Anda di halaman 1dari 55

I. Pengantar Mekanika Fluida.

1.1. Pendahuluan
Pada saat mula pertama mempelajari Mekanika fluida akan timbul
pertanyaan dalam benak kita :
Apa yang disebut Mekanika Fluida ?
Mengapa kita harus mempelajarinya ?
Mengapa kita ingin mempelajarinya ?
Bagaimanan hubungannya dalam ilmu-ilmu yang kita pelajari maupun
kaitannya dengan kenyataan-kenyataan yang kita hadapi sehari-hari ?
1.2. Difinisi fluida :
Fluida adalah suatu zat atau substansi yang akan mengalami deformasi
berkesinambungan kalau terkena gaya geser ( Gaya tangensial ) walaupun
gaya tersebut kecil sekalipun.
Fluida adalah zat yang mampu mengalir dan dapat menyesuaikan diri dengan
menempati wadah yang ditempatinya.
Kedua sifat ini sangat berbeda dengan sifat zat padat yang kalau terkena gaya
geser dapat terjadi tetapi tidak berkesinambungan serta zat padat tidak mampu
menyesuaikan diri pada tempatnya.
1.3. Ruang lingkup mekanika fluida
Dengan menghayati mekanika fluida berarti kita mengetahui prinsip-
prinsip ataupun konsep-konsep dasar yang dipakai untuk menganalisa maupun
merancang suatu mesin maupun peralatan lainnya yang memakai fluida sebagai
Mp.stb.02
1
medium kerjanya . Beberapa contoh dibawah ini akan memperjelas maksud
uraian diatas, Bagaimana prinsip kerja dari pada mesin -mesin fluida seperti
halnya dengan kerja dari pada pompa air, kompressor, turbin air, turbin uap ,
mesin uap torak dan sebagainya ?
Mekanika fluida dapat menjawabnya.
Mengapa pesawat terbang dengan kecepatan tertentu dapat melayang diudara
meskipun bobotnya berton-ton ? Mengapa jet foil pada kecepatan tertentu dapat
terbanga diatas permukaan air laut meskipun bobotnya berton-ton ? Mekanika
fluida juga dapat menjawabnya.
1.4. Persamaan-persamaan dasar
Persamaan-persamaan dasar yang dapat dipakai untuk menganalisa
problema-problema mekanika fluida adalah :
1. Hukum kekekalan massa.( Conservation of mass/continuity equation )
2. Hukum gerakan kedua Newton.
3. Momen of momentum
4. Hukum I Thermodinamika
5. Hukum II Thermodinamika.
Tidak semua persamaan diatas harus dipakai bersamaan dalam memecahkan
persoalan tertentu dan tidak semua problema dapat dipecahkan secara analitis
melainkan harus dipecahkan secara experimental ( Percobaan )
1.5. Methoda analisis.
Untuk menganalisa ataupun memecahkan suatu persoalan, maka kita
terlebih dahulu menentukan system yang akan kita analisa. Didalam
Thermodinamika, kita mengenal sistem tertutup dan system terbuka.
1.5.1. Sistem dan Volume atur ( control volume).
System adalah sejumlah massa yang tetap dan teridentifikasikan . Batas system
membatasi system dari sekelilingnya. Batas system bisa jadi tetap ataupun
Mp.stb.02
2
bergerak tetapi tidak ada massa yang melintasinya. Pasangan piston silinder
seperti gambar 1.1 dibawah ini menunjukkan bahwa gas yang ada didalam
sylinder dapat dikatakan sebagai suatu sistem.
piston.
gas
Gambar 1.1. Pasangan piston silinder.
Batas system disini bisa diam maupun bisa bergerak tergantung pada
bergerak atau tidaknya piston.Pada pelajaran-pelajaran yang lain kita banyak
sekali menggunakan sistem pendekatan dalam memecahkan problema-
problema dengan menggunakan sistem benda bebas. Hal tersebut logis karena
kita berurusan deengan benda-benda kaku yang sudah jelas identitasnya.
Pada mekanika fluida , kita umumnya berurusan dengan aliran fluida
yang melalui peralatan-peralatan tertentu misalnya kompressor, pompa, turbin,
aliran dalam pipa, aliran melalui nozle dan sebagainya.
Oleh karena itu sangat sulit memfokuskan perhatian kita pada suatu
massa yang telah teridentifikasikan. Akan lebih enak kalau kita memfokuskan
perhatian kita pada suatu volume yang tetap disuatu ruangan dimana aliran
fluida melaluinya.
Cara penganalisaan yang demikian ini disebut penganalisaan dengan pen-
dekatan sistem volume atur. Volume atur (Control volume ) adalah sembarang
volume disatu ruang dimana aliran fluidanya melaluinya.
Mp.stb.02
3
1.5.2. PENDEKATAN DIFFERENTIAL & INTEGRAL
Hukum hukum dasar yang dipakai dalam pelajaran Mekanika fluida
dapat diformulasikan dalam bentuk system-system kecil dan volume-volume
atur. Per-samaan-persamaan yang dihasilkan akan lain bentuknya. Untuk
keadaan pertama akan menghasilkan bentuk persamaan-persamaan differential.
Untuk keadaan kedua , persamaan-persamaannya akan berbentuk persaamaan
global yaiutu persamaan-persamaan yang menunjukkan sifat global dari pada
aliran. Kedua pendekatan diatas penting dlam mempelajari mekanika fluida dan
keduanya akan kita kembangkan pemakaiannya.
Kalau kita memakai pendekatan differential dalam memecahkan
problema-problema gerakan fluida , maka kita akan dapatkan sifat-sifat detail
dari pada aliran.
1.5.3 Methoda diskripsi.
Bila seandainya kita dapat dengan mudah mengikuti jejak gerakan dari
suatu massa yang sudah teridentifikasikan maka kita dapat menggunakan
metoda diskripsi mengikuti partikel fluida tersebut. Metoda ini sering disebut
dengan metoda diskripsi Lagrange, misalnya penggunaan hukum Newton II
terhadap suatu partikel dari suatu massa tetap m . Secara Matematis Hkum
Newton II dapat ditulis sebagai berikut :
F m a .
1.1.
dimana :
F = Gaya-gaya luar yang bekerja pada system.
m = massa
a = Accelarasi atau percepatan dari pada titik
pusat massa sistem
Kita menyadari bahwa fluida terdiri dari sangat banyak partikel yang
gerakannya harus didiskripsikan. Mengikuti jejak dari suatu partikel merupakan
Mp.stb.02
4
kesulitan besar. Oleh karena itu kita mencari system diskripsi yang lain.Karena
kita lebih sering berurusan dengan analisis volume atur maka akan lebih mudah
dan enak kalau kita memakai diskripsi Euler.
Metoda diskripsi Euler memfokuskan perhatiannya pada property aliran
pada suatu titik yang telah diketahui sebagai fungsi dari waktu. Jadi metoda
diskripsi Euler menyatakan property aliran sebagai fungsi dari koordinat ruang
dan waktu. Metoda inilah yang seterusnya lebih banyak dipakai.
1.7. Dimensi dan satuan :
Istilah dimensi digunakan untuk menyatakan besaran yang dapat diukur.
Besaran tersebut meliputi panjang , waktu, kecepatan, dan lain sebagainya.
Didalam suatu system dimensi semua besaran yang dapat diukur tersebut
dibagai menjadi besaran primer dan besaran sekundair. Besaran primer adalah
sembarang skala pengukuran yang kita tetapkan. Besaran sekundair adalah
besaran-besaran yang dimensinya ditunjukkan dalam bentuk dimensi-dimensi
dari besaran primer.
1.7.1. Sistem Dimensi :
Kita mengenal tiga sistem dimensi dasar berdasarkan tiga cara untuk
menspecifikasikan dimensi-dimensi primer. Sistem-sistem tersebut
menggunakan dimensi-dimensi primer sebagai berikut :
1. Massa (m), panjang(L), waktu(t) dan temperatur (T)
2. Gaya (F), panjang (L) , waktu (t) dan temperatur (T)
3. Gaya (F), Massa (m), panjang(L) , waktu (t), dan temperatur (T).
Setiap persamaan-persamaan yang valid yang mengkaitkan persamaan-
persamaan fisik akan homoge secara dimensional, artinya setiap bentuk dalam
persamaan tersebut harus mempunyai dimensi yang sama. Kita ingat bahwa
Hukum Newton II ( F = m.a ), mengkaitkan empat dimensi, F,m,L dan t. Jadi
Mp.stb.02
5
pada sistem 1, Gaya F adalah dimensi sekundair dan konstanta proportionalnya
dari hukum Newton II tidak berdimensi.
Pada system 2, massa (m) adalah dimensi sekundair dan sekali lagi konstanta
proportionalnya tidak berdimensi.
Pada sistem 3, Gaya F dan massa (m) keduanya dipilih sebagai dimensi primer.
Untuk keadaan ini konstanta proportionalnya, gc berdimensi yang didalam
hukum II Newton ditulis : F =
m a
g
c
. .
.
Dimensi-dimensi dari gc akan menjadi gc =
m a
F
m
L
t
x
F
. .
.
2
1
untuk persamaan
yang homogen secara dimensional. Harga numerik dari konstanta proportional
tergantung dari satuan (unit) yang dipakai oleh dimensi-dimensi primer.
1.7.2. Sistem satuan
Kita mengenal lebih dari satu cara untuk memilih satuan dari pada setiap
dimensi primer.
1. mLtT sebagai satuan dimensi primer. Sistem International Units ( SI ) yang
merupakan pengembangan dari sistem Metric Traditional. Sistem satuan SI
memakai : Satuan massa, Kg, Satuan panjang (meter) satuan waktu ( detik )
dan satuan suhu adalah Kelfin (K).
Gaya F sebagai dimensi sekundair untuk sistem satuan ini adalah Newton
(N) yang didapat dari Hukum Newton II. sebagai berikut
N = 1 Kg. m/t
2
Untuk sistem satuan Absolut Metrik ( Absolut Metric System of Units) satuan
massa (gram), satuan panjang (Cm) dan satuan suhu (K) Kelvin. Satuan
Gaya sebagai dimensi sekundair (Dyne)
Dyne = 1gr.Cm/t
2
Mp.stb.02
6
2. FLtT: Didalam sistem satuan British Gravitational ( The British Gravitasional
system of unit ) , satuan gaya adalah pound (lbf), satuan panjang (ft ) satuan
waktu second (t) dan satuan suhu adalah Rankine (R). Karena massa adalah
satuan dimensi sekundair , satuan massa adalah slug yang didapat dari
hukum Newton II sebagai berikut :
1 slug = 1 Lbf.sec.
2
/ft.
3. FMLtT. : Didalam sistem satuan English Enginering( The English Enginering
system of Units ), satuan gaya adalah pound force (Lbf ) , satuan massa
adalah pound mass(Lbm), satuan panjang adalah foot (ft), satuan waktu
adalah second (t) dan satuan suhu adalah Rankine (R).
Karena massa dan Gaya keduanya dipilih sebagai satuan dimensi primer,
maka Hukum Newton II ditulis sebagai berikut :
F =
m a
g
c
. .
Yang dimaksud dengan gaya satu lb(Lbf ) adalah besarnya gaya yang
memberikan satu pound mass (Lbm) percepatan standar dari gravitasi bumi,
32 ft/t
2
Dari Huku Newton II kita lihat bahwa :
1lbf =
1 32 2
2
lbmx ft t
g
c
, /
sehingga gc =
32 2
2
, .
.
ft lbm
lbf t
Karena gaya lbf mengakselerasikan 1 lbm sebesar 32,2 ft/t
2
, hal ini berarti pula
gaya 1 lbf mengakselerasikan 32,2,lbm sebesar 1 ft/t
2
. Satu slug juga
diakselerasikan sebesar 1 ft/t
2
oleh gaya sebesar 1 lbf.
Jadi artinya 1 slug = 32,2 lbm.
1.7.3. System satuan yang banyak dipakai
Mp.stb.02
7
Dalam buku ini kita akan memakai sistem satuan SI maupun sistem British
Gravitasi dan bahkan kita juga memakai sistem English Engginering. Sistem
Satuan SI dan sistem British gravitasi lebih disenangi karena faktor
proportionalnya tidak berdimensi dan mempunyai harga satu (1). Sebagai
akibatnya Hukum Newton II dituliskan sebagai berikut :
F = m.a.
Pada sistem satuan tersebut, gaya gravitasi (berat ) dari sebuah massa m
menjadi W = m.g
Contoh soal : 1.
Density (rapat massa) air raksa diketahui 26,3 slug/cuft. Hitung berat specifik
didalam satuan lbf/cuft dibumi dan dibulan ( percepatan gravitasi dibulan 5,7 ft/t
2
)
Hitung volume specifik didalam satuan m
3
/kg. dan gravitasi specifik ( Specifik
gravity ) dari pada air raksa, bila diketahui :
Berat specifik = berat /volume = = .g
Volume specifik = 1/
Specifik gravity = S.G = massa/ air = massa/ air.
Penyelesaian :
Berat specifik di bumi = massa x g bumi =
= 26,3 slug/cuft x 32,2 ft/t
2
x lbf.t
2
/slug.ft.
= 847 lbf/cuft.
Berat specifik di bulan = massa x g bulan =
= 26,3 slug/cuft x 5,47 ft/t
2
x lbf.t
2
/slug.ft
= 144 lbf/cuft.
Volume specifik = v = 1/ =
=
cuft
slug
x
m
cuft
x
slug
lbm
x
lbm
kg 26 3
0 3048
32 2 0 4536
3
3
,
,
, ,
Mp.stb.02
8
= 7,37 x 10
-5
m
3
/kg.
Specifik Gravity ( S.G) =

massa
air


=
26 3
1 94
,
,
slug
cuft
x
cuft
slug

= 13,6
Catatan : Massa tidak tergantung dari akselerasi gravitasi dan oleh karenanya v
bumi = v bulan , dan SG di bumi = SG dibulan.
Maksud soal diatas adalah untuk mengingat kembali difinisi-difinisi density,
berat specifik, volume specifik dan specifik Gravity.
Contoh soal No.2 :
Diketahui : satuan tekanan pada sistem satuan SI adalah Pascal ( N/m
2
)
Hitung : Berapa besar tekanan tersebut dalam pounds force per square
inch ( psi )
Penyelesaian:1Pa=1
N
m
x
kg m
N t
x
lbm
kg
x
slug
lbm
x
lbf
t
x
slug ft
x
m
inch
x
ft
inch
2 2 2
0 454 32 2
1 0 0254
12
.
. , , .
,
= 1,45 x 10
-4
lbf/inch
2
jadi 1 Psi = 6,89 Kpa.
Mp.stb.02
9
2. KONSEP-KONSEP DASAR
2.1. FLUIDA SEBAGAI CONTINUM.
Semua fluida terdiri dari komposisi molekul-molekul dalam gerakan
konstan. Bagaimanapun juga didalam pelaksanaannya kita lebih berkepentingan
dengan pengaruh rata-rata atau pengaruh umum dari pada molekul-molekul
tersebut. Pengaruh atau akibat umum dari pada molekul-molekul tersebut dapat
kita amati dan dapaat juga kita ukur. Jadi kita memperlakukan sutau fluida
sebagai substansi atau zat yang dapat dipecah-pecah menjadi tak terhingga
banyaknya (sebagai continum) dan kita tidak berurusan dengan sifat setiap
molekul.
Konsep tentang kontinum adalah merupakan dasar dari mekanika fluida
klasik. Akibat dari pada asumsi bahwa suatu fluoda sebagai continum adalah
setiap property dari pada fluda terebut mempunyai harga tertentu pada setiap
titk di ruang. Jadi property-property fluida seperti misalnya density, suhu,
kecepatan dan sebagainya merupakan fungsi dari letak atau posisi dan waktu.
Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :
( ) t z y x , , ,
2.2. Medan Kecepatan .
Asumsi fluida sebagai continum memberikan gambaran kepada kta
bahwa property merupakan fungsi dari pada letak atau posisi dan waktu
Untuk medan kecepatan dapat ditulis :
( ) t z y x V V , , ,
Bila property-property fluida di suatu titik didalam medan aliran tidak
berubah menurut waktu, aliran tersebut disebut dengan aliran steady atau aliran
stationer. Secara matematis dapat ditulis :
Mp.stb.02
10
0

Dimana :

adalah property fluida.


0

atau
( ) z y x , ,
Dan
0

t
V
atau
( ) z y x V V , ,
Jadi pada aliran steady, property dari pada aliran bisa berubah dari titk
satu ketitik lainnya di medan aliran, tetapi property tersebut harus tetap
besarnya dititik yang sama di setiap titik.
2.2.1. DIMENSI ALIRAN.
Yang dimaksud dengan dimensi aliran adalah banyaknya koordinat
ruang yang diperlukan untuk menspecifikasikan medan kecepatannya. Macam-
macam alian menurut dimensinya adalah aliran satu dimensi, aliran dua dimensi
dan aliran tiga dimensi.
Aliran satu dimensi memerlukan satu koordinat ruang untuk
menspecifikasikan medan kecepatannya, sedangkan aliran dua atau tiga
dimensi memerlukan dua dan tiga koordinat ruang.
Gambar contoh aliran satu dimensi.
Persamaan :
1
1
]
1

,
_


2
max
1
R
r
u u
Aliran yang medan kecepatannya berubah ke segala arah disebut aliran tiga
dimensi dan pada kenyataannya secara umum aliran tersebut tiga dimensi.
Mp.stb.02
11
Aliran dikatakan uniform pada suatu penampang bila kecepatan aliran tersebut
sama besarnya di seluruh permukaan penampang dan penampang tersebut
tegak lurus terhadap arah aliran.
Istilah medan aliran uniform dimaksudkan untuk menyatakan suatu aliran
yang besar dan arah vektor kecepatannya adalah konstant, tidak tergantung dari
koordinat-koordinat ruang diseluruh medan kecepatan.
2.2.2. PATHLINES, STREAK LINES DAN STREAM LINES.
Didalam menganalisa problema-problema Mekanika fluida, sering kali
akan sangat berfaedah kalay kita terlebih dahulu mendapatkan gambaran visual
dari pada medan kecepatan yang dilengkapi dengan pathlines, streak lines, dan
stream lines.
Path lines adalah jalan yang merupakan jejak yang dibuat oleh suatu
pertikel yang bergerak. Untuk mendapatkan suatu path line, kita identifikasikan
sebuah partikel fluida yang bergerak pada suatu saat tertentu, misalnya dengan
menggunakan setitik zat warna yang kita masukkan kedalam aliran fluida dan
selanjutnya kita ikuti jejak yang ditempuh oleh zat warna tersebut. Garis yang
merupakan jejak dari zat warna tersebut adalah path line.
Sebaliknya kalau kita secara beruntun meneteskan zat zat warna ke-
dalam suatu aliran maka zat-zat warna yang fungsinya sebagai pengganti
partikel fluida tersebut yang mengalir secara beruntun dihubungkan satu dengan
lainnya dengan sebuah garis, maka garis tersebut disebut dengan streak lines.
Stream lines adalah garis-garis yang dibuat sedemikian rupa didalam
medan kecepatan, sehingga setiap saat garis-garis tersebut akan searah
dengan arah aliran di setiap titik di medan kecepatan tersebut. Karena arah dari
pada stream lines selalu sama dengan arah vektor-vektor kecepatan di setiap
titik di medan kecepatan, maka tidak ada aliran yang memotong stream laine
tersebut.
Pada aliran steady (stationer), path lines, streak lines dan stream lines
merupakan garis garis identik (sama ) didalam medan kecepatan. Bila aliran
Mp.stb.02
12
tidak stationer, path lines, streak lines dan stream lines merupakan garis-garis
yang berbeda atau garis-garis yang tidak berimpit.
Contoh soal :
1. Sesuah medan kecepatan diberikan sebagai :
bj i ay V + .
; satuan kecepatan m/det dan y dalam meter.
a = 2 det
-1
dan b = 1 m/det
a. Apakah medan aliran aliran satu, dua atau tiga dimensi?
b. Hitung komponen-komponen kecepatan u,v,w pada titik ( 1,2,0)
c. Tentukan slope dari pada stream line melalui titik ( 1,2,0)
Diketahui :
Medan kecepatan :
bj i ay V + .
; satuan kecepatan m/det dan y dalam meter.
a = 2 det
-1
dan b = 1 m/det
Dapatkan :
a. Dimensi medan aliran.
b. u,v,w dititik yang telah ditentukan.
c. Slope dari pada stream line dititik (1,2,0).
Penyelesaian :
a. Suatu aliran diklasifikasikan sebagai satu, dua atau tiga dimensi tergantung
dari banyaknya koordinat ruang yang dibutuhkan untuk menspecifikan medan
kecepatannya. Jadi, karena medan kecepatannya yang ada hanya fungsi dari y (
satu koordinat ruang ) maka medan aliran adalah satu dimensi.
b. Medan kecepatan :
w k v j u i V .

+ +
Karena
bj i ay V + .
Maka :
u = ay.
v = b dan w = 0
Pada titik ( 1,2,0) maka U = 4 m/det. Dan V = 1 m/det ; dan W = 0
Mp.stb.02
13
c. Stream line adalah garis garis yang ditarik didalam medan aliran sedemikian
rupa sehingga searah dengan arah aliran di setiap titik di medan kecepatan.
Oleh karena itu , slope dari pada stream line pada titik ( 1,2,0) tentu searah
dengan vektor kecepatan di titik ( 1,2,0)
Maksud dari problema ini adalah untuk menggambarkan :
1. Specifikasi dari medan kecepatan.
2. definisi sari pada stream line.
2.3. Medan tegangan.
Tegangan atau stress yang bekerja pada suatu media adalah akibat
gaya-gaya yang bekerja padabeberapa bagian dari pada media tersebut.
Gaya dan luasan kedua-duanya merupakan besaran-besaran vektor, oleh
karena itu kita bisa mengantisipasikan bahwa medan stress akan bukan
merupakan medan vektor. Kita akan memperhatikan bahwa diperlukan sembilan
besaran untuk menspecifikasikan keaaan strees didalam suatu fluida.
2.3.1. Gaya Permukaan dan gaya body.
Gaya-gaya permukaan ( surface force ) adalah gaya-gaya yang bekerja
pada sisi-sisi (boundaries) dari pada media melalui kontak langsung. Sedangkan
gaya body (body force) dapat diuraikan bahwa gaya-gaya yang terjadi tanpa
kontak fisik dan terdistribusi pada keseluruhan volume dari pada fluida Gaya
berat dan gaya elektromagnetik adalah contoh-contoh dari pada gaya-gaya body
yang bekerja pada suatu fluida . Gaya gravitasi yang bekerja pada elemen fluida
dv adalah .g.dv dimana g adalah percepatan gravitasi.
2.4. Fluida Newton : KEKENTALAN (VISKOSITAS )
2.4.1. Fluida Newton.
Fluida Newton adalah suatu fluida dimana tegangan geser yang terjadi
padanya berbanding langsung dengan kecepatan deformasinya. Air , udara,
gasoline pada kondisi yang normal mendekati sifat fluida Newton atau boleh
dikatakan sebagai fluida Newtonion.
Mp.stb.02
14
Fluida Non Newtonian adalah fluida yang tegangan geser ayng terjadi tidak
berbanding langsung dengan kecepatan deformasinya. Dua contoh yang familiar
dari fluida Non Newtionian adalah pasta gigi dan cat lucite. Pasta gigi akan
bersifat sebagai fluida bila sedang dipejet keluar dari tabungnya dan
bagaimanapun juga dia tidak akan keluar dengan sendirinya bila tutupnya
dibuka. Sedang sifat dari pada cat lucite adfalah dia kental kalau dalam kaleng
dan akan encer bila disikatkan dengan kuas.
2.1. Viskositas.
Viskositas atau kekentalan adalah sifat yang menentukan besar daya
tahannya fluida terhadap gaya geser. Kekentalan terutama diakibatkan oleh
saling mempengaruhi antar molekul-molekul fluida . Perhatikan sifat dari suatu
elemen fluida diantara pelat-pelat datar didalam gambar dibawah. Pelat atas
bergerak dengan kecepatan konstant u, atas pengaruh gaya Fx, yang
konstant.
Tegangan Geser

yx
x
y
F
A
df
dA
lim
dimana dA , luasan elemen fluida yang kontak dengan pelat.
Dalam waktu dt , akan mengalami deformasi dari posisi MNOP ke posisi MNOP
. Kecepatan deformasinya adalah


Mp.stb.02
15
Gambar.1.2.Deformasi dari elemen fluida.
Kecepatan deformasi =
lim

t t
d
dt

0
Fluida adalah Newton bila


yx
d
dt

l adalah jarak dari M-M


dl = du.dt
Untuk sudut yang sangat kecil , maka dl = dy.d
sehingga
du.dt = dy.d atau
du
dy
d
dt


dengan mengambil limit dari pada kedua sisi dan fluida tersebut adalah fluida
Newton , maka :

yx
du
dy

Tegangan geser ini bekerja pada bidang yang tegak lurus sumbu y
Mp.stb.02
16
Sekarang kita perhatikan dua buah fluida Newon yang berbeda , katakanlah
glyserin dan air, maka akan kita ketahui bahwa besardeformasi masing-masing
akan berbeda pada saat menerima tegangan geser yang sama besarnya.
Glyserin memperlihatkan jauh lebih besar kebebanan untuk berdeformasi
dibanding dengan air. Selanjutnya kita katakan bahwa glyserin jauh lebih kental
dibanding dengan air. Konstanta proportionalnya pada persamaan dibawah
adalah viskositas absolut atau viskositas dinamis ( ). Jadi menurut hukum
viskositas Newton

yx
du
dy

Satuan Viskositas : = F/L


2
u = kecepatan= L/t
y = jarak antar plate = L
jadi satuan viskositas =
.dy
du
=
F
L
Lxt
L
2

dan karena F = M.L/t
2
, sehingga satuan viskositas sekarang menjadi

ML
L t
L t
L
M
L t
2 2
.
. .
= Kgram/m.dt.
Satuan Viskositas menurut sistem British gravitasi adalah Lbf.sec/ft
2
atau
slug/ft.sec. Pada absolut metric system , satuan dasar viskositas disebut poise
dimana 1 poise = gram/Cm.detik. Dalam satuan SI sistem satuan viskositas
adalah kg/Cm.detik. atau Pa.detik (N.Sec/m
2
)
Viskositas kinematis = = / yang satuannya adalah L
2
/detik, yang didalam
metric system, satuan viskositas kinematis adalah stoke ( 1 stoke = 1Cm
2
/detik)
Mp.stb.02
17
Contoh Soal 3.:
Sebuah pelat bergerak diatas pelat yang lain pada suatu lapisan cairan dengan
data -data : Viskositas cairan = 0,65senti poise dan SG 0,88
Hitung : a. Viskositas absolut cairan dalam satuan lbf.sec/ft
2
b. Viskositas kinematis cairan dalam satuan m
2
/sec.
2.5. Diskripsi dan klasifikasi gerakan fluida
2.5.1. Aliran Viscous dan inviscous.
Pada dasarnya , continum mekanika fluida dibagi menjadi dua definisi
utama yaitu menjadi aliran viscous dan aliran inviscid. Untuk aliran inviscid,
viskositas fluida , = 0 , jelas bahwa aliran yang demikian tidak ada tetapi
banyak problema-problema mekanika fluida dapat dipecakan dengan mengambil
asumsi bahwa aliran yang bersangkutan adalah aliran inviscid dengan hasil
analisis yang cukup berarti.
Aliran incompressible adalah aliran dimana variasi atau perubahan
deensitynya sepanjang medan aliran adalah kecil atau relative tidak berarti.
Sebliknya bilaa variasi deensity relative lebih besar maka aliran tersebut disebut
dengan aliran compressible.
Mp.stb.02
Continum mek.fluida
Viscous
Inviscous ( = 0 )
Incom
p
Comprs
Laminair Turbulent
Comp Incompr
18
Aliran fluida incompresible selalu bersifat incompresible dan aliran fluida
compresible bisa jadi bersifat compresible maupun incompresible. Misalnya
aliran udara pada kecepatan tinggi merupakan aliran compresible sedangkan
aliran udara ataupun aliran gas pada kecepatan rendah bersifat incompresible.
Untuk aliran fluida viscous , kecepatannya tepat diatas suatu permukaan padat
yang tidak bergerak adalah nol. Atau untuk fluida viscous tidak terjadi slip pada
tempatnya mengalir. Sampai ketebalan tertentu dari permukaan tempat mengalir
terjadi gradiasi kecepatan sampai pada suatu titik tertentu dimana kecepatan
disitu sama dengan kecepatan aliran bebas.
Tempat kedudukan titik-titik yang mempunyai kecepatan yang sama
dengan kecepatan aliran bebas disebut dengan lapisan batas (boundary layer)
seperti terlihat pada gambar dibawah :
Akibat dari pada gradiasi kecepatan didalam boundary layer terjadi tegangan
geser pada bidang datar. Untuk aliran satu dimensi dan laminer, tegangan geser
yang terjadi diberikan dengan persamaan sebagai berikut :
dy
du
yx
.
Pada gambar selanjutnya diperliatkan gambar kuantitatif dari pada aliran pada
suatu silinder.
Aliran fluida bisa mantap atau tak mantap, merata atau tak merata, laminer atau
turbulent, satu dimensi, dua dimensi atau tiga dimensi dan rotational atau tak
rotational.
Aliran satu dimensi yang sesungguhnya dari suatu fluida tak kompressible
terjadi bila arah dan besar kecepatannya disemua titik sama. Akan tetapi
analisis aliran satu dimensi bisa diterima bila dimensi tunggalnya ditentikan
disepanjang garis arus tengah dari aliran dan bila kecepatan dan percepatan
yang tegak lurus pada garis arus tersebut dapat diabaikan. Dalam hal seperti
itu , harga rata-rata dari kecepatan, percepatan dan ketinggian dianggap
menyatakan aliran sebagai suatu keseluruhan dan penyimpangan-
penyimpangan kecil bisa diabaikan. Misalnya aliran dlam pipa melengkung
Mp.stb.02
19
dianalisa dengan menggunakan prinsip-prinsip aliran satu dimensi tanpa melihat
kenyataan bahwa susunannya berbentuk tiga dimensi dan bahwa kecepatannya
berubah-rubah melewati setiap irisan penampang yang tegak lurus ke aliran.
Aliran dua dimensi terjadi bila partikel-partikel fluida bergerak dalam bidang-
bidang atau bidang yang sejajar dan pola-pola garisnya sama disetiap bidang.
Untuk suatu fluida Ideal dimana tak ada tegangan geser yang terjadi dan
karenanya tidak ada torsi, gerakan rotational dari partikel-partikel fluida di
sekitar titik pusat massanya sendiri tidak dapat terjadi. Aliran ideal seperti yang
dapat dinyatakan oleh suatu jaring (garis) aliran, disebut aliran tak rational.
2.2.1. Aliran mantap :
Aliran mantap terjadi bila disembarang titik, kecepatan partikel-partikel
fluida yang berurutan sama, pada jangka waktu yang berurutan. Jadi
kecepatannya tetap terhadap waktu atau v/dt = 0 , tetapi bisa berubah-rubah
pada titik-titik yang berbeda atau terhadap jarak. Pernyataan ini memberi kesan
bahwa variable-variable fluida lainnya tidak akan berubah bersama waktu atau
p/dt = 0, /dt = 0 dan Q/dt = 0, dan seterusnya. Kebanyakan soal-soal alira
fluida , tehnik yang praktis meliputi keadaan yang mantap. Misalnya jalur-jalur
pipa yang mengalirkan cairan pada keadaan head yang tetap atau mulut sempit
(orifice) yang mengalir pada head-head tetap, menggambarkan aliran mantap.
Aliran-aliran tersebut bisa merata atau tak merata.
2.2.2. Aliran merata
Aliran merata terjadi bila besar dan arah kecepatanya tidak berubah-
rubah dari titik ketitik dalam fluida didalam fluida atau V/ds = 0. Pernyataan ini
menyatakan bahwa variable-variable fluida lainnya tidak berubah bersama jarak
atau y/ds = 0, /ds = 0, p/ds = 0 dan seterusnya. Aliran cairan dibawah
tekanan melalui jalur-jalur pipa yang panjang garis tengah tetap adalah aliran
merata baik aliran itu mantap atau tidak mantap. Aliran tak merata terjadi bila
Mp.stb.02
20
kecepatannya , kedalaman, tekanan dan seterusnya berubah dari titik ke titik
dalam aliran fluida tersebut.
2.2.3. Aliran Laminer dan turbulent.
Aliran viscous diklasifikasikan menjadi aliran laminer dan aliran turbulent.
Aliran Laminer adalah aliran dimana struktur alirannya terdiri dari gerakan
partikel-partikel fluida yang berlapis-lapis. Sedangkan struktur dari pada aliran
turbulent terdiri dari pada partikel-partikel fluida yang berujud random, tiga
dimensi, tambahan lagi partikel-partike yang bergerak tersebut saling mengisi
pada badan aliran.
Aliran apakah laminer atau turbulent sangat dipengaruhi oleh property aliran itu
sendiri misalnya kecepatan aliran, density, viskositas, diameter saluran maupun
jarak aliran dari ujung sentuh permukaan. Untuk aliran dalam pipa, laminer atau
turbulen ditentukan oleh bilangan Reynold
Re
. .

V d
dimana : Re = Bilangan Reynold.
= Density.
d = diameter dalam pipa saluran.
= Viskositas cairan
Apabila Bilangan Re < 2300 disebut aliran laminer.
Apablia Bilangan Re > 2300 disebut aliran turbulent.
Meskipun pada Re = 2300 terjadi suatu aliran transisi dari laminer dan turbulent
tetapi realita pernyataan tersebut belum tentu benar sebab banyak hal-hal lain
yang berpengaruh seperi misalnya gangguan terjadi pada aliran akibat
kekasaran pipa dan lain sebagainya.
2.2.4. Aliran Compressible dan incompresible
Didepan sudah dijelaskan bahwa aliran incompressible adalah aliran
dimana variasi density dapat diabaikan. Sebaliknya adalah aliran compressible.
Mp.stb.02
21
Gas maupu udara bisa jadi membentuk aliran incompressible pada kecepatan
rendah relative terhadap kecepatan suara didalam fluida tersebut
M =
V
C
dimana M = Angka Match ( Mutch Number )
V = Kecepatan aliran.
C = Kecepatan suara.
Apabila M lebih kecil dari 0,3 perubahan density hanya sekitar 2 % dari harga
utamanya. Jadi untuk gas ataupun udara mengalir dengan kecepatan M lebih
kecil dari 0,3 dapat diberlakukan sebagai aliran incompressible, harga M = 0,3
didalam udara standard sama dengan kecepatan sekitar 100 m/dt.
Aliran Compressible lebih sering terjadi pada aplikasi enginering, misalnya
aliran udara tekan untuk power shop tools dan lain sebagainya.
Mp.stb.02
22
Bab III
Sifat-sifat termodinamika dari zat.
3.1.Sifat-sifat Zat.
Beberapa sifat seperti tekanan, suhu, volume dan energi diperlukan untuk
menjelaskan keadaan dari zat.. Sifat yang tergantung massa zat, seperi volume
dan energi disebut sifat ektensif. Sedangkan sifat yang tidak dipengaruhi oleh
masa zat, seperti tekanan, dan suhu disebut sifat Intensif. Bila sifat ektensif
dibagi dengan massa zat tersebut, maka didapat keadaan specifik. Jadi sifat
ektensif mempunyai harga specifik.
3.2. Sifat-Sifat Penting dalam Termodinamika.
Sifat-sifat penting dalam termodinamika antara lain :
Tekanan dinotasikan ( P ) dengan satuan ( bar, pa, N/m
2
). Atau psi
( lbf/inc
2
). Tekanan didefinisikan sebagai gaya yang bekerja pada
satuan luasan
A
F
P
Keterangan :
P : Tekanan
F : Gaya, N ( Newton).
A : Luasan , ( m
2
).
Temperatur ( suhu ) diberi simbol ( T ) dengan satuan Kelfin atau
Rankine didefiniskan sebagai ukuran panas atau dinginnya suatu
benda secara relatif dapaat diketahui dengan cara pengukuran.
Alat yang digunakan untuk mengukur suhu tersebut adalah
termometer.
Volume diberi simbol ( V ) dengan satuan m
3
, atau cuft (ft
3
) .
Volume termasuk sifat ektensif, dan volume dapat menjelaskan
tentang adanya kerja dalam sistem tersebut.
Mp.stb.02
23
Volume sistem . Volume sistem yang bertambah besar, berarti
sistem menghasilkan kerja ( kerja positip ) , sedangkan volume
yang mengecil menyatakan bahwa sistem tersebut membutuhkan
kerja.Jika volume tidak berubah berarti menunjukan kerjanya sama
dengan Nol.
Volume specifik :
yaitu volume setiap kg massa secara matematis , volume specifik
dinyatakan sebagai :

,
_

kg
m
m
V
v
3
,
Massa jenis diberi simbol
Massa jenis didefinisikan sebagai massa suatu zat kerja setiap 1 m
3
pada tekanan 1 bar.
Energi dalam , yang diberi simbol (U) dengan satuan Kj, atau BTU
Energi dalam merupakan penjumlahan energi-energi didalam suatu
partikel ( seperti energi kinetik, getaran, potensial dan lain-lain ).
Energi dalam dipengaruhi oleh besarnya suhu
Energi dalam specifik diartikan sebagai energi dalam persatuan
massa yang dinyatakan dalam

,
_

kg
Kj
m
U
u ,
Enthalpy diberi simbol H dengan satuan ( Kj )
Enthalpy adalah energi panas total yang merupakan jumlah energi
dalam dan energi luar ( Pv ) yang disebabkan karena tekanan dan
volume sehingga dapat didnyatakan dalam bentuk persamaan
sebagai berikut :
H = U + P.v
Enthalpy specifik :

,
_

kg
Kj
m
H
h ,
Mp.stb.02
24
Kualitas uap atau kadar kekeringan uap air diberi simbol (x) yaitu
kandungan uap kering didalam uap campuran (basah)
Kapasitas panas specifik yang diberi simbol ( C ).
Kapasitas specifik yaitu jumlah panas yang dipindahkan oleh 1 kg
zat dengan perubahan temperatur 1 derajat yang diberi satuan
Kj/Kg.K
Bila perubahan berlangsung pada tekanan tetap, diberi simbol Cp,
jika perubahan berlangsung pada volume tetap diberi simbol Cv.
Kapasitas panas suatu gas dipengaruhi oleh kenaikan suhu.
Konstanta gas diberi simbol ( R ) dengan satuan Kj/Kg.K adalah
merupakan pengurangan Cp dengan Cv.
Konstanta gas Universal adalah konstanta gas secara umum
digunakan oleh semua gas diberi simbol Ru dengan satuan
Kj/kgmol.K.
Hubungan antara Konstanta gas universal deengan Konstanta gas
khusus sebagai berikut :
xM R R
u
.
Keterangan M = Berat mol gas khusus
Ru = 8.314 Kj/kgmol.K.
Kerja yang diberi simbol W dengan satuan Kj.
Kerja dapat diartikan sebagai perkalian gaya dengan jarak.
Kerja specifik
kg
kj
m
W
w ,
, Kerja disebut positip jika sistem
membutuhkan kerja dari luar.
Energi atau panas yang diberi simbol Q dengan satuan Kj yaitu
kemampuan untuk melakukan kerja. Panas yang dalam satuan
panas persatuan massa disebut panas specifik.
1.3. Sifat-sifat Uap.
Uap panas ini diperoleh dari pemanasan air pada tekanan tertentu sampai
air berubah fasenya menjadi uap. Perubahan fase tidak menyebabkan
perubahan suhu atau dikatakan bahwa suhunya tidak naik ketika proses
Mp.stb.02
25
terjadi.Uap pada suhu penguapan ini disebut uap pada suhu saturated, sedang
pada kondisi cair disebut cair saturated ( Saturated liquid ). Cara untuk
menghasilkan tabel-tabel uap dapat dijelaskan dengan meneliti urutan kejadian
pada peristiwa pemanasan terhadap satu satuan massa air pada tekanan tetap.
Peralatan yang dipakaai seperi terlihat pada gambar 1. Bila cairan bertekanan
dipanaskan, maka suhu T akan naik, dan volume specifik v juga akan naik
sampai temperaatur jenuh cairan dimana cairan tersebut mulai menguap dan
berubah dari fase cair menjadi fase uap.
Anggap 1 kg air pada suhu 0 C dimasukkan kedalam silinder piston yang
tersusun seperti gambar 1. Piston dan beban menjaga tekanan di dalam silinder
supaya tetap sebesar 1 atmosfer (1,033 kg/cm
2
).
Jika air didalam silinder tersebut dipanaskan, suhunya akan naik terus
menerus sampai mencapai titik didihnya. Titik didih air pada tekanan 1 atmosfer
adalah 100 C, tetapi titik didih tersebut akan naik jika tekanan didalam silinder
berada diatas 1 atmosfer.
Jika titik didih sudah dicapainya dan suhu tidak berubah pada tekanan
yang tetap konstan, maka menguaplah air didalam silinder dan mendorong
piston keatas sebagai akibat terjadinya ekspansi karena berubahnya air menjadi
uap. Dengan demikian dapat dikatakan pula bahwa volume spesifik (specific
volume) uap naik sebagaimana ditunjukkan dalam gambar 1.b
Suhu pada saat mana air mendidih atau terjadi penguapan pada tekanan
yang diberikan dikenal sebagai saturation temperature (suhu jenuh), dan
tekanannya dikenal sebagai saturation pressure (tekanan jenuh).
Panas yang diserap oleh air dari titik beku sampai titik didihnya, yakni dari
0 C sampai 100 C dikenal sebagai sensible heat of liquid (panas sensibel
cairan). Ia juga diketahui sebagai total heat of water. Pada tingkatan ini air tidak
berubah menjadi uap secara keseluruhan, tetapi masih ada beberapa partikel air
dalam bentuk suspensi sebagaimana ditunjukkan pada gambar 1.b. Dengan
demikian uap air yang terbentuk disebut wet steam (uap basah).
Mp.stb.02
26
Panas yang dibutuhkan untuk merubah air pada titik didihnya menjadi uap
dikenal sebagai latent heat of vaporation (panas laten penguapan).
Sebagaimana panas laten yang belum diserap secara keseluruhan, maka uap
yang terbentuk belum dapat dikatakan sebagai uap kering. Perbandingan berat
uap air yang sebenarnya (uap kering) terhadap berat uap basah pada suhu dan
tekanan jenuhnya dikenal sebagai dryness fraction of steam (fraksi kekeringan
uap).
Jika uap basah dipanaskan lebih lanjut pada suhu jenuhnya,maka partikel-
partikel yang tersuspensi akan diuapkan secara sempurna. Dengan demikian
uap yang terbentuk disebut sebagai dry atau saturated steam (uap kering atau
uap jenuh).

Gambar .1. Proses pembentukan uap.
Kadang-kadang istilah saturated steam digunakan untuk menekankan
fraksi kekeringan uap adalah 100 %. Ini dapat dikatakan bahwa seluruh panas
laten telah diserap semua pada tingkatan ini.
Mp.stb.02
27
(a)
panas
air
panas
air
Uap basah
panas
Uap kering
(b) (c)
Dalam kenyataannya uap kering mempunyai sifat seperti gas sempurna,
Jika ia dipanaskan lebih lanjut pada tekanan yang sama seperti saat jenuhnya,
maka suhu dan volumenya mulai naik sesuai dengan hukum Charles,yakni :

. tan
3
3
2
2
1
1
kons
T
V
T
V
T
V


Pada persamaan tersebut diatas menunjukkan bahwa perbandingan
volume uap terhadap suhunya adalah konstan selama tekanannya konstan.
Pemanasan uap jenuh diatas suhu jenuhnya dikenal dengan istilah
superheating (pemanas lanjut), dan dengan demikian uap yang terbentuk
disebut Superheated steam (uap panas lanjut atau uap lewat jenuh).
Panas yang diserap selama proses superheating disebut heat of superheat
yang besarnya sama dengan panas sensibel uap (sensible heat of vapor).
Grafik suhu vs total panas.
Proses pembentukan uap sebagaimana yang telah dibicarakan diatas,
dapat digambarkan dalam bentuk grafik sebagaimana tampak pada gambar 3.2.
Sumbu absisnya menunjukkan total panas dan ordinatnya menunjukkan suhu.
Mp.stb.02
28
Gambar .2. Graphik suhu VS Total panas
Titik A menunjukkan titik awal (kondisi awal) air pada suhu 0 C dan
tekanan p kg/cm2. Garis yang melalui titik-titik A-B-C-D menunjukkan hubungan
antara suhu dan panas pada tekanan p.
Untuk membentuk uap lewat jenuh (superheated steam) yang kondisinya
berada pada titik D dari air pada 0 C,panas yang diserap oleh air hingga
menjadi uap tersebut melalui tiga tingkatan seperti berikut:
(a) Selama pemanasan air hingga mencapai suhu didihnya atau saturation
temperature (tsat) sebagaimana ditunjukkan oleh garis A-B, panas yang
diserap oleh air adalah ditunjukkan oleh panjangnya garis A-P. Panas ini
dikenal sebagai panas sensibel air atau total panas air sebesar hf Kcal/kg.
(b) Selama perubahan fase dari cairan menjadi uap sebagaimana ditunjukkan
oleh garis B-C, panas yang diserap pada tingkatan ini adalah ditunjukkan
oleh panjangnya garis P-Q, yang dikenal sebagai panas laten penguapan
air, besarnya hfg Kcal/kg.
Mp.stb.02
29
(c) Selama proses superheating sebagaimana ditunjukkan oleh garis C-D,
panas yang diserap selama tingkatan ini adalah ditunjukkan oleh
panjangnya garis Q-R, yang dikenal sebagai panas sensibel uap atau
disebut heat of superheat, besarnya adalah hs Kcal/kg.Panjangnya garis A-
R adalah menunjukkan besarnya total panas atau panas yang terkandung
didalam uap lewat jenuh.
Grafik-grafik yang sama dapat digambarkan untuk tekanan-tekanan yang
berbeda sebagaimana ditunjukkan didalam gambar tersebut.
Garis yang melalui titik-titik A-B-E-K adalah diketahui sebagai garis jenuh
cair (saturated liquid) yang merupakan garis batas antara daerah cairan dan
daerah campuran uap-cair.
Sebuah garis yang serupa melalui titik-titik L-F-C-D adalah dikenal sebagai
garis jenuh uap (dry saturated steam) yanng merupakan garis batas antara
daerah campuran uap-cair dan daerah uap.Kadang-kadang istilah ini disebut
secara singkat dengan sebutan liquid line dan dry steam line.
Ini juga dapat dilihat dari gambar, bahwa jika tekanan dan saturation
temperature naik, panas laten penguapan menurun, Dan harganya menjadi nol
(0) pada titik N, dimana garis jenuh uap dan garis jenuh cair bertemu. Titik N ini
dikenal sebagai titik kritis (critical point) dan pada titik ini fase cair dan fase uap
berada bersama-sama pada titik ini.
Suhu yang sesuai pada titik kritis N dikenal sebagai suhu kritis (critical
temperature) dan tekanannya dikenal sebagai tekanan kritis (critical
pressure). Untuk Uap ,suhu kritisnya adalah 374,15C dan tekanan kritisnya
adalah 225,56 kg/cm2
Hubungan antara T dan V diperlihatkan pada gambar 3. yang sekligus
menunjukkan akibat dari tekanan yang berubah-ubah pada waktu proses
pemanasan berlangsung . Dengan mengulangi percobaan diatas pada berbagai
harga tekanan , maka dapatlah dilihat gambaran dari kelakuan air, dimana bila
tekanan dinaikkan, maka keaddaan peralihan antara keadaan cair dan gas
menjadi lebih pendek sampai suhu kritis tercapai.
Mp.stb.02
30
Diantara dua keadaan yaitu antara B C dan E sampai F dimana baik
tekanan maupun suhu konstant sebagian air menguap dan keadaan ini
dinyatakan sebagai kuantitas uap ( dryness fracion ) x, dimana harganya
dinyatakan dalam persamaan matematis sebagai berikut :
uap cairan total massa
ing jenuh uap massa
x
+

. .
ker . . .

Campuran pada titik yng diantara keduannya terdiri dari x adalah bagian uap
jenuh kering dan (1-x) sebagai bagian cairan jenuh sehingga volume specifik
massa campuran tersebut adalah :
( )
f g c
v x v x v + 1 .
Sementara itu volume specifik uap jenuh kering adalah vg, sedang volume cairan
jenuh adalah vf serta bila :
fg f g
v v v +
Maka :
fg
f c
v
v v
x

Sifat-sifat lain pada titik campuran dapat dicari dengan metoda yang
sama. Khususnya untuk energi dalam u, enthalpy h dan entropi s yang sering
dilakukan dalam perekayasaan teknik dihitung sebagai berikut :
( )
f g c
u x u x u + 1 .
( )
f g c
h x h x h + 1 .
( )
f g c
s x s x s + 1 .
Harga harga dalam persamaan tersebut selain harga x dapat diperoleh dari
steam tabel. Atau pada diagram.
3.4. Tabel dan diagram Uap.
Tabel-tabel untuk uap air ini disediakan untuk cairan dan uap jenuh,
uap superheat pada tekanan dan suhu tertentu. Tabel untuk harga uap
jenuh dan cairan jenuh dinyatakan dalam : vg, vf ,vfg, uf, ug, ufg,hf,hfg,hg,
sf,sfg,sg,
Mp.stb.02
31
Pada keadaan uap jenuh kering atau uap yang mempunyai suhu diatas
titik didihnya hanya ada u,h,s,
Tabel ini juga dapat dipergunakan dalam menentukan cairan bertekaan
dengan menganggap bahwa u,h, dan s adalah fungsi dari suhu dan
tekanan.
Gambar 4 menunjukkan diagram mollier untuk uap air, sedangkan
gambar 5 dan gambar 6 menunjukkan bagaimana kelakuan uap pada
diagram mollier dan P-V diagram.
1. Contoh soal :
Hitung enthalpy , volume specifik, massa jenis uap paa tekanan 5 Mpa
dedngan kadar kekeringan 0.9.
Penyelesaian :
Dengan kondisi kekeringan 0.9 maka dapat dipastikan untuk menggunakan
tabel uap saturated dan Dari tabel diperoleh :
hf = 1154.23 Kj/kg.
hfg = 1640.1 Kj/kg
vg = 0.003944 m
3
/kg.
Jadi enthalpy pada tekanan 5 Mpa
( )
f g c
h x h x h + 1 .
f f g c
xh h h x h + .
( )
f f g c
h h h x h + .
f fg c
h h x h + .
= 1154,23 + 0.9 ( 1640.1) = 2630.32 Kj/Kg
Volume specifik uap :
= 0.9 ( 0.003944 ) = 0.035496 m
3
/kg
Massa jenis uap :
3
172 . 28
03546 . 0
1 1
m
kg
v
g

Mp.stb.02
32
1. Hitung massa jenis , enthalpy, volume specifik uap untuk 1 kg uap pada
tekanan 2 Mpa dengan suhu 320 C
2. Penyelesaian :
3. Dari tabel diperoleh :
h =
Karena tidak tepat pada suhu 320 C , maka harus dicari dengan cara
interpolasi dengan asumsi perubahannya secara linier.
Jadi enthalpynya :
( ) 2 . 3029 2 . 3141
300 350
300 320
2 . 3029

+ h
h = 3074 Kj/kg.
1.4. Sifat sifat Gas Ideal.
Dalam berbagai kondisi tertentu yang tepat, persamaan tingkat keadaan
gas embarang zat dapat didekati dengan berbagai persamaan tingkat aljabar
bagi gas Ideal atau perfek. (sempurna). Persamaan yang mendefinisikan gas
sempurna adalah .
RT m PV .
Keterangan :
P = Tekanan absolut, Pa, ( SI ) , Psia ( English )
V = Volume m
3
, cuft.
m = massa gas., kg, lbm
R = Konstanta gas specifik. ( Kj/kg.K, Lbf.ft/Lbm.R
Satuan diatas harus dibuat homogen secara dimensional.
Dari persamaan gas Ideal diatas, maka dapat diturunkan menjadi beberapa
persamaan sebagai berikut :
T m
V P
R
.
.

dan untuk perubahan dari titik 1 menjadi titik 2 maka persamaan menjadi
1 1 1
.RT m V P
2 2 2
. T R m V P
Mp.stb.02
33
Ternyata dengan menganggap massa yang tetap dan R yang tetap dalam
berbagai kondisi maka dengan digabungkan kedua persamaan tersebut
menjadi :
mR
T
V P

1
1 . 1
dan
mR
T
V P

2
2 . 2
Maka persamaan sekarang dapat menjadi :
2
2 . 2
1
1 . 1
T
V P
T
V P

Melihat kembali dari persamaan gas Ideal :


RT m V P . .
RT
m
V
P
RT Pv .
Keterangan :
= volume specifik , m
3
/kg, cuft/kg.
R = diperoleh dari
M
R
R
u

Ru = konstanta gas Universal = konstanta gas umum = 8.3143 Kj/Kgmol.K


= 1545.ft.Lbf./lbmol.R
M = Berat molekul.
Gas disebut sempurna adalah gas Ideal dengan harga kalor specifik yang
tetap, Gas Ideal adalah suatu gas dimana daya ikat antar molekul-molekul
kecil sekali.
Semua gas apabila tekanannya rendah deengan suhu tinggi sekali akan
mendekati sifat-sifat gas Ideal.
Panas jenis specifik volume tetap
dT
du
Cv
Mp.stb.02
34
Panas jenis specifik tekanan tetap
dT
dh
Cp
Dalam hal ini, dimana harga panas specifik yang tetap dari Cv dan Cp, maka
hubungan diatas dapat diintegrasikan dan memberikan persamaan sebagai
berikut:
dT
du
Cv

du CvdT
Sehinga :


2
1
2
1
.dT Cv du
Dan
u2 u1 = Cv( T2 T1 )
dan :


2
1
2
1
.dT Cp dh
Dan menjadi :
h2 h1 = Cp( T2 T1 )
Enthalpy specifik didefinisikan sebagai :
h = U + P.v
jadi :
( ) PV d du dh +
( )
1 1 2 2 1 2 1 2
. v P v P u u h h +
RT Pv .
( ) ( ) ( )
1 2 1 2 1 2
T T R T T Cv T T Cp +
Sehingga :
R Cv Cp +
Contoh soal :
Mp.stb.02
35
1. Gas mula-mula mempunyai volume 0.06 m
3
dengan suhu 15 C ,
dikembangkan secara Isobaris sampai volume menjadi 0.12 m
3
Hitung suhu akhir gas pada volume tersebut.
Penyelesaian :
2
2 2
1
1 1
T
V P
T
V P

Pada perubahan Isobaris artinya bahwa P1 = P2 sehingga


persamaan menjadi :
2
2
1
1
T
V
T
V

dan
1
1 2
2
V
T V
T
T2 = 576 K = 303 C
2. Suatu gas mula-mula mempunyai tekanan 1 Bar, dengan suhu 20 C,
kemudian dipanaskan pada volume konstant sampai suhunya menjadi
550 C. Hiting tekanan akhir, dan perbahan energi dalam , jika Cp = 1,004
kJ/kg.K dan Cv = 0.717 kJ/kg.K.
3. Penyelesaian :

2
2 2
1
1 1
T
V P
T
V P

dengan V1 = V2 , sehingga ;
2
2
1
1
T
P
T
P

dan
( )
( ) 273 20
273 550 . 1
1
2 1
2
+
+

T
T P
P
=2,809 Bar.
Perubahan energi dalam specifik :
( )
1 2
T T Cv u
= 0.717 ( 550-20) =
= 390.01 kJ/Kg.
Mp.stb.02
36
1.5. Temperatur thermodinamika.
Pada hal ini akan diuraikan dengan teliti suatu konsep yang erat kaitannya
dengan perpindahan energi, yaitu temperature. Sedikit mengenai ini
disinggung sekarang untuk terjadinya perncampur adukan berbagai konsep,
panas, temperatur dan energi dalam. Perpindhan energi sebagai panas
selalu dimulai dari suatu benda yang temperaturnya lebih tinggi ke benda
yang temperaturnya lebih rendah. Istilah hangat dan dingin menyatakan
temperatur relatif kedua benda tersebut. Temperatur dapat dipandang
sebagai potensial pendorong bagi berlangsungnya perpindahan energi
sebagai panas.
Menurut hukum Charles, volume gas sempurna sebanding deengan
temperatur absolutnya. Jadi temperatur T dalam hukum tentang gas harus
temperatur absolut atau temperatur termodinamis. Dapat disebutkan
sekarang bahwa temperatur adalah ukuran panas atau dinginnya suatu
benda tersebut secara relatif. Jika kita meraba suatu benda maka kita dapat
menentukan benda yang panas dan yang dingin. Alat untuk mengukur
besarnya temperaaatus suatu benda adalah termometer. Jika dibicarakan
tentang temperatur yang dipakai didalam termodinamika adalah temperatur
absolut yang dapaat dituliskan dalam persamaan aljabar sebagai berikut :
K (Kelfin ) = 273 + C dalam satuan SI sedang jika menggunakan satuan
English persamaan aljabarnya dinyatakan sebagai R ( Rangkine ) = 460 + F
Mp.stb.02
37
3.6. Adiabatik.
Apabila diinginkan mengisolasi suatu sistem, haruslah dapat dicegah
berlangsungnya semua aliran energi keluar dari atau masuk ke sistem. Dinding
yang kaku akan mencegah terjadinya sembarang P.dV; dinding yang tuna
rembes (tidak bocor) terhadap berbagai medan listrik akan mencegah terjadinya
kerja polarisasi. Untuk mencegah terjadinya perpindahan energi sebagai panas
diidealisasikan dalam akal adanya suatu oknum yang dinamakan dinding
adiabatik, yaitu dinding yang tidak dapat ditembus oleh perpindahan energi
sebagai panas. Dinding adiabatik merupakan dinding imaginasi (seperti halnya
dengan dinding kaku) yang berdaya guna. Celah hampa didalam dinding botol
termos merupakan pendekatan yaang cukup baik bagi dinding adiabtaik untuk
berbagai pengujian laboratorium. Pernyataan proces adiabatik digunakan untuk
mencirikan setiap proses yang tidak melibatkan adanya perpinahan energi
sbagai panas melintasi berbagai dinding suatu sistem yang sedang
dikaji.Konsep dinding adiabatik dan proses adiabatik mempunyai peranan yang
sangat penting dalam termodinamika.
3.7. Soal-soal
1. Dari tabel uap tentukan :
a. Volume specifik uap air deengan kadar kekeringan x = 0,8 pada tekanan
5 Bar.
b. Enthalpy specifik uap air dengan kadar kekeringan uap x = 0,75 paa
tekanan 19 Bar.
c. Enthalpy specifik dari uap jenuh kering pada tekanan 25 Bar.
d. Energi dalam specifik cairan jenuh pada tekanan 24 Bar dengan kualitas
uap 0.9
e. Enthalpy specifik pada tekanan 25 Bar pada suhu 300 C.
f. Enthalpy specifik uap pada tekanan 15 Bar dan 300 C.
g. Volume specifik uap pada tekanan 15 Bar dan 400 C.
h. Enthlpy specifik uap pada tekanan 20 Bar dan 325 C.
i. Keadaan uap pada 25 Bar dan 223.9 C.
Mp.stb.02
38
j. Keadaan uap pada 25 Bar dan 315 C.
2. Dari diagram Mollier uap tentukan, tentukan :
a. Enthalpy specifik uap pada tekanan 5 Bar dengan kadar kekeringan uap
0.8
b. Enthalpy specifik uap pada tekanan 5 Bar dengan temperatur 250 C.
c. Temperatur jenis uap basah pada tekanan 5 Bar.
d. Volume specifik uap paa tekanan 5 Bar dengan kadar kekeringan 0.8
3. Suatu gas sempurna berat molekulnya 2 dan panas specifik pada tekanan
konstant , Cp = 14.4 kJ/Kg.K. Rentukan harga-harga , R dan Cv. Dengan
Ru = 8.3143 kJ/Kgmol.K.
4. Berapa perubahan enthalpy specifik udara dengan berat Molekulnya 32
dipanaskan 20 C sampai 50 C pada tekanan tetap.
5. Berapa perubahan energi dalam jika udara dipanaskan dari tempertur 32 C
sampai 60 C pada volume tetaap jika = 1.4 dan R = 0.287 Kj/Kg.K.
Mp.stb.02
39
IV.GAS NYATA.
4.1. Gas Nyata.
Gas Nyata adalah gas yang tidak Ideal adalah gas yang benar-benar ada
dialam seperi ; Hydrogen, oksigen, nitrogen, methan, bunate, carbon dioksida
dan lainnya.
Didalam industri Migas terdapat berbagai istilah yang berhubungan dengan gas.
1. Gas Hidrocarbon ( H-C) : adalah gas yang molekulnya tersusun dari
atom Hidrogen (H ) dan atom carbon , contoh :
CH4 = Methane.
C2H6 = Buthane.
C3H8 = Prophane.
n-C4H10 = Normal Buthane.
i- C4H10 = Iso-Buthane,
2. Natural Gas ( Gas Bumi ) adalah gas yang terdiri dari gas-gas
hidrokarbon dan non hidrokarbon dengan kandungan terbesar adalah
gas Methane.
Contoh gas Non Hidrokarbon
N2 = Nitrogen.
H2O = uap air,
CO2 =Karbon dioksida.
H2S = Hidrogen Sulfida.
3. Gas Assosiated ; adalah gas bumi yang keluar dari sumur bersama-
sama dengan minyak mentah ( Crude Oil )
4. Gas Non Assosiated ; adalah gas bumi yang keluar dari sumur tanpa
adanya minyak mentah yang sering juga disebut gas kering ( dry Gas)
Gas gas tersebut diatas adalah beberapa gas nyata ( Riil ). Gas nyata
hanya mengikuti hukum gas tertentu antara lain hukum Gas Ideal yang
dikorelasi dengan faktor kompresibilitas ( Z)
Mp.stb.02
40
Persamaan gas nyata dalam aljabar dinyatakan sebagai :
RT Z m V P . . .
3-1.
Keterangan :
Harga Z (fktor kompresibilitas) dipengaruhi oleh :
- Jenis gas.
- Tekanan gas.
- Suhu Gas.
4.2. Faktor Kompresibilitas
Bersarkan persamaan Van Der Walls faktor kompresibilitas ,Z dapat
dicari sebgai berikut :
1. Untuk Gas murni satu komponen dengan memnghitung harga tekanan
tereduksi ( Pr ) dan suhu tereduksi ( Tr ) yang secara matematis dapat
dituliskan sebagai berikut :
c
r
P
P
P
3-2
c
r
T
T
T
3-3
Keterangan :
P = Tekanan gas pada saat itu (pendataan ), Psia.
T = Temperatur gas pada saat itu , R.
Pc = Tekanan kritis, Psia
Tc = Suhu Kritis, Tc, yang dapat ditunjukkan pada lampirn tabel
1 Gas properties.
Selanjutnya berdasarkan Pr dan Tr , harga Z dapat ditentukan dari
lampirana grafik 1 dan grafik grafik 2.
2. Untuk gas campuran (multi komponen), maka Pc dan Tc diganti Pc-mix
dan Tc- mix. Harga Pmic dan Tmic tidak dapat langsung dibaca dari dta
operasi atau data tabel, tetapi harus dihitung dengan metoda Keys yang
secara matematis dinyatakan sebagai berikut :
Mp.stb.02
41

i i mix
Pc y Pc .
3-4.

i i mix
Tc y Tc .
3-5
Keterangan :
Yi = Mole fraksi komponen I dalam campuran.
Pci, Tci = tekanan dan suhu kritis komponen I dalam campuran.
Selanjutnya Pr diganti Pr-mix dan Tr diganti Trmix yang secara aljabar
dinyatakan sebagai berikut :
mix
mic
Pc
P
Pr
3-6.
mix
mix
Tc
T
Tr
3-7
Berdasarkan Pr mix dan Tr-mix harga Z dapat ditentukan dri grafik 1 dan
grafik 2 dalam lampiran.
3.3. Tekanan kritis dan Suhu Kritis
1. Tekanan kritis adalah tekanan yang diperlukan untuk mencairkan gas
pada suhu kristis.
2. Suhu Kritis adalah suhu maksimum dimana gas masih dapat dicairkan
dedngan cara ditekan. Jika suhu gas diatas suhu kritisnya, suatu gas
tidak dapat dicairkan betapapun besar atau tinggi tekanannya.
Harga Pc dan Tc untuk masing-masing gas berbeda, dan secara individu
ditunjukan pada lampiran table 1, gas Properties.
4.4. Realtive Density Gas ( Specifik Gravity ).
Relative density yang sering disebut juga sebagai Specifik Gravity
disingkat SG adalah perbandingan antara density gas deengan density udara
pada suhu yang sama.
Dari persamaan 3-1 dinyatakan :
RT Z m V P . . .
Mp.stb.02
42
M
R
R
u

Dan

1

m
V
v
Sehingga substitusi dari persamaan diatas diperoleh :
T
M
R
Z P
u
. . .
3-8
T R Z
M P
u
. .
.

3-9.
Berdasakan persamaan 3-9 untuk gas dan udara dapat dinyatakan sebagai :
Untuk udara maka :
T R Z
M P
u
a
a
. .
.

Untuk Gas
T R Z
M P
u
g
g
. .
.

Maka bila pada kondisi yang sama P,T, dan Z gas~ Z udara maka Specifik gravity
, secara aljabar dapat dituliskan sebagai berikut :
a
g
a
g
gas
M
M
SG

3-10
Keterangan :
Mg = berat molekul gas.
Ma = Berat molekul udara.
Sehingga SG gas :
SG gas =
9 . 28
g
M
3-11
Contoh soal :
Berapa besar faktor kompressibilitas dan specifik gravity dari gas alam (single
komponent maupun multi komponen pada tekanan 400 Psia dan suhu 120 F =
580 R
Penyelesaian :
a. Single component :
Berdasarkan lampiran tabel 1 Natural Gas didapat :
Mp.stb.02
43
Berat Molekul, Mg = 18.82
Tekanan kritis , Pc = 675 Psia.
Suhu Kritis Tc = 379 R.
Kemudian hitung Pr dan Tr , berdasarkan persamaan 3.2 dan 3-3 maka
Pr = P/Pc = 400/675 = 0.59
Tr = T/Tc = 580/379 = 1.53
Dengan Pr dan Tr yang telah diketahui dan dengaan bantuan grafik 1
didapat
Faktor kompresibiltas Z, = 0.97
Specifik Gravity , SG = Mg/Ma = 18.82/29.97
SG = 0.65
Gas Multi komponent dengan komposisi sebagai berikut
Tabel 1. Komposisi Gas
Komponen % Mol, Yi
N2
CO2
H2S
C1
C2
C3
i-C4
i-C5
0.46
0.30
14.38
84.18
0.54
0.08
0.03
0.03
Jumlah

Yi 100.00
Berdasarkan komposisi tersebut diatas dan lampiran table 1, maka
terlebih dahulu dihitung besarnya :
Pcmix = Yi.Pci
Tcmix = Yi.Tci
Mmix = Berat Molekul campuran = Yi.Mi
Agar lebih mudah dapat dibuatkan tabel seperti tabel 2 dibawah ini.
Tabel 2. Komposisi ,Pc,Tc
Komp % Mol Yi Mi Mg.Mix Pci,Psi Pcmix Tci,R Pcmix
1 2 3 2x3 4 2x4 5 2x5
N2 0.46 28.13 0.13 492 2.26 223 1.03
CO2 0.3 44.01 0.13 1073 3.22 548 1.64
Mp.stb.02
44
H2S 14.38 34.00 4.89 374 53.78 673 96.78
C1 84.18 16.04 13.50 673 556.53 344 289.58
C2 0.54 30.07 0.18 708 4.18 550 3.25
C3 0.08 44.09 0.04 617 0.49 666 0.53
i-C4 0.03 56.10 0.02 580 0.17 753 0.23
i-C5 0.03 72.15 0.02 483 0.14 330 0.10
100 Yi.Mi 18.81 Yi.Pci 620.77 Yi.Tci 39314
Dari tabulasi yang dibuat diperoleh :
Mg mix = 18.91
Pc mix = 620.77 Psia.
Tc ,mix = 393.14 R
Maka :
Pr mix =
64 . 0
77 , 620
400

mix
Pc
P
Tr mix =
48 . 1
14 . 393
580

mix
Tc
T
Berdasarkan Pr mix = 0.64 dan Tr mix = 1.48 dri grafik 1 didapat :
1. Faktor kompresibilitas, Z = 0.95
2. Specifik gravity , SG = Mg mix/Ma = 18.91/28.97
= 0.65
3.5. Unit Satuan Gas Nyata.
Untuk menyatakan jumlah gas yang mengalir atau dialirkan persatuan waktu
dapat digunakan unit satuan
1. Volume per waktu ( Kapasitas, debit ).
2. Laju alir massa per waktu ( Massa perwaktu )
3.5.1. Volume per waktu ( kapasitas )
Dalam unit satuan volume perwaktu dibedakan atas tiga kondisi
pengukuran yaitu
1. Kondisi Standard , dalam satuan British.
yang artinya volume gas diukur pada kondisi
Tekanan = 14.7 Psia.
Mp.stb.02
45
Suhu = 60 F = 620 R.
Unit satuan : SCFM ( standard cufic feet per minute )
MMSCFD ( Million standard cubic feet per day ).
2. Kondisi Normal ( satuan SI/British )
Artinya volume gas diukur pada
Tekanan 1 atm = 0.1 Mpa, 14.7 Psia.
Suhu = 0 C = 273 K =32 F = 492 R
Unit satuan = NCMM Normal cubic meter per menit
Unit satuan = NCFM Normal cubic feet permenit.
3. Konsidi riil ( aktual )
Artinya volume gas diukur pada tekanan dan suhu nyata ( actual )
pada saat itu . Bila pada peralatan ( khususnya kompresor ) diukur
pada kondisi masuk ( inlet )
Unit satuan : ACFM ( Actual cubic feet permenit)
Unit satuan : ICFM ( Inlet cubic feet permenit ).
4.5.2. Hubungan antar Unit satuan.
1. Kondisi actual dan kondisi Standard.
s s
s s
T Z
Q P
T Z
Q P
.
.
.
.
1 1
1 1

3-12.
Keterangan :
P1 = Tekanan gas paa saat itu, Psia.
Q1 = Kapasitas gas saat itu,ACFM.
T1 = Suhu gas ssat itu, R
Z1 = faktor kompresibilitas pada P1, dan T1
Ps = Tekanan gas pada konsisi standard, 14.7 psia.
Qs = Kapasitas standarc SCFM
Zs = Faktor kompresibilitas pada konsisi standard , Zs ~1
Mp.stb.02
46
Ts = Suhu gas pada kondisi standard = 520 F
Dengan memasukkan angka dalam persamaan 3-12 diperoleh :
ACFM
T
Z
Z
P
Q Q
s
s
,
520
.
7 . 14
.
1 1
1
1

,
_

,
_

,
_


Atau :
ACFM
P
T
x xZ x SCFM Q , . 02827 . 0 .
1
1
1 1

,
_

3-13.
2. Kondisi Actual dengan kondisi Normal.
Dimana :
P1 = tekanan gas pada saat itu, Kgf/cm
2
.abs.
T1 = Suhu gas pada saat itu, K.
Q1 = Kapasitas gas saat itu, ACMM
Z1 = Faktor kompresbilitas, pada P1 dan T1
Pn = Tekanan Gas pada kondisi Normal = 1 Kgf/cm
2
.abs.
Qn = Kapasitas Normal pada kondisi P dan T Normal , NCMM
Tn = Suhu Gas pada kondisi Normal , 0 C = 273 K
Zn = Faktor kompresbilitas, pada Pn dan Tn , Zn ~ 1
Dengan cara yang sama deengan persmaan 3-12 diperoleh :
ACMM
P
T
x xZ x x NCMM Q , . 10 663 . 3 .
1
1
1
3
1

,
_


3-14
4.6. Satuan volume dan massa.
Berdasarkan persamaan 3-1 dapat dikembangkan sebagai berikut :
1 1 1 1
. . . RT m Z Q P
Keterangan :
R = Ru/M
Ru = Konstanta gas universal, 1545.Lbf.ft./lbmol.R.
M = berat Molekul gas.
P1 = Tekanan gas , psia = 144 P1,Psif abs.
Q1 = Kapasitas gas ACFM.
Mp.stb.02
47
Z1 = Faktor kompressibilitas gas pada P1 dan T1
m1 = Laju alir massa gas , lbm/menit.
T1 = Suhu gas R.
Dengan memasukkan parameter-parameter diatas pada persamaan 3-1
diperoleh :
ACFM M
P
T
x xm xZ
M
P
T
R m Z
M
P
T
R m Z Q
g i
g u
g u
, . . 73 . 10
. . .
. . . .
1
1
1
1
1
. 1 1
1
1
. 1 1 1

,
_

,
_

,
_

Mp.stb.02
48
4.7. Persamaan kontinuitas.
Persamaan kontinuitas dihasilkan dari prinsip hukum kekekalan massa.
Untuk aliran mantap, massa fluida yang melalui semua bagian dalam arus fluida
persatuan waktu adalah sama. Ini dapat dievaluasi sebagai berikut :

1 1 1 2 2 2
V A V A
= konstant ( tetap )
Untuk fluida -fluida tak compressible dan dianggap 1 = 2 = konstant, untuk
semua praktis persamaan tersebut menjadi
Q = A1V1 = A2V2
Dimana A dan V masing-masing adalah luas penampang dan kecepatan aliran.
4.7.1.Aliran dalam pipa dan saluran :
Pada bagian ini , kita akan mengevaluasi perubahan tekanan yang terjadi
pada aliran incompressible yang mengalir melalui pipa, saluran dan sistem
aliran. Perubahan sistem aliran terjadi karena perubahan elevasi, perubahan
ketinggian dan karena gesekan. Pada aliran tanpa gesekan, dengan rumus
Bernaulli kita bisa menghitung perubahan tekanan yang terjadi disebabkan
hanya oleh perubahan elevasi dan kecepatan. Untuk aliran yang nyata (real flow
) , perubahan tekanan juga disebabkan karena faktor gesekan. Oleh karena itu
kita akan menggunakan persamaan enersi dengan dasar persamaan Bernaulli.
Akibat gesekan, tekanan aliran akan berkurang ( hilang ). Kehilangan atau
kerugian tekanan ini dapat dibagi dua yaitu
Mayor Losses : Yaitu kerugian tekanan yang terjadi pada aliran dalam pipa
yang penampangnya konstant yang disebabkan oleh gesekan
Minor Losses : Yaitu kerugian tekanan yang terjadi pada aliran dalam pipa
yang melalui kelep, sambungan T, elbow dan sistem lainya dimana luas
penampangnya tidak konstant.
Mp.stb.02
49
3.6.2. Persamaan Enersi.
Persamaan enersi yang dihasilkan dari penerapan prinsip kekekalan
enersi pada aliran fluida.
Enersi yang dimiliki fluida yang mengalir terdiri dari enersi dalam dan enersi-
enersi akibat tekanan , kecepatan dan kedudukan. Dalam arah aliran prinsip
enersi diringkas dengan suatu persamaan umum sebagai berikut :
E1 + Et - Eh-Ed = E2
dimana E = enersi di titik 1 dan titik 2 untuk masing-masing subscript
Et = Enersi yang ditambahkan
Eh = Enersi yang Hilang.
Ed = Enersi yang diambil.
Persamaan ini untuk aliran mantap fluida tak kompressible yang perubahan
enersi dalamnya bisa diabaikan, dan disederhanakan menjadi :
P V
g
Z H H H
P
V
g
Z
t l d
1 1
2
1
2 2
2
2
2 2
+ + + + +
m (ft )
dimana :
P = Tekanan aliran didalam pipa saluran.
V = Kecepatan rata-rata aliran dalam pipa saluran.
Ht = Enersi yang ditambahkan ( Pompa )
Hl = Enersi yang hilang karena gesekan
Hd = Enersi yang diambil ( Turbin air )
Penerapan persamaan enersi diatas sebaiknya perlu memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
Mp.stb.02
50
1. Lukis skema sistemnya, pilih dan tandai semua irisan penampang arus yang
diselidiki.
2. Terapkan persamaan enersi atau Bernaulli dalam arah aliran. Pilih bidang
datum untuk tiap persaman yang ditulis. Titik terendah merupakan pilihan
yang logis agar tanda-tanda minus dihindari dan jumlah kesalahan dikurangi.
3. Hitunglah enersi hulu dibagian 1 . Enersi yang ada dalam satuan J/N atau
meter atau ft fluida. Untuk satuan tekanan bisa bisa dinyatakan dalam satuan
meter mutlak (absolut ) tetapi dasar yang sama harus digunakan untuk head
tekanan di bagian 2 . Satuan meter lebih sederhana untuk cairan.
4. Tambahkan dalam meter fluida setipa enersi yang ditambahkan oleh
peralatan mekanis misalnya pompa.
5. Kurangkan dalam meter fluida setiap enersi yang hilang sepanjang titik yang
ditinjau.
6. Kurangkan dalam meter fluida setiap enersi yang diambil oleh peralatan
mekanis seperti turbin air.
7. Samakan penjumlahan enersi ini ke jumlah head tekanan, head kecepatan
dan head ketinggian di bagian 2.
8. Jika kedua head kecepatan tersebut tidak diketahui, hubungkan mereka satu
sama lain dengan menggunakan persamaan kontinuitas.
2.2.8. Perhitungan head loss ( Kehilangan enersi )
Kita akan memakai total Head loss ( Hlt ) sebagai jumlah dari mayor
losses HL , yaitu kehilangan enersi karena gesekan pada dinding pipa yang
mempunyai penampang yang tetap dengan minor Losses Hlm , yaitu kehilangan
enersi yang disebabkan katup dan fitting, perubahan luas penampang jalan
aliran dan lain sebagainya .
Mayor Losses : Kehilangan enersi ini disebabkan gesekan dalam pipa yang
berpenampang tetap tergantung jenis aliran Laminer atau turbulent.
Untuk Jenis aliran Laminer : Tidak tergantung dari kekasaran Pipa yang
diformulasikan dalam bentuk persamaan dibawah ini :
Mp.stb.02
51
HL =
f
L
D
x
V
g
2
2
=
64
2
2
Re
x
L
D
x
V
g

sehingga dapat dikatakan untuk aliran laminer harga f = 64/Re.
dimana L = panjang pipa dengan penampang sama
D = diameter dalam pipa,m
V = Kecepatan aliran rata-rata dalam pipa,m/dt
g = Gravitasi bumi standard.,9,8m/dt
2
HL = Head loss major.
f = Friction factor (faktor gesek)
Selanjutnya diagram faktor gesek dan kekasaran relatif dari pada permukaan
pipa yang biasa untuk material enginering dapat dilihat pada gambar 1.3. dan
gambar 1.4.
Kerugian Minor : Minor Losses ( Hlm )
Kerugian ini disebabkan oleh permukaan yang tidak sama, penyempitan
/pembesaran , katup dan jenis fitting dan lain sebagainya :
Kerugian Minor dapat ditulis sebagai berikut :
Hlm =
k
V
g
2
2
, m
=
f
L
D
V
g
e
2
2
dimana :
Hlm = Head loss minor, m
k = koefisien loss., tanpa satuan.
Le = Panjang equivalent menurut pipa lurus.
Untuk harga-harga k ataupun Le dapat dilihat pada tabel dan gambar dalam
lampiran pada buku ini.
Mp.stb.02
52
Sedang kerugian yang disebabkan lainnya yang tersebut diatas dapat
disebabkan hal-hal seperi berikut ini :
1. Inlet dan panjang Entrance : Kalau bagian inlet dari suatu pipa tidak dibuat
baik akan terjadi pressure drop yang cukup besar pada bagian itu. Pada
bagian inlet yang tajam bisa terjadi proces separasi dan juga terjadi vena
contracta. Inilah yang mengakibatkan pressure drop atau kerugian enersi.
Tabel 1.1. dibawah ini menyatakan harga kerugian yang dimaksud
2. Pembesaran dan kontraksi ( Enlargement and contraction).
Koefisien kerugian minor untuk pembesaran tiba-tiba untuk saluran bulat dapat
dilihat pada gambar 1.5. dibawah ini . Kerugian tersebut dikaitkan K dan V
2
/2
dan gambar 1.6. adalah harga kerugian untuk konstruksi pelan-pelan.
3. Kerugian Enersi pada diffucer : Untuk diffucer lebih banyak diperkenalkan
koefisien recovery tekanan cp ( Pressure recovery coefisient ) dalam
kaitannya dengan head loss. Hargan tersebut dapat dilihat pada gambar 1.7.
dibawah ini.
4. Exits : Bila suatu aliran keluar dari suatu saluran ke suatu ruang bebas
misalnya atmosfeer maka sejumlah enersi kinetis persatuan masa V
2
/2 akan
ikut terbuang sia-sia . Ini merupakan exits losses. Biasanya dengan memakai
difuccer, kehilangan enersi kinetis dapat dikurangi. Tabel 1.2. menyatakan
koefisien kerugian minor untuk exits pipa
5. Pipa bengkok: Kerugian enersi yang terjadi pada pia bengkok akan lebih
besar dibandingkan dengan kerugian enersi yang terjadi pada pipa lurus
untuk panjang pipa yang sama . Tambahan kerugian tersebut karena adanya
aliran sekunder disitu, dan perhitungan loss akan lebih enak kalau pipa
bengkok tersebut kita expresikan dalam panjang equvalent pipa lurus. Pada
gambar 1.8. Grafik untuk tahanan dari pipa bengkok 90
0
dengan fulley
developed turbulent flow pada bagian inlet., dan gambar 1.9. Grafik untuk
tekanan dari pipa bengkok yang patah dengan fully developed turbulent flow
pada bagian inlet.
6. Kelep dan fittings : Kerugian-kerugian enersi yang terjadi pada kelep(katup)
dan fitting akan lebih enak kalau kita ekpresikan dalam bentuk panjang
Mp.stb.02
53
ekuivalent pipa lurus. Data-data dapat dilihat pada tabel 1.3. dibawah ini .
Panjang ekuivalent tanpa dimensi (Le/D) untuk katup dan fitting
Contoh Soal Ubahlah sistem perpipaan seperti dalam gambar dibawah ini
kedalam system perpipaan yang lurus dan sama diameternya sebesar 152 mm.
A
M
K
L
B C
D E F 30,5m-152 mm
46m-305mm (f=0,020 )
f=0,025 H
G J
Dengan data-data Faktor K sebagai berikut :
Strainer B = 8,0
305 mm Bend,C,F masing-masing = 0,5
305 mm T di D = 0,7
305 mm valve E = 1,0
305 x 152 mm crossG (xV
2
152/2g) = 0,7
152 mm Meter H = 6,0
152 mm Bends J,K masing-masing = 0,5
152 mm valve L = 3,0.
Berapa panjang yang dibutuhkan untuk diameter 152 mm dan pipa lurus
Contoh soal No.2 :
Diketahui suatu system pemadam kebakaran mensuply air dengan menara air
seperti terlihat pada gambar :
Mp.stb.02
54

Pipa instalasi mempunyai diameter 4 inch, mempunyai 1 bh gate valve, panjang


pipa 680 ft dan beda ketinggian antara pipa dasar dengan permukaan air
setinggi 80 ft. Pipa terbuat dari besi tuang dan telah berumur 20 tahun
Hitung flow rate dalam pipa (gpm)
Mp.stb.02
55

Anda mungkin juga menyukai