Anda di halaman 1dari 18

TEORI KEPERAWATAN TRANSKULTURAL LEININGER

Teori ini di gagas pertama kali oleh madeleine Leininger yang di inspirasi oleh
pengalamandirinyasewaktubekerjasebagaiperawatspesialisanakdiMidwesternUnited
Statespadatahun1950.Saatituiamelihatadanyaperbedaanperilakudiantaraanakyang
berasal dari budaya yang berbeda. Fenomena ini membuat leininger menelaah kembali
profesi keperawatan. Ia mengidentifikasi bahwa pengetahuan perawat untuk memahami
budayaanakdalamlayanankeperawatanternyatamasihkurang.
Pada tahun 1960, leinger pertama kali menggunakan katatransclutural nursing,
ethnonursing,dancrosscultural nursing.Akhirnya, pada tahun 1985, leininger
memublikasikan teorinya untuk pertama kali, sedangkan ideide dan teorinya sudah di
presentasikan pada tahun 1988. Teory leininger kemudian di sebut sebagaicultural care
dieversityanduniversality.tetapiparaahlilebihseringmenyebutnyatransculturalnursing
theoryatauteorikeperawatantranskultural
Keperawatan transkultural merupakan suatu arah utama dalam keperawatan yang
berfokuspadastudykomparatifdananalisistentangbudayadansubbudayayangberbedadi
duniayangmenghargaiperilakucaring,layanankeperawatan,niainilai,keyakinantentang
sehat sakit, serta polapola tingkah laku yang bertujuan mengembangkanbody of
knowladgeyang ilmiah dan humanistik guna memberi tempat praktik keperawatan pada
budaya tertentu dan budaya universal (MarrinerTomey, 1994). Teori keperawatan
transkulturalinimenekankanpentingnyaperankeperawatandalammemahamibudayaklien.
Pemahaman yang benar pada diri perawat mengenai budaya klien, baik individu,
keluarga, kelompok, maupun masyarakat, dapat mencegah terjadinyaculture
shockmaupuncultureimposition.Culturalshockterjadisaatpihakluar(perawat)mencoba
mempelajari atau beradaptasi secara efektif dengan kelompok budaya tertentu (klien)
sedangkancultureimpositionadalahkecenderungantenagakesehatan(perawat),baiksecara
diamdiam mauoun terangterangan memaksakan nilainilai budaya, keyakinan, dan
kebiasaan/perilakuyangdimilikinyapdaindividu,keluarga,ataukelompokdaribudayalain
karenamerekameyakinibahwabudayanyalebihtinggidaripadabudayakelompoklain.

Teory keperawatan transkultural matahari terbit, sehingga di sebut juga


sebagaisunrisemodelmatahariterbit(sunrisemodel)inimelambangkanesensikeperawatan
dalam transkultural yang menjelaskan bahwa sebelum memberikan asuhan keperawatan
kepadaklien(individu,keluarga,kelompok,komunitas,lembaga),perawatterlebihdahulu
harusmempunyaipengetahuanmengenaipandangandunia(worldview)tentangdimensidan
budayasertastruktursosialyang,bersyaratdalamlingkunganyangsempit.
DimensibudayadanstruktursosialtersebutmenurutLeiningerdipengaruhiolehlima
faktor,yaitu:
a.Teknologi
b.Agama
c.Falsafahhidup
d.Faktorsosial
e.Kekerabatan,
Peran perawatan padatranscultural nursing teoryini adalah menjebatani antara
sistemperawatanyangdilakukanmasyarakatawamdengansistemperawatanprosfesional
melalui asuhan keperawatan. Eksistensi peran perawat tersebut digambarkan oleh
leininger.olehkarenaituperawatharusmampumembuatkeputusandanrencanatindakan
keperawatan yang akan diberikan kepada masyarakat. Jika di sesuaikan dengan proses
keperawatan,haltersebutmerupakantahapperencanaantindakankeperawatan.
Tindakankeperawatanyangdiberikankepadaklienharustetapmemperhatikantiga
perinsipasuhankeperawatan,yaitu:
1. Culture care preservation/maintenance,yaitu prinsip membantu,memfasilitasi,atau
memperhatikanfenomenabudayagunamembantuindividumenentukantingkankesehatan
dangayahidupyangdiinginkan.
2. Culture care accommodation/negatiation,yaituprisip membantu,memfasilitasi,
ataumemperhatikanfenomenabudaya,yangmerefleksikancaracarauntukberadaptasi,atau
bernegosiasiataumempertimbangkankondisikesehatandangayahidupindividuatauklien.

3. Culturecarerepatterning/restructuring,yaitu:prinsipmerekonstruksiataumengubahdesain
untukmembantumemperbaikikondisikesehatandanpolahidupklienkearahlebihbaik.
KonsepdalamTranskultural

Budaya merupakan salah satu dari perwujudan atau bentuk interaksi yang nyata
sebagai manusia yang bersifat sosial. Budaya yang berupa norma , adat istiadat menjadi
acuan perilaku manusia dalam kehidupan dengan yang lain . Pola kehidupan yang
berlangsung lama dalam suatu tempat , selalu diulangi , membuat manusia terikat dalam
proses yang dijalaninya . Keberlangsungaan terus menerus dan lama merupakan proses
internalisasi dari suatu nilai nilai yang mempengaruhi pembentukan karakter , pola pikir ,
pola interaksi perilaku yang kesemuanya itu akan mempunyai pengaruh pada pendekatan
intervensi keperawatan ( cultural nursing approach ).
a.Budaya
Adalahnormaatauaturantindakandarianggotakelompokyangdipelajari,dandibagi
sertamemberipetunjukdalamberfikir,bertindakdanmengambilkeputusan.
b.Nilaibudaya
Adalahkeinginanindividuatautindakanyanglebihdiinginkanatausesuatutindakan
yangdipertahankanpadasuatuwaktutertentudanmelandasitindakandankeputusan.
c.Perbedaanbudaya
Dalamasuhankeperawatanmerupakanbentukyangoptimaldaripemberianasuhan
keperawatan,mengacupadakemungkinanvariasipendekatankeperawatanyangdibutuhkan
untukmemberikanasuhanbudayayangmenghargainilaibudayaindividu,kepercayaandan
tindakantermasukkepekaanterhadaplingkungandariindividuyangdatangdanindividuyang
mungkinkembalilagi(Leininger,1985).
d.Etnosentris
Diantarabudayabudayayangdimilikiolehoranglain.adalahpersepsiyangdimiliki
olehindividuyangmenganggapbahwabudayanyaadalahyangterbaik.

e.Etnis
Berkaitandenganmanusiadarirastertentuataukelompokbudayayangdigolongkan
menurutciriciridankebiasaanyanglazim.
f.Ras
Adalah perbedaan macammacam manusia didasarkan pada mendiskreditkan asal
muasalmanusia.
g.Etnografi
Adalah ilmu yang mempelajari budaya. Pendekatan metodologi pada penelitian
etnografi memungkinkan perawat untuk mengembangkan kesadaran yang tinggi pada
perbedaan budaya setiap individu, menjelaskan dasar observasi untuk mempelajari
lingkungandanorangorang,dansalingmemberikantimbalbalikdiantarakeduanya.
h.Care
Adalahfenomenayangberhubungandenganbimbingan,bantuan,dukunganperilaku
padaindividu,keluarga,kelompokdenganadanyakejadianuntukmemenuhikebutuhanbaik
actualmaupunpotensialuntukmeningkatkankondisidankualitaskehidupanmanusia.
i.Caring
Adalah tindakan langsung yang diarahkan untuk membimbing,mendukung dan
mengarahkan individu, keluarga atau kelompok pada keadaan yang nyata atau antisipasi
kebutuhanuntukmeningkatkankondisikehidupanmanusia
j.CulturalCare
Berkenaandengankemampuankognitifuntukmengetahuinilai,kepercayaandanpola
ekspresiyangdigunakanuntukmebimbing,mendukungataumemberikesempatanindividu,
keluargaataukelompokuntukmempertahankankesehatan,sehat,berkembangdanbertahan
hidup,hidupdalamketerbatasandanmencapaikematiandengandamai.
k.Culturalimposition

Berkenaandengankecenderungantenagakesehatanuntukmemaksakankepercayaan,
praktik dan nilai diatas budaya orang lainkarena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh
perawatlebihtinggidaripadakelompoklain.
Leininger (1985) mengartikan paradigma keperawatan transkultural sebagai cara
pandang, keyakinan, nilainilai, konsepkonsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan
yangsesuaidenganlatarbelakangbudayaterhadapempatkonsepsentralkeperawatan,yaitu:
manusia,
sehat,
lingkungandan
Keperawatan.
1. ProseskeperawatanTranskultural.
Model konseptual yang dikembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan
keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise
Model).
2. Pengkajian
Pengkajiandirancangberdasarkan7komponenyangadapadaSunriseModelyaitu:
a.Faktoragamadanfalsafahhidup(religiousandphilosophicalfactors)
b.Faktorsosialdanketerikatankeluarga(kinshipandsocialfactors)
c.Nilainilaibudayadangayahidup(culturalvalueandlifeways)
d.Faktorkebijakandanperaturanyangberlaku(politicalandlegalfactors)
e.Faktorekonomi(economicalfactors)
f.Faktorpendidikan(educationalfactors)
g.Faktortekhnologi
3. Diagnosakeperawatan
Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan
keperawatantranskulturalyaitu:
Gangguankomunikasiverbalberhubungandenganperbedaankultur,

Gangguaninteraksisosialberhubungandisorientasisosiokulturaldan
Ketidakpatuhandalampengobatanberhubungandengansistemnilaiyangdiyakini.
4. Perencanaankeperawatan
a. Culturalcarepreservation/maintenance
1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentangproses melahirkan dan
perawatanbayi
2)Bersikaptenangdantidakterburuburusaatberinterkasidenganklien
3)Mendiskusikankesenjanganbudayayangdimilikikliendanperawat
b. Culturalcareaccomodation/negotiation
1)Gunakanbahasayangmudahdipahamiolehklien
2)Libatkankeluargadalamperencanaanperawatan
3) Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan
pengetahuanbiomedis,pandangankliendanstandaretik.
c. Culturalcarerepartening/reconstruction
1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya.
2)Tentukantingkatperbedaanpasienmelihatdirinyadaribudayakelompok
3)Gunakanpihakketigabilaperlu.
4)Terjemahkanterminologigejalapasienkedalambahasakesehatanyangdapatdipahamioleh
kliendankeluarga.
5)Berikaninformasipadakliententangsistempelayanankesehatan.
5. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien
tentangmempertahankanbudayayangsesuaidengankesehatan,mengurangibudayaklien
yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin
sangatbertentangandenganbudayayangdimilikiklien.Melaluievaluasidapatdiketahui
asuhankeperawatanyangsesuaidenganlatarbelakangbudayaklien.

KEPERAWATAN TRANSKULTURAL
A. Pengertian Transkultural
Bila ditinjau dari makna kata , transkultural berasal dari kata trans dan culture, Trans
berarti aluar perpindahan , jalan lintas atau penghubung.Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia; trans berarti melintang , melintas , menembus , melalui. Culture berarti budaya .
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kultur berarti :

kebudayaan , cara pemeliharaan , pembudidayaan.

Kepercayaan , nilai nilai dan pola perilaku yang umum berlaku bagi suatu kelompok
dan diteruskan pada generasi berikutnya , sedangkan cultural berarti : Sesuatu yang
berkaitan dengan kebudayaan.

Budaya sendiri berarti : akal budi , hasil dan adat istiadat.


Dan kebudayaan berarti :

Hasil kegiatan dan penciptaan batin ( akal budi ) manusia seperti kepercayaan , kesenian dan
adat istiadat.

Keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk menjadi
pedoman tingkah lakunya Jadi , transkultural dapat diartikan sebagai :Lintas budaya yang
mempunyai efek bahwa budaya yang satu mempengaruhi budaya yang lain.

Pertemuan kedua nilai nilai budaya yang berbeda melalui proses interaksi social.

Transcultural Nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan
maupun kesamaan nilai nilai budaya ( nilai budaya yang berbeda , ras , yang mempengaruhi
pada seorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan kepada klien / pasien ). Menurut
Leininger ( 1991 ).

B.

Pengertian Budaya
Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks,

yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat


istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota
masyarakat.
Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil
karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan


meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam
kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak.
Unsur/Komponen Budaya
1. Alat-alat teknologi
2. Sistem ekonomi
3. Keluarga
4. Kekuasaan politik
Wujud Budaya
1. Gagasan : adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, normanorma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak.Wujud kebudayaan ini terletak dalam
kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat.
2. Aktivitas (tindakan): adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia
dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial.
3. Artefak (karya) adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan,
dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat
diraba, dilihat, dan didokumentasikan
Komponen Budaya
1. Komponen Material
Juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga,
pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
2. Kebudayaan non material
Adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya
berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional
Hubungan Antar Unsur Kebudayaan
1.

Peralatan dan perlengkapan hidup (teknologi)

2.

Sistem mata pencaharian hidup

3.

Sistem kekerabatan dan organisasi sosial

4.

Bahasa

5.

Kesenian

6.

Sistem kepercayaan

7.

Sistem ilmu dan pengetahuan

Teknologi
1.

Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara


segala peralatan dan perlengkapan.

2.

Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara


mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil kesenian

Sistem Kekerabatan
Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki
hubungan darah atau hubungan perkawinan.
Bahasa
Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling
berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat)
Kesenian
Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat
manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga.
Keyakinan
Keyakinan akan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang juga
mengendalikan manusia sebagai salah satu bagian jagad raya.
Sistem Ilmu dan Pengetahuan
Secara sederhana, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang
benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan.
Pengetahuan dimiliki oleh semua suku bangsa di dunia. Mereka memperoleh
pengetahuan melalui pengalaman, intuisi, wahyu, dan berpikir menurut logika, atau
percobaan-percobaan yang bersifat empiris (trial and error).
Kelompok Ilmu Pengetahuan
1. Pengetahuan tentang alam
2. Pengetahuan tentang tumbuh-tumbuhan dan hewan di sekitarnya
3. Pengetahuan tentang tubuh manusia, pengetahuan tentang sifat dan tingkah laku sesama
manusia
4. Pengetahuan tentang ruang dan waktu

Penetrasi Kebudayaan
Yang dimaksud dengan penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh suatu
kebudayaan ke kebudayaan lainnya. Penetrasi kebudayaan dapat terjadi dengan dua cara:
1. Penetrasi damai (penetration pasifique)
Penetrasi damai (penetration pasifique) Masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan damai.
Misalnya, masuknya pengaruh kebudayaan Hindu dan Islam ke Indonesia.

Penerimaan kedua macam kebudayaan tersebut tidak mengakibatkan konflik, tetapi


memperkaya khasanah budaya masyarakat setempat.

Pengaruh kedua kebudayaan ini pun tidak mengakibatkan hilangnya unsur-unsur asli budaya
masyarakat.
Penyebaran kebudayaan secara damai akan menghasilkan:

Akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru tanpa
menghilangkan unsur kebudayaan asli.Contohnya, bentuk bangunan Candi Borobudur yang
merupakan perpaduan antara kebudayaan asli Indonesia dan kebudayaan India.
Asimilasi adalah bercampurnya dua kebudayaan sehingga membentuk kebudayaan baru
(gabungan keduanya).
Sintesis adalah bercampurnya dua kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya sebuah
kebudayaan baru yang sangat berbeda dengan kebudayaan asli.
2. Penetrasi kekerasan
Penetrasi kekerasan (penetration violante) Masuknya sebuah kebudayaan dengan cara
memaksa dan merusak. Contohnya, masuknya kebudayaan Barat ke Indonesia pada zaman
penjajahan disertai dengan kekerasan sehingga menimbulkan goncangan-goncangan yang
merusak keseimbangan dalam masyarakat.
C.

PENGERTIAN NURSING

Pada kamus Kedokteran Dorland, Nursing diartikan sebagai : pelayanan yang


mendasar atau berguna bagi peningkatan, pemaliharaan, dan pemulihan kesehatan serta
kesejahteraan atau dalam pencegahan penyakit, misalnya terhadap bayi, oranh sakit atau
cedera, atau lainnya untuk setiap sebab yang tidak mampu menyediakan pelayanan seperti itu
bagi diri mereka sendiri.

D.

PENGERTIAN TRANSKULTURAL NURSING

1. Transcultural Nursing,merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan
maupun kesamaan nilai nilai budaya ( nilai budaya yang berbeda , ras , yang mempengaruhi
pada

seorang

perawat

saat

melakukan

asuhan

keperawatan

kepada

klien

pasien(Leininger,1991)
2. Transcultural

Nursing,adalah

suatu

area/wilayah

keilmuwan

budaya

pada

proses belajar dan praktek keperawatan yang fokus memandang perbedaan dan
kesamaan diantara budaya dengan menghargai asuhan, sehat dan sakit didasarkan
pada nilai budaya manusia, kepercayaan dan tindakan, dan ilmu ini digunakan
untuk memberikan asuhan keperawatan khususnya budaya atau keutuhan budaya
kepada manusia (Leininger, 2002).

E.

PENGARUH TRANSKULTURAL NURSING TERHADAP KEPERAWATAN


Menurut Dr. Madelini Leininger , studi praktik pelayanan kesehatan transkultural

adalah berfungsi untuk meningkatkan pemahaman atas tingkah laku manusia dalam kaitan
dengan kesehatannya . Dengan mengidentifikasi praktik kesehatan dalam berbagai budaya
( kultur ), baik di masa lampau maupun zaman sekarang akan terkumpul persamaan
persamaan . Lininger berpendapat , kombinasi pengetahuan tentang pola praktik transkultural
dengan kemajuan teknologi dapat menyebabkan berbagai makin sempurnanya pelayanan
perawatan dan kesehatan orang banyak dan kultur.

F.

MACAM-MACAM TRANSKULTURAL DI INDONESIA


Sistem pengobatan tradisional merupakan sub unsur kebudayaan masyarakat

sederhana , pengetahuan tradisional . Dalam masyarakat tradisional , sistem pengobatan


tradisional ini adalah pranata sosial yang harus dipelajari dengan cara yang sama seperti
mempelajari pranata social umumnya dan bahwa praktek pengobatan asli ( tradisional )
adalah rasional dilihat dari sudut kepercayaan yang berlaku mengenai sebab akibat.

Beberapa hal yang berhubungan dengan kesehatan

(sehat

sakit)

menurut

budaya budaya yang ada di Indonesia diantaranya adalah :


Untuk menentukan sebab sebab suatu penyakit ada dua konsep , yaitu konsep personalistik
dan konsep naluralistik. Dalam konsep personalistik , penyakit disebabkan oleh makhluk
supernatural ( makhluk gaib , dewa ) , makhluk yang bukan manusia ( hantu , roh leluhur ,
roh jahat ) dan manusia ( tukang sihir , tukang tenung ) . Penyakit ini dikatakan tidak wajar /
tidak biasa. Penyembuhannya adalah berdasarkan pengetahuan secara gaib atau supernatural ,
misalnya melakukan upacara dan sesaji. Penyembuhan dapat melalui seorang dukun atau
wong tuo .
Ada beberapa kategori dukun pada masyarakat Jawa yang mempunyai nama dan
fungsi masing masing :
a. Dukun bayi : khusus menangani penyembuhan terhadap penyakit yang berhubungan dengan
kesehatan bayi , dan orang yang hendak melahirkan.
b. Dukun pijat / tulang (sangkal putung) : Khusus menangani orang yang sakit terkilir , patah
tulang , jatuh atau salah urat.
c. Dukun klenik : khusus menangani orang yang terkena guna guna.
d. Dukun mantra : khusus menangani orang yang terkena penyakit karena kemasukan roh halus.
e. Dukun hewan : khusus mengobati hewan.
Sedangkan

konsep

naturalistik,

penyebab

penyakit

bersifat

natural

dan

mempengaruhi kesehatan tubuh , misalnya karena cuaca , iklim , makanan racun , bisa ,
kuman atau kecelakaan .Di samping itu ada unsur lain yang mengakibatkan
ketidakseimbangan dalam tubuh , misalnya dingin , panas , angin atau udara lembab .Oleh
orang Jawa hal ini disebut dengan penyakit biasa. Adapun penyembuhannya dengan model
keseimbangan dan keselarasan , artinya dikembalikan pada keadaan semula sehingga orang
sehat kembali .
Adapun beberapa contoh pengobatan tradisional masyarakat jawa yang tidak terlepas
dari tumbuhan dan buah buahan yang bersifat alami adalah :
a. Daun dadap sebagai penurun panas dengan cara ditempelkan di dahi.
b. Temulawak untuk mengobati sakit kuning dengan cara di parut , diperas dan airnya diminum
2 kali sehari satu sendok makan , dapat ditambah sedikit gula batu dan dapat juga digunakan
sebagai penambah nafsu makan.

c. Akar ilalang untuk menyembuhkan penyakit hepatitis B.


d. Mahkota dewa untuk menurunkan tekanan darah tinggi , yakni dengan dikeringkan terlebih
dahulu lalu diseduh seperti teh dan diminum seperlunya.
e. Brotowali sebagai obat untuk menghilangkan rasa nyeri , peredam panas , dan penambah
nafsu makan.
f. Jagung muda ( yang harus merupakan hasil curian = berhubungan dengan kepercayaan )
berguna untuk menyembuhkan penyakit cacar dengan cara dioleskan dibagian yang terkena
cacar.
g. Daun sirih untuk membersihkan vagina.
h. Lidah buaya untuk kesuburan rambut.
i. Cicak dan tokek untuk menghilangkan gatal gatal.
j. Mandi air garam untuk menghilangkan sawan.
k. Daun simbung dan daun kaki kuda untuk menyembuhkan influenza.
l. Jahe untuk menurunkan demam / panas , biasanya dengan diseduh lalu diminum ataupun
dengan diparut dan detempelkan di ibu jari kaki.
m. Air kelapa hijau dengan madu lebah untuk menyembuhkan sakit kuning yaitu dengan cara 1
kelapa cukup untuk satu hari , daging kelapa muda dapat dimakan sekaligus , tidak boleh
kelapa yang sudah tua.
Contoh budaya transkultural di indonesia tepatnya di daerah ternate:
1. Budaya Orang Ternate
Bagi orang Ternate , di samping penyakit alamiah ,ada juga beberapa tipe spesifik
penyakit supernatural,salah satunya yaitu:

a. Mitos
Jika mata seseorang bengkak,orang tersebut diyakini telah melakukan perbuatan yang tidak
baik ( mis : mengintip ).Cara mengatasinya agar matanya tersebut sembuh adalah dengan
mengoleskan air sirih.

Nama tidak cocok dengan dirinya ( keberatan nama ) sehingga membuat orang tersebut sakit.
Cara mengobatinya dengan mengganti nama tersebut dengan nama yang lain , yang lebih
cocok dan didoakan serta diadakan jamuan adat bersama keluarga.
Jika ada orang ternate menderita penyakit kusta , maka orang tersebut dianggap telah
menerima kutukan dari para leluhur dan diasingkan dalam pergaulan masyarakat.

b. Opini
Tidak dibenarkan jika mata seseorang bengkak akibat mengintip seseorang,karena
kemungkinan bisa orang tersebut mengalami sakit mata sehingga menjadi bengkak,untuk
cara pengobatan menggunakan air daun sirih bisa di terima karena daun sirih mengandung
minyak terbang (betIephenol), seskuiterpen, pati, diatase, gula dan zat samak dan
kavikol yang memiliki daya mematikan kuman, antioksidasi dan fungisida, anti jamur.
Sirih

berkhasiat

cendawan. Daun

menghilangkan
sirih

juga

bau

bersifat

badan
menahan

yang

ditimbulkan

perdarahan,

bakteri

dan

menyembuhkan

luka

pada kulit, dan gangguan saluran pencernaan. Selain itu juga bersifat mengerutkan,
mengeluarkan dahak, meluruhkan ludah, hemostatik, dan menghentikan perdarahan.
Untuk hal ini masih di ragukan karena suatu penyakit tidak ada kaitanya dengan nama yang
tidak cocok untuk nama orang tersebut,tapi mungkin itu hanya persepsi dari orang tua meraka
atau hanya sebuah kebetulan saja di karena nama tersebut di ganti maka penyakit tersebut
bisa sembuh.
Tidak benarkan,karena Penyebab Penyakit kusta bukan disebabkan oleh kutukan, guna-guna,
dosa, makanan maupun keturunan yang selama ini telah menjadi salah kaprah dalam
masyarakat Indonesia terutama di daerah ternate. Penyakit kusta disebabkan oleh kuman yang
dimakan sebagai microbakterium. Penyebab kusta yang paling sering ialah terdapat pada
kebersihan diri serta lingkungan . mampu atau tidaknya seseorang menjaga kebersihan diri
dapat menekan penyebab kusta yang memang sangat mengancam masa depan serta mungkin
hingga menyebabkan kematian

Referensi
1. Sudiharto.2007.Asuhan

Keperawatan

Keluarga

Dengan

Pendekatan

Keperawatan

Transkultural .Jakarta
2. Susipurwati.blogspot.com/2010/10/keperawatan-transkultural.html
(di akses pada tanggal 28 Agustus 2012)
3. dr-suparyanto.blogspot.com/2010/03/keperawatan-transkultural.html
(di akses pada tanggal 26 Agustus 2012)
4. Ibrahimalirsyad.blogspot.com/.../contoh-kasus-keperawatantranskult.html
(di akses pada tanggal 01 Oktober 2012)

2.2.1.1 Faktor teknologi (technological factors)


Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat
penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji:
Persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari
bantuan kesehatan, alasan klien memilih pengobatan alternative dan persepsi klien tentang
penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan ini.
2.2.1.2 Faktor agama dan falsafah hidup (religious and philosophical factors )
Agama adalah suatu symbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi
para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk mendapatkan
kebenaran diatas segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus
dikaji oleh perawat adalah: agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang klien
terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif
terhadap kesehatan.
2.2.1.3 Faktos sosial dan keterikatan keluarga ( kinshop and Social factors )
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama panggilan,
umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan
dalam keluarga dan hubungan klien dengan kepala keluarga.
2.2.1.4 Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways )
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut
budaya yang di anggap baik atau buruk. Norma norma budaya adalah suatu kaidah yang
mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu di kaji pada
factor ini adalah posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang
digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, persepsi sakit
berkaitan dengan aktivitas sehari- hari dan kebiasaan membersihkan diri.
2.2.1.5 Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors )
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and
Boyle, 1995 ). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: peraturan dan kebijakan yang
berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara
pembayaran untuk klien yang dirawat.
2.2.1.6 Faktor ekonomi (economical factors)
Klien yang dirawat dirumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang
dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji
oleh perawat diantaranya: pekerjaan klien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki
oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau
patungan antar anggota keluarga.
2.2.1.7 Faktor pendidikan ( educational factors )
Latar belakang pendidikan klien adalah pengalaman klien dalam menempuh jalur
formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan klien maka keyakinan klien biasanya
didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar
beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji
pada tahap ini adalah: tingkat pendidikan klien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk
belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sedikitnya sehingga tidak terulang kembali
2.2.2 Diagnosa Keperawatan Lintas Budaya

Pengkajian memberdayakan perawat untuk mengelompokan data yang relavan dan


mengembangkan diagnosa keperawatan potensial dan aktual yang berhubungan dengan
kebutuhan kultural dan etnik klien. Selain itu diagnosa keperawatan harus menyatakan
penyebab yang mungkin. Identifikasi terhadap penyebab masalah lebih jauh
mengindividualisasikan rencana asuhan keperawatan dan mendorong pemilihan intervensi
yang sesuai. Diagnosa keperawatan adalah respon klien sesuai latar belakang budayanya yang
dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensikeperawatan. (Giger and Davidhizar,
1995). Terdapat tiga diagnosa keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan
keperawatan transkultural yaitu : gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan
perbedaan kultur, gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural
dan ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.
2.2.3 Intervensi Keperawatan Lintas Budaya
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah kategori dari
perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan
ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut. suatu proses
keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalahsuatu proses memilih strategi
yang tepat. Ada 3 komponen dalam perencanaan keperawatan cara pertama Cultural care
preservation/maintenance adalahMempertahankan budaya bila budaya pasien tidak
bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai
dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki klien sehingga klien dapat meningkatkan
atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi yaitu
dengan cara 1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat, 2) Bersikap tenang
dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan klien, 3) Mendiskusikan kesenjangan budaya
yang
dimiliki
klien
dan
perawat. Cara
kedua Cultural
careaccommodation / negotiation adalah Intervensi dan implementasi keperawatan pada
tahap ini dilakukan untuk membantu klien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih
menguntungkan kesehatan. Perawat membantu klien agar dapat memilih dan menentukan
budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya klien sedang hamil
mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber
protein hewani yang lain dengan cara 1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh
klien, 2) Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan, 3) Apabila konflik tidak
terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis,
pandangan
klien
dan
standar
etik. Cara
ketiga Cultual
care
repartening/reconstruction adalah Restrukturisasi budaya klien dilakukan bila budaya yang
dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup klien
yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya
yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut dengan cara 1) Beri
kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya, 2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya
kelompok, 3) Gunakan pihak ketiga bila perlu, 4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke
dalam bahasa kesehatan yang dapat dipahami oleh klien dan orang tua, 5) Berikan informasi
pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan.
2.2.4 Implementasi Keperawatan Lintas Budaya

pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai dengan latar belakang budaya
klien (Giger and Davidhizar, 1995). Ketika menetapkan tujuan dan hasil yang diharapkan
perawatan dan merencanakan intervensi spesifik, perawat sekali lagi mempertimbangkan
variabel kultural karena variabel ini berkaitan dengan klien. Keluarga besar harus dilibatkan
dalam perawatan, misalnya jika keluarga merupakan kelompok pendukung terkuat klien.
Praktik dan keyakinan kultural, seperti penggunaan doa khusus dan jimat, dapat diterapkan
kedalam terapi (berg & berg, 1989). Warisan budaya kultural klien, tingkat pendidikan, dan
keterampilan berbahasa harus dipertimbangkan ketika merencanakan aktivitas penyuluhan.
Untuk menghindari kebingunan, kesalahpahaman, atau konflik kultural, penjelasan aspek
asuhan yang biasanya tidak dinyatakan oleh klien yang menyesuaikan diri mungkin perlu
bagi klien yang tidak berbicara dalam bahasa perawat atau bagi mereka yang dapat
menyesuaikan diri (DeSantis, Thomas, 1990). Perawat mungkin harus merubah cara
berinteraksi untuk menghindari perlawanan klien dengan sikap berbeda yang ditunjukan
dengan etiket dan interaksi sosial. Misalnya, klien yang ramah dan sadar mengenai tubuhnya
mungkin membutuhkan persiapan psokologis sebelum suatu prosedur atau pemeriksaan yang
biasanya dipandang rutin (misalnya melakukan ronsen dada atau EKG)
2.2.5 Evaluasi Keperawatan Lintas Budaya
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan klien
tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya klien
yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin
sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki klien. Melalui evaluasi dapat diketahui
asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya klien.

Anda mungkin juga menyukai