Sunrise Model
Sunrise Model
dapat mencegah terjadinya culture shock maupun culture imposition. Culture shock terjadi saat pihak luar (perawat) mencoba mempelajari atau beradaptasi secara efektif dengan kelompok budaya tertentu (klien). Klien akan merasakan perasaan tidak nyaman, gelisah dan disorientasi karena perbedaan nilai budaya, keyakinan, dan kebiasaan. Sedangkanculture imposition adalah kecenderungan tenaga kesehatan (perawat), baik secara diamdiam maupun terang-terangan, memaksakan nilai-nilai budaya, keyakinan dan kebiasaan/perilaku yang dimilikinya kepada individu, keluarga, atau kelompok dari budaya lain. Model matahariterbit (sunrise model) ini melambangkan esensi keperawatan dalam transcultural yang menjelaskan bahwa sebelum memberikan asuhan keperawatan kepada klien (individu, keluarga, kelompok, komunitas, lembaga), perawat terlebih dahulu harus mempunyai pengetahuan mengenai pandangan dunia (world view) tentang dimensi dan budaya serta struktur social yang berkembang di berbagai belahan dunia (secara global) maupun masyarakat dalam lingkup yang sempit. Dimensi budaya dan struktur social tersebut menurut Leininger dipengaruhi oleh tujuh factor, yaitu teknologi, agama dan falsafah hidup, factor social dan kekebaratan, nilai budaya dan gaya hidup, politik dan hokum ekonomi, dan pendidikan. Lingkungan Dalam tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien harus memperhatikan tiga prinsip asuhan keperawatan yaitu : 1. Culture care preservation / maintenace yaitu prinsip membantu memfasilitasi atau memperhatikan fenomena budaya untuk membantu individu menentukan tingkat kesehatan dan gaya hidup yang diinginkan. 2. Culture care accommodation/negotation yaitu prinsip membantu memfasilitasi atau memperhatikan fenomena budaya,yang merefleksikan cara beradaptasi bernegoisasi atau mempertimbangkan kondisi kesehatan dan gaya hidup individu atau klien. 3. Culture care reparrtening/restructuring yaitu prinsip merekonstruksi atau mengubah desain untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan dan pola hidup klien menjadi lebih baik. Hasil akhir yang diperoleh melalui pendekatan keperawatan transkultural pada asuhan keperawatan adalah tercapainya culture congruent nursing care health and well being yaitu asuhan keperawatan yang kompeten berdasarkan budaya dan pengetahuan kesehatan yang sensitif, kreatif, serta cara-cara yang bermakna untuk mencapai tingkat kesehatan dan kesejahteraan bagi masyarakat. Pengkajian Adalah suatu proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan klien sesuai latar belakang budayanya.(andrew & boyle, 1995 ; giger & davidhizar, 1995 ; kozier & erb, 1995). Ada tujuh komponen dimensi budaya dan struktur sosial yang saling berinteraksi,yaitu : 1. Pemanfaatan teknologi kesehatan 2. Agama dan filosofi 3. Keluarga dan sosial 4. Nilai budaya dan gaya hidup 5. Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku 6. Status ekonomi 7. Latar belakang pendidikan klien Diagnosis keperawatan Respon klien sesuai latar belakang budaya yang dapat diubah dan dibenarkan jika itu tidak menyimpang.
Perencanaan dan Implementasi Suatu proses memilih strategi keperawatan yang tepat dan melaksanakan sesuai tindakan dengan latar belakang budaya pasien.Ada tiga penawaran sebagai strategi pedoman yaitu mempertahankan budaya bila pasien tidak bertentangan dengan kesehatan ,negosiasi budaya yaitu intervensi keperawatan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatanya ,dan restrukturisasi budaya klien karena budaya yang dimiliki saat ini betentangan dengan kesehatannya.Dengan perencanaan dan implementasi yang matang diharapkan hubungan perawat-klien yang bersifat teraupetik akan menciptakan kepuaasan klien dan membangkitkan energy kesembuhan (McClosec & Grace ,2001 ) Evaluasi Suatu metode dan ketrampilan untuk menentukan kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana dan memberikan pelayanan sesuai keinginan individu(posovac,1980 dalam sahar,1998).dalam asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien dalam mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan,negosiasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan , dan restrukturisasi budaya yang bertentangan dengan kesehatan. Gambar : The Sun Rise Model Leininger Sunrise Model merupakan pengembangan dari konseptual model asuhan keperawatan transkultural. Terdapat 7 (tujuh) komponen dalam sunrise model tersebut, yaitu :
2.
3.
4.
5.
A. Pengkajian Pengkajian dilakukan terhadap respon adaptif dan maladaptif untuk memenuhi kebutuhan dasar yang tepat sesuai dengan latar belakang budayanya. Pengkajian dirancang berdasarkan 7 komponen yang ada pada Leiningers Sunrise models dalam teori keperawatan transkultural Leininger yaitu : 1. Faktor teknologi (technological factors)
Berkaitan dengan pemanfaatan teknologi kesehatan maka perawat perlu mengkaji berupa : persepsi pasien tentang penggunaaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan saat ini, alasan mencari bantuan kesehatan. 2. Faktor Agama dan Falsafah Hidup (religious and Philosophical factors)
Faktor agama yang perlu dikaji perawat seperti : agama yang dianut, kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan, berikhtiar untuk sembuh tanpa mengenal putus asa, mempunyai konsep diri yang utuh, status pernikahan, persepsi dan cara pandang pasien terhadap kesehatan atau penyebab penyakit. 3. Faktor sosial dan keterikatan kekeluargaan ( Kinship & Social factors)
Pada faktor sosial dan kekeluargaan yang perlu dikaji oleh perawat : nama lengkap dan nama panggilan di dalam keluarga, umur atau tempat dan tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam anggota keluarga, hubungan pasien dengan kepala keluarga, kebiasaan yang dilakukan rutin oleh keluarga misalnya arisan keluarga, kegiatan yang dilakukan bersama masyarakat misalnya : ikut kelompok olah raga atau pengajian. 4. Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup (Cultural values & Lifeways)
Hal-hal yang perlu dikaji berkaitan dengan nilai-nilai budaya dan gaya hidup adalah : posisi dan jabatan misalnya ketua adat atau direktur, bahasa yang digunakan, bahasa non verbal yang ditunjukkan pasien, kebiasaan membersihkan diri, kebiasaan makan, makan pantang berkaitan dengan kondisi sakit, sarana hiburan yang biasa dimanfaatkan dan persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari, misalnya sakit apabila sudah tergeletak dan tidak dapat pergi ke sekolah atau ke kantor. 5. Faktor kebijakan dan peraturan Rumah Sakit (Political and Legal factors)
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dan kelompok dalam asuhan keperawatan transkultural (Andrew & Boyle, 1995), seperti jam berkunjung, pasien harus memakai baju seragam, jumlah keluarga yang boleh menunggu, hak dan kewajiban pasien, cara pembayaran untuk pasien yang dirawat. 6. Faktor ekonomi (economical factors)
Faktor ekonomi yang perlu dikaji oleh perawat antara lain seperti pekerjaan pasien, sumber biaya pengobatan , kebiasaan menabung dan jumlah tabungan dalam sebulan 7. Faktor pendidikan (educational factors)
Perawat perlu mengkaji latar belakang pendidikan pasien meliputi tingkat pendidikan pasien dan keluarga, serta jenis pendidikannnya. B. Diagnosa Keperawatan
Perawat merumuskan masalah yang dihadapi Pasien dan keluarganya adalah : Perlunya perlindungan, kebutuhan akan kehadiran orang lain dan rasa ingin berbagi sebagai nilai yang penting untuk Pasien dan keluarganya.
Perkembangan dari pola ini adalah kesehatan dan kesejahteraan yang bergantung pada ketiga aspek tersebut. Hal lain yang ditemukan adalah suatu pola yang dapat membangun kehidupan social dan aspek penting lainnya yaitu masalah kerohanian, kekeluargaan dan ekonomi yang sangat besar mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan C. Perencanaan dan Implementasi Perencanaan dan implementasi keperawatan transkultural menawarkan tiga strategi sebagai pedoman Leininger (1984) ; Andrew & Boyle, 1995 yaitu : Perlindungan/mempertahankan budaya (Cultural care preservation/maintenance) bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan, Mengakomodasi/menegosiasi budaya (Cultural care accommodation atau negotiations) apabila budaya pasien kurang mendukung kesehatan Mengubah dan mengganti budaya pasien dan keluarganya (Cultural care repartening / recontruction). Adapun implementasi yang dilakukan terkait masalah yang telah ditemukan : 1. The goal of culture care preservation or maintenance : Agama dapat digunakan sebagai mekanisme yang memperkuat dalam merawat pasien. Dipandang penting untuk konsultasi dengan toko agama seperti ustad di mesjid. Membantu pasien untuk menghilangkan persepsi negatif yang mengatakan bahwa dosa di masa lalu mempengaruhi keadaan sakitnya dan mendapatkan pertolongan dari hasil berkonsultasi kepada " dukun" yang memindahkan beberapa kutukan kepadanya. Pengobatan yang baik adalah adanya kepedulian dari keluarga pasien dan teman-temannya yang juga berperan untuk kesembuhan pasien.
2. Culture Care accommodation or Negotiation: Perawat merencanakan kordinasi dengan tata kota untuk memperbaiki lingkungan yang tidak sehat dan selokan yang meluap di halaman tetangga pasien. Perawat lain (yang merawat Pasien) akan mengidentifikasi dan menetapkan obat-obatan untuk menentukan apakah sesuai dengan metode yang digunakan pada pasien.
3. Culture care Repatterning or restructuring: Kepedulian akan aspek social budaya perlu untuk dipertimbangkan, seorang ahli diet akan dikirim untuk menyusun menu pasien dan mengatasi anemia yang dialami. Perawat juga akan membantu pasien dalam menghentikan kebiasaan merokok, penyuluhan tentang pengaruh rokok terhadap, dan anjurkan para perokok untuk merokok di luar ruangan.