaimana secara historis telah mengkarakterisasikan banyak pragmatik, harus dipertimbangkan mengingat adanya contoh-contoh yang diberikan di atas. Sebagaimana telah kita lihat, dalam banyak kasus bertindak tutur kita tidak mungkin bisa menunjuk pada satu contoh tindak tutur secara khusus. Misalnya, ketika orang-orang mempraktekkan penolakan tidak langsung atau melakukan pilihan, tindak tutur yang digunakan tidak setaraf dengan berbagai tindak pragmatik yang dilakukan (sebagaimana ketika saya mencoba mengundang orang-orang untuk masuk ke dalam suatu komunitas konsumen dengan mengajukan pertanyaan: What kind of man reads Playboy? (Orang macam apa yang membaca majalah Playboy?)).

252

Karena alasan inilah tindak pragmatik tidak dapat dianggap semata-mata merupakan subtipe tertentu dari apa yang biasanya diistilahkan tindak tutur tak langsung (simak bab 7). Misalnya, dalam situasi di meja makan malam, ada perbedaan antara permintaan tak langsung seperti Can you pass me the salt? Dapatkah Anda menyodori saya garam itu? (bandingkan dengan permintaan langsung Pass the salt (Sodorkan garam itu))

Dan isyarat atau peringatan seperti

Id like some salt Aku ingin garam

Isnt this soup rather bland? Bukankah sop ini agak tawar rasanya? Kedua ujaran yang terakhir ini dapat dilihat sebagai usaha untuk meminta seseorang untuk menyodorkan garam, namun keduanya tidak berfungsi sebagai permintaan; malahan, ujaran-ujaran tersebut merupakan prarangkaian (simak bagian 11.5.1) terhadap permintaan, prapermintaan yang agaknya memperoleh hasil yang diinginkan sepanjang waktu, tanpa harus dikembangkan menjadi permintaan secara penuh: the salt is passed on (garam itu disodorkan). Oleh karena itu, kita dapat berkata bahwa meskipun tindak tutur, bila diujarkan dalam berbagai konteks, merupakan tindak pragmatik, tindak pragmatik tidak perlu menjadi tindak tutur (bahkan bukan tindak tutur tak langsung). Yang menyebabkan persoalan ini adalah orientasi tujuan yang mendasarinya yang dimiliki para partisipan dalam wacana tersebut (Jacobs dan Jackson l983b: 291). Interpretasi ujaran tertentu bertumpu pada konteks tujuan, bukan hanya tujuan komunikatif, tetapi tujuan interaksi secara umum. Pernyataan yang menunjukkan isyarat atau peringatan dalam contoh di atas tidak menarik sebagai ujaran informatif (A: Id like some salt (Aku ingin garam); B: Thank you for sharing this with me (Terima kasih atas tukar pendapat masalah ini dengan saya)), tetapi sebagai pra-permintaan terhadap permintaan yang biasanya tidak dirumuskan, bahkan tidak diinginkan, bagi keberhasilan interaksi. Yang menarik, ketika kita melihat aspek perkembangan tindak pragmatik, tampaknya yang menjadi persoalan adalah bahwa anak-anak belajar berhubungan dengan penggunaan bahasa semacam ini jauh sebelum mereka menemukan eksistensi tindak tutur yang nyata. Penyusunan sebuah rangkaian sering tidak memadai untuk memperoleh hasil yang tepat, sebagaimana telah dimaklumi oleh setiap pendidik. Bagaimana cara belajar mengelola tindak tutur, termasuk penyerapan verbal yang 253

benar, terjadi lebih akhir dalam kehidupan anak daripada belajar meresponnya dalam bentuk tindakan yang sesuai. Tindak tutur, dalam bentuk respon harfiah, misalnya terhadap permintaan, diperoleh lebih akhir dalam kehidupan daripada reaksi-reaksi yang tepat terhadap tindak pragmatik: anak-anak harus belajar bahwa respon harfiah adalah memungkinkan, sebagaimana dikatakan Jacobs dan Jackson (l983b: 295). 12.7.3 Tindak pragmatik sebagai pemberian kekuasaan sosial (social empowerment) Dari berbagai pembahasan sebelumnya, sekali lagi kita tahu betapa pentingnya konsep konteks dalam semua pembahasan tentang pragmatik. Bertindak pragmatik merupakan perilaku adaptif manusia yang dikontekstualisasikan: bertindak pragmatik dapat dideskripsikan sebagai upaya untuk mengadaptasikan diri sendiri dengan suatu konteks dan atas dasar berbagai situasi masa lalu dan dengan pandangan terhadap situasi-situasi masa depan, mengadaptasikan konteks dengan diri sendiri. Semua ini dilakukan dengan menggunakan bahasa secara langsung sebagai alat untuk membantu kita menyeleksi ciri-ciri yang relevan dari situasi apapun dalam seluruh konteks. Dalam pengertian bahwa bahasa dapat disebut sebagai kerangka atau naskah yang digeneralisasikan bagi semua konteks manusia, baik sebagai tempat penyimpanan pengalaman sebelumnya maupun sebagai kotak alat untuk berbagai perubahan di masa yang akan datang. Dalam kajian mereka terhadap perilaku adaptif ini, Jacobs dan Jackson telah berkonsentrasi pada pemunculan pengaruh percakapan (l983b), yang berarti: caracara di mana para penutur mencoba saling mempengaruhi satu sama lain melalui penggunaan bahasa agar dapat merealisir berbagai tujuan mereka. Secara tepat yang ditekankan oleh kedua pengarang ini adalah pentingnya informasi kontekstual dalam menetapkan berbagai harapan yang akan memberikan kesempatan bagi berbagai macam pola menimbulkan pengaruh tersebut untuk menghasilkan hasil yang diingin-kan. Namun yang tidak mereka tekankan secara memadai adalah seberapa luas konteks ini telah digambarkan sebelumnya, atau diramalkan sebelumnya, dalam cetakan masyarakat. Biasanya masyarakat itu sendirilah yang berbicara melalui orang-orang yang berinteraksi ketika mereka mencoba saling mempengaruhi satu sama lain: sebutlah konvensi, budaya, struktur sosial, kondisi-kondisi kebahagiaan yang sangat besar atau apapun sebutan yang Anda miliki. Pendekatan klasik, yang mendasarkan dirinya pada tindakan rasional yang dilakukan oleh masing-masing individu, tidak akan pernah berhasil sejauh tidak mempertimbangkan seberapa jauh rasionalitas itu sendiri bersifat kemasyarakatan, dengan demikian tidak mementing-kan individu. Dalam sejumlah istilah yang lain, orang-orang sering berbicara tentang kaidahkaidah dan prinsip-prinsip (bandingkan dengan uraian di atas, bagian 4.2). Sekarang kita tahu bahwa tak satupun dari gagasan-gagasan ini yang cocok dengan konsep tindak pragmatik. Kaidah yang berbunyi: Anu dan anu adalah tindak tutur X (di mana X dapat berupa tindak meminta, berjanji, dan sebagainya) tidak dapat mengumpulkan semua bentuk tutur yang kita temukan ketika orang-orang benar-benar sedang membuat permintaan, janji, dan sebagainya. Demikian juga, prinsip-prinsip yang diterima apa adanya, tidak pernah dapat menjelaskan mengapa sebuah tindakan yang mencemooh suatu prinsip bisa sangat berhasil dalam perspektif yang lebih luas. Dengan demikian, prinsip kerja sama tidak dapat memberitahu saya mengapa prinsip ini lebih kooperatif kepada saya yang tidak bekerja sama dengan memenuhi permintaan tertentu, jika misalnya permintaan tersebut tidak relevan dengan apa yang saya persepsikan sebagai maksud nyata dari orang yang meminta (bandingkan dengan contoh dalam bagian

254

12.4.3, sebagaimana ketika saya berkata, saat menjawab pertanyaan: What is Lars phone number? (Berapa nomor telepon Lars) Hes in his office (Ia ada di kantornya). Di dalam buku yang lain (Mey l991a), saya telah mengusulkan untuk melengkapi gagasan kaidah dan prinsip dengan gagasan kendala. Yakni, daripada memiliki kaidah-kaidah untuk memberitahu kita apa yang merupakan tindak tutur yang benar, dan memiliki prinsip-prinsip untuk memberitahu kita bagaimana kita harus melakukan sebuah tindak tutur, kita lebih suka memiliki kendala yang, mengingat adanya situasi aktual dalam percakapan, dapat mengidentifikasi cara-cara yang memungkinkan untuk berusaha mewujudkan tujuan-tujuan yang ingin kita capai. Kaidah-kaidah yang menetapkan rangkaian yang benar dalam percakapan (misalnya, apa yang disebut kaidah-kaidah kedekatan bisa memberitahu kita apa yang dapat terjadi, secara percakapan, tetapi bukan hasil percakapan apa yang akan terjadi, secara pragmatik. Kendala-kendala yang sedang saya bicarakan tersebut bukan kendalakendala yang ditimpakan oleh struktur percakapan atau konteks percakapan semacam ini. Bahkan, kendala-kendala tersebut mewakili struktur masyarakat yang lebih luas, yang kembali menegaskan hubungan ketergantungan dan hegemoni yang ada dalam setiap situasi yang aktual (tentang kendala sebagai sebuah gagasan metapragmatik, simak bab 13, khususnya bagian 13.6). Tindak pragmatik disebut pragmatik karena tindak tersebut pada dasarnya didasarkan pada bahasa para pengguna yang sesungguhnya, bukan pada penggunaan yang ditentukan oleh kaidah-kaidah sintaksis atau oleh seleksi-seleksi semantik dan pembatasan-pembatasan konteks. Semua tindak pragmatik dimarkai dengan sangat oleh konteksnya: semua tindak pragmatik diperoleh dari konteks, dan dibatasi pada konteks. Artinya, tindak pragmatik ditentukan oleh konteks sosial yang lebih luas di mana tindak pragmatik tersebut terjadi, dan tindak pragmatik mewujudkan berbagai tujuannya dalam berbagai kondisi yang ditempatkan pada tindakan manusia oleh konteks. Tindak pragmatik memilih (co-opting) (sebagaimana, misalnya, dalam What kind of man reads Playboy? (Orang macam apa yang membaca majalah Playboy?)) hanya efektif karena ia mempersyaratkan adanya konteks di mana orang-orang tertentu dianggap sebagai prototipe pembaca majalah Playboy, dan pertunjukan visual bersama dengan iklan ini memperkuat tipe tersebut: mobil balap, pakaian mahal, wanita-wanita cantik dan sebagainya. Hanya dalam konteks itulah, dan dengan adanya kondisi-kondisi tersebut, tindak tersebut efektif sebagai alat untuk memilih khalayak tertentu sebagai konsumen produk-produk tertentu. Demikian juga, bila saya berkata seperti: Real programmers do it on the console (Para programer yang sesungguhnya melakukannya dengan tut-tut (keyboard)), saya menimbulkan adanya sebuah konteks dimana seorang programer komputer menolak dengan keras penggunaan bahasa komputer untuk mempermudah kontak dengan mesin itu, dan terus berbicara kasar pada komputer dalam bahasa mesin. Dengan penimbulan konteks ini, saya mengundang, dan memilih, semua orang yang kira-kira merasakan seperti yang saya rasakan: saya menjalin kalangan kecil temanteman, yang merupakan salah satu cara yang kuat untuk berbuat diskriminatif secara sosial terhadap orang-orang luar. Sekali lagi, tidak ada tindak tutur (langsung ataupun tidak langsung) yang digunakan dapat dikatakan benar-benar memiliki pengaruh semacam ini. Dengan demikian, tindak pragmatik dapat didefinisikan sebagai latihan pemberian kekuasaan sosial (social empowerment), bukannya kekuasaan (power) dalam pengertian biasa dari kata itu. Pemberian kekuasaan berarti bahwa saya telah ditempatkan pada posisi berkuasa: posisi ini membatasi aktifitas saya, karena kekuasaan ini hanya merupakan kekuasaan yang terbatas, karena diperoleh dengan

255

usaha, yang dapat saya gunakan; namun kekuasaan ini memungkinkan saya untuk melakukan berbagai hal yang ingin saya lakukan, tepatnya karena kedudukan saya dalam konteks tersebut (konkretnya: karena saya termasuk anggota lembaga-lembaga tempat saya beroperasi dan hidup). Oleh karena itu, dapat kita katakan bahwa tindak pragmatik merupakan ketidaksanggupan sosial (social default) dalam suatu situasi tertentu, yang digunakan oleh agen yang bebas untuk beroperasi dalam kendalakendala yang telah ditimpakan oleh masyarakat. Pada tingkat tertentu, ini adalah paradoks: tindak pragmatik mengingatkan kita akan kasus semut terkenal yang diberikan Herbert Simon, yang dikatakan dapat memperlihatkan perilaku yang cerdik ketika ia hendak menemukan jalannya kembali ke bukit semut. Namun, karena semut tersebut tidak memiliki arah lain untuk pergi, kecerdikannya merupakan contoh tindak pragmatik ketidaksanggupan semut. Jika penggunaan bahasa kita dapat disamakan dengan menembakkan senjata berat (untuk menggunakan kiasan Bolinger yang berwarna-warni; l980), maka kita juga harus melupakan untuk mengingatkan diri kita sendiri tentang siapa yang menempatkan mesiu-mesiu tersebut di dalamnya. Sekali lagi, pertanyaannya adalah: Bahasa siapa yang sedang kita gunakan? (simak Mey l985). LATIHAN DAN PERTANYAAN ULASAN 1. Perhatikan teks berikut, sebuah Pengumuman dari Departemen Pertanian Amerika Serikat, yang menyambut anda saat melewati Kepabeanan di Gedung Kedatangan Internasional di Bandara Internasional O'Hare di Chicago: 2. AGRICULTURES BEAGLE PATROL [a colour cartoon of three nice beagles] Our dogs dont bite! They sniff out illegal food or meat in passenger baggage, in order to protect U.S. agriculture and livestock. Please collabrorate! Report all plat, food, and animal products to the Department of Agriculture inspectors. You will be prosecuted for attempted smuggling. U.S. Department of Agriculture

PATROLI ANJING PELACAK PERTANIAN [sebuah karton warna-warni tiga anjing beagle yang manis-manis] Anjing-anjing kami tidak menggigit! Mereka dapat mengendus-endus makanan atau daging ilegal dalam begasi penumpang, agar dapat melindungi pertanian dan peternakan Amerika Serikat. Harap anda sudi bersikap kooperatif! Laporkan semua tanaman, makanan, dan produk dari binatang kepada para inspektur Departemen Pertanian. Anda akan dituntut jika berusaha melakukan penyelundupan. Departemen Pertanian Amerika Serikat

256

Pertanyaan: Bagaimana pendapatmu tentang koherensi penggalan ini? Bagaimana penggalan ini dapat dimengerti? (jika dapat) Tindak tutur apa yang terlibat? Mengapa Departemen Pertanian berbicara tentang beagle (anjing berkaki pendek), ketika anjing-anjing yang mengendus-endus anda benar-benar merupakan keturunan yang sangat lain (dari binatang-binatang yang dapat mendatangkan kembali barangbarang dari emas yang hilang)? 2. Ketika melakukan perjalanan ke Jepang seorang wisatawan tiba di sebuat kota yang bernama Nikko, yang terletak kira-kora lima puluh mil di utara Tokyo. Di Nikko, wisatawan dapat menemukan banyak sekali kuil dan candi yang terkenal dan indah, yang semuanya dikumpulkan dalam sebuah kompleks yang besar di kaki bukit dari pegunungan yang indah dan penuh dengan pohon cemara. Dengan berjalan melalui lingkungan yang sangat luas ini, seorang wisatawan cepat atau lambat harus menjawab sapaan alam. Setelah melihat-lihat beberapa kata atau simbol yang selalu terpampang (foto-foto, arsitektur atau apa saja), dan tidak menemukan siapapun, kemudian wisatawan tersebut memperkenalkan dirinya sendiri kepada seorang pemuda penjaga kuil berpakain kimono, yang tampaknya bertugas untuk memberikan informasi kepada pengunjung. Terjadilah dialog berikut: Tourist: Is there a toilet around here? Attendant: You want to use? Tourist (somewhat astonished): Sure I do. Attendant: Go down the steps. Wisatawan: Apakah ada kamar kecil di sekitar sini? Petugas: Apakah anda ingin menggunakannya? Wisatawan (agak heran): Tentu saja. Petugas: Turunlah beberapa anak tangga. Karena agak bingung, kemudian wisatawan tersebut menemukan tangga, dan melihatlihat, di sana ada kamar kecil untuk pria. Nah apa yang dapat kita pelajari dari cerita singkat ini? Berikut kami ajukan beberapa pertanyaan penting: Jika Anda harus mengkategorisasikan tindak tutur yang sedang digunakan di sini, bagaimana Anda akan memberikan suara? Tipe-tipe tindak tutur apa yang terlibat? Dapatkah Anda menjelaskan berbagai kesalahpahaman yang terlibat? Kerangka apa yang akan Anda gunakan untuk mengkarakterisasikan berbagai maksud tersebut? Apa yang dipersyaratkan oleh pemahaman normal terhadap permintaan wisatawan tersebut?

257

(Untuk hal-hal khusus tentang adegan ini, termasuk aspek-aspek prarangkaian, simak di bawah, bagian 14.5.) 3. Anda berada di Pisa, Italia, dan ingin makan di salah satu restoran lokal, La Stanzina, yang telah direkomendasikan kepada Anda oleh sebagian teman anda. Sayangnya, pemilik restoran, Roberto, maupun isterinya yang ramah dan berbadan besar tersebut, tidak berbicara sepatah katapun dengan bahasa Inggris. Di samping itu, menunya hanya menu Italia, dan Anda sangat tidak memahami terminologi peralatan makannya. Ketika Anda duduk untuk memesan makanan, Anda memiliki keraguan tertentu tentang apa yang akan terjadi (berdasarkan berbagai pengalaman Anda sebelumnya dari makan di luar). Konteks umum ini bisa memungkinkan Anda menginterpretasikan berbagai tindak pragmatik tertentu yang terjadi di restoran tersebut, meskipun Anda mungkin sedang bingung tentang bagaimana caranya menginterpretasikan kata-kata bahasa Italia yang sesungguhnya digunakan. Misalnya, ketika Roberto menghampiri meja Anda, dengan senyum ramah, dan menyambut kedatangan Anda di Italia, Anda tidak perlu memahami pilihan kata-kata yang persis dari ucapan salamnya. Dan ketika dia menyerahkan daftar menu, Anda akan memahami hal ini sebagai prarangkaian pragmatik terhadap pengambilan pesanan anda. Pertanyaan: Tindak pragmatik apa saja yang mungkin dapat terjadi lebih jauh dalam konteks La Stanzina ini? Apakah menu itu sendiri merupakan (bagian dari) tindak pragmatik? Khususnya, apa nilai pragmatik dari pengaturan ruang dari daftar menu tersebut? Misalkan saja Anda sudah kenal dengan istilah pasta. Anda juga ingat telah makan sesuatu dengan makanan laut di dalamnya, yang bernama marinara. Bagaimana Anda dapat menjelaskan entri seperti penne alle vongole, yang kira-kira ditempatkan di bawah judul Paste, dan sebelum item linguine marinara? Tindak pragmatik apa saja yang terlibat di sini? Bagaimana pengertian tulisan (script) digunakan dalam konteks ini? (yang dibahas dalam bagian 12.5) dapat

Tentu saja Anda dapat menghindari semua persoalan di atas dan berputar ke pojoknya untuk pergi ke restoran Borgo Stretto atau Piazza Cavour, dan dapat memuaskan setiap keinginan Anda pada salah satu tempat makanan cepat saji Amerika. Apa yang mungkin berbeda utamanya dari sudut pandang bertindak pragmatik (terlepas dari makanan yang sebenarnya terlibat)?

258

259

Anda mungkin juga menyukai