Anda di halaman 1dari 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGETAHUAN A.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. A.2. Tingkat Pengetahuan Ada enam tingkatan pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif, yakni: A.2.a. Tahu Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam tingkat pengerahuan ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasikan, menyatakan dan sebagainya. A.2.b. Memahami Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang paham terhadap suatu objek atau materi harus dapat menjelaskannya, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. A.2.c. Menerapkan Menerapkan diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau

penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya ibu dapat mengaplikasikan cara menyusui yang benar. A.2.d. Analisis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lainnya. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menjabarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokan dan sebagainya. A.2.e. Sintesis Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau menggabungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada. A.2.f. Evaluasi Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek atau materi. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. (notoadmojo, 2003). A.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yaitu: A.3.a. Sosial ekonomi Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang, sedang ekonomi dikaitkan dengan pendidikan. Jika ekonomi baik maka tingkat pendidikan akan tinggi sehingga tingkat pengetahuan juga akan tinggi. A.3.b. Kultur (budaya, agama) Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang, karena informasi yang baru dan diambil yang sesuai dengan budaya yang ada dan agama yang dianut.

A.3.c. Pendidikan Semakin tinggi pendidikan seseorang maka ia akan mudah menerima hal-hal baru dan mudah menyesuaikan dengan hal yang baru tersebut. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut . A.3.d. Pengalaman Berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin luas pengalamannya dan semakin tua seseorang maka akan semakin banyak pengalamannya. (Notoadmojo, 2007) B. PENYULUHAN Penekanan konsep penyuluhan kesehatan lebih pada upaya mengubah perilaku sasaran agar berperilaku sehat terutama pada aspek kognitif (pengetahuan dan pemahaman sasaran) sehingga pengetahuan sasaran penyuluhan telah sesuai dengan yang diharapkan oleh penyuluh kesehatan maka penyuluhan berikutnya akan dijalankan sesuai dengan program yang telah direncanakan. (Maulana, 2009). Penyuluhan merupakan upaya perubahan perilaku manusia yang dilakukan melalui pendekatan edukatif. Pendekatan edukatif diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang dilakukan secara sistemik-terencana-terarah, dengan peran serta aktif individu maupun kelompok atau masyarakat, untuk memecahkan masalah masyarakat dengan memperhitungkan faktor sosialekonomi-budaya setempat (Suharjo, 2003). Dalam hal penyuluhan di masyarakat sebagai pendekatan edukatif untuk menghasilkan perilaku, maka terjadi proses komunikasi antar provider dan masyarakat. Dari proses komunikasi ini ingin diciptakan masyarakat yang

mempunyai sikap mental dan kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya. (Rika, 2009) B.1. Tujuan Penyuluhan Tujuan penyuluhan kesehatan adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui tehnik praktik belajar dan instruksi dengan tujuan mengubah atau mempengaruhi perilaku manusia baik secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan nilai kesehatan sehingga dengan sadar mau mengubah perilakunya menjadi perilaku hidup sehat. (Muninjaya, 2004) Program penyuluhan gizi

biasanya dilakukan di Posyandu dengan pesertanya ibu-ibu yang berkunjung ke Posyandu ataupun ditempat lain yang memungkinkan. Materi yang diberikan merupakan materi dari pendidikan gizi yang dibutuhkan. Tujuan dilakukannya penyuluhan gizi diantaranya adalah: a. Terciptanya sikap positif terhadap gizi. b. Terbentuknya pengetahuan dan kecakapan memilih dan menggunakan sumber-sumber pangan. c. Timbuknya kebiasaan makan yang baik. d. Adanya motivasi untuk mengetahui lebih lanjut tentang hal-hal yang berkaitan dengan gizi. (Suharjo, 2003) B.2. Materi atau Pesan Materi atau pesan yang disampaikan kepada sasaran hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan dari individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, sehingga materi yang disampaikan dapat dirasakan langsung manfaatnya. Materi yang disampaikan sebaiknya menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, tidak terlalu sulit untuk dimengerti oleh sasaran, dalam penyampaian materi sebaiknya menggunakan metode dan media untuk mempermudah pemahaman dan untuk menarik perhatian sasaran (Effendy, 2003). B.3. Metode Penyuluhan dan Media Penyuluhan Menurut Notoatmodjo (2007), metode penyuluhan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal. Metode yang dikemukakan antara lain :

B.3.a. Metode penyuluhan perorangan (individual) Dalam penyuluhan kesehatan metode ini digunakan untuk membina perilaku baru atau seseorang yang telah mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakan pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Bentuk dari pendekatan ini antara lain : B.3.a.1. Bimbingan dan penyuluhan Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikoreksi dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien akan dengan sukarela, berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut. B.3.a.2. Wawancara Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum menerima perubahan, untuk mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi. B.3.b. Metode penyuluhan kelompok Dalam memilih metode penyuluhan kelompok harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan berbeda dengan kelompok kecil. Efektifitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran penyuluhan. Metode ini mencakup : B.3.b.1 Kelompok besar, yaitu apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok ini adalah ceramah dan seminar. a. Ceramah Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah adalah :

1. Persiapan Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi apa yang akan diceramahkan, untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri. Mempelajari materi dengan sistematika yang baik. Lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema dan mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran. 2. Pelaksanaan Kunci keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah dapat menguasai sasaran Untuk dapat menguasai sasaran penceramah dapat menunjukkan sikap dan penampilan yang meyakinkan. Tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah. Suara hendaknya cukup keras dan jelas. Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta. Berdiri di depan /dipertengahan, seyogianya tidak duduk dan menggunakan alat bantu lihat semaksimal mungkin. b. Seminar Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar deng pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu penyajian dari seseorang ahli atau beberapa orang ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan dianggap hangat di masyarakat. B.3.b.2 Kelompok kecil, yaitu apabila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang. Metode yang cocok untuk kelompok ini adalah diskusi kelompok, curah pendapat, bola salju, memainkan peranan, permainan simulasi. B.3.c. Metode penyuluhan massa Dalam metode ini penyampaian informasi ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau public. Oleh karena sasaran bersifat umum dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status ekonomi, tingkat pendidikan dan sebagainya, maka pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. Pada umumnya bentuk pendekatan masa ini tidak langsung, biasanya menggunakan media massa. Beberapa contoh dari metode ini adalah ceramah umum, pidato melalui media massa, simulasi, dialog antara pasien dan petugas kesehatan, sinetron, tulisan dimajalah atau koran, bill board yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dan sebagainya.

B.4.

Media Penyuluhan Media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan informasi

yang ingin disampaikan oleh komunikator sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan. Penyuluhan kesehatan tak dapat lepas dari media karena melalui media, pesan yang disampaikan dapat lebih menarik dan dipahami, sehingga sasaran dapat mempelajari pesan tersebut sehingga sampai memutuskan untuk mengadopsinya ke perilaku yang positif. Tujuan atau alasan mengapa media sangat diperlukan di dalam pelaksanaan penyuluhan kesehatan antara lain adalah : a. Media dapat mempermudah penyampaian informasi. b. Media dapat menghindari kesalahan persepsi. c. Media dapat memperjelas informasi. d. Media dapat mempermudah pengertian. e. Media dapat mengurangi komunikasi verbalistik. f. Media dapat menampilkan objek yang tidak dapat ditangkap dengan mata.

g. Media dapat memperlancar komunikasi. Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan kesehatan, media ini dibagi menjadi 3 yakni : B.4.a.`Media cetak Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Yang termasuk dalam media ini adalah booklet, leaflet, flyer (selebaran), flip chart (lembar balik), rubric atau tulisan pada surat kabar atau majalah, poster, foto yang mengungkapkan informasi kesehatan. Ada beberapa kelebihan media cetak antara lain tahan lama, mencakup banyak orang, biaya rendah, dapat dibawa kemana-mana, tidak perlu listrik, mempermudah pemahaman dan dapat meningkatkan gairah belajar. Media cetak memiliki kelemahan yaitu tidak dapat menstimulir efek gerak dan efek suara dan mudah terlipat.

B.4.b. Media elektronik Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar dan penyampaiannya melalui alat bantu elektronika. Yang termasuk dalam media ini adalah televisi, radio, video film, cassette, CD, VCD. Seperti halnya media cetak, media elektronik ini memiliki kelebihan antara lain lebih mudah dipahami, lebih menarik, sudah dikenal masyarakat, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajiannya dapat dikendalikan dan diulangulang serta jangkauannya lebih besar. Kelemahan dari media ini adalah biayanya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu listrik dan alat canggih untuk produksinya, perlu persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan berubah, perlu keterampilan penyimpanan dan keterampilan untuk mengoperasikannya. B.4.c. Media luar ruang Media menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa melalui media cetak maupun elektronik misalnya papan reklame, spanduk, pameran, banner dan televisi layar lebar. Kelebihan dari media ini adalah lebih mudah dipahami, lebih menarik, sebagai informasi umum dan hiburan, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajian dapat dikendalikan dan jangkauannya relatif besar. Kelemahan dari media ini adalah biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu alat canggih untuk produksinya, persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan berubah, memerlukan keterampilan penyimpanan dan keterampilan untuk mengoperasikannya. Media penyuluhan kesehatan yang baik adalah media yang mampu memberikan informasi atau pesan-pesan kesehatan yang sesuai dengan tingkat penerimaan sasaran, sehingga sasaran mau dan mampu untuk mengubah perilaku sesuai dengan pesan yang

disampaikan.(Notoadmojo, 2007) C. ASI EKSLUSIF ASI merupakan makanan yang pertama, utama dan terbaik bagi bayi, yang bersifat alamiah. Beberapa tahun terakhir, pemerintah Indonesia sudah melakukan kampanye pemberian Air Susu Ibu (ASI) eklusif yang dipelopori oleh World Health Organization (WHO). Dahulu pemberian ASI ekslusif berlangsung sampai bayi berusia 4 bulan, namun belakangan sangat dianjurkan agar ASI Ekslusif diberikan sampai anak berusia 6 bulan. Bahkan ASI dapat

diberikan hingga usia 2 tahun selama produksi ASI masih banyak atau ketika anak sudah tidak mau lagi minum ASI. (Nuhuda Firmansyah, 2012) Pemberian ASI secara Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim. Pemberian ASI secara eksklusif ini diberikan selama 6 bulan. Setelah 6 bulan, ia harus mulai diperkenalkan dengan makanan padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun (roesli, 2005). C.1. ASI Menurut Stadium Laktasi dan Komposisinya

C.1.a. Kolostrum (volume berkisar 150-300 ml/24 jam) Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresikan oleh kelenjar payudara, mengandung tissue debris dan residual material yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar payudara sebelum dan setelah masa puerperium. Kolostrum disekresikan oleh kelenjar payudara dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat. Kolostrum berupa cairan viscous kental dengan warna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan dengan susu yang matur. Kolostrum merupakan cairan pencahar yang idel untuk membersihkan mekoneum dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan yang akan datang. Kolostrum lebih banyak mengandung protein dibandingkan dengan ASI yang matur, tetapi berlainan dengan ASI yang matur pada kolostrum protein yang utama adalah globulin (gamma globulin). Kolostrum juga lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan dengan ASI yang matur, dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai umur 6 bulan. Kolostrum juga mengandung tripsin Inhibitor, sehingga hidrolisis protein di dalam usus bayi menjadi kurang sempurna. Hal ini akan lebih banyak menambah kadar antibodi pada bayi. Kolostrum memiliki kandungan karbohidrat dan lemak rendah jika dibandingkan dengan ASI yang matur. Mineral, terutama natrium, kalium, dan klorida lebih tinggi. Vitamin yang larut dalam lemak lebih tinggi dibandingkan kandungan ASI yang matur, namun vitamin yang larut dalam air dapat lebih tinggi atau lebih rendah. Lipidnya lebih banyak mengandung kolesterol dan lesitin dibandingkan dengan ASI matur dan PH kolostrum lebih Alkalis dibandingkan ASI yang matur.

C.1.b. Air susu masa peralihan Air Susu Masa Peralihan merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI yang matur. Air susu massa peralihan disekresikan dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi, tetapi ada pula pendapat yang mengatakan bahwa ASI matur baru terjadi pada minggu ketiga sampai minggu kelima.Air susu masa peralihan memiliki kadar protein yang makin merendah dari kolostrum sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin meninggi. Volume ASI pada masa ini juga meningkat dari pada periode sebelumnya. C.1.c. Air susu matur Air Susu Matur merupakan ASI yang disekresikan pada hari ke-10 dan seterusnya, komposisi relatif konstan. Pada ibu yang sehat dimana produksi ASI cukup, ASI ini merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. ASI matur merupakan suatu cairan berwarna putih kekuning-kuningan yang diakibatkan warna dari garam Ca-caseinat, riboflavin, dan karoten yang terdapat di dalamnya. Asi matur tidak akan menggumpal ketika dipanaskan.ASI matur mengandung faktor-faktor antimikroba seperti: 1. Antibodi terhadap bakteri dan virus. 2. Sel (fagosit granulosit dan makrofag dan limfosit tipe T) 3. Enzim (lisozim, laktoperoksidase, lipase, katalase, fosfatase, amilase, fosfodiesterase, alkalinfosfatase). 4. Protein (laktoferin, B12 binding protein). 5. Faktor resistensi terhadap stafilokokus. 6. Komplemen. 7. Interferon Producing Cell 8. Sifat biokimia yang khas, kapasitas buffer yang rendah dan adanya faktor bifidus. 9. Hormon-hormon.

Laktoferin merupakan suatu iron binding protein yang bersifat bakteriostatik kuat terhadap E. Coli dan juga menghambat pertumbuhan candida albicans. Lactobacilus bifidus merupakan kolon kuman yang memetabolisme laktosa menjadi asam laktat yang menyebabkan rendahnya pH sehingga pertumbuhan bakteri patogen akan dihambat. Immunoglobulin memberikan mekanisme pertahanan yang efektif terhadap bakteri dan virus (terutama IgA) dan bila bergabung dengan komplemen dan lisozim merupakan suatu antibakterial yang langsung terhadap E. Coli. Faktor lisozim dan komplemen ini adalah suatu antibakterial non spesifik yang mengatur pertumbuhan flora usus. Faktor leukosit dan pH ASI mempunyai pengaruh mencegah pertumbuhan kuman patogen (efek bakteriostatik dicapai pada pH sekitar 7,2). (soetjiningsih, 2012). C.2 C.2.a Manfaat ASI Ekslusif Keuntungan menyusui bagi bayi Berikut ini manfaat terpenting yang diperoleh oleh bayi dari ASI Eksklusif: C.2.a.1 ASI sebagai nutrisi Air adalah sumber gizi yang sangat ideal, berkomposisi seimbang, secara ilmiah disesuaikan dengan kebutuhan masa pertumbuhan bayi. ASI makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. ASI sebagai makanan tunggal akan mencukupi kebutuhan tumbuh kembang bayi hingga usia 6 bulan. Setelah usia 6 bulan, bayi harus mendapatkan makanan padat, tetapi pemberian ASI dapat terus dilanjutkan sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih (Danuatmadja, 2007). C.2.a.2 ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat zat kekebalan tubuh dari ibunya melalui ari-ari. Namun kadar zat ini akan menurun segera setelah bayi lahir. Badan bayi sendiri baru membuat zat kekebalan cukup banyak sehingga mencapai kadar protektif pada waktu berusia sekitar 9-12 bulan (Roesli, 2007). Bayi ASI Eksklusif ternyata akan lebih sehat dan lebih jarang sakit dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif. Anak yang sehat tentu akan lebih berkembang kepandaiannya dibanding anak yang sering sakit terutama sakitnya berat.

C.2.a.3 ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan Perkembangan kecerdasan anak sangat berkaitan erat dengan partumbuhan otak. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan otak anak adalah nutrisi yang diterima saat petumbuhan otak (Danuatmadja, 2007). Terdapat dua faktor penentu kecerdasan, yaitu: a. Faktor Genetik atau faktor bawaan menentukan potensi genetik atau bawaan yang diturunkan oleh orang tua. b. Faktor lingkungan adalah faktor yang menentukan potensi genetik akan dapat tercapai secara optimal. Secara garis besar terdapat tiga jenis kebutuhan untuk faktor lingkungan yaitu: 1. Kebutuhan untuk pertumbuhan fisik-otak (ASUH) 2. Kebutuhan untuk perkembangan emosional dan spiritual (ASIH), serta 3. Kebutuhan untuk perkembangan intelektual dan sosialisasi (ASAH). ASI Eksklusif meningkatkan kecerdasan. Dengan memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan akan menjamin tercapainya pengembangan potensi kecerdasan anak secara optimal. Nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi yang tidak ada atau sedikit sekali terdapat pada susu seri, antara lain: a. Taurin, yaitu suatu bentuk zat putih telur yang hanya terdapat di ASI b. Laktosa, merupakan hidrat arang utama dari ASI yang hanya sedikit sekali terdapat pada susu sapi. c. Asam lemak ikatan panjang (DHA, AA, omega-3, omega-6), merupakan asam lemak utama dari ASI yang hanya terdapat sedikit dalam susu sapi.

C.2.a.4 Melindungi anak dari serangan alergi. C.2.a.5 Membantu pembentukan rahang yang bagus. C.2.a.6 Menunjang perkembangan kepribadian, kecerdasan emosional, kematangan spiritual, dan hubungan sosial yang baik. (Roesli, 2005)

C.2.b. Keuntungan menyusui bayi bagi ibu Menyusui juga menguntungkan bagi ibu. Pelepasan oksitosin yang dipicu oleh menyusui mempercepat involusi uterus. Selain itu, penghisapan oleh bayi menekan siklus haid dengan menghambat sekresi LH dan FSH, mungkin dengan menghambat GnRH. Karena itu laktasi cenderung mencegah ovulasi, menurunkan kemungkinan kehamilan berikutnya (meskipun cara kontrasepsi yang handal). Mekanisme ini memungkinkan semua sumber daya ibu dicurahkan kepada bayinya dan bukan dibagikan dengan mudigah baru. (sherwood, 2011). Menyusui juga mempercepat berkurangnya berat badan ibu. Menyusui merupakan proses yang memerlukan energi maka tubuh akan mengambilnya dari lemak yang tertimbun selama hamil. Dengan demikian berat badan ibu yang menyusui akan lebih cepat kembali ke berat badan sebelum hamil. Pada ibu yang memberikan ASI Eklusif, umumnya kemungkinan menderita kanker payudara dan indung telur berkurang. Beberapa penelitian menunjukan bahwa menyusui akan mengurangi kemungkinan terjadinya kanker payudara. Pada umumnya bila semua wanita dapat melanjutkan menyusui sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih, diduga angka kejadian kanker payudara akan berkurang sampai sekitar 25%. Sedangkan resiko terkena kanker indung telur pada ibu menyusui berkurang 20-25%. (Maulita, 2009) C.2.c. Manfaat ASI bagi keluarga C.2.c.1.Aspek ekonomi Asi tidak perlu dibeli, sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain. Selain itu, penghematan juga disebabkan karena bayi yang mendapat ASI lebih jarang sakit sehingga mengurangi biaya berobat.

C.2.c.2.Aspek psikologis Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang, sehingga suasana kejiwaan ibu baik dan dapat mendapatkan hubungan kasih dalam keluarga.

C.2.c.3.Aspek kemudahan Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja dan kapan saja. Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol dan dot yang harus dibersihkan. Tidak perlu meminta tolong orang lain. C.2.d. Manfaat ASI bagi negara Pemberian ASI eklusif akan menghemat pengeluaran Negara karena hal-hal berikut: 1. Penghematan devisa untuk pemberian susu formula, perlengkapan menyusui, serta bayi menyiapkan susu. 2. Penghematan untuk biaya sakit terutama sakit muntah, mencret dan sakit saluran nafas. 3. Penghematan obat-obatan, tenaga dan sarana kesehatan. 4. Menciptakan generasi penerus bangsa yang berkualitas untuk membangun Negara. 5. Langkah awal untuk mengurangi bahkan menghindari kemungkinan terjadinya generasi yang hilang khususnya bagi Indonesia. (Resy Tesya Mulianda, 2010) C.3. Keunggulan ASI dibandingkan Susu Formula Perbandingan air susu ibu (ASI) dan susu formula memang terpaut jauh. Tidak diragukan lagi bahwa ASI menjadi sumber gizi sempurna bagi bayi ketimbang susu formula. Sayangnya, masih banyak ibu yang memilih menggunakan susu formula dengan berbagai alasan. Namun dengan perbandingan air susu ibu dan susu formula berikut ini, mungkin dapat mengubah pemikiran para ibu, termasuk untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya. ASI Susu Formula

Kaya DHA dan AA untuk pembentukan sel Kurang DHA, tidak ada kolesterol, tidak otak, mudah diserap usus bayi, kaya diserap secara sempurna

kolesterol, lemak

mengandung

enzim

pencerna

Mengandung lactoferin (baik untuk usus), Tidak ada lactoferin dan lisosim. Protein lisosim (enzim anti mikroba), kaya protein pembangun tubuh dan otaknya kurang pembangun tubuh dan otak Kaya laktosa (karbohidrat penting untuk Kurang laktosa dan oligosakarida bahkan

perkembangan otak) dan oligosakarida yang dalam beberapa susu formula tidak terkandung meningkatkan kesehatan usus di dalamnya

Kaya akan sel darah putih dan imunoglobulin Tidak ada sel darah putih atau sel lainnya, (untuk antibodi) sedikit imunoglobulin dan biasanya jenis yang salah Mengandung zat besi, zink dan kalsium, (besi Tidak diserap dengan baik, mengandung mampu diserap sekitar 50-75%), juga antioksidan

mengandung antioksidan Kaya enzim pencerna seperti lipase dan Kurang enzim dan hormon amilase. Kaya hormon seperti tiroid, prolaktin, oksitosin Rasa ASI sesuai dengan makanan yang Rasa sama dikonsumsi ibu Biaya murah dan praktis (melindacare, 2008) C.4. Cara Meletakan dan Cara Melekatkan Bayi Biayanya mahal

C.4.a. Tatalaksana memosisikan bayi 1. Letakan kepala bayi pada pertengahan lengan bawah ibu. Kemudian pegang bagian belakang dan bahu bayi. 2. Hadapkan seluruh badan bayi ke badan ibu. 3. Selanjutnya lekatkan dada bayi pada dada ibu. 4. Bayi datang dari arah bawah sehingga bayi menengadah, dagu bayi melekatkan pada payudara ibu. 5. Jauhkan hidung bayi dari payudara, kepala tidak terletak di siku ibu. 6. Bahu dan lengan ibu tidak tegang dan dalam posisi natural. C.4.b. Cara melekatkan Kemudian adapun cara melekatkan bayi yaitu muka bayi menengadah dan bayi melihat ibu. Dagu bayi menempel pada payudara ibu (chin to breast). Kemudian perut atau dada bayi menempel pada dada ibu (chest to chest). Seluruh badan bayi menghadap ke badan ibu. Telinga

bayi berada pada garis lurus dengan lengan bayi, leher bayi lurus pada dada ibu menopang bagian bahu dan belakang bayi. C.4.c. Posisi menyusui Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Diantaranya terdapat 6 posisi badan ibu dan bayi, yang terdiri dari: 1. Posisi cradle/madona 2. Posisi football/bawah lengan 3. Posisi double football/bawah lengan kanan dan kiri 4. Posisi cross cradle/ transisi 5. Posisi tidur miring 6. Posisi crisscross (Roesli, 2009) C.5. Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI Eksklusif

C.5.a. Frekuensi menyusui Berdasarkan penelitian frekuensi penyusuan direkomendasikan paling sedikit 8 kali perhari pada periode awal setelah melahirkan. C.5.b. Berat lahir Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memeliki kemampuan menghisap yang lebih rendag dibandingkan bayi yang lahir dengan berat badan normal (>2500 gram). Kemampuan menghisap ASI yang rendah ini meliputi frekuensi dan lama penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal yang akan mempengaruhi stimulus hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI. C.5.c. Umur kehamilan saat melahirkan Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi intake ASI. Hal ini disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu) sangat lemah dan tidak mampu

menghisap secara efektif sehingga produksi ASI lebih rendah daripada bayi yang lahir tidak prematur. C.5.d. Umur dan paritas Umur dan paritas kecil hubungannya dengan produksi ASI yang diukur sebagai intake bayi terhadap ASI. C.5.e. Stress dan penyakit akut Ibu yang cemas dan stress dapat memengaruhi produksi ASI karena menghambat pengeluaran ASI. Pengeluaran ASI akan berlangsung baik pada ibu yang merasa rileks dan nyaman. C.5.f. Konsumsi rokok Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu hormon prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin menghambat pelepasan oksitosin. C.5.g. Konsumsi alkohol Di dalam minuman alkohol terdapat etanol yang dapat menghambat produksi oksitosin. C.5.h. Pil kontrasepsi WHO merekomendasikan pil progestin untuk ibu menyusui yang menggunakan pil kontrasepsi. Karena pil kontrasepsi hanya mengandung progestin maka tidak berdampak terhadap volume ASI. (nugroho, 2011) C.5.i. Makanan ibu Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam menyusui tidak secara langsung memengaruhi mutu atapun jumlah air susu yang dihasilkan. Dalam tubuh, terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi, jika makanan ibu terus-menerus tidak mengandung cukup zat gizi yang diperlukan, tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar pembuat ASI tidak akan dapat bekerja dengan sempurna sehingga berpengaruh terhadap produksi ASI. Unsur gizi dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi yang

terdapat dalam 2 piring nasi ditambah 1 butir telur. Jadi, diperlukan energi yang sama dengan jumlah energi yang diberikan 1 piring nasi untuk membuat 1 liter ASI. Agar ibu menghasilkan 1 liter ASI yang berkualitas, diperlukan makanan tambahan di samping untuk keperluan diri ibu sendiri, yaitu sama dengan 3 piring nasi dan 1 butir telur. Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapat tambahan makanan, maka akan terjadi kemunduran dalam produksi ASI. Terlebih, jika pada masa kehamilan ibu, juga mengalami kekurangan gizi. Oleh karena itu, tambahan makanan bagi seseorang ibu yang sedang menyusui mutlak diperlukan. Di samping bahan makanan sumber protein, seperti ikan, telur dan kacang-kacangan, bahan makanan sumber vitamin juga diperlukan untuk menjamin kadar berbagai vitamin dalam ASI. C.6. Pemerahan ASI Para ibu yang kembali bekerja sering mulai menghentikan pemberian ASI karena harus berpisah dengan bayinya. Ibu-ibu tersebut sebenarnya dapat terus memberikan ASI dengan sukses dan eksklusif di dalam 6 bulan pertama, serta melanjutkan pemberian ASI sekurangkurangnya 2 tahun sekalipun harus bekerja. Seorang ibu dapat memilih untuk memerah ASI dengan berbagai cara: C.6.a. Pemerahan manual (memerah dengan tangan) C.6.b. Menggunakan pompa payudara C.6.c. Menggunakan metode botol yang dihangatkan C.6.a. Pemerahan manual Pemerahan manual merupakan metode yang paling sederahana untuk memerah ASI. Langkah-langkah yang dilakukan: 1. Cucilah tangan dan mangkuk penampung ASI sampai bersih. 2. Duduk dengan nyaman dan peganglah mangkuk tersebut di dekat payudara. 3. Taruhlah ibu jari tangan ibu pada payudara di sebelah atas areoola, sementara jari telunjuk diletakan di sebelah bawah areola dalam posisi yang berlawanan dengan posisi ibu jari tangan. Sanggahlah payudara dengan jari-jari tangan lainnya.

4. Tekanlah payudara dengan menggunakan ibu jari serta jari telunjuk pada dinding dada dan pada waktu yang bersamaan, ibu jari serta jari telunjuk tersebut memerah daerah areola dengan gerakan ke dalam dan saling mendekati. 5. Lakukan pemerahan ASI dengan gerakan menekan dan melepaskan secara kontinu sehingga terbentuk gerakan memerah yang berirama. 6. Lakukan penekanan areola dengan cara yang sama pada kedua sisinya untuk memastikan bahwa air susu akan terperah keluar dari semua sinus laktiferus. 7. Jika ibu merasa nyeri, teknik pemerahan tersebut masih belum benar. Pemerahan ASI tidak akan menimbulkan nyeri jika dilakukan dengan benar. 8. Hindari gerakan menggosok dan menggelincirkan jari-jari tangan pada permukaan kulit payudara. 9. Hindari perbuatan memijit puting. 10. Lakukan pemerahan salah satu payudara selama 3-5 menit sampai aliran susunya melambat, kemudian ganti dengan payudara yang satunya lagi. 11. Pemerahan ASI akan memakan waktu antara 20 dan 30 menit. C.6.b. Menggunakan pompa C.6.c. Metode botol hangat Adapun cara pemerahan ASI dengan menggunakan metode botol yang dihangatkan, terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut: 1. Carilah botol susu yang mulutnya lebar dengan ukuran yang setidak-tidaknya sama besar dengan lebar areola. 2. Botol tersebut harus dapat menampung 750 ml ASI. 3. Bersihkan botol dengan baik. 4. Tuangkan air mendidih ke dalam botol. 5. Setelah menjadi hangat, bungkuslah botol itu dengan kain dan buang airnya keluar. 6. Didinginkan leher botol dengan memegangnya di bawah air yang mengalir. 7. Periksalah kehangatan leher botol dengan bagian dalam lengan anda. Leher tersebut harus dingin. 8. Tempelkan mulut botol di daerah areola. 9. Air susu akan mengalir bebas ke dalam botol ketika botol itu menjadi dingin.

10. Proses ini dapat diulang untuk mendapatkan cukup ASI. C.7. Cara Menyimpan dan Menggunakan ASI Hasil Perahan. ASI hasil perahan dapat disimpan dengan aman di tempat sejuk, di luar lemari es selama waktu 8-10 jam atau di dalam lemari es selama 3 hari. ASI dapat disimpan di dalam freezer lemari es selama 3 bulan, atau di dalam peti pendingin (chest freezer) selama 6 bulan. Jika air susu harus dihangatkan dahulu sebelum diberikan kepada bayi, sebaiknya botol yang berisi susu itu diletakan di bawah aliran air hangat atau ditaruh dalam posisi tegak di dalam panci yang berisi hangat. ASI tidak boleh dipanaskan secara langsung atau ditaruh di dalam microwave. Karena zat gizi yang terkandung dalam ASI akan berkurang. (Gibney, 2009) C.8. Masalah Pemberian ASI Kegagalan pemberian ASI eksklusif akan menyebabkan kekurangan jumlah sel otak sebanyak 15% 20%, sehingga menghambat perkembangan kecerdasan bayi pada tahap selanjutnya. Ada beberapa masalah menyusui terkait dengan ibu yaitu : C.8.a. Pembengkakan payudara Pembengkakan payudara ialah respon payudara terhadap hormon-hormon laktasi dan adanya air susu. Payudara mambengkak dan menekan saluran air susu, sehingga bayi tidak memperoleh air susu. Rasa nyeri dapat menjalar ke aksila. Perawatan yang lebih baik dapat dilakukan dengan menggunakan es yang diletakkan di payudara. Es akan mengurangi pembengkakan,sehingga sejumlah air susu yang cukup dapat dikeluarkan untuk membuat areola menjadi lunak (Bobak, 2005). Payudara dapat menjadi sangat bengkak jika bayi tidak sering menyusu atau kurang efisien dalam mengisap selama beberapa hari pertama setelah ASI keluar. Payudara memang sedikit bengkak disaat sedang mulai menyusui, bengkak yang ekstrem menyebabkan pembengkakan dari duktus susu dalam payudara dan pembuluh daerah di area dada (Juwono, 2004). C.8.b. Puting yang luka Puting susu dapat terasa nyeri pada beberapa hari pertama. Puting yang luka dapat dicegah atau dibatasi dengan mengambil posisi yang benar dan dengan menghindari pembengkakan sebelum hal ini terjadi (Bobak, 2005)

C.8.c. Saluran yang tersumbat Kadang-kadang saluran air susu tersumbat, menimbulkan nyeri di payudara, yang terlihat bengkak dan panas. Saluran yang tersumbat ini dapat di sebabkan oleh pengosongan payudara yang tidak baik, pemakaian bra yang terlalu ketat, posisi menyusui yang tidak benar, atau selalu menggunakan posisi yang sama (Bobak, 2005). C.8.d. Affterpains Ibu yang menyusui dapat mengalami affterpains. Affterpains lebih sering terjadi pada ibu multipara daripada ibu primipara. Affterpains Ini dapat cukup kuat sehingga ibu merasa tidak nyaman dan ketegangannya dapat mengganggu proses pemberian makan pada bayi (Bobak, 2005). C.8.e. Persepsi tentang jumlah susu yang tidak adekuat Suplai air susu yang tidak cukup jarang menjadi masalah, karena isapan menstimulasi aliran susu dalam waktu cukup lama seharusnya dapat memberikan suplai susu dan jumlah besar (Bobak, 2005). C.8.f. Mastitis Mastitis merupakan suatu infeksi payudara yang disebabkan oleh bakteri dalam sisstem duktus. Mastitis menyebabkan bengkak, panas, dan nyeri, biasanya hanya pada satu payudara, dan juga menyebabkan ibu menyusui merasa demam dan sakit (Juwono, 2004). D. HIPOTESIS Terdapat hubungan antara pekerjaan, tingkat pendidikan formal ibu, tingkat pengetahuan ibu dan dukungan keluarga mengenai ASI ekslusif dengan sikap memberikan ASI ekslusif. E. KERANGKA TEORI Pengetahuan Ibu Pengalaman Sosial Budaya Tingkat Pendidikan Penyuluhan Evaluasi Terhadap Objek Sikap Ibu Perilaku

F. KERANGKA KONSEPTUAL Tingkat Pengetahuan Ibu Sikap Ibu Tingkat Pengetahuan Ibu Sikap Ibu

Penyuluhan ASI

Tingkat pendidikan Sosial Budaya Pengalaman

Rejeki, Sri. Studi Fenomenologi: Pengalaman Menyusui Eksklusif Ibu Bekerja di Wilayah Kendal Jawa Tengah. c2008. Available from: http://ejournal.undip.ac.id/index.php/medianers/article/viewFile/734/pdf .

Emilia, Rika Chandra. 2009. Pengaruh penyuluhan ASI Ekslusif Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Di Mukim Laura-E Kecamatan Simeulue Tengah Kabupaten Simeulue (NAD) Tahun 2008. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

Siregar, Mhd Arifin. 2004. Pemberian ASI Ekslusif dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Bagian gizi kesehatan masyarakat fakultas kesehatan masyarakat Universitas Sumatera Utara. Campbell dan stanley Effendy, O.U., 2003. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. PT. Citra Aditya Bakti Bandung. Azwar, Saifuddin. (2005). Sikap manusia: Teori dan pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. A.A. Gde Muninjaya. 2004. Manajemen Kesehatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC: Maulana HDJ. Promosi Kesehatan.Jakarta: EGC.2009:5.

2. Rusli M, Gondhoyoewono T. Pengaruh metode bermain terhadap penyuluhan

kesehatan gigi dan mulut ( the effect of role playing method to dental health

education ). Fakultas Kedokteran Gigi UI. 2003. Danuatmaja, Bonny, (2007). 40 hari pasca peersalinan, Jakarta : Puspa Swara

Anda mungkin juga menyukai