Anda di halaman 1dari 2

Wayang Motekar adalah sejenis pertunjukan teater bayang-bayang (shadow puppet theater), atau di dalam kebudayaan Sunda, Jawa,

dan Indonesia pada umumnya dikenal dengan sebutan wayang (kulit). Tapi, bedanya, jika wayang kulit atau seperti semua bentuk shadow puppet show itu berupa pertunjukan bayang-bayang hitam (silhouette's shadow); sedangkan Wayang Motekar telah menemukan teknik baru sehingga bayang-bayang wayang itu bisa tampil dengan warna penuh karena prinsip dasar Wayang Motekar yang menggunakan bahan transparan, pewarna transparan, sistem cahaya dan layar khusus. Pertunjukan Wayang Motekar adalah penyampaian lakon/cerita yang menggunakan sebentuk wayang yang disorot cahaya seperti halnya wayang (kulit). Wayang dimainkan oleh seorang atau beberapa dalang, dilengkapi musik, sinden (penyanyi), dan bisa juga disertai serangkaian tarian. Wayang Motekar, diperkirakan, merupakan pionir teater bayang-bayang berwarna di dunia. Ditemukan dan dikembangkan oleh Herry Dim setelah melewati eksperimen lebih dari delapan tahun (1993 - 2001). Kali pertama dipentaskan di Bandung pada 30 Juni 2001, saat itu pula pada awalnya diberi nama oleh Arthur S Nalan dengan sebutan gambar motekar, dan pada perkembangan berikutnya Prof. Dr. Yus Rusyana menambahkan sebutan teater kalangkang sehingga menjadi Teater Kalangkang Gambar Motekar. Kini, demi mendapatkan nama yang lebih

singkat serta langsung terhubung kepada induk keseniannya, maka disebut Wayang Motekar. Di bawah asuhan Bapak Sanu'i Edia Suryata (1933 2004) Wayang Motekar diusulkan kepada Erwin Anwar SH (1947 2006) selaku Kepala Dinas Pariwisata Kota Bandung (kini Dinas Kebudayaan dan Pariwisata) agar dijadikan tontonan bagi siswa/siswi SD se-kota Bandung. Atas usulan tersebut lahirlah program Pagelaran Apresiasi Seni Budaya Sunda bagi Siswa Sekolah Dasar di Kota Bandung yang dilandasi Surat Keputusan Dinas Pariwisata Bandung nomor 900/SK.02-PKP/2001, SK Walikota nomor 1052 tahun 2001, serta dikukuhkan berdasarkan Akte Notaris Gina Riswara Koswara SH nomor 59 (31 Oktober 2001). Tanpa terasa, waktu telah berlalu tak kurang dari 12 tahun. Selama itu pula terdengar bahwa ruang tempat anakanak untuk saling bertemu, tempat mereka mengasah rasa keberagaman, tempat mereka belajar adab, tempat mereka melihat tontonan yang sesuai usianya, atau sekurangnya tempat mereka bersentuhan dengan budaya asali, budaya ibu, bahasa ibu itu kurang sekali jika tidak dikatakan sudah tidak ada. Melihat kenyataan itu pula, Wayang Motekar yang diproduksi Studio Pohaci dengan dukungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Pembinaan Kesenian berniat untuk melaksanakan program yang diharapkan menghibur serta sekaligus mendampingi perkembangan anak-anak kita.*

Sejarah Ringkas Wayang Motekar Wayang Motekar lahir melalui serangkaian eksperimen yang sesungguhnya berjalan sejak usainya pertunjukan Meta Teater (1991-1992). Pada awalnya dibuat sejumlah wayang untuk dimainkan di atas OHP (Overhead Projector). Seluruh eksperimen berlangsung di Studio Pohaci bersama penggagas utamanya yaitu Herry Dim. Di kemudian hari, 1997, eksperimen ini melibatkan pula M. Tavip hingga kemudian ditemukan moda wayang motekar seperti yang kita kenal sekarang. Setelah ditemukan inilah kemudian kita mengenal Wayang Tavip yang dikembangkan oleh M. Tavip; wayang Kakufi (kayu, kulit, dan fiber) yang dikembangkan oleh Arthur S. Nalan; sementara Herry Dim bersama Studio Pohaci tetap menggunakan nama WayangMotekar.* Sinopsis Lakon Si Acung di Alam Jelemun Alkisah ada seorang anak bernama Si Acung. Dalam pengelanaannya ia berjumpa dengan para Jelemun yang hendak merusak kehidupan manusia, bahkan menculik sahabatnya yaitu Kania. Si Acung bersama Kiku-kiku serta teman lainnya seperti Caladi, Cangkur, Piit menghalau dan melawan maksud jahat para Jelemun. Akhir cerita, para Jelemun bisa dihalau, dan Si Acung pun berhasil menyelamatkan Kania.***

Jajaran Produksi
Dalang: Sukmana Kacapi & aransemen musikal: Agus Sunandar Kendang: Lukman Hakim Suling & efek suara: Deden Tresnawan Tata cahaya, tata suara, & gitar RMK: Ibrahim Adi Surya Sinden: Enci Sri Rejeki Dalang cilik: Reihan Asisten dalang: Cecep & Nanang Pembuat wayang: Bobby Satriya, Onay, & Wisnu Manajer produksi: Jati Wirahma Sakti Stage manager: Ine Arini Hospitality & House Manager: Uwie Andini Sakti Dokumentasi & produksi pasca-pentas: Farris Karamy Gibran

Catatan Kecil
Perjalanan Wayang Motekar 2001 pentas perdana Wayang Motekar 2001 - 2003 pentas selama dua tahun untuk Apresiasi Seni Budaya Sunda bagi Siswa Sekolah Dasar se-Kota Bandung 2002 pentas di CCL, di Desa Curug, dan Univ. Widyatama 2002 Workshop bersama LSM Perlindungan & Pengembangan Anak Kaliana Mandira 2003 pentas untuk Hari Anak Taman Ismail Marzuki - Jakarta 2008 workshop dan pentas bersama santri Pesantren Al-Mizan, Jatiwangi 2013 pentas di Jakarta, Balikpapan, Handil, dan Senipah untuk TOTAL E & P 2013 di GK Rumentang Siang sebagai Pentas Uji-coba untuk program Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Pembinaan Kesenian dan Perfilman 2013 di Galeri Nasional Indonesia dalam rangka penyelenggaraan Gelar Seni Rupa Anak Indonesia 2013 yang bertema Sana Sini Seni Budayaku.
Studio Pohaci Komp. Cibolerang K57 Bandung wayangmotekar@gmail.com & si.acung@yahoo.com Kontak: 0813 22 99 55 77 (Herry Dim)

Naskah, artistik, sutradara: Herry Dim

Anda mungkin juga menyukai