Anda di halaman 1dari 3

Multiply.comThere is no key to happiness. The door is always open.

[Unknown]

Palestina memang lara tak berujung (hingga batu bicara kelak...). Setiap orang bisa bicara perdamaian, tapi perdamaian adalah anak kandung keadilan. Perdamaian hakiki akan tegak, mana kala keadilan pun ditegakkan. Dan keadilan adalah saat orang-orang Palestina memperoleh kembali tanah milik mereka yang dirampas Israel, saat Zionis Israel membebaskan ribuan--bahkan puluhan ribu tawanan Palestina, saat Masjidil Aqsha dibebaskan dari tangan kotor Zionis... Novel ini mendapat penghargaan PEN-Oakland Award. Sang penulis sendiri, Ibrahim Fawal lahir di Ramallah, Palestina, dan pindah ke Amerika Serikat untuk melanjutkan studi di UCLA. Fawal pernah bekerja sama dengan David Lean dalam film Lawrence of Arabia. Kata kunci: resensi buku, palestina Sebelumnya: Selanjutnya : Buku di Mei Atonement

Kategori: Jenis Penulis:

Buku Sastra & Fiksi Ibrahim Fawal TUGAS BAHASA INDONESIA Enreina Annisa Rizkiasri SKS XI IPA Buku Paket Kelas 2 Hal 43 Judul Buku : Sherlock Holmes: A Study In Scarlet (Pembuktian Kesimpulan) Pengarang : Sir Arthur Conan Doyle Penerjemah: Isti Pratiwi A. Sinopsis Novel Dr. John H. Watson adalah seorang ahli bedah dinas ketentaraan yang bertugas pada Perang Afghanistan II dan tertembak di bahunya. Karena luka itulah, dia dipulangkan ke London di Inggris. Dia bertemu dengan temannya dan diperkenalkan dengan Sherlock Holmes yang bersedia tinggal bersama Watson di sebuah apartemen di Jalan Baker. Watson terkagum dengan keunikan Holmes yang mempunyai kemampuan yang tinggi dalam mengambil kesimpulan dan Holmes menjelaskan kepada Watson bahwa dia seorang konsultan detektif. Holmes membuktikan teori observasi dan deduksinya dengan memprediksi seorang pembawa pesan yang merupakan sensan marinir yang sudah pensiun. Pembawa pesan itu mengantarkan pesan untuk Holmes dari Inspektur Tobias Gregson yang berisi tentang permohonan untuk membantu kasus pembunuhan yang aneh. Di rumah kosong tempat ditemukannya mayat Enoch J. Drebber, ditemani Watson, Holmes bertemu dengan Inspektur Gregson serta Inspektur Lestrade. Setelah mengobservasi rumah tersebut dan menyela deduksi Inspektur Lestrade serta ditemukannya sebuah cincin tunangan dekat mayat, Holmes menyimpulkan bahwa pembunuhnya adalah seorang pria dengan tinggi enam kaki, berwajah kemerah-merahan, dan berkaki kecil dengan sepatu bot kasar dan berujung kotak serta merokok cerutu Trichinopoly. Di dekat mayat terdapat tulisan Rache, yang diartikan Holmes 'dendam' dalam bahasa Jerman, dengan darah pelaku yang membuat Holmes menyimpulkan bahwa kuku jari tangan kanan pelaku sangat panjang. Setelah itu, Watson menemani Holmes untuk mengunjungi John Rance, polisi yang menemukan mayat Drebber. Rance mengatakan bahwa dia menemukan seseorang yang mabuk di rumah kosong tersebut dan Holmes berkata bahwa 'pemabuk' itu adalah pelaku pembunuhan itu. Holmes memasukan cincin tunangan yang ditemukan sebelumnya pada sebuah iklan, dan dijawab oleh seorang wanita tua yang mengaku bahwa cincin itu milik putrinya yang sudah menikah. Holmes mengikutin wanita itu dan mengatakan ke Watson bahwa wanita itu adalah teman pembunuh

Sudah baca buku ini tahun lalu, sudah bikin resensinya juga di Annida. Baru ingat pas momen peringatan peristiwa annakba, Mei ini. ============= My Salwa My Palestine: Di Atas Bukit Tuhan Kisah Tentang Kesetiaan pada Tuhan, Tanah Air, dan Kemanusiaan Penulis: Ibrahim Fawal Penerbit: Mizan, 2007 Tebal: 586 halaman Tak ada tragedi paling memilukan selain terusir dari negeri sendiri. Ketika sekelompok entitas (dengan bantuan sekian bangsa) mengakuinya atas dasar kitab suci yang kemurniannya pun entah. Tahun 1947 bagi Yousif Safi, pemuda Palestina berusia 17 tahun adalah tahun menjelang kelulusan SMA. Tahun 1947 adalah tahun saat mandat Inggris atas Palestina berakhir. Seperti pemudapemuda lain, selulus SMA Yousif ingin kuliah dan mengejar impian sebagai pengacara, serta menikahi gadis pujaannya, Salwa. Yousif anak satu-satunya dari Jamil Safi, seorang dokter terkenal di kota Ardallah yang bercita-cita membangun rumah sakit. Keluarga Yousif penganut Nasrani yang taat. Yousif bersahabata dengan Amin, seorang Muslim, dan Isaac, yang keturunan Yahudi. Suatu hari tiga sahabat tersebut memergoki sekelompok wisatawan yang datang ke Ardallah dengan gerak-gerik mencurigakan. Mereka curiga. Dan kecurigaan mereka terbukti, ternyata para turis itu adalah kaum Zionis yang sedang mengamati daerah Ardallah. Pada tanggal 29 November 1947, DK PBB mengeluarkan Resolusi DK PBB No.181 (II) yang membagi Palestina menjadi tiga bagian. Hal ini mendapat protes keras dari penduduk, termasuk penduduk Ardallah. Petaka pun datang pada 14 Mei 1948 saat kaum Zionis memproklamirkan berdirinya negara Israel. Puluhan ribu rakyat Palestina terusir dari kampungnya. Tentara Zionis juga menyerang dan membumihanguskan kota-kota. Serangan akhirnya tiba ke Ardallah. Ayah Yousif tewas dalam sebuah usaha mempertahankan kota. Sementara sebelumnya, Isaac, sahabat Yousif juga tewas karena dipaksa menjadi Zionis dan menyerang Ardallah. Kisah cinta Yousif pun bagai gelegak perang, karena Salwa dijodohkan orangtuanya oleh Adel Farhat. Yousif dan keluarganya, serta semua penduduk Ardallah harus terusir, setelah sebelumnya mengalami kekejaman dari tentara Zionis. Rumah-rumah mereka dibom. Bahkan Hiyam, istri sepupu Yousif diperkosa di hadapan suami dan keluarganya. Mereka harus menjalani perjalanan panjang menuju Yordania dalam kondisi mengenaskan. Banyak yang tewas di tengah perjalanan, termasuk ayah Salwa. Membaca novel ini, jujur, rasanya menggelegak. Ibrahim Fawal, sang penulis, menuturkan dengan detil. Tak heran, sebab ia merasakan sendiri hal tersebut. Terusir dari rumahnya, desa tempatnya lahir, dan tercabut dari negeri bernama Palestina. Fawal dengan elegan menyandingkan kisah cinta Yousif-Salwa dengan perjuangan Yousif dan bangsanya mempertahankan negeri. Tak usah khawatir bahwa novel ini hanya kisah cinta semata yang berbalut peristiwa sejarah. Kisah cinta dalam novel ini cukup proporsional, tak berlebihan. Saya kurang merasa "include" dengan novel ini di bab-bab awal. Rasanya kok setting seperti bukan di Palestine. Tapi setelah itu saya menikmati, mengalir, tak ingin jeda. Ada emosi kesedihan, marah, geram di sana.

yang berakting. Gregson datang dan mengaku telah menemukan dan menangkap pembunuhnya, Tuan Arthur Charpantier. Lestrade lalu datang dan berkata bahwa dia menemukan Joseph Stangerson, salah satu nama yang tercantum di dokumen dekat mayat Drebber, sudah mati, dibunuh dengan ditusuk jantungnya. Dekat mayat Stangerson terdapat sebuah kotak berisi dua pil. Holmes menyimpulkan bahwa 1 pil adalah racun dan pil lainnya tidak berbahaya. Setelah itu, Wiggins seorang pemuda jalanan yang berpakaian kotor dan lusuh datang dan mengatakan bahwa dia sudah menemukan sebuah kereta. Holmes memintanya untuk memanggil kusir kereta tersebut, yang ternyata adalah si pembunuh, Jefferson Hope, dan menangkapnya dengan sepasang borgol. Pada bagian kedua dari novel Sherlock Holmes ini, diceritakan bagaimana asal usul Jefferson Hope. Pada tahun 1847 di Utah, John Ferrier dan seorang anak perempuan terdampar di padang pasir dan hampir mati karena kekurangan air. Mereka lalu ditemukan oleh rombongan orang Mormon, dipimpin oleh Brigham Young dan empat perwakilan suci. Mereka menyelamatkan dua orang tersebut dengan syarat mereka menganut agama mereka. Ferrier dan Lucy, yang diadopsi Ferrier menjadi putri angkatnya, tinggal bersama rombongan itu di kota Salt Lake. Beberapa tahun kemudian, Lucy bertemu dengan Jefferson Hope dan bertunangan dengannya, tetapi tidak disetujui Young, si petua agama, karena Hope berbeda agama serta memberi pilihan kepada Lucy untuk menikahi putra-putra dari empat perwakilan suci. Mereka diberi waktu sebulan. Joseph Stangerson dan Enoch Drebber adalah 2 dari putra-putra empat dewan perwakilan suci yang datang ke rumah Ferrier, tetapi diusir karena perlakuan mereka. Karena takut akan pasukan 'polisi' Brigham Young, yang bernama 'Malaikat Pembalas Dendam', Ferrier meminta bantuan Hope. Beberapa hari kemudian, menjelang waktu Ferrier dan Putrinyauntuk memilih habis, Hope datang dan membantu mereka keluar dari kota Salt Lake. Namun, saat sedang mencari makanan, Hope kembali dan sudah menemukan makam John Ferrier, sedangkan Lucy hilang entah ke mana. Kembali di London, Hope yang sedang dibawa ke kantor polisi menceritakan kisahnya karena memperkirakan dia akan mati sebelum pengadilannya karena penyakit pembengkakan pembuluh nadi. Hope menceritakan bahwa ia kembali ke kota Salt Lake dan mendapatkan informasi bahwa Lucy telah dipaksa untuk menikah dengan Drebber serta John Ferrier telah dibunuh oleh Stangerson. Setelah Lucy meninggal, Drebber dan Stangerson meninggalkan kota Salt Lake. Hope mencoba mengikuti mereka dan berujung di kota London. Dia menjadi kusir kereta di kota itu. Hope berhasil menemukan Drebber dan Stangerson. Dia mengikuti Drebber yang mabuk ke dalam rumah kosong dan memaksanya untuk mengingat siapa dirinya. Hope lalu memaksa Drebber untuk meminum salah satu pil dari dua pil yang dimilikinya, dan Hope meminum yang lainnya. Drebber mendapatkan pil yang beracun dan meninggal karena keracunan. Karena penyakit pembengkakan pembuluh nadinya ditambah dengan semangatnya, hidung Hope berdarah, lalu dia menulis 'Rache' dengan darahnya tersebut. Setelah meninggalkan rumah kosong itu, Hope baru ingat bahwa dia meninggalkan cincin Lucy, dan berniat kembali ke rumah itu. Dia menemukan John Rance dan polisi lainnya di rumah itu dan berpura-pura mabuk. Dia lalu meminta bantuan temannya untuk menjawab iklan cincin yang dipublikasikan Holmes. Hope lalu mengikuti Stangerson di hotelnya dan berniat membunuhnya dengan cara yang sama. Tetapi karena Stangerson mengetahui perbuatannya kepada Drebber, Stangerson menyerang Hope dan Hope terpaksa membunuhnya dengan menusuk jantungnya. Setelah diceritakan oleh Hope, Holmes dan Watson

kembali ke apartemennya. Hope tewas karena penyakitnya sebelum persidangannya. Holmes menunjukan berita di koran tentang Lestrade dan Gregson yang mendapatkan penghargaan atas terungkapnya kasus itu. Watson pun menjawab bahwa dia telah menulis fakta di jurnalnya tentang bagaimana Holmes memecahkan kasus itu dan berniat untuk mempublikasikannya agar masyarakat luas mengetahuinya. B. Kutipan Kemudian muncul Wiggins, si pemuda jalanan yang berparas Arab dan berpakaian kotor serta lusuh. Silakan, Tuan. Keretanya sudah siap di bawah, katanya. Kerja yang bagus, Nak, kata Holmes dengan lembut. Mengapa kamu tidak lagi menggunakan benda ini di kepolisian? lanjutnya sambil mengambil sepasang borgol dari laci meja kerjanya. Lihatlah bagaimana benda ini bekerja. Benda ini akan dapat dipasang dengan segera. Benda itu masih bekerja cukup bagus, komentar Lestrade, tapi jika kita dapat menemukan orang yang tepat untuk memakainya. Benar, benar, kata Holmes sambil tersenyum. Mungkin kusir kereta itu bisa membantu saya membawa kotak saya ini. Tolong panggilkan dia, Wiggins!Saya terkejut saat teman saya itu bicara, seolah-olah ia berencana untuk pergi ke suatu tempat karena ia tidak berkata apa-apa kepada saya sebelumnya. Ada sebuah kotak kecil di ruangan ini. Holmes mulai mengikatnya. Ia sedang sibuk dengan kotak itu ketika kusir kereta ini memasuki ruangan. Tolong bantu saya mengaitkan ini, Pak Kusir! katanya sambil berjongkok. Namun, Holmes sama sekali tidak memalingkan wajahnya ke arah kusir itu. Pria itu mendekat, tapi dengan wajah yang cemberut, menunjukan rasa tidak senangnya. Kemudian ia mengulurkan kedua tangannya untuk membantu Holmes. Saat itu juga terdengar suara gemerincing benda yang terbuat dari besi dan Sherlock Holmes bangkit, serta berdiri tegak. Tuan-tuan, teriaknya dengan mata yang berbinar, perkenankan saya memperkenalkan kepada Anda semua. Ini Pak Jefferson Hope, si pembunuh Enoch J. Drebber dan Joseph Stangerson.C. Watak dan Karakter TokohSherlock Holmes: Pintar, jenius, cerdas, sedikit angkuh dan congkak, agak eksentrik, penyendiri, mudah tersanjung, dan mempunyai rasa keingintahuan yang tinggi serta kemampuan menarik kesimpulan dengan cepatJohn H. Watson: Mudah terkagum, pemberani, pandai, pengertian, dan suka membantu dalam penyelidikan Holmes. Inspektur Lestrade: Polisi pintar, tidak sabaran, cepat bereaksi, enerjik, mudah bangga tetapi kurang percaya diri atas kepintarannya. Inspektur Tobias Gregson: Polisi pintar yang merasa tersaingin dengan Lestrade, cepat bereaksi, dan mudah bangga. Jefferson Hope: Mudah dendam, merasa hidupnya berguna untuk membunuh Drebber dan Stangerson karena sangat mencintai Lucy. Lucy Ferrier: Lembut, baik, tetapi mudah takut karena ancaman. John Ferrier: Pelindung, serta sosok ayah yang baik. Brigham Young: Pemaksa

Joseph Stangerson: Tidak memiliki rasa kasihan dengan membunuh John Ferrier, memaksakan kemauan untuk menikahi Lucy. Enoch J. Drebber: Memaksakan kemauan untuk menikahi Lucy. D. Latar Novel Bagian 1: Di kota London, Inggris Bagian 2: Di kota Salt Lake, Utah, Amerika Serikat E. Amanat - Melakukan jasa besar bukan berarti harus diketahui masyarakat luas. - Satu pembunuhan dapat menyebabkan dendam yang memicu pembunuhan-pembunuhan lainnya. - Untuk mendapatkan fakta yang akurat, diperlukan daya observasi yang teliti. F. Hubungan amanat dan masalah sosial budaya - Pada kehidupan nyata, banyak orang-orang yang melakukan jasa ingin agar masyarakat mengetahuinya demi penghargaan. - Bunuh membunuh antara manusia yang disebabkan oleh demam sering kali terjadi di belahan dunia manapun.Buku Paket Kelas 2 Hal 49 A. Pembandingan Novel Terjemahan dan Novel Indonesia 1. Unsur Intrinsik - Latar tempat pada novel terjemahan umumnya berada di luar Indonesia, sedangkan Indonesia berada di Indonesia. - Gaya bahasa novel berbagai macam gaya Indonesia menggunakan latar tempat pada novel

bahasa yang ada di Indonesia, sedangkan gaya bahasa pada novel terjemahan adalah gaya diterjemahkan ke bahasa Indonesia. 2. Unsur Ekstrinsik - Nilai sosial budaya novel Indonesia menonjolkan sosial budaya Indonesia sedangkan novel terjemahan menonjolkan sosial budaya asing. bahasa asing yang

Anda mungkin juga menyukai