Anda di halaman 1dari 11

TIU III Diagnosa banding mata merah visus turun dan mata merah visus tidak turun TIK

III.1 Definisi, Etiologi dan Klasifikasi Mata Merah Mata merah adalah perubahan warna bola mata yang sebelumnya berwarna putih menjadi merah. Hiperemia konjungtiva terjadi karena: Bertambahnya asupan pembuluh darah atau kurangnya pengeluaran darah pada pembendungan pembuluh darah Pelebaran pembulih darah konjungtiva atau episklera Perdarahan antara konjungtiva dan sclera (perdarahan subkonjungtiva) Pelebaran pembuluh darah konjungtiva terjadi karena peradangan mata akut, misalnya: konjungtivitis, keratitis, atau iridosiklitis. Keratitis: plexus a.konjugtiva permukaan melebar Iritis dan glaukoma akut kongestif: a.perikornea dalam yang melebar Konjungtivitis: pembuluh darah superfisial yang melebar (diberi epinefrin topikal/vasokontriksi maka mata akan kembali pulih) Pembuluh darah pada konjungtiva yang bisa melebar dan pecah: A.konjungtiva posterior (konjungtiva bulbi) A.episklera / siliar anterior, bercabang: A.episklera masuk kedalam bola mata dengan a.siliar posterior longus menjadi a.sirkular mayor/plexus siliar (iris dan badan siliar) A.perikornea (kornea) A.episklera terletak diatas sklera dan bagian a.siliar anterior (dalam bola mata) Kemungkinan penyebab mata merah: Konjungtivitis akut Glaukoma akut Keratitis akut Episkleritis Irititis akut Endoftalmitis Tukak kornea Panoftalmitis Skleritis Mata merah dibagi menjadi: 1. Mata merah dengan visus normal Pinguekula dan pinguekula iritans Hematoma subkonjungtiva Episkleritis-skleritis 2. Mata merah dengan visus turun Keratitis

Konjungtivitis Trakoma Defisiensi Vitamin A Konjungtiva Dry Eyes Ulkus kornea

Glaukoma Uveitis TIK III.2 Gejala Klinis Mata Merah

Endoftalmitis Panoftalmitis

1. Injeksi konjungtiva: melebarnya pembuluh darah arteri konjungtiva posterior yang terjadi akibat pengaruh mekanis, alergi, atau infeksi pada jaringan konjungtiva Sifatnya: Mudah digerakkan dari dasarnya karena a.konjungtiva posterior melekat secara longgar pada konjungtiva bulbi yang mudah lepas dari dasarnya sklera Radang konjungtiva pembuluh darah terutama didaerah forniks Warna pembuluh darah merah segar Dengan tetes adrenalin 1:1000 injeksi lenyap sementara Gatal Fotofobia tidak ada Papil ukuran normal dengan reaksi normal 2. Injeksi siliar: melebarnya pembuluh darah perikornea (a.siliar anterior) akibat radang kornea, tukak kornea, benda asing pada kornea, radang jaringan uvea, glaukoma, endoftalmitis, dan panoftalmitis Sifatnya: Tidak ikut serta dengan pergerakan konjungtiva bila digerakkan karena menempel erat dengan jaringan perikornea Ukuran sangat halus terletak di sekitar kornea dan berkurang ke arah forniks Berwarna lebih ungu dibanding dengan pelebaran pembuluh darah konjungtiva Pembuluh darah tidak tampak Pembuluh darah perikornea tidak menciut bila diberi epinefrin atau adrenalin 1:1000 Hanya lakrimasi Fotofobia Sakit tekan yang dalam sekitar kornea Pupil irregular tipis (iritis) dan lebar (glaukoma) 3. Penglihatan menurun / normal 4. Ada / tidak ada sekret 5. Ada peningkatan tekanan intra okular

Injeksi konjungtiva Asal Memperdarahi Lokalisasi Warna Arah aliran/lebar Konjungtiva digrkn Dgn Epi 1:1000 Penyakit Sekret Penglihatan A.konjungtiva post Konjungtiva bulbi Konjungtiva Merah Ke perifer Ikut bergerak Menciut Konjungtiva (+) Normal

Injeksi siliar A.siliar Kornea segmen ant Dasar konjungtiva Ungu Ke sentral Tidak bergerak Tidak menciut Kornea,iris,glaukoma (-) Menurun

Injeksi episkleral A.siliar longus Intraokular Episklera Merah gelap Ke sentral Tidak ikut bergerak Tidak menciut Glaukoma, endoftalmitis (-) Sangat turun

TIK III.3 Diagnosis Banding Mata Merah

TIK IV konjungtivitis TIK 1V.1 Menjelaskan Konjungtivitis

Menjelaskan dan keratitis

Konjungtivitis adalah radang konjungtiva atau radang selaput lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata Gejala utama: Mata merah Penyebabnya: Perdarahan subkonjungtiva Trauma Radang akut konjungtiva Kelainan pembuluh darah Pelebaran pembuluh darah Injeksi konjungtiva Injeksi siliar Pelebaran pembuluh dara episklera Injeksi konjungtiva ditambah hiperemi konjungtiva tarsal = konjungtivitis Injeksi konjungtiva tanpa hiperemi konjungtiva tarsal= iritasi konjungtiva bulbi (kelelahan mata, iritasi angin atau asap, kurang tidur) Gejala lain: Injeksi konjungtiva Lakrimasi Eksudat dengan sekret yang lebih nyata pada pagi hari Dihasilkan oleh sel goblet dan bersifat: Air: infeksi virus / alergi Purulen: bakteri / klamidia Hiperpurulen: gonokok / menigokok Lengket: alergi / vernal

Serous: adenovirus Pseudoptosis akibat kelopak mata membengkak Kemosis Folikel: tonjolan pada jaringan konjungtiva, 1mm mirip vesikel Hipertrofi papil / papil raksasa (Cobble Stone): seperti batu kerikil pada bagian tarsus superior berbentuk poligonal,tersusun berdekatann dengan permukaan datar Flikten: tonjolan berupa sel sel radang kronik dibawah epitel konjungtiva atau kornea, berupa suatu mikroabses, dimana permukaan epitel mengalami nekrosis. Warna: keputih putihan, padat dengan permukaan yang rata dan disekitarnya adalah pembuluh darah. Ukuran 1mm dan sering terletak di limbus Mata merasa seperti ada benda asing Adenopati preaurikular Membran: massa putih padat yang menutupi sebagian kecil / sebagian besar konjungtiva berupa koagulasi dan nekrosis konjungtiva yang sukar diangkat. Paling sering menutupi konjungtiva tarsal Pseudomembran: massa putih yang berupa endapan sekret sehingga mudah diangkat Sikatriks: khas untuk trakoma yang berupa garis garis putih halus pada konjungtiva tarsalis superior

Klasifikasi konjungtivitis: 1. Konjungtivitis bakteri Penyebab: Gonokok, Meningokok, Staphylococcus aureus, Streptococcus Pneumoniae, H.influenza, E.coli Gejala: sekret mukopurulen dan purulen, kemosis konjungtivitis, edema kelopak, disertai konjungtivitis, disertai keratitis dan blefaritis. Terdapat papil pada konjungtiva dan mata merah Mudah menular 2. Konjungtivitis bakteri akut Penyebab: Streptococcus, Corynebacterium diphteriae, Pseudomonas, Neisseria dan Hemophylus Gejala: konjungtivitis mukopurulen dan purulen, hiperemia konjungtiva, edema kelopak, papil, kornea jernih Bisa berubah menjadi kronis Pengobatan: a. Antibiotik tunggal seperti neosporin, basitrasin, gentamisin, kloramfenikol, tobramisin, eritomisin, dan sulfa. Jika tidak ada hasil setelah 3-5 hari maka pengobatan dihentikan dan tunggu hasil pemeriksaan mikrobiologi. b. Jika ditemukan kuman pada sediaan langsung beri antibiotik yang sesuai c. Jika tidak ditemukan kuman, maka diberikan antibiotik spektrum luas dalam bentuk tetes mata tiap jam atau salep mata 4-5X sehari. Sebelum tidur diberi salep mata (sulfasetamid 10-15% atau kloramfenikol)

d. Apabila tidak sembuh maka lakukan pemeriksaan resistensi e. Jika tidak ditemukan maka kemungkinan defesiensi air mata/ obstruksi duktus nasolakrimal f. Bila terjadi penyulit diberikan sikloplegik 3. Konjungtivitis gonore Penyebab: kuman gonokok yang sangat patogen, virulen, dan invasif Gejala: radang konjungtiva akut dan hebat disertai sekret purulen Pada neonatus infeksi terjadi pada saat berada pada jalan lahir Dibagi dalam bentuk: a. Oftalmia neonatorum (bayi 1-3 hari) b. Konjungtivitis gonore infantum (>10 hari) c. Konjungtivitis gonore adultorum Sekret purulen padat dengan masa inkubasi 12 jam 15 hari, disertai perdarahan subkonjungtiva dan konjungtiva kemotik Pada orang dewasa dibagi 3 stadium, yaitu: 1. Stadium infiltratif: kelopak mata dan konjungtiva bengkak dan kaku sehingga sukar dibuka dan sakit ketika diraba. Ada pseudomembran pada konjungtiva tarsal superior dan konjungtiva bulbi, merah, kemotik dan menebal 2. Stadium supuratif: ada sekret kuning kental dan ada pseudomembran yang merupakan kondensasi fibrin pada permukaan konjungtiva Diagnosis: pemeriksaan sekret dengan pewarnaan metilen biru dimana akan terlihat diplokokus didalam sel leukosit. Pewarnaan gram: gram (-) terdapat sel intraselular atau ekstraselular Pengobatan: pemberian penisilin salep dan suntikan, pada bayi diberikan 50.000 U/kgBB selama 7 hari. Sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air bersih (direbus) atau dengan gram fisiologis setiap jam. Kemudian diberikan larutan penisilin G 10.000-20.000 U/ml setiap 1 menit 30 menit. Kemudian salep diberikan setiap 5 30 menit dan disusul pemberian salep penisilin setiap 1 jam selama 3 hari. Pencegahan: membersihkan mata bayi segera setelah lahir dengan larutan borisi dan memberikan salep kloramfenikol. 4. Oftalmia neonatorum Terjadi pada bayi dibawah usia 1 bulan, sebabnya: Konjungtivitis kimia seperti nitras argenti, terjadi dalam 24 jam sesudah penetesan nitras argenti profilaktik untuk gonore Konjungtivitis stafilokok, masa inkubasi >5 hari diobati dengann antibiotik topikal. Tobramisin untuk pseudomonas Konjungtivitis inklusi (klamidia), masa inkubasi 5 10 hari. Pengobatan dengan tetrasiklin atau eritromisin (Gram +) dan tobramisin (Gram -) Konjungtivitis Neisseria, masa inkubasi 2-5 hari. Diobati dengan penisilin topikal dan parenteral Konjungtivitis virus, dapat dibawa langsung setelah lahir atau dengan masa inkubasi 1-2 minggu setelah lahir. Diobati dengan triflourotimidin Konjungtivitis jamur, diobati dengan anti jamur Diagnosis: pemeriksaan sediaan apus

5. Konjungtivitis angular Penyebab: basil Moraxella axenfeld Gejala: sekret mukopurulen dan pasien sering mengedip didapatkan terutama didaerah kantus interpalpebra, disertai ekskoriasi kulit disekitar daerah meradang Pengobatan: tetrasiklin atau basitrasin. Dapat diberi Sulfas Zincii untuk mencegah proteolisis 6. Konjungtivitis mukopurulen Penyebab: Staphylococcus atau Basil Koch Weeks Gejala: sekret berlendir (purulen seperti nanah) yang mengakibatkan kedua kelopak mata melekat pada waktu bangun pagi. Sering ada halo atau gambaran pelangi Pengobatan: membersihkan konjungtiva dan antibiotik yang sesuai Penyulit: tukak katarak marginal pada kornea atau keratitis superfisial 7. Konjungtivitis virus akut a. Demam faringokonjungtiva Penyebab: infeksi adenovirus tipe 3 dan 7 Penyebaran: melalui droplet / kolam renang Masa inkubasi: 5-12 hari Menular selama 12 hari dan bersifat epidemik Gejala: Demam, faringitis, sekret berair dan sedikit, mengenai satu/ke-2 mata Hiperemia konjungtiva, folikel pada konjungtiva, sekret serous, fotofobia, kelopak bengkak dengan pseudomembran Pada kornea terjadi keratitis superfisial dan atau subepitel dengan pembesaran kelenjar limfe preaurikular. Pengobatan: Suportif karena sembuh sendiri, diberikan kompres, astringen, lubrikasi, dan pada kasus berat dapat diberikan antibiotik (cegah infeksi sekunder) dengan steroid topikal b. Keratokonjungtiva epidemi Penyebab: adenovirus 8 dan 19 Mudah menular dengan masa inkubasi: 8-9 hari Masa infeksius: 14 hari Gejala: mata berair berat, seperti kelilipan, perdarahan subkonjungtiva, folikel terutama konjungtiva bawah, kadang kadang terdapat pseudomembran, kelenjar preaurikular membesar. Biasanya gejala menurun dalam waktu 7-15 hari. Pengobatan: antivirus dan a interferon tidak umum. Astringen diberikan untuk mengurangi gejala dan hiperemia. Pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder. Steroid diberikan bila ada membran dan infiltrasi subepitel 8. Konjungtivitis Herpetik Merupakan manifestasi primer herpes dan terdapat pada anak anak Terdapat limfadenopati preaurikular dan vesikel pada kornea

Perjalanan penyakit akut dengan folikel yang besar disertai terbentuknya jaringan parut besar pada kornea a. Konjungtivitis herpes simpleks Merupakan infeksi berulang pada mata disertai infeksi herpes pada kulit dengan pembesaran kelenjar preaurikular. Pengobatan: antivirus b. Konjungtivitis varisela zooster Pada umur >50 tahun Diagnosis: ditemukan sel raksasa pada pewarnaan Giemsa, kultur virus dan nuklear Pengobatan: kompres dingin, asiklovir 400mg/hari untuk 5 hari. 2 minggu pertama diberikan analgetika untuk menghilangkan sakit Pada kelainan permukaan: salep tetrasiklin 9. Konjungtivitis inklusi Merupakan penyakit okulogenital yang disebabkan oleh infeksi Klamidia yang merupakan penyakit kelamin (uretra, prostat, serviks, dan epitel rektum). Masa inkubasi: 5-10 hari Epidemik: Swimming Pool Konjungtivitis Pada bayi timbul 3-5 hari setelah lahir Gejala: konjungtiva purulen Pada dewasa: konjungtiva hiperemik, kemotik, pseudomembran, folikel pada kelopak mata, hipertrofi papil dan pembesaran kelenjar preaurikular Pengobatan: tetrasiklin atau sulfisoksasol topikal dan sistemik 10. Konjungtivitis folikular Terdiri dari: onjungtivitis viral, klamidia, folikular toksik dan folikular yang tidak diketahui sebabnya, dan trakoma Tanda tanda radang menonjol pada konjungtivitis folikular akut yang disebabkan virus, klamidia okulogenital Konjungtivitis folikular toksik = tanda radang tidak akut Trakoma = tidak disertai tanda radang akut 11. Konjungtivitis menahun (alergi) Reaksi alergi terhadap non infeksi, berupa reaksi cepat seperti alergi biasa dan reaksi terlambat sesudah beberapa hari kontak seperti pada reaksi terhadap obat, bakteri dan toksik Gejala: Radang (merah, sakit, bengkak, dan panas), gatala, silau berulang dan menahun Karakteristik: papil besar pada konjungtiva, datang bermusim, gangguan penglihatan Pemeriksaan laboratorium: sel eosinofil, sel plasma, limfosit dan basofil Pengobatan: Menghindarkan penyebab pencetus penyakit Memberikan astrigen, sodium kromolin, steroid topikal dosis rendah disusul kompres dingin untuk menghilangkan edema Pada kasus berat diberikan antihistamin dan steroid sistemik a. Konjungtivitis vernal

Akibat reaksi hipersensitifitas tipe I yang mengenai kedua mata dan bersifat rekuren Pada mata ditemukan papil besar dengan permukaan rata pada konjungtiva tarsal, dengan rasa gatal berat dan sekret gelatin Pada tipe Limbal terlihat benjolan didaerah limbus, dengan bercak Horner Trabtas yang berwarna keputihan yang terdapat didalam benjolan. Terkena pada usia muda 3-25 tahun 2 bentuk utama: - Bentuk palpebra: terkena konjungtiva tarsal superior. Terdapat pertumbuhan papil yang besar (Cobble Stone) yang diliputi sekret yang mukoid. Konjungtiva tarsal bawah hiperemi dan edema dengan kelainan kornea lebih berat dibanding bentuk limbal. Secara klinis, papil besar ini tampak sebagai tonjolan bersegi banyak dengan permukaan rata dan dengan kapiler ditengahnya - Bentuk limbal: hipertrofi papil pada limbus superior yang dapat membentuk hiperplastik gelatin, dengan Trantas Dot yang merupakan degenerasi kornea atau eosinofil di bagian epitel limbus kornea, terbentuknya pannus, dengan sedikit eosinofil Pengobatan: untuk efek ringan berikan antihistamin dan desensitisasi vasokonstrikto, kromolin topikal (untuk mengurangi pemakaian steroid) Obat anti inflamasi non steroid tidak menyembuhkan Steroid topikal tetes dan salep dapat menyembuhkan Bila tidak ada hasil dapat diberikan radiasi atau pengangakatan giant papil Dapat sembuh sendiri dengan kompres dingin, Na karbonat dan vasokonstriktor. Kelaianan kornea dan konjungtiva: Na Cromolyn topikal b. Konjungtivitis flikten Disebabkan alergi terhadap bakteri atau antigen tertentu (reaksi hipersensitivitas tipe IV). Misalnya: tuberkuloprotein, Stafilokok, Limfogranuloma venerea, Leismaniasis, Infeksi parasit Ditemukan pada anak anak didaerah padat dengan gizi kurang dan sering mendapat radang saluran napas Konjungtivitis flikten terlihat unilateral dan kadang kadang mengenai kedua mata. Pada konjungtiva terlihat sebagai bintik putih yang dikelilingi daerah hiperemi. Gejala: mata berair, iritasi dengan rasa sakit, fotofobia dapat ringan hingga berat. Bila kornea ikut terkena selain daripada rasa sakit, pasien juga akan merasa silau disertai blefarospasme. Dapat sembuh sendiri dalam 2 minggu, bisa kambuh Pengobatan: steroid topikal, midriatika bila terjadi penyulit pada kornea, diberi kacamata hitam 12. Konjungtivitis membranosa Pembentukan membran yang menempel erat pada jaringan dibawah konjungtiva jika dilakukan pengangkatan membran maka akan terjadi perdarahan. Penyebab: difteria, pneumokok, stafilokok, dan infeksi adenovirus Ringan: sekret mukopurulen dan kelopak bengkak

Berat: nekrosis pada hari ke-6 Hari 6-10 terjadi ulkus kornea akibat infeksi sekunder Dapat terjadi perlekatan antara konjungtiva dan simblefaron

DAFTAR PUSTAKA 1. Ilyas, Sidarta.2009. Ilmu Penyakit Mata. Balai Penerbit FK UI: Jakarta 2. Ilyas, Sidarta, et al. 2002. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran Edisi ke-2. Sagung Seto: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai