Anda di halaman 1dari 5

I. Pendahuluan Interaksi obat dan efek samping obat perlu mendapat perhatian.

Sebuah studi di Amerika menunjukkan bahwa setiap tahun hampir 100.000 orang harus masuk rumah sakit atau harus tinggal di rumah sakit lebih lama dari pada seharusnya, bahkan hingga terjadi kasus kematian karena interaksi atau efek samping obat. Pasien yang dirawat di rumah sakit sering mendapat terapi dengan polifarmasi (6-10 macam obat), sehingga sangat mungkin terjadi interaksi obat (Anonim a, 2011). Interaksi obat secara klinis penting bila berakibat peningkatan toksisitas atau pengurangan efektivitas obat. Jadi perlu diperhatikan terutama bila menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit (indeks terapi yang rendah), misalnya glikosida jantung, antikoagulan dan obat-obat sitostatik. Selain itu juga perlu diperhatikan obat-obat yang biasa digunakan bersama-sama (Anonim a, 2011) II. Pengertian Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain. Interaksi obat yang signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan bersama-sama (Anonim a, 2011). Ada tiga jenis interaksi obat, yaitu interaksi farmasetis, farmakokinetik, dan farmakodinamik (Dalimunte A., 2009). 1. Interaksi Farmasetis Interaksi farmasetis adalah interaksi fisiko-kimia yang terjadi pada saat obat diformulasikan / disiapkan sebelum obat digunakan oleh penderita. Misalnya interaksi antara obat dan larutan infus IV yang dicampur bersamaan dapat menyebabkan pecahnya emulsi atau terjadi pengendapan. 2. Interaksi Farmakokinetik Pada interaksi ini obat mengalami perubahan pada proses absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi yang disebabkan karena adanya obat atau senyawa lain. 3. Interaksi Farmakodinamik Interaksi ini terjadi bila sesuatu obat secara langsung merubah aksi molekuler atau kerja fisiologis obat lain. Kemungkinan yang dapat terjadi : 1) Obat-obat tersebut menghasilkan kerja yang sama pada satu organ (sinergisme). 2) Obat-obat tersebut kerjanya saling bertentangan ( antagonisme ). 3) Obat-obat tersebut bekerja independen pada dua tempat terpisah.

Interaksi yang kerap terjadi biasanya adalah interaksi farmakodinamik dan interaksi farmakokinetik. Farmakodinamik dapat diartikan efek obat terhadap tubuh sedangkan farmakokinetik adalah nasib obat dalam tubuh. Contoh interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara 2 atau lebih obat yang mengakibatkan adanya kompetensi dalam pendudukan reseptor sehingga meniadakan salah satu efek dari obat yang digunakan. Sedangkan contoh dari interaksi farmakokinetik adalah interaksi 2 obat atau lebih yang mengakibatkan obat tertentu cepat dibuang dalam tubuh atau lambat dibuang dalam tubuh, akibatnya waktu paruh obat menjadi berbeda dari biasanya. Akibat dari interaksi obat : a. Efek Sinergis : 1 + 1 = 10 Obat A dan obat B digunakan bersamaan sehingga memberikan efek yang berlipat ganda. b. Efek Antagonis : 1 + 1 = 1 Obat A dan obat B digunakan bersamaan sehingga memberikan efek meniadakan salah satu dari efek obat. c. Efek Additif : 1 + 1 = 2 Obat A dan obat B digunakan bersamaan sehingga memberikan efek ganda. Dalam menyikapi interaksi obat ini, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah cara pencegahan terjadinya interaksi dengan memainkan waktu pemberian obat, misal Obat A diberikan pada jam 8 dan obat B diberikan pada jam 12. Ada juga teknik-teknik lain untuk menghindarinya, yaitu dengan meningkatkan / menurunkan dosis pemberian obat ketika waktu pemberian obat tidak dapat diubah. Misal dosis obat A dapat dinetralkan oleh obat B jika digunakan bersamaan, maka dosis obat A diberikan berlebih (Perdana, 2011). III. Pembagian Obat-obatan Hipertensi termasuk kedalam 10 besar penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat di Indonesia .Selain faktor internal seperti sejarah keluarga, hipertensi juga dipicu oleh faktor eksternal seperti gaya hidup yang cenderung lebih dominan seperti merokok, dan obesitas. Contoh obat-obat anti hipertensi antara lain: Golongan -blocker 1,2 Propanolol Nadolol Obat 1 Atenolol Metoprolol

Pindolol Timolol Labetolol Oxyprenolol Carvedilol ACEIs Captopril Enalapril Lisinopril Diuretics Manitol Asetozolamida Furosemide Tiazida Spironolakton CaCB Triamterene Verapamil Dialtiazem Nifedipine Amlodipine -adrenergic agonists Felodipine Clonidine Guanabenz Methyldopa -adrenergic antagonists Guanfancine Prazosin Teterazosin Angiotensin reseptor bloker Doxazosin Cargdesertan Eprosartan Losartan Vasodilator lain valsartan Diazoxide Hydralazine

Acebutolol Betaxolol

Natrium nitroprusside IV. Mekanisme Kerja -blocker : Menurunkan Heart Rate dan menurunkan kontraksi jantung

ACEIs : Relaksasi otot polos vaskuler, vasodilator langsung Diuretics : Menurunkan volume darah dengan meningkatkan pengeluaran air dari tubuh CaCB : Relaksasi otot polos vaskuler -adrenergic agonists : Menstimulasi SSP -adrenergic antagonists : Mengurangi pengaruh SSO terhadap jantung dan pembuluh darah

Angiotensin reseptor bloker : Memblok reseptor angiotensinogen II sehingga menghalangi pembentukan aldosteron Vasodilator lain : Vasodilatasi pembuluh darah

V. Tabel Interaksi Obat No. 1 2 3 Nama Obat A Nifedipin Verapamil Kaptopril Mekanisme Obat A Menghambat kanal kalsium Menghambat kanal kalsium Menghambat enzim konversi yang memutuskan ikatan peptidildipeptida pada angiotensin I sehingga tidak terbentuk angiotensin II Menghambat reseptor adrenergik Menghambat enzim konversi yang memutuskan ikatan peptidildipeptida pada angiotensin I sehingga tidak terbentuk angiotensin II Menghambat pengeluaran elektrolit Na, K, Ca pada lengkung Henle Nama Obat B Eritromisin Rifampisin Digoksin Mekanisme Obat B Menginhibisi enzim Menginduksi enzim Meningkatkan kontraksi miokardium Interaksi yang terjadi Efek aditif pada denyut jantung Efek aditif kadar verapamil Efek aditif hipotensi

4 5

Propanolol Kaptopril

Digoksin Asetosal

Meningkatkan kontraksi miokardium Menghambat sintesa prostaglandin dengan menghambat enzim siklooksigenase Menghambat sintesa prostaglandin dengan menghambat

Efek aditif hipotensi Efek aditif hipertensi

Furosemid

Asetaminofen

Efek aditif hipertensi

Furosemid

Furosemid

Digitalis

Menghambat pengeluaran elektrolit Na, K, Ca pada lengkung Henle Meningkatkan insiden nekrosis tubuler, sehingga terjadi penurunan klirens dan peningkatan kadar plasma cefaloridin Meningkatkan kontraksi miokardium Menghambat reseptor adrenergik

Celecoxib

Cefaloridin

enzim siklooksigenase Menghambat sintesa prostaglandin dengan menghambat C0X2 Menghambat pertumbuhan bakteri, dengan menghambat sintesis dinding sel mikroba Mengurangi absorpsi obat & meningkatkan terbuangnya K. Meningkatkan efek obat dan dapat menyebabkan rendahnya TD.

Efek aditif gagal jantung

Efek aditif nefrotoksisitas

Susu

Efek aditif ekskresi digitalis Efek aditif hipotensi

10

Propanolol

Makanan berdaging

Anda mungkin juga menyukai