Anda di halaman 1dari 33

"LELAKI IDAMAN SEMUA WANITA" Tak perlu mencari calon suami yang tampan wajahnya.

Cukuplah mencari yang tampan budi pekertinya. Tak perlu mencari calon suami yang atletis tubuhnya. Cukuplah mencari yang sopan santun tutur katanya. Tak perlu mencari calon suami yang kaya hartanya. Cukuplah mencari yang kaya hatinya. Tak perlu mencari calon suami yang mewah rumahnya. Cukuplah mencari yang mewah ibadahnya. Jemputlah laki-laki yang benar-benar telah siap menjadi seorang Imam. Seorang pemimpin rumah tangga. Siap bertanggung jawab. Siap menjadi seorang suami. Siap menjadi pelindung. Dan yang siap menjadi seorang Ayah dari calon anak-anaknya. Yang dapat membimbingmu dalam urusan Dunia dan Akhirat. Yang dapat menuntunmu ke arah yang benar. Yang bisa mengingatkanmu ketika aku lalai dalam menjalankan perintah-Nya. Yang bisa menyadarkanmu ketika engkau berbuat khilaf. Yang bisa meluruskan akalmu dengan penuh kelembutan. Yang bisa menegurmu ketika engkau lupa pada tanggung jawab dan kewajibanmu sebagai seorang Isteri yang wajib taat pada suami dan RabbNya. Yang bisa memaafkanmu dengan ikhlas atas segalan salah dan khilafmu. Agar kelak dia mampu membangun keluarga yang engkau bina bersama dia menjadi keluarga yang Sakinah, Mawaddah, Warahmah. InsyaAllah..

"SIKAP ISTERI YANG MENENTERAMKAN HATI SUAMI" 1. Berhias secantik mungkin serta banyak tersenyum ketika suami berada di rumah. 2. Menampakkan wajah yang selalu ceria dan berseri ketika ada di depan suami. 3. Suka memberi perhatian kepada suami. Dengan perhatian tersebut maka akan membuat seorang suami merasa nyaman. 4. Menerima sekecil apapun pemberian (materi) suami. Dan tidak sekali-kali mengeluhkan atau menyepelekannya. 5. Tidak banyak menuntut kepada suami dengan hal-hal yang masih belum bisa ia penuhi. 6. Tidak suka membantah apa yang suami ucapkan. Dan bersuara rendah ketika berbicara kepada suami. 7. Selalu mentaati segala perintah dan larangan suami sepanjang bukan menyuruh pada hal-hal kemaksiatan. 8. Suka menemani suami di saat makan. Dengan ditemani maka seorang suami akan merasakan kenikmatan dalam kebersamaan. 9. Tidak suka melakukan sesuatu ataupun kegiatan yang tidak disukai suami. 10. Tidak suka keluar rumah jika tak ada keperluan penting. Karena rata-rata seorang suami tidak menyukainya. 11. Suka menghibur hati suami ketika ia dalam suasana bersedih. 12. Dan selalu turuti permintaan suami jika hendak mengajak tidur bersama sepanjang tidak ada hal-hal yang menghalangi untuk melakukannya. Jika hal tersebut diatas bisa dilakukan seorang isteri.. Maka seorang suami akan makin sayang kepada isterinya dan menjadi suami yang setia. InsyaAllah..

EMPAT HAL SEBELUM TIDUR Rasulullah berpesan kepada siti Aisyah ra. Ya, Aisyah! Jangan engkau tidur sebelum melakukan empat perkara yaitu : 1. Sebelum khatam al-Quran 2. Sebelum menjadikan para nabi bersyafaat untukmu di hari kiamat 3. Sebelum para muslimin meridhai engkau 4. Sebelum engkau melaksanakan haji dan umrah Bertanya siti Aisyah : Ya Rasulullah ! bagaimana aku dapat melaksanakan empat perkara seketika? Rasul tersenyum dan bersabda : 1. Jika engkau akan tidur , membacalah surat al Ikhlas tiga kali Seakan-akan engkau telah meng-khatamkan Al-Quran Bismillaahirrohmaan irrohiim, Qulhuallaahu ahad Allaahushshamad lam yalid walam yuulad walam yakul lahuu kufuwan ahad ( 3x ) 2. "Membacalah shalawat untukku dan untuk para nabi sebelum aku" maka kami semua akan memberimu syafaat di hari kiamat Bismillaahirrahmaan irrahiim, Allaahumma shallii alaa Muhammad waalaa aalii Muhammad ( 3x ) 3. Beristighfarlah untuk para mukminin maka mereka akan meridhai engkau Astaghfirullaahal adziim aladzii laa ilaaha illaa huwal hayyul qoyyuum wa atuubu ilaih ( 3x ) 4. Dan perbanyaklah bertasbih, bertahmid , bertahlil dan bertakbir maka seakan-akan engkau telah melaksanakan ibadah haji dan umrah Bismillaahirrahmaan irrahiim, Subhanallaahi Walhamdulillaahi

walaailaaha illallaahu allaahu akbar ( 3x ) ( Tafsir Haqqi)

Surat At-Thalaq 65 : 2-3 "......... Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangkasangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu" Masihkah qta ragu untuk menjalankan perintah Alloh.SWT dan menjauhi larangan Alloh.SWT. Hidup adalah pilihan terserah kita mau pilih yang mana, namun pastikan nanti tidak satupun akan lolos dari hisab dihadapan Alloh.SWT.

PUJANGGA DAN PENGEMBARA Alkisah, Hiduplah seorang Pujangga yang sehari-hari membacakan syair-syair dari sajak dan puisinya di depan khayalak umum. Putih rambut beserta kumis dan jenggot mencerminkan umurnya yang sudah menginjak 60 tahun. Senja itu, Dengan setelan jubah sederhana berwarna coklat tua beserta tongkat setianya Ia berdiri di atas batu podum dan mulai membacakan sajak dan puisinya. Tak peduli bila ada tak seorangpun yang melihat ataupun mendengar puisinya. Kata per kata , bait per bait. Begitu teduh, kau pun akan mengerti jika langsung mendengarnya. Kata-kata yang sederhana dan lugas, kiasan cinta yang kuat mewakili pesan akurat di setiap puisinya. Nada

vibra yang keluar dari mulutnya semakin membuat para pendengar terhanyut. Bagaikan magis, senja seperti itulah yang ditunggu orang-orang dan tanpa perlu undangan, mereka yang hadir akan selalu mengetahui kapan dan dimana si Pujangga berada untuk membacakan puisinya. Dari keramaian tersebut, terlihat ada seorang pemuda pengembara yang baru saja melewati desa ini. Sejenak ia sisihkan waktu untuk mendengarkan sang Punjangga dan layaknya orang-orang yang berada disana, ia langsung jatuh hati kepada pendengaran pertama dan memutuskan untuk mendengar lebih lama lagi. Pujangga telah selesai membacakan puisinya dan ditutup dengan haru tangis, senyum beserta tepuk tangan yang meriah dari orang-orang didepannya. Ketika hendak bergegas pulang, sang Pujangga mendapati sapaan hangat dari seseorang yang baru pertama kali Ia lihat, si pemuda pengembara. Wahai Pujangga, indah nian puisi yang kau ucapkan.. aku baru pertama kali mendengar dan langsung jatuh hati pada puisipuisimu ucap si pengembara Terima kasih anak muda, namun siapakah engkau? Kau tampak asing bagiku Tanya sang Pujangga Aku hanya pengembara yang kebetulan melewati tempat ini Tuan, namun terhenti karena puisi indahmu Puji si pengembara. Begitu hebatnya kau Tuan di atas sana, mengharu-birukan setiap orang yang mendengarmu, sepertinya kau mengagumi sajak lebih dari apapun tambahnya Kau salah anak muda, ada yang lebih kukagumi melebihi diriku sendiri sebagai pujangga jawab Pujangga datar

Jika diperkenankan, apa itu Tuan? si pengembara kembali bertanya Penulis tegas sang Pujangga Apa yang membuat Tuan lebih mengagumi penulis daripada Pujangga? lagi, si pemuda bertanya

Lalu sang Pujangga menjelaskan kepada si pemuda bahwa penulis mampu menciptakan imajinasi terliar sekalipun. Dengan tulisannya, penulis mampu mempengaruhi seseorang dan memperdayai-nya hanya melalui tulisan saja. Jika diibaratkan pemimpin, tulisan itu lebih demokratis karena membuat pembaca bebas membuat persepsi masing-masing sedangkan lisan itu ditaktor anak muda, ia mungkin lebih jernih dari tulisan, namun ia memaksa pendengar mengikuti persepsi yang sama. Hanya saja, lebih mudah mengarahkan pendengar daripada pembaca. Lisan akan lebih sukses untuk menanamkan hasrat yang diinginkan daripada tulisan, karena imajinasi orang akan berbeda-beda jika tidak diarahkan. Dan hebatnya, sejarah terekam karena tulisan anak muda bukan karena lisan. Sebab, tulisan mampu menginterpretasikan lisan. Tulisan mampu memporak-porandakan negara, anak muda, karena kemampuannya untuk membuat dan memutar balikan fakta. Jika dengan lisan kau mampu membuat 1.000 pasukan, maka dengan tulisan kau mampu menciptakan 1.000 armada perang. Tulisan itu kuat dan kokoh, namun tidak akan pernah selentur dan setajam lisan. Tapi kau perlu ingat pemuda, bahwasanya baik pendengar maupun pembaca adalah hakim bagi diri mereka sendiri. Dengan pegetahuan masing-masing, mereka akan membuat pemahaman yang sesuai dengan norma yang mereka kenal.

Celakanya, adalah keterbatasan pengetahuan yang mereka miliki. Maka sebagai ras berakal, sudah seharusnya kita belajar untuk mengtehaui mana yang benar dan salah karena baik atau buruk itu relatif bergantung dari sisi mana kita melihat. Lalu wahai sang Pujangga, Siapakah penulis yang paling engkau kagumi tiba-tiba si pemuda bertanya setelah sang Pujangga selesai memberikan penjelasan. Tuhan.

Pak Ustad, saya sering dengar orang mengatakan tawassul dalam doa tapi saya belum paham apa yang dimaksud dengan istilah itu. Mohon Pak Ustad jelaskan maksud tawassul dalam doa itu. Sebelumnya saya ucapkan terimakasih. Jawaban : Pengertian Tawassul Pemahaman tawassul sebagaimana yang dipahami oleh umat islam selama ini adalah bahwa tawassul adalah berdoa kepada Allah melalui suatu perantara, baik perantara tersebut berupa amal baik kita ataupun melalui orang sholeh yang kita anggap mempunyai posisi lebih dekat kepada Allah. Jadi tawassul merupakan pintu dan perantara doa untuk menuju Allah SWT. Orang yang ber tawassul dalam berdoa kepada Allah menjadikan perantaraan berupa sesuatu yang dicintainya dan dengan berkeyakinan bahwa Allah SWT juga mencintai perantaraan tersebut. Orang yang ber tawassul tidak boleh berkeyakinan bahwa perantaranya kepada Allah bisa memberi manfaat dan madlorot kepadanya da. Jika ia berkeyakinan bahwa sesuatu yang dijadikan perantaraan menuju Allah SWT itu bisa memberi manfaat dan madlorot, maka dia telah melakukan perbuatan syirik, karena yang bisa memberi manfaat dan madlorot sesungguhnya hanyalah Allah semata. Tawassul merupakan salah satu cara dalam berdoa. Banyak sekali cara untuk berdoa agar dikabulkan Allah, seperti berdoa di sepertiga malam terakhir, berdoa di Maqam Multazam, berdoa dengan mendahuluinya dengan bacaan alhamdulillah

dan sholawat dan meminta doa kepada orang sholeh. Demikian juga tawassul adalah salah satu usaha agar doa yang kita panjatkan diterima dan dikabulkan Allah s.w.t. Dengan demikian, tawassul adalah alternatif dalam berdoa dan bukan merupakan keharusan. Tawassul merupakan salah satu cara dalam berdoa. Banyak sekali cara untuk berdoa agar dikabulkan Allah, seperti berdoa di sepertiga malam terakhir, berdoa di Maqam Multazam, berdoa dengan mendahuluinya dengan bacaan alhamdulillah dan sholawat dan meminta doa kepada orang sholeh. Demikian juga tawassul adalah salah satu usaha agar doa yang kita panjatkan diterima dan dikabulkan Allah s.w.t. Dengan demikian, tawassul adalah alternatif dalam berdoa dan bukan merupakan keharusan. Tawassul dengan amal sholeh kita Para ulama sepakat memperbolehkan tawassul terhadap Allah SWT dengan perantaraan perbuatan amal sholeh, sebagaimana orang yang sholat, puasa, membaca al-Quran, kemudian mereka ber tawassul terhadap amalannya tadi. Seperti hadis yang sangat populer diriwayatkan dalam kitab-kitab sahih yang menceritakan tentang tiga orang yang terperangkap di dalam goa, yang pertama ber tawassul kepada Allah SWT atas amal baiknya terhadap kedua orang tuanya, yang kedua ber tawassul kepada Allah SWT atas perbuatannya yang selalu menjahui perbuatan tercela walaupun ada kesempatan untuk melakukannya dan yang ketiga ber tawassul kepada Allah SWT atas perbuatannya yang mampu menjaga amanat terhadap harta orang lain dan mengembalikannya dengan utuh, maka Allah SWT memberikan jalan keluar bagi mereka bertiga.. (Ibnu Taimiyah mengupas masalah ini secara mendetail dalam kitabnya Qoidah Jalilah Fii Attawasul Wal wasilah hal 160) Tawassul dengan orang sholeh Adapun yang menjadi perbedaan dikalangan ulama adalah bagaimana hukumnya tawassul tidak dengan amalnya sendiri melainkan dengan seseorang yang dianggap sholeh dan mempunyai martabat dan derajat tinggi di sisi Allah. Sebagaimana ketika seseorang mengatakan : ya Allah aku bertawassul kepada-Mu melalui nabi-Mu Muhammmad atau Abu bakar atau Umar dll. Para ulama berbeda pendapat mengenai masalah ini. Pendapat mayoritas ulama mengatakan boleh, namun beberapa ulama mengatakan tidak boleh. Akan tetapi kalau dikaji secara lebih

detail dan mendalam, perbedaan tersebut hanyalah sebatas perbedaan lahiriyah bukan perbedaan yang mendasar karena pada dasarnya tawassul kepada dzat (entitas seseorang), pada intinya adalah tawassul pada amal perbuatannnya, sehingga masuk dalam kategori tawassul yang diperbolehkan oleh ulama. Dalil-Dalil Tentang Tawassul Dalam setiap permasalahan apapun suatu pendapat tanpa didukung dengan adanya dalil yang dapat memperkuat pendapatnya, maka pendapat tersebut tidak dapat dijadikan sebagai pegangan. Dan secara otomatis pendapat tersebut tidak mempunyai nilai yang berarti, demikian juga dengan permasalahan ini, maka para ulama yang mengatakan bahwa tawassul diperbolehkan menjelaskan dalil-dalil tentang diperbolehkannya tawassul baik dari nash al-Quran maupun hadis, sebagai berikut: A. Dalil dari alquran. 1. Allah SWT berfirman dalam surat Almaidah, 35 :

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan. Suat Al-Isra, 57:

Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka siapa di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah) dan mengharapkan rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab Tuhanmu adalah suatu yang (harus) ditakuti. Maksudnya: Nabi Isa a.s., para malaikat dan Uzair yang mereka sembah itu menyeru dan mencari jalan mendekatkan diri kepada Allah. Lafadl Alwasilah dalam ayat ini adalah umum, yang berarti mencakup tawassul terhadap dzat para nabi dan orang-orang sholeh baik yang masih hidup maupun yang sudah mati, ataupun tawassul terhadap amal perbuatan yang baik. 2. Wasilah dalam berdoa sebetulnya sudah diperintahkan sejak jaman sebelum Nabi Muhammad SAW. QS 12:97 mengkisahkan

saudara-saudara Nabi Yusuf AS yang memohon ampunan kepada Allah SWT melalui perantara ayahandanya yang juga Nabi dan Rasul, yakni N. Yaqub AS. Dan beliau sebagai Nabi sekaligus ayah ternyata tidak menolak permintaan ini, bahkan menyanggupi untuk memintakan ampunan untuk puteraputeranya (QS 12:98).

.
97.Mereka berkata: Wahai ayah kami, mohonkanlah ampun bagi kami terhadap dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang bersalah (berdosa). 98. N. Yaqub berkata: Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Di sini nampak jelas bahwa sudah sangat lumrah memohon sesuatu kepada Allah SWT dengan menggunakan perantara orang yang mulia kedudukannya di sisi Allah SWT. Bahkan QS 17:57 dengan jelas mengistilahkan ayyuhum aqrabu, yakni memilih orang yang lebih dekat (kepada Allah SWT) ketika berwasilah. 3. Ummat Nabi Musa AS berdoa menginginkan selamat dari adzab Allah SWT dengan meminta bantuan Nabi Musa AS agar berdoa kepada Allah SWT untuk mereka. Bahkan secara eksplisit menyebutkan kedudukan N. Musa AS (sebagai Nabi dan Utusan Allah SWT) sebagai wasilah terkabulnya doa mereka. Hal ini ditegaskan QS 7:134 dengan istilah

Dengan (perantaraan) sesuatu yang diketahui Allah ada pada sisimu (kenabian). Demikian pula hal yang dialami oleh Nabi Adam AS, sebagaimana QS 2:37
Kemudian Nabi Adam menerima beberapa kalimat dari Tuhannya, maka Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.Kalimat yang dimaksud di atas, sebagaimana diterangkan oleh ahli tafsir berdasarkan sejumlah hadits adalah tawassul kepada Nabi Muhammad SAW, yang sekalipun belum lahir namun sudah dikenalkan namanya oleh Allah SWT, sebagai nabi akhir zaman. 4. Bertawassul ini juga diajarkan oleh Allah SWT di QS 4:64 bahkan dengan janji taubat mereka pasti akan diterima.

Syaratnya, yakni mereka harus datang ke hadapan Rasulullah dan memohon ampun kepada Allah SWT di hadapan Rasulullah SAW yang juga mendoakannya.

Dan Kami tidak mengutus seseorang rasul melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah. Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. B. Dalil dari hadis. a. Tawassul kepada nabi Muhammad SAW sebelum lahir Sebagaimana nabi Adam AS pernah melakukan tawassul kepada nabi Muhammad SAW. Imam Hakim Annisabur meriwayatkan dari Umar berkata, bahwa Nabi bersabda :

: ! : : : : ) 615 : 2 : )
Rasulullah s.a.w. bersabda:Ketika Adam melakukan kesalahan, lalu ia berkata Ya Tuhanku, sesungguhnya aku memintaMu melalui Muhammad agar Kau ampuni diriku. Lalu Allah berfirman:Wahai Adam, darimana engkau tahu Muhammad padahal belum aku jadikan? Adam menjawab:Ya Tuhanku ketika Engkau ciptakan diriku dengan tanganMu dan Engkau hembuskan ke dalamku sebagian dari ruhMu, maka aku angkat kepalaku dan aku melihat di atas tiang-tiang Arash tertulis Laailaaha illallaah muhamadun rasulullah maka aku mengerti bahwa Engkau tidak akan mencantumkan sesuatu kepada namaMu kecuali nama mahluk yang paling Engkau cintai. Allah menjawab:Benar Adam, sesungguhnya ia adalah mahluk yang paling Aku cintai, berdoalah dengan melaluinya maka Aku telah mengampunimu, dan andaikan tidak ada Muhammad maka tidaklah Aku menciptakanmu

Imam Hakim berkata bahwa hadis ini adalah shohih dari segi sanadnya. Demikian juga Imam Baihaqi dalam kitabnya Dalail Annubuwwah, Imam Qostholany dalam kitabnya Almawahib 2/392 , Imam Zarqoni dalam kitabnya Syarkhu Almawahib Laduniyyah 1/62, Imam Subuki dalam kitabnya Shifa Assaqom dan Imam Suyuti dalam kitabnya Khosois Annubuwah, mereka semua mengatakan bahwa hadis ini adalah shohih. Dan dalam riwayat lain, Imam Hakim meriwayatkan dari Ibnu Abbas dengan redaksi :

) 615: 2 :)
Beliau mengatakan bahwa hadis ini adalah shohih segi sanad, demikian juga Syekh Islam Albulqini dalam fatawanya mengatakan bahwa ini adalah shohih, dan Syekh Ibnu Jauzi memaparkan dalam permulaan kitabnya Alwafa , dan dinukil oleh Ibnu Kastir dalam kitabnya Bidayah Wannihayah 1/180. Walaupun dalam menghukumi hadis ini tidak ada kesamaan dalam pandangan ulama, hal ini disebabkan perbedaan mereka dalam jarkh watttadil (penilaian kuat dan tidak) terhadap seorang rowi, akan tetapi dapat diambil kesimpulan bahwa tawassul terhadap Nabi Muhammad SAW adalah boleh. b. Tawassul kepada nabi Muhammad SAW dalam masa hidupnya. Diriwayatkan oleh Imam Hakim :

! : : : : : ) .)

Dari Utsman bin Hunaif: Suatu hari seorang yang lemah dan buta datang kepada Rasulullah s.a.w. berkata: Wahai Rasulullah, aku tidak mempunyai orang yang menuntunku dan aku merasa berat Rasulullah berkataAmbillah air wudlu, lalu beliau berwudlu dan sholat dua rakaat, dan berkata:bacalah

doa (artinya) Ya Allah sesungguhnya aku memintaMu dan menghadap kepadaMu melalui nabiMu yang penuh kasih sayang, wahai Muhammad sesungguhnya aku menghadap kepadamu dan minta tuhanmu melaluimu agar dibukakan mataku, Ya Allah berilah ia syafaat untukku dan berilah aku syafaat. Utsman berkata:Demi Allah kami belum lagi bubar dan belum juga lama pembicaraan kami, orang itu telah datang kembali dengan segar bugar. (Hadist riwayat Hakim di Mustadrak) Beliau mengatakan bahwa hadis ini adalah shohih dari segi sanad walaupun Imam Bukhori dan Imam Muslim tidak meriwayatkan dalam kitabnya. Imam Dzahabi mengatakatan bahwa hadis ini adalah shohih, demikian juga Imam Turmudzi dalam kitab Sunannya bab Daawat mengatakan bahwa hadis ini adalah hasan shohih ghorib. Dan Imam Mundziri dalam kitabnya Targhib Wat-Tarhib 1/438, mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan oleh Imam Nasai, Ibnu Majah dan Imam Khuzaimah dalam kitab shohihnya. c. Tawassul kepada nabi Muhammad SAW setelah meninggal. Diriwayatkan oleh Imam Addarimi :

: : : ) 43 : 1 : )
Dari Aus bin Abdullah: Sautu hari kota Madina mengalami kemarau panjang, lalu datanglah penduduk Madina ke Aisyah (janda Rasulullah s.a.w.) mengadu tentang kesulitan tersebut, lalu Aisyah berkata: Lihatlah kubur Nabi Muhammad s.a.w. lalu bukalah sehingga tidak ada lagi atap yang menutupinya dan langit terlihat langsung, maka merekapun melakukan itu kemudian turunlah hujan lebat sehingga rumput-rumput tumbuh dan onta pun gemuk, maka disebutlah itu tahun gemuk (Riwayat Imam Darimi) Diriwayatkan oleh Imam Bukhori :

: 137: 1 :) )
Riwayat Bukhari: dari Anas bin malik bahwa Umar bin Khattab ketika menghadapi kemarau panjang, mereka meminta hujan melalui Abbas bin Abdul Muttalib, lalu Abbas berkata:Ya Tuhanku sesungguhkan kami bertawassul (berperantara) kepadamu melalui nabi kami maka turunkanlah hujan dan kami bertawassul dengan paman nabi kami maka turunkanlau hujan kepada, lalu turunlah hujan. d. Nabi Muhammad SAW melakukan tawassul .

: : : )) .

Dari Abi Said al-Khudri: Rasulullah s.a.w. bersabda:Barangsiapa keluar dari rumahnya untuk melaksanakan sholat, lalu ia berdoa: (artinya) Ya Allah sesungguhnya aku memintamu melalui orang-orang yang memintamu dan melalui langkahku ini, bahwa aku tidak keluar untuk kejelekan, untuk kekerasan, untuk riya dan sombong, aku keluar karena takut murkaMu dan karena mencari ridlaMu, maka aku memintaMu agar Kau selamatkan dari neraka, agar Kau ampuni dosaku sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali diriMu, maka Allah akan menerimanya dan seribu malaikat memintakan ampunan untuknya. (Riwayat Ibnu Majad dll.). Imam Mundziri mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dengan sanad yang maqool, akan tetap Alhafidz Abu Hasan mengatakan bahwa hadis ini adalah hasan.( Targhib Wattarhib 2/ 119). Alhafidz Ibnu Hajar mengatakan bahwa hadis ini adalah hasan dan diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ibnu Khuzaimah, Abu Naim dan Ibnu Sunni.(Nataaij Alafkar 1/272). Imam Al Iroqi dalam mentakhrij hadis ini dikitab Ikhya

Ulumiddin mengatakan bahwa hadis ini adalah hasan, (1/323). Imam Bushoiri mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ibnu Khuzaimah dan hadis ini shohih, (Mishbah Alzujajah 1/98). Pandangan Para Ulama Tentang Tawassul Untuk mengetahui sejauh mana pembahasan tawassul telah dikaji para ulama, ada baiknya kita tengok pendapat para ulama terdahulu. Kadang sebagian orang masih kurang puas, jika hanya menghadirkan dalil-dalil tanpa disertai oleh pendapat ulama, walaupun sebetulnya dengan dalil saja tanpa harus menyartakan pendapat ulama sudah bisa dijadikan landasan bagi orang meyakininya. Namun untuk lebih memperkuat pendapat tersebut, maka tidak ada salahnya jika disini dipaparkan pandangan ulama mengenai hal tersebut. -Pandangan Ulama Madzhab Pada suatu hari ketika kholifah Abbasiah Al-Mansur datang ke Madinah dan bertemu dengan Imam Malik, maka beliau bertanya:Kalau aku berziarah ke kubur nabi, apakah menghadap kubur atau qiblat? Imam Malik menjawab:Bagaimana engkau palingkan wajahmu dari (Rasulullah) padahal ia perantaramu dan perantara bapakmu Adam kepada Allah, sebaiknya menghadaplah kepadanya dan mintalah syafaat maka Allah akan memberimu syafaat. (AlSyifa karangan Qadli Iyad al-Maliki jus: 2 hal: 32). Demikian juga ketika Imam Ahmad Bin Hambal bertawassul kepada Imam Syafii dalam doanya, maka anaknya yang bernama Abdullah heran seraya bertanya kepada bapaknya, maka Imam Ahmad menjawab :Syafii ibarat matahagi bagi manusia dan ibarat sehat bagi badan kita (166:) Demikian juga perkataan imam syafii dalam salah satu syairnya:

# # (180:)

Keluarga nabi adalah familiku, Mereka perantaraku kepadanya (Muhammad), aku berharap melalui mereka, agar aku menerima buku perhitunganku di hari kiamat nanti dengan tangan kananku

-Pandangan Imam Taqyuddin Assubuky Beliau memperbolehkan dan mengatakan bahwa tawassul dan istianah adalah sesuatu yang baik dan dipraktekkan oleh para nabi dan rosul, salafussholeh, para ulama, serta kalangan umum umat islam dan tidak ada yang mengingkari perbuatan tersebut sampai datang seorang ulama yang mengatakan bahwa tawassul adalah sesuatu yang bidah. (Syifa Assaqom hal 160) -Pandangan Ibnu Taimiyah Syekh Ibnu Taimiyah dalam sebagian kitabnya memperbolehkan tawassul kepada nabi Muhammad SAW tanpa membedakan apakah Beliau masih hidup atau sudah meninggal. Beliau berkata : Dengan demikian, diperbolehkan tawassul kepada nabi Muhammad SAW dalam doa, sebagaimana dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Turmudzi :

Rasulullah s.a.w. mengajari seseorang berdoa: (artinya)Ya Allah sesungguhnya aku meminta kepadaMu dan bertwassul kepadamu melalui nabiMu Muhammad yang penuh kasih, wahai Muhammad sesungguhnya aku bertawassul denganmu kepada Allah agar dimudahkan kebutuhanku maka berilah aku syafaat. Tawassul seperti ini adalah bagus (fatawa Ibnu Taimiyah jilid 3 halaman 276) Pandangan Imam Syaukani Beliau mengatakan bahwa tawassul kepada nabi Muhammad SAW ataupun kepada yang lain ( orang sholeh), baik pada masa hidupnya maupun setelah meninggal adalah merupakan ijma para shohabat. -Pandangan Muhammad Bin Abdul Wahab. Beliau melihat bahwa tawassul adalah sesuatu yang makruh menurut jumhur ulama dan tidak sampai menuju pada tingkatan haram ataupun bidah bahkan musyrik. Dalam surat yang dikirimkan oleh Syekh Abdul Wahab kepada warga qushim bahwa beliau menghukumi kafir terhadap orang yang bertawassul kepada orang-orang sholeh., dan menghukumi kafir terhadap AlBushoiri atas perkataannya YA AKROMAL

: ) ) .

KHOLQI dan membakar dalailul khoirot. Maka beliau membantah : Maha suci Engkau, ini adalah kebohongan besar. Dan ini diperkuat dengan surat beliau yang dikirimkan kepada warga majmaah ( surat pertama dan kelima belas dari kumpulan surat-surat syekh Abdul Wahab hal 12 dan 64, atau kumpulan fatwa syekh Abdul Wahab yang diterbitkan oleh Universitas Muhammad Bin Suud Riyad bagian ketiga hal 68) Dalil-dalil yang melarang tawassul Dalil yang dijadikan landasan oleh pendapat yang melarang tawassul adalah sebagai berikut: 1. Surat Zumar, 2:

Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekatdekatnya. Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar. Orang yang bertwassul kepada orang sholih maupun kepada para kekasih Allah, dianggap sama dengan sikap orang kafir ketika menyembah berhala yang dianggapnya sebuah perantara kepada Allah. Namun kalau dicermati, terdapat perbedaan antara tawassul dan ritual orang kafir seperti disebutkan dalam ayat tersebut: tawassul semata dalam berdoa dan tidak ada unsur menyembah kepada yang dijadikan tawassul , sedangkan orang kafir telah menyembah perantara; tawassul juga dengan sesuatu yang dicintai Allah sedangkan orang kafir bertwassul dengan berhala yang sangat dibenci Allah. 2. Surah al-Baqarah, 186:

2. 186. Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-

Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. Allah Maha dekat dan mengabulkan doa orang yang berdoa kepadaNya. Jika Allah maha dekat, mengapa perlu tawassul dan mengapa memerlukan sekat antara kita dan Allah. Namun dalil-dalil di atas menujukkan bahwa meskipun Allah maha dekat, berdoa melalui tawassul dan perantara adalah salah satu cara untuk berdoa. Banyak jalan untuk menuju Allah dan banyak cara untuk berdoa, salah satunya adalah melalui tawassul. 3. Surat Jin, ayat 18:

72. 18. Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah. Kita dilarang ketika menyembah dan berdoa kepada Allah sambil menyekutukan dan mendampingkan siapapun selain Allah. Seperti ayat pertama, ayat ini dalam konteks menyembah Allah dan meminta sesuatu kepada selain Allah. Sedangkan tawassul adalah meminta kepada Allah, hanya saja melalui perantara. Kesimpulan Tentang Tawassul Tawassul dengan perbuatan dan amal sholeh kita yang baik diperbolehkan menurut kesepakatan ulama. Demikian juga tawassul kepada Rasulullah s.a.w. juga diperboleh sesuai dalildalil di atas. Tidak diragukan lagi bahwa nabi Muhammad SAW mempunyai kedudukan yang mulia disisi Allah SWT, maka tidak ada salahnya jika kita bertawassul terhadap kekasih Allah SWT yang paling dicintai, dan begitu juga dengan orang-orang yang sholeh. Selama ini para ulama yang memperbolehkan tawassul dan melakukannya tidak ada yang berkeyakinan sedikitpun bahwa mereka (yang dijadikan sebagai perantara) adalah yang yang mengabulkan permintaan ataupun yang memberi madlorot. Mereka berkeyakinan bahwa hanya Allah lah yang berhak memberi dan menolak doa hambaNya. Lagi pula berdasarkan hadis-hadis yang telah dipaparkan diatas menunjukakn bahwa perbuatan tersebut bukan merupakan suatu yang baru dikalangan umat islam dan sudah dilakukan para ulama terdahulu. Jadi jikalau ada umat islam yang melakukan tawassul sebaiknya kita hormati mereka karena mereka tentu mempunyai dalil dan landasan yang cukup kuat dari Quran dan hadist.

Tawassul adalah masalah khilafiyah di antara para ulama Islam, ada yang memperbolehkan dan ada yang melarangnya, ada yang menganggapnya sunnah dan ada juga yang menganggapnya makruh. Kita umat Islam harus saling menghormati dalam masalah khilafiyah dan jangan sampai saling bermusuhan. Dalam menyikapi masalah tawassul kita juga jangan mudah terjebak oleh isu bidah yang telah mencabik-cabik persatuan dan ukhuwah kita. Kita jangan dengan mudah menuduh umat Islam yang bertawassul telah melakukan bidah dan sesat, apalagi sampai menganggap mereka menyekutukan Allah, karena mereka mempunyai landasan dan dalil yang kuat. Tidak hanya dalam masalah tawassul, sebelum kita mengangkat isu bidah pada permasalahan yang sifatnya khilafiyah, sebaiknya kita membaca dan meneliti secara baik dan komprehensif masalah tersebut sehingga kita tidak mudah terjebak oleh hembusan teologi permusuhan yang sekarang sedang gencar mengancam umat Islam secara umum. Memang masih banyak kesalahan yang dilakukan oleh orang muslim awam dalam melakukan tawassul, seperti menganggap yang dijadikan tawassul mempunyai kekuatan, atau bahkan meminta-minta kepada orang yang dijadikan perantara tawassul, bertawassul dengan orang yang bukan sholeh tapi tokoh-tokoh masyarakat yang telah meninggal dunia dan belum tentu beragama Islam, atau bertawassul dengan kuburan orang-orang terdahulu, meminta-minta ke makam, bukan bertawassul kepada para para ulama dan kekasih Allah. Itu semua tantangan dakwah kita semua untuk kita luruskan sesuai dengan konsep tawassul yang dijelaskan dalil-dalil di atas. Motivasi Pak Agus Saya dialog dg Pak Suhadi, T. Informatika ITS ttg anak PBSB yg merasa "hanya" akan jadi guru (selamanya ?). --Salah satu Dosen senior cerita, ada seorang mahasiswa "malas" yang Beliau nasihati, ternyata jawabannya begini "Untuk apa saya belajar Programming Pak ? Toh nanti saya akan mengajar" Mendengar cerita tersebut, saya langsung trenyuh. Sebab bagaimanapun salah satu kompetensi utama Jurusan saya

adalah Kemampuan Programming. Maka dia sdh merusak kredibilitas kampus saya yg sdh masyhur kemampuan programming alumninya. Trenyuh kedua, mhs satu ini rupanya sudah punya "insting" ke depan nanti dia mau jadi apa dan beranggapan "selamanya" dia akan jadi itu. Lalu parahnya dia mencoba memperkirakan ilmu apa saja yang "tidak akan" dibutuhkannya. Nah ini yg bahaya, sebab dengan umurnya yg masih belia, sebrp tahu dia tentang jenjang karirnya di masa depan. Dengan interaksinya yg baru bbrp bulan ketemu "orang komputer", itupun masih homogen, bagaimana mungkin memastikan karirnya sendiri puluhan tahun ke depan. Jangan2 dg "penerawangan" sederhananya, maka dia akan menyatakan tidak perlu kuliah "kewarganegaraan", tidak perlu "Aljabar Linier", dll. Tadinya, saya kira yang suka coba2 jadi dukun dengan bikin "penerawangan" itu cuma para "Pengamat". Ternyata ada juga mahasiswa yg sudah berasa "sakti" bisa memastikan masa depannya.

( AMALAN ) KALKULASI DAHSYAT MEMBACA AL QURAN By ustad Yusuf Rasulullah SAW Bersabda artinya : Barangsiapa yang membaca 50 ayat dalam sehari semalam, maka ia tidak dicatat sebagai seorang yang lalai. Barangsiapa yang membaca 100 ayat, maka ia dicatat sebagai orang yang qaniith taat. barangsiapa yang membaca 200 ayat maka ia tidak akan dibantah oleh al Qur-aan pada hari kiamat. Dan barang siapa yang membaca 500 ayat, maka dicatat baginya perbendaharaan harta berupa pahala (SHAHIIH li ghayrihi HR. Ibnus Sunniy, silsilah ash-shahiihah no. 642-643 sumber penomoran shahiih wa dhaiif al-adzkaar) Marilah kita coba gabung misalnya dengan Jumlah membaca ayat al Qur-an harian berdasarkan hadits shahiih atau yang disunnahkan dibaca sehari bila kita hitung sbb :

1. Membaca ayat kursi 1 ayat dibaca setiap selesai shalat [total 5x], pagi [1x] dan petang [1x], sebelum tidur malam [1x] [totalnya 8] 2. Al-ikhlash, al-falaq dan an-Naas [total 15 ayat] Dibaca masing-masing SEKALI setiap selesai shalat [5x15 = 75], pagi petang (masing-masing 3x) [2 x (3x15) = 2 x 45 = 90], sebelum tidur (dibaca secara berurutan 3x) [45] [total 210] 3. Ali Imran 190-200 [10 ayat] 0dibaca ketika bangun tidur [10 ayat] [total 10 ayat] 4. Al Baqarah 285-286 [2 ayat] Dibaca ketika sebelum tidur [2 ayat] [total 2 ayat] 5. Surat as-Sajadah [30 ayat] dan Surat al-Mulk [30 ayat]; total [60 ayat] Dibaca ketika sebelum tidur [60 ayat] TOTAL POINT 1 5 = 290 Nah untuk ini saja totalnya sudah, 290 ayat yang kita baca dalam sehari semalam. Maka kita tinggal memerlukan 210 ayat (dan ini kira-kira setara dengan satu juz, lebih sedikit) al Quraan untuk mencapai 500 ayat sehingga kita bisa dicatat pembendaharaan harta berupa pahala.. Marilah kita serius meraih keutamaan ini, jangan lupa standar baca Qurannya disertain dengan terjemahan dan tafsir, sebisanya barengan keluarga sambil membeli kitab tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fiizilaalil Quran atau ulama terkemuka lainnya diawal generasi Islam para Imam, Syaikh dll. Kemudian standar yang lain yaitu diamalkan semaksimal mungkin. Disana turun rahmat atas barokah Al Quranul kariim Tim Ustadz SHOLAWAT NABI

PADA AWALNYA, shalawat atas Nabi dianggap sebagai doa bagi Nabi, karena kecintaan kepadanya. Akan tetapi dalam perjalanannya ia kemudian dipandang sebagai puji-pujian dan penghormatan untuk Nabi yang hidup di samping Tuhan. Praktik ini memperoleh legitimasi dari kitab suci Al-Quran. Tuhan mengatakan, Jika engkau mencintai Tuhan, maka ikutilah Nabi. Maka Tuhan akan mencintaimu," Dan bukan hanya manusia yang dianjurkan Tuhan untuk membaca salawat (penghormatan) untuknya, melainkan juga Tuhan sendiri dan para Malaikat. Tuhan mengatakan : Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (Q.S. Al-Ahzab [33]:56). Shalawat dianggap syarat penting agar doa dikabulkan. Permohonan (doa) akan dianggap berada di luar pintu langit sampai orang yang berdoa itu mengucapkan shalawat untuk Nabi. Penyair Turki abad pertengahan, Asyiq Pasha, mengingatkan orang-orang senegerinya tentang eksistensi primordial Nabi Muhammad saw, yang menjadi suatu segi yang begitu penting dalam profetologi mistikal: Adam masih berupa debu dan lempungMuhammad telah menjadi NabiDia telah dipilih TuhanUcapkan shalawat untuknya(Annemarie, Dan Muhammad adalah Utusan Tuhan, hlm. 145). Kaum sufi di manapun berada selalu membaca

shalawat berkali-kali baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama dalam jamaah (kumpulan/kelompok), untuk mengantarkan permohonannya kepada Tuhan. Mereka gemar sekali menyenandungkan doa shalawat itu dalam bentuk puisi-puisi yang indah. Annemarie Schimmel, pakar mistisisme Islam, pengagum berat Ibn Arabi dan Rumi, menginformasikan bahwa di beberapa kalangan Afrika Utara orang bisa mendatangi pertemuan-pertemuan shalawat di mana orang itu ikut serta dalam doa bersama untuk Nabi dan berharap agar permintaan yang diucapkan dalam pertemuan semacam itu akan segera dikabulkan. Salah satu doa shalawat yang popular di sana adalah Doa Pelipur Cordova. (Annemarie, hlm. 143). Wahai Allah, berkahilah dengan berkah yang istimewa tuan kami, Muhammad, yang olehnya segala kesulitan terpecahkan, segala kesedihan terhiburkan, segala masalah terselesaikan, yang melaluinya hal yang diinginkan dapat dicapai dan yang dari air mukanya yang mulia awan meminta hujan, dan berkahilah keluarganya dan sahabatsahabatnya. Betapa pentingnya shalawat atas Nabi saw untuk mengawali doa kepada Tuhan, mengingatkan saya pada Qasidah Burdah, karya sufi penyair Imam Bushairi. Bushiri, sastrawan sufi legendaries abad ke 13, menulis kasidah ini ketika dia mengalami sakit berkepanjangan, stroke. Sepanjang hari sepanjang malam dia berdoa sampai begitu lelah dan tertidur. Suatu malam ia bermimpi bertemu nabi. Nabi yang mulia mengusapkan tangannya ke wajah Bushairi lalu menyerahkan selendangnya (burdah). Bushairi terjaga dari mimpinya dan melihat dirinya tak lagi sakit. Semula kumpulan Nazham (puisi-sajak) dengan akhir huruf mim (karena itu biasa disebut ; Al-Mimiyah) diberi

judul panjang: Al-Kawakib al-Durriyyah fi Madhi Khairi al-Bariyyah (Bintang-Gemintang berpendar gemerlap yang memuji Manusia Paripurna). Akan tetapi karena terlalu panjang hingga menyulitkan orang menyebut dan mengingatkannya, maka diambillah kata AlBurdah al-Bushiri (selimut atau selendang). Ketika saya di ke Iskandariyah, Mesir, tahun 1982, saya menyempatkan diri ziarah dan berdoa di pusara penyair sufi besar ini, tidak jauh dari makam sufi besar; Said Mursi. Di pesantren, saya sempat menghapalnya meski serba sedikit. Tetapi banyak santri yang hapal di luar kepala. Di Universitas Kairo, kasidah ini diajarkan pada setiap hari Kamis dan Jumat. Di bawah ini adalah beberapa saja dari bait puisi Bushairi yang seluruhnya berisi 160 bait, yang masih saya hapal. Sebuah Puisi yang memperlihatkan kerinduan Bushairi kepada Nabi Saw. Kasidah ini didendangkan dengan bahar(nada dan ritme) Basith : Mustafilun failun.

Aduhai, apakah karena kau rindu pada tetangga di kampung Dzi Salam Air bening menetes satu-satu Dari sudut matamu Bercampur darah Ataukah karena semilir angin yang berhembus dari Kadhimah Dan kilatan cahaya dalam pekat malam Apakah kekasih mengira Api cinta yang membara di dada Dapat dipadamkan air mata? Andai bukan karena cinta Puing-puing tak mungkin basah airmata Andai bukan karena cinta Matamu tak mungkin jaga sepanjang malam Membayangkan keindahan gunung gemunung Dan semerbak pohon kesturi Dan tinggi semampai pohon pinus Mana mungkin kau ingkari cintamu Padahal ada saksi menyertaimu Ketika air matamu berderai-derai Dan kau jatuh sakit begitu memelas Dukamu menggoreskan Tetes air mata dan luka Bagai mawar kuning dan merah Pada dua pipimu yang ranum Ya, aku melihat kekasihku Berjalan ketika malam muram Hingga mataku selalu terjaga Cinta telah mengganti riang jadi nestapa Seluruh doa, dzikir dan shalawat atas Nabi ditujukan kepada Allah, hanya kepada Dia, tidak kepada yang lain, termasuk tidak kepada Nabi Muhammad Saw. Karena hanya Dialah Pemilik segala, hanya Dialah Penguasa atas semesta raya dan hanya Dialah Yang mengabulkan segala permohonan hamba-

hamba-Nya. Dialah Titik Pusat dari segala. Pengaduan kepada manusia, siapapun dia, akan kegundahan dan curahan hati karena kemelut hidup yang acap kali datang menghempaskan jiwa dan pikiran, seringkali mengecewakan. Mereka tak mampu memberi jalan terang, dan tak bisa menjawab kebutuhan-kebutuhan yang terus dan terus mengalir bagai air yang sangat deras. Mereka acapkali juga sibuk dengan urusan dan kegalauannya sendirisendiri. Mereka juga membutuhkan kepentingan hidup yang juga terus mengejar mereka siang dan malam. Tetapi tidak bagi Tuhan. Dia tidak membutuhkan apa-apa dan siapa-siapa. Sebaliknya Dialah Yang selalu Memberi. Dia bahkan amat senang jika hamba-hamba-Nya meminta. Gus Dur pastilah sangat mengenal bait-bait puisi Burdah al-Bushiri di atas, bahkan sebagian atau semuanya mungkin dihapal dengan baik. Saya meyakini hal itu pada Gus Dur, karena kedua Qasidah Burdah di atas amat popular di kalangan para santri. Mereka menghapalnya lalu mendendangkannya dengan nada-nada lagu yang indah dalam acara-acara yang relevan. Hal yang sama juga dilakukan mereka dalam Burdah Madaih atau Natiyah, karya Kaab bin Zuhair. Burdah ini berisi penghormatan dan pujian kepada Nabi. Ia dikenal dengan Qasidah Banat Suad (putri-putri Suad). Ini karena Qasidah Burdah yang terdiri dari 58 bait ini diawali dengan kalimat : ... Ka'ab Bin Zuhair, adalah seorang penyair terkenal pada masanya. Ia suka sekali mencacimaki Nabi. Sikap itu membuat hidupnya jadi galau. Ia lalu menemui Nabi dan menyanyikan kasidah tersebut di hadapan

beliau. Nabi begitu senang mendengarnya, lalu memberinya selendang (burdah) yang sedang dikenakannya. Kiai Said Aqil Siraj, ketua umum PBNU, sering menyanyikan puisipuisi ini manakala memberikan pengajian umum di berbagai pesantren dan pada komunitas warganya: Nahdlatul Ulama. Ia hapal di luar kepala kedua qasidah burdah itu. Sebagian orang, sebut saja antara lain kelompok Wahabi di Saudi Arabia, menyebut tawassul dengan salawat seperti ini sebagai praktik kemusyrikan (menyekutukan Tuhan). Tawassul, menurut mereka berarti meminta kepada manusia, meskipun ia seorang Nabi dan kekasih-Nya, bukan kepada Tuhan. Kita telah maklum Wahabi adalah kelompok tekstualis. Mereka memaknai segala teks secara harfiyah, dan tidak setuju dengan pemaknaan metaforis (majaz) dan aforismeaforisme sufistik. Biarkan saja, tak mengapa. Itu hak mereka. Dan itu menunjukkan batas pengetahuan mereka. Tetapi kita tentu amat menyesalkan bila kemudian mereka memaksakan pandangannya kepada orang lain, melalui cara-cara kekerasan, hate speech atau bahkan dengan menghunuskan pedang atau meledakkan bom. Tawassul dan doa-doa Gus Dur itu kini telah menyebar di mana-mana, dikasetkan , di CD kan, di Youtube kan, atau disimpan di HP, diputar berulang-ulang, didengarkan dengan penuh khusyu di kendaraan-kendaraan pribadi, dan dilantunkan para pengagumnya di berbagai kesempatan menghormat atau mendiskusikan Gus Dur. Beliau menyanyikannya dengan nada-nada elegi dini yang sendu, bagai sembilu yang menyayatnyayat qalbu. Bait-bait doa, salawat dan tawasul yang disenandungkan Gus Dur itu sesungguhnya tidaklah asing bagi para santri. Ia telah berabad ditembangkan di pesantrenpesantren dan surau-surau. Suara Gus Dur

memang tak semerdu suara Hadad Alwi atau Abdul Halim Hafiz, penyanyi kondang dari Mesir atau lainnya. Tetapi lantunan Gus Dur, meski bersahaja, terasa memiliki makna keindahan mitis dan magis yang menghunjam qalbu dan menyimpan rindu-rindu. Ini tentu karena Gus Dur melantunkannya dengan suara hatinya yang bening dan ketulusan cintanya yang penuh. Di bawah ini adalah doa-doa yang selalu dibaca Gus Dur di samping doa-doa yang lain. Semua orang pesantren dan kaum Nahdliyyin mungkin sudah tahu atau bahkan hapal doa-doa itu. Doa-doa ini seluruhnya mengandung permohonan ampunan Tuhan. Doa pertobatan yang secara literal berarti kembali kepada Tuhan. Ada juga di dalamnya yang memohon petunjuk ke arah jalan lurus (amal saleh) dan anugerah ilmu yang bermanfaat. Sebagian ada yang diawali dengan tawassul melalui Al-Musthafa, Nabi Muhammad Saw. Doa yang terakhir konon ditulis oleh Abu Nawas, sang cendikiawan dan sastrawan terkemuka yang jenaka tetapi amat cerdas itu. Hampir semua orang mengenal cerita-cerita jenaka orang ini dan mendongengkannya kepada anak-anak mereka, terutama menjelang tidur. Ia, ketika muda, konon, pernah menjalani kehidupan glamor, mabuk dan urakan, tetapi cara itu kemudian disadarinya akan mencelakakannya kelak. Tahun-tahun terakhir hidupnya Abu Nawas bertobat dan menjalani hidupnya sebagai seorang zahid, asketik. Dengan doa-doa itu, kita tentu paham bahwa Gus Dur selalu mohon ampunan kepada Tuhan. Para Nabi, orang-orang arif, kaum sufi dan orang-orang yang rendah hati setiap hari mohon ampunan-Nya, ratusan dan ribuan kali. Doa Pertobatan 1

Wahai Tuhanku, Anugerahi kedamaian dan keselamatan Selama-lamanya Pada sang kekasih-Mu : Ahmad Ciptaan-Mu yang terbaik dari semuanya Berkat al Musthafa, sampaikan maksudmaksudku Ampunilah dosa-dosa yang lewat Wahai Yang Maha Mulia Al-Musthafa, dialah sang kekasih Pertolongannya diharap-harap Bagi setiap kegelisahan yang memuncak Doa Pertobatan 2 Wahai Tuhanku Aku bukan orang yang pantas tinggal di surga-Mu Tetapi aku juga tak sanggup di neraka-Mu Anugerahi aku kemampuan kembali pada-Mu Dan ampuni dosa-dosaku Karena hanya Engkaulah Satu-satunya yang bisa memberi ampun dosa-dosa besar

Dosa-dosaku bak jumlah butir pasir di bumi Anugerahi aku kemampuan kembali pada-Mu Wahai Yang Maha Agung Umurku berkurang setiap hari Tetapi dosaku bertambah-tambah saja Bagaimana aku sanggup menanggungnya Wahai Tuhanku, Hamba-Mu yang berdosa Telah datang, telah datang Mengakui begitu banyak dosa Dan ia telah sungguh-sungguh meminta-Mu Bila Engkau mengampuniku Karena hanya Engkaulah yang bisa mengampuni Tetapi bila Engkau menolakku Kepada siapa lagi aku bisa berharap Doa (3) Pertobatan, Amal saleh dan Ilmu Yang bermanfaat Aku mohon ampunan Tuhan Dari segala kesalahan Aku mohon ampunan Tuhan Tuhan seluruh ciptaan-Nya Tunjuki aku kerja yang baik Tuhanku, Tambahi aku pengetahuan yang berguna Dalam berbagai kesempatan bersama Gus Dur, manakala diminta berdoa, beliau seringkali berdoa ini : . Wahai Tuhan kami! Anugerahilah kami rahmat dari sisi-Mu dan tuntunlah kami pada jalan keselamatan. (Q.S. al-Kahfi, [18]:10)

dan diakhiri dengan doa paling popular: Wahai Tuhan, anugerahi kami kebaikan hidup di dunia dan kebaikan hidup di akhirat, dan lindungi kami dari siksa neraka.(Q.S. AlBaqarah, [2]:201).

Oleh: Husein Muhammad, Pengasuh Pesantren Dar al-Tauhid Cirebon, Jawa Barat

25/02/2013

Kutipan Dari Kitab Ihya'Ulumuddin AL IMAM GHOZALI (filosof islam abad ke 10, pengarang kitab fenomenal Ihya'ulumiddin) berpesan :

1.Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini ? MATI.. 2.Apa yang paling jauh dari kita di dunia ini ? MASA LALU.. 3.Apa yang paling besar di dunia ini ? HAWA NAFSU.. 4.Apa yang paling berat di dunia ini ? AMANAH.. 5.Apa yang paling ringan di dunia ini ? MENINGGALKAN SHOLAT.. 6.Apa yang paling tajam di dunia ini ? LIDAH..

MEMBACA SURAT AL KAHFI Siapa yang membaca surah Al-Kahfi pada malam Jumat, Allah akan menerangi untuknya sebuah cahaya antara dirinya dan Al-Bait Al-Atq (Kabah).

[Dikeluarkan oleh Ad-Drimy, Al-Hakim, AlBaihaqy dalam Syuabul mn dan selainnya dari Abu Sad Al-Khudry secara mauqf. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albny dalam Irw`ul Ghall no. 626]

Anda mungkin juga menyukai