Anda di halaman 1dari 72

Setiap

fase

perkembangan

memiliki

tugas-tugas

perkembangan.

Tugas-tugas

perkembangan tersebut merupakan pengharapan atas apa yang akan diakukan oleh seseorang pada masa perkembangannya. Tugas-tugas ini bersifat normatif, on time, dan diharapkan serta diantisipasi oleh individu. Havighurst (Kimmel, 1995: 15) menawarkan suatu konsep tugas perkembangan yang meliputi pengetahuan, keterampilan, sikap atau fungsi yang diharapkan dapat dicapai oleh individu pada setiap tahap perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan ini harus dicapai sebelum seorang individu melangkah ke tahapan perkembangan selanjutnya. Apabila seorang individu gagal dalam memenuhi tugas perkembangannya, maka ia akan sulit untuk memenuhi tugas perkembangan fase selanjutnya. Atau, apabila ia gagal melaksanakan tugas perkembangannya pada waktu yang tepat, maka ia akan mengalami kesulitan untuk menyelesaikannya di waktu yang lain, atau melaksanakan tugas perkembangan pada tahapan yang lebih lanjut. Dengan memahami tugas-tugas perkembangan remaja, maka kita sebagai seorang pendidik atau seorang dewasa yang terlibat dalam penanganan masalah remaja dapat memotivasi remaja dan menolong remaja memenuhi tugas-tugas perkembangannya. Walaupun demikian, janganlah kita sebagai pendidik menempatkan posisi tugas perkembangan ini sebagai suatu paksaan kepada remaja. Segalanya kembali kepada individu tersebut, pada apakah ia telah menyelesaikan tugas-tugas perkembangan tahap sebelumnya dengan baik, dan pada hambatanhambatan yang dialaminya saat menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya yang sekarang. Apabila kita menganggap tugas-tugas perkembangan itu seperti PR yang harus diselesaikan tepat waktu, dan penuh tekanan. Biarlah sang remaja menyelesaikan sendiri tugas-tugas perkembangannya menurut caranya, sementara kita orang dewasa membantunya bila ia menemui kesulitan dalam menyelesaikan tugas perkembangannya. Seorang remaja dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya dapat dipisahkan ke dalam tiga tahap secara berurutan (Kimmel, 1995: 16). Tahap yang pertama adalah remaja awal, di mana tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikannya sebagai remaja adalah pada penerimaan terhadap keadaan fisik dirinya dan menggunakan tubuhnya secara lebih efektif. Hal ini karena remaja pada usia tersebut mengalami perubahan-perubahan fisik yang sangat drastis, seperti pertumbuhan tubuh yang meliputi tinggi badan, berat badan, panjang organ-organ tubuh, dan perubahan bentuk fisik seperti tumbuhnya rambut, payudara, panggul, dan sebagainya.

Tahapan yang kedua adalah remaja madya, di mana tugas perkembangan yang utama adalah mencapai kemandirian dan otonomi dari orang tua, terlibat dalam perluasan hubungan dengan kelompok baya dan mencapai kapasitas keintiman hubungan pertemanan; dan belajar menangani hubungan heteroseksual, pacaran dan masalah seksualitas. Tahapan yang ketiga adalah remaja akhir, di mana tugas perkembangan utama bagi individu adalah mencapai kemandirian seperti yang dicapai pada remaja madya, namun berfokus pada persiapan diri untuk benar-benar terlepas dari orang tua, membentuk pribadi yang bertanggung jawab, mempersiapkan karir ekonomi, dan membentuk ideologi pribadi yang di dalamnya juga meliputi penerimaan terhadap nilai dan sistem etik. Pada umumnya remaja didefinisikan sebagai masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Secara teoritis, beberapa tokoh psikologi juga mengemukakan tentang batas-batas umur remaja, tetapi dari sekian banyak tokoh yang mengemukakan tidak dapat menjelaskan secara pasti tentang batasan usia remaja karena masa remaja ini adalah masa peralihan. Pada umumnya masa remaja dapat dibagi dalam 2 periode yaitu: 1. Periode Masa Puber usia 12-18 tahun a. Masa Pra Pubertas: peralihan dari akhir masa kanak-kanak ke masa awal pubertas. Cirinya:

Anak tidak suka diperlakukan seperti anak kecil lagi Anak mulai bersikap kritis

b. Masa Pubertas usia 14-16 tahun: masa remaja awal. Cirinya:


Mulai cemas dan bingung tentang perubahan fisiknya Memperhatikan penampilan Sikapnya tidak menentu/plin-plan Suka berkelompok dengan teman sebaya dan senasib

c. Masa Akhir Pubertas usia 17-18 tahun: peralihan dari masa pubertas ke masa adolesen. Cirinya:

Pertumbuhan fisik sudah mulai matang tetapi kedewasaan psikologisnya belum tercapai sepenuhnya

Proses kedewasaan jasmaniah pada remaja putri lebih awal dari remaja pria

2. Periode Remaja Adolesen usia 19-21 tahun Merupakan masa akhir remaja. Beberapa sifat penting pada masa ini adalah:

perhatiannya tertutup pada hal-hal realistis mulai menyadari akan realitas sikapnya mulai jelas tentang hidup mulai nampak bakat dan minatnya

Setiap tahap perkembangan manusia biasanya dibarengi dengan berbagai tuntutan psikologis yang harus dipenuhi, demikian pula pada masa remaja. Sebagian besar pakar psikologi setuju, bahwa jika berbagai tuntutan psikologis yang muncul pada tahap perkembangan manusia tidak berhasil dipenuhi, maka akan muncul dampak yang secara signifikan dapat menghambat kematangan psikologisnya di tahap-tahap yang lebih lanjut. Berikut ini merupakan berbagai tuntutan psikologis yang muncul di tahap remaja, berdasarkan pengalaman penulis selama menjadi pendidik. 1. Remaja dapat menerima keadaan fisiknya dan dapat memanfaatkannya secara efektif Sebagian besar remaja tidak dapat menerima keadaan fisiknya. Hal tersebut terlihat dari penampilan remaja yang cenderung meniru penampilan orang lain atau tokoh tertentu. Misalnya si Dewi merasa kulitnya tidak putih seperti bintang film, maka Dewi akan berusaha sekuat tenaga untuk memutihkan kulitnya. Perilaku Dewi yang demikian tentu menimbulkan masalah bagi dirinya sendiri dan orang lain. Mungkin Dewi akan selalu menolak bila diajak ke pesta oleh temannya sehingga lama-kelamaan Dewi tidak memiliki teman, dan sebagainya. 2. Remaja dapat memperoleh kebebasan emosional dari orang tua

Usaha remaja untuk memperoleh kebebasan emosional sering disertai perilaku pemberontakan dan melawan keinginan orang tua. Bila tugas perkembangan ini sering menimbulkan pertentangan dalam keluarga dan tidak dapat diselesaikan di rumah , maka remaja akan mencari jalan keluar dan ketenangan di luar rumah. Tentu saja hal tersebut akan membuat remaja memiliki kebebasan emosional dari luar orangtua sehingga remaja justru lebih percaya pada teman-temannya yang senasib dengannya. Jika orang tua tidak menyadari akan pentingnya tugas perkembangan ini, maka remaja Anda dalam kesulitan besar. Hal yang sama juga dilakukan remaja terhadap orang-orang yang dianggap sebagai pengganti orang tua, guru misalnya. 3. Remaja mampu bergaul lebih matang dengan kedua jenis kelamin Pada masa remaja, remaja sudah seharusnya menyadari akan pentingnya pergaulan. Remaja yang menyadari akan tugas perkembangan yang harus dilaluinya adalah mampu bergaul dengan kedua jenis kelamin maka termasuk remaja yang sukses memasuki tahap perkembangan ini. Ada sebagaian besar remaja yang tetap tidak berani bergaul dengan lawan jenisnya sampai akhir usia remaja. Hal tersebut menunjukkan adanya ketidakmatangan dalam perkembangan remaja tersebut. 4. Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri Banyak remaja yang belum mengetahui kemampuannya. Bila remaja ditanya mengenai kelebihan dan kekurangannya pasti mereka akan lebih cepat menjawab tentang kekurangan yang dimilikinya dibandingkan dengan kelebihan yang dimilikinya. Hal tersebut menunjukkan bahwa remaja tersebut belum mengenal kemampuan dirinya sendiri. Bila hal tersebut tidak diselesaikan pada masa remaja ini tentu saja akan menjadi masalah untuk perkembangan selanjutnya (masa dewasa atau bahkan sampai tua sekalipun). 5. Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma Skala nilai dan norma biasanya diperoleh remaja melalui proses identifikasi dengan orang yang dikaguminya terutama dari tokoh masyarakat maupun dari bintang-bintang yang dikaguminya. Dari skala nilai dan norma yang diperolehnya akan membentuk suatu konsep mengenai harus menjadi seperti siapakah aku ?, sehingga hal tersebut dijadikan pegangan dalam

mengendalikan gejolak dorongan dalam dirinya. Maka penting bagi orang tua dan orang-orang yang dianggap sebagai pengganti orang tua untuk mampu menjadikan diri mereka sendiri sebagai idola bagi para remaja tersebut. Selain berbagai tuntutan psikologis perkembangan diri, kita juga harus mengenal ciri-ciri khusus pada remaja, antara lain:

Pertumbuhan Fisik yang sangat Cepat Emosinya tidak stabil Perkembangan Seksual sangat menonjol Cara berfikirnya bersifat kausalitas (hukum sebab akibat) Terikat erat dengan kelompoknya

Dengan mengetahui berbagai tuntutan psikologis perkembangan remaja dan ciri-ciri usia remaja, diharapkan para orangtua, pendidik dan remaja itu sendiri memahami hal-hal yang harus dilalui pada masa remaja ini sehingga bila remaja diarahkan dan dapat melalui masa remaja ini dengan baik maka pada masa selanjutnya remaja akan tumbuh sehat kepribadian dan jiwanya. Permasalahan yang sering muncul sering kali disebabkan ketidaktahuan para orang tua dan pendidik tentang baerbagai tuntutan psikologis ini, sehingga perilaku mereka seringkali tidak mampu mengarahkan remaja menuju kepenuhan perkembangan mereka. Bahkan tidak jarang orang tua dan pendidik mengambil sikap yang kontra produktif dari yang seharusnya diharapkan, sehingga semakin mengacaukan perkembangan diri para remaja tersebut. Sebuah PR yang panjang bagi orang tua dan pendidik, yang menuntut mereka untuk selalu mengevaluasi sikap yang diambil dalam pendidikan remaja yang dipercayakan kepada mereka. Dengan demikian, diharapkan para orang tua dan pendidik dapat memberikan rangsangan dan motivasi yang tepat untuk mendorong remaja menuju pada kepenuhan dirinya. William Kay mengemukakan tugas-tugas perkembangan remaja itu sebagai berikut, a. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya.

b. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang mempunyai

toritas. c. Mengembangkan keterampilan komunikasi interpersonal dan belajar bergaul

dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual maupin kelompok. d. e. Menemukan Menerima dirinya manusia sendiri dan model memilki yang keprcayaan dijadikan terhadap identiasnya. kemampuannya

sendiri. f. Memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas dasar skala nilai, prinsip-prinsip atau falsafah hidup (Weltanschauung)

g. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap/perilaku) kekanak-kanakan.


Tugas-tugas perkembangan seorang remaja menurut Havighurst adalah sebagai berikut : Mencapai suatu hubungan yang baru dan lebih matang antara lawan jenis yan seusia. Dapat menjalankan peran sosial maskulin dan feminin.

Menerima keadaan fisik dirinya sendiri dan menggunakan tubuhnya secara lebih efektif. Mengharapakan Mencapai dan mencapai emosional dari perilaku orang sosial tua dan karir perkawinan dan yang bertanggung dewasa jawab. lainnya. ekonomi. keluarga.

kemandirian

orang-orang

Mempersiapkan Mempersiapkan

Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan utnuk berperilkau dan mengembangkan ideologi.

Masa Remaja Menerima keadaan jasmaniah dan menggunakannya secar a efektif Menerima peranan sosial jenis kelamin sebagai pria/ wanita Menginginkan dan mencapai perilaku social yang bert anggung jawab social Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan o rang dewasa lainnya Belajar bergaul dengan kelompok anak-anak wanita da n anak-anak laki-laki Perkembangan skala nilai Secara sadar mengembangkan gambaran dunia yang lebi h adekwat Persiapan mandiri secara ekonomi Pemilihan dan latihan jabatan Mempersiapkan perkawinan dan keluarga

NILAI Contoh sikap positif yang berkaitan dengan nilai-nilai kebangsaan yang terkandung dalam Konstitusi UUD NRI Tahun 1945, adalah: 1) Nilai kemanusiaan.

a) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama manusia. a) b) c) d) e) f) Saling mencintai sesama manusia. Mengembangkan sikap tenggang rasa. Tidak semena-mena terhadap orang lain. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan. Berani membela kebenaran dan keadilan.

g) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari masyarakat dunia internasional dan dengan itu harus mengembangkan sikap saling hormat-menghormati dan bekejasama dengan bangsa lain 2) Nilai religius.

a) Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya masingmasing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. b) Hormat dan menghormati serta bekerjasama antara pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup. c) Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan masingmasing.

d)

Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaan kepada orang lain.

3) a) b)

Nilai Produktivitas. Kualitas perlindungan terhadap masyarakat dalam menuju kemakmuran. Kualitas undang-undang untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

4) a) b) c)

Nilai Keseimbangan. Menjalankan hak dan kewajiban sebagai warga negara yang proporsional. Tidak memaksakan kehendak, tetapi ber-emphaty. Keseimbangan antara kehidupan jasmani dan rohani.

5)

Nilai Demokrasi.

Kedaulatan berada di tangan rakyat, berarti setiap warga negara memiliki kebebasan yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pemerintahan sehingga dapat terwujud persatuan dan kesatuan Indonesia. Pilar utama persatuan dan kesatuan Indonesia. Pilar utama dalam membangun persatuan dan kesatuan bangsa dalam masyarakat, adalah: a) b) c) Rasa cinta tanah air. Jiwa patriot bangsa. Tercapainya kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pondasi utama tegaknya persatuan dan kesatuan bangsa adalah rasa cinta dan patriotisme terhadap tanah air serta hadirnya kesejahteraan rakyat. Berkaitan dengan faktor penting dalam membina dan memelihara persatuan dan kesatuan bangsa adalah: a) Segala derap langkah yang utama harus didasarkan pada upaya mengejar kepentingan masyarakat, bangsa dan negara. b) Terpeliharanya rasa kemanusiaan dan keadilan.

c)

Pemahaman yang benar atas realitas adanya perbedaan dalam keberagaman.

d)

Tumbuhnya kebanggaan sebagai bangsa Indonesia.

6)

Nilai Kesamaan Derajat.

Setiap warga negara memiliki hak, kewajiban dan kedudukan yang sama di depan hukum. Masyarakat menilai bahwa upaya penegakkan HAM yang paling menonjol adalah penegakkan hak mengeluarkan pendapat, kebebasan beragama, perlindungan dan kepastian hukum, serta bebas dari perlakuan tidakmanusiawi. Hak untuk mendapatkan kehidupan yang layak, mendapatkan pendidikan dan pelayanan kesehatan, serta aman dari ancaman ketakutan.

7)

Nilai ketaatan Hukum.

Setiap warga negara tanpa pandang bulu wajib mentaati setiap hukum dan peraturan yang berlaku. 3. Penutup. Dalam meningkatkan Pemahaman Nilai-Nilai Konstitusi, perlu Konsepsi yang jelas dan tegas terhadap Nilai Demokrasi, Kebersamaan, dan Ketaatan pada Hukum yang berlaku, Oleh karena itulah kita perlu mengangkat kembali nilai-nilai kebangsaan khususnya nilai-nilai yang terkandung dalam konstitusi UUD NRI Tahun 1945, demi meneguhkan kembali jati diri bangsa dan membangun kesadaran tentang sistem kenegaraan yang menjadi konsensus nasional, sehingga diharapkan bangsa Indonesia dapat tetap menjaga keutuhan dan mampu menegakkan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia di tengah terpaan arus globalisasi yang bersifat multidimensial. KOMITMEN Dimensi komitmen ialah (Marcia, 1993): 1. Seseorang dikatakan memiliki komitmen ketika aspek identitas yang dimiliki individu berguna untuk mengarahkan perilaku di masa depan dan tidak adanya perubahan yang besar pada aspek tersebut. 2. Tidak adanya komitmen ditunjukkan dengan keragu -

raguan yang dialami seseorang, tindakan yang terus berubah ubah, tidak terarah, dan membentuk komitmen personal pada saat ini bukanlah suatu hal yang penting Dimensi komitmen ialah (Marcia, 1993): 1. Seseorang dikatakan memiliki komitmen ketika aspek identitas yang dimiliki individu berguna untuk mengarahkan perilaku di masa depan dan tidak adanya perubahan yang besar pada aspek tersebut. 2. Tidak adanya komitmen ditunjukkan dengan keragu raguan yang dialami seseorang, tindakan yang terus berubah ubah, tidak terarah, dan membentuk komitmen personal pada saat ini bukanlah suatu hal yang penting PERILAKU SEKS MENYIMPANG

11 PERILAKU MENYIMPANG SEKSUAL


Februari 14, 2008 oleh denmaswahyu Kawan, di dunia ini banyak sekali hal-hal atau sesuatu yang menyimpang dari yang sebagaimana mestinya kita hidup dan kita jalani, tak terkecuali masalah yang berhubungan dengan seksualitas. Sekarang ini banyak kita jumpai di tengah-tengah masyarakat orang yang mengidap kelainan/penyimpangan seksual baik disebabkan faktor genetik (keturunan), ataupun lingkungan pergaulan. Oleh sebab itu tidak ada salahnya kita mengetahui jenis penyimpangan apa saja yang terjadi dalam hal seksualitas. Berikut ini 11 perilaku menyimpang seksual yang patut Kita ketahui (dan
semoga Anda tidak mengalaminya): 1. Ekshibisionisme Definisinya adalah seseorang mendapatkan kepuasan seksual dengan memamerkan bagian genitalnya sendiri kepada orang asing yang tidak mau melihatnya. Bagi seorang ekshibisionis, kepuasan berasal dari reaksi orang lain, yang secara keliru diduga (oleh si penderita) sebagai ekspresi kepuasan seksual. Kepuasan seksual diperoleh penderita saat melihat reaksi terperanjat, takut, kagum, jijik, atau menjerit dari orang yang melihatnya. Kemudian hal tersebut digunakan sebagai dasar untuk fantasi masturbasi. Orgasme dicapai dengan melakukan masturbasi pada saat itu juga atau sesaat kemudian.

2. Voyeurisme Ciri utama voyeurism (di dunia kedokteran dikenal sebagai skopofilia) adalah adanya dorongan yang tidak terkendali untuk secara diam-diam mengintip atau melihat wanita yang sedang telanjang, melepas pakaian, atau melakukan kegiatan seksual. Penderita biasanya memperoleh kepuasan seksual dari tontonan tersebut. Wanita yang diintip biasanya tak dia kenal. Mengintip menjadi cara eksklusif untuk mendapatkan kepuasan seksual. Anehnya, ia sama sekali tidak menginginkan berhubungan seksual dengan wanita yang diintip. Kepuasan orgasme biasanya didapat dengan cara masturbasi. Uniknya, voyeurism sejati tidak terangsang jika melihat wanita yang tidak berpakaian di hadapannya. Mereka hanya terangsang jika mengintipnya. Dengan mengintip mereka mampu mempertahankan keunggulan seksual tanpa perlu mengalami risiko kegagalan atau penolakan dari pasangan yang nyata. 3. Frotteurisme Menggosokkan badan atau memeluk orang lain yang tidak mau. Hal seperti itu banyak ditemukan di tempat-tempat di mana kita mau tidak mau berdesak-desakan satu sama lain, contohnya di kereta atau di bis yang penuh sesak. 4. Pedofilia Istilah yang sering sekali kita dengar. Orang dewasa, terutama pria, yang mencari kontak fisik dan seksual dengan anak-anak prapubertas yang tidak mau berhubungan dengan mereka. Sekitar dua pertiga korban kelainan ini adalah anak-anak berusia 8 11 tahun. Kebanyakan paedofilia menjangkiti pria, namun ada pula kasus wanita berhubungan seks secara berulang dengan anak-anak. Kebanyakan kaum paedofil mengenali korbannya, misalnya saudara, tetangga, atau kenalan. Kaum paedofil dikategorikan dalam tiga golongan yakni di atas 50 tahun, 20-an hingga 30 tahun, dan para remaja. Seremnya lagi, sebagian besar mereka adalah para heteroseksual dan kebanyakan sudah menjadi ayah. 5. Sadomasokisme Sadisme seksual dan masokisme. Sadisme mengambil nama dari Marquis de Sade (1740-1814) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kenikmatan atau rangsangan seksual yang diperoleh dengan menimbulkan nyeri atau menyiksa pasangannya. Semakin sakit, semakin terangsang. Masokisme nama pengarang terkenal lain tentang eksploitasi seksual, Leopold von Sacher-Masoch (1836-1895) menggambarkan keinginan untuk mendapatkan nyeri dan kenikmatan seksual dari siksaan atau hinaan (secara fisik atau verbal). Penderita sadistik mendapatkan kepuasan seksual dari menimbulkan rasa sakit dan/atau hinaan, sedangkan masokistik mendapatkan kepuasan seksual dari menerima rasa sakit dan/atau hinaan. Aktivitas seksual sadomasokistik ditandai oleh teknik yang melibatkan dominasi dan penyerahan ekstrim dan dengan memberi dan menerima siksaan. Sebagian besar penderita adalah wanita. Disebut sadomasokistik karena pelakunya memiliki sisi sadistik dan masokistik dari kepribadian mereka. Tetapi, walaupun banyak yang bertukar peran, masokistik lebih banyak dari sadistik. 6. Fetishisme

Fetishisme adalah ketergantungan pada suatu bagian tubuh atau suatu benda (yang dinamakan fetish) untuk mendapatkan rangsangan dan kepuasan seksual. Penderitanya menjadi terangsang dengan bagian tubuh (misalnya bokong) atau suatu benda (biasanya pakaian dalam) yang bagi sebagian besar orang hanya merupakan stimuli. Benda itu mungkin dapat menjadi dasar fantasi atau membantu percintaan tetapi bukan menjadi pengganti aktivitas seksual yang lebih konvensional. Secara umum fetishist adalah orang yang tidak mampu menikmati seks tanpa adanya sebuah fetish. Fetish mungkin bagian tubuh (seperti bokong, misalnya), benda mati (seperti sepasang sepatu), atau bahan (seperti karet). Pada kasus ekstrim, objek fetish menjadi pengganti pasangan manusia yang nyata. 7. Skatologia telepon Bisa diartikan sebagai melakukan hubungan telepon yang cabul dengan orang lain yang tidak menginginkannya. 8. Transvestisme Transvestisme juga dikenal sebagai berpakaian lawan jenis (cross-dressing). Bagi sebagian pria, transvestisme merupakan suatu aktivitas seksual di mana kepuasan emosional dan fisik diperoleh dari menggunakan pakaian wanita. Salah besar jika menganggap transvestisme adalah homoseksual. Sebagian besar adalah heteroseksual dengan kehidupan seks yang cukup konvensional dan banyak yang menikah serta memiliki anak. Pola pakaian lawan jenis cukup bervariasi. Sebagian transvestist menolak pakaian pria sama sekali dan menggunakan pakaian wanita sepanjang waktu. Sebagian lagi hanya menggunakan pakaian wanita kadang-kadang saja atau sering kali, sedangkan yang lain hanya memilih satu jenis pakaian saja. Sebagian penderita transvestisme memiliki kepribadian ganda satu pria dan satu wanita dan berpakaian lawan jenis untuk mengekspresikan kepribadian wanitanya sementara pada dasarnya adalah maskulin. Biasanya kelainan ini bermula sejak anak-anak atau remaja. Seperangkat pakaian yang disukai dapat menjadi benda yang merangsang nafsu seksualnya. Awalnya dipakai pada saat masturbasi, kemudian saat persetubuhan. Yang dikenakan mula-mula hanya terbatas cross-dressing parsial (hanya mengenakan BH dan celana dalam), lama-kelamaan mengenakan pakaian wanita lengkap, cross-dressing total. Yang terakhir dilakukan ketika si penderita mulai merasa mampu berdikari, sekitar masa remaja sampai dewasa muda. Frekuensi kejadiannya makin lama makin meningkat dan akhirnya menjadi kebiasaan. Seiring dengan bertambahnya usia, kecenderungan untuk mendapatkan kepuasan seksual melalui cara ini dapat berkurang atau bahkan hilang. Walaupun ada kalanya sejumlah kecil transvestit muncul pada usia lebih lanjut, yang menghendaki mengenakan pakaian wanita dan hidup sebagai wanita secara tetap. Dalam kasus terakhir ini transvestisme berubah menjadi transeksualisme; penderita ingin berganti kelamin, menjadi seperti lawan jenis, dan tidak lagi mendapat kepuasan seksual hanya dengan crossdressing. 9. Satiriasis Juga dikenal sebagai Don Juanisme atau adiksi seksual. Kondisi ini adalah ekuivalen pria dari nimfomania, suatu gangguan psikologis di mana pria didominasi oleh keinginan yang tidak henti-hentinya untuk melakukan hubungan seksual dengan banyak pasangan yang berbeda. Kadang-kadang diduga disebabkan oleh narsikisme yang kuat dan perasaan perlunya kontrol dari perasaan inferior melalui keberhasilan seksual. Jenis penyimpangan ini sangat berisiko untuk tertular penyakit kelamin dan HIV/AIDS.

10. Perilaku seksual kompulsif Adalah pengulangan tindakan erotik tanpa kenikmatan. Kompulsi seksual ini bisa berupa telepon seks yang tanpa akhir, one-night stand (affair singkat), atau masturbasi beberapa kali dalam sehari, penderitanya seringkali mengaku merasa tidak terkendali sebe lum aktivitas dan merasa bersalah atau malu setelahnya. Apapun kepuasan seksual yang didapatnya, tindakan tersebut adalah dangkal dan hambar. Pencarian kepuasan seksual yang mereka lakukan bersifat kompulsif, kadang-kadang ritualistik. Mereka merasa tidak mampu mengendalikan dirinya sendiri selama pencarian, dan setelahnya merasa putus asa, malu, dan membenci diri sendiri. Tetapi satu-satunya cara untuk dapat lolos dari perasaan negatif itu adalah melalui pengulangan pencarian kepuasan seksual yang untuk sementara mematikan atau menumpulkan perasaan malu. Dengan demikian tercipta lingkaran setan yang tidak ada hentinya. 11. Incest Hubungan seksual antara kerabat dekat di mana perkawinan di antara mereka ditentang oleh hukum. Incest merupakan tabu sosial yang besar, bahkan bisa merusak keturunan.
Sumber: Buku Mans Body Sexual Fantasies (dikutip dari artikel di wikimu)

*** Setelah mengetahui jenis penyimpangan seksual di atas, ada baiknya kita pun menjaga diri agar kita sebisa mungkin terhindar dari hal tersebut, karena bagaimanapun sesuatu yang menyimpang sejatinya tidak baik walaupun kelihatannya baik. Terhadap pengidap salah satu penyimpangan seksual di atas, kita pun jangan sampai menjauhi apalagi mencacinya justru harus kita gandeng agar penyimpangan tersebut berangsur hilang dan ke keadaan normal kembali. Bagi kawan yang pengidap salah satu penyimpangan di atas, DenMas hanya bisa mendoakan semoga diberikan petunjuk ke jalan yang benar. SEMOGA Kawan TANDA-TANDA

Perilaku seks menyimpang sangat mengkhawatirkan terutama bagi anak. Orangtua dan keluarga sebagai benteng pertama harus ekstra hati-hati. Lalu bagaimana mengetahui anak memiliki perilaku seks penyimpang atau tidak? Psikolog, Lusi Triyani mengatakan, banyak hal yang bisa dilakukan orangtua agar anak tak terjebak pada perilaku seks menyimpang. Cara mengantisipasinya pun tak begitu sulit. Langkah pertama yang bisa dilakukan orangtua adalah jangan membiarkan anak berduaan di kamar dengan teman sesama jenis. Banyak orangtua yang justru bersikap tenang saat anaknya main di kamar bersama lawan jenisnya. Jangan pernah mengunci pintu kamar anak saat sedang bermain. Biarkan pintu sedikit dibuka sedikit agar Anda bisa mengontrol apa yang sedang dilakukannya.

Lalu apa bedanya teman yang normal dan berperilaku menyimpang? Seperti dikutip dari republika, Rabu (6/2), Lusi menjelaskan, perilaku penyimpang dapat terlihat saat sang teman bersikap seperti sedang saling jatuh cinta. Anda dapat mengetahui tanda-tanda itu dari gaya bicara, tatapan, sentuhan, pelukan yang terlihat aneh dan tak lazim dilakukan sesama jenis. Selain itu, anak sering lelaj saat keluar kamar. Mereka yang memiliki perilaku seks menyimpang akan cepat lelah, kurang beraktivitas, tidak konsentrasi, dan banyak melamun. Jika tanda-tanda itu Anda temukan pada buah hati, jangan panik! Coba komunikasikan dengan baik pada anak. Umumnya, anak malu mengungkapkan bahwa dirinya memiliki perilaku seks menyimpang. Mulailah dengan menanyakan baik-baik alasan anak melakukan hal itu. Tawarkan beberapa solusi pada anak dan berikan apa yang dia butuhkan agar tak merasa dijauhi dan hancur. Jika tak mampu, lebih baik ajak anak ke psikiater untuk diobservasi dan diterapi. UPAYA adalah suatu perilaku penyimpangan seksual dimana sang pelaku jatuh cinta dan mencari kepuasan seksual kepada orang yang sudah berusia lanjut k asus Gerontopilia mungkin jarang terdapat dalam masyarakat karena umumnya si p enderita malu untuk berkonsultasi kepada pakar seksual , dan tidak jarang mereka adalah anggota masyarakat biasa yang juga memiliki keluarga serta dapat menjalankan tugas -tugas hidupnya secara normal ; Penyimpangan perilaku seksual pada dasarnya adalah terjadinya perbuatan disasosiatif dalam diri individu yang diakibatkan karena pengaru h internal maupun ekseternal luar lingkungan sekitar individu. Berdasarkan pemaparan mengenai ragam bentuk perilaku seksual menyimpang tersebut, di dalam penulisan skripsi ini lebih disoroti pada penyimpangan seksual dalam konteks homoseksual antara pria dengan pria ( gay ). Dimana hal ini didasarkan pada adanya suatu bentuk penyimpangan secara trans seksual bukan dalam bentuk trans gender.

D. Tinjauan Psikologi Kriminal Terhadap Perilaku Homoseksualitas Menurut Sigmund Freud, aparat aparat psikis dapat digolongkan kedalam tiga go longan yaitu libido , struktur kejiwaan dan struktur kepribadian.
66
65

Kelly Brook, Log.Cit , hlm. 119


66

Sarlito Wirawan Sarwono, Log.Cit , hlm. 122

Berkaitan dengan unsur seksual sangat dipengaruhi oleh adanya suatu energi vital yang dinamakan libido . Pengertian libido itu sendiri adalah energi vital yang sepenuh nya bersifat kejiwaan dan tidak bisa dicampurkan dengan energy energi
Universitas Sumatera Utara

fisik yang bersumber pada kebutuhan kebutuhan biologis, libido bersumber pada seks.
67

Freud mengemukakan bahwa manusia terlahir dengan sejumlah insting (naluri). Insting insting itu dapa t digolongkan dalam dua jenis, yaitu insting hidup ( life instinc t ) dan insting mati ( death instinct ). Insting hidup adalah naluri untuk mempertahankan hidup dan keturunan, sedangkan insting mati adalah naluri yang

menyatakan bahwa pada suatu saat seseorang itu akan mati. Mengenai insting hidup jelas dinyatakan sebagai insting seksual dan energi energi yang berasal dari insting seksual inilah yang disebutnya sebagai libido atau dapat diartikan sebagai insting seksual .
68

Insting insting seksual mula mula mem ang berkaitan erat dengan bagian bagian tubuh tertentu, yaitu bagian bagian tubuh yang dapat menimbulkan kepuasan seksual. Bagian bagian tubuh itu disebut daerah daerah erogen ( erogenous zones ), yaitu mulut, anus (pelepasan), dan alat kelamin. Namun, denga n berkembangnya sistem kejiwaan manusia, rasa puas atau ketegangan ketegangan ( tension ) yang berasal dari daerah daerah erogen ini lama kelamaan terlepas dari kaitannya dengan tubuh dan menjadi dorongan dorongan yang berdiri sendiri sendiri.
69
67

Sarlito Wira wan Sarwono, Ibid

, hlm. 123
68

Sarlito Wirawan Sarwono, Ibid , hlm. 125


69

Jurnal Psikologi, Op.Cit , hlm. 9

Sifat, kekuat an, dan cara penyaluran dari libido pada masa anak anak sangat menentukan kehidupan kejiwaan dan kepribadian orang yang bersangkut an, oleh karena itu masa anak anak dipandang sebagai masa kritis yang penting sekali artinya.
Universitas Sumatera Utara

Dalam tahapan perkembangan psik oseksual individu sendiri dibagi ke dalam dua alur besar, dimana alur besar yang pertama disebut tingkat pragenital yang terdiri dari tingka t oral, anal dan falik. Sedangkan alur besar yang kedua terbagi kedalam tingkat laten dan tingkat genital. Selanjut nya akan dijelaskan sebagai berikut :
70

a. Tingkat Oral, pada tahapan ini berlangsung pada usia bayi satu hari hingga satu tahun. Dalam fase ini pusat kenikmatan bersumber pada daerah tubuh sekitar mulut; b. Tingkat Anal, terjadi pada usia satu tahun hingga em pat tahun, perkembangan psikoseksual pada masa ini dibagi menjadi dua tahap yaitu, tahap anal eksklusif, di mana anak mendapatkan kepuasan

seksual dari proses buang air besar, sedangkan tahap selanjutnya disebut tahap anal alternatif di mana anak mendapat kan kepuasan seksual dengan menahan tinja dalam perut; c. Tingkat F alik, terjadi pada usia empat sampai dengan enam tahun inti dari perkembangan psikoseksual pada masa ini adalah kompleks oedipoes . Kompleks oedipoes berarti cinta seorang anak laki laki kepada ibunya atau cinta seorang anak perempuan kepada ayahnya. Disamping itu, tanda tanda pada periode ini antara lain, meningkatnya kegiatan masturbasi, meningkatnya keinginan untuk bersentuhan tubuh dengan anggota keluarga yang berlawanan jenis, dan meningkat nya kecenderungan ekshibionis;
70

Sarlito Wirawan Sarwono, Op.Cit , hlm. 130 Universitas Sumatera Utara

d. Tingkat laten, adalah masa konsolidasi dalam perkembangan psikoseksual. Tidak ada perkembangan atau pertumbuhan baru. Mekanisme mekanisme pertahanan seksual yang suadah ada dimanfaatkan untuk penyesuaian diri terhadap lingkun gan, tetapi tidak ada mekanisme mekanisme baru yang dibentuk; e. Tingkat

genital, adalah penghubung antara masa anak anak dan dewasa. Ada tiga tahapan pada tahap ini yaitu, tahap prapuber ditandai dengan meningkatnya kembali dorongan libido , tahap puber yaitu ditandai dengan pertumbuhan fisik, khususnya tanda tanda seksual sekunder dan kemampuan organik ( ereksi ), selanjutnya adalah tahap adaptasi di mana remaja bersangkutan menyesuaikan diri terhadap dorongandorongan seksual dan perubahan perubahan kondisi fi sik yang tiba tiba mengarah pada bentuk kematangan fisik ke arah tahap individu dewasa; Disamping adanya faktor genetik yang menyebabkan terjadinya penyimpangan orientasi seksual, juga dapat terjadi pada fase perkembangan psikoseksual manusia yang memungki nkan terjadinya tindakan disasosiatif dalam perkembangannya seperi orientasi seksual dalam bentuk homoseksualitas gay atau lesbian.
71

Permasalahan homoseksualitas dikategorikan sebagai perilaku abnormal. Istilah ini di pakai dengan menunjuk kepada aspek b atiniah kepribadian, aspek perilaku sepesifik tertentu yang bisa diamati. Secara terjemahan umum dapat
71

Matt Jarviss, Teori Teori Psikologi Pendekatan Modern Untuk Memahami Perilaku, Perasaan Dan Pikiran Manus ia , (Band ung : Nusa Media, 2009), hlm. 197 Universitas Sumatera Utara

diartikan sebagai gangguan mental dan dalam konteks yang lebih luas sama artinya dengan perilaku maladatif.
72

Keadaan homoseksualitas dapat didefinisika n pula sebagai adanya keinginan individu untuk berhubungan seksual dengan orang orang yang sejenis saja.
73

Secara tradisional, psikologi cenderung mengabaikan permasalahan homoseksualitas gay dan lesbian atau menganggap orang dengan penyimpangan perilaku seksual itu sebagai orang abnormal.
74

British psychlogical society , mempelajari permasalahan homoseksualitas seperti gay dan lesbian dengan tujuan memperbaiki pemahaman psikologi masyarakat dan menggunakan psikologi untuk meningkatkan kehidupan kaum gay dan lesbian . Meskipun demikian, banyak penelitian telah diteruskan seputar penjelasan mengapa ada individu menjadi homoseksual, keadaan ini tetap mengidentifikasikan bahwa homoseksual masih perlu di perjelas alasannya. Secara kebutu han, istilah homoseksual itu problematis diasosiasikan dengan stereotif negatif dan gagasan bahwa kaum gay dan lesbian sudah menjadi istilah internasional untuk studi psikologi yang membicarakan permasalahan gay dan lesbian .
75

72

Tristiadi Ardhi W ardani, Log. Cit , hlm. 21


73

Tristiadi ardhi Wardhani, Log. Cit , hlm. 22


74

Matt Jarvis, Ibid , hlm. 200


75

Matt Jarvis, Ibid , hlm. 202

Pada tataran praktis, ahli psikologi berusaha untuk me njelaskan dan mengatasi permasalahan homoseksualitas dengan cara mengatasi homophobia yaitu, kecenderungan untuk bereaksi negatif terhadap kaum gay dan lesbian.
Universitas Sumatera Utara

Secara tersistematis psikologi memberikan perspektif terhadap penyebab mengapa individu diakiba tkan faktor lingkungan mengalami kecenderungan untuk berprilaku seksual menyimpang sebagai berikut :
76

a. Pengaruh lingkungan di sekitar individu menimbulkan situasi sosial yang sangat berpengaruh terhadap orientasi kejiwaan individu; b. Pengalaman seksual menyim pang yang didapatkan oleh individu dalam masa pertumbuhannya, seperti penganiayaan skunder berupa pemerkosaan sejenis; c. Pengaruh homophobia dalam bentuk interaksi dengan faktor -faktor yang berkaitan dengan lingkup homoseksualitas seperti dalam bentuk video porno homoseksual; d. Kondisi kehidupan individu yang terpisah dari lawan jenis seksualnya; e. Kondisi genetik individu; Psiko logi

gay dan lesbian sudah berjalan cukup lama sejak homoseksualitas masih dianggap sebagai gangguan mental. Salah satu alasan mengap a pergeseran ini terjadi karena psikologi lebih menekankan pada faktor faktor sosial daripada faktor faktor individual sehingga terbuka peluang untuk meneliti sebuah bidang tanpa memberikan stigma pada individu individu terkait. SEMUA TENTANG PERILAKU MENYIMPANG

Perilaku menyimpang
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Langsung ke: navigasi, cari Perilaku menyimpang yang juga biasa dikenal dengan nama penyimpangan sosial adalah perilaku yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan atau kepatutan, baik dalam sudut pandang kemanusiaan (agama) secara individu maupun pembenarannya sebagai bagian daripada makhluk sosial. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia perilaku menyimpang diartikan sebagai tingkah laku, perbuatan, atau tanggapan seseorang terhadap lingkungan yang bertentangan dengan normanorma dan hukum yang ada di dalam masyarakat.[1] Dalam kehidupan masyarakat, semua tindakan manusia dibatasi oleh aturan (norma) untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan sesuatu yang dianggap baik oleh masyarakat. Namun demikian di tengah kehidupan masyarakat kadang-kadang masih kita jumpai tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan aturan (norma) yang berlaku pada masyarakat, misalnya seorang siswa menyontek pada saat ulangan, berbohong, mencuri, dan mengganggu siswa lain. Penyimpangan terhadap norma-norma atau nilai-nilai masyarakat disebut deviasi (deviation), sedangkan pelaku atau individu yang melakukan penyimpangan disebut devian (deviant). Kebalikan dari perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak menyimpang yang sering disebut dengan konformitas. Konformitas adalah bentuk interaksi sosial yang di dalamnya seseorang berperilaku sesuai dengan harapan kelompok.

Penyebab

Menurut Wilnes dalam bukunya Punishment and Reformation sebab-sebab penyimpangan/kejahatan dibagi menjadi dua, yaitu sebagai berikut : 1. Faktor subjektif adalah faktor yang berasal dari seseorang itu sendiri (sifat pembawaan yang dibawa sejak lahir). 2. Faktor objektif adalah faktor yang berasal dari luar (lingkungan). Misalnya keadaan rumah tangga, seperti hubungan antara orang tua dan anak yang tidak serasi. Untuk lebih jelasnya, berikut diuraikan beberapa penyebab terjadinya penyimpangan seorang individu (faktor objektif), yaitu 1. Ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan. Seseorang yang tidak sanggup menyerap norma-norma kebudayaan ke dalam kepribadiannya, ia tidak dapat membedakan hal yang pantas dan tidak pantas. Keadaan itu terjadi akibat dari proses sosialisasi yang tidak sempurna, misalnya karena seseorang tumbuh dalam keluarga yang retak (broken home). Apabila kedua orang tuanya tidak bisa mendidik anaknya dengan sempurna, maka anak itu tidak akan mengetahui hak dan kewajibannya sebagai anggota keluarga. 2. Proses belajar yang menyimpang. Seseorang yang melakukan tindakan menyimpang karena seringnya membaca atau melihat tayangan tentang perilaku menyimpang. Hal itu merupakan bentuk perilaku menyimpang yang disebabkan karena proses belajar yang menyimpang. Karier penjahat kelas kakap yang diawali dari kejahatan kecil-kecilan yang terus meningkat dan makin berani/nekad merupakan bentuk proses belajar menyimpang. 3. Ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial. Terjadinya ketegangan antara kebudayaan dan struktur sosial dapat mengakibatkan perilaku yang menyimpang. Hal itu terjadi jika dalam upaya mencapai suatu tujuan seseorang tidak memperoleh peluang, sehingga ia mengupayakan peluang itu sendiri, maka terjadilah perilaku menyimpang. 4. Ikatan sosial yang berlainan. Setiap orang umumnya berhubungan dengan beberapa kelompok. Jika pergaulan itu mempunyai pola-pola perilaku yang menyimpang, maka kemungkinan ia juga akan mencontoh pola-pola perilaku menyimpang. 5. Akibat proses sosialisasi nilai-nilai sub-kebudayaan yang menyimpang. Seringnya media massa menampilkan berita atau tayangan tentang tindak kejahatan (perilaku menyimpang). Hal inilah yang dikatakan sebagai proses belajar dari sub-kebudayaan yang menyimpang.

Faktor Penyebab
Faktor-faktor penyebab penyimpangan sosial

Faktor dari dalam adalah intelegensi atau tingkat kecerdasan, usia, jenis kelamin dan kedudukan seseorang dalam keluarga. Misalnya: seseorang yang tidak normal dan pertambahan usia. Faktor dari luar adalah kehidupan rumah tangga atau keluarga, pendidikan di sekolah, pergaulan dan media massa. Misalnya: seorang anak yang sering melihat orang tuanya bertengkar dapat melarikan diri pada obat-obatan atau narkoba. Pergaulan individu yang berhubungan teman-temannya, media massa, media cetak, media elektronik.

Bentuk
Bentuk-bentuk perilaku menyimpang dapat dibedakan menjadi dua, sebagai berikut.

Berdasarkan sifat
Bentuk penyimpangan berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut.

Penyimpangan bersifat positif Penyimpangan bersifat positif adalah penyimpangan yang mempunyai dampak positif ter-hadap sistem sosial karena mengandung unsur-unsur inovatif, kreatif, dan memperkaya wawasan seseorang. Penyimpangan seperti ini biasanya diterima masyarakat karena sesuai perkembangan zaman. Misalnya emansipasi wanita dalam kehidupan masyarakat yang memunculkan wanita karier.

Penyimpangan bersifat negatif Penyimpangan bersifat negatif adalah penyimpangan yang bertindak ke arah nilai-nilai sosial yang dianggap rendah dan selalu mengakibatkan hal yang buruk seperti pencurian, perampokan, pelacuran, dan pemerkosaan. Bentuk penyimpangan yang bersifat negatif antara lain sebagai berikut:

Penyimpangan primer (primary deviation)

Penyimpangan primer adalah penyimpangan yang dilakukan seseorang yang hanya bersifat temporer dan tidak berulang-ulang. Misalnya seorang siswa yang terlambat masuk sekolah karena ban sepeda motornya bocor, seseorang yang menunda pembayaran pajak karena alasan keuangan yang tidak mencukupi, atau pengemudi kendaraan bermotor yang sesekali melanggar rambu-rambu lalu lintas.

Penyimpangan sekunder (secondary deviation)

Penyimpangan sekunder adalah perilaku menyimpang yang nyata dan seringkali terjadi, sehingga berakibat cukup parah serta menganggu orang lain. Misalnya orang yang terbiasa minum-minuman keras dan selalu pulang dalam keadaan mabuk.

Berdasarkan pelakunya
Bentuk penyimpangan berdasarkan pelakunya, dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut:

Penyimpangan individual (individual deviation)

Penyimpangan individual adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang yang menyimpang dari norma-norma suatu kebudayaan yang telah mapan. Misalnya, seseorang bertindak sendiri tanpa rencana melaksanakan suatu kejahatan. Penyimpangan individu berdasarkan kadar penyimpangannya dibagi menjadi lima, yaitu sebagai berikut. 1. Pembandel, yaitu penyimpangan karena tidak patuh pada nasihat orang tua agar mengubah pendiriannya yang kurang baik. 2. Pembangkang, yaitu penyimpangan karena tidak taat pada peringatan orang-orang. 3. Pelanggar, yaitu penyimpangan karena melanggar norma-norma umum yang berlaku. Misalnya orang yang melanggar rambu-rambu lalu lintas pada saat di jalan raya. 4. Perusuh atau penjahat, yaitu penyimpangan karena mengabaikan norma-norma umum sehingga menimbulkan kerugian harta benda atau jiwa di lingkungannya. Misalnya pencuri, penjambret, penodong, dan lain-lain. 5. Munafik, yaitu penyimpangan karena tidak menepati janji, berkata bohong, berkhianat, dan berlagak membela.

Penyimpangan kelompok (group deviation) Penyimpangan kelompok adalah tindakan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang tunduk pada norma kelompok yang bertentangan dengan norma masyarakat yang berlaku. Misalnya, sekelompok orang menyelundupkan narkotika atau obat-obatan terlarang lainnya.

Penyimpangan campuran (combined deviation) Penyimpangan seperti itu dilakukan oleh suatu golongan sosial yang memiliki organisasi yang rapi, sehingga individu ataupun kelompok didalamnya taat dan tunduk kepada norma golongan dan mengabaikan norma masyarakat yang berlaku. Misalnya, remaja yang putus sekolah dan pengangguran yang frustasi dari kehidupan masyarakat, dengan di bawah pimpinan seorang tokoh mereka mengelompok ke dalam organisasi rahasia yang menyimpang dari norma umum (geng).

Penggolongan Perilaku Menyimpang

Tindakan non-conform, yaitu tindakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai atau normanorma yang berlaku. Contohnya: mengenakan sandal jepit ke sekolah, meninggalkan jam-jam pelajaran, merokok di area larangan merokok, membuang sampah bukan pada tempatnya dan sebagainya. Tindakan antisosial, yaitu tindakan yang melawan kebiasaan masyarakat atau kepentingan umum. Bentuk tindakan itu antara lain: menarik diri dari pergaulan, tidak mau berteman, keinginan untuk bunuh diri, minum-minumman keras, menggunakan narkotika, homoseksual dan lain-lain. Tindakan kriminal, yaitu tindakan yang nyata-nyata telah melanggar hukum tertulis dan mengancam jiwa atau keselamatan orang lain. Misalnya: pencurian, perampokan, perkosaan, pembunuhan, korupsi dan lain-lain.

Jenis-jenis Penyimpangan Sosial


Jenis-jenis penyimpangan sosial terdiri dari 4 jenis

Tawuran atau perkelahian antarpelajar

Perkelahian termasuk jenis kenakalan remaja akibat kompleksnya kehidupan kota yang disebabkan karena masalah sepele.

Penyalahgunaan narkotika, obat-obat terlarang dan minuman keras

Penyalahgunaan narkotika adalah penggunaan narkotika dan narkoba tanpa izin dengan tujuan hanya untuk memperoleh kenikmatan. Penyimpangan sosial yang timbul adalah pembunuhan, pemerkosaan, pencurian, perampokan.

Hubungan seksual

Hubungan seks diluar nikah, pelacuran dan HIV/AIDS merupakan penyimpangan sosial karena menyimpang norma sosial maupun agama.

Tindak kriminalitas

Tindak kriminal adalah tindak kejahatan atau tindakan yang merugikan orang lain dan melanggar norma hukum, norma sosial dan norma agama. Misalnya: mencuri, menodong, menjambret, membunuh, dan lain-lain. Disebabkan karena masalah kesulitan ekonomi. Dan merupakan profesi atau pekerjaanya karena sulit mencari pekerjaan yang halal. Ada 5 jenis kejahatan: 1. Kejahatan tanpa korban (crime without victim) adalah kejahatan yang tidak mengakibatkan penderitaan pada korban akibat tindak pidana orang lain. Contohnya berjudi, mabuk-mabukan, penyalahgunaan narkotika, dan sebagainya. 2. Kejahatan terorganisir (organized crime) adalah pelaku kejahatan merupakan komplotan yang secara berkesinambungan melakukan berbagai cara untuk mendapatkan uang atau kekuasaan dengan jalan menghindari hukum. Contohnya komplotan korupsi, penyediaan jasa pelacur. 3. Kejahatan kerah putih (white collar crime) adalah kejahatan yang mengacu pada kejahatan orang-orang terpandang atau berstatus tinggi. Contohnya korupsi, kolusi. 4. Kejahatan kerah biru (blue collar crime) adalah kejahatan yang dilakukan oleh orangorang golongan rendah. Contohnya mencuri jemuran, sandal di masjid dan sebagainya. 5. Kejahatan korporat (corporate crime) adalah jenis kejahatan yang dilakukan atas nama organisasi dengan tujuan menaikkan keuntungan atau menekan kerugian. Contohnya, suatu perusahaan membuang limbah beracun ke sungai yang mengakibatkan penduduk sekitar mengalami berbagai jenis penyakit.

Pencegahan Penyimpangan Sosial

Pencegahan penyimpangan sosial. Antara lain

Keluarga

Keluarga merupakan awal proses sosialisasi dan pembentukan kepribadian seorang anak. Kepribadian seorang anak akan terbentuk dengan baik apabila ia lahir dan tumbuh berkembang dalam lingkungan keluarga yang baik begitu sebaliknya.

Lingkungan tempat tinggal dan teman sepermainan

Lingkungan tempat tinggal juga dapat mempengaruhi kepribadian seseorang untuk melakukan penyimpangan sosial. Seseorang yang tinggal dalam lingkungan tempat tinggal yang baik, warganya taat dalam melakukan ibadah agama dan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik maka keadaan ini akan memengaruhi kepribadian seseorang menjadi baik sehingga terhindar dari penyimpangan sosial dan begitu juga sebaliknya.

Media massa

Media massa baik cetak maupun elektronik merupakan suatu wadah sosialisasi yang dapat mempengaruhi seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Langkah pencegahan agar tidak terpengaruh akibat media massa adalah apbila kamu ingin menonton acara di televisi dengan memilih acara yang bernilai positif dan menghindari tayangan yang dapat membawa pengaruh tidak bai

Anda mungkin juga menyukai