Anda di halaman 1dari 6

REFLEKSI KASUS BIDANG ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI A.

Pengalaman Pasien P1A0 datang melalui IGD dengan rujukan bidan, dengan keterangan keluar darah sejak kemarin malam (23 September 2009) pasca persalinan hari ke-9. Pada waktu partus spontan, plasenta sudah lahir lengkap namun pada saat eksplorasi kesan yang didapatkan tidak bersih. Selain itu, pasien juga mengeluhkan adanya nyeri pada perut bawah. Dari hasil USG, diketahui tampak sisa jaringan, uterus membesar ukuran 5x4, tampak sisa placenta B. Masalah yang Dikaji Bagaimana dapat terjadi retensi sisa plasenta?

C. Analisis Adapun penyebab atau faktor yang mempengaruhi kejadian retensio plasenta adalah : 1). Fungsionil a. His kurang kuat. b. Plasenta sukar terlepas karena mempunyai inersi di sudut tuba, berbentuk plasenta membranasea atau plasenta anularis, berukuran sangat kecil, plasenta yang sukar lepas karena sebab-sebab tersebut diatas disebut plasenta adesiva. 2). Patologi anatomis i. Plasenta inkreta, dimana vili korealis tumbuh lebih dalam menembus desidua sampai ke miometrium. ii. Plasenta akreta, yang menembus lebih dalam ke dalam miometrium tetapi belum menembus serosa. iii. Plasenta perkreta, yang menembus sampai serosa atau peritoneum dinding rahim. 3). Faktor uterus a) Kelainan bentuk uterus (bicornus, berseptum)

b) Mioma uterus c) Riwayat tindakan pada uterus yaitu tindakan bedah sesar, operasi implantasi plasenta abnormal. 4) Umur Umur/usia ibu merupakan salah satu faktor yang memepengaruhi status kesehatan ibu pada masa kehamilan. Ibu hamil dengan umur yang relatif mudah atau sebaliknya terlalu tua cenderung lebih mudah untuk mengalami komplikasi kesehatan dibandingkan dengan ibu dengan kurun waktu reproduksi sehat yakni 20-35 tahun. Hal ini erat kaitannya dengan kematangan sel-sel reproduksi, tingkat kerja organ reproduksi serta tingkat pengetahuan dan pemahaman ibu mengenai pemenuhan gizi pada masa kehamilan. Hubungannya dengan retensio plasenta, dikatakan bahwa angka kejadian retensio plasenta lebih banyak terjadi pada ibu yang berusia muda atau ibu hamil primigravida usia di atas 35 tahun. Menurut Toha (1998) mengatakan bahwa di Indonesia kejadian retensio plasenta banyak dijumpai pada ibu dengan umur muda dan paritas tinggi. Ini dikarenakan banyak wanita Indonesia yang menikah di usia muda sedangkan endometrium belum matang sehingga pada masa pertumbuhannya plasenta akan mengalami hiopertropi (perluasan) dan dapat menutupi sebagian keseluruhan jalan lahir. Makin tua umur ibu maka akan terjadi kemunduran yang progresif dari endometrium sehingga untuk mencukupi kebutuhan nutrisi janin diperlukan pertumbuhan plasenta yang lebih luas (Okti, N 2009). 5) Paritas Paritas Ibu pada multipara akan terjadi kemunduran dan cacat pada endometrium yang mengakibatkan terjadinya fibrosis pada bekas implantasi plasenta pada persalinan sebelumnya, sehingga vaskularisasi menjadi berkurang. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan janin, plasenta akan mengadakan perluasan implantasi dan vili khorialis akan menembus dinding uterus lebih dalam lagi sehingga akan terjadi plasenta adhesiva sampai perkreta. Ashar Kimen mendapatkan angka kejadian tertinggi retensio plasenta pada multipara, sedangkan Puji Ichtiarti mendapatkan kejadian retensio plasenta tertinggi pada paritas 4-5 (Joeharno, 2007) 6) Graviditas uterus yang

mencapai kavum uteri, abortus dan dilakukan kuretase yang bisa menyebabkan

Graviditas adalah jumlah kehamilan seluruhnya yang telah dialami oleh ibu tanpa memandang hasil akhir kehamilan. Graviditas I dan graviditas lebih dari IV mempunyai angka kematian maternal yang lebih tinggi. Ibu yang baru pertama kali hamil merupakan suatu hal yang baru dalam hidupnya sehingga secara psiklogis mentalnya belum siap dan ini akan memperbesar terjadinya komplikasi. Selain itu juga retensio plasenta sering terjadi pada graviditas tinggi hal ini disebabkan karena fungsi alat-alat vital dan organ reproduksi mulai mengalami kemunduran yang diakibatkan semakin rendahnya hormonhormon yang berfungsi dalam proses kematangan reproduksi. Kehamilan lebih dari tiga kali atau lebih dari empat, menyebabkan rahim ibu teregang dan semakin lemah sehingga rentan untuk terjadinya komplikasi dalam persalinan yang salah satunyan adalah kejadian retensio plasenta (Winkjosastro, 2006). Setelah bayi dilahirkan, uterus secara spontan berkontraksi. Kontraksi dan retraksi otot-otot uterus menyelesaikan proses ini pada akhir persalinan. Sesudah berkontraksi, sel miometrium tidak relaksasi, melainkan menjadi lebih pendek dan lebih tebal. Dengan kontraksi yang berlangsung kontinyu, miometrium menebal secara progresif, dan kavum uteri mengecil sehingga ukuran juga mengecil. Pengecilan mendadak uterus ini disertai mengecilnya daerah tempat perlekatan plasenta. Ketika jaringan penyokong plasenta berkontraksi maka plasenta yang tidak dapat berkontraksi mulai terlepas dari dinding uterus. Tegangan yang ditimbulkannya menyebabkan lapis dan desidua spongiosa yang longgar memberi jalan, dan pelepasan plasenta terjadi di tempat itu. Pembuluh darah yang terdapat di uterus berada di antara seratserat otot miometrium yang saling bersilangan. Kontraksi serat-serat otot ini menekan pembuluh darah dan retaksi otot ini mengakibatkan pembuluh darah terjepit serta perdarahan berhenti. Sesudah plasenta terpisah dari tempat melekatnya maka tekanan yang diberikan oleh dinding uterus menyebabkan plasenta meluncur ke arah bagian bawah rahim atau atas vagina. Kadang-kadang, plasenta dapat keluar dari lokasi ini oleh adanya tekanan inter-abdominal. Namun, wanita yang berbaring dalam posisi terlentang sering tidak dapat mengeluarkan plasenta secara spontan. Umumnya, dibutuhkan tindakan artifisial untuk menyempurnakan persalinan kala tiga. Metode yang biasa dikerjakan adalah dengan menekan dan mengklovasi uterus, bersamaan dengan tarikan ringan pada tali pusat. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelepasan Plasenta :

a) Kelainan dari uterus sendiri, yaitu anomali dari uterus atau serviks; kelemahan dan tidak efektifnya kontraksi uterus; kontraksi yang tetanik dari uterus; serta pembentukan constriction ring. b) Kelainan dari plasenta, misalnya plasenta letak rendah atau plasenta previa; implantasi di corpus; dan adanya plasenta akreta. c) Kesalahan manajemen kala tiga persalinan , seperti manipulasi dari uterus yang tidak perlu sebelum terjadinya pelepasan dari plasenta menyebabkan kontraksi yang tidak ritmik; pemberian uterotonik yang tidak tepat waktunya yang juga dapat menyebabkan serviks kontraksi dan menahan plasenta; serta pemberian anestesi terutama yang melemahkan kontraksi uterus.

D. Dokumentasi Nama Pasien Usia Alamat Agama Pendidikan No RM Masuk RS Keluhan Utama Pasien datang melalui IGD dengan rujukan bidan, dengan keterangan keluar darah sejak kemarin malam (23 September 2009) pasca persalinan hari ke-9. Riwayat Penyakit Dahulu Diabetes Melitus, Penyakit jantung, batuk lama, hipertensi disangkal Riwayat Penyakit Keluarga Hipertensi, Diabetes Melitus, Penyakit jantung, Asma disangkal Riwayat Obstetri, Pekerjaan, Sosial Ekonomi, Kejiwaan, dan Kebiasaan Riwayat sosial : pasien seorang ibu rumah tangga, sehari-hari tidak sering melakukan aktivitas : Ny. Yulianti : 24 : Tulasan, Mulyodadi, Bantul : Islam : SMU : 24-09-2012 : 48 06 47

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

berat, Pasien tidak merokok, tidak minum alkohol, tidak ada riwayat berbaganti-ganti pasangan. Riwayat menstruasi : menstruasi pertama saat usia 14 tahun, siklus teratur tiap bulan, Riwayat pernikahan Riwayat kehamilan : pasien menikah 1 kali : P1A0

Anak pertama : Wanita, 9 hari, lahir spontan di bidan, BL 2500 gram Riwayat KB : Tidak ditanyakan

PEMERIKSAAN FISIK Tanggal 24 September 2012 Mata Paru Jantung tekan (-) Ektremitas : akral hangat, edema (-), capillary refill time < 2 Status ginekologi Inspeksi : flat, striae (-), linea (-), vulva vagina normal. Palpasi : kontraksi: (-) Periksa Dalam: tidak dilakukan PEMERIKSAAN PENUNJANG USG : tampak sisa jaringan, uterus membesar ukuran 5x4, tampak sisa placenta Pemeriksaan Penunjang Darah Leukosit : 15.000 / mm3 Kesadaran Keadaan gizi Status gizi Tekanan darah Nadi Suhu Pernafasan : compos mentis : cukup : BB 47 kg TB 155 cm IMT 19,6

: 120/80 mmHg : 80 x/menit : 36.8 0C : 20 x/menit

Status Generalis : konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik : vesikuler +/+, tidak ada rhonki, tidak ada wheezing : BJ I-II normal, tidak ada murmur, tidak ada gallop

Abdomen : tidak buncit, hati limpa tidak teraba, bunyi usus (+) normal, massa (-), nyeri

Hemoglobin : 12,4 gr % Hematokrit : 23,4% Trombosit : 260.000 / mm3 DAFTAR MASALAH Retensi Sisa Placenta RENCANA TERAPI Kuretase E. Daftar Pustaka Darwis, S. 2003. Metode Penelitian Kebidanan Prosedur, Kebijakan dan Etik. EGC : Jakarta FK. UNPAD. 2004. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi Ed-2. EGC : Jakarta Joeharno. 2007. Retensio Plasenta. http://www.alhamsyah.com. Akses tanggal 28 April 2009 Manuaba, IBG.1999. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Arcan : Jakarta Mochtar, R. 1998. Sinopsis obstetri Fisiolgi Patologi. EGC : Jakarta Winkjosastro. 2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka : Jakarta Bantul, 26 November 2012 Dokter Pembimbing Co-Ass

Dr.dr. H.M. A. Ashari Sp. OG (K)

Aviv aziz triono/ 20080310209

Anda mungkin juga menyukai