Anda di halaman 1dari 18

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Endoftalmitis merupakan peradangan supuratif di bagian dalam bola mata yang meliputi uvea, vitreus dan retina dengan aliran eksudat ke dalam kamera okuli anterior dan kamera okuli posterior. Peradangan supuratif ini juga dapat membentuk abses di dalam badan kaca. 1 Endoftalmitis di sebabkan oleh bakteri dan jamur. Bakteri dan jamur ini akan masuk dengan cara eksogen dan endogen. Endoftalmitis eksogen terjadi akibat trauma tembus atau infeksi sekunder pada tindakan pembedahan yang membuka bola mata. Endoftalmitis endogen terjadi akibat penyebaran bakteri atau jamur dari fokus infeksi dalam tubuh. Endoftalmitis merupakan penyakit yang memerlukan perhatian karena bila tidak segera diberikan pertolongan prognosisnya akan semakin buruk dan dapat mengakibatkan kebutaan. 1 Endoftalmitis merupaka penyakit yang memerlukan perhatian pada tahun terakhir ini karena dapat memberikan penyulit yang gawat akibat suatu trauma tembus atau akibat pembedahan mata intra okuler. 1 Melalui penulisan ini diharapkan dapat membantu memberi petunjuk dalam penatalaksanaan endophtalmitis sehingga kemungkinan untuk penanganan yang tidak tepat dan bisa berakibat fatal dapat dihindari. 1.2 Batasan Masalah Clinical Report Session ini membahas mengenai anatomi vitreous humor, definisi endoftalmitis, epidemiologi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, gejala klinis, diagnosis, pemeriksaan, dan penatalaksanaan serta prognosis endophtalmitis.

1.3 Tujuan Penulisan Penulisan Clinical Science Session ini bertujuan untuk menambahkan pengatahuan mengenai endoftalmitis.

1.4 Metode Penulisan Penulisan Clinical Science Session ini menggunakan metode tinjauan pustaka dengan mengacu pada berbagai literatur dan kepustakaan berupa buku, jurnal dan internet.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Bola Mata Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola mata, yang biasanya terjadi akibat infeksi setelah trauma atau bedah, atau endogen akibat sepsis. Berbentuk radang supuratif di dalam rongga mata dan struktur di dalamnya1. Bola mata dibungkus oleh 3 lapis jaringan, yaitu1: 1. Sklera, yang merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan sclera disebut cornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk ke dalam bola mata. 2. Jaringan uvea, yang merupakan jaringan vaskular, yang terdiri atas iris, badan siliar dan koroid. Pada iris didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlah sinarmasuk ke dalam bola mata, yaitu otot dapat mengatur jumlah sinar masuk ke dalam bola mata, yaitu otot dilatatur, sfingter iris dan otot siliar. Badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata (akuos humor), yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada pangkal iris di batas kornea dan sklera. 3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak. Vitreous humour atau badan kaca menempati daerah belakang lensa. Struktur ini merupakan gel transparan yang terdiri atas air (lebih kurang 99%), sedikit kolagen, dan molekul asam hialuronat yang sangat terhidrasi. Badan vitreous mengandung sangat sedikit sel yang menyintesis kolagen dan asam hialuronat. Berfungsi mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina. Kebeningan badan vitreous disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah dan

sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya kekeruhan badan vitreous akan memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan oftamoskopi. 1

Gambar 1 anatomi penampang sagital bola mata

2.2 Definsi Endophthalmitis adalah adanya peradangan hebat intraokular, terjadi yang diakibatkan dari bakteri, jamur atau keduanya. Beberapa penulis mendefinisikan sebagai bakteri atau jamur infeksi pada tubuh dan ruang vitreous mata cairan. Hal ini tidak pernah disebabkan oleh virus atau parasit infeksi, sebagai agen ini terutama menyebabkan radang retina dan Uvea. 2

2.3 Klasifikasi Secara umum endoftalmitis diklasifikasikan sebagai berikut : a. Endoftalmitis Eksogen

Pada endolftamitis eksogen organisme yang menginfeksi mata berasal dari lingkungan luar. Endolftamitis eksogen dikategorikan menjadi : endolftalmitis post operasi dan

endolftalmitis post trauma. Endoftalmitis Post Operatif 4

Pada endoftalmitis post operasi, bakteri penyebab tersering merupakan flora normal pada kulit dan konjungtiva. Endoftalmitis ini sering terjadi setelah operasi-operasi berikut ini : katarak, implantasi IOL, glaukoma, keratoplasty, eksisi pterigium, pembedahan strabismus paracentesis, pembedahan vitreus dll. 3 Endoftalmitis Post Trauma

Endoftalmitis paling sering terjadi setelah trauma mata, yaitu trauma yang menimbulkan luka robek pada mata. b. Endoftalmitis Endogen

Pada endoftalmitis endogen, organisme disebarkan melalui aliran darah. Endoftalmitis endogen beresiko terjadi pada : Memiliki faktor predisposisi, seperti : diabetes melitus, gagal ginjal, penyakit

jantung rematik, sistemik lupus eritematos, AIDS dll Invasif Prosedur yang dapat mengakibatkan bakteremia seperti hemodialisis,

pemasangan kateter, total parenteral nutrisi dll Infeksi pada bagian tubuh lain, seperti: endokarditis, urinary tract infection, artritis, pyelonefritis, faringitis, pneumoni dll8 Pada endoftalmitis endogen kuman penyebabnya sesuai dengan fokus infeksinya seperti Streptococcus Sp (endokarditis), Stapylococcus aureus (infeksi kulit) dan Bacillus (invasive prosedur). Sementara bakteri Gram negatif misalnya Neisseria meningitidis, Neisseria gonorrhoe, H infuenzae dan bakteri enterik seperti Escherichia colli dan Klebsiella.4

2.4 Etiologi Penyebab endophthalmitis sangat bervariasi tergantung dari jenis nya. Endophthalmitis post operasi kronis

Penyebab endophthalmitis post operasi kronis dibagi atas bakteri dan jamur. Endophthalmitis kronis post operasi akibat jamur disebabkan oleh candida dan aspergilus namun haruslah di bedakan dari endophthalmitis endogen. Endophthalmitis post operasi kronis akibat bakteri paling sering disebabkan oleh Propionibacterium acnes. Bakteri lain dengan 5

tingkat virulensi terbatas seperti Staphylococcus epidermidis dan spesies Corynebacterium, juga bisa bisa menyebabkan infeksi kronik yang mirip. P acnes, bakteri gram-positive anaerob kommensal, ditemukan di kulit kelopak mata atau konjuctiva orang normal.3 Endoftahmitis post operasi akut

Biasanya disebabkan oleh coagulase negative Staphylococcus, S aureus, Streptococcus spp, organisme gram negatif.3 Endophthalmitis endogen

Bakteri endogen penyebab endophthalmitis memiliki variasi jenis yang luas, penyebab tersering dari jenis gram positif diantaranya species Streptococcus (endocarditis), Staphylococcusa ureas ( infeksi cutaneous), dan species Bacillus (dari penggunaan obat intravena ) sedang untuk bakteri gram negatif paling sering Haemophilus influenzae, and organismse enteric seperti Klebsiella.
3

Neisseria meningitidis,

Escherichia coli dan spesies

Endofthamitis endogen akibat jamur disebabkan oleh candida (penyebab terbanyak), aspergillus dan cocidioides. Endophthalmitis endogen karena jamur juga bisa disebabkan oleh infeksi Histoplasma capsulatum. Cryptococcus neoformans. Sporothrix schenkii. Dan Blastomyces dermatitidis namun kejadiannya lebih rendah dibandingkan candida dan aspergillus.3 Traumatic endophthalmitis

Hampir sama dengan endophthalmitis post operasi, dua pertiga dari bakteri penyebab traumatic endofthamitis adalah gram positif dan 10-15% adalah gram negatif. Bacillus cereus, dimana sangat jarang menyebabkan endophthalmitis pada kasus lain, menyebabkan hampir 25% dari semua kasus traumatic endophthalmitis.3

2.5 -

Klasifikasi 3

Endophthalmitis Post operasi Akut kronik

Endophthalmitis endogen Bakteri Jamur o Endophthalmitis Candida o Endophthalmitis Aspergillus o Cryptococcosis o Coccidioidomycosis

Traumatic endophthalmitis 2.6 Patofisologi Pada keadaan normal, blood-ocular barrier dapat melindungi mata dari invasi

mikroorganisme. Pada Endogenous endophthalmits, organisme dapat menembus blood-ocular barrier dengan invasi langsung (contoh : septic emboli) atau dengan merubah permeabilitas vaskuler endotel. Destruksi jaringan intraokular mungkin berhubungan dengan invasi langsung mikroorganisme dan atau dari pelepasan mediator inflamasi karena respon imun.3,5 Endophthalmitis dapat ditemukan adanya nodule putih pada kapsul lensa, iris, retina, atau koroid. Juga dapat mengenai berbagai tempat diseluruh jaringan mata, dimana yang utama adalah terbentuknya eksudat purulen pada bola mata. Dapat menyebar ke jaringan lunak dari mata. Semua prosedur operasi yang mengganggu integritas dari bola mata dapat menyebabkan Exogenous endophthalmitis (misalnya : operasi katarak, glaukoma, radial keratotomy).3,5

2.7 Manifestasi Klinis Endophthalmitis post operasi kronik Propionibacterium acnes sebagai penyebab terbanyak bermanifestasi berupa plak putih diantara kapsul posterior dan implan IOL. Pasien akan merasakan pandangan yang kabur dan

inflamasi granulamatous yang persisten dimulai sekitar 3-4 bulan setelah pembedahan. Pada kasus yang parah dapat terjadi inflamasi vitreus, dekompensasi kornea hingga neovaskularisasi iris pada kasus terparah yang tidak mendapat pengobatan.3

Gambar 2. A dan b endophthalmitis krinik post operasi yang disebabkan oleh propiobacterium acnes. Granulomatous keratic precipitas dan plak putih di selubung kapsul Endophthalmitis post operasi akut Sering disertai dengan hypopion, conjunctival vascular congestion, edema kornea, edema keopak mata. gejala sering berupa nyeri dan visual loss yang nyata.3 Endolphthalmitis endogen Gambaran dari endolphthalmitis endogen berasal dari penyakit sistemik yang berlangsung seperti suhu tubuh yang tinggi (lebih dari 101,5 F), peningkatan jumlah leukosit perifer, dan kultur kuman yang positif dari bagian lain (darah, urin, dahak). pasien sering sakit dan dirawat karena penyakit utama yang mendasari munculnya endophthalmitis endogen.3 Gejala klinis meliputi nyeri akut, fotofobia, dan penglihatan kabur. Pada pemeriksaan biasanya ditemukan sangat menurunnya ketajaman visual, edema periorbital dan kelopak mata, dan fibrin di ruang anterior, hipopyon mungkin juga ditemukan. Mungkin ada peradangan yang signifikan pada vitreous dan sel vitreous. Kadang-kadang, mengenai kedua

mata secara bersamaan.Mikroabses kecil di retina atau ruang subretinal dan putih, perdarahan pada retina (Roth spot) juga dapat dilihat.3 Pasien dengan Endolphthalmitis kandida mungkin hadir dengan penglihatan kabur atau menurun akibat dari makula chorioretinal atau nyeri yang timbul dari uveitis anterior. yang mungkin parah. Biasanya. Candida chorioretinitis ditandai dengan multiple. bilateral. putih. well-circumscribed lesions kurang dari 1 mm. Tersebar diseluruh postequatorial fundus dan terkait dengan inflamasi selular vitreous (Gambar 8-4). Para chorioretinallesions dapat berhubungan dengan pembuluh darah selubung dan perdarahan intra retina, eksudat vitreous mungkin memperlihatkan penampilan string-of-pearls. Endolfthalmitis endogen aspergillus menyebabkan nyeri akut dan visual loss.3 Post traumatic endophthalmitis Gejala pada endophthalmitis yang disebabkan trauma tembus biasanya lebih berat termasuk penurunan visus yang cepat, sakit mata yang lebih hebat, mata merah dan pembengkakan kelopak.3 2.8 Diagnosis Dengan mengetahui gejala subjektif dan gejala objektif yang didapatkan dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, maka diagnosis endoftalmitis sudah dapat ditegakkan. Gejala endoftalmitis dapat diketahui dari gejala subjektif dan objektif yang didapatkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. a. Subjekif Secara umum, gejala subjektif dari endoftalmitis adalah1,6: - Fotofobia - Nyeri pada bola mata - Penurunan tajam penglihatan - Nyeri kepala - Mata terasa bengkak - Kelopak mata bengkak, merah, kadang sulit untuk dibuka

Adanya riwayat tindakan bedah mata, trauma tembus bola mata disertai dengan atau tanpa adanya penetrasi benda asing perlu diperhatikan karena adanya kemungkinan penyebab eksogen. Mengenai penyebab endogen maka penderita perlu di anamnesis mengenai ada atau tidak nya riwayat penyakit sistemik yang dideritanya. Penyakit yang merupakan predisposisi terjadinya endoftalmitis di antaranya adalah diabetes melitus, AIDS dan SLE yang dapat dihubungkan dengan imunitas yang rendah. Sedangkan beberapa penyakit infeksi yang dapat menyebabkan endoftalmitis endogen akibat penyebarannya secara hematogen adalah meningitis, endokorditis, infeksi saluran kemih, infeksi paru-paru dan pielonefritis.1

b.

Objektif

Kelainan fisik yang ditemukan berhubungan dengan struktur bola mata yang terkena dan derajat infeksi/peradangan7. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan luar, slit lamp dan funduskopi kelainan fisik yang dapat ditemukan dapat berupa1: - Udem Palpebra Superior - reaksi konjungtiva berupa hiperemis dan kemosis - Injeksi siliar dan injeksi konjungtiva - Udem Kornea - Kornea keruh - keratik presipitat - Bilik mata depan keruh - Hipopion - Kekeruhan vitreus - Penurunan refleks fundus dengan gambaran warna yang agak pucat ataupun hilang sama sekali.

10

Gambar 3. Endoftalmitis

Pada endoftalmitis yang disebabkan jamur, di dalam badan kaca ditemukan masa putih abu-abu, hipopion ringan, bentuk abses satelit di dalam badan kaca, dengan proyeksi sinar yang baik1.

2.9 Pemeriksaan Penunjang Metode kultur merupakan langkah yang sangat diperlukan karena bersifat spesifik untuk mendeteksi mikroorganisme penyebab. Teknik kultur memerlukan waktu 48 jam 14 hari. Bahan-bahan yang dikultur diambil dari1,6,8: o Cairan dari COA dan corpus viterous

Pada endoftalmitis, biasanya terjadi kekeruhan pada corpus viterous. Oleh sebab itu, bila dengan pemeriksaan oftalmoskop, fundus tidak terlihat, maka dapat dilakukan pemeriksaan USG mata. Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan apakah ada benda asing dalam bola mata, menilai densitas dari vitreitis yang terjadi dan mengetahui apakah infeksi telah mencapai retina1. 11

Pemeriksaan penunjang lainnya dilakukan untuk mengetahui dengan pasti kuman penyebab endoftalmitis, terutama bila ada penyakit sistemik yang dapat menimbulkan endoftalmitis, melalui penyebaran secara hematogen. Pemeriksaan penunjang tersebut dapat berupa1 o o o o Pemeriksaan darah lengkap, LED, kadar nitrogen, urea darah, kreatinin. Foto rontgen thoraks USG jantung Kultur darah, urin, LCS, sputum, tinja

2.10 Diagnosis banding8 a. Panuveitis b. Tumor intraokuler c. Panoftalmitis

2.11 Tatalaksana Terapi Antibiotik9

Terapi antimikroba empiris harus komprehensif dan harus mencakup semua kemungkinan patogen dalam konteks pengaturan klinis.

Intravitreal antibiotik Pilihan pertama : Vancomicin 1 mg dalam 0.1 ml + ceftazidine 2.25 0.1ml Pilihan kedua Pilihan ketiga : Vancomicin 1 mg dalam 0.1ml + amikacin 0.4 mg dalam 0.1 ml : Vancomicin 1 mg dalam 0.1ml + gentamicin 0.2 mg dalam 0.1 ml mg dalam

12

Gambar 4. injeksi intravitreal Injeksi Intravitreal

24-36 jam pertama setelah injeksi

Bertambah buruk

Bertambah buruk ( - )

Konsul spesialis

Lanjutkan terapi oral / topikal

Pars plana vitrectomy (PPV)

Tidak ada perubahan signifikan

Membaik

Ulangi injeksi intravitreal

Reflek fundus (+) Reaksi COA Lanjutkan terapi

Gambar 5. alur Follow up intravitreal antibiotik 13

Antibiotik topikal Vancomicin (50 mg/ml) atau cefazolin (50 mg/ml), dan Amikacin (20 mg/ml) atau tobramycin (15mg%)

Antibiotik sistemik (jarang). Ciprofloxacin intravena 200mg BD selama 2-3hari, diikuti 500mg oral BD selama

6-7 hari, atau Vancomicin 1gm IV BD dan ceftazidim 2g IV setiap 8 jam

Terapi steroid Dexamethasone intravitreal 0.4 mg dalam 0.1 ml Dexamethasone 4 mg (1 ml) OD selama 5 7 hari Steroid sistemik. Terapi harian dengan prednisolone 60 mg diikuti dengan 50 mg, 40 mg, 30 mg, 20 mg, dan 10 mg selama 2 hari.

Terapi suportif 3 hari sekali. Obat obat antiglaucoma disarankan untuk pasien dengan peningkatan tekanan Siklopegik. Disarankan tetes mata atropin 1% atau bisa juga hematropine 2% 2

intraokular. Acetazolamide (3 x 250 mg) atau Timolol (0.5 %) 2 kali sehari.

Operatif Vitrektomy Vitrectomy adalah tindakan bedah dalam terapi endophthalmitis. Bedah debridemen rongga vitreous terinfeksi menghilangkan bakteri, sel-sel inflamasi, dan zat beracun lainnya untuk memfasilitasi difusi vitreal, untuk menghapus membran vitreous yang dapat menyebabkan ablasio retina, dan membantu pemulihan penglihatan. Endophthalmitis vitrectomy Study (EVS) menunjukkan bahwa di mata dengan akut endophthalmitis operasi postcataract dan lebih baik dari visi persepsi cahaya. Vitrectomy juga memainkan peran penting dalam pengelolaan endoftalmitis yang tidak responsif terhadap terapi medikamentosa.
10

14

Penatalakasanaan pada endoftalmitis pasca operasi

Pars Plana Vitrectomy dan injection intravitreal dan endocapsular vancomycin adalah terapi dalam banyak kasus kronis pasca operasi bakteri endophthalmitis, namun ini mungkin tidak sepenuhnya berhasil dalam pemberantasan infeksi, terutama jika kapsul lensa sudah terinfeksi. Dalam kasus seperti pemasangan IOL, capsulectomy lengkap, injeksi intravitreal vankomisin bisa menyembuhkan. Pengobatan endophthalmitis jamur kronis lebih sulit dan membutuhkan penggunaan agen antijamur intravitreal (amfoterisin dan vorikonazol) dan, mungkin, agen antijamur sistemik pada kasus yang paling parah. Beberapa operasi mungkin diperlukan. Peran sistemik terapi dalam bentuk kronis endophthalmitis jamur tidak dapat dibuktikan.3

Pentalaksanaaan pada endoftalmitis bakteri

Pada endoftalmitis endogen bakteri, darah, kultur cairan tubuh lainnya, dan hasil kultur mata untuk memastikan diagnosis dan memilih terapi. Antibiotik intravitreal diberikan pada saat vitrectomy jika belum jelas adakah organisme jamur yang ikut berperan, pengobatan etiologi jamur dan bakteri adalah vitrectomy. Selain itu, antibiotik intravena kadang-kadang diperlukan selama beberapa minggu, tergantung pada organisme yang menginfeksi.3 Penatalaksanaan pada endoftalmitis jamur3

Pasien yang memiliki endophthalrnitis jamur endogen, terapi anti jamur sistemik dapat diberikan selama 6 minggu atau lebih. Pilihan anti mikroba inisial adalah empiris dan dapat disesuaikan dengan hasil kultur. Endoftalmitis jamur endogen karena Candida, Aspergillus, dan Coccidiodes dapat dikelompokkan ke dalam Non-neoplastic Masquerade Syndrome karena pada banyak pasien, kondisi ini disalah artikan sebagai Uveitis non infeksius dan diobati dengan kortikosteroid saja. Hal ini biasanya memperburuk perjalanan klinis penyakit. Sehingga diperlukan penyelidikan lebih lanjut untuk menetapkan diagnosis yang benar. Kondisi ini membutuhkan terapi anti jamur sistemik dan lokal serta intervensi bedah. Pengobatan kandidiasis intraokular adalah pemberian agen antifungal intravena dan intravitreal. 15

2.12 Pencegahan Untuk pasien yang pernah mengalami riwayat operasi mata seperti operasi katarak, anda dapat menurunkan resiko infeksi dengan mengikuti seluruh intruksi dokter setelah operasi dan melakukan pemeriksaan reguler (follow-up) yang teratur. Untuk mencegah endophthalmitis karena trauma, bisa digunakan pelindung mata saat bekerja dan pada saat olahraga. Kacamata atau helm dapat membantu melindungi dari debris industri yang dapat menembus mata.

2.13 Komplikasi Penyulit endoftalmitis adalah apabila proses peradangan mengenai ketiga lapisan mata (retina, koroid, dan sclera ) dan badan kaca maka akan dapat mengakibatkan panoftalmitis.1

2.14 Prognosis Prognosis endophthalmitis bervariasi tergantung pada tingkat keparahan infeksi, organisme yang terlibat dan jumlah kerusakan mata menopang dari peradangan dan jaringan parut. Kasus ringan endophthalmitis dapat memiliki hasil visual yang sangat baik. Kasus yang parah dapat menyebabkan tidak hanya dalam kehilangan penglihatan, tapi akhirnya hilangnya seluruh mata. Fungsi penglihatan pada pasien endoftalmitis sangat tergantung pada kecepatan diagnosis dan tatalaksana. Prognosisnya sangat bervariasi tergantung penyebab. Faktor prognostik terpenting adalah visus pada saat diagnosis dan agen penyebab. Prognosis endoftalmitis dan panoftalmitis sangat buruk terutama bila disebabkan jamur atau parasit.1 Prognosis endoftalmitis endogen secara umum lebih buruk dari eksogen karena jenis organisme yang menyebabkan endoftalmitis endogen biasanya lebih virulen.8

16

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

1. Endoftalmitis adalah peradangan berat yang terjadi pada seluruh jaringan g mengenai dua dinding bola mata, yaitu retina dan koroid tanpa melibatkan sklera, dan kapsula tenon. 2. Endoftalmitis dapat diklasfikasikan menjadi endogen dan eksogen. 3. Gejala subjektif antara lain adalah nyeri pada bola mata, penurun tajam penglihatan,nyeri kepala, mata terasa bengkak kelopak mata merah, bengkak kadang sulit dibuka. Sedangkan dari pemeriksaan fisik didapatkan udem pada palpebra superior, reaksi konjungtiva berupa: hiperemis dan kemosis, udem pada kornea. 4. Pemeriksaan penunjang yang penting adalah kultur, Pengobatan pasien endoftalmitis adalah dengan antibiotik atau antifingi, yang diberikan secepatnya secara intravitreal. Sedangkan pemberian steroid masih kontroversi walaupun terbukti bermanfaat. Kadang dapat diberikan pula sikloplegik. 5. Bila dengan pengobatan malah terjadi perburukan, tindakan, vitrektomi harus dilakukan.

3.2 Saran Endoftalmitis merupaka penyakit yang memerlukan perhatian pada tahun terakhir ini karena dapat memberikan penyulit yang gawat akibat suatu trauma tembus atau akibat pembedahan mata intra okuler. Diharapkan pasien dapat mengenali dan menangani semua faktor-faktor resikonya yang dapat mencetuskan terjadinya endophthalmitis dan melakukan pencegahan dengan melakukan follow up setelah operasi dan menggunakan pelindung mata untuk menghindari trauma pada mata.

17

DAFTAR PUSTAKA 1. Ilyas, S.H. Mata merah dengan penglihatan turun mendadak..Dalam: Ilmu Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta, Balai Penerbit FKUI, 2009. hal 3, 9, 175-8. 2. Cooper Ba, Holekamp Nm, Bohigian G, Thompson PA. Case- control study of endophthalmitis after cataract surgery comparing scleral and corneal wounds. Am J Ophtalmol 2003; 136: 300-5. 3. Bobrow JC, dkk, 2008. Intraocular Inflammation and Uveitis. Dalam: American Academy of Ophtalmology. San Francisco,2011. hal 269-273, 355-360 4. Graham, R. 2006. Endopthalmitis Bacterial. http://emedicine.medscape.com/article/1201134overview 5. Seal, David. Pleyer, Uwe. Ocular Infection second edition. Informa Healthcare: 2007: 239268 6. Vaughan, D.G. Vitreus. Dalam: Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta, Widya Medika, 2002. hal 182-3. 7. Egan,D. Endophthalmitis. http://emedicine.medscape.com/article/799431-overview 8. http://id.scribd.com/doc/82431865/71285352-REFERAT-ENDOFTALMITIS 9. Gordon Y. Vancomycin prophylaxis and emerging resistance: Are ophtalmologists the villains. Am J Ophtalmol 2001; 131:3:371-6 10. Gan IM. Intravitreal dexamethasone as adjuvant in the treatment of postoperative endophthalmitis: a prospective randomized trial. Graefes Arch Clin Exp Ophthalmol. 2005;243(12):1200-5.

18

Anda mungkin juga menyukai