Anda di halaman 1dari 11

TUGAS KONSERVASI II

Oleh: Carla Maria Destashia Hutapea 10/296809/KG/8602

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS GADJAH MADA 2012

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Ilmu Konservasi Gigi adalah salah satu ilmu di kedokteran gigi yang mempertahankan gigi selama mungkin di dalam mulut dengan cara restorasi, endodontik, bedah endodontik, serta secara kosmetik. Ilmu Konservasi Gigi akan memperhatikan gigi dari jaringan keras gigi, pulpa, sampai jaringan periapikal gigi. Beberapa macam perawatan yang dilakukan di bidang konservasi adalah restorasi, inlay, onlay, mahkota jaket, serta perawatan saluran akar, veneer, bleaching, apeksifikasi / apeksogenesis, amputasi akar, hemiseksi, bikuspidasi, dan

sebagainya. Perawatan konservasi gigi menyangkut segala prosedur untuk menambal gigi yang rusak akibat karies (keropos) atau trauma juga termasuk menggantikan gigi hilang dan mengembalikannya pada bentuk serta fungsi normal. Dikenal dua macam restorasi pada bidang konservasi, yaitu direct restoration dan indirect restoration. Direct restoration adalah restorasi gigi yang dilakukan langsung di dalam mulut pasien. Sedangkan indirect restoration adalah restorassi yang dibuat di luar mulut pasien. Restorasi harus tepat pada semua dinding internal untuk memberikan retensi dan stabilitas. Preparasi harus dibuat bebas dari undercut pada satu sumbu agar restorasi dapat dipasang dengan mudah. Indirect Restoration menggunakan teknik restorasi logam, yakni restorasi yang dibuat berasal dari logam baik metal atau alloy. Umumnya yang digunakan adalah alloy.

2. Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan inlay? Apakah indikasi dan kontraindikasi penggunaan inlay? Bahan apa saja yang dapat digunakan untuk inlay? Bagaimana cara pembuatan inlay? Apa saja keuntungan dan kerugian penggunaan inlay?

3. Tujuan
Untuk mengetahui pengertian inlay.

Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi penggunaan inlay. Untuk mengetahui bahan apa saja yang dapat digunakan untuk inlay. Untuk mengetahui cara pembuatan inlay. Untuk mengetahui keuntungan dan kerugian penggunaan inlay.

PEMBAHASAN
1. Pengertian Inlay Inlay adalah restorasi tidak langsung yang terbuat dari emas atau porselen yang dimasukkan kedalam kavitas dan kemudian disemenkan (Baum, 1995). Inlay disebut juga restorasi intrakorona, yaitu restorasi yang terdapat di dalam kavitas oklusal. Restorasi ini dibentuk di luar mulut dari bahan yang rigid dan kemudian disemenkan ke dalam gigi yang telah dipreparasi, yang tentu saja tidak boleh mempunyai undercut (Kidd, et all, 2002). Hal yang perlu diperhatikan adalah kavitas harus divergen dari gingival ke oklusal. Selain itu, harus disiapkan suatu preparasi kavitas dengan penambahan bevel. Bevel dibuat dengan memotong miring dinding cavosurface yang kemiringannya dapat bermacam-macam, yaitu sekitar 300 pada gingival margin dan 40o pada margin yang lain. Bevel membantu untuk memperoleh hubungan tep yang baik antara restorasi inlay dengan cavosurface, dimana tumpatan plastis tidak mempunyai kekuatan tepi. Berikut ini macam-macam bevel (Garg, et all, 2008): A. Ultrashot / Parsial bevel : bevel pada lapisan email, tidak melebihi 1/3 ketebalan email. B. Short bevel : bevel yang meliputi seluruh lapisan email. C. Long bevel : bevel yang meliputi seluruh lapisan email sampai pada tinggi lapisan dentin pada dinding kavitas. D. Full bevel : meliputi email dan dentin seluruh dinding kavitas.

E. Counter bevel : bevel yang arahnya berlawanan dengan dinding aksial kavitas ke arah permukaan fasial atau lingual / ekstra koronal. F. Hollow ground bevel : Pada umumnya dataran bevel mendatar tapi bevel ini digunakan berbentu cekung pada long bevel, full bevel, dan counter bevel. Inlay adalah restorasi yang digunakan pada gigi yang di preparasi pada bagian Oklusal Distal (OD), Oklusal Mesial (OM) atau Mesio Oklusal Distal (MOD). Inlay sudah jarang digunakan untuk kavitas sederhana dan umumnya hanya digunakan untuk gigi-gigi yang berkebutuhan khusus, seperti gigi yang sudah lemah karena karies dan cenderung fraktur bila tidak dilindungi atau bila retensi sulit dibuat. Berikut ini merupakan macam klas pada inlay (Eccles, et all, 1994). A. Inlay Klas I Merupakan klas sederhana , yang jarang digunakan. B. Inlay Klas II Misalnya digunakan pada gigi yang daerah MOD terkena, sehingga perlu adanya perlindungan edengan cara menghilangkan tonjolantonjolan lemah untuk kemudian di preparasi dengan menggunakan veneer . C. Inlay Klas III dan IV Misalnya digunakan pada jembatan atau attachnment untuk jembatan semicekat. D. Inlay Klas V Misalnya untuk retensi pada geligi tiruan sebagian ,atau dapat digunakan pasak untuk perawatan kavitas uang dangkal akibat abrasi atau erosi.

2. Indikasi dan Kontraindikasi Indikasi: Apabila gigi yang dengan kedalaman kavitas karies yang cukup besar sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan restorasi amalgam maupun komposit, karena pembuatan undercut pada restorasi tersebut mengakibatkan adanya email yang tidak didukung oleh dentin pada kavitas yang sudah lebar (Staff Dosen Konservasi FKG UGM, 2010). Untuk menggantikan restorasi yang sudah lama jika jaringan sehat yang tersisa hanya sedikit (Kidd, et all, 2002). Kontraindikasi: Permukaan oklusal yang berat Restorasi keramik dapat patah pada saat kurangnya bagian yang besar untuk mencukupi tekanan oklusal yang erlebihan. Seperti pasien yang memilki bruxism atau kebiasaan clenching. Meihat permukaan oklusal dapat emnjadi indikasi apakah gigi pasien bruxism / clenching. Ketidakmampuan untuk memeliharanya Meskipun beberapa penelitian memberitahukan bahwa dental adhesive dapat menetralkan berbagai kontraindikasi, adhesive teknik memerlukan real-perfect moisture control.yang menjamin keberhasilan kliniknya. Preparasi subgingival yang tajam Walupun ini tidak menjadi kontraindikasi yang absolute preparasi dengan kedalaman tepi gingival harus dihindari. Tepi akan sulit dan mempengaruhi cetakan dan akan sulit untuk di selesaikan. (Kidd, et all, 2002)

3. Bahan Yang Dapat Digunakan


a. Logam tuang

Logam tradisional bagi inlay adalah emas. Emas murni (24 karat, 100 persen atau 1000 fine) jarang sekali digunakan karena merupakan bahan yang sangat lunak. Logam lain lalu ditambahkan kedalamnya untuk meningkatkan sifat fisiiknya dan karena itu bahan yang digunakan dalam inlay emas tradisional adalah suatu aloi emas. Aloi tersebut ada yang terdiri dari 60 persen emas atau lebih dan ada pula yang hanya mengandung 20 persen emas. Aloialoi lain sama sekali tidak mengandung emas tetapi hanya mengandung kombinasi-kombinasi logam-logam lain, sehingga sering disebut sebagai logam cor (Kidd, et all, 2002). Teknik inlay logam tuang secara direk hanya dapat diterapkan pada kavitas yang sangat kecil. Dengan demikian, sifat kuatnya suatu logam tuang tidak termanfaatkan dengan maksimal. Hanya sedikit inlay logam tuang direk yang dibuat dan ini pun biasanya diindikasikan bersama-sama dengan beberapa restorasi lain (Kidd, et all, 2002). Teknik indirek memungkinkan dibuatnya variasi desain preparasi yang lebih banyak. Tipe yang paling sering dipakai adalah inlay yang juga melindungi tonjol gigi dengan jalan menutup permukaan oklusal, yang biasa disebut onlay (Baum, et all 1995). Indikasi kedua yang paling sering untuk inlay indirek adalah sebagai bagian dari suatu jembatan atau piranti lain yang menggantikan gigi hilang (Kidd, et all, 2002). b. Porselen Inlay dan vinir porselen dibuat dengan salah satu dari dua teknik yang sangat berbeda. Pada teknik pertama,cetakan gigi dicor dalam bahan refraktori yang dapat dipanaskan sampai suhu tinggi sekali tanpa mengalami kerusaka. Bubuk porselen dicampur dengan cairan sampai menjadi pasta dan dimasukkan ke dalam kavitas inlay atau ke dalam permikaan labial model refraktori ini, kemudian dibakar dalam tungku pembakaran sampai partikelpartikel porselennya menyatu. Proses diulang beberapa kali hingga restorasi menjadi berbentuk dan berwarna seperti yang diinginkan. Model refraktori kemudian dibuka,biasanya dengan sand blasting atau glass bead blasting (Kidd, et all, 2002).

Teknik kedua adalah mengecor suatu batangan kaca yang layak cor ke dalam mould dengan lost wax technique. Restorasi kaca ini kemudian dimasukkan ke dalam tungku pembakaran keramik yang akan mengubah bahan menjadi keramik yang kemudian diwarnai dan dibakar untuk mengubah penampilannya. Kedua teknik menghasilkan restorasi keramik (biasanya disebut porselen walaupun sebetulnya tidak akurat), tetapi bahan-bahan ini agak berbeda sifatnya (Kidd, et all, 2002). Inlay atau onlay porselen yang modern mempunyai permukaan dalam (pit surface) yang dietsa atau sekurang-kurangnya dikasarkan. Inlay ini disemenkan dengan semen komposit terhadap email yang sudah dietsa atau ke basis semen ionomer kaca yang dietsa. Jadi, desain retentif dari kavitas kurang penting dibandingkan untuk inlay logam tuang konvensional. Disini karies dan restorasi yang lama harus dibuang, tetapi basis ionomer kaca umumnya dibuat cukup tebal, kadang-kadang di atas subpelapik hidroksida kalsium, dan berfungsi sebagai pembonding dan penguat dentin yang masih ada pada tonjol gigi. Inlay atau onlay porselen disini terutama berfungsi untuk memberikan lapisan permukaan oklusal yang tahan keausan (Kidd, et all, 2002). Prinsip desain kavitasnya adalah harus masih ada cukup email atau permukaan ionomer kaca untuk dietsa dan tepinya tidak dibevel. Teknik pencetakannya sama untuk logam tuang indirek. Untuk penyemenan digunakan resin komposit khusus. Inlay dikembalikan dari laboratorium dengan permukaan dalam yang telah dietsa menggunakan asam hidrofluorik atau hanya dibiarkan kasar setelah dilepas dari die refraktori dengan cara sandblasting. Gigi diisolasi dengan isolator karet, inlay sementara dilepas, dan email serta setiap semen ionomer kaca yang membentuk bagian preparasi dietsa, dicuci dan dikeringkan. Resin kemudian diaplikasikan menurut petunjuk pabrik. Pada pemakaian beberapa semen perekat reaksi pengerasan bisa dipercepat dengan penyinaran dan reaksi pengerasan akan berlanjut secara kimia. Kelebihan semen akan lebih mudah dibersihkan pada saat semen belum mengeras sempurna. Jika semen sudah mengeras, isolator karet dilepas dan oklusi dicek dengan kertas artikulasi serta diasah dengan bur intan kecil. Permukaan yang diasah bisa dipoles dengan disk

pemoles komposit atau dengan roret dan poin yang khusus dibuat untuk memoles porselen (Kidd, et all, 2002). Inlay atau onlay porselen memiliki keuntungan dalam hal penampilannya yang lebih alamiah dibandingkan dengan inlay logam tuang dan lebih tahan abrasi daripada komposit (Kidd, et all, 2002). Oleh karena itu, porselen cocok untuk permukaan oklusal gigi posterior yang restorasinya luas dan

penampilannya diperlukan. Selain itu, porselen dapat juga dipakai di permukaan bukal yang terlihat baik di gigi anterior maupun posterior (Baum, et all, 1995). Porselen tidak sekuat logam tuang tetapi jika sudah berikatan dengan permukaan email melalui sistem etsa asam tampaknya akan menguatkan gigi dengan cara yang sama seperti pada restorasi berlapis komposit atau semen ionomer-resin komposit (Anusavice, 2003).

4. Cara Pembuatan Inlay


Preparasi Sama seperti preparasi amalgam klas II namun aksiopulpal line angle dibuat tajam dan aksiogingival line angle diberi groove (alur), kemudian dinding-dindingnya dibuat tegak lurus atau sedikit divergen ke arah oklusal untuk memudahkan afdruk malam atau pemasangan inlay. Retensi dan resistensi diperoleh dari bevel yang dibentuk dinding-dinding kavitas sejajar satu dengan yang lain, dinding-dinding yang lurus, dasar yang datar dan sudut-sudut yang tajam. Memodel Malam Terdapat 2 macam teknik yaitu direk, yaitu langsung pada kavitas yang telah dipreparasi dan indirek, yaitu pada die. Malam dilunakkan lalu ditekankan pada kavitas. Bevel harus tercetak dengan batas tegas dan jelas. Sprue ditusukkan pada daerah tepi marginal ridge dekat titik kontak sehingga malam dapat tertarik secara vertikal. Apabila masil terdapat undercut, maka preparasi harus diperbaiki. (Staff Dosen Konservasi FKG UGM, 2010) Tahap-tahap pembuatan restorasi logam adalah:

1. Mengolesi die dengan die separator dengan tujuan model malam bisa dilepas dari die. 2. Membentuk restorasi yang akan dibuat dengan menggunakan inlay wax, sesuai dengan bentuk anatomis gigi aslinya. 3. Menghaluskan model malam yang telah terbentuk dengan alkohol torch. 4. Mengkilapkan model malam yang telah terbentuk dengan menggunakan air sabun. 5. Mempersiapkan penanaman yang meliputi crusible former, sprue, ventilasi dan juga memasang non-asbestos liner pada bumbung tuang. 6. Melekatkan sprue pada daerah tertebal model malam dengan sudut tumpul. 7. Memasang model yang telah terpasang sprue ke crusible former dan menyesuaikan dengan ketinggian pada bumbung tuang. 8. Mengolesi model malam beserta sprue dengan menggunakan wetting agent. 9. Menunggu hingga wetting agent mengering. 10. Menanam model malam 11. Melepas crusible former dari bumbung tuang. Kemudian lakukan buang malam diatas api selama 1 jam atau hingga bahan tanam tidak lagi tampak kebiruan yang berarti sisa malam telah habis. Kemuadian lakukan casting logam dengan menggunakanblowtorch dan centrifugal. 12. Menunggu hingga bumbung tuang agak dingin. 13. Membongkar bumbung tuang dan mengeluarkan hasil tuangan kasar. 14. Fitting dengan cara mencoret-coret die dengan pensil, sehingga bagian yang belum fit dapat diketahui dengan mudah. 15. Finishing, menggunakan stone merah dan hijau. 16. Polishing, menggunakan rubber merah dan hijau. Lakukan polishing tersebut sampai model malam mengkilat. (Anusavice, 2003) Pemasangan Setelah dipoles, inlay dibersihkan dengan alkoho, kavitas juga didisinfeksi lalu inlay dan kavitas dikeringkan. Aduk semen zink phosphat dengan konsistensi yang tepat lalu oleskan semen pada bagian dalam inlay secara tipis, kemudian inlay

dimasukkan pada kavitas yang seluruh dindingnya sudah diberi lapisan tipis semen zink phosphat. Tekan inlay pada arahnya sampai semen mengeras.

5. Keuntungan dan Kerugian


Menurut Kidd, et all, 2002 : Keuntungan: Kekuatan yang dihasilkan lebih besar Lebih tahan terhadap abrasi Lebih estetis dari segi penampilan

Kerugian: Biaya yang dikeluarkan pasien lebih besar Terkadang terdapat celah pada hasil penyemenan

PENUTUP
1. Kesimpulan
Inlay adalah restorasi intrakorona yang dibuat secara tidak langsung yang terbuat dari emas atau porselen yang dimasukkan kedalam kavitas dan kemudian disemenkan ke dalam gigi yang telah dipreparasi dengan preparasi menggunakan bevel untuk ketahanan tepi. Inlay digunakan pada gigi yang dengan kedalaman kavitas karies yang cukup besar sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukan restorasi amalgam maupun komposit, karena pembuatan undercut pada restorasi tersebut

mengakibatkan adanya email yang tidak didukung oleh dentin pada kavitas yang sudah lebar. Dengan keuntungan antara lain kekuatan, ketahan terhadap abrasi, serta estetika.

2. Daftar Pustaka
Anusavice, KJ. 2003. Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC. Baum L, Phillips RW, Lund MR. 1995. Textbook Of Operative Dentistry. 3rd ed. Philadelphia : WB Sauners Company. Eccles JD, Green RM. 1994. Konservasi Gigi. Jakarta : Penerbit Widya Medika. Garg, N, Garg, A,. 2008. Review of Endodontics and Operative Dentistry . New Delhi : Jaypee Kidd , EAM, Smith BGN, Pickard HM. 2002. Manual Konservasi Restoratif Menurut Pickard. Jakarta : Penerbit Widya Medika Staff Dosen Konservasi FKG UGM. 2010. Pengantar Pra Klinik Konservasi Gigi. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada

Anda mungkin juga menyukai