Anda di halaman 1dari 151

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Studi Kasus: Kemitraan

PT X di Yogyakarta)
SKRIPSI

MEYLANI LESTARI H34066081

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


2009

RINGKASAN
MEYLANI LESTARI. Analisis Pendapatan dan Tingkat Kepuasan Peternak Plasma Terhadap Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler (Studi Kasus: Kemitraan PT X di Yogyakarta). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan ANDRIYONO KILAT ADHI). Usaha peternakan ayam broiler memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan, mengingat peranannya dalam pemenuhan kebutuhan akan daging

relatif murah dan pengusahaannya dilakukan secara massal, sehingga produksi ayam broiler lebih mendominasi daripada produksi daging lainnya. Krisis ekonomi yang hingga tahun 2009 masih berlangsung telah banyak memberikan hambatan terhadap usaha peternakan broiler. Hambatan tersebut berupa hargaharga sarana produksi peternakan yang sangat berfluktuasi dan semakin mahal. Keberadaan perusahaan kemitraan ayam broiler telah dapat membantu usaha budidaya ayam broiler tetap maju dan berkembang. Oleh sebab itu, pasca krisis ekonomi usaha peternakan ayam broiler tetap dapat dijalankan oleh peternak walaupun status peternak sudah beralih menjadi peternak mitra perusahaan.

Jalinan kerjasama antara peternak dengan pihak perusahaan akan terus berlangsung apabila masing-masing pihak merasakan keadilan dan kepuasan dari kerjasama kemitraan tersebut. Berbagai ketetapan dan aturan telah dirancang oleh pihak perusahaan demi kelancaran usaha kemitraan, namun diduga ketetapan dan peraturan tersebut belum dapat memuaskan peternak mitra karena dilakukan secara sepihak. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan pelaksanaan kemitraan yang sedang dijalankan oleh PT X di Yogyakarta, (2) menganalisis tingkat pendapatan peternak plasma PT X di Yogyakarta, (3) menganalisis tingkat kepuasan plasma terhadap pelaksanaan kemitraan PT X, dan (4) menganalisis korelasi antara tingkat pendapatan yang diperoleh peternak dengan tingkat kepuasan peternak plasma terhadap pelaksanaan kemitraan PT X di Yogyakarta. Penelitian dilaksanakan di wilayah Yogyakarta yang meliputi kabupaten Gunung Kidul, Kulon Progo, Bantul dan Sleman. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa PT X merupakan perusahaan baru dalam kemitraan namun dapat berkembang pesat saat ini. Waktu penelitian yang dilakukan selama bulan Februari hingga Maret 2009. Responden penelitian ini adalah seluruh peternak plasma PT X sebanyak 50 responden. Data yang diolah dan dianalisis adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif mengenai gambaran umum kemitraan, dan karakteristik responden dianalisis secara deskriptif, sedangkan data kuantitatif dengan menggunakan analisis pendapatan, analisis rasio R/C, analisis kesesuaian, Importance Performance Analysis (IPA), Customer Satisfaction Index (CSI), dan analisis korelasi rank spearman. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan mayoritas responden peternak berjenis kelamin laki-laki (94 persen), berusia 25-35 tahun (54 persen), pendidikan SMA (52 persen), jumlah tanggungan keluarga 1-2 orang (42 persen). Jumlah ternak yang dipelihara antara 2.00010.000 ekor (84 persen), peternak memiliki pekerjaan lain di luar usaha ternak ayam (52 persen), pengalaman beternak kurang dari lima tahun (62 persen), status kepemilikan lahan milik sendiri (96 persen), alasan beternak ayam karena sebagai pekerjaan utama (44 persen), alasan bermitra dengan PT X adalah untuk meningkatkan keuntungan (58 persen), lama bermitra dengan PT X selama satu tahun (36 persen), sumber informasi mengenai PT X didapatkan langsung dari pihak perusahaan (48 persen), dan manfaat yang diperoleh dengan kemitraan adalah resiko usaha rendah (30 persen). Sebagian besar peternak memperoleh keuntungan dalam melakukan usaha ternak ayam broiler. Peternak dengan skala besar mendapatkan nilai rasio R/C sebesar 1,066, sedangkan peternak skala sedang memperoleh nilai rasio R/C sebesar 1,069. Peternak skala sedang mendapatkan pendapatan sedikit lebih tinggi, sehingga skala usaha tidak menjadi jaminan akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Berdasarkan hasil analisis kuadran kinerja dan kepentingan, didapatkan beberapa atribut yang memiliki tingkat kepentingan yang tinggi akan tetapi kinerjanya dinilai masih rendah oleh peternak plasma. Atribut-atribut tersebut antara lain atribut kualitas DOC (Day Old Chicken), kualitas pakan, kecepatan pembayaran hasil panen, dan pemberian bonus. Berdasarkan hasil analisis kesesuaian juga menunjukan bahwa keempat atribut tersebut memiliki skor kesesuaian yang paling rendah. Atribut yang memiliki kepentingan yang tinggi dan kinerja perusahaan dinilai baik oleh peternak adalah atribut penerapan harga kontrak, kualitas obat

dan vaksin, dan jadwal pengiriman sarana produksi. Atribut yang memiliki tingkat kepentingan rendah, dan kinerjanya juga dinilai kurang baik oleh peternak plasma adalah atribut penerapan harga kontrak pakan dan pemberian kompensasi. Atribut yang memiliki tingkat kepentingan rendah menurut peternak, tetapi memiliki kinerja yang baik, sehingga dianggap berlebihan oleh peternak adalah atribut prosedur penerimaan mitra, harga obat dan vaksin, frekuensi bimbingan teknis, pelayanan dan materi bimbingan, ketepatan waktu panen, penerapan standar produksi, respon terhadap keluhan, dan kesesuaian harga jual output. Secara keseluruhan peternak plasma merasa puas terhadap kinerja atribut kemitraan yang dilaksanakan oleh perusahaan inti. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai CSI sebesar 68,38 persen. Analisis korelasi rank spearman didapatkan korelasi yang lemah antara tingkat pendapatan peternak dengan tingkat kepuasan peternak. Kepuasan peternak terhadap pelaksanaan kemitraan PT X tidak hanya ditentukan oleh pendapatan yang diperoleh peternak plasma. Pihak perusahaan sebaiknya memprioritaskan atribut yang kinerjanya masih rendah sedangkan tingkat kepentingannya dianggap tinggi oleh peternak plasma. Atribut tersebut adalah kualitas DOC, kualitas pakan, kecepatan pembayaran hasil panen, dan pemberian bonus. Pihak perusahaan dapat mengadakan acara pertemuan berkala untuk membahas dan mengevaluasi hasil kerjasama kemitraan yang telah berjalan maupun pelaksanaan selanjutnya.

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER (Studi Kasus: Kemitraan PT X di Yogyakarta)

MEYLANI LESTARI H34066081

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR


2009 Judul Skripsi : Analisis Pendapatan dan Tingkat Kepuasan Peternak Plasma Terhadap Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler (Studi Kasus: Kemitraan PT X di Yogyakarta) Nama : Meylani Lestari NIM : H34066081 Tanggal Lulus :

Disetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Andriyono Kilat Adhi NIP. 131 410 931

Diketahui Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS NIP. 131 415 082

PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis Pendapatan dan Tingkat Kepuasan Peternak Plasma Terhadap Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler (Studi Kasus: Kemitraan PT X di Yogyakarta) adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Mei 2009

Meylani Lestari H34066081

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 7 Mei 1986. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Edi Rustandi dan Ibu Sami. Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Neglasari 2 Bogor pada tahun 1997 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2000 di SLTPN 1 Dramaga Bogor. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMUN 1 Ciampea Bogor diselesaikan pada tahun 2003. Penulis diterima pada Program Diploma Studi Higiene Makanan, Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor pada tahun 2003. Kemudian penulis melanjutkan studi ke Program Sarjana Ekstensi Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis mendapatkan penghargaan sebagai Lulusan Terbaik program studi Higiene Makanan, Fakultas Kedokteran Hewan dan penghargaan atas prestasi akademik sebagai Lulusan Terbaik untuk tingkat Institut Pertanian Bogor. Tahun 2008, Penulis juga mendapatkan penghargaan sebagai Mahasiswa Berprestasi dengan indeks prestasi 4,00 dari Program Sarjana Ekstensi Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Selama perkuliahan, penulis mengikuti kegiatan kepanitiaan pada program Diploma maupun kegiatan kepanitiaan pada Program Ekstensi Agribisnis. Penulis juga

aktif mengikuti kegiatan dan kepanitiaan dalam organisasi KAMUS (Keluarga Muslim Ekstensi) Institut Pertanian Bogor.

KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbilalamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Ekstensi Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Skripsi yang ditulis mengambil topik mengenai Analisis Pendapatan dan Tingkat Kepuasan Peternak Plasma Terhadap Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler (Studi Kasus Kemitraan PT X di Yogyakarta). Kepuasan peternak plasma merupakan suatu hal yang harus dicapai dalam suatu kerjasama kemitraan, karena dalam usaha kemitraan peternak merupakan pelaksana kegiatan budidaya, yang pada akhirnya dapat memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak yang bekerjasama. Kepuasan juga akan bermuara pada loyalitas sehingga jalinan kerjasama yang kuat dapat tercapai. Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan ini karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun sehingga dapat menyempurnakan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, Mei 2009 Meylani Lestari

UCAPAN TERIMA KASIH


Selama penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan sumbangan pikiran, bimbingan, dukungan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada:

1. Dr. Ir. Andriyono Kilat Adhi, selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 2. Ir. Burhanuddin, MM selaku dosen evaluator pada kolokium yang telah memberikan koreksi dan saran demi perbaikan skripsi ini. 3. Dr. Ir. Rita Nurmalina Suryana, MS selaku dosen penguji utama pada ujian siding skripsi yang telah memberikan koreksi serta saran demi penyempurnaan skripsi ini. 4. Etriya, SP, MM selaku dosen komdik yang telah memberikan koreksi pada teknik penulisan juga saran kepada penulis. 5. Papa dan Mama tersayang, serta Kakak-kakakku (Mas Ipan dan Mas Wahyu) atas doa, dorongan moril, materi, kesabaran dan kasih sayangnya. 6. Mas Tunggul Hadi Lukito, SPt terima kasih banyak atas doa, bimbingan, perhatian, kesabaran, penantian dan kesetiaannya selama ini. 7. Rochmawati dan Ratih Handayani Soekotjo, terima kasih sudah banyak membantu, memberikan semangat dan mengantar keliling Yogyakarta, UGM dan berwisata kuliner di Yogyakarta. 8. Nurayla Arnas Nasution, yang telah bersedia menjadi pembahas dalam seminar skripsi. 9. Manajer Perusahaan yang telah memberikan kesempatan bagi panulis untuk melakukan penelitian. 10. Para PPL perusahaan (Pak Dayat, Pak Wahyu, Pak Riyanto, dan Pak Parman), terima kasih banyak atas bantuannya selama penelitian lapang. 11. Seluruh responden peternak PT X yang telah bersedia berbagi informasi dan kerjasama yang baik. 12. Retno dan Tyas, terima kasih atas bantuan dan kebersamaan selama masa bimbingan. 13. Teman-teman Liqo (Mbak Liesca, Ayla, Teh Uum, Teh Erni, Wasini, Armayuni), atas kebersamaannya dan semangatnya. 14. Teman-teman AGB (Ajen, Aulia, Andro, Yusni, Wahyu, Emil, Ocid, Wiwin, Mbak Maria, Fifi, Yosi, Neti, Fajar, Tami, Pintor , ETC Group dan lainnya 15. Sekretariat Ekstensi Agribisnis, yang telah memberikan bantuan dan kemudahan dalam administrasi. 16. Semua pihak yang telah turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu, semoga Allah SWT membalas dan memberikan rahmat hidayah-Nya.

Bogor, Mei 2009 Meylani Lestari

DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL

xiii DAFTAR GAMBAR ... xv DAFTAR LAMPIRAN ... xvi I PENDAHULUAN . 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Perumusan Masalah . 8 1.3. Tujuan Penelitian . 12 1.4. Manfaat Penelitian ... 12 II TINJAUAN PUSTAKA ... 13 2.1. Kondisi Peternakan Ayam Broiler Di Indonesia 13 2.2. Definisi Kemitraan Usaha ... 16 2.3. Dasar Teori Kerjasama Kemitraan .. 17 2.4. Pola Kemitraan 18 2.5. Tujuan dan Manfaat Kemitraan .. 21 2.6. Modal Usaha Ternak Ayam Broiler 24 2.7. Tinjauan Studi Terdahulu 26 III KERANGKA PEMIKIRAN

30 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual . 30 3.1.1. Analisis Usaha Ternak Broiler .. 30 3.1.2. Definisi Kepuasan Konsumen ... 33 3.1.3. Dimensi Kepuasan Pelanggan ... 36 3.1.4. Metode Pengukuran Kepuasan Konsumen .

37 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional 38 IV METODE PENELITIAN 43 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 43 4.2. Jenis dan Sumber Data 43 4.3. Metode Pengumpulan Data dan Jumlah Responden .. 43 4.4. Metode Analisis Data . 44 4.4.1. Analisis Deskriptif 45 4.4.2. Analisis Pendapatan Usahatani . 45 4.4.3. Analisis Imbangan Pendapatan dan Biaya (Rasio R/C) .

46 4.4.4. Penilaian Tingkat Kepuasan .. 46

4.5. Konsep dan Definisi Operasional 58 V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN . 60 5.1. Deskripsi Perusahaan .. 60 5.2. Karakteristik Peternak Responden ...... 61 5.3. Karakteristik Usaha Ternak Ayam Broiler Peternak Responden ...

65 5.4. Pola Kemitraan Usaha PT X ... 71 5.5. Manajemen Budidaya Ayam broiler ... 82 VI PENDAPATAN USAHA TERNAK ... 95 6.1. Biaya Produksi Usaha Ternak Ayam Broiler .. 95 6.2. Penerimaan Usaha Ternak Ayam Broiler 98 6.3. Pendapatan Usaha Ternak Ayam Broiler 99 6.4. Proporsi Biaya Input terhadap Total Pengeluaran .. 101 VII ANALISIS KEPENTINGAN-KINERJA DAN KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP ATRIBUT KEMITRAAN ... 104 7.1. Penilaian Tingkat Kepentingan dan Kinerja ... 104 7.2. Analisis Kesesuaian Skor Kepentingan dan Kinerja .. 114 7.3. Perhitungan Importance Performance Analysis (IPA) 115

7.4. Perhitungan Indeks Kepuasan Peternak .. 127 VIII HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN DENGAN KEPUASAN PETERNAK ... IX KESIMPULAN DAN SARAN 131 9.1. Kesimpulan . 131 9.2. Saran 132 DAFTAR PUSTAKA .. 133 LAMPIRAN . 136

129

DAFTAR TABEL
Nomor 1. 2. 3. 4. 5. Halaman

6. 7. 8. 9. 10.

11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2008 (Persentase) ..... Populasi Ternak di Indonesia Tahun 2004-2008 (Ribu Ekor) ...... Konsumsi Daging Ternak Per Kapita Tahun 2006-2007 Produksi Daging di Indonesia Tahun 2005-2008 (Ribu Ton) Jumlah Ternak Ayam Ras Pedaging di Provinsi DI Yogyakarta Berdasarkan Kabupaten dan Kota Madya (Ekor) ...... Jumlah Ternak Ayam Ras Pedaging yang Dipotong ... Perusahaan Kemitraan di Wilayah Yogyakarta ... Metode Analisis Data ... Atribut dan Indikator Kinerja Perusahaan ........ Kriteria Nilai Customer Satisfaction Index (CSI) Daftar Jumlah dan Lokasi Peternak Mitra PT X di Provinsi Yogyakarta . Kelompok Usia Peternak Responden .. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin . Tingkat Pendidikan Peternak Responden Jumlah Tanggungan Keluarga Peternak Responden Sebaran Peternak Berdasarkan Skala Usaha Pekerjaan di Luar Usaha Ternak Ayam ... Alasan Peternak Responden Beternak Ayam Broiler ...... Pengalaman Beternak Ayam Broiler Pengalaman Bermitra dengan PT X . Alasan Peternak Responden Bermitra dengan PT X Sumber Informasi Mengenai PT X ...... Umur Panen Ternak Ayam Broiler ...... Status Kepemilikan Lahan Peternak Responden .. Manfaat Bergabung dengan Perusahaan Kemitraan Penetapan Harga Sarana Produksi Peternakan PT X ...

1 2 3 4 5 5 10 44 48 56 62 63 63 64 65 66 66 67 67 68 69 69 70 70 71 77 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40.

41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. Daftar Harga Obat, Vaksin, dan Bahan Kimia . Kesepakatan Harga Ayam Hidup . Kesepakatan Bonus Pasar PT X .. Standar FCR PT X ... Penggunaan Tempat Pakan dan Minum (Ekor/Buah) ...... Jadwal dan Tata Laksana Pemberian Vaksin ... Rata-Rata Konversi Pakan (FCR) Skala II . Rata-Rata Komposisi Biaya Produksi Peternak Plasma PT X Komposisi Penerimaan Usaha Peternak Plasma Pada setiap skala ...... Pendapatan Usaha Ternak Ayam Broiler Pada Peternak Skala I dan Skala II ... Proporsi Biaya Input terhadap Total Pengeluaran ... Penilaian Peternak Terhadap Tingkat Kepentingan Prosedur Penerimaan Mitra ...... Penilaian Peternak Terhadap Tingkat Kepuasan Prosedur Penerimaan Mitra . Penilaian Peternak Terhadap Tingkat Kepentingan Atribut Pelayanan Sarana Produksi ..... Penilaian Peternak Terhadap Tingkat Kepuasan Dimensi Pelayanan Sarana Produksi ..... Penilaian Peternak Terhadap Tingkat Kepentingan Dimensi Pelayanan Teknis Budidaya ...... Penilaian Peternak Terhadap Tingkat Kepuasan Dimensi Pelayanan Teknis Budidaya . Penilaian Peternak Terhadap Tingkat Kepentingan Dimensi Pelayanan Pasca Panen ..... Penilaian Peternak Terhadap Tingkat Kepuasan Dimensi Pelayanan Pasca Panen Skor Kesesuaian Antara Tingkat Kepentingan dengan Kinerja Pada Setiap Atribut .

Rataan Skor Tingkat Kepentingan Peternak Rataan Skor Tingkat Kinerja .. Perhitungan Indeks Kepuasan Peternak .. 78 79 80 81 87 91 94 96 99 100 102 105 105 106 107 109 110 112 113 115 116 118 128

DAFTAR GAMBAR
Nomor 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Halaman

9. 10. 11. Skema Pola Kemitraan Inti Plasma ... Skema Pola Kemitraan Subkontrak .. Skema Pola Kemitraan Dagang Umum Skema Pola Kemitraan Keagenan Skema Pola Kemitraan Kerjasama Operasional Khusus .. Faktor Internal dan Eksternal Usahatani ... Diagram Konsep Kepuasan Konsumen Bagan Kerangka Pemikiran Operasional .. Kuadran Importance Performance Analysis . Pola Kemitraan PT X di Yogyakarta Plot Kepentingan Kinerja untuk Analisis Kuadran ...

18 19 20 20 21 32 33 42 53 72 119

DAFTAR LAMPIRAN
Nomor 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Fluktuasi Harga dan DOC Broiler . Kuesioner Penelitian ......... Gambar Peralatan dan Kegiatan .... Halaman

Nama Peternak dan Skala Usaha Rata-Rata Konversi Pakan (FCR) dan Tingkat Mortalitas pada Skala I ....... Perhitungan Usaha Ternak Peternak Skala I . Perhitungan Usaha Ternak Peternak Skala II Rata-rata Bobot Ayam Peternak Skala I dan II . Penyusutan Kandang dan Peralatan .. Rata-Rata produksi, Biaya dan Pendapatan Per Ekor Ayam Broiler pada Skala I dan Skala II ...... Nilai Pendapatan (Rasio R/C) dan Kepuasan Peternak (CSI) ..... 137 138 142 143 144 145 149 150 152 154 155

I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan penyumbang terbesar kedua pada perekonomian nasional setelah sektor industi pengolahan. Perkembangan sektor industri pengolahan tentu tidak terlepas dari adanya dukungan perkembangan sektor pertanian. Karena produk-produk hasil pertanian inilah yang selanjutnya dapat diolah dan menghasilkan pendapatan. Sumbangan dari sektor pertanian berkontribusi besar terhadap nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Informasi mengenai sebaran struktur PDB Indonesia tahun 2007-2008 ditunjukkan oleh Tabel 1. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2007-2008 (Persentase) No Lapangan Usaha 2007 2008 1 Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 13,7 14,4 2 Pertambangan dan Penggalian 11,2 11,0 3 Industri Pengolahan 27,1 27,9 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,9 0,8 5 Kontruksi 7,7 8,4 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 14,9 14,0 7 Pengangkutan dan Perekonomian 6,7 6,3 8 Keuangan, Real estat dan Jasa Perusahaan 7,7 7,4 9 Jasa-jasa 10,1 9,8 PDB 100 100 PDB Tanpa Migas 89,5 89,3

Sumber: BPS (2008)

Berdasarkan Tabel 1, tahun 2008 terjadi penurunan pada semua sektor kecuali sektor pertanian, sektor industri pengolahan, dan sektor kontruksi. Pada tahun 2008, kontribusi sektor pertanian mengalami peningkatan bila dibandingkan tahun 2007. Nilai PDB sektor pertanian pada tahun 2008 adalah 284,3 triliun rupiah, meningkat dari tahun sebelumnya yaitu 271,4 triliun rupiah. Hal inilah 1 yang menandakan bahwa sektor pertanian dapat menunjang perekonomian nasional. Subsektor peternakan yang merupakan bagian dari sektor pertanian, memiliki peranan penting dalam menopang perekononiam regional maupun nasional. Berdasarkan data statistik, PDB subsektor peternakan mulai bangkit kembali setelah terpuruk akibat krisis ekonomi, dengan rata-rata pertumbuhan PDB antara tahun 2000-2006 sebesar 3,63 persen. Pada periode yang sama, angka tersebut berada di atas laju pertumbuhan sektor pertanian yaitu 2,66 persen, subsektor tanaman pangan 2,05 persen, subsektor perkebunan 3,24 persen, dan subsektor kehutanan -0,07 persen (Ilham 2006). Subsektor peternakan mampu tumbuh dengan cepat, karena didukung oleh perkembangan industri peternakan terutama ayam ras dan sapi potong. Pelaku dua komoditi tersebut berpotensi dijadikan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam sektor pertanian (Ilham 2006). Salah satu komoditas peternakan yang memiliki potensi yang cukup tinggi di Indonesia adalah peternakan ayam ras pedaging (broiler), perkembangan jumlah populasi ayam broiler mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dengan adanya peluang tersebut maka perlu ditingkatkan daya saing komoditi hasil ternak ini. Perkembangan populasi ternak ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Populasi Ternak di Indonesia Tahun 2004-2008 (Ribu Ekor)

Jenis Ternak ( Spesies) 2004 2005 2006 2007 2008* Kambing 12.781 13.409 13.790 14.470 15.806 Sapi potong 10.553 10.569 10.875 11.515 11.869 Domba 8.075 8.327 8.980 9.514 10.392 Babi 5.980 6.801 6.218 6.711 7.376 Ayam Ras Pedaging 778.970 811.189 797.527 891.659 1.075.885 Ayam Buras 276.989 278.954 291.085 272.251 287.124 Ayam Ras Petelur 93.416 84.790 100.202 111.489 116.474 Itik 32.573 32.405 32.481 35.867 36.931
* Angka sementara Sumber: Direktorat Jendral Peternakan (2008)

2 Penurunan populasi terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar 1,67 persen dari tahun sebelumnya. Hal ini diakibatkan karena maraknya kasus penyakit yang terjadi pada peternakan unggas, sehingga menurunkan jumlah ternak di berbagai wilayah di Indonesia. Perkembangan peternakan di Indonesia juga didukung dengan adanya kesadaran masyarakat dalam mengkonsumsi pangan bergizi. Produk yang dihasilkan dari subsektor peternakan dapat memenuhi kebutuhan gizi bagi masyarakat. Salah satu produk peternakan yang dapat memberikan asupan

gizi bagi masyarakat adalah daging. Berdasarkan data Pada Tabel 3 terlihat bahwa konsumsi daging tahun 2007 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Tabel 3. Konsumsi Daging Ternak Per Kapita Tahun 2006-2007 Kg/Tahun

No Komoditi 2006 2007 1 Sapi Potong 0,31 0,53 2 Kerbau 0,05 0,02 3 Kuda 0,05 0,06 4 Kambing 0,26 0,27 5 Babi 2,50 0,27 6 Ayam Ras dan Ayam Kampung 0,52 4,37 7 Unggas Lainnya 0,05 0,05 8 Daging Lainnya 0,05 0,11 Total 3,81 4,87
Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan (2008)

Berdasarkan data pada Tabel 3, menunjukkan bahwa konsumsi daging mengalami peningkatan di tahun 2007. Konsumsi daging ayam ras dan ayam kampung mencapai 4,37 Kg/kapita/tahun atau sebesar 89,7 persen dari keseluruhan konsumsi daging masyarakat Indonesia. Daging ayam cenderung lebih banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena harga daging ayam per kilogramnya lebih murah daripada harga daging sapi, kerbau, atau daging kambing. Selain itu, daging ayam sangat mudah didapatkan karena saluran distribusinya hingga ke tingkat pengecer yang langsung menyalurkan kepada konsumen akhir. Tabel 4 menunjukkan bahwa produksi 3 daging ayam sangat dominan dan terjadi peningkatan jumlah setiap tahunnya. Peningkatan produksi merupakan indikator adanya peningkatan pada konsumsi daging di Indonesia. Tabel 4. Produksi Daging di Indonesia Tahun 2005-2008 (Ribu Ton)

Tahun Jenis 2005 2006 2007 2008* 1. Sapi Potong 358,7 395,8 339,5 352,4 2. Kerbau 38,1 43,9 41,8 44,0 3. Kambing 50,6 65,0 63,6 69,4 4. Domba 47,3 75,2 56,9 62,3 5. Babi 173,7 196,0 225,9 235,6 6. Kuda 1,6 2,3 2,0 2,5 7. Ayam Buras 301,4 341,3 294,9 307,5 8. Ayam Ras Petelur 45,2 57,6 58,2 58,2 9. Ayam Ras Pedaging 779,1 861,3 942,8 992,7 10. Itik 21,4 24,5 44,1 45,2 Total 1.817,0 2.062,9 2.069,5 2.169,7
*Angka Sementara Sumber : Direktorat Jenderal Peternakan (2008)

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, menunjukkan bahwa ayam ras pedaging memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Mengingat peranan

dalam pemenuhan kebutuhan akan daging relatif murah dan pengusahaannya dilakukan secara massal, sehingga produksi ayam broiler lebih mendominasi daripada produksi daging lainnya. Inilah yang mendukung perkembangan usaha peternakan ayam broiler di berbagai provinsi di Indonesia, termasuk juga di provinsi Yogyakarta. Provinsi Yogyakarta memiliki potensi dan peluang yang baik untuk dikembangkan usaha peternakan ayam broiler. Wilayah Yogyakarta mendukung untuk usaha peternakan, karena sebagian besar merupakan daerah dataran tinggi dengan suhu udara yang sejuk, serta didukung ketersediaan air yang cukup. Adapun perkembangan populasi ayam broiler menurut kabupaten dan kota di wilayah Yogyakarta, dapat dilihat pada Tabel 5. Berdasarkan catatan dari BPS 4 Yogyakarta, populasi ayam pedaging dari tahun 20032007 terus mengalami peningkatan. Kabupaten Sleman memiliki populasi ayam yang dominan bila dibandingkan dengan kabupaten lainnya. Hal ini didukung dengan banyaknya industri-industri peternakan di kabupaten tersebut. Tabel 5. Jumlah Ternak Ayam Ras Pedaging di Provinsi Yogyakarta Berdasarkan Kabupaten dan Kota (Ekor)

Tahun Kulon Progo Bantul Gunung Kidul Sleman Kota Yogya 2003 640.400 543.357 234.500 1.051.267 1000 2.470.524 2004 700.600 797.379 181.539 986.019 0 2.665.537 2005 786.300 859.679 356.845 1.810.216 0 3.813.040 2006 961.600 573.373 322.920 2.365.817 3000 4.226.710 2007 1.229.037 575.626 348.099 2.681.775 0 4.834.537
Sumber : BPS DI Yogyakarta (2008)

Jumlah ayam broiler yang diproduksi masih kurang untuk mencukupi kebutuhan daging di Yogyakarta. Konsumsi daging ayam di Yogyakarta dapat dilihat dari jumlah ternak yang dipotong di provinsi tersebut. Berdasarkan data pada Tabel 6, jumlah ternak broiler yang dipotong pada tahun 2007 mencapai 23.746.282 ekor, padahal jumlah ayam yang diproduksi pada tahun yang sama hanya 4.834.537 ekor. Hal ini berarti provinsi Yogyakarta mendatangkan ayam dari wilayah lain sebanyak 18.911.745 ekor. Jumlah ternak yang didatangkan dari luar provinsi jauh lebih banyak daripada yang dihasilkan di dalam provinsi sendiri. Tabel 6. Jumlah Ternak Ayam Ras Pedaging yang Dipotong
Thn Kulon Progo Bantul Gunung Kidul Sleman Kota Yogya 2005 3.043.660 4.238.221 641.740 4.780.128 930.000 13.633.749 2007 3.687.111 3.646.591 772.624 12.507.021 3.132.935 23.746.282
Sumber : BPS DI Yogyakarta (2008)

Produksi ayam broiler yang masih rendah, didukung dengan adanya konsumsi ayam yang tinggi merupakan suatu peluang bisnis yang baik yang dapat

dimanfaatkan oleh masyarakat terutama peternak. Namun, krisis ekonomi yang


Provinsi Yogyakarta Provinsi Yogyakarta

5 masih berlangsung hingga tahun 2009 menyebabkan usaha di bidang peternakan banyak mengalami hambatan. Salah satunya adalah terjadinya kenaikan pada berbagai harga sarana produksi peternakan dan harga ayam broiler siap potong yang cenderung berfluktuatif. Data dapat dilihat pada Lampiran 1. Sarana produksi peternakan yang signifikan dalam usaha peternakan ayam broiler adalah bibit ayam atau Day Old Chick (DOC) dan pakan ayam. Pergerakan harga DOC sangat berfluktuasi, sehingga para peternak tidak dapat memastikan arah pergerakan harga. Begitupun dengan produsen yang memproduksi DOC, produsen tidak dapat memastikan berapa kebutuhan DOC yang sebenarnya. Pergerakan harga DOC yang tidak stabil karena ketidakpastian pasokan memberikan pengaruh yang besar pada usaha peternakan ayam. Kestabilan harga DOC dapat tercapai apabila terdapat sistem pemasaran yang pasti untuk jumlah DOC yang diminta (Poultry 2006). Harga pakan juga merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam usaha peternakan, sekitar 80 persen biaya terbesar dalam peternakan ayam broiler adalah biaya yang dialokasikan untuk kebutuhan pakan (Fadilah 2006). Saat ini peternak dihadapkan dengan keterbatasan pasokan bahan baku untuk pakan akibat meningkatnya permintaan jagung untuk keperluan bahan bakar nabati atau etanol

. Fluktuasi harga ayam broiler juga membawa dampak negatif bagi peternak, apabila terjadi penurunan harga ayam maka peternak akan mengalami kerugian akibat pendapatan yang menurun. Akan tetapi, jika pergerakan harga ayam meningkat akan memberikan keuntungan yang besar bagi peternak. Pada saat inilah peternak mendapatkan penghasilan yang tinggi. Itulah yang menyebabkan usaha peternakan ayam memiliki resiko yang tinggi. Beberapa hambatan lain yang dihadapi dari usaha peternakan ayam broiler adalah pemasaran hasil produksi dan manajemen dalam melaksanakan usaha. Pada umumnya peternak mandiri menghadapi risiko hasil panen tidak diterima di pasar. Hal ini dikarenakan para peternak mandiri belum memiliki manajemen dan standar dalam beternak. Berbeda halnya jika peternak tersebut bergabung dengan
1

Infovet. 2008. Industri Unggas Bakal Terpukul: Harga Jagung Di Pasar Dunis Terus Naik .http://infovet.wordpress.com . [24 Desember 2008]

6 perusahaan kemitraan ayam. Selain mendapatkan bantuan modal, juga banyak diberikan saran serta bimbingan agar hasil panen ayam dapat sesuai standar dan diterima oleh pasar. Keadaan krisis ekonomi dampaknya lebih dirasakan oleh peternak mandiri, karena biasanya peternak mandiri memiliki skala usaha kecil dan banyak memiliki keterbatasan baik dalam modal maupun teknologi. Sehingga kebutuhan

untuk bergabung bersama perusahan kemitraan menjadi sangat tinggi, terutama terkait dengan jaminan pasokan sarana produksi peternakan yang membutuhkan biaya besar dan jaminan harga hasil panen di kemudian hari. Beberapa hambatan dan keterbatasan dalam melakukan usaha peternakan ayam broiler telah menyebabkan persentase peternak mandiri menjadi berkurang, dan memilih bergabung dengan perusahaan kemitraan. Saat ini usaha ayam broiler dikuasai oleh perusahaan kemitraan dengan pangsa pasar mencapai 40-45 persen, yang sebelumnya hanya 25-30 persen saja

. Melihat kesulitan peternak mandiri dalam melakukan usaha ternak ayam, juga melihat adanya peluang yang besar dalam usaha peternakan ayam broiler menyebabkan tingginya pertumbuhan perusahaan kemitraan di Yogyakarta. Salah satu perusahaan kemitraan ayam adalah PT X. PT X merupakan perusahaan yang termasuk baru dalam menjalin kemitraan dengan peternak di Yogyakarta. Pada mulanya peternak mitra PT X hanya terdapat di kabupaten Sleman saja, namun saat ini peternak plasma yang menjadi mitranya tersebar di seluruh kabupaten di Yogyakarta. Dengan keberadaan perusahaan kemitraan, maka peternak mandiri dapat bergabung dengan tujuan tidak hanya untuk meningkatkan pendapatan, tetapi juga untuk menjamin ketersediaan daging di pasaran, mendapatkan pelatihan pemeliharaan dan mendapatkan kualitas ayam yang baik, serta mendapat jaminan pasokan sarana produksi peternakan.

pPoultry Indonesia. 2008. Peternak Broiler Mandiri Merajarela. h


ttp://www.poultryindonesia.com//. [8 Oktober 2008]

7 1.2. Perumusan Masalah Kemitraan PT X merupakan bentuk kerjasama yang terjalin antara pihak perusahaan sebagai inti dan peternak sebagai plasma. Kedua pihak tersebut bekerjasama dalam membudidayakan ayam broiler. Jalinan kerjasama akan tetap berlangsung apabila mendatangkan keuntungan bagi kedua belah pihak. Baik pihak inti maupun plasma memiliki kedudukan yang sama penting dalam keberlangsungan usaha kemitraan, sehingga tidak ada pihak yang posisinya lebih tinggi dari pihak lain. Setiap kegiatan yang berlangsung dalam kerjasama kemitraan telah disepakati di dalam kontrak kerjasama, begitupun dengan kontrak harga sarana produksi peternakan (sapronak), dan harga ayam broiler. Pihak yang menentukan prosedur, harga, waktu panen dan pemberian bonus sepenuhnya ditetapkan oleh perusahaan inti. Hal ini mengindikasikan bahwa kendali kemitraan berada di pihak perusahaan inti, sedangkan peternak hanya menjalankan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan dan mengikuti segala peraturan dari pihak inti. Jika mengacu pada hal ini posisi pihak perusahaan inti terlihat berada di atas pihak peternak plasma. Padahal dalam usaha kemitraan masing-masing pihak memiliki posisi yang setara sesuai dengan peran masingmasing, dan bertujuan

untuk saling menguntungkan. Kontrak yang dibuat oleh perusahaan bersifat mengikat dan telah disepakati sebelum kegiatan budidaya dilakukan. Dengan harga yang telah tercantum dalam kontrak, tentunya peternak tidak dapat meminta harga jual panen yang lebih tinggi jika harga pasaran tinggi dan peternak pun dilarang untuk menjual hasil panen kepada pihak luar selain perusahaan inti. Hal ini berbeda dengan peternak yang berusaha secara mandiri. Pada saat harga di pasaran naik, maka peternak dapat menikmati keuntungan yang tinggi, begitupun sebaliknya. Sehingga bagi peternak mandiri bisa mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi bahkan dapat pula mengalami kerugian yang besar. Sedangkan peternak yang bermitra diduga memiliki keuntungan yang relatif stabil karena terikat dengan harga kontrak yang tidak dipengaruhi harga pasar. Di sisi lain Perusahaan inti dalam kemitraan bertindak sebagai pembeli produk (output) dan penjual sarana produksi (input) tunggal kepada peternak mitranya, sehingga perusahaan inti bertindak sebagai perusahaan monopsoni pada

8 pasar output dan perusahaan monopoli pada pasar input. Harga output yang diterima peternak mitra bisa lebih rendah dan harga jual input dari perusahaan dapat ditetapkan lebih tinggi. Kemitraan usaha menjadikan kegiatan produksi terus berjalan karena adanya jaminan kelancaran sarana produksi dan pengawasan, tapi belum tentu dapat meningkatkan pendapatan peternak mitra. Mengacu pada hal tersebut maka penting diketahui bagaimana tingkat pendapatan peternak plasma. Keberadaan perusahaan kemitraan banyak memberikan keuntungan bagi peternak plasma. Salah satunya peternak dapat menjalankan usahanya secara berkesinambungan karena kendala modal yang biasanya dihadapi oleh peternak dapat teratasi dengan adanya pinjaman barang modal berupa DOC, pakan dan obat-obatan dari perusahaan inti. Modal tersebut akan dibayarkan jika peternak telah mendapat hasil panen. Perusahaan inti ikut membuka kesempatan kerja bagi peternak, menjamin pemasaran dan pasokan sapronak, dan turut berperan dalam mengembangkan usaha peternakan. Usaha peternakan yang didominasi oleh perusahaan kemitraan, menunjukkan bahwa peranan kemitraan menjadi penting bagi peternak untuk tetap menjalankan usahanya. akan tetapi, bukan berarti posisi peternak menjadi terabaikan. Jumlah peternak yang menjadi mitra perusahaan merupakan salah satu indikator keberhasilan perusahaan inti dalam menjalankan kinerjanya. Apabila perusahaan inti memiliki banyak peternak plasma, diduga peternak mitranya merasa puas bergabung dengan perusahaan kemitraan. PT X menyadari bahwa jika kepuasan peternak plasma sudah tercapai, maka dengan sendirinya para peternak tersebut akan mempromosikan kepada rekan peternak lainnya. Maka dari itu tujuan dari kemitraan PT X adalah menciptakan kepuasan peternak plasmanya. Keadaan krisis juga telah memberikan peluang bagi perusahaanperusahaan kemitraan lainnya. PT X menghadapi

banyak persaingan dengan perusahaan kemitraan lainnya. Beberapa pesaing PT X telah bertaraf nasional, seperti PKP, Sierad, Ciomas, dan Wonokoyo. Sedangkan PT X hanya bekerja di wilayah Yogyakarta dan sebagian kecil wilayah Jawa Tengah. Perusahaan yang bertaraf nasional telah berdiri sejak lama dan memiliki banyak peternak plasma, sehingga hal ini menjadi tantangan yang

berat bagi PT X untuk dapat

9 mempertahankan dan menambah jumlah anggota peternak plasmanya. PT X tumbuh di dalam persaingan usaha yang tinggi. Berikut perusahaan yang menjalankan kemitraan di wilayah Yogyakarta dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Perusahaan Kemitraan di Wilayah Yogyakarta Nama Perusahaan Kemitraan

1. PT X 16. GUT 2. Malindo 17. TTM 3. Ciomas 18. BIP 4. Sierad 19. MTA 5. Janu Putro 20. DMC 6. Wonokoyo 21. WST 7. Primatama Karya Persada (PKP) 22. UMI 8. Catur Karya 23. BMS 9. Jatmika 24. SMJ 10. Patriot 25. Calista 11. Lestari Karya 26. MUS 12. Bengawan 27. KSM 13. Pendowo 28. DARKI 14. Duta Technovet 29. Mataram 15. Barokah
Sumber: PT X (2008)

PT X memasok ayam potong kepada Rumah Potong Ayam (RPA) yang masih berada dalam satu grup perusahaan. Pada mulanya PT X hanya dapat memasok 10 persen ayam broiler pada RPA yang dimilikinya, dan kini setelah tiga tahun lebih telah dapat memenuhi kebutuhan RPA sebanyak 80 persen. Ini berarti masih terdapat 20 persen kebutuhan RPA yang belum dapat dipenuhi. Hal ini menjadi tantangan bagi PT X untuk mengembangkan lagi usahanya dengan menarik lebih banyak peternak plasma. Para peternak plasma yang bergabung dengan perusahaan inti memiliki karakteristik yang beragam, baik dari segi umur, pendidikan, pengalaman beternak, status dan sebagainya. Keragaman karakteristik dapat memberikan penilaian yang berbeda terhadap kualitas pelayanan dan kinerja dari perusahaan 10 inti. Keberagaman diduga memberikan perilaku yang bervariasi dalam memutuskan untuk memilih suatu perusahaan kemitraan. Kepuasan plasma terhadap inti dapat membawa dampak yang positif, karena peternak cenderung loyal dan tidak akan mencari perusahaan kemitraan lain. Begitupun sebaliknya, apabila peternak plasma merasa tidak puas terhadap kinerja dan pelayanan yang diberikan inti, peternak plasma diduga akan mencari perusahaan yang memberikan kinerja yang lebih baik. Kepuasan peternak merupakan faktor yang sangat penting untuk dipertahankan guna menjaga

keloyalan dari peternak, karena saat ini pertumbuhan perusahaan kemitraan pun semakin berkembang. Dalam menjalankan kegiatan usaha ternak ayam broiler, kasus penyimpangan seperti keterlambatan pengiriman sarana produksi (DOC dan Pakan), atau pemanenan lebih cepat dari waktu yang disepakati juga terjadi di PT X. Hal ini dikarenakan PT X masih sangat tergantung pada produsen sapronak (sarana produksi peternakan). Ini diduga dapat menjadi faktor yang menentukan tingkat kepuasan peternak plasma atas kinerja perusahaan inti. Tujuan utama peternak bergabung adalah mendapatkan keuntungan dari kerjasama yang dijalankan. Pendapatan yang diperoleh peternak sangat beragam, hal ini dikarenakan peternak mengusahakan dalam skala usaha yang beragam. Keuntungan yang didapatkan peternak juga merupakan faktor yang dapat menetukan tingkat kepuasan peternak terhadap kemitraan PT X. Peternak dengan pendapatan usaha ternak yang tinggi diduga akan merasa lebih puas atas kinerja atau pelayanan yang diberikan dalam kemitraan PT X. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pelaksanaan kemitraan yang sedang dijalankan oleh PT X di Yogyakarta? 2. Bagaimana tingkat pendapatan peternak plasma PT X di Yogyakarta? 3. Bagaimana tingkat kepuasan peternak plasma terhadap pelaksanaan kemitraan PT X di Yogyakarta? 4. Bagaimana korelasi antara tingkat pendapatan yang didapatkan peternak

dengan tingkat kepuasan peternak terhadap pelaksanaan kemitraan PT X? 11 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan pelaksanaan kemitraan yang sedang dijalankan oleh PT X di Yogyakarta. 2. Menganalisis pendapatan peternak plasma PT X di Yogyakarta. 3. Menganalisis tingkat kepuasan peternak plasma terhadap pelaksanaan kemitraan PT X. 4. Menganalisis korelasi antara tingkat pendapatan yang diperoleh peternak

dengan tingkat kepuasan peternak terhadap pelaksanaan kemitraan PT X. 1.4. Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan tersebut, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk: 1. Perusahaan Sebagai masukan atau bahan pertimbangan yang berguna bagi pihak manajemen perusahaan dalam mengambil keputusan dan menyempurnakan pelaksanaan kemitraan yang telah berlangsung, dan menetapkan kebijakan untuk memperbaiki kekurangan dan meningkatkan kinerja dari faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan peternak plasma. 2. Penulis Penelitian ini berguna untuk melatih kemampuan dalam menganalisa permasalahan berdasarkan data dan fakta yang diperoleh dan disesuaikan

dengan pengetahuan yang didapatkan selama kuliah, serta menyampaikan aspirasi dari peternak plasma kepada pihak perusahaan. 3. Pihak Lain Penelitian ini dapat menjadi bahan rujukan dalam melihat karakteristik dan tingkat kepuasan peternak plasma terhadap perusahaan inti, serta dapat dijadikan bahan perbandingan bagi penelitian selanjutnya. 12

II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kondisi Peternakan Ayam Broiler di Indonesia Sistem agribisnis ayam ras dalam perkembangannya merupakan salah satu sistem agribisnis yang mengalami pertumbuhan sangat cepat dibandingkan sistem agribisnis lainnya. Agribisnis ayam ras memiliki struktur agribisnis yang relatif lengkap dan modern, baik dalam subsistem agribisnis hulu maupun hilirnya. Pada subsistem budidaya (on farm) juga berkembang pesat, mulai dari pengusahaan skala keluarga (backyard farming) pada tahun 1950-an menjadi suatu pengelolaan peternakan yang modern pada tahun 1990-an (Saragih 2001). Agribisnis diartikan sebagai usaha di bidang pertanian yang mengarah pada bisnis atau tingkah laku bisnis dalam sektor pertanian. Secara prinsip, agribisnis mencakup usaha-usaha pada pengelolaan sarana produksi, pengelolaan budidaya, prosesing, dan pemasaran. Dalam usaha peternakan, agribisnis peternakan diartikan sebagai tingkah laku bisnis dalam subsektor peternakan yang mencakup penyediaan sarana produksi peternakan, budidaya peternakan, penanganan pascapanen, dan pemasaran. Agribisnis mengedepankan suatu budaya, organisasi, dan manajemen yang amat rasional. Dirancang untuk memperoleh nilai tambah (komersial) dapat disebar dan dinikmati oleh seluruh pelaku ekonomi secara adil, dari produsen, pedagang, konsumen bahkan sampai segenap lapisan masyarakat (Suharno 2001). Perkembangan ayam broiler di Indonesia dimulai pada pertengahan dasawarsa 1970-an dan terkenal pada awal 1980-an. Laju perkembangan usaha ayam broiler sejalan dengan pertumbuhan populasi penduduk, pergeseran gaya hidup, tingkat pendapatan, perkembangan situasi ekonomi dan politik, serta kondisi keamanan (Fadilah 2006). Daerah penyebaran ayam broiler komersial di Indonesia bagian barat adalah Pulau Jawa dan sebagian Sumatera. Indonesia bagian tengah adalah Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur, serta Indonesia bagian timur adalah Pulau Sulawesi. Dari ketiga bagian daerah tersebut, Indonesia bagian barat merupakan penyebaran ayam broiler komersial. Hal ini disebabkan hampir semua perusahaan pembibitan ayam broiler komersial serta pangsa pasar 13 terbesar masih didominasi oleh Indonesia bagian barat, khususnya Pulau Jawa (Fadilah 2006). Menurut Dinas Pertanian dan Kehutanan (2005), komoditas unggas mempunyai prospek pasar yang baik karena didukung oleh karakteristik unggas yang dapat diterima oleh masyarakat Indonesia yang sebagian besar muslim, harga relatif murah dengan akses yang mudah diperoleh karena sudah merupakan barang publik. Peternakan broiler merupakan salah satu agroindustri yang berkembang pesat di Indonesia. Agroindustri umumnya mempunyai kontribusi yang signifikan bagi negara berkembang karena tiga alasan, yaitu sebagai sarana

transformasi produksi pertanian menjadi produk siap konsumsi, sebagai faktor manufaktur andalan komoditi ekspor dan sebagai penyedia bahan makanan sumber nutrisi bagi peningkatan kesejahteraan rakyat. Periode 1970-1980 merupakan awal kebangkitan peternakan-peternakan ayam ras, dimulai tahun 1972-1975 dengan berdirinya pabrik makanan unggas dan pembibitan ayam ras. Bibit ayam ras kemudian mulai menyebar di pelosok Pulau Jawa, terutama di kota besar. Tahun 1978 mulai digalakkan ayam broiler sebagai substitusi daging sapi dan kerbau yang pada waktu itu tidak dapat memenuhi permintaan konsumen. Peternakan ayam broiler mulai marak pada tahun 1980, bersamaan dengan semakin diterimanya daging ayam oleh konsumen. Pada tahun 1981 usaha peternakan ayam broiler banyak dikuasai oleh pengusaha besar, keadaan ini membuat peternak kecil semakin sulit dalam melakukan usaha ternak ayam. Untuk melindungi peternak kecil, pada tahun 1981 dikeluarkan Kepres No 51 yang intinya membatasi jumlah ayam petelur konsumsi hanya 5.000 ekor dan ayam broiler sebanyak 750 ekor per minggu. Dengan adanya Kepres tersebut peternakan-peternakan ayam komersial banyak mengalami penurunan. Setelah sembilan tahun berjalan, kebijakan tersebut telah membuat sektor peternakan tidak berkembang, sampai akhirnya Kepres No 51 tersebut dicabut dan diganti dengan kebijakan 28 Mei 1990. Kebijakan tersebut merangsang berdirinya peternakan-peternakan besar untuk tujuan ekspor dan menjadi industri peternakan yang handal dan menjadi penggerak perekonomian (Suharno 2001).

14 Periode sebelum krisis berdasarkan data statistik dinyatakan bahwa produksi daging ayam broiler pada tahun 1993-1997 mengalami peningkatan sebesar 5,86 persen per tahun (Ditjen Peternakan 2005). Disini pertumbuhan sektor peternakan mengalami pertumbuhan yang tinggi karena peningkatan efisiensi dalam keseluruhan sistem agribisnis berbasis peternakan. Pada waktu ini, subsistem makanan ternak dan pemasaran produksi hasil peternakan juga tumbuh pesat karena perekonomian Indonesia juga mengalami pertumbuhan yang tinggi. Krisis moneter pada tahun 1997 telah menyebabkan seluruh industri perunggasan mengalami perubahan yang drastis. Harga bahan baku dari impor mengalami kenaikan yang tinggi, sementara itu harga telur dan harga ayam di pasaran terus menurun akibat menurunnya daya beli masyarakat. Akibatnya permintaan pakan dan DOC juga menurun dan berdampak pada penurunan populasi ternak. Pada tahun 1998 populasi ayam broiler berkurang hingga 80 persen dari tahun sebelumnya. Saragih (2001) mengungkapkan bahwa penyusutan yang sangat besar ini mengindikasikan bahwa agribisnis ayam ras belum memiliki ketangguhan (endurance) dan kemampuan penyesuaian diri (adaptability) menghadapi perubahan besar lingkungan ekonomi eksternal. Penyusutan ini disebabkan oleh faktor ketergantungan pada impor bahan baku pakan utama dan bibit. Walaupun agribisnis ayam ras mengalami penyusutan selama masa krisis ekonomi, agribisnis ayam ras menghadapi prospek yang cerah di masa yang akan datang. Hal ini didorong oleh faktor jumlah penduduk yang besar, konsumsi daging broiler yang masih rendah, dan dugaan pertumbuhan ekonomi nasional yang positif. Belajar dari pengalaman selama krisis ekonomi, yaitu bagaimana membangun daya saing sistem agribisnis ayam ras nasional yang berbasis domestik (Saragih 2001)

Akhir tahun 1998 usaha peternakan unggas mulai berkembang, harga daging ayam dan telur mulai dapat dikendalikan dan menguntungkan bagi para peternak, walaupun pada saat ini mayoritas peternak sudah tidak berusaha secara mandiri lagi melainkan bergabung menjadi mitra perusahaan terpadu (Suharno 2001).

15 Setelah krisis moneter sejak 2001 sampai dengan sekarang berdasarkan data statistik, produksi daging ayam broiler mengambil 41,80 persen dari total produksi daging (Ditjen Peternakan 2005). Dari data tersebut diketahui bahwa usaha ayam broiler mampu memberikan peluang pasar dan menimbulkan persaingan yang semakin kompetitif. 2.2. Definisi Kemitraan Usaha Menurut kamus besar Bahasa Indonesia kemitraan berasal dari kata mitra yang berarti teman, kawan, pasangan kerja dan rekan. Kemitraan merupakan perihal hubungan atau jalinan kerjasama sebagai mitra. Definisi lain diungkapkan oleh Hafsah (1999) yang menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama, dengan prinsip saling mambutuhkan dan saling membesarkan. Karena merupakan strategi bisnis maka keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis. Definisi kemitraan menurut undang-undang dicantumkan dalam Undang Undang No 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil, dijelaskan bahwa kemitraan adalah kerjasama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar, disertai pembinaan dan pengembangan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperlihatkan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat dan saling menguntungkan. Jika digabungkan maka didapatkan definisi kemitraan adalah jalinan kerjasama usaha yang merupakan strategi bisnis yang dilakukan antara dua pihak atau lebih dengan prinsip saling menguntungkan. Dalam kerjasama tersebut tersirat adanya satu pembinaan dan pengembangan. Hal ini dapat terlihat karena pada dasarnya masing-masing pihak pasti mempunyai kelemahan dan kelebihan, sehingga akan saling melengkapi antara kedua belah pihak yang bekerjasama. Bobo (2003) menyatakan bahwa tujuan utama kemitraan adalah untuk mengembangkan pembangunan yang mandiri dan berkelanjutan dengan landasan ekonomi dan struktur perekonomian yang kokoh dan berkeadilan dengan ekonomi rakyat sebagai tulang punggung utamanya.

16 2.3. Dasar Teori Kerjasama Kemitraan Kerjasama kemitraan dapat dilihat sebagai integrasi vertikal atau koordinasi vertikal antara dua atau lebih perusahaan. Integrasi vertikal dapat terjadi apabila dua atau lebih perusahaan berjalan pada tingkatan yang berbeda pada proses produksi, pengolahan, dan pemasaran yang masih bersatu di bawah satu manajemen atau kepemilikan, dan dikatakan koordinasi vertikal ketika ada kontrak produksi atau kontrak pemasaran (Seitz et al. diacu dalam Puspitawati

2004). Pada kontrak produksi, bagian prosesing membuat produk-produk yang spesifik, yang disuplai oleh bagian produksi. Bagian pengolah biasanya menyediakan jasa finansial dan manjemen. Pada kontrak pemasaran, perusahaan produsen yang dikontrak menyediakan atau mensuplai produk pada jumlah dan kualitas tertentu pada harga yang ditetapkan oleh agen pengolah atau marketing. Kontrak-kontrak demikian biasanya terjadi pada perusahaan-perusahaan pertanian. Melalui integrasi vertikal dapat dicapai skala ekonomis (economics of large scale), pengurangan biaya-biaya transaksi dan biaya yang tidak jelas lainnya, terjaminnya produk-produk tertentu yang diinginkan, dan diversifikasi atau pengurangan resiko. Terdapat dua faktor utama yang menentukan keoptimuman ukuran perusahaan, yaitu faktor teknis dan keuangan. Hubungan teknis dengan input dan output menentukan bentuk dari fungsi produksi perusahaan. Hubungan tersebut mengakibatkan kurva biaya rata-rata jangka panjang menurun dan kemudian meningkat sejalan dengan meningkatnya luas lahan yang ditanami. Faktor keuangan lebih ditunjukkan pada harga yang harus dibayar dan diterima oleh perusahaan. Banyak perusahaan membeli input dengan harga yang didiskon karena membeli dalam jumlah besar. Perusahaan akan melakukan negosiasi kontrak atau membuat kesepakatan dengan pemasok untuk mendapatkan diskon tersebut, menekan biaya pengiriman, atau penghematan lainnya. Oleh karena itu, perusahaan besar dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar dalam penjualan dengan mencapai efisiensi pada kontrak pemasaran, muatan, dan penjualan. Biaya produksi minimum terjadi ketika manajer

17 mengkombinasikan antara faktor teknis dan keuangan, sehingga ukuran optimal industri akan berbeda-beda (Seitz et al. diacu dalam Puspitawati 2004). 2.4. Pola Kemitraan Direktorat Pengembangan Usaha, Departemen Pertanian (2002) memberikan panduan mengenai beberapa jenis pola kemitraan yang telah banyak dilaksanakan di Indonesia, yaitu: 1) Inti Plasma Merupakan hubungan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra, dimana perusahaan mitra bertindak sebagai inti dan kelompok mitra bertindak sebagai plasma. Pola kemitraan ini dapat dilihat dalam Gambar 1.

Gambar 1. Skema Pola Kemitraan Inti Plasma


Sumber : Direktorat Pengembangan Usaha (2002)

Plasma Plasma

Perusahaan Mitra Plasma Plasma Dalam pola kemitraan inti plasma, kewajiban bagi kelompok mitra adalah: 1) berperan sebagi plasma, 2) pengelola seluruh usaha bisnisnya sampai dengan panen, 3) menjual hasil produksi kepada perusahaan mitra, 4) memenuhi kebutuhan perusahaan sesuai dengan persyaratan yang telah disepakati. Sedangkan perusahaan mitra wajib: 1) berperan sebagai perusahaan inti, 2) menampung hasil produksi, 3) membeli hasil produksi, 4) memberi bimbingan teknis dan pembinaan manajemen kepada kelompok mitra, 5) memberikan pelayanan kepada kelompok mitra berupa permodalan/kredit, sarana produksi dan teknologi, 6) mempunyai usaha 18

budidaya pertanian/memproduksi kebutuhan perusahaan, dan 7) menyediakan lahan. 2). Subkontrak Pola kemitraan subkontrak merupakan kemitraan antara kelompok mitra dengan perusahaan mitra, dimana di dalamnya kelompok mitra memproduksi komponen yang diperlukan oleh perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya. Pada Gambar 2 dapat dilihat pola kemitraan subkontrak.

Memproduksi komponen produksi Memproduksi komponen produksi

Kelompok Mitra Kelompok Mitra Perusahaan Mitra

Gambar 2. Skema Pola Kemitraan Subkontrak


Sumber : Direktorat Pengembangan Usaha (2002)

Kelompok Mitra Kelompok Mitra


Memproduksi komponen

produksi Memproduksi komponen produksi

Pola kemitraan subkontrak mensyaratkan bahwa kelompok mitra harus: 1) memproduksi kebutuhan yang dibutuhkan oleh perusahaan mitra sebagai komponen produksinya, 2) menyediakan tenaga kerja, dan 3) membuat kontrak bersama yang mencantumkan volume, harga dan waktu. Sedangkan tugas perusahaan mitra adalah: 1) menampung dan membeli komponen produksi yang dihasilkan oleh kelompok mitra, 2) menyediakan bahan baku/modal kerja, dan 3) melakukan kontrol kualitas produksi. 3). Dagang Umum Di dalam pola kemitraan ini perusahaan mitra berfungsi memasarkan hasil produksi kelompok mitranya atau kelompok mitra memasok kebutuhan yang 19

diperlukan perusahaan mitra. Pola kemitraan dagang umum dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Skema Pola Kemitraan Dagang Umum
Sumber : Direktorat Pengembangan Usaha (2002)

4). Keagenan Pola keagenan merupakan hubungan kemitraan dimana kelompok mitra diberi hak kusus untuk memasarkan barang atau jasa usaha perusahaan mitra seperti diilustrasikan pada Gambar 4.

Kelompok Mitr a Pemberian Hak Khusus Memasarkan Gambar 4. Skema Pola Kemitraan Keagenan
Sumber : Direktorat Pengembangan Usaha (2002)

Kelompok Mitr a Konsumen / Industri Memasok Perusahaan Mitr a Memasarkan Produksi Kelompok Mitra Perusahaan Mitr a Konsumen/ Industri 20 5). Kerjasama Operasional Khusus (KOA) Dalam kerjasama kemitraan ini kelompok mitra menyediakan lahan, sarana dan tenaga. Perusahaan mitra harus menyediakan biaya atau modal dan atau sarana untuk mengusahakan atau membudidayakan suatu komoditi pertanian. Pola kemitraan KOA dapat dilihat pada Gambar 5.

Kelompok Mitr a Lahan Sarana Tenaga Biaya Modal Teknologi Pembagian hasil sesuai kesepakatan Perusahaan Mitr a Gambar 5. Skema Pola Kemitraan Kerjasama Operasional Khusus
Sumber : Direktorat Pengembangan Usaha (2002)

6). Pola Kemitraan Penyertaan Saham Dalam pola kemitraan ini, penyertaan modal (equity) antara usaha kecil dengan usaha menengah atau besar, penyertaan modal usaha kecil dimulai sekurang-kurangnya 20 persen dari seluruh modal saham perusahaan yang baru dibentuk dan ditingkatkan secara bertahap sesuai kesepakatan kedua belah pihak. 2.5. Tujuan dan Manfaat Kemitraan Pada dasarnya maksud dan tujuan dari kemitraan adalah konsep win-win solution partnership yang berarti kerjasama yang dilakukan memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Arti saling menguntungkan disini bukan berarti para partisipan dalam kemitraan tersebut harus memiliki kemampuan dan kekuatan yang sama, tetapi yang lebih dipentingkan adalah adanya posisi tawar yang setara berdasarkan peran masing-masing. Ciri dari kemitraan usaha terhadap hubungan timbal balik bukan sebagai buruh majikan atau atasan dan bawahan 21 melainkan sebagai adanya pembagian resiko dan keuntungan yang proporsional, dan inilah kekuatan serta karakter kemitraan usaha (Hafsah 1999). Dalam kondisi ideal tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kemitraan secara lebih konkrit adalah 1) meningkatkan pendapatan usaha kecil dan masyarakat, 2) meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan, 3) meningkatkan pemerataan dan pemberdayaan masyarakat dan usaha kecil, 4) meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah dan nasional, 5) memperluas kesempatan kerja, dan 6) meningkatkan ketahanan ekonomi nasional. Manfaat yang dapat dicapai dari usaha kemitraan antara lain (Hafsah 1999): 1). Produktivitas Bagi perusahaan yang lebih besar dengan model kemitraan akan dapat mengoperasionalkan kapasitas pabriknya secara full capacity tanpa perlu memiliki lahan dan pekerja lapang sendiri karena biaya untuk keperluan tersebut ditanggung oleh petani. Bagi petani sendiri dengan kemitraan ini, peningkatan produktivitas biasanya dicapai secara simultan yaitu dengan cara menambah unsur input baik kualitas maupun kuantitasnya dalam jumlah tertentu akan diperoleh output dalam jumlah dan kualitas yang berlipat. Melalui model kemitraan petani dapat memperoleh tambahan input, kredit dan penyuluhan yang disediakan oleh perusahaan inti. 2). Efisiensi Perusahaan dapat mencapai efisiensi dengan menghemat tenaga dalam mencapai target tertentu dengan tenaga kerja yang dimiliki petani. Sebaliknya bagi petani yang pada umumnya relatif lemah dalam hal kemampuan teknologi dan sarana produksi, dengan bermitra akan dapat menghemat waktu produksi melalui teknologi produksi yang disediakan oleh perusahaan. 3). Jaminan Kualitas, Kuantitas dan Kontinuitas Kualitas, kuantitas dan kontinuitas sangat erat kaitannya dengan efisiensi dan produktivitas di pihak petani yang menentukan terjaminnya pasokan pasar dan pada gilirannya menjamin keuntungan perusahaan. Ketiganya

22

merupakan perekat kemitraan. Apabila berhasil, maka dapat menjaga keberlangsungan kemitraan ke arah yang lebih sempurna. 4). Resiko Kemitraan dilakukan untuk mengurangi resiko yang dihadapi oleh kedua belah pihak. Kontrak akan mengurangi resiko yang dihadapi oleh pihak inti jika harus mengandalkan pengadaan bahan baku sepenuhnya dari pasar terbuka. Perusahaan inti juga akan memperoleh keuntungan lain karena mereka tidak harus menanamkan investasi atas tanah dan mengelola pertanian yang sangat luas. Menurut Rustiani et al. (1997), resiko yang dialihkan perusahaan inti ke petani adalah 1) resiko kegagalan produksi, 2) resiko kegagalan memenuhi kapasitas produksi, 3) resiko investasi atas tanah, 4) resiko akibat pengelolaan lahan luas, dan 5) resiko konflik perburuhan. Sedangkan resiko yang dialihkan oleh petani mitra adalah 1) resiko kegagalan pemasaran produk hasil pertanian, 2) resiko fluktuasi harga produk, dan 3) resiko kesulitan memperoleh input/sumberdaya produksi yang penting. 5). Sosial Kemitraan dapat memberikan dampak sosial (social benefit) yang cukup tinggi (Hafsah 1999). Melalui kemitraan dapat pula menghasilkan persaudaraan antar pelaku ekonomi yang berbeda status. 6). Ketahanan Ekonomi Nasional Usaha kemitraan berarti suatu upaya pemberdayaan yang lemah (petani/usaha kecil). Dengan peningkatan pendapatan yang diikuti tingkat kesejahteraan dan sekaligus terciptanya pemerataan yang lebih baik, otomatis akan mengurangi biaya timbulnya kesenjangan ekonomi antar pelaku yang terlibat dalam kemitraan yang pada gilirannya mampu meningkatkan ketahanan ekonomi secara nasional.

23 2.6. Modal Usaha Ternak Ayam Broiler Dalam suatu unit usaha, faktor penting yang perlu diperhatikan adalah modal. Besar kecilnya modal yang dimiliki bisa menunjukkan secara langsung kemampuan skala usaha yang akan dirintis. Berdasarkan kegunaannya, modal dalam usaha peternakan ayam broiler komersial dibagi menjadi dua bagian yaitu modal investasi dan modal kerja. Modal usaha berdasarkan sumbernya dibagi menjadi modal sendiri, modal pinjaman, dan modal campuran (Fadilah 2006). Modal investasi adalah modal yang akan digunakan untuk membiayai pengadaan semua keperluan prasarana dan sarana usaha yang bersifat tetap. Biaya ini disebut dengan biaya tetap (fixed cost). Prasarana dan sarana tersebut dipakai selama tenggang waktu cukup lama, bisa dua tahun, lima tahun, atau sampai 15 tahun. Nilai akhir (residue value) sarana yang dipakai akan terus berkurang sesuai dengan umur pemakaian, bahkan sarana yang dipakai tersebut bisa tidak memiliki nilai sama sekali atau nihil (Fadilah 2006). Biaya tetap meliputi biaya yang digunakan untuk pembuatan kandang beserta ongkos kerjanya, instalasi air (tangki air beserta instalasinya), pemanas, tempat minum, tempat pakan, gudang pakan dan peralatannya, serta sarana lain sesuai dengan kebutuhan. Skala usaha beternak ayam broiler akan berpengaruh terhadap besar kecilnya biaya atau modal yang diperlukan untuk membangun kandang. Perhitungan kebutuhan air dalam satu unit usaha ayam broiler menjadi

dasar perhitungan biaya yang akan dikeluarkan untuk membangun instalasi air. Awalnya, perlu dilakukan penghitungan jumlah ayam yang akan dipelihara, umur ayam panen, dan jumlah karyawan yang tinggal di kandang (farm). Alat pemanas diperlukan pada tiga minggu pertama masa pemeliharaan atau masa pengeraman (brooding period). Jenis alat pemanas berdasarkan sumber energi yang dipakai cukup beragam. Hal terpenting adalah kemampuan pemanas memberikan kehangatan yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan anak ayam. Tempat minum yang sering dipakai dalam usaha peternakan ayam broiler komersial adalah galon manual, tempat minum otomatis (automatic drinker), dan nipel. Penggunaan jenis tempat minum tersebut disesuaikan dengan tipe kandang. Sedangkan untuk tempat makan bisa berupa tabung (hanging feeder), tempat

24 makan otomatis berupa rantai (chain feeder), atau pipa auger. Tempat makan yang sering digunakan oleh peternak ayam broiler adalah jenis tabung berkapasitas 5 kg untuk 20-25 ekor ayam. Pembuatan gudang pakan sangat penting dalam usaha ternak ayam broiler, karena dengan adanya tempat penyimpanan yang baik, kualitas pakan bisa terjaga dan memudahkan pengontrolan (Fadilah 2006). Modal kerja dalam usaha ayam broiler adalah modal yang digunakan untuk membiayai kegiatan usaha ternak. Modal kerja berupa biaya operasional atau biaya untuk membeli sarana porduksi peternakan seperti DOC, pakan, serta obat-obatan dan vaksin (OVK). Modal kerja disebut juga biaya tidak tetap (variable cost). Jumlah biaya yang digunakan untuk pengadaan DOC begantung pada harga DOC dan jumlah ayam broiler yang akan dipelihara. Harga DOC selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu. Namun harga DOC dari para produsen sangat relatif. Harga tertinggi dicapai menjelang hari-hari besar keagamaan, seperti Hari Raya Idul fitri, Idul Adha, Natal, dan Tahun Baru (Fadilah 2006). Biaya untuk pembelian pakan ayam merupakan proporsi terbesar dalam usaha peternakan ayam broiler, yaitu 6070 persen dari modal kerja yang tersedia. Ada dua jenis pakan, yaitu starter dan finisher. Pakan starter digunakan hingga ayam berumur 28 hari. Peternak harus pandai memilih pakan yang akan digunakan, sebaiknya pakan yang digunakan telah teruji dan terbukti kualitasnya di lapangan. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli obat-obatan (termasuk desinfektan, vitamin, dan antibiotik) serta vaksin bergantung pada program yang diterapkan dalam usaha peternakan ayam broiler tersebut. Biaya yang dikeluarkan untuk satu ekor ayam yaitu Rp 250500, bahkan lebih besar tergantung pada kesehatan ayam, program khusus, atau program pemeliharaan. Modal kerja lainnya adalah modal untuk biaya operasional (factory over head) termasuk di dalamnya biaya listrik, bahan bakar (minyak atau gas), kapur, sekam, gaji karyawan, dan sewa kandang jika menyewa. Kemudian modal lain yang harus dipersiapkan adalah untuk biaya penyusutan kandang atau bangunan (building depreciation), penyusutan peralatan, bunga pinjaman bank apabila peternak mendapat modal dari bank.

25 2.7. Tinjauan Studi Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu telah banyak membahas mengenai kemitraan. Akan tetapi kajian mengenai pola kemitraan masih menarik untuk dibahas, karena saat ini dengan kondisi ekonomi yang berfluktuatif menyebabkan keadaan yang diduga berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Siahaan (2005) berjudul analisis pendapatan peternak ayam ras pedaging pada kemitraan inti plasma. Siahaan mengamati satu kelompok usaha yaitu kelompok usaha Bintang Resmi yang menjadi mitra dengan PT Sierad Produce, sebanyak 27 anggota peternak Bintang Resmi mendapatkan keuntungan dari usaha yang dijalankan. Peternak tersebut dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan skala usahanya. Skala usaha < 5.000 ekor memperoleh nilai rasio R/C sebesar 1,05. Skala usaha 5.000-7.000 ekor memperoleh nilai rasio R/C sebesar 1,082 dan skala usaha > 7.500 ekor memperoleh nilai rasio R/C sebesar 1,072. Peternak dengan skala usaha 5.000 7.000 lebih menguntungkan karena memiliki nilai rasio R/C yang lebih tinggi. Sarwanto (2004) menganalisis mengenai kemitraan, produksi dan pendapatan peternak ayam ras pedaging di Kabupaten Karanganyar dan Sukoharjo. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa pola kemitraan yang dijalankan telah sesuai dengan kesepakatan. Perusahaan inti telah menjalankan kewajibannya dalam menyalurkan sarana produksi serta melakukan pembinaan dan pengawasan kepada peternak plasma. Berdasarkan hasil analisis Cobb Douglas, kemitraan dan peningkatan jumlah pakan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap peningkatan produksi. Sedangkan DOC, tenaga kerja, obat-obatan dan vaksin, penambahan peralatan dan perluasan kandang tidak memberikan pengaruh terhadap produksi ayam. Berdasarkan analisis rasio B/C (benefit/cost) terbuki bahwa kemitraan tidak mampu meningkatkan pendapatan peternak plasma, karena tidak terdapat perbedaan pendapatan yang diperoleh antara peternak mitra dan non mitra. Deshinta (2006) juga melakukan penelitian mengenai analisis pendapatan usaha ayam ras pedaging. Deshinta membandingkan usaha peternakan yang dilakukan oleh peternak mandiri di Sukabumi (peternak yang tidak bekerjasama dengan perusahaan kemitraan) dengan peternak yang melakukan kemitraan

26 dengan PT Sierad Produce di Bogor. Dalam usaha ternak ini bagi peternak mandiri maupun peternak plasma pengeluaran terbesar adalah untuk pembelian pakan. Berdasarkan perhitungan rasio R/C didapatkan hasil bahwa peternak mandiri memiliki pendapatan yang lebih tinggi daripada peternak yang bermitra. Hal ini disebabkan karena peternak mandiri mengeluarkan biaya yang lebih murah yaitu Rp 66.508.656 untuk sarana produksi peternakannya, sedangkan peternak plasma mengeluarkan biaya produksi yang lebih tinggi yaitu Rp 68.106.588 untuk skala usaha yang sama. Hal ini dapat terjadi karena peternak plasma dikenakan harga DOC dan harga pakan yang lebih mahal oleh perusahaan kemitraan PT Sierad Produce. Biaya yang besar akan mempengaruhi pada tingkat pendapatan yang diterima, sehingga rasio R/C peternak plasma pun lebih kecil daripada peternak mandiri. Penelitian yang dilakukan Romdhoni (2003) mengenai perbandingan pendapatan yang diperoleh antara peternak mitra perusahaan, peternak yang pernah bermitra dan peternak mandiri. Dari ketiga jenis peternak tersebut, diperoleh hasil bahwa peternak yang mendapatkan pendapatan paling tinggi adalah peternak yang pernah bermitra. Nilai rasio R/C yang didapatkan oleh

peternak yang pernah bermitra, peternak mandiri, dan peternak plasma berturutturut 1,34; 1,27 dan 1,13. Peternak yang pernah bermitra memiliki pengalaman yang cukup lama dan memiliki pangsa pasar yang cukup luas serta posisi tawar yang kuat. Hal ini dikarenakan sewaktu bermitra dengan perusahaan kemitraan,

para peternak memperoleh pengalaman yang cukup baik dalam budidaya ternak, manajemen, maupun kondisi pemasaran unggas. Setelah lepas dari perusahaan

kemitraan, keuntungan usaha dinikmati penuh oleh peternak. Romdhoni juga melakukan analisis mengenai kepuasan peternak plasma terhadap PT XYZ yang menjadi mitra usahanya. Penilaian yang dilakukan adalah terhadap pelayanan sarana produksi, pelayanan teknis budaya, dan pelayanan pasca panen. Dari ketiga hal tersebut pelayanan yang dinilai kurang puas sebanyak 60,75 persen oleh responden adalah pelayanan sarana produksi. Ketidakpuasan tersebut dikarenakan tidak ada bantuan realisasi biaya operasioanl kandang yang secara eksplisit tercantum pada kontrak. Kemudian peternak juga merasa tidak puas dengan kualitas pakan yang diberikan.

27 Kusumah (2008) menganalisis mengenai tingkat kepuasan peternak plasma terhadap pola kemitraan Tunas Mekar Farm (TMF). Berdasarkan beberapa atribut yang diduga berpengaruh terhadap kepuasan peternak, diantaranya yang sudah sesuai dengan keinginan peternak adalah penerapan harga kontrak DOC, kualitas pakan, kualitas obat dan vaksin, serta bimbingan teknis yang diberikan perusahaan. Sedangkan atribut yang menjadi prioritas utama untuk diperbaiki kinerjanya adalah kualitas DOC. Kualitas DOC yang diharapkan oleh peternak plasma adalah DOC yang memiliki performa yang baik serta lebih tahan terhadap penyakit dan stress. Kemudian keluhan-keluhan dari peternak tidak mendapat tindak lanjut dari pihak perusahaan. Peternak juga mengeluhkan kurangnya kompensasi apabila terjadi kematian ayam dalam jumlah besar. Pihak TMF hanya menilai kerugian sebatas yang tercantum pada kontrak saja. Penelitian yang dilakukan Priyono et al. (2004) mengenai performan pelaksanaan kemitraan PT Primatama Karya Persada (PKP) dengan peternak ayam ras pedaging di Kota Bengkulu. Penelitian dilakukan terhadap 25 responden peternak untuk mengetahui hubungan antara tingkat kemitraan dengan tingkat penerimaan peternak dari usaha ternaknya. Tingkat pelaksanaan kemitraan dilihat dari pelaksanaan hak dan kewajiban dalam menjalankan budidaya pemeliharaan ayam. Berdasarkan hasil penelitian Priyono, para peternak telah menjalankan kemitraannya dengan baik. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat penerimaan dengan pelaksanaan kemitraan diuji dengan korelasi rank spearman. Hasil dari uji korelasi rank spearman menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat pelaksanaan kemitraan dengan tingkat penerimaan peternak. Apabila tingkat pelaksanaan kemitraan semakin baik maka semakin tinggi pula penerimaan peternak. Beberapa hal yang menjadi persamaan penelitian ini dengan sebelumnya adalah mendeskripsikan pelaksanaan kerjasama yang dilakukan antara pihak peternak dengan perusahan inti, menghitung pendapatan, dan menilai tingkat kepuasan peternak terhadap pelaksanan kemitraan. Hal yang membedakan dengan penelitian Romdhoni adalah dalam pengambilan sampel, penelitian ini hanya mengambil sampel pada peternak pasma saja. Penelitian yang dilakukan Deshinta

(2006) dan Siahaan (2008) hanya menganalisis pendapatan saja, tidak melihat

28 bagaimana kepuasan peternak terhadap pelaksanaan kemitraan. Perbedaan juga terletak pada atribut kemitraan, beberapa alat analisis, serta lokasi penelitian yang dilakukan. Sebagian besar penelitian terdahulu telah banyak mengkaji di wilayah Bogor, sedangkan penelitian ini dilakukan di provinsi Yogyakarta. Perbedaan lokasi usaha diduga akan memberikan dampak yang berbeda terhadap pelaksanaan kemitraan karena berbeda topografi wilayah, berbeda sumberdaya, budaya kerja dan berbeda pergerakan harga di pasar. Beberapa penelitian baik menurut Deshinta, Romdhoni, dan Sarwanto, sama-sama mendapatkan hasil bahwa dengan mengikuti kemitraan tidak berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan peternak. Peternak yang berusaha secara mandiri lebih menguntungkan daripada peternak yang bermitra. Akan tetapi hasil penelitian menyatakan terdapat manfaat yang positif dari pelaksanaan kemitraan ini, antara lain peternak yang bermitra mendapatkan pinjaman sapronak, menambah ilmu pengetahuan, resiko usaha lebih rendah, mendapatkan kepastian dalam memasarkan hasil panen, dan mendapatkan bimbingan dari pihak perusahaan.

29

III KERANGKA PEMIKIRAN


3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Analisis Usaha Ternak Broiler Analisis usaha ternak sangat tergantung pada perhitungan biaya produksi, harga pasar dan pendapatan penjualan, serta perhitungan bonus usaha. Berikut ini dijelaskan mengenai analisis usaha ternak broiler: 1). Perhitungan Biaya Produksi Besarnya biaya produksi ayam broiler komersial hidup di suatu farm, di suatu negara, atau pada suatu musim sangat bervariasi. Banyak faktor yang mempengaruhi biaya produksi. Namun faktor terbesar yang berpengaruh terhadap biaya produksi adalah pakan, sehingga besar kecilnya biaya produksi yang dikeluarkan, bergantung pada biaya pakan yang dikeluarkan. Biaya per ekor atau per kilogram berat hidup ayam akan semakin tinggi jika performa pemeliharaan tidak baik. Performa dapat diukur dari tingkat mortalitas dan penggunaan pakan (Fadilah 2006). 2). Harga Pasar dan Pendapatan Penjualan Ayam Harga ayam ketika dijual ditentukan oleh harga pasar yang berlaku pada saat itu. Informasi harga yang berlaku biasanya diperoleh dari Pusat Informasi Pasar Broiler (PINSAR) atau dari harga posko yang dibentuk oleh para broker ayam. Harga ayam broiler bervariasi dari waktu ke waktu tergantung pada pasokan produksi, daya beli masyarakat, variasi berat ayam, dan kondisi kesehatan ayam. Harga ayam juga sangat dipengaruhi oleh peringatan hari-hari raya (Fadilah 2006). Pendapatan penjualan ayam adalah total pendapatan kotor suatu usaha ayam broiler komersial selama satu periode dari hasil penjualan ayam yang

dipelihara, sedangkan hasil penjualan sampingan (by product) seperti karung dan kotoran ayam disebut dengan pendapatan lain-lain. 30 3). Perhitungan Laba Rugi Beberapa faktor yang mempengaruhi laba rugi suatu usaha ayam broiler komersial adalah sebagai berikut: a. Prestasi produksi Semakin tinggi nilai performa, maka biaya produksi makin rendah. Tinggi rendahnya prestasi akan berpengaruh terhadap besar kecilnya laba rugi yang akan diperoleh. Prestasi yang buruk, erat kaitannya dengan adanya masalah di farm yang bersangkutan, misalnya ayam terkena sakit, kualitas DOC rendah, pakan jelek, atau terjadi kesalahan manajemen. b. Harga jual ketika panen Harga jual di atas biaya produksi menandakan usaha yam broiler komersial menguntungkan. Semakin tinggi selisih jual dan biaya produksi, semakin besar keuntungan yang akan diperoleh. Namun jika harga jual di bawah biaya produksi, maka usaha ayam broiler komersial akan rugi. c. Harga beli sarana peternakan (Sapronak) Tinggi rendahnya harga beli secara langsung berpengaruh terhadap besar kecilnya biaya produksi, terutama harga beli pakan. Alasannya, pakan merupakan komponen paling besar dalam usaha ayam. Meskipun faktor penentu laba rugi lainnya stabil, seperti performa pemeliharaan tetap baik, atau harga jual stabil, belum tentu usaha beternak ayam memperoleh untung besar, jika harga sapronak tinggi. Tinggi rendahnya harga sapronak secara langsung sangat mempengaruhi tinggi rendahnya biaya produksi dan secara otomatis akan mempengaruhi laba rugi yang akan diperoleh. d. Faktor lain Faktor lain yang berpengaruh pada besarnya laba rugi adalah perbedaan kebijakan perhitungan biaya produksi, yang secara otomatis akan mempengaruhi perhitungan besar kecilnya laba rugi yang akan diperoleh. Kebijakan tersebut meliputi perhitungan sewa kandang, management fee, dan bonus atau insentif karyawan yang dimasukkan dalam perhitungan biaya produksi.

31 4). Perhitungan Bonus Usaha Untuk memberikan motivasi kepada karyawan, setiap akhir periode pemeliharaan ayam broiler komersial selalu diadakan pemberian bonus. Bonus ini diberikan dengan syarat-syarat yang telah ditentukan oleh manajemen atau pengusaha. Indikator atau acuan yang dipakai adalah hasil perhitungan performa pemeliharaan (Fadilah 2006). Menurut Suratiyah (2006), faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya biaya dan pendapatan sangat kompleks. Faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor internal-eksternal dan faktor manajemen. Faktor internaleksternal akan bersama-sama mempengaruhi biaya dan pendapatan

usahatani, seperti dijelaskan pada Gambar 6

Gambar 6. Faktor Internal dan Eksternal Usahatani


Sumber : Suratiyah (2006)

Ditinjau dari segi umur, semakin tua akan semakin berpengalaman sehingga semakin baik dalam mengelola usahataninya, akan tetapi semakin tua akan semakin menurun kemampuan fisiknya sehingga memerlukan bantuan tenaga kerja tambahan. Pendidikan terutama pendidikan non-formal misalnya kursus kelompok tani, penyuluhan, atau studi banding akan membuka pemikiran

Faktor Internal 1. Umur Petani 2. Pendidikan, Pengetahuan, Pengalaman, dan keterampilan 3. Luas lahan 4. Modal Usahatani Biaya dan Pendapatan Faktor Eksternal 1. Input: a. Ketersediaan b. Harga 2. Output: a. Permintaan b. harga

32 petani, menambah keterampilan dan pangalaman petani dalam mengelola usahataninya. Jumlah tenaga kerja dalam keluarga akan berpengaruh pada biaya, semakin banyak menggunakan tenaga kerja keluarga maka semakin sedikit biaya yang dikeluarkan untuk mengupah tenaga kerja luar keluarga. Petani dengan lahan sempit dengan tenaga kerja keluarga yang tersedia, dapat menyelesaikan pekerjaan usahataninya tanpa menggunakan tenaga kerja luar yang diupah sehingga biaya per usahatani menjadi rendah. Modal yang tersedia berhubungan langsung dengan peran petani sebagai manajer dan juru tani dalam mengelola usahataninya. Jenis komoditas yang akan diusahakan tergantung modal karena ada komoditas yang padat modal sehingga memerlukan biaya yang cukup tinggi untuk mengusahakannya (Suratiyah 2006). 3.1.2. Definisi Kepuasan Konsumen Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja suatu

produk dan harapan-harapannya. Kepuasan merupakan fungsi dari kinerja dan harapan. Jika kinerja berada di bawah harapan berarti pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan berarti pelanggan amat puas atau senang (Kotler 2000). Konsep kepuasan konsumen diperlihatkan pada Gambar 7.

Tujuan Perusahaan Produk Nilai Produk Bagi Konsumen

Gambar 7. Diagram Konsep Kepuasan Konsumen


Sumber : Engel et al (1994)

Tingkat Kepuasan Konsumen Kebutuhan dan Keinginan Konsumen Harapan Konsumen terhadap Produk

33 Rangkuti (2003) mengartikan kepuasan pelanggan sebagai respon pelanggan terhadap ketidaksesuaian antara tingkat kepentingan sebelumnya dan kinerja yang dirasakan setelah pemakaian. Sedangkan Sumarwan (2004), menyatakan bahwa kepuasan pelangan merupakan suatu the expectacy disconfirmation model. Dalam teori ini dijelaskan bahwa kepuasan dan ketidakpuasan konsumen merupakan dampak dari perbandingan antara harapan konsumen sebelum pembelian dengan yang sesungguhnya diperoleh konsumen dari produk atau jasa yang dibeli tersebut. Terdapat delapan faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan, yaitu: nilai, harapan, daya saing, persepsi pelanggan, harga, citra, pelayanan dan situasi pelayanan (Rangkuti 2003). 1) Nilai Sumarwan (2004) mendefinisikan nilai sebagai kepercayaan atau segala sesuatu yang dianggap penting oleh seseorang atau masyarakat. Nilai bisa berarti sebuah kepercayaan tentang sesuatu hal, namun nilai bukan hanya kepercayaan. Nilai mengarahkan seseorang untuk berperilaku yang sesuai dengan budayanya. Nilai berlangsung lama dan sulit berubah. Nilai tidak terkait dengan suatu objek atau situasi. Nilai didefinisikan sebagai pengkaji secara menyeluruh manfaat nilai dari suatu produk. Nilai didasarkan pada persepsi pelanggan atas apa yang telah diterima oeh pelanggan dan yang telah diberikan oleh produk tersebut. Pelanggan membutuhkan pelayanan serta manfaat dari produk yang

dikonsumsinya (Rangkuti 2003). 2) Harapan Harapan pelanggan diyakini memiliki peranan yang besar dalam menetukan mutu produk (barang atau jasa) dan kepuasan pelanggan. Pada dasarnya terdapat hubungan yang erat antara penentuan mutu dan kepuasan pelanggan. Dalam mengevaluasi, pelanggan akan menggunakan harapannya sebagai standar atau acuan. Dengan demikian harapan pelanggan yang melatarbelakangi mengapa dua organisasi pada bisnis yang sama dapat dinilai berbeda oleh pelanggannya (Tjiptono 2002).

34

Rangkuti (2003) menambahkan tentang tingkat kepentingan atau harapan pelanggan sebagai keyakinan pelanggan sebelum mencoba atau membeli suatu produk atau jasa. Hal ini yang akan dijadikan standar dalam menilai kinerja produk jasa tersebut. 3) Daya saing Suatu produk jasa atau barang harus memiliki daya saing yang tinggi agar dapat menarik pelanggan. Produk memiliki daya saing bila keunggulan produk tersebut dibutuhkan pelanggan. Keunggulan suatu produk jasa terletak pada keunikan atau mutu pelayanan produk jasa tersebut pada pelanggan, maka supaya dapat bersaing harus mempunyai keunikan dibandingkan dengan produk lain yang sejenis (Rangkuti 2003). 4) Persepsi Pelanggan Rangkuti (2003) mendefinisikan persepsi pelanggan sebagai proses dimana individu memilih, mengorganisasikan dan mengartikan stimulus yang diterima melalui alat inderanya menjadi suatu makna. Meskipun demikian, makna dari proses suatu persepsi tersebut juga dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu individu yang bersangkutan. Proses persepsi terhadap suatu jasa tidak mengharuskan pelangan tersebut mengunakan jasa tersebut terlebih dahulu. Persepsi merupakan cara seseorang melihat realitas di luar dirinya atau di dunia sekelilingnya. Dalam hal ini, konsumen sering kali memutuskan pembelian suatu produk berdasarkan persepsinya terhadap produk atau jasa tersebut (Sumarwan 2004). 5) Harga Harga rendah menimbulkan persepsi produk atau jasa tersebut mutunya rendah. Harga yang terlalu rendah mengakibatkan persepsi pelanggan kurang percaya terhadap produsen. Sebaliknya, harga tinggi menimbulkan persepsi pelanggan terhadap produk atau jasa tersebut bermutu tinggi. Namun harga yang terlalu tinggi berakibat pada hilangnya pelanggan (Rangkuti 2003). 35 6) Citra Rangkuti (2003) menyatakan bahwa citra buruk menimbulkan persepsi produk tidak bermutu, sehingga pelanggan mudah marah apabila terjadi kesalahan sedikitpun. Sebaiknya, citra yang bagus terhadap suatu produk menimbulkan anggapan bahwa produk tersebut bermutu baik.

7) Tahap Pelayanan Kepuasan pelanggan ditentukan oleh berbagai jenis pelayanan yang didapatkan pelanggan selama pelanggan menggunakan beberapa tahapan pelayanan tersebut (Rangkuti 2003). 8) Situasi Pelayanan Situasi pelayanan dikaitkan dengan kondisi internal pelanggan, sehingga mempengaruhi kinerja pelayanan. Sedangkan kinerja pelayanan ditentukan oleh pelanggan, proses pelayanan dan lingkungan fisik dimana pelayanan diberikan (Rangkuti 2003). 3.1.3. Dimensi Kepuasan Pelanggan Menurut Rangkuti (2003) salah satu faktor yang menentukan kepuasan pelanggan adalah mutu pelayanan yang terdiri dari lima dimensi pelayanan, yaitu: 1) Keandalan (reliability), yaitu kemampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan dengan terpercaya dan akurat. 2) Ketanggapan (responsiveness), yaitu kemampuan untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat. 3) Jaminan (assurance), yaitu pengetahuan, kesopanan karyawan dan kemampuannya untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan. 4) Empati (emphaty), yaitu kesediaan untuk peduli, memberikan perhatian pribadi bagi pelanggan. 5) Berwujud (tangibles), yaitu penampilan fisik, peralatan dan personil, serta materi komunikasi.

36 3.1.4. Metode Pengukuran Kepuasan Konsumen Terdapat beberapa teknik mengukur kepuasan konsumen yaitu indeks kepuasan, analisis kesenjangan, Importance Performance Analysis (IPA), benchmarking, analisis diskriminan, analisis klaster, Structural Equation Modeling (SEM) dan lain-lain. Pengukuran kepuasan sangat penting dilakukan oleh perusahaan untuk keberlangsungan usaha yang dijalankan. Kegunaan pengukuran kepuasan antara lain untuk mengevaluasi posisi perusahaan saat ini dibandingkan dengan pesaing dan pengguna akhir, serta menemukan bagian atau atribut apa yang membutuhkan peningkatan. Kemampuan memahami kepuasan pelanggan dan memenuhi harapan pelanggan dapat meningkatkan penjualan dan dapat meningkatkan loyalitas pelanggan (Rangkuti 2003). 3.1.4.1. Indeks Kepuasan Cara yang paling sederhana untuk mewakili skor kepuasan pelanggan atau konsumen terhadap suatu produk adalah dengan merata-ratakan semua skor kinerja tiap atribut produk tersebut. Kelemahan rata-rata ini adalah bahwa setiap atribut kinerja dianggap memiliki nilai atau bobot (tingkat kepentingan) yang sama. Sementara itu, dalam kenyataannya pelanggan sangat mungkin memberikan bobot yang berbeda untuk tiap kinerja atribut. Kelemahan rata-rata itu dapat diatasi dengan menghitung rata-rata tertimbangnya, yaitu dengan memperhitungkan bobotnya. Keunggulan dari indeks kepuasan yaitu perusahaan dapat mengetahui tingkat kepuasan secara keseluruhan dari atribut-atribut suatu produk. Perusahaan

dapat mengetahui secara umum berada di rentang skala kriteria mana tingkat kepuasan konsumennya. Nilai indeks kepuasan biasanya dijadikan acuan untuk evaluasi kinerja suatu produk setiap periode. Dengan melihat nilai indeks kepuasan, suatu perusahaan dapat memantau bagaimana kinerja produk setelah diperbaiki. Kelemahan indeks kepuasan yaitu nilai indeks yang dihasilkan hanya dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan secara kesulurahan dari kinerja suatu produk. Perusahaan tidak dapat membuat perumusan strategi yang tepat hanya dari nilai indeks kepuasan.

37 3.1.4.2. Importance Performance Analysis (IPA) IPA adalah analisis yang membandingkan antara tingkat kepentingan dan kinerja dan atribut suatu produk menggunakan gambar yang terdiri dari empat kuadran. Tingkat kepentingan suatu atribut dibuat pada sumbu horizontal dan tingkat kinerja suatu atribut pada sumbu vertikal. Keunggulan dari IPA yaitu dari hasil analisis ini, perusahaan dapat membuat perumusan strategi yang tepat untuk memperbaiki kinerja produksinya. Perusahaan memiliki sumberdaya yang terbatas untuk menjalankan strategi pemasaran yang telah dirumuskan. Dari hasil IPA dapat prioritas rendah, atribut yang perlu dipertahankan, dan atribut yang kinerjanya dianggap berlebihan oleh konsumen. 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Kerjasama kemitraan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam mengembangkan subsektor peternakan. Di tengah krisis yang masih terjadi hingga saat ini, usaha peternakan ayam broiler menghadapi risiko usaha yang sangat besar, terutama dalam menghadapi kelangkaan sarana produksi dan harga input (DOC, pakan, obat-obatan), maupun output (ayam siap potong) yang sangat berfluktuatif. Adanya kendala tersebut menyebabkan banyak peternak lebih memilih untuk bergabung dengan perusahaan kemitraan ayam. Usaha kemitraan dapat berjalan dengan adanya persetujuan dari pihak perusahaan sebagai inti, dan pihak peternak sebagai plasma. Bagi perusahaan inti, kemitraan berguna untuk memenuhi kebutuhan dan kontinuitas produksi yang berorientasi pada profit. Sedangkan bagi peternak plasma, kemitraan dapat membantu dalam memperoleh bantuan berupa modal, jaminan pemasaran, dan pemberian pelatihan mengenai budidaya yang baik. Peternak plasma menyediakan barang investasi seperti kandang dan peralatannya, perlengkapan kandang, sarana air dan listrik, beserta tenaga kerja. Sedangkan perusahaan inti memberikan bibit ayam/ DOC, pakan beserta obat dan vaksin. Kegiatan pemeliharaan sepenuhnya dilakukan oleh peternak plasma dengan pantauan dari perusahaan inti. Pada prinsipnya dalam kemitraan tidak ada pihak yang memiliki posisi lebih tinggi dari pihak lainnya. Kedua pihak yang bekerjasama memiliki posisi tawar yang setara berdasarkan peran masing-masing, agar dapat memberikan

38 keuntungan yang adil bagi kedua belah pihak. Akan tetapi pada kenyataannya pihak perusahaan inti tetap memegang kendali. Hal ini dapat terlihat pada saat awal mula penandatanganan kontrak kerjasama, peternak hanya diminta menandatangani persetujuan seperti yang tercantum dalam kontrak apabila

peternak ingin bergabung dengan pihak perusahaan, dan sepenuhnya kontrak mengenai harga-harga dan pemberian bonus, serta prosedur pemeliharaan ditentukan dan dikendalikan oleh pihak perusahaan inti. Pihak perusahaan inti sendiri tidak pernah memaksakan peternak untuk bergabung. Apabila calon peternak plasma setuju dengan kontrak yang telah ditetapkan perusahaan inti maka peternak resmi bergabung menjadi plasma setelah sebelumnya dilakukan survei terhadap kandang dan perlengkapan yang dimiliki calon peternak plasma. Dalam kondisi seperti ini terlihat pihak inti lebih mendominasi pihak peternak plasma, sehingga diduga asas kesetaraan dalam kemitraan belum tercapai. Salah satu usaha kemitraan ayam yang ada di Yogyakarta adalah kemitraan yang dilakukan oleh PT X. Sebagai perusahaan inti, PT X melakukan kegiatan seperti dijelaskan sebelumnya, termasuk dalam pembuatan kontrak, PT X menentukan sepenuhnya atas prosedur dan harga kontrak untuk input maupun output peternakan. Harga-harga yang ditetapkan PT X belum tentu sesuai dengan keinginan dari peternak plasma, karena pada kondisi tertentu harga yang ditetapkan PT X bisa menjadi sangat mahal ataupun lebih murah dari harga pasar, baik harga input maupun harga outputnya. Dengan adanya kontrak, maka harga di pasaran tidak akan mempengaruhi harga yang diberikan oleh perusahan inti. Maka dari itu penting untuk diketahui apakah dengan kerjasama kemitraan peternak plasma mendapatkan keuntungan sesuai dengan faktor produksi dicurahkan peternak. Permasalahan lainnya yang juga dapat ditemukan selama kegiatan kerjasama berlangsung yaitu adanya kesalahan-kesalahan yang datang dari pihak perusahaan inti, seperti keterlambatan pengiriman sarana produksi, ketidaksesuaian waktu panen, atau keterlambatan pembayaran hasil panen. Hal semacam ini juga diduga dapat berpengaruh terhadap kepuasan peternak plasma dalam melakukan kerjasama kemitraan dengan perusahaan inti. Penilaian yang

39 diberikan oleh peternak plasma terhadap kinerja tentunya merupakan suatu masukan yang sangat penting bagi perusahaan inti demi kesinambungan usaha kemitraan. Penilaian yang diberikan oleh peternak plasma diduga akan memberikan hasil yang berbeda, karena peternak plasma sangat beragam baik dari umur, pengalaman bermitra, pendidikan, lama beternak dan sebagainya. Dari beberapa permasalah di atas, dengan penelitian ini akan menganalisis bagaimana pelaksanaan kegiatan usaha kerjasama kemitraan PT X, bagaimana tingkat pendapatan peternak plasma PT X, bagaimana kepuasan peternak plasma terhadap pelayanan PT X, dan menganalisis hubungan antara pendapatan peternak dengan tingkat kepuasannya terhadap pelaksanaan kemitraan PT X. Adapun beberapa atribut yang diduga berpengaruh secara langsung terhadap pelaksanaan kemitraan. Atribut ini merupakan produk dan kegiatan yang muncul apabila kemitraan dilakukan, dan disesuaikan dengan keadaan pada kemitraan PT X. Atribut tersebut antara lain atribut prosedur penerimaan mitra, atribut harga kontrak DOC, kualitas DOC, harga kontrak pakan, kualitas pakan, harga obat dan vaksin, kualitas obat dan vaksin, jadwal pengiriman sarana produksi, frekuensi bimbingan teknis, pelayanan dan materi bimbingan, penerapan standar produksi, ketepatan waktu panen, respon terhadap keluhan, pembayaran hasil panen peternak plasma, kontrak harga output, pemberian bonus dan kompensasi.

Alat analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk menjelaskan gambaran pelaksanaan kemitraan yang sebenarnya terjadi di lapang, dan mengetahui bagaimana karakteristik peternak plasma PT X. Analisis pendapatan untuk mengetahui tingkat pendapatan peternak plasma. Alat analisis IPA digunakan untuk mengetahui bagaimana peternak menilai kinerja yang telah diberikan PT X dan Indeks Kepuasan Peternak (CSI) digunakan untuk mengetahui kepuasan peternak plasma terhadap kemitraan PT X. Uji Korelasi Rank Spearman dilakukan untuk mengetahui apakah tingkat pendapatan peternak berhubungan signifikan dengan tingkat kepuasanya terhadap kemitraan PT X. Penilaian tingkat kinerja perusahaan dilakukan dengan melihat tingkat kepentingan dan kinerja terhadap atribut-atribut yang menetukan kepuasan peternak plasma. Metode IPA dapat memperlihatkan hasil apakah suatu atribut

40 memiliki kinerja yang sesuai dengan harapan peternak. Analisis CSI dilakukan untuk menganalisis tingkat kepuasan secara menyeluruh yang dapat dihitung dalam satuan persentase. Nilai CSI diperoleh melalui perhitungan nilai rata-rata skor tingkat kinerja dan tingkat kepentingan dari atribut-atribut yang berpengaruh pada pelaksanaan kemitraan PT X. Tingkat kinerja mengukur sejauh mana perusahaan melakukan kinerjanya, sedangkan tingkat kepentingan adalah seberapa penting suatu atribut kemitraan menurut persepsi peternak plasma. Kinerja yang diberikan oleh perusahaan akan mempengaruhi kepuasan peternak plasma terhadap pelaksanaan kemitraan. Tingkat kepuasan dan tingkat pendapatan dari usaha melalui kemitraan dapat dijadikan indikator keberhasilan dari suatu usaha kemitraan. Dengan adanya kajian teknis pelaksanan kemitraan, diharapkan dapat menjadi masukan bagi perbaikan kinerja perusahaan maupun perbaikan untuk pelaksanaan kemitraan PT X. Adapun bagan kerangka operasional dapat dilihat pada Gambar 8.

41

Gambar 8. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional 42

IV METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Yogyakarta dengan responden para peternak ayam broiler yang menjalin kerjasama dengan PT X. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa PT X merupakan perusahaan peternakan sedang berkembang dan termasuk perusahaan pendatang baru dalam usaha kemitraan ayam broiler. Penelitian lapang dilakukan selama dua bulan (Februari - Maret 2009) untuk pengumpulan dan analisis data. 4.2. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan perusahaan dan peternak di lokasi masing-masing dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang telah disediakan.

Data sekunder diperoleh dengan cara mempelajari buku-buku yang relevan dengan topik yang diteliti. Pengambilan data sekunder diperoleh juga dari literatur-literatur, baik yang didapat di perpustakaan maupun tempat lain berupa hasil penelitian terdahulu mengenai analisis pendapatan dan kepuasan pelanggan, artikel baik dari media cetak (tabloid dan majalah), maupun media elektronik (internet). 4.3. Metode Pengumpulan Data dan Jumlah Responden Wawancara dilakukan terhadap pihak PT X dan peternak plasma yang terdaftar sebagai mitra PT X. Untuk menganalisis pendapatan usaha ternak ayam broiler dan tingkat kepuasannya dilakukan pengumpulan data kepada peternak plasma. Jumlah peternak plasma PT X di Yogyakarta saat ini sebanyak 50 orang, teknik sampling yang dilakukan adalah metode sensus, yaitu menganalisis seluruh populasi (peternak plasma) yang dimiliki untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat. 43 4.4. Metode Analisis Data Berdasarkan tujuan penelitian maka metode analisis data yang digunakan dapat dirinci sebagai berikut: Tabel 8. Metode Analisis Data

No Tujuan Penelitian Jenis Data Sumber Data 1. Mendeskripsikan pelaksanaan kemitraan yang sedang dijalankan oleh PT X di Yogyakarta terhadap peternak plasmanya. 2. Menganalisis tingkat pendapatan yang diperoleh peternak plasma PT X di Yogyakarta. 3. Menganalisis tingkat kepuasan peternak plasma terhadap pelaksanaan kemitraan PT X di Yogyakarta. 4. Menganalisis hubungan antara pendapatan peternak plasma dengan tingkat kepuasan peternak plasma terhadap pelaksanaan kemitraan PT X

Kualitatif Laporan perusahaan berupa kontrak kerjasama, dan hasil wawancara Kuantitatif

Kuisioner dan wawancara dengan dan peternak Kuantitatif Kuisioner dan wawancara dengan peternak Metode Analisis Data Analisis Deskriptif Analisis Pendapatan, analisis rasio R/C Importance Performance Analysis (IPA), Analisis kesesuaian, dan Indeks Kepuasan Peternak (CSI) Kuantitatif Kuisioner Analisis Rank Spearman (SPSS 17.0 for windows) Data yang akan diolah dan dianalisis dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif mengenai gambaran umum pelaksanaan kemitraan dan profil para pelaku kemitraan akan dianalisis secara deskriptif dengan bantuan tabulasi frekuensi sederhana. Data kuantitatif dengan menggunakan analisis pendapatan, analisis rasio R/C, metode IPA, CSI, dan korelasi rank spearman. 44 4.4.1. Analisis Deskriptif Analisis ini bertujuan untuk mempelajari kegiatan-kegiatan dan hubungan yang terjadi antara perusahaan dan peternak dalam kapasitasnya sebagai inti dan plasma, menggambarkan kondisi umum daerah penelitian, karakteristik peternak plasma, karakteristik usaha ternak ayam broiler yang meliputi skala usaha, pengalaman beternak ayam, pengalaman bermitra dengan perusahaan, alasan

beternak, alasan bermitra dengan perusahaan, dan sebagainya. Analisis deskriptif memberikan informasi mengenai sekumpulan data dan mendapatkan gagasan untuk keperluan analisis selanjutnya. Analisis deskriptif meliputi upaya penelusuran dan pengungkapan informasi dari peternak. Penyajian hasil dibuat dalam bentuk yang lebih ringkas dan pada akhirnya mengarah pada keperluan adanya analisis yang lebih mendalam. 4.4.2. Analisis Pendapatan Usahatani Dalam menganalisis tujuan kedua digunakan alat analisis pendapatan. Penerimaan total usahatani merupakan (total farm revenue) merupakan nilai produk dari usahatani yaitu harga produk dikalikan dengan total produksi periode tertentu. Total biaya atau pengeluaran adalah semua nilai faktor produksi yang dipergunakan untuk menghasilkan suatu produk dalam periode tertentu. Pendapatan total usahatani merupakan selisih antara penerimaan total dan pengeluaran total. Rumus penerimaan, total biaya, dan pendapatan adalah :

p = TR-TC TR = Y + L + B TC = ( P + D + O) + ( S + Tk + BB + Bl) Keterangan : p = Pendapatan TR = Total penerimaan atau Total Revenue (Rp) TC = Total biaya atau Total Cost (Rp) Y = Penerimaan dari penjualan ayam (Rp) L = Penerimaan lain-lain (Rp) B = Penerimaan bonus (Rp) P = Biaya pakan (Rp) D = Biaya DOC (Rp) 45 O = Biaya obat-obatan, vitamin, vaksin (Rp) S = Biaya sekam (Rp) Tk = Biaya tenaga kerja untuk buruh (Rp) BB = Biaya bahan bakar pemanas (Rp) Bl = Biaya penyusutan dan lain-lain (Rp) Dengan kriteria : TR>TC, maka usaha menguntungkan

TR=TC, maka usaha impas TR<TC, maka usaha rugi 4.4.3. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (Rasio R/C) Rasio penerimaan dan biaya ini menunjukkan besarnya penerimaan yang diperoleh dari setiap biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usahatani. Analisis rasio ini dapat digunakan untuk mengetahui tingkat keuntungan relatif kegiatan usahatani. Rasio R/C dapat drumuskan secara sistematis sebagai barikut: Rasio R/C = TC TR

Rasio R/C digunakan untuk mengetahui hasil dari kegiatan usaha selama periode tertentu. Menurut Hernanto (1989), rumus yang dugunakan adalah apabila R/C > 1, maka penerimaan yang diperoleh lebih besar dari tiap unit biaya yang dikeluarkan. Hal ini berarti usahatani yang dilaksanakan menguntungkan. Apabila R/C < 1, maka penerimaan yang diperoleh lebih kecil dari tiap unit biaya yang dikeluarkan dan ini berarti usaha yang dilaksanakan tidak menguntungkan. 4.4.4. Penilaian Tingkat Kepuasan 4.4.4.1. Metode Importance Performance Analysis (IPA) Jenis metode yang akan digunakan dalam menganalisis kinerja perusahaan kemitraan menurut persepsi peternak plasmaadalah importance performance analysis/IPA. Analisis ini dapat menunjukkan peubah-peubah dari produk atau jasa yang dianggap penting oleh pelanggan, tetapi kurang diperhatikan oleh perusahaan atau kinerja perusahaan kurang baik. 46 IPA digunakan untuk mendapatkan informasi tentang tingkat kinerja suatu perusahaan dalam memberikan pelayanan dengan cara mengukur tingkat kepentingan dan tingkat pelaksanaannya. Tingkat kepentingan dari mutu pelayanan adalah seberapa penting suatu peubah pelayanan dinilai oleh pelanggan. Tiap atribut pernyataan diberi skala dengan skor 1 sampai 4. Berbeda dengan skala yang diberikan pada metode IPA yang biasa digunakan yaitu 5 skala dengan skor 1 sampai 5. Skala ganjil sengaja tidak digunakan untuk menghindari ketidakpastian responden ( central tendency), yaitu kecenderungan responden memilih jawaban tengah atau jawaban kategori cukup. Keempat tingkat tersebut diberi skor sebagai berikut: a. Jawaban sangat penting diberi skor 4 b. Jawaban penting diberi skor 3 c. Jawaban tidak penting diberi skor 2 d. Jawaban sangat tidak penting diberi skor 1 Sementara untuk menilai kinerja perusahaan diberikan empat tingkat (skala likert) yang terdiri dari sangat baik, baik, tidak baik, dan sangat tidak baik. Keempat penilaian tersebut diberi skor sebagai berikut: a. Jawaban sangat baik diberi skor 4 b. Jawaban baik diberi skor 3 c. Jawaban tidak baik diberi skor 2 d. Jawaban sangat tidak baik diberi skor 1 Total penilaian tingkat kepentingan masing-masing peubah diperoleh dengan cara menjumlahkan hasil perkalian skor masing-masing skala dengan jumlah responden yang memilih pada skala tersebut. Dalam penelitian ini variabel yang diukur adalah penilaian peternak terhadap kinerja atribut kemitraan. Atribut yang diukur dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 9.

47 Tabel 9. Atribut dan Indikator Kinerja Perusahaan Atribut Kemitraan Indikator Kinerja

Prosedur Penerimaan Mitra PT X Penerapan Harga Kontrak DOC Kualitas DOC 4 = 3= 2= 1= Harga Kontrak Pakan 4 = Kualitas Pakan 4 = 4= 3= 2= 1= 4= 3= 2= 1= 3= 2= 1= 3= 2= 1= Persyaratan sangat mudah, cepat memperoleh tanggapan, dan mendapatkan pelayanan yang sangat ramah. Persyaratan mudah, cepat dan mendapatkan pelayanan yang ramah. Persyaratan rumit, pelayanan lambat dan kurang ramah. Persyaratan sangat rumit, pelayanan sangat lambat, pelayanan tidak ramah. Harga DOC pada PT X lebih murah dari harga pasar Harga DOC pada PT X sama dengan harga pasar Harga DOC pada PT X sedikit lebih mahal Rp 500 Harga DOC pada PT X jauh lebih mahal (> Rp 500) Tingkat mortalitas < 2 % Tingakat mortalitas = 2 % Tingkat mortalitas > 2 % Tingkat mortalitas > 3 % Harga beli pakan dari perusahaan lebih murah dari harga pasar

Harga beli pakan dari perusahan sama dengan harga pasar Harga beli pakan dari perusahaan sedikit lebih mahal dari harga pasar Harga beli pakan dari perusahaan sangat mahal Pakan dari perusahaan berkualitas sangat baik, dan sangat mudah mencapai FCR standar perusahan Pakan dari perusahaan berkualitas baik, dan cukup mudah mencapai FCR standar perusahan Pakan dari perusahaan berkualitas biasa saja, cukup sulit mencapai FCR standar perusahaan Pakan dari perusahaan berkualitas buruk karena sangat sulit mencapai FCR standar perusahaan 48

Harga Obat, Vaksin, dan Bahan Kimia (OVK) Kualitas Obat, Vaksin, dan Bahan Kimia (OVK) Jadwal pengiriman sarana produksi Frekuensi bimbingan teknis Pelayanan dan materi bimbingan Penerapan standar produksi Ketepatan waktu panen Respon terhadap keluhan 4 = 4= 3= 2= 1= 4= 3= 2= 1= 4= 3=

2= 1= 4= 3= 2= 1= 4= 3= 2= 1= 4= 3= 2= 1= 4= 3= 2= 1= 3= Harga beli obat di perusahaan jauh lebih rendah 20 % Harga beli obat di perusahaan sama dengan harga pasar Harga beli obat di perusahaan sedikit lebih mahal 10 % Harga beli obat di perusahaan lebih tinggi dari 20 % Sangat ampuh mengatasi kasus penyakit di kandang, peternak tidak perlu membeli OVK dari luar perusahaan OVK dari perusahaan mampu mengatasi kasus penyakit di kandang Khasiat OVK biasa saja dalam mengatasi kasus penyakit di kandang Tidak berkhasiat dalam mengatasi kasus penyakit dan memerlukan tambahan OVK dari luar perusahaan Pengiriman < H-1 Pengiriman = H Pengiriman = H+1 Pengiriman > H+1 Frekuensi 3 hari sekali Frekuensi 7 hari sekali Frekuensi 10 hari sekali Frekuensi 2 minggu sekali Materi yang diberikan sangat sesuai dan sangat dibutuhkan peternak Materi yang diberikan sesuai Materi yang diberikan biasa saja Materi yang diberikan tidak sesuai dan tidak penting

Standar perusahaan (FCR, mortalitas, IP) sangat baik dan sangat mudah dicapai Standar perusahaan (FCR, mortalitas, IP) baik dan mudah dicapai Standar perusahaan (FCR, mortalitas, IP) cukup sulit dicapai Standar perusahaan (FCR, mortalitas, IP) terlalu sulit dicapai Waktu panen selesai dalam 1 hari Waktu panen antara 2-3 hari Waktu panen lebih cepat dari yang dijadwalkan Waktu panen terlambat dari yang dijadwalkan Semua keluhan direspon dengan sangat baik dan dengan waktu yang cepat Semua keluhan direspon dengan baik dengan waktu agak cepat 49

Kecepatan pembayaran hasil panen Kesesuaian harga output Pemberian bonus 4 = Pemberian kompensasi 4 = 2= 1= 4= 3= 2= 1= 4= 3= 2= 1= 3= 2= 1= 3= 2= 1= Semua keluhan direspon dengan kurang baik dan dalam waktu agak lama Semua keluhan tidak direspon dengan baik Pembayaran dilakukan sebelum waktu yang dijanjikan (10 hari) Pembayaran dilakukan tepat 10 hari pasca panen Pembayaran terlambat H + 1 Pembayaran terlambat > H + 2 Harga jual output lebih tinggi dari harga pasar

Harga jual sama dengan harga pasar Harga jual lebih rendah dari harga pasar Harga jual output sangat rendah Bonus sangat besar jumlahnya dan sangat mudah didapatkan Bonus sesuai dan mudah didapatkan Bonus sedikit dan agak sulit didapatkan Bonus terlalu sedikit dan sangat sulit didapatkan Prosedur mendapatkan kompensasi mudah, dan Perusahaan sering memberikan kompensasi Prosedur cukup mudah, dan perusahaan pernah memberikan kompensasi Perusahaan hanya dapat memberikan kompensasi dengan prosedur yang sulit Tidak pernah ada kompensasi dari perusahaan Total penilaian tingkat kepentingan masing-masing variabel diperoleh dengan cara menjumlahkan hasil perkalian skor masing-masing skala dengan jumlah responden yang memilih pada skala tersebut. Dalam menginterpretasikan bagaimana suatu variabel dinilai tingkat pelaksanannya oleh keseluruhan responden peternak maka dibutuhkan suatu rentang skala. Adapun rentang untuk setiap skala adalah:

Range = (Xib Xik) Banyaknya skala pengukuran Dimana: Xib = Skor terbesar yang mungkin diperoleh dengan asumsi bahwa semua responden memberikan jawaban sangat penting/sangat baik (skor 4) terhadap setiap unsur i dari setiap atribut 50 Xik = Skor terkecil yang mungkin diperoleh dengan asumsi bahwa semua responden memberikan jawaban tidak penting/tidak baik (skor 1) terhadap setiap unsur i dari setiap atribut Maka besarnya selang ( range) untuk setiap kelas yang diteliti adalah:

Range = 4 )]501()504[( xx -

= 37,5 Pembagian kelas berdasarkan tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan adalah : 50 - 87,4 : Sangat tidak penting/tidak baik 87,5 - 124,9 : Tidak penting/kurang baik 125 - 162,4 : Penting/baik 162,5 - 200 : Sangat penting/sangat baik Analisis kesesuaian dilakukan dengan membandingkan antara skor total tingkat kinerja dengan skor total tingkat kepentingan. Atribut kemitraan dapat dikatakan sudah sesuai dengan keinginan peternak, apabila nilai kesesuaian yang dihasilkan lebih/sama dengan 100 persen. Sebaliknya, jika nilai kesesuaian kurang dari 100 persen maka atribut tersebut tidak sesuai dengan keinginan peternak plasma PT X. Analisis kesesuaian dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: Tki = Yi Xi x 100% Keterangan: Tki : Tingkat kesesuaian peternak plasma Xi : Skor penilaian kinerja atribut kemitraan PT X Yi : Skor penilaian kepentingan oleh peternak plasma Tingkat kesesuaian adalah hasil perbandingan skor kinerja atau pelaksanaan dengan skor kepentingan. Diagram kartesius sangat diperlukan dalam penjabaran unsur-unsur tingkat kesesuaian kepentingan dan kinerja perusahaan 51 inti yang terdiri dari empat bagian dan dibatasi oleh dua garis yang berpotongan tegak lurus pada titik (X,Y). Peubah X (sumbu horizontal) dan Y (sumbu vertikal) masing-masing akan mengisi skor tingkat kualitas pelayanan dan skor untuk harapan. Rumus untuk menentukan setiap faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan adalah : X = Keterangan :

n Xi Y = X : Skor rata-rata tingkat kinerja pada setiap atribut Y : Skor rata-rata tingkat kepentingan pada setiap atribut

: Jumlah responden

n Yi Diagram kartesius digunakan dalam penjabaran atribut-atribut tingkat kesesuaian kepentingan dan kinerja kemitraan PT X. Diagram kartesius merupakan suatu bagian yang dibagi menjadi empat bagian dan dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-titik ( X , Y ) titik-titik tersebut diperoleh dengan rumus :

X= Keterangan :
i n

=1

k Xi Y=
i n

k Yi
=1

X : Skor rata-rata dari skor rata-rata kinerja seluruh atribut pelaksanaan kemitraan Y : Skor rata-rata dari skor rata-rata kepentingan pada setiap atribut pelaksanaan kemitraan k : Banyaknya atribut yang mempengaruhi kepuasan peternak. Matriks IPA terdiri dari empat kuadran, yaitu: kuadran pertama terletak di sebelah kiri atas, kuadran kedua terletak di sebelah kanan atas, kuadran ketiga di 52 sebelah kiri bawah, dan kuadran keempat di sebelah kanan bawah. Matriks tersebut dijelaskan pada Gambar 9.

Gambar 9. Kuadran Importance Performance Analysis

Sumber : Rangkuti (2003)

Keterangan: Kuadran I (Prioritas Utama) : Kuadran ini memuat faktor-faktor yang

Tingkat kepentingan (Y)

Y Kuadran I Prioritas Utama Kuadran III Prioritas Rendah X Kuadran II Pertahankan Prestasi Kuadran IV Berlebihan
Tingkat Kepentingan (X)

dianggap penting oleh pelanggan, tapi pada kenyataannya faktor-faktor ini belum sesuai dengan yang diharapkan pelanggan. Variabel yang termasuk ke dalam kuadran ini harus ditingkatkan. Perusahaan dapat melakukan perbaikan secara terus menerus sehingga kinerja variabel yang ada dalam kuadran ini akan meningkat. Kuadran II (Pertahankan Prestasi) : Kuadran ini memuat faktor-faktor yang dianggap penting oleh pelanggan dan faktor-faktor tersebut dianggap sudah sesuai dengan yang diharapkan pelanggan. Variabel-variabel yang termasuk dalam kuadran ini harus dipertahankan karena 53

semua variabel ini menjadi produk atau jasa yang unggul menurut persepsi pelanggan. Kuadran III (Prioritas Rendah) : Kuadran ini memuat faktor-faktor yang dianggap kurang penting oleh pelanggan dan pada kenyataannya kinerjanya tidak terlalu istimewa. Peningkatan variabel dalam kuadran ini perlu dipertimbangkan kembali karena pengaruhnya terhadap manfaat yang dirasakan pelanggan sangat kecil. Kuadran IV (Berlebihan) : Kuadran ini memuat faktor-faktor yang

dianggap kurang penting oleh pelanggan dan dirasakan terlalu berlebihan. Variabel yang termasuk dalam kuadran ini dapat dikurangi agar perusahaan dapat menghemat biaya. 4.4.4.2. Indeks Kepuasan Peternak (Customer Satisfaction Index) Customer Satisfaction Index (CSI) digunakan untuk menentukan tingkat kepuasan pelanggan secara menyeluruh dengan pendekatan yang dipertimbangkan tingkat kepentingan dari atribut-atribut kualitas jasa yang diukur. Menurut Irawan (2003), pengukuran terhadap CSI diperlukan karena pertama, hasil dari pengukuran dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan sasaran-sasaran di tahun-tahun mendatang. Tanpa adanya CSI, top management perusahaan tidak dapat menentukan tujuan utama ( goal) dalam peningkatan kepuasan pelanggan. Kedua, indeks diperlukan karena proses pengukuran kepuasan pelanggan bersifat kontinyu. Perhitungan CSI didapatkan dari rata-rata tingkat kepentingan dan kinerja yang digunakan dalam analisis kuadran IPA. Menurut Aritonang diacu dalam Oktaviani dan Suryana (2006), metode pengukuran CSI ini meliputi tahap-tahap berikut: 54 Pertama, menghitung Means Importance Score (MIS), nilai ini berasal dari ratarata nilai kepentingan konsumen.

MIS = Dimana : n = Jumlah peternak responden Y

i
i n

)(
=

n Yi
1

= Nilai kepentingan Atribut Y ke-i Kedua, membuat weight factors (WF) bobot ini merupakan persentase nilai MIS per atribut terhadap total MIS sekuruh atribut.

WF = Dimana : P = Atribut kepentingan ke-p


p

MISi MIS
= 1

1 x 100% Ketiga, membuat Weight Score (WS), bobot ini merupakan perkalian antara WF dengan rata-rata tingkat kepuasan (X)/( Mean Satisfaction Score/MSS). Nilai MSS didapatkan dari nilai rata-rata kinerja pada analisis IPA. WS
i

= WF
i

x MSS Keempat, menentukan Customer Satisfaction Index (CSI) yaitu weight score dibagi skala maksimal yang digunakan (dalam penelitian ini skala maksimal 4), kemudian dikalikan 100 persen. Rumusnya dapat dituliskan sebagai berikut:

CSI =
p

i = 1

WSi x 100% 4 55 Pada umumnya bila nilai CSI di atas 50 persen dapat disimpulkan bahwa peternak sudah merasa puas. Sebaliknya jika nilai CSI kurang dari 50 persen maka peternak belum merasa puas terhadap pelayanan PT X. Tingkat kepuasan responden secara menyeluruh dapat dilihat dari kriteria tingkat kepuasan pelanggan atau konsumen. Kriteria ini mengikuti modifikasi kriteria yang dilakukan oleh PT Sucofindo dalam melakukan Survei Kepuasan Pelanggan, dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Kriteria Nilai Customer Satisfaction Index (CSI)

Nilai CSI Kriteria CSI 0,81 1,00 0,66 0,80

0,51 0,65 0,35 0,50 0,00 0,34


Sumber: Ihsani (2005)

4.4.4.3. Uji Korelasi Rank Spearman (Rs) Sangat Puas Puas Cukup Puas Kurang Puas Tidak Puas Koefisien korelasi rank spearman digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara pendapatan (nilai rasio R/C) yang diperoleh peternak plasma, dengan kepuasan secara keseluruhan (CSI). Dalam hal ini kepuasan keseluruhan didapatkan dari penilaian masing-masing responden terhadap keseluruhan atribut-atribut pelayanan PT X. Korelasi ini digunakan karena jenis data yang dimiliki adalah data ordinal. Nazir (2005) menyatakan jika pengamatan dari dua variabel dalam bentuk ordinal, maka derajat korelasi dapat dicari dengan koefisien korelasi rank spearman. Pengujuan hipotetis mengggunakan statistik non parametrik. Uji statistik non parametrik, pengukurannya berupa respon kualitatif atau nilai-nilai pada skala ordinal. Pada skala ordinal, subyeknya diberi peringkat menurut urutan tertentu dan menganalisis peringkat-peringkat tersebut. Pengamatan dua variabel X dan Y dalam bentuk skala ordinal, sehingga derajat korelasi dicari dengan koefisien korelasi rank spearman, dengan rumus sebagai berikut: 56

Rs = 1 n

nn di )1( 6
i 2 1

Secara deskriptif umumnya nilai Rs dikategorikan sebagai berikut: 0 < r < 0,2 = Berkorelasi sangat lemah 0,2 < r
s

< 0,4 = Berkorelasi lemah 0,4 < r


s

< 0,6 = Berkorelasi sedang 0,6 < r

< 0,8 = Berkorelasi kuat 0,8 < r


s

< 1

= Berkorelasi sangat kuat

Hipotesis statistik: H H
0 s

= Tingkat pendapatan tidak berhubungan signifikan dengan tingkat kepuasan peternak terhadap kemitraan PT X.
1

= Tingkat pendapatan berhubungan signifikan dengan tingkat kepuasan peternak terhadap Kemitraan PT X. Karena jumlah sampel dalam penelitian ini lebih dari 30, variabel x dan y bebas. Maka sebaran nilai-nilai Rs menghampiri sebaran normal dengan nilai tengah nol dan simpangan baku 1 / 1-n . Derajat kepercayaan yang digunakan 95 persen (a = 0,05). Pengujian koefisien korelasi dapat dilakukan berdasarkan rumus: Bila Z Z= 1/1
hitung

>Z
a

0 n Rs Z = Rs 1-n Simpulkan tolak H


0

pada taraf nyata a = 0,05 Pengolahan data untuk uji rank spearman dilakukan dengan komputer menggunakan program SPSS 17,0 for windows untuk menjamin ketepatan dan mempercepat proses perhitungan. 57 4.5. Konsep dan Definisi Operasional 1. Inti adalah PT X di Yogyakarta yang memberikan pasokan sarana produksi (pakan, obat-obatan, dan DOC), memberikan bimbingan kepada peternak plasma serta menampung seluruh hasil panen. 2. Peternak plasma adalah peternak ayam broiler yang bermitra dengan perusahaan PT X di Yogyakarta dalam usaha budidaya dengan kontrak perjanjian yang telah disepakati.

3. Peternak mandiri adalah peternak yang tidak menjalin kemitraan dengan perusahaan. 4. DOC (Day Old Chick) adalah ayam yang berumur satu hari. 5. Skala produksi adalah jumlah ayam yang dibudidayakan dalam sekali

periode/ siklus yang dihitung berdasarkan DOC masuk. Dalam satu tahun umumnya peternak mampu memproduksi enam siklus. 6. Penyusutan (depresiasi) adalah nilai yang dihitung dengan metode garis lurus yaitu membagi nilai investasi dengan jangka waktu produktif dari investasi dengan asumsi nilai sisa sama dengan nol. 7. Pengeluaran atau total biaya adalah total input yang dikeluarkan baik oleh pihak inti maupun plasma untuk suatu proses produksi. 8. FCR (Feed Convertion Ratio) adalah jumlah pakan yang dihabiskan untuk menghasilkan satu kilogram bobot ayam hidup. 9. Sapronak adalah sarana produksi peternakan (bibit ayam, pakan dan obatobatan). 10. Mortalitas adalah jumlah kematian ayam. 11. Chick in adalah proses dimana bibit ayam (DOC) sampai di kandang. 12. Cuci kandang adalah pembersihan seluruh bagian kandang dan lingkungan sekitar kandang setelah proses panen dilakukan, pencucian kandang disertai dengan proses sanitasi kandang dan lingkungan untuk mencegah kontaminasi mikroorganisme dan kotoran yang masih tersisa. 13. Kosong kandang adalah masa setelah panen dimana kandang tidak dipakai untuk budidaya melainkan dikosongkan untuk mencegah penyebaran penyakit. 58 14. Indeks Prestasi Peternak (performa) adalah hasil yang diperoleh setelah budidaya dilakukan, nilai tersebut mencakup berapa tingkat mortalitas, FCR dan bobot ayam yang dihasilkan. 15. PPL adalah singkatan dari petugas penyuluh lapang yang mempunyai tugas mengontrol dan memberikan bimbingan langsung kepada peternak plasma PT X.

59

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN


5.1. Deskripsi Perusahaan PT X merupakan perusahaan kemitraan ayam broiler yang didirikan pada bulan Maret 2005. Hingga saat ini PT X sudah menjalani usaha kemitraan hampir empat tahun. Pada mulanya perusahaan kemitraan ini berdiri karena pemilik perusahaan memiliki Rumah Pemotongan Ayam (RPA) yang sudah berdiri sejak tahun 1992. RPA tersebut merupakan produsen pemasok lebih dari 17.000 ekor ayam ke pasaran tiap harinya. Pemasaran ayam potongnya meliputi wilayah Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya. Ayam yang dihasilkan RPA ini juga memasok gudang KFC ( Kentucky Fried Chicken) wilayah Yogyakarta, Surabaya dan Jakarta. Serta memasok hotel, dan restoran fast food lainnya yang berada di Yogyakarta. Pemasaran ayam yang dilakukan RPA sudah meluas dan memiliki banyak pelanggan, sehingga sangat membutuhkan pasokan ayam broiler dalam jumlah banyak setiap harinya. Pemilik RPA mengakui bahwa usahanya tidak akan berkembang jika hanya bergantung pada pemasok, maka dari itu manajemen perusahaan membuat perusahaan kemitraan sendiri untuk menjamin kelancaran pasokan ayam broiler. PT X merupakan perusahaan kemitraan yang tergolong baru, area kerja PT X pada mulanya hanya mencakup di sebagian Yogyakarta, namun hingga saat ini peternak plasma yang dimilikinya berada di setiap kabupaten di Yogyakarta. Bagi perusahaan kemitraan, jumlah peternak plasma merupakan aset perusahaan yang perlu ditingkatkan guna kemajuan usaha. PT X juga kini sudah memiliki area kerja di sebagian provinsi Jawa Tengah. Sehingga secara keseluruhan area kerja PT X terbagi dua, satu kantor yang terletak di Yogyakarta dan satu lagi di Jawa Tengah. Wilayah yang telah menjadi area kerjanya hingga saat ini adalah Sleman, Bantul, Kulon Progo, Gunung Kidul, Klaten, Purworejo, Boyolali, Karanganyar, Sukoharjo, Magelang, Temanggung, dan Sragen. Pengelolaan usaha untuk wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah dilakukan secara terpisah walaupun masih dalam satu perusahaan, pada penelitian ini hanya dikaji unit perusahaan yang berada di wilayah Yogyakarta saja. 60 Kegiatan utama PT X adalah memproduksi ayam melalui sistem kemitraan, yang akan dipasok khususnya untuk RPA dan pedagang ayam potong. Perkembangan populasi ayam broiler PT X secara pesat dicapai mulai tahun 20072008. Pada mulanya PT X hanya mampu mencukupi kebutuhan ayam 10 persen saja ke RPA yang dimilikinya, namun saat ini sudah mampu mencukupi hingga 80 persen kebutuhan ayam untuk dipotong setiap harinya. Ayam broiler tersebut adalah ayam yang dihasilkan oleh peternak plasma yang menjadi mitra PT X. Selain ayam dari peternak mitra, PT X juga mengelola usaha ternak sendiri ( own farm) yang dikelola oleh pihak perusahaan, peternakan milik PT X berada di beberapa wilayah yang hingga saat ini populasinya mencapai 100 ribu ekor. Sedangkan populasi ayam yang dimiliki oleh seluruh peternak plasmanya yang berada di wilayah Yogyakarta adalah 300 ribu ekor. PT X memasok kebutuhan sarana produksi peternakan (sapronak) yang

terdiri dari bibit ayam (DOC), pakan, obat-obatan, vitamin serta bahan kimia (OVK). PT X sendiri tidak memproduksi sapronak tersebut, akan tetapi memasok dari produsen sapronak. Walaupun masih tergantung pada pemasok sapronak, PT X tetap dapat menjamin kelancaran penyaluran sapronak kepada peternak plasmanya. Hal ini dikarenakan PT X sudah memiliki kontrak lebih dari satu produsen pemasok sapronak. Dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan, pemilik perusahaan dibantu oleh seorang Manajer, Ketua Unit, bagian administrasi produksi, bagian logistik, bagian keuangan, bagian pemasaran dan petugas penyuluh lapang (PPL). Semua bagian pekerjaan telah memiliki tugas dan tanggung jawab masingmasing. 5.2. Karakteristik Peternak Responden Peternak plasma yang bekerjasama dengan PT X tersebar di beberapa wilayah provinsi Yogyakarta. Hal ini disebabkan karena perusahaan ini memang melakukan penarikan peternak plasma untuk seluruh wilayah Yogyakarta. Provinsi Yogyakarta merupakan provinsi dengan luas wilayah terkecil setelah provinsi DKI Jakarta. Untuk mencapai setiap kabupaten di dalam provinsi Yogyakarta dapat ditempuh dalam waktu singkat. Saat ini PT X memiliki jumlah

61 peternak plasma sebanyak 50 orang. Adapun lokasi penyebaran peternak plasma dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Daftar Jumlah dan Lokasi Peternak Mitra PT X di Provinsi Yogyakarta No Wilayah Jumlah (Orang) Persentase

1 Kulon Progo 14 28 2 Bantul 4 8 3 Gunung Kidul 20 40 4 Sleman 12 24 5 Kota Yogyakarta 0 0 Jumlah 50 100 Berdasarkan Tabel 11, mayoritas peternak plasma PT X berada di kabupaten Gunung Kidul, walaupun berdasarkan data statistik menyatakan bahwa kabupaten Gunung Kidul memiliki populasi ayam broiler dalam jumlah kecil, namun hal ini menjadi tantangan bagi PT X untuk mengembangkan usaha ternak ayam broiler di sana. Selain itu kabupaten Gunung Kidul juga memiliki kepadatan penduduk paling rendah daripada tiga kabupaten lainnya dan berada di dataran tinggi, sehingga keadaan ini sangat mendukung untuk dikembangkan peternakan ayam broiler di kabupaten tersebut. Namun demikian PT X tidak berkonsentrasi pada satu kabupaten saja, karena semua wilayah di provinsi Yogyakarta dibidik untuk memajukan usaha kemitraan Perusahaan. Kota Yogyakarta merupakan pusat pemerintahan dan tempat perbelanjaan, kepadatan penduduk di Kota yogyakarta sangat padat padahal luas wilayahnya kecil, sehingga tidak ada usaha peternakan di Kota Yogyakarta. Karakteristik peternak plasma PT X dapat dilihat dari beberapa kategori, mulai dari usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, dan sebagainya dijelaskan sebagai berikut.

5.2.1. Usia Berdasarkan hasil survei, didapatkan bahwa usia peternak responden menyebar mulai dari 25-61 tahun. Menurut Sumarwan (2004), pembagian usia antara 2535 tahun termasuk usaia dewasa lanjut, usia antara 3650 tahun 62 termasuk usia separuh baya, usia antara 51-65 tahun termasuk usia tua, dan lebih dari 65 tahun termasuk ke dalam lanjut usia. Sebaran responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Kelompok Usia Peternak Responden Kelompuk Usia

(Tahun) Jumlah (Orang) Persentase < 25 0 0 2535 27 54 3650 20 40 5165 3 6 > 65 0 0 Jumlah 50 100 Berdasarkan data pada Tabel 12, sebagian besar usia peternak adalah usia dewasa dan separuh baya. Pada kisaran usia ini peternak masih berada dalam produktif. Usia seseorang dapat menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut. Semakin berat pekerjaan secara fisik, maka semakin tua tenaga kerja akan semakin turun prestasinya. Namun dalam hal tanggung jawab semakin tua umur tenaga kerja akan semakin banyak pengalamannya dalam berusaha sehingga dapat meningkatkan prestasi kerja (Suratiyah 2006). 5.2.2. Jenis Kelamin Hampir seluruh peternak PT X berjenis kelamin laki-laki. Hal ini dapat dipengaruhi oleh kecenderungan laki-laki sebagai pemimpin dalam keluarga. Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Persentase Laki-laki 47 94 Perempuan 3 6 Jumlah 50 100 63 Jumlah responden perempuan hanya terdapat tiga orang, dari ketiga responden perempuan yang disurvei ternyata memiliki pekerjaan utama sebagai PNS, ada juga yang menjalankan bisnis kecantikan dan laundry. Usaha ternak yang dijalankan oleh peternak perempuan bukan dijadikan sebagai usaha pokok dalam mendapatkan penghasilan. Mereka melakukan usaha ternak ini untuk menginvestasikan modal yang mereka miliki. 5.2.3. Pendidikan

Pendidikan formal peternak mitra PT X termasuk baik, karena dari 50 peternak responden tidak ada yang tidak bersekolah. Sebaran peternak responden berdasarkan latar belakang pendidikan dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Tingkat Pendidikan Peternak Responden Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase

SD 4 8 SLTP 3 6 SMA 26 52 Diploma 2 4 Sarjana 14 28 Pasca Sarjana 1 2 Jumlah 50 100 Mayoritas peternak berlatar belakang pendidikan SMA yaitu sebesar 52 persen. Hal yang menarik adalah banyak dari peternak responden yang berpendidikan tinggi (diploma, sarjana, dan pasca sarjana) mencapai 34 persen. Hal ini relevan dengan julukan kota Yogyakarta sebagai kota pendidikan. Meskipun bermata pencaharian sebagai peternak, namun para responden memiliki pendidikan formal yang tinggi. 5.2.4. Jumlah Tanggungan Keluarga Sebagian besar peternak responden memiliki jumlah tanggungan keluarga peternak antara 1-2 orang yaitu sebanyak 42 persen. Sebanyak 20 persen peternak responden tidak memiliki tanggungan keluarga diantaranya karena banyak dari 64 responden yang masih berstatus belum menikah, atau usia responden sudah lanjut sehingga tidak ada lagi anggota keluarga yang menjadi tanggungan. Jumlah tanggungan keluarga lebih dari lima orang sebanyak enam persen, hal ini dikarenakan ada peternak responden yang tinggal bersama keluarga besar selain dengan istri dan anaknya. Sebaran responden berdasarkan jumlah tanggungan keluarga dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Jumlah Tanggungan Keluarga Peternak Responden Jumlah Tanggungan

Keluarga Jumlah (Orang) Persentase 0 10 20 1-2 21 42 3-5 16 32 >5 3 6 Jumlah 50 100 5.3. Karakteristik Usaha Ternak Ayam Broiler Peternak Responden 5.3.1. Skala Usaha Ternak Skala usaha ternak ayam broiler dibagi menjadi skala kecil, sedang dan

besar. Usaha ternak skala kecil jika peternak memiliki jumlah kurang dari 2.000 ekor, skala sedang dengan kepemilikan jumlah ternak antara 2.00010.000 ekor, dan skala besar dengan jumlah kepemilikan ternak lebih dari 10.000 ekor . Skala usaha lebih dari 10.000 harus memmiliki izin usaha peternak dari dinas atau instansi terkait. Sebagian besar peternak responden memiliki jumlah ternak antara 2.000 sampai 10.000 ekor ternak yaitu mencapai 84 persen dari total populasi. Sedangkan peternak dengan skala usaha kurang dari 2.000 ekor hanya terdapat satu orang. PT X sendiri sebetulnya mensyaratkan jumlah ternak ayam yang dipelihara adalah 2.000 ekor, namun satu orang peternak dengan kapasitas kandang 1.500 ekor tetap diizinkan bergabung karena peternak tersebut memiliki kandang yang berdekatan dengan peternak mitra PT X yang lain. Skala usaha
Trobos. 2008. Peternakan Broiler Skala Kecil: Terlupakan Tapi Tetap Ada. www.trobos.com/show_article.php . [ 25 Maret 2009].
3

65 ternak PT X dimulai dari skala sedang hingga skala besar. Jumlah ternak yang diusahakan sangat tergantung pada kemampuan peternak dalam menyediakan kandang beserta fasilitasnya. Sebaran responden berdasarkan skala usaha dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Sebaran Peternak Berdasarkan Skala Usaha Skala Usaha (ekor) Jumlah (Orang) Persentase

< 2.000 1 2 2.00010.000 42 84 > 10.000 7 14 Jumlah 50 100 5.3.2. Pekerjaan di Luar Usaha Ternak Ayam Broiler Hampir sebagian dari populasi peternak responden tidak memiliki pekerjaan di luar usaha ternak ayam broiler, yaitu sebanyak 48 persen. Sedangkan 52 persen sisanya memiliki kegiatan lain dan ada juga yang menjadi pegawai negeri dan swasta. Adapun pekerjaan di luar usaha ternak ayam yang dijalankan oleh peternak responden secara rinci terdapat pada Tabel 17. Tabel 17. Pekerjaan di Luar Usaha Ternak Ayam Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase

Pegawai negeri 5 10 Pegawai BUMN 1 2 Pegawai swasta 4 8 Polisi 1 2 Kontraktor 1 2 Buruh 2 4 Petani 5 10 Peternak sapi 2 4 Pedagang 5 10 Jumlah 26 52 66

5.3.3. Alasan Beternak Ayam Masing-masing peternak responden memiliki alasan yang berbeda dalam memilih usaha ternak ayam. Alasan peternak melakukan budidaya ayam broiler dapat dilihat pada Tabel 18. Sebanyak 44 persen peternak responden memilih usaha ternak ayam broiler karena usaha ternak ini merupakan pekerjaan utama untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sebanyak 32 persen responden memilih usaha ternak ini karena usaha ternak ayam broiler cepat memperoleh keuntungan. Dalam waktu sekitar 30 hari ayam broiler sudah dapat dipanen dan menghasilkan pendapatan. Ada juga yang menjawab usaha ternak sebagai aplikasi dari ilmu yang telah didapatkan sewaktu kuliah, karena ada beberapa peternak responden yang berlatar belakang pendidikan Sarjana peternakan. Tabel 18. Alasan Peternak Responden Beternak Ayam Broiler Alasan Beternak Ayam

Broiler Jumlah (Orang) Persentase Mudah dibudidayakan 6 12 Pekerjaan utama 22 44 Pekerjaan sampingan 5 10 Usaha turun temurun 0 0 Cepat memperoleh hasil 16 32 Aplikasi ilmu kuliah 1 2 Jumlah 50 100 5.3.4. Lama Beternak Ayam Broiler Peternak responden yang bermitra dengan PT X, mempunyai pengalaman beternak rata-rata 5,7 tahun. Adapun sebaran peternak responden berdasarkan pengalaman beternak dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Pengalaman Beternak Ayam Broiler Lama Beternak Ayam Jumlah (Orang) Persentase < 5,7 Tahun 31 62 > 5,7 Tahun 19 38 Jumlah 50 100 67 Peternak responden pada umumnya merupakan peternak baru dengan pengalaman beternak di bawah 5,7 tahun, yaitu sebanyak 62 persen. Sedangkan peternak yang sudah menjalankan usaha ini dari sejak lama sebanyak 38 persen. Dari beberapa peternak yang telah lama membudidayakan broiler, pada mulanya mengembangkan usaha secara mandiri (tanpa bergabung dengan perusahaan) dengan skala usaha ternak kurang dari 1.000 ekor per periodenya. 5.3.5. Lama Bermitra dengan PT X PT X merupakan perusahaan kemitraan ayam broiler yang berdiri pada tahun 2005. Sampai dengan tahun 2009 berarti peternak yang paling lama bergabung dengan PT X adalah empat tahun. Dari 50 peternak responden, persentase paling besar adalah peternak yang baru bergabung selama satu tahun. Adapun pengalaman peternak bergabung dengan kemitraan dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Pengalaman Bermitra dengan PT X

Pengalaman bermitra

(tahun) Jumlah (Orang) Persentase <148 1 18 36 2 9 18 3 15 30 448 Jumlah 50 100 5.3.6. Alasan Bermitra dengan PT X Pertimbangan utama peternak memilih bermitra dengan PT X adalah agar keuntungan meningkat, dari alasan ini jelas bahwa maksud utama beternak adalah untuk memperoleh pendapatan dan usaha ternak ini dijalankan sebagai usaha pokok. Sementara alasan untuk mendapatkan bantuan modal dan menambah pengetahuan tidak dipilih karena para peternak menjawab, dengan bergabung melalui perusahaan kemitraan bantuan modal dan pengetahuan secara otomatis bisa didapatkan. Terdapat satu orang peternak yang memiliki RPA sendiri, sehingga peternak tersebut mendapatkan pasokan ayam dari kandangnya sendiri. 68 Beberapa alasan peternak memilih bergabung dengan PT X dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Alasan Peternak Responden Bermitra dengan PT X Alasan Jumlah

(Orang) Persentase Mendapat bantuan modal 0 0 Menambah pengetahuan 0 0 Ingin keuntungan meningkat 29 58 Mendapat jaminan pasar 2 4 Resiko usaha ditanggung bersama 16 32 Lainnya: Panen Cepat Mempunyai Rumah Potong Ayam sendiri 2 1 4 2 Jumlah 50 100 5.3.7. Sumber Informasi mengenai PT X Sumber informasi mengenai PT X didapatkan peternak plasma dari warga sekitar, keluarga, teman satu profesi, dan langsung dari pihak perusahaan inti. Persentase peternak dalam mendapatkan sumber informasi mengenai PT X dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Sumber Informasi Mengenai PT X Sumber Informasi Jumlah (Orang) Persentase Teman 19 38 Keluarga 0 0 Warga yang beternak 7 14 Langsung dari perusahaan 24 48 Jumlah 50 100 Sebagian besar responden mandapatkan informasi langsung dari PT X yaitu sebesar 48 persen. Hal ini dapat dimengerti karena pihak perusahaan pun memiliki bagian pemasaran yang langsung mendatangi peternak untuk bergabung, dan mempromosikan kepada peternak yang lokasinya berdekatan dengan PT X. 69 Informasi langsung dari perusahaan didapatkan oleh peternak yang berlokasi di kabupaten Sleman, karena perusahaan berlokasi di wilayah tersebut. 5.3.8. Umur Panen Umur panen ayam sangat beragam dan ditentukan langsung oleh pihak perusahaan. Selama periode terakhir kemarin yaitu antara Desember sampai Januari, didapatkan data umur ayam yang dipanen dapat dilihat pada Tabel 23. Peternak merasa waktu pemanenan yang dilakukan perusahaan sangat cepat, sehingga peternak cepat pula memperoleh pendapatan dari usaha ternak ayam. Tabel 23. Umur Panen Ternak Ayam Broiler Umur Panen (Hari) Jumlah (Orang) Persentase

31 2 4 32 11 22 33 14 28 34 13 26 35 3 6 36 7 14 Jumlah 50 100 5.3.9. Status Kepemilikan Lahan dan Kandang Sebagian besar lahan dan kandang yang digunakan untuk kegiatan budidaya merupakan milik sendiri. Sebaran peternak berdasarkan status kepemilikan lahan dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Status Kepemilikan Lahan Peternak Responden Status Kepemilikan Jumlah (Orang) Persentase Milik Sendiri 48 96 Sewa 2 4 Jumlah 50 100 Sebanyak 96 persen mitra memiliki lahan sendiri, dimana lahan tersebut selain digunakan untuk kegiatan budidaya, juga sertifikat atas lahan tersebut 70 biasanya dijadikan jaminan oleh peternak ketika hendak bekerjasama dengan perusahaan inti. Empat persen peternak masih menyewa kandang untuk menjalankan usahanya. Pihak perusahaan masih mengizinkan peternak plasma untuk bergabung walaupun masih menyewa, dengan syarat peternak dapat memastikan bahwa usaha kemitraan dapat berjalan secara berkesinambungan dan

kontrak sewa kandang dilakukan dalam jangka waktu yang panjang. 5.3.10. Manfaat Bergabung dengan Perusahaan Kemitraan Kemitraan perusahaan banyak memberikan manfaat bagi peternak plasma, dapat dilihat pada Tabel 25. Sebagian besar peternak merasa risiko beternak menjadi lebih ringan karena jika terjadi kerugian akan ditanggung oleh kedua belah pihak. Kemudian dalam waktu satu bulan peternak sudah dapat memperoleh hasil panen dan mendapatkan tambahan penghasilan. Perusahaan inti tidak mensyaratkan pengalaman minimal beternak, sehingga bagi para peternak pemula mendapatkan lapangan pekerjaan baru dan mendapatkan bantuan modal untuk melakukan usaha ternak ayam. Bimbingan serta penyuluhan dari pihak inti banyak memberikan manfaat dan pengetahuan baru bagi peternak, mengingat sebagian peternak plasma tidak mengetahui sebelumnya mengenai ilmu beternak ayam. Tabel 25. Manfaat Bergabung dengan Perusahaan Kemitraan Manfaat Kemitraan Jumlah (Orang) Persentase

Waktu pemanenan cepat 12 24 Resiko rendah 15 30 Menambah penghasilan 11 22 Mendapat bantuan modal 4 8 Jaminan pemasaran 2 4 Membuka lapangan pekerjaan baru 4 8 Menambah pengetahuan beternak 2 4 Jumlah 50 100 5.4. Pola Kemitraan Usaha Pola kemitraan yang dijalankan oleh PT X merupakan kemitraan tertutup dimana pihak peternak plasma tidak diperbolehkan menjual hasil panen atau 71 memasok sarana produksi ternak dari pihak selain PT X. Bagan kemitraan pola inti plasma PT X di Yogyakarta tercantum pada Gambar 10.

Perusahaan Pemasok Sapronak PT. Charoen Phokphan : doc+pakan PT. Japfa : doc+pakan PT. Malindo : doc+pakan Medion,biotek,ceva : OVK Perusahaan Inti PT X di Yogyakarta

Sapronak
Pemasaran RPA PT X Peda gang ayam KEMITRAAN
Kontrak perjanjian kerjasama Kontrak harga sapronak Kontrak harga panen

Budidaya ayam broiler oleh palsma

Panen oleh Inti Pembayaran Hasil panen biaya sapronak + Bonus FCR dan Bonus Pasa r

Gambar 10. Pola Kemitraan PT X di Yogyakarta Mekanisme pelaksanaan kemitraan PT X di Yogyakarta dapat dijelaskan sebagai berikut: 5.4.1. Sistem dan Prosedur Penerimaan Mitra
Tahap Seleksi Calon Plasma oleh PT X

Peternak plasma bagi perusahaan inti merupakan mitra kerja yang harus dipertahankan hubungannya agar usaha kemitraan dapat terus berlanjut dan berkesinambungan. Peternak juga merupakan aset yang harus dikembangkan dan ditambah jumlahnya, karena salah satu indikator yang menjadi keberhasilan perusahaan inti diukur dari berapa jumlah peternak plasma yang dimiliki beserta total populasi ayamnya. Tentu saja peternak yang dimiliki oleh perusahaan adalah peternak yang baik dan berkualitas dalam melakukan budidaya ayam broiler.
Diterima Peternak Plasma

72 Maka dari itu perusahaan terus mencari dan menyeleksi calon peternak plasma dengan seksama. Perusahaan sendiri telah membuat sistem dan prosedur penerimaan calon peternak plasma, sistem dan prosedur tersebut dibuat dengan tujuan agar dapat memberikan kepastian mitra dengan selektif dan sesuai dengan standar yang ditentukan oleh perusahaan. Peternak yang ingin bergabung mendatangi kantor kerja perusahaan untuk mendaftarkan diri sebagai calon mitra. Peternak sendiri mendapatkan informasi mengenai PT X dari berbagai sumber, beberapa diantaranya didapatkan dari teman, peternak yang sudah bergabung dengan PT X, atau langsung dari PT X sendiri, karena PT X juga terus melakukan promosi walaupun tidak melalui media cetak melainkan langsung melakukan pendekatan kepada peternak ayam broiler. Setelah peternak mendaftarkan diri menjadi calon mitra, pihak perusahaan yang diwakili oleh PPL akan mendatangi lokasi kandang untuk melihat keadaan beserta kelengkapan kandang calon peternak plasma. Data-data terkait dengan kandang akan dicatat pada data farm. Data farm adalah segala informasi yang berkaitan dengan mitra, kandang mitra yang bersangkutan dan kelengkapan prasarana kandang untuk dijadikan acuan kelayakan chick in (diterimanya DOC oleh peternak plasma). Setelah proses survei kandang dilakukan, PPL akan menentukan layak atau tidaknya calon mitra tersebut untuk bergabung dengan perusahaan. Apabila didapatkan hasil yang layak, maka PPL akan menentukan jumlah kapasitas populasi ayam yang akan dibudidayakan nanti sesuai dengan ukuran kandang peternak. Data farm harus ditandatangani oleh kepala unit sebagai bentuk tanggung jawab kebenaran informasi yang tertuang pada data farm tersebut.

Setelah proses survei dilakukan, calon peternak plasma kembali mendatangi kantor PT X dengan membawa dokumen yang berkaitan dengan data pribadi mitra, seperti fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga dan jaminan baik berbentuk BPKB kendaraan atau surat tanah. Identitas calon peternak mitra harus benar-benar dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya. Jaminan mitra bersifat mutlak untuk mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

73 Tahapan selanjutnya peternak mitra diminta membaca dengan seksama dan menandatangani kontrak perjanjian kerjasama yang diberikan stempel materai Rp 6.000,00. Surat perjanjian kerjasama tersebut bersifat mengikat dan berlaku semenjak ditandatangani oleh kedua belah pihak dan dapat berakhir apabila ada keinginan dari salah satu pihak, dengan ketentuan harus memberi tahu satu periode siklus sebelumnya dan kedua belah pihak tidak saling terikat tanggungan hutang piutang. 5.4.2. Syarat-Syarat Calon Peternak Plasma Kandang dan peralatan merupakan modal utama untuk beternak dan keduanya harus dalam keadaan baik serta layak untuk digunakan. Kandang sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan ayam ras pedaging, maka dari itu mengapa tahapan awal penyeleksian mitra diawali dengan survei kandang. Calon peternak plasma harus memiliki kandang dengan daya tampung minimal 2.000 ekor dengan demikian ukuran kandang minimal adalah 200 m , dimana dalam satu meter persegi akan menampung 10 ekor ternak. Tujuan pembatasan jumlah populasi ayam adalah agar biaya pengiriman sapronak menjadi efisien karena biaya transportasi sudah termasuk dalam harga sapronak. Status kepemilikan lahan tidak harus dimiliki sendiri, bagi peternak yang menyewa lahan juga diizinkan untuk bergabung dengan syarat calon peternak tersebut dapat menjamin kelancaran usaha. Pihak perusahaan juga tidak membatasi pengalaman minimal beternak, sehingga siapapun yang belum berpengalaman sebagai peternak tetap dapat bergabung dengan kemitraan PT X. Peralatan yang dimiliki peternak harus lengkap, peralatan utama yang digunakan adalah tempat pakan, tempat minum dan pemanas. Disamping itu keamanan lokasi di sekitar kandang juga harus dijaga oleh peternak, dan harus dipertimbangkan bagaimana tanggapan dari masyarakat lain yang bertempat tinggal dekat dengan lokasi kandang. Pihak perusahaan sangat menghindari lokasi kandang yang berdekatan dengan pemukiman penduduk karena dapat membawa permasalahan sosial dan akan mempertinggi resiko kegagalan serta kerugian dalam usaha ternak. Peternak plasma harus dapat bersifat kooperatif karena hal ini akan memudahkan bagi perusahan inti untuk melakukan pembinaan dan pengawasan

74 atau pengontrolan, sehingga kerjasama kemitraan dapat berjalan dengan baik. Peternak juga diwajibkan mengikuti segala peraturan dan saran yang diberikan pihak inti. 5.4.3. Hak dan Kewajiban Peternak Plasma

Kewajiban peternak plasma adalah bertanggungjawab atas program pemeliharaan ayam broiler dengan sebaik-baiknya, mulai dari DOC sampai batas waktu umur panen yang ditetapkan oleh pihak inti. Peternak plasma juga wajib menyediakan tenaga kerja bagi pemeliharaan ayam serta bertanggungjawab atas seluruh biaya tersebut termasuk keamanan dan bongkar muat pakan serta proses panen ayam. Peternak plasma juga berkewajiban untuk memberikan laporan seluruh kegiatan pemeliharaan ayam, mencatat data-data harian kandang secara faktual, dan benar. Pihak perusahaan sudah memberikan formulir pencatatan harian kandang untuk memudahkan peternak. Peternak plasma tidak diperbolehkan menggunakan sapronak lain selain dari pihak inti dan dilarang untuk menjual atau meminjamkan sarana tersebut kepada pihak lain. Peternak plasma juga diwajibkan melapor apabila terjadi kematian ayam dalam jumlah yang tidak wajar, yaitu lebih dari dua persen total populasi, agar pihak inti dapat segera mengambil tindakan yang diperlukan. Peternak wajib melakukan pelunasan seluruh pembelian sapronak kepada pihak inti, dengan menggunakan uang hasil penjualan ayam besar yang dilakukan oleh pihak inti. Dalam kasus kemitraan PT X, apabila didapatkan hasil dari beternak negatif atau rugi dalam satu periode, maka peternak tersebut tidak perlu membayar kerugiannya pada periode mendatang. Berbeda dengan kemitraan PT XYZ yang diteliti oleh Romdhoni (2003), menyatakan bahwa peternak yang mengalami kerugian pada suatu periode dan tidak mampu membayar hutang kepada perusahan inti, maka hutangnya dibebankan pada periode berikutnya. Begitupun dengan penelitian yang dilakukan Deshinta (2006) dan Siahaan (2005), kemitraan PT Sierad juga menetapkan peraturan yang sama, peternak diwajibkan membayar hutang pada periode berikutnya jika mengalami kerugian pada suatu periode, dan dilakukan pemotongan pembayaran sebanyak 10-20 persen dari hasil penjualan panen peternak, sebagai simpanan guna mencegah peternak tidak dapat membayar hutang disaat mengalami kerugian.

75 Hak yang didapatkan oleh peternak plasma adalah mendapatkan bimbingan tata cara budidaya yang baik dan benar dari pihak inti, agar mendapatkan hasil yang optimal dalam membudidayakan ayam broiler. Bimbingan yang diberikan oleh pihak perusahan inti berupa bimbingan teknis budidaya ternak. Bimbingan merupakan wujud kontrol langsung yang dilakukan perusahaan kepada peternak. 5.4.4. Hak dan Kewajiban Pihak Inti Pihak inti mempunyai hak dalam menentukan pilihan sarana produksi ternak meliputi pakan, obat-obatan, vaksin, bibit ayam, dan menentukan harga kesepakatan kontrak. Pilihan sarana produksi dilakukan karena PT X sendiri masih mendapat pasokan dari produsen sapronak, sehingga ketersediaan sarana produksi masih sangat tergantung pada produsen. Pihak inti juga berhak menentukan jadwal pengiriman bibit, pakan, dan panen ayam sesuai dengan kebutuhan. Kewajiban dari pihak inti adalah menentukan dan menyusun program pemeliharaan, pihak inti melalui kuasanya (PPL) berkewajiban mengontrol kesehatan ayam dan memberikan bimbingan tata cara budidaya agar tercapai hasil beternak yang optimal. Dalam waktu setiap dua minggu sekali, pihak inti melakukan kunjungan langsung untuk mengontrol keadaan di kandang ke beberapa peternak. Jadwal kunjungan sudah diprogram oleh pihak inti,

pengontrolan setiap dua minggu sekali dilakukan oleh tim yang terdiri dari Manajer PT X, Kepala unit, dan bagian administrasi produksi. 5.4.5. Penetapan Harga Input, Output, dan Bonus Harga sarana produksi seperti DOC, pakan, dan OVK, serta harga pembelian ayam besar, ditetapkan dalam kotrak kesepakatan kerjasama yang ditandatangani oleh pihak inti dan peternak plasma. Harga sarana produksi yang ditetapkan oleh perusahaan berlaku untuk satu tahun. Inilah yang menjadi kelebihan dari PT X, dimana PT X mampu mempertimbangkan dan menanggung resiko pergerakan harga sarana produksi yang sangat berfluktuasi. Dalam kurun waktu satu tahun pergerakan harga sapronak sangat sulit diperkirakan. Sedangkan kebanyakan perusahaan kemitraan lain menentukan harga sesuai dengan keadaan

76 pasar, sehingga kontrak harga dapat berubah setiap periode menyesuaikan denga harga pasar yang berlaku. Penelitian yang dilakukan Deshinta (2006), perusahaan kemitraan PT Sierad menentukan kesepakatan yang berubah-ubah setiap periode menurut keadaan pasar yang berlaku, begitupun kemitraan Tunas Mekar Farm yang dikaji oleh Kesumah (2008), juga menetapkan harga kontrak yang berbeda setiap periode. Dalam menentukan harga, PT X telah mempertimbangkan pergerakan harga yang terjadi dari tahun ke tahunnya. Kontrak harga tersebut ditentukan oleh Manajer perusahaan setelah melalui proses kesepakatan dengan Direktur perusahaan dan Manajer keuangan. Resiko rugi akan ditanggung oleh perusahaan apabila harga sarana produksi di pasar lebih tinggi daripada harga kontrak yang telah disepakati. Sehingga perusahaan menjual dengan harga murah kepada peternak. Namun demikian tidak selamanya kerugian diderita perusahaan karena sewaktu-waktu harga DOC juga bisa mencapai harga yang sangat murah apabila pasokan DOC di pasaran melebihi kebutuhan, dan pada saat inilah pihak inti mendapatkan keuntungan, karena menjual sarana produksi lebih tinggi dari pada harga kontrak. Adapun harga sarana produksi yang ditetapkan perusahaan inti dapat dilihat pada Tabel 26. Tabel 26. Penetapan Harga Sarana Produksi Peternakan PT X Jenis Produk Satuan Harga (Rp)

DOC Per Ekor 3.500 Pakan 1 (Pakan standar) Per Kg 4.850 Pakan 2 (Pakan + Anti lalat) Per Kg 4.875 Obat/Vaksin Harga Distribusi
Sumber: PT X (2008)

Bibit ayam yang digunakan oleh PT X dipasok oleh PT Malindo, Japfa, dan Charoen Phokphan. Begitu pula untuk kebutuhan pakan dipasok oleh ketiga perusahaan tersebut, karena pembelian DOC harus satu paket dengan pakan. Pakan yang digunakan oleh PT X adalah pakan starter, pakan finisher tidak digunakan oleh PT X dengan pertimbangan umur ayam yang dipanen hanya 77 sampai 31-34 hari, yang menghasilkan bobot rata-rata 1,6 kg, sehingga jenis pakan

starter dipilih karena banyak mengandung protein dan baik untuk pertumbuhan ayam. Pengunaan OVK dipasok dari berbagai produsen, diantaranya Medion, Biotek, Sanbe, Ceva, Romindo, Bana Mediavet, Otasindo, Avindo, Agrinusa, Brataco, dan Eka Sapta. Untuk harga OVK pihak inti mengikuti harga dari pemasok ditambah keuntungan yang diambil oleh pihak inti. Adapun perinciannya dapat dilihat pada Tabel 27. Tabel 27. Daftar Harga Obat, Vaksin, dan Bahan Kimia OVK Satuan Harga (Rp)

Therapy 100 gram 19.116 Trimazine 100 gram 19.200 Vigosine 100 ml 16.800 Permasol-500 100 gram 10.560 Power Mix 100 gram 14.400 Cipro 12 100 gram 21.780 Bloom and Grow 500 gram 26.100 Microdes 1 liter 31.560 Lifegard-T Tablet 4.315 Kaporit Tablet 10.800 Cevac New L 1000 ds 19.140 Bursavac 1000 ds 60.000 Medivac ND La Sota 2000 DS 1000 ds 20.452 Medivac ND La Sota 1000 DS 1000 ds 13.541 Dilluent 1000 DS 1000 ds 3.000 Cevamune Tablet 26.160
Sumber: PT X (2008)

Harga jual ayam besar pun sama seperti halnya harga sapronak, kontrak harga ditetapkan bersamaan dengan harga sapronak dan berlaku untuk satu tahun. Pihak inti akan menerima keuntungan apabila harga jual ayam besar di pasaran melebihi harga kontrak yang telah ditetapkan perusahaan, sebaliknya jika harga di 78 pasaran rendah, maka perusahaan merugi karena membeli ayam dari peternak plasmanya dengan harga yang mahal. Adapun perincian kontrak harga ayam hidup dapat dilihat pada Tabel 28. Tabel 28. Kesepakatan Harga Ayam Hidup No Berat Badan (kg) Harga (Rp) 1 1,10-1,30 11.830 2 1,31-1,50 11.600 3 1,51-1,70 11.480 4 1,71-1,90 11.400 5 1,91-2,10 11.350 6 > 2,1 11.300 7 < 1,10/Afkir/Sakit Harga jual 200
Sumber: PT X (2008)

Tabel 28 menerangkan bahwa bobot badan ayam hidup hasil panen yang semakin tinggi akan semakin rendah harga jualnya. Hal ini dikarenakan biaya pemeliharaan ayam broiler pada bobot badan yang lebih kecil, relatif lebih tinggi dibanding dengan ayam yang memiliki bobot lebih besar. Pada saat penelitian, harga pasar ayam hidup lebih rendah daripada harga kontrak PT X, dengan

demikian PT X menanggung kerugian akibat harga pasar yang rendah. Hasil panen ayam yang kurang dari 1,10 kg tetap dipasarkan oleh pihak inti ke pasar dengan harga jual pasar. Pihak inti mengambil keuntungan Rp 200 per ekor untuk ayam yang bobotnya kurang dari 1,10 kg atau ayam afkir. Bonus yang diberikan oleh pihak inti adalah bonus pasar dan bonus konversi pakan (FCR). PT X akan memberikan bonus pasar sesuai dengan kesepakatan. Bonus FCR akan didapatkan jika nilai FCR peternak sama atau lebih rendah dari FCR standar perusahaan. Bonus pasar akan didapatkan oleh peternak plasma apabila harga jual ayam hidup di pasar lebih tinggi dari harga kesepakatan dan disesuaikan dengan pencapaian FCR, jika harga pasar tinggi tapi peternak tidak dapat mencapai FCR standar perusahaan, maka peternak tetap tidak akan mendapatkan bonus pasar.

79 Agar peternak dapat memperoleh bonus, maka performa ayam yang dihasilkan harus baik yaitu dengan menghasilkan bobot badan yang berat dan penggunaan pakan yang lebih hemat, selain itu juga kesehatan ayam dijaga untuk menekan tingkat kematian ayam. Jika hal ini dapat dicapai maka nilai konversi pakan dapat diraih peternak, bonus pasar juga akan didapatkan apabila harga di pasaran tinggi. Kesepakatan bonus pasar dapat dilihat pada Tabel 29. Tabel 29. Kesepakatan Bonus Pasar PT X No Selisih FCR aktual - standar Bonus Pasar (%) 1 > 0,250 30 2 0,2500,151 25 3 0,1500,101 20 4 0,1000,050 15 5 0,0490,000 10 6 <0,000 0
Sumber: PT X (2008)

Nilai FCR actual adalah FCR yang diraih oleh peternak selama pemeliharaan, sedangkan FCR standar adalah nilai yang telah ditetapkan oleh perusahaan sesuai dengan umur ayam. Jika ingin mendapatkan bonus pasar, maka nilai FCR actual harus lebih kecil atau sama dengan FCR standar perusahaan. Semakin kecil nilai FCR peternak, maka selisih yang didapatkan antara FCR actual dengan FCR standar semakin besar, dan akan semakin besar pula proporsi bonus pasar yang diterima peternak plasma. Peternak plasma akan menerima keuntungan dari bonus pasar yang tinggi, apabila pencapaian FCR lebih rendah sebesar 0,250 dari FCR yang ditetapkan pihak inti. Sedangkan bonus FCR sebesar Rp 50/kg akan diberikan apabila FCR pemeliharaan lebih kecil atau sama dengan standar yang ditetapkan oleh pihak inti. Adapun standar FCR yang ditetapkan pihak inti dapat dilihat pada tabel 30.

80 Tabel 30. Standar FCR PT X

Daya Konsumsi Konsumsi Berat Badan Umur (hari) Hidup Pakan Harian Pakan (%) (gram) (gram) (gram) FCR Kumulatif Harian IP 29 96,95 125 1980 1,329 1,537 289 30 96,90 132 2112 1,407 1,549 293 31 96,85 140 2252 1,486 1,565 297 32 96,80 147 2399 1,564 1,585 299 33 96,60 155 2554 1,645 1,607 300 34 96,45 162 2716 1,725 1,632 300 35 96,30 170 2886 1,800 1,665 297
Sumber: PT X (2008)

5.4.6. Pembinaan dan Pengawasan Pihak Inti Para peternak plasma mendapatkan pengawasan dan pembinaan dari pihak inti. Untuk menjalankan fungsi tersebut pihak perusahaan menugaskan kepada para petugas penyuluh lapang (PPL), dimana kegiatan sehari-hari PPL adalah berkeliling mengunjungi kandang para peternak untuk mengontrol pemeliharaan, melakukan penimbangan bobot ayam, memeriksa kesehatan ayam agar sesuai dengan standar perusahaan, dan membantu peternak menjaga kondisi ayam dari kematian maupun penyakit. Setiap PPL bertanggungjawab terhadap 60 ribu ekor populasi. Para PPL perusahaan memiliki latar belakang pendidikan Diploma dan Sarjana kedokteran hewan, serta Sarjana peternakan. Pengawasan dilakukan untuk membantu peternak yang mengalami kesulitan pada masa pemeliharaan (budidaya), khusus bagi peternak yang baru bergabung dengan PT X pembinaan dilakukan lebih sering. Adapula program kunjungan malam ke kandang para peternak yang dilakukan oleh manajemen perusahaan inti, yang melakukan kunjungan mulai dari Manajer, kepala unit, dan bagian produksi. Acara kunjungan malam ini dijadwalkan setiap dua minggu sekali oleh perusahaan. Kunjungan malam ini dilakukan untuk mengontrol proses pemeliharaan di kandang, dan mengaudit proses pemeliharaan, pernah ditemukan kejadian bahwa peternak tidak memberikan pakan yang disuplai perusahaan, 81 melainkan memberikan pakan yang kualitasnya lebih rendah dan harganya lebih murah, kemudian pakan dari perusahaan inti dijual oleh peternak. Kegiatan seminar dan pertemuan peternak juga dilakukan oleh perusahaan, biasanya pihak inti menyampaikan presentasi kepada para peternak, peternak dikumpulkan di tempat peternak untuk diberikan arahan mengenai manajemen broiler. Kegiatan seminar juga diberikan kepada seluruh PPL, seminar untuk para PPL biasanya diberikan dari pihak pemasok sarana produksi peternakan. PPL sangat berperan penting dalam transfer ilmu kepada peternak, karena PPL menangani dan bertemu langsung setiap harinya dengan peternak. Apabila hasil peternak baik dan menguntungkan, maka para PPL mendapatkan insentif yang lebih besar pula dari perusahaan. PPL juga akan mendapatkan penghargaan apabila peternak bimbingannya berhasil dalam melakukan budidaya ayam. 5.4.7. Sanksi dari Pihak Inti Ada beberapa sanksi yang diberikan oleh pihak inti diantaranya, apabila

terjadi kematian ayam dalam jumlah banyak yang disebabkan oleh kelalaian peternak plasma, maka peternak wajib mengganti senilai kerugian akibat kelalaian tersebut. Kemudian Apabila terjadi selisih jumlah pakan kurang dari data recording maka peternak wajib mengganti sejumlah selisih tersebut dikalikan harga kontrak kerjasama. Begitupun apabila terdapat selisih jumlah ayam dari pencatatan data recording dan atau terjadi tindakan curang maka peternak berkewajiban mengganti kerugian tersebut. Pihak inti akan menghentikan kontrak kerjasamanya dengan peternak jika peternak tidak mau mengikuti aturan serta saran dari pihak inti. Apabila peternak mengalami kerugian selama tiga periode berturut-turut, maka perusahaan akan mengeluarkan peternak tersebut dari keanggotaan kemitraan. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kerugian yang lebih besar dan menghindari peternak plasma yang tidak berkualitas. 5.5. Manajemen Budidaya Ayam Broiler Manajemen budidaya yang dilakukan oleh peternak plasma didasarkan pada aturan-aturan yang ditetapkan oleh pihak inti. Aturan dari pihak inti

82 merupakan acuan bagi peternak untuk mendapatkan hasil yang optimal. Adapun sistem pemeliharaan ayam broiler yang ditetapkan oleh pihak inti, antara lain: 5.5.1. Persiapan Kandang Kegiatan budidaya diawali dengan persiapan kandang, prinsip dari tahapan persiapan adalah menjaga kandang beserta peralatan dalam keadaan bersih, nyaman dan minim dari kontaminasi mikroorganisme berbahaya. Area yang harus dipersiapkan adalah kandang beserta lingkungannya, tempat makan, minum, dan tirai. Sumber air, tandon, dan pipa air juga dijaga dalam keaadaan bersih. Pembersihan kandang dimulai dengan membersihkan seluruh bagian kandang dari kotoran yang masih tersisa baik di dalam maupun di luar kandang. Lingkungan di luar kandang disemprot dengan cairan insektisida. Pencucian kandang dilakukan dengan menggunakan mesin sanchin yang berisi campuran deterjen. Pencucian dengan sanchin harus menjangkau keseluruhan bagian kandang, mulai dari bagian bawah, dinding, sampai bagian atas kandang. Setelah proses pencucian kandang selesai, kandang dibiarkan kering selama kurang lebih dua hari hingga kandang benar-benar kering, setelah itu dilakukan fumigasi atau penyemprotan kandang dengan menggunakan formalin dua persen (1 liter formalin/45 liter air) atau menggunakan larutan (7 gram KMnO

dalam 14 cc formalin per m


3

). Seluruh ruangan kandang harus difumigasi untuk mensterilkan kandang dan mematikan mikroorganisme berbahaya. Setelah selesai difumigasi kandang ditutup dan tidak diperbolehkan lagi orang memasuki kandang selama minimal satu minggu. Desinfeksi ulang dilakukan kembali satu sampai dua hari sebelum DOC masuk (

chick in). Jika kandang berbentuk panggung, maka bagian tanah di bawah kandang disarankan ditaburi dengan kapur agar tanah tidak lembab dan menghasilkan udara yang hangat. 5.5.2. Persiapan Chick in Persiapan chick in adalah proses persiapan menjelang kedatangan DOC. Peralatan yang harus dipersiapkan adalah chicken guard (pembatas DOC) dengan diameter enam meter untuk 1.000 ekor DOC, pembatas DOC bisa juga dibuat persegi dan biasanya terbuat dari lapisan seng. Kegunaan dari chicken guard 83 adalah membatasi kandang agar ruang yang ada mencukupi untuk sirkulasi udara dan distribusi makan serta minum bagi anak ayam. Pelebaran chicken guard dilakukan secara bertahap sesuai dengan pertumbuhan berat badan ayam. Saat ayam berumur delapan hari ayam membutuhkan ruang gerak sepertiga luas kandang. Setelah berumur 14 hari membutuhkan ruang gerak 2/3 dari luas kandang. Dan pada saat berumur di atas 18 hari dibutuhkan ruang gerak seluruh kandang. Gambar chicken guard dapat dilihat pada Lampiran 3. Untuk kandang berbentuk panggung, alas kandang dilapisi dengan karung dan dibagian atas karung ditaburi dengan sekam ( litter) yang masih baru dan kering dengan ketebalan 5-10 cm. Kondisi sekam harus benar-benar diperhatikan karena sekam yang lembab dapat menimbulkan tumbuhnya jamur dan dapat membawa penyakit pada DOC. Sekam juga digunakan untuk penghangat, penyerap kotoran dan menghindari kerusakan pada bagian kaki dan dada ayam. Pemanas kandang atau heater harus dinyalakan dan dikontrol suhunya minimal empat jam sebelum DOC datang ke kandang. Tempat pakan untuk anak ayam adalah feeder tray yang berbentuk seperti nampan, satu feeder tray dapat digunakan untuk 40-60 anak ayam. Bagian dinding kandang diberi lapisan karung atau terpal untuk menjaga masuknya udara dari luar kandang. Dalam ruang kandang penerangan juga harus diperhatikan, untuk seribu ekor DOC diberikan satu lampu penerangan. 5.5.3. Proses Chick in Proses chick in adalah proses masuknya atau diterimanya DOC oleh mitra yang selanjutnya melalui proses pemeliharaan hingga proses panen. Pihak inti memiliki sistem dan prosedur chick in kemitraan. Tujuan dari prosedur chick in adalah memberikan kepastian tata cara chick in, baik dari sisi administrasi maupun aplikasi lapangan dengan tujuan memberikan kepuasan kepada mitra. Berita acara penerimaan DOC akan dibuat oleh peternak yang menerangkan bahwa DOC telah diterima dan ditulis sesuai dengan jumlah dan kondisi DOC pada saat diterima. Pada saat proses chick in semua peralatan harus sudah disiapkan, pihak inti sudah mengirim pakan beserta OVK sebelum DOC dikirim ke kandang, sehingga

84 peternak dapat mempersiapkan segala kebutuhan untuk DOC. Prosedur penanganan DOC dilakukan dengan memisahkan atau menempatkan DOC yang mempunyai berat yang sama (menimbang box) ke dalam chicken guard. DOC dipindahkan dan dihitung pada chicken guard dengan hati-hati dan dekatkan pada tempat pakan dan minum. Pengontrolan dilakukan setelah satu sampai dua jam kemudian, hal ini dilakukan untuk mengkorekasi tempat pakan, minum, dan penyinaran. 5.5.4. Periode Budidaya (Brooding) Pemeliharaan masa brooding bertujuan untuk memperoleh ayam yang sehat dan tumbuh sesuai dengan berat badan standar pihak inti. Selama periode brooding, keadaan suhu DOC harus dipertahankan pada suhu 39,540,5 C, dan dilakukan pengecekan pada telapak kaki DOC. DOC dengan kondisi kaki kering menandakan bahwa DOC tersebut mengalami dehidrasi, biasanya DOC yang mengalami dehidrasi akan disortir karena ayam tersebut akan mengalami gangguan dimasa pertumbuhan. Kelembaban ideal kandang adalah 60-70 persen, kelembaban di bawah 50 persen akan menyebabkan dehidrasi pada ayam. Kondisi kelembaban yang rendah pada minggu pertama akan menurunkan performa ayam. Pada saat awal DOC masuk kandang, DOC diberikan minum yang sudah dicampur dengan larutan sorbitol atau glukosa, dengan tujuan untuk memulihkan energi yang habis selama diperjalanan. Pada periode brooding, prinsip pemberian pakan dan minum adalah diberikan secepatnya, pada minggu pertama pakan diberikan dengan frekuensi sesering mungkin. Ayam harus sering dibangunkan untuk merangsang nafsu makan dan minum sekaligus memperbaiki kualitas lingkungannya. Keterlambatan pemberian pakan dan minum berkorelasi negatif pada pertumbuhan fase-fase berikutnya. 5.5.5. Periode Panen Ayam akan dipanen pada kisaran umur 30 hari, tergantung bagaimana kebutuhan pasar, waktu pemanenan dilakukan oleh pihak inti. Proses pemanenan dilakukan pada malam hari untuk menghindari stress pada ayam. Prosedur yang harus dilakukan adalah ayam sudah tidak diberi makan dua jam menjelang panen, dan tempat minum digantung sehingga ayam tidak dapat lagi makan dan minum.

85 Mobil truk pengangkut ayam didekatkan dengan pintu kandang untuk kemudahan pengangkutan ayam dari kandang. Proses penangkapan ayam dilakukan dengan cara hati-hati karena daging ayam mudah mengalami memar jika penanganannya terlalu kasar. Cara penangkapan dilakukan dengan mempersempit ruang gerak ayam, ayam broiler yang cenderung tidak aktif sangat mudah ditangkap. Teknik penangkapan yang dilakukan adalah dengan memegang sebelah bagian kaki ayam, sampai ayam berjumlah 10 ekor, kaki-kaki ayam diikat dengan tali dan dilakukan penimbangan dengan cara digantung untuk mengetahui bobot dalam kilogram. Penimbangan

ayam dilakukan oleh pihak perusahan inti. Kemudian ayam diangkut ke mobil pengangkut yang berisikan keranjang-keranjang ayam. Setiap satu keranjang biasanya diisi delapan ekor ayam. Tali pengikat dilepaskan setelah ayam dimasukkan dalam keranjang. 5.5.6. Input Produksi Input produksi yang digunakan peternak plasma adalah input tetap dan input variabel. Input tetap terdiri dari bangunan kandang dan peralatan-peralatan yang dibutuhkan untuk proses produksi. Sedangkan input variabel terdiri dari DOC, pakan, tenaga kerja, obat, vitamin, vaksin, desinfektan, gas elpiji/minyak tanah, listrik, sekam, dan deterjen. 1). Bangunan Kandang Seluruh peternak yang bermitra dengan PT X diharuskan memiliki kandang, status kepemilikan kandang diutamakan adalah kepemilikan sendiri, akan tetapi pihak inti juga mengizinkan mitra yang masih menyewa kandang. Sebagian besar peternak memiliki kandang berbentuk panggung, dengan kaki penyangga terbuat dari beton, ada juga yang terbuat dari bambu dengan ukuran besar. Atap terbuat dari genting, alas kandang dan dinding kandang terbuat dari bambu. Kapasitas DOC yang dipelihara oleh peternak dibagi ke dalam dua skala, skala sedang untuk DOC 2.0001.0000 ekor dan skala besar lebih dari 10.000 ekor per periodenya. Sebaran peternak berdasarkan skala usaha dapat dilihat pada Lampiran 4.

86 2). Tempat pakan dan minum Tempat pakan yang digunakan berbentuk round feeder yang terbuat dari bahan plastik. Tempat minum yang banyak digunakan peternak adalah tempat minum otomatis yang dapat digunakan untuk 80 ekor ayam untuk setiap satu tempat minum. Perbandingan tempat pakan dan minum yang digunakan oleh perusahaan adalah satu berbanding satu. Adapun penggunaan tempat pakan dan minum dapat dilihat pada Tabel 31. Tabel 31. Penggunaan Tempat Pakan dan Minum (Ekor/Buah) Umur

(Hari) Tempat Pakan DOC (Buah) Tempat Pakan (5 kg) Tempat Pakan (10 kg) Tempat Minum Manual

(1 galon) Tempat Minum Otomatis (Buah) 1-3 100 70 4-6 70 60 100 7-8 50 200 250 50 100 9-11 30 100 125 50 80 12-14 40 50 50 80 14-Panen 30 40 40 80
Sumber: PT X ( 2008)

3). Alat Pemanas Alat pemanas yang digunakan oleh peternak terdiri dari beberapa macam, beberapa diantaranya menggunakan gasolek, kompor semawar, dan ada juga yang hanya menggunakan kayu bakar. Suhu pemanas yang dianjurkan oleh pihak inti adalah 32-40,5
o

C. Cara menilai suhu pemanas adalah dengan memperhatikan tingkah laku ayam. Apabila suhu pemanas terlalu panas maka ayam akan menjauhi pemanas dengan keadan sayap menggelantung, dan tidak banyak beraktifitas. Apabila suhu pemanas terlalu dingin maka ayam akan mengumpul di bawah pemanas/membuat grup dan sangat ribut. Kondisi yang ideal adalah apabila ayam menyebar dengan merata, dan melakukan aktifitas yang bervariasi (makan, minum, istirahat, interaksi) serta bersuara pelan. Peternak yang menggunakan gasolek sangat sedikit, kebanyakan peternak masih menggunakan kayu bakar. Hal ini dikarenakan cara memperoleh kayu 87 bakar di wilayah Yogyakarta masih sangat mudah didapatkan. Sedangkan penggunaaan kompor semawar sudah agak jarang, hal ini terkait dengan kelangkaan pasokan minyak tanah ke wilayah tersebut. Ketinggian gasolek adalah 100-150 cm di atas sekam. Gasolek akan dinyalakan 24 jam penuh selama tiga hari pertama. Gasolek digunakan selama dua minggu dari saat DOC masuk kandang. Hal ini dikarenakan ayam yang berumur kurang dari 14 hari belum memiliki thermoregulator dalam tubuhnya, sehingga apabila suhu udara di sekelilingnya panas, maka tubuh ayam akan ikut panas. Apabila suhu udara di sekitarnya dingin, maka tubuh ayam akan ikut dingin. Setelah berusia lebih dari 14 hari ayam sudah memiliki sistem thermoregulator dalam tubunya sendiri sehingga tidak terpengaruh suhu udara di sekitar kandang. Satu buah gasolek dapat digunakan untuk 1.000 ekor ayam. Bagi peternak yang menggunakan kompor semawar, kompor diletakan pada posisi tengah. Setiap satu buah kompor semawar dapat digunakan untuk 800 ekor ayam, alas kompor dibuat dari beton berbentuk persegi atau bulat. Kompor semawar di berikan selang yang dialiri minyak tanah, drum minyak tanah diletakan lebih tinggi dari kompor, biasanya diletakkan pada bagian atas kandang. Peternak yang menggunakan kayu bakar, membutuhkan drum kaleng sebagai tempat pembakaran. Penggunaan kayu bakar sebagai pemanas membutuhkan tenaga lebih karena harus selalu menyalakan kayu bakar dan menambah kayu bakar bila sudah habis, cara ini kurang efisien dan sulit untuk mengendalikan suhu udaranya. 4). Thermometer

Thermometer berfungsi untuk mengontrol temperatur udara di dalam kandang agar suhu ayam tetap dapat stabil dan pertumbuhannya tidak terganggu. Di dalam sebuah kandang minimal terdapat satu buah thermometer, idealnya setiap 1.000 ekor ayam terdapat satu buah thermometer. Thermometer diletakkan di tempat yang strategis agar mudah dalam mengontrol tanpa mengganggu ayam. 5). Lampu Lampu digunakan untuk memberikan penyinaran pada ayam. Intensitas cahaya yang dibutuhkan pada saat anak ayam berumur 0-7 hari minimal 60 Lux,

88 pada umur 7-21 hari minimal 10-20 Lux, dan umur ayam lebih dari 21 hari minimal 10 Lux. Penyinaran sangat penting peranannya pada pertumbuhan ayam, penyinaran berfungsi untuk mengurangi resiko stress pada ayam, memberikan kesempatan untuk pertumbuhan sistem kardiovaskular dan pembentukan kerangka, mengurangi problem kematian akibat kelumpuhan. Untuk daerah yang sering mengalami padam listrik sangat dianjurkan memiliki lampu darurat ( emergency lamp), agar anak ayam tidak kaget pada saat terjadi mati lampu. Pada saat gelap, maka ayam akan tidur secara bersamaan, dan pada waktu lampu menyala ayam akan terangsang untuk mencari makan dan minum secara bersamaan, keadaan seperti ini akan membuat stress pada ayam. 6). Bibit Ayam (DOC) Bibit ayam merupakan input variabel yang disuplai oleh pihak inti. Bibit ayam ini dipasok dari PT Malindo, Charoen Phokphan dan Japfa. DOC didatangkan PT X dari pabrik pemasok yang terletak di Yogyakarta. Bahkan pernah terjadi pada saat pasokan DOC sulit didapatkan di wilayah Yogyakarta, DOC juga didatangkan dari Jakarta. Proses transportasi DOC dilakukan dengan menggunakan truk khusus pengangkut DOC yang disertai dengan blower untuk mengontrol suhu DOC, gambar truk pengangkut DOC dapat dilihat pada Lampiran 3. Selama perjalanan DOC dapat bertahan sampai dua hari, DOC tersebut tidak akan mati kelaparan karena di dalam tubuh DOC masih terdapat kuning telur sebagai cadangan makanannya. Setelah melewati perjalanan yang panjang sangat disarankan ketika DOC masuk kandang langsung diberi minum yang telah dicampur larutan gula dan vitamin untuk memulihkan kondisinya. Berat awal DOC berkisar 37 sampai 42 gram. DOC dikemas dalam kardus berukuran satu meter persegi, dan untuk satu kardus berisi sejumlah 100 ekor, pihak pemasok DOC telah melebihkan jumlah DOC sebanyak dua ekor per kardusnya, sehingga cadangan yang diberikan adalah dua persen dari total populasi. Cadangan DOC tersebut guna mengganti DOC yang afkir atau mati saat di perjalanan. Apabila kematian DOC masih kurang dari dua persen pihak inti tidak akan mengganti senilai ayam yang mati, namun apabila kematian DOC melebihi dua persen populasi maka peternak dapat mencatat dan melaporkan kepada pihak inti. Transportasi DOC sepenuhnya ditanggung oleh pihak

89 perusahaan, sehingga peternak tidak mengeluarkan uang lagi untuk biaya transportasi DOC. 7). Pakan Pakan yang digunakan oleh pihak inti adalah pakan jenis starter. Hal ini

disebabkan karena rata-rata pemeliharaan ayam hanya berumur 30 hari, sehingga pihak inti memutuskan untuk menggunakan pakan starter saja yang memiliki kandungan protein lebih banyak untuk merangsang pertumbuhan ayam. Perusahaan menggunakan pakan anti lalat untuk menghindari kontaminasi serangga. Jenis pakan yang digunakan PT X adalah 8201 Super, AB-1 Crumble FT, DB-1 Crumble, dan Br-1 Crumble SP. 8). Vaksin Pemberian vaksin pada ayam merupakan upaya pencegahan terhadap penyakit dengan cara merangsang pembentukan kekebalan yang tinggi pada tubuh ayam dari suatu penyakit. Vaksin yang diberikan kepada ayam adalah vaksin untuk penyakit tetelo ( Newcastle Desease), yang diberikan pada saat ayam berumur 4 dan 19 hari, dan vaksin gumboro (IBD) pada saat ayam beumur 12 hari. Untuk wilayah tertentu yang diduga menjadi penyebaran virus flu burung, pihak perusahaan juga memberikan vaksin Avian Influenza (AI). Vaksinasi AI diberikan pada umur 9 hari dengan menggunakan Vaksipes AI yang diinjeksikan melalui lapisan bawah kulit (sub kutan). Pemberian vaksin harus dilakukan pada malam hari, hal ini dilakukan guna mencegah kontak langsung dengan panas matahari. Pada saat pemberian vaksin pemanas dalam ruangan dikurangi suhunya agar tidak terlalu panas. Seluruh ayam harus divaksin dan jangan sampai ada yang terlewatkan, karena jika ada ayam yang belum divaksin dapat menjadi penyebar penyakit bagi ayam yang lain. Biasanya agar tidak ada ayam yang lolos dari proses pemberian vaksin, dilakukan penyekatan pada ayam, dan ayam yang telah diberikan vaksin di keluarkan dari sekat satu per satu. Adapun jenis dan tata laksana pemberian vaksin dapat dilihat pada Tabel 32.

90 Tabel 32. Jadwal dan Tata Laksana Pemberian Vaksin Jenis Vaksin Nama Produk Produsen Cara

Pemberian Umur Pemberian ND I Cevac New L Ceva Tetes mata 4 hari Gumboro IBD Blen Cevamune Romindo Ceva ND II Cevac New L Cevamune
Sumber: PT X (2008)

Campurkan dalam minum Ceva Campurkan dalam minum

Ayam dipuasakan minum 1-2 jam, sebelum campuran es batu dan cevamune dan vaksin diberikan. Bak penampungan air sangat disarankan diberikan klorin sebanyak 20 gram untuk 4.000 liter air, namun dua hari sebelum dan sesudah vaksinasi dilakukan air minum ayam tidak diberikan klorin atau desinfektan lainnya. Jadwal vaksinasi yang telah ditetapkan perusahaan tidak boleh dirubah oleh peternak tanpa seizin PPL perusahaan. 9). Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan input opersional yang harus disediakan oleh peternak plasma, tenaga kerja di peternakan disebut dengan istilah anak kandang. Hampir seluruh peternak memiliki anak kandang yang bertugas mengurus kandang setiap waktu dan membersihkan segala peralatan kandang. Standar penggunaan tenaga kerja dari perusahaan inti adalah satu orang anak kandang untuk 4.000 ekor ayam. Perhitungan biaya anak kandang yang disepakati perusahaan adalah Rp 150 per ekor. Bayaran tersebut dihitung untuk populasi awal, dan bukan populasi akhir. Selain itu anak kandang juga masih mendapatkan uang makan yang biasanya dianggarkan peternak sebesar Rp 10.000 per harinya. Untuk kegiatan tertentu seperti kegiatan panen dan cuci kandang, anak kandang tersebut masih mendapatkan bayaran tambahan. 10). Input Penunjang Lain Input penunjang lainnya meliputi sekam, gas elpiji/minyak tanah/kayu bakar, deterjen, dan desinfektan. Gas elpiji merupakan bahan bakar yang digunakan untuk menyalakan gasolek. Biasanya kebutuhan gas elpiji kapasitas 50 kg adalah 4-5 tabung untuk 6.000 ekor ayam per periodenya. Sedangkan bagi 12 Hari 19 Hari 91 peternak yang menggunakan kompor semawar dibutuhkan 20 liter minyak tanah untuk setiap kompor. Kayu bakar masih banyak digunakan peternak plasma PT X, jumlah kayu bakar yang dibutuhkan untuk 1.000 ekor ayam adalah dua kubik kayu seharga Rp 62.500. Biaya listrik yang dibutuhkan sesuai dengan jumlah ayam yang dipelihara, biasanya biaya listrik yang dikeluarkan untuk satu ekor ayam adalah Rp 2050 per ekor untuk setiap periode. Semua kandang peternak diberikan sekam padi kering sebagai alas, sekam dipilih karena tidak menimbulkan debu, mudah meresap air, dan harganya relatif murah. Harga sekam kering per karung adalah Rp 3.500-4.000, kebutuhan sekam per 1.000 ekor adalah 35 karung sekam. Deterjen dan desinfektan digunakan peternak untuk membersihkan kandang dan seluruh peralatan produksi. Deterjen disediakan oleh peternak, sedangkan desinfektan sudah disiapkan oleh perusahaan inti. Kegiatan pembersihan kandang dilakukan satu hari setelah proses pemanenan selesai. 5.5.7. Performa (Kinerja) Peternak Plasma Kinerja peternak plasma didasarkan pada nilai rasio kenversi pakan (FCR) dan angka kematian (mortalitas), sedangkan performa secara keseluruhan adalah berdasarkan IP ( Index Performance). Semakin tinggi angka FCR dan mortalitas maka performa ayam semakin buruk, begitupun sebaliknya. Untuk mencapai IP yang baik maka nilai FCR dan angka kematian harus ditekan serendah mungkin, selain performa yang baik, peternak juga akan mendapatkan bonus tambahan dari pihak inti apabila nilai FCR lebih rendah, karena peternak dapat menghemat pakan untuk menghasilkan bobot ayam. Feed Convertion Ratio (FCR) dan Angka Kematian Ayam

Skala usaha yang dijalankan peternak plasma PT X dimulai dari skala sedang hingga skala besar. Skala sedang dengan jumlah ternak ayam antara 2.00010.000 ekor per periode, sedangkan skala besar lebih dari 10.000 ekor per periode. PT X mensyaratkan jumlah ayam yang dipelihara dalam satu periode minimal 2.000 ekor. Sehingga peternak plasmanya terbagi menjadi dua, skala sedang dan besar.

92 Terdapat satu orang peternak yang temasuk peternak skala kecil dengan jumlah ternak 1.500 ekor per periode. Sebetulnya dengan jumlah tersebut peternak tidak bisa menjadi mitra PT X, namun ada pengecualian bagi peternak tersebut karena lokasi kandang yang dimilikinya berdekatan dengan kandang peternak plasma PT X yang lain. Jadwal pengiriman sapronak dan jadwal pemanenannya disatukan dengan rekan peternak mitra tersebut, sehingga tetap efisien dalam ongkos transportasi pengiriman sapronak dan hasil panen. Peternak degan skala usaha 1.500 ekor tetap dimasukkan ke dalam kategori skala usaha sedang. Kinerja peternak plasma PT X dibagi menjadi dua skala I untuk skala sedang, dan skala II untuk skala besar. Terdapat 43 orang peternak yang termasuk dalam skala usaha sedang (skala I). Adapun perincian peternak skala I dapat di lihat pada Lampiran 5. Ratarata jumlah ayam yang diperlihara adalah 4.457 ekor ayam, dengan bobot rata-rata 7.427 kg. Rata-rata kebutuhan pakan peternak skala I adalah 12.114 kg, sehingga rataan nilai FCR yang dihasilkan peternak plasma adalah 1,669.

Angka tersebut masih berada di bawah angka rata-rata FCR standar perusahaan inti yaitu 1,722. Sehingga sebagian besar peternak memperoleh bonus FCR. Dari 43 orang peternak, hanya sembilan peternak yang tidak mendapatkan bonus FCR karena FCR yang dihasilkan lebih tinggi dari standar. Rataan angka kematian ayam 3,79 persen, dan rata-rata ayam dipanen pada umur

33,53 hari. Pada umur tersebut standar angka kematian dari perusahaan adalah 3,70 persen. Sehingga peternak skala I memiliki angka kematian lebih tinggi dari standar perusahaan. Angka kematian melebihi standar menunjukkan performa pemeliharaan yang kurang baik. Terdapat tujuh peternak yang mengusahakan dalam skala II, secara keseluruhan konversi pakan yang dihasilkan oleh peternak skala besar masih di bawah konversi pakan yang distandarkan oleh perusahaan inti. FCR rataan yang dihasilkan adalah 1,698. Angka ini memiliki arti bahwa untuk menghasilkan satu kilogram bobot ayam maka dibutuhkan 1,698 kg pakan. Peternak nomor empat dan enam tidak memiliki FCR di atas standar perusahaan inti, sehingga peternak ini tidak mendapatkan bonus FCR. Nilai FCR terendah diperoleh oleh peternak nomor satu, yaitu 1,589. Angka ini memiliki arti bahwa untuk menghasilkan satu

93 kilogram bobot ayam maka jumlah pakan yang dibutuhkan hanya 1,589 kg. Peternak nomor satu dapat menghemat pakan lebih banyak daripada peternak lain. Perhitungan konversi pakan peternak plasma yang berusaha pada skala II dapat dilihat pada Tabel 33. Tabel 33. Rata-Rata Konversi Pakan (FCR) Skala II

No Jumlah

Ayam (ekor) Total Ayam Dijual (kg) Total konsumsi Pakan (kg) Umur Panen (hari) FCR Aktual FCR Standar 1 10.439 18.064,60 25.400 35,53 1,589 1,744 5,20 2 10.519 17.662,40 30.250 34,17 1,715 1,736 4,56 3 11.663 21.456,10 36.050 34,12 1,681 1,776 2,80 4 11.653 17.554,80 32.550 36,00 1,855 1,687 10,36 5 14.189 21.283,40 35.450 31,88 1,669 1,685 2,19 6 15.194 23.289,00 41.050 34,29 1,763 1,693 1,97 7 14.917 25.554,18 40.550 33,13 1,611 1,743 7,45 12.653 20.694,93 34.471 34,16 1,698 1,723 4,93

Rataan angka kematian yang diperoleh peternak skala besar adalah 4,93 persen. Pada umur panen 34,16 standar angka kematian yang ditetapkan perusahaan adalah 3,55 persen, sehingga rataan angka kematian peternak skala II melebihi standar perusahaan. Angka kematian yang rendah menunjukkan bahwa peternak melakukan pemeliharaan dengan baik. Peternak skala II memiliki angka kematian yang lebih tinggi dari pada skala I, ini berarti pemeliharaan usaha ternak skala I lebih baik.
Mortalitas (%)

94

VI PENDAPATAN USAHA TERNAK


6.1. Biaya Produksi Usaha Ternak Ayam Broiler Komponen biaya yang dikeluarkan pada kegiatan budidaya ayam broiler terdiri dari biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel dalam usaha ternak ini adalah biaya DOC, pakan, obat-obatan, vaksin, vitamin, bahan desinfektan, deterjen, sekam, gas, kayu bakar, minyak tanah, listrik, tenaga kerja, biaya pemanenan, dan biaya pembersihan kandang. Biaya untuk DOC, pakan dan OVK seluruhnya ditanggung oleh pihak inti, namun peternak tetap wajib membayarnya jika telah mendapatkan pembayaran hasil panen. Biaya tetap pada usaha ternak ayam broiler meliputi biaya penyusutan kandang dan biaya penyusutan peralatan. Pada perhitungan biaya produksi akan dibedakan menurut skala usaha. Pembagian skala hanya dua dikarenakan PT X mengelola usaha ternak ayam mulai dari skala sedang (skala I) dan skala besar (skala II). Perincian biaya produksi masing-masing peternak menurut skala usaha dapat dilihat pada Lampiran 6-7. Perhitungan biaya produksi didapatkan dengan merata-ratakan seluruh biaya yang dikeluarkan peternak pada masing-masing skala, dan untuk

mengetahui biaya yang dikeluarkan setiap kilogram bobot ayam hidup dilakukan dengan cara membagi biaya rata-rata dengan rata-rata kilogram bobot ayam yang dihasilkan, dapat dilihat pada Tabel 34. Perhitungan rata-rata bobot ayam yang dihasilkan peternak pada masing-masing skala dapat dilihat pada Lampiran 8. Biaya tetap yang dikeluarkan peternak skala II lebih tinggi dari pada peternak skala I. Semakin besar kandang, maka akan semakin membutuhkan banyak bahan baku pembuatan dan semakin besar pula biaya untuk perbaikan. Namun pada perhitungan biaya penyusutan kandang sangat tergantung pada jenis kandang, dan daya tahan kandang yang dimiliki peternak. Perhitungan biaya penyusutan dapat dilihat pada Lampiran 9. Biaya penyusutan kandang per kilogram bobot ayam lebih murah pada skala II yaitu Rp 117,93, sedangkan skala I mengeluarkan biaya penyusutan kandang sebesar Rp 123,86 per kg bobot badan ayam. Biaya penyusutan peralatan per kilogram bobot ayam pada peternak skala II yaitu Rp 17,93 dibandingkan peternak skala I yaitu Rp 16,93. Hal ini dikarenakan pada peternak skala II lebih banyak menggunakan peralatan yang lebih mahal. Misalnya alat minum hanya 95 memakai alat minum otomatis, sedangkan peternak skala I masih banyak yang menggunakan alat minum manual. Selain itu juga alat pemanas yang digunakan oleh peternak skala II hampir semua menggunakan gasolek, sehingga selain harga gasolek lebih tinggi daripada kompor semawar, peternak juga harus membeli tabung gas elpiji ukuran 50 kg. Peternak skala I mayoritas masih menggunakan kayu bakar sebagai pemanas. Tabel 34. Rata-Rata Komposisi Biaya Produksi Peternak Plasma PT X

Skala I (Skala Sedang) Skala II (Skala Besar) Keterangan Nilai (Rp) Rp/Kg Bobot hidup Nilai (Rp) Rp/Kg Bobot hidup Biaya Tetap Penyusutan Kandang 905.227 123,86 2.440.454 117,93 Penyusutan Peralatan 123.717 16,93 371.041 17,93 Total Biaya Tetap 1.028.717 140,79 2.811.495 135,85 Biaya Variabel DOC 16.277.907 2.227,31 46.500.000 2.246,93 Pakan 59.847.715 8.189,00 169.437.321 8.187,38 OVK 1.118.493 162,62 2.995.098 144,73 Bahan bakar pemanas 680.757 93,15 1.862.000 89,97 Deterjen 13.770 1,88 39.857 1,93 Sekam 558.953 76,48 1.617.143 78,14 Listrik 113.174 15,49 387.143 18,71 Tenaga Kerja 1.284.128 175,71 3.336.190 161,21 Biaya panen 156.936 21,47 438.655 21,20 Cuci kandang 73.023 9,99 141.429 6,83 Lainnya 194.808 26,66 200.000 9,66 Total Biaya Variabel 80.389.665 10.999,76 226.954.836 10.966,69

Total Biaya 81.418.610 11.140,55 229.766.331 11.102,54

Biaya variabel untuk DOC, pakan, dan biaya tenaga kerja merupakan biaya yang paling signifikan daripada biaya variabel lainnya. Jumlah biaya akan semakin besar seiring dengan bertambahnya populasi ayam yang dibudidayakan. Biaya variabel terbesar yang harus dikeluarkan adalah biaya untuk pembelian 96 pakan. Sama halnya dengan beberapa teori yang menyatakan bahwa komponen biaya terbesar dalam usaha ternak ayam broiler adalah pakan. Biaya pakan peternak plasma PT X mencapai 74,4 persen dari seluruh biaya variabelnya baik peternak skala I maupun skala II. Biaya DOC lebih tinggi pada skala II, hal ini disebabkan karena tingkat kematian pada skala II lebih tinggi sehingga biaya per ekor ayam pada saat panen menjadi lebih tinggi daripada skala I. Biaya untuk pakan sedikit lebih tinggi pada skala I, hal ini dikarenakan tingkat kematian ayam yang lebih rendah sehingga membutuhkan kilogram pakan yang lebih banyak. Biaya untuk bahan bakar pemanas lebih besar dikeluarkan oleh peternak skala I. Untuk setiap kilogram bobot ayam terkena biaya bahan bakar pemanas sebesar Rp 93,15, sedangkan peternak skala II Rp 89,97. Hal ini disebabkan karena peternak skala I masih banyak yang menggunakan kayu bakar dan minyak tanah sedangkan peternak skala II menggunakan gas. Biaya pembelian bahan bakar lebih menghemat pada peternak skala besar karena penggunaan gas lebih efisien dari pada penggunaan minyak tanah. Biaya listrik pada skala I lebih rendah, hal ini dikarenakan banyak peternak skala I yang menggunakan air PAM untuk keperluan minum ayam dan kandang. Selain itu, peternak skala I banyak menggunakan peralatan manual seperti galon minum manual yang tidak memerlukan listrik untuk mengoperasikannya. Peternak skala II seluruhnya menggunakan alat minum otomatis, sehingga memerlukan listrik untuk mengoperasikannya. penggunaan listrik terbesar di kandang digunakan untuk menyalakan mesin pompa air. Biaya untuk tenaga kerja pada skala II cenderung lebih murah, hal ini dikarenakan pada skala besar jumlah tenaga kerja dapat dihemat. Sedangkan pada skala kecil atau sedang biasanya terjadi pemborosan tenaga kerja. Sebagai contoh, standar tenaga kerja yang ditetapkan perusahaan inti adalah satu orang untuk menangani 4.000 ekor ayam. Bagi peternak skala sedang yang hanya memelihara 2.000 ekor, maka satu orang tenaga kerja hanya menangani 2.000 ekor saja, padahal masih bisa ditambah populasinya. Biaya lai-lain adalah biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran air PAM, pembelian kapur, dan jamu untuk ayam. Peternak skala I memiliki biaya lain-lain

97 yang besar karena penggunaan air PAM untuk keperluan air di kandang. Biaya untuk air PAM dapat mencapai Rp 1.000.000 per periode untuk kapasitas kandang 3.000 ekor ayam. Secara keseluruhan beternak skala II (skala besar) memiliki biaya yang lebih efisien, hal ini ditunjukkan bahwa peternak skala besar hanya mengeluarkan biaya total Rp 11.102,54 per kilogram bobot hidup ayam, sedangkan peternak skala sedang sebesar Rp 11.140,55. Namun demikian untuk mengelola usaha ternak skala besar dibutuhkan modal yang lebih besar pula. 6.2. Penerimaan Usaha Ternak Ayam Broiler

Penerimaan yang diperoleh oleh peternak plasma berasal dari penjualan ayam besar, bonus dari konversi pakan (FCR) dan bonus pasar, penjualan kotoran ternak, karung bekas pakan, serta penjualan kardus bekas. Bonus FCR akan didapatkan oleh peternak jika menghasilkan nilai FCR lebih rendah atau sama dengan FCR standar perusahaan. Jika berhasil mencapai FCR yang rendah maka peternak akan mendapatkan bonus Rp 50,00 untuk setiap kilogram bobot ayam hidup. Bonus pasar juga secara otomatis akan diterima peternak jika ternyata harga jual ayam di pasar pada saat panen, lebih tinggi dari harga kontrak perusahaan inti. Untuk perhitungan bonus pasar disesuaikan juga dengan perolehan angka FCR, semakin kecil angka FCR maka bonus pasar yang diperoleh akan semakin besar pula, tetapi jika FCR standar perusahaan tidak dapat dicapai maka peternak tetap tidak mendapatkan bonus pasar walaupun harga pasar lebih tinggi daripada harga kontrak. Tabel 35 menunjukkan bahwa total penerimaan peternak skala I adalah Rp 87.074.220 untuk jumlah rata-rata ayam 4.457 ekor, sedangkan penerimaan total peternak skala II adalah Rp 245.021.945 untuk rata-rata jumlah ayam 12.653 ekor. Untuk peternak skala I penerimaan total untuk setiap ekornya adalah Rp.19.536, sedangkan untuk peternak skala II penerimaan total untuk setiap ekornnya adalah Rp 19.364. Sehingga harga ayam pada skala I dihargai sedikit lebih tinggi daripada ayam skala besar. Begitupun dengan harga per kilonya, peternak pada skala I menerima harga yang lebih tinggi yaitu sebesar Rp 11.914,41 dari pada peternak skala II yang hanya menerima harga Rp 11.839,71. Perbedaan penerimaan per kilogram ayam dari kedua skala peternak tidak jauh berbeda.

98 Tabel 35. Komposisi Penerimaan Usaha Peternak Plasma Pada Setiap Skala Skala I Skala II

Keterangan NIlai (Rp) Rp/Kg bobot hidup Nilai (Rp) Rp/Kg bobot hidup Penjualan ayam besar 85.556.434 11.706,73 242.116.881 11.669,33 Bonus FCR 300.495 41,12 671.201 32,43 Bonus Pasar 663.009 90,72 716.448 34,62 Penjualan karung 359.344 49,17 1.027.071 49,63 Penjualan kotoran ternak 179.244 24,53 457.143 22,09 Penjualan kardus 15.694 2,15 33.200 1,06 Total penerimaan 87.074.220 11.914,41 245.021.945 11.839,71

Penerimaan dari usaha ternak yang utama adalah penerimaan dari hasil penjualan ayam, hasil penjualan ayam sangat tergantung pada bobot badan ayam yang dihasilkan. Apabila dapat mencapai bobot yang tinggi, disertai penggunaan pakan yang lebih hemat maka peternak akan mendapatkan hasil penjualan yang baik. Jadwal panen yang berbeda menyebabkan harga yang berlaku di pasaran pada saat pemanenan juga berbeda, hanya terdapat dua peternak pada skala II yang memperoleh bonus pasar, sedangkan petenak skala I lebih banyak yang mendapatkan bonus pasar, sehingga dapat menambah sumber penerimaan. 6.3. Pendapatan Usaha Ternak Ayam Broiler Pendapatan usaha ternak ayam broiler adalah selisih penerimaan total dengan pengeluaran total selama proses produksi. Perhitungan pendapatan usaha ternak ayam pada skala I adalah untuk rata-rata 4.457 ekor, sedangkan peternak skala II rata-rata jumlah ayam adalah 12.653 ekor. Perhitungan pendapatan dapat dilihat pada Tabel 36.

99 Tabel 36. Pendapatan Usaha Ternak Ayam Broiler Pada Peternak Skala I dan Skala II

Skala I Skala II Keterangan NIlai (Rp) Rp/Kg bobot hidup Nilai (Rp) Total Biaya (a) 81.418.610 11.140,55 229.766.331 11.102,54 Total penerimaan (b) 87.074.220 11.914,41 245.021.945 11.839,71 Total Pendapatan (b-a) 5.655.610 773,86 15.225.614 737,17 R/C Rasio 1,069 1,069 1,066 1,066 Tabel 36 menunjukkan bahwa pendapatan yang diterima oleh peternak skala I adalah Rp 5.655.610 untuk 4.457 ekor ayam atau sebesar Rp 773,86 per kg bobot hidup ayam. Pendapat peternak skala I lebih besar daripada pendapatan yang diperoleh oleh peternak skala II yaitu Rp 15.225.614 untuk 12.653 ekor ayam atau sebesar Rp 737,17 per kg bobot hidup ayam. Total biaya yang dikeluarkan peternak skala II memang lebih kecil yaitu hanya Rp 11.102,54 per kg bobot ayam hidup, bila dibandingkan peternak skala I yang mengeluarkan biaya Rp 11.140,55 per kg bobot ayam. Akan tetapi penerimaan peternak skala I lebih tinggi sehingga menghasilkan nilai R/C rasio yang lebih tinggi pula daripada peternak skala II. Usaha ternak skala I menghasilkan nilai rasio R/C sebesar 1,069 yang memiliki arti untuk setiap satu rupiah yang dikeluarkan oleh peternak akan mendapatkan penerimaan sebesar

1,069 rupiah. Penelitian yang dilakukan Deshinta (2006) maupun Siahaan (2005) juga menghasilkan nilai rasio R/C usaha ternak broiler sebesar 1,06-1,08. Untuk mendapatkan perhitungan biaya produksi serta besarnya penerimaan tiap ekor ayam dapat dilakukan dengan membagi biaya dengan rata-rata jumlah ternak ayam yang diusahakan. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 10. Berdasarkan hasil perhitungan, bobot badan per ekor ayam baik skala I maupun skala II adalah 1,64 kg. Keuntungan yang diperoleh tiap ekor ayam hanya Rp 1.284,66 untuk peternak skala I, dan Rp 1.205,72 untuk peternak skala II. Keuntungan per ekor dari beternak skala I maupun skala II hanya berbeda sedikit saja, pada kasus ini berarti beternak dengan skala besar tidak menjamin keuntungan yang didapatkan akan lebih besar, justru bisa saja peternak skala kecil Rp/Kg bobot hidup 100 yang mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi. Walaupun usaha ternak dilakukan dalam skala kecil jika dibudidayakan dengan baik dan sesuai prosedur, maka hasil yang didapatkan juga bisa memuaskan. Pendapatan peternak plasma sangat dipengaruhi bagaimana peternak tersebut dapat mengelola ternak ayam dengan sebaik-baiknya, memperhatikan kesehatan ayam agar dapat menekan angka kematian pada ayam, dan menjaga kondisi ayam agar nafsu makan semakin meningkat, sehingga menghasilkan bobot ayam yang berat, tentu disertai dengan penggunaan pakan yang seefisien mungkin. Secara keseluruhan usaha ternak yang dijalankan oleh peternak PT X adalah menguntungkan karena memiliki nilai rasio R/C lebih dari satu. Jika dilihat dari nilai rasio R/C, didapatkan hasil dengan mengusahakan dengan skala besar belum tentu memperoleh pendapatan yang lebih banyak hal ini terbukti bahwa peternak skala besar memiliki nilai rasio R/C yang jumlahnya sedikit lebih kecil yaitu 1,066. 6.4. Proporsi Biaya Input terhadap Total Pengeluaran Untuk melihat proporsi dan kontribusi masing-masing pihak yang mengikuti kemitraan, apakah sudah sebanding antara pihak maka dilakukan pembandingan antara faktor produksi yang dikeluarkan oleh masing-masing pihak. Pada Tabel 37 disajikan proporsi masing-masing biaya faktor produksi. Faktor produksi yang merupakan bagian yang dikeluarkan inti adalah DOC, pakan, dan OVK, sedangkan sisanya adalah faktor produksi yang dikeluarkan oleh peternak plasma. Proporsi tersebut dapat digunakan untuk melihat masing-masing faktor produksi yang dikeluarkan oleh pihak inti dan peternak plasma. Biaya faktor produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan inti mendapatkan porsi yang lebih besar.

101 Tabel 37. Proporsi Biaya Input terhadap Total Pengeluaran

No

Share biaya input Peternak Skala I Peternak Skala II Deskripsi Nilai (Rp) per ekor Persentase thd total biaya (%) Nilai (Rp) per ekor A Biaya Produksi 1 DOC 3.652,21 20,01 3.675,01 20,24 2 Pakan 13.427,80 73,57 13.391,07 73,74 3 OVK 250,95 1,37 236,71 1,30 4 Bahan bakar pemanas 152,73 0,84 147,16 0,81 5 Deterjen 3,08 0,02 3,15 0,02 6 Sekam 125,41 0,69 127,81 0,70 7 Listrik 25,39 0,14 30,59 0,17 8 Tenaga Kerja 288,11 1,58 263,66 1,45 9 Biaya panen 35,21 0,19 34,66 0,19 10 Cuci kandang 16,38 0,09 11,17 0,06 11 Lainnya 43,71 0,24 15,80 0,09 12 Penyusutan kandang 203,10 1,11 192,87 1,06 13 Penyusutan Peralatan 27,75 0,15 29,32 0,16 Total Biaya Produksi 18.251,83 100 18.158,98 100 B Penerimaan 19.536,49 19.364,70 Keuntungan peternak/ekor 1.284,66 1.205,72

Untuk peternak skala I proporsi biaya faktor produksi yang dimiliki oleh pihak inti mencapai 94,95 persen, dan faktor produksi yang dikeluarkan oleh peternak plasma adalah 5,05 persen. Jumlah biaya yang dikeluarkan oleh pihak inti adalah Rp17.330,96 dan biaya yang dikeluarkan peternak adalah Rp 920,87. Sehingga dari penerimaan sejumlah Rp 19.536,49 per ekornya, porsi yang didapatkan oleh perusahaan adalah sejumlah Rp 17.330,96 dan peternak hanya mendapatkan bagian Rp 2.205,53. Penerimaan peternak sejumlah Rp 2.205,53 masih harus dikurangi biaya yang telah dikeluarkan peternak untuk mendapatkan pendapatan Pendapatan bersih yang didapatkan peternak skala I adalah Rp 1.284,66 per ekor.
Persentase thd total biaya (%)

102 Peternak skala II menunjukkan faktor produksi yang dimiliki pihak inti

sebesar 95,28 persen, sehingga bagian peternak plasma hanya 4,72 persen. Porsi yang didapatkan oleh peternak skala II lebih sedikit daripada porsi yang didapatkan peternak skala I. Dari total Penerimaan sejumlah Rp 19.364,70, sebanyak Rp 17.301,87 adalah porsi yang diterima pihak inti, sedangkan peternak hanya menerima pendapatan kotor sebesar Rp 2.062,82 untuk setiap ekor. Biaya yang dikeluarkan peternak skala I adalah 4,72 persen yaitu Rp 857,10 sehingga pendapatan bersih peternak skala I adalah Rp 1.205,72 setiap ekornya. Jika melihat dari perhitungan proporsi biaya produksi, pihak inti mendapatkan jauh lebih banyak dari pada yang dicurahkan oleh peternak plasma. Maka dari itu proporsi penerimaan dari hasil usaha ternak ayam broiler lebih banyak didapatkan oleh pihak inti. Perusahaan inti mendapatkan keuntungan dari selisih penjualan sapronak (DOC, Pakan dan OVK), serta selisih dari penjualan hasil panen peternak plasmanya. Perusahaan inti akan mendapat keuntungan yang besar apabila harga beli sapronak dari produsen lebih rendah daripada harga kontrak yang telah ditetapkan perusahaan inti. Perusahaan inti juga memperoleh keuntungan apabila membeli ayam broiler dari peternak plasmanya dengan harga yang lebih rendah daripada harga pasar. Pihak perusahaan inti juga tetap memperoleh keuntungan dari kerjasama kemitraan karena tidak perlu mengeluarkan biaya untuk investasi lahan, kandang dan biaya tenaga kerja

103

VII ANALISIS KEPENTINGAN-KINERJA DAN KEPUASAN PETERNAK PLASMA TERHADAP ATRIBUT KEMITRAAN
7.1. Penilaian Tingkat Kepentingan dan Kinerja Kemitraan Analisis kepentingan dan kinerja sangat penting untuk diketahui guna mengukur pelayanan yang telah diberikan oleh perusahaan inti. Kinerja yang baik dapat mempengaruhi kepuasan peternak, yang pada akhirnya bermuara pada loyalitas atau kesetiaan peternak untuk tetap bergabung dengan perusahaan inti. Penilaian peternak terhadap kinerja perusahaan dilakukan dengan cara memberikan penilaian secara individu terhadap faktor-faktor yang menentukan kinerja perusahaan inti. Pengukuran secara individu dilakukan terhadap atributatribut kemitraan yang digolongkan menjadi empat bagian, yaitu atribut pelayanan administrasi penerimaan mitra,

pelayanan sarana produksi, pelayanan teknis budidaya, dan pelayanan pasca panen. Keempat golongan atribut tersebut akan dijabarkan secara rinci melalui 17 atribut. 7.1.1. Skor Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut Pelayanan Administrasi Penerimaan Mitra Pengukuran respon peternak terhadap tingkat kepentingan serta kinerja atribut pelayanan administrasi mitra dilihat pada atribut prosedur penerimaan mitra. Keseluruhan penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja akan dinyatakan dengan skor yang menunjukkan tingkat kepentingan dan kinerja menurut pandangan dan pengukuran peternak plasma. Penilaian tingkat kepentingan terdiri dari empat skala yaitu sangat tidak penting (STP), tidak penting (TP), penting (P), dan sangat penting (SP). Sedangkan pengukuran tingkat kinerja terdiri dari sangat tidak baik (STB), tidak baik (TB), baik (B), dan sangat baik (SB). Berdasarkan hasil penilaian peternak plasma terhadap tingkat kepentingan atribut prosedur penerimaan mitra diperoleh skor sebesar 139. Skor ini memiliki arti bahwa atribut prosedur penerimaan mitra dianggap penting oleh peternak. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 38. 104 Tabel 38. Penilaian Peternak Terhadap Tingkat Kepentingan Prosedur Penerimaan Mitra

F%F%F%F% Total STP TP P SP Atribut Skor Prosedur penerimaan mitra 1 2 9 18 40 80 139 Rata-rata tingkat kepentingan 139
F = Frekuensi jawaban responden

Penilaian peternak terhadap tingkat kinerja atau pelaksanaan dari atribut

prosedur penerimaan mitra diperoleh skor sebesar 155. Skor tersebut memiliki arti bahwa secara keseluruhan prosedur penerimaan mitra yang dijalankan oleh pihak perusahaan inti, dinggap baik kinerjanya oleh peternak plasma. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 39. Tabel 39. Penilaian Peternak Terhadap Tingkat Kinerja Prosedur Penerimaan Mitra F%F%F%F% Total STB TB B SB Atribut Skor Prosedur penerimaan mitra 1 2 43 86 6 12 155 Rata-rata tingkat kinerja 155
F= frekuensi jawaban responden

Dalam menjalankan prosedur penerimaan mitra, pihak inti telah memiliki sistem yang jelas. Peternak merasa dilayani dengan baik dan banyak diberikan arahan serta penjelasan mengenai seluruh prosedur kerjasama kemitraan PT X. Selain itu persyaratan untuk bergabung tidak terlalu sulit. Jika peternak tidak memiliki surat tanah, maka surat-surat kendaraan juga diperbolehkan menjadi jaminan, kemudian bagi peternak yang belum memiliki kandang sendiri (berstatus sewa) juga diperbolehkan mengikuti kemitraan, dan pihak inti tidak mensyaratkan pengalaman minimal beternak. Hal ini dilakukan karena PT X ingin memberikan kesempatan kerja bagi peternak yang belum berpengalaman. Setelah bergabung dengan perushaan inti, maka peternak tersebut akan mendapatkan bimbingan dan pengetahuan tentang budidaya ayam broiler. Sehingga pada akhirnya peternak tersebut memiliki pengetahuan mengenai cara beternak yang baik. 105 7.1.2. Skor Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut Pelayanan Sarana Produksi Atribut yang termasuk ke dalam pelayanan sarana produksi adalah penerapan harga kontrak DOC, kualitas DOC, penerapan harga kontrak pakan, kualitas pakan, penerapan harga OVK, kualitas OVK, dan jadwal pengiriman sarana produksi. Berdasarkan hasil penilaian peternak responden terhadap tingkat kepentingan dari atribut pelayanan sarana produksi diperoleh total skor 178,14. Skor tersebut memiliki arti bahwa keseluruhan atribut pelayanan sarana produksi dianggap penting oleh peternak. Atribut-atribut yang menjadi prioritas dapat dilihat pada Tabel 40. Tabel 40. Penilaian Peternak Terhadap Tingkat Kepentingan Atribut Pelayanan Sarana Produksi Berdasarkan pengurutan prioritas dapat dilihat bahwa atribut dengan tingkat kepentingan tertinggi adalah atribut kualitas DOC dengan skor 196 atau dinilai sangat penting oleh peternak. Selanjutnya atribut kualitas pakan dengan skor 190 dan kualitas OVK dengan skor 176 juga dianggap sangat penting. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas sarana produksi merupakan kunci utama dalam budidaya ayam broiler. Penerapan harga kontrak DOC juga sangat penting dengan skor 176. Jadwal pengiriman sarana produksi menjadi prioritas ke empat dengan

F%F%F%F% Total STP TP P SP Atribut Skor Prioritas Penerapan harga kontrak DOC 1 2 22 44 27 54 176 3 Kualitas DOC 4 8 46 92 196 1 Penerapan harga kontrak pakan 3 6 25 50 22 44 169 5 Kualitas pakan 10 20 40 80 190 2 Penerapan harga kontrak OVK 1 2 29 58 20 40 169 5 Kualitas OVK 24 48 26 52 176 3 Jadwal pengiriman sarana produksi 2 4 25 50 23 46 171 4 Rata-rata tingkat kepentingan 178
F= frekuensi jawaban responden

106 nilai skor 171. Penerapan harga kontrak pakan dan OVK juga dianggap sangat penting dengan skor 169. Secara keseluruhan atribut pelayanan sarana produksi dianggap sangat penting oleh peternak plasma. Penilaian peternak terhadap kinerja atau pelaksanaan dari atribut pelayanan sarana produksi diperoleh skor rata-rata 137. Skor ini memiliki arti bahwa secara keseluruhan pelaksanaan dari atribut pelayanan sarana produksi yang telah diberikan oleh pihak inti dinilai sudah baik oleh peternak. Pada Tabel 41 dapat dilihat atribut dengan kinerja tertinggi ditunjukkan oleh atribut penerapan harga kontrak OVK dengan skor 148. Sebanyak 84 persen responden peternak menganggap kontrak harga OVK masih termasuk murah dan tidak jauh berbeda dengan harga pasar. Kualitas OVK dinilai dengan skor 144 yang memiliki arti bahwa peternak menilai OVK yang diberikan pihak perusahaan sudah baik, karena sebagian besar peternak menyatakan tidak perlu membeli obatobatan dari pihak luar untuk menjaga ternak ayamnya dari penyakit. Jadwal pengiriman sarana produksi juga

dinilai sudah baik kinerjanya dengan skor 144. Sebanyak 80 persen peternak mengakui bahwa pihak inti tepat waktu dalam mengirimkan sarana produksi. Tabel 41. Penilaian Peternak terhadap Tingkat Kinerja Dimensi Pelayanan Sarana Produksi

STB TB B SB Atribut F%F%F%F% Total Skor Penerapan harga kontrak DOC 10 20 40 80 140 3 Kualitas DOC 2 4 17 34 31 62 129 5 Penerapan harga kontrak pakan 16 32 34 68 134 4 Kualitas pakan 1 2 28 56 21 42 120 6 Penerapan harga kontrak OVK 5 10 42 84 3 6 148 1 Kualitas OVK 9 18 38 76 3 6 144 2 Jadwal pengiriman sarana produksi 8 16 40 80 2 4 144 2 Rata-rata tingkat kinerja 137
F= frekuensi jawaban responden

Prioritas

107 Kinerja atribut penerapan harga kontrak pakan berada pada prioritas ke empat dengan skor 134, penerapan harga kontrak pakan masih dinilai baik oleh peternak. Begitupun dengan kualitas DOC yang memiliki skor 129 dan masih

dinilai memiliki kinerja yang baik menurut peternak. Atribut kualitas pakan merupakan satu-satunya atribut dalam palayanan sarana produksi yang dinilai kinerjanya tidak baik, karena kualitas pakan yang diberikan perusahaan belum sesuai dengan keinginan peternak. Sebanyak 56 responden menilai pakan yang diberikan perusahaan berkualitas jelek. Mayoritas peternak mengeluhkan jenis pakan yang digunakan perusahaan lebih dari satu jenis, dan menurut peternak hal ini dapat menyebabkan ayam tidak mau makan akibat sering ganti pakan. 7.1.3. Skor Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut Pelayanan Teknis Budidaya Pengukuran respon peternak terhadap tingkat kepentingan serta kinerja dari perusahaan inti dalam kemitraan terhadap pelayanan teknis budidaya dilakukan dengan melihat lima atribut, yaitu pelayanan dan materi bimbingan teknis, frekuensi bimbingan, penerapan standar produksi, ketepatan waktu panen, dan respon terhadap keluhan. Keseluruhan penilaian responden terhadap tingkat kepentingan dan kinerja dari atribut tersebut, dinyatakan dengan skor yang menunjukkan kepentingan dan kinerja atribut tersebut menurut pendapat peternak plasma. Penilaian tingkat kepentingan terhadap keseluruhan atribut pelayanan teknis budidaya, menghasilkan total skor rata-rata 162. Dengan skor rata-rata tersebut menunjukkan bahwa peternak plasma menganggap atribut-atribut pelayanan teknis budidaya adalah penting. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 42. Atribut ketepatan waktu panen dianggap paling penting dengan prioritas utama, yaitu dengan skor 169. Skor tersebut memiliki arti bahwa ketepatan waktu panen adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Hal ini tentu saja beralasan karena jika terjadi keterlambatan dalam waktu panen maka peternak akan mengeluarkan biaya tambahan untuk pakan, dan bisa saja performa ayam yang sudah baik menjadi turun jika waktu panen terlambat dari yang dijadwalkan.

108 Tabel 42. Penilaian Peternak Terhadap Tingkat Kepentingan Dimensi Pelayanan Teknis Budidaya

STP TP P SP Atribut F%F%F%F% Total Skor


Prioritas

Frekuensi bimbingan teknis 2 4 30 60 18 36 166 2 Pelayanan dan materi bimbingan 3 6 35 70 12 24 159 3 Penerapan standar produksi 4 8 34 68 12 24 158 4 Ketepatan waktu panen 1 2 29 58 20 40 169 1

Respon terhadap keluhan 1 2 39 78 10 20 159 3 Rata-rata tingkat kepentingan 162


F= frekuensi jawaban responden

Prioritas kedua adalah atribut frekuensi bimbingan teknis, peternak menganggap atribut ini sangat penting dengan skor 166. Bimbingan merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh peternak, dimana sebagian besar peternak tidak pernah mempelajari ilmu-ilmu beternak sebelumnya. Sehingga peternak mengharapkan banyak tambahan ilmu yang didapatkan dengan bergabung menjadi peternak plasma. Prioritas ketiga adalah atribut pelayanan dan materi bimbingan serta respon terhadap keluhan, atribut ini dianggap penting oleh peternak dengan skor 159. Pelayanan bimbingan yang selama ini diberikan oleh pihak perusahaan adalah bimbingan yang disampaikan oleh para penyuluh lapang perusahaan. Keluhan-keluhan dari peternak disampaikan langsung melalui para penyuluh lapang perusahaan, yang nantinya disampaikan kepada manajemen perusahaan. Atribut penerapan standar produksi juga dianggap penting oleh peternak dengan skor 158. Standar diperlukan untuk memacu semangat dan prestasi para peternak plasma dalam membudidayakan ayam broiler dengan baik dan juga agar hasil panen dapat diterima oleh pasar. Hasil penilaian peternak plasma terhadap tingkat kinerja atribut pelayanan teknis budidaya dapat dilihat pada Tabel 43. Tabel tersebut menunjukkan bahwa atribut tersebut sudah baik kinerjanya dan sesuai dengan keinginan peternak dengan skor rata-rata 147. 109 Tabel 43. Penilaian Peternak Terhadap Tingkat Kinerja Dimensi Pelayanan Teknis Budidaya

STB TB B SB Atribut Frekuensi bimbingan teknis F%F%F%F% Total 4 8 45 90 1 2 147 3 Pelayanan dan materi bimbingan 5 10 41 82 4 8 149 2 Penerapan standar produksi 8 16 39 78 3 6 145 4 Ketepatan waktu panen 6 12 35 70 9 18 153 1 Respon terhadap keluhan 12 24 37 74 1 2 139 5 Rata-rata tingkat kinerja 147
F= frekuensi jawaban responden

Skor

Seluruh atribut yang termasuk dalam pelayanan teknis budidaya dinilai telah memenuhi keinginan peternak plasma. Atribut yang memiliki kinerja paling baik adalah ketepatan waktu panen, karena sebanyak 70 persen responden menilai pihak inti sangat tepat waktu dalam pengiriman sapronak dan 18 responden merasa atribut ketepatan waktu panen dari pihak inti sudah sesuai dengan keinginan. Ketepatan waktu panen dapat dijamin pihak inti karena perusahaan tidak memiliki kendala dalam pemasaran. Selain memiliki langganan para pedagang, pihak inti juga memiliki rumah pemotongan ayam sendiri yang pemasarannya sudah mencapai luar Pulau Jawa. Sehingga apabila hasil panen peternak mengalami kelebihan ( exces supply) tetap dapat ditangani. Setelah proses pemotongan ayam dilakukan dan menghasilkan output berupa karkas daging ayam, maka daging dapat disimpan dalam waktu lama dan dapat dijadikan stok bagi RPA pihak inti. Perusahaan inti juga dapat mengatur penjualan, jika harga di pasar tinggi maka hasil panen ayam banyak dijual ke pasaran, namun apabila harga ayam di pasaran rendah, hampir seluruh hasil panen peternak dipasok ke RPA milik perusahaan inti. Atribut pelayanan dan materi bimbingan diberi skor kinerja sebesar 149 oleh peternak plasma, sebanyak 82 persen responden pelayanan dan materi
Prioritas

110 bimbingan yang diberikan oleh pihak inti sudah baik. Responden banyak mendapatkan pengarahan langsung terutama dari penyuluh lapang perusahaan inti. Frekuensi bimbingan yang dilakukan perusahaan juga dinilai baik oleh peternak. Kunjungan yang dilakukan penyuluh lapang serta kunjungan langsung pihak manajemen dirasakan sudah cukup oleh peternak, karena hampir 90 persen responden menyatakan kinerja atribut frekuensi bimbingan teknis dari perusahaan sudah baik. Atribut penerapan standar produksi diberi skor kinerja sebesar 145, dengan skor tersebut menunjukkan bahwa penerapan standar oleh pihak inti dinilai baik oleh peternak. Beberapa standar yang diterapkan inti dimulai dari persiapan budidaya hingga pemanenan. Sementara atribut respon terhadap keluhan mendapatkan posisi terakhir, sebanyak 74 persen peternak masih menilai baik. Keluhan peternak diterima dengan baik oleh pihak inti, dan diupayakan cara menanganinya. 7.1.4. Analisis Tingkat Kepentingan dan Kinerja Atribut Pelayanan Pasca Panen Selain atribut teknis budidaya, hal yang harus diperhatikan oleh pihak inti adalah pelayanan pasca panen, karena pelayanan pasca panen masih menjadi satu rangkaian dalam kerjasama kemitraan. Beberapa atribut yang termasuk kategori pelayan pasca panen adalah atribut kesesuaian harga jual output (harga ayam), pembayaran hasil panen peternak, pemberian bonus, dan pemberian kompensasi. Tabel 44 menunjukkan bahwa menurut peternak atribut-atribut pelayanan pasca panen dinilai sangat penting dengan skor rata-rata 170. Berdasarkan urutan prioritas kepentingan, dapat dilihat bahwa atribut yang paling penting adalah atribut pembayaran hasil panen peternak yaitu dengan skor 179, skor tersebut melebihi dari skor rata-rata. Sebanyak 60 persen peternak setuju bahwa atribut ini sangat penting, karena pembayaran hasil penen merupakan hal yang sangat dinantikan oleh peternak plasma, dari hasil tersebut akan digunakan untuk membayar biaya-biaya produksi yang masih menunggak dan untuk persiapan

membeli faktor produksi untuk budidaya periode berikutnya.

111 Tabel 44. Penilaian Peternak Terhadap Tingkat Kepentingan Dimensi Pelayanan Pasca Panen

STP TP P SP Atribut F%F%F%F% Total Skor Kesesuaian harga jual output 2 4 30 60 18 36 166 3 Pembayaran hasil panen peternak 1 2 19 38 30 60 179 1 Pemberian bonus 1 2 26 52 23 46 172 2 Pemberian kompensasi 2 4 33 66 15 30 163 4 Rata-rata tingkat kepentingan 170

F= frekuensi jawaban responden

Urutan kedua adalah atribut pemberian bonus dari perusahaan, atribut ini dinilai sangat penting dengan skor 172. Bonus merupakan insentif yang dapat merangsang peternak untuk terus berprestasi dalam melakukan budidaya. Bonus yang diberikan perusahaan tentu tidak diberikan secara cuma-cuma, peternak yang mendapatkan bonus adalah peternak yang memiliki performa yang baik dalam pemeliharaan ayam broiler. Prioritas selanjutnya adalah kesesuaian harga jual output, atribut ini dinilai sangat penting, karena harga jual ayam akan sangat berpengaruh pada pendapatan yang diperoleh peternak. Atribut yang terakhir adalah pemberian kompensasi, sebanyak 66 persen peternak menganggap bahwa kompensasi adalah hal yang penting. Skor kepentingan untuk atribut pemberian kompensasi adalah 163. Peternak menganggap kompensasi sangat penting, karena terkadang dalam mengusahakan ayam broiler terdapat hal-hal atau kejadian yang mungkin tidak terduga, yaitu kejadian yang dapat menimbulkan kerugian bagi peternak. Penilaian peternak plasma secara keseluruhan terhadap tingkat kinerja pelayanan pasca panen diperoleh hasil bahwa atribut-atribut ini dinilai tidak baik dengan skor rata-rata 121. Dapat dilihat pada Tabel 45, atribut kesesuaian harga jual output masih dianggap baik oleh peternak plasma dengan skor 142. Sebanyak 80 persen menganggap harga jual ayam sudah sesuai dengan keinginan peternak. Prioritas 112 Sebanyak 18 persen menjawab harga ayam yang ditetapkan perusahaan terlalu

murah. Tabel 45. Penilaian Peternak Terhadap Tingkat Kinerja Dimensi Pelayanan Pasca Panen

STB TB B SB Atribut Kesesuaian harga jual output F%F%F%F% Total 9 18 40 80 1 2 142 1 Kecepatan pembayaran hasil panen 30 60 18 36 2 4 122 2 Pemberian bonus 1 2 32 64 15 30 2 4 118 3 Pemberian kompensasi 7 14 34 68 8 16 1 2 103 4 Rata-rata tingkat kinerja
F= frekuensi jawaban responden

Skor Atribut kecepatan pembayaran hasil panen diberikan skor 122, dengan skor tersebut peternak menilai kinerja atribut tersebut tidak baik, karena 60 persen peternak merasakan pembayaran yang dilakukan oleh pihak inti terlalu lama. Padahal pembayaran hasil panen akan segera digunakan peternak untuk membeli faktor produksi selanjuntnya. Sebagian besar peternak mengeluhkan hal ini, pembayaran hasil panen yang dijanjikan perusahaan melebihi waktu yang telah disetujui yaitu 10 hari. Pihak perusahaan harus lebih memprioritaskan waktu pembayaran hasil panen apabila penen telah dilakukan. Sebanyak 64 persen peternak menilai kinerja atribut pemberian bonus belum baik, secara keseluruhan skor yang diberikan adalah 118 yang juga memiliki arti bahwa peternak kinerja pihak inti dalam hal pemberian bonus masih kurang baik. Bonus yang diberikan perusahaan hanya akan didapatkan jika hasil panen peternak baik, dimana peternak dapat menghasilkan ayam dengan bobot yang tinggi, namun dengan penggunaan pakan yang lebih hemat. Atribut pemberian kompensasi dinilai belum memenuhi keinginan oleh 68 persen peternak plasma, bahkan 14 persen menyatakan kinerja pihak inti dalam 121
Prioritas

113 memberikan kompensasi sangat tidak baik. Hal ini dikarenakan peternak plasma tidak pernah mendapat kompensasi apapun dari pihak perusahaan inti. Secara keseluruhan untuk atribut pelayanan pasca panen dinilai belum memiliki kinerja yang baik, padahal atribut-atribut pelayanan pasca panen juga sangat penting dalam menjaga agar hubungan kemitraan tetap berjalan dengan lancar. PT X sebaiknya mengevaluasi dan menambahkan pelayanan pasca panen bagi peternak plasma.

7.2. Analisis Kesesuaian Skor Kepetingan dan Kinerja Tingkat kesesuain adalah hasil perbandingan antar nilai kinerja dengan nilai kepentingan. Tingkat kinerja merupakan segala tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau atau perusahaan untuk mengelola dan menjalankan usahanya. Sedangkan tingkat kepentingan merupakan tingkat harapan peternak plasma terhadap pelayanan dari pihak inti. Dengan analisis kesesuaian didapatkan urutan prioritas peningkatan kualitas pelayanan kemitraan. Hasil perhitungan analisis kesesuaian dapat dilihat pada Tabel 46. Dari keseluruhan tingkat kesesuaian, diperoleh gambaran umum bahwa konfirmasi antara kinerja aktual yang diterima peternak dengan harapan peternak, relatif belum terpenuhi karena sebagian besar kinerja atribut kemitraan PT X lebih rendah dibandingkan keinginan peternak plasmanya. Nilai kesesuaian sebesar 100 persen atau lebih menandakan bahwa atribut yang ada sudah sesuai dengan keinginan peternak. Sebagian besar nilai kesesuaian yang dihasilkan kurang dari 100 persen, hal ini mengindikasikan bahwa pelayanan dari PT X masih belum sesuai keinginan peternak plasmanya. Hanya satu atribut yaitu prosedur penerimaan mitra yang dirasakan sesuai dengan harapan peternak.

114 Tabel 46. Skor Kesesuaian Antara Tingkat Kepentingan dengan Kinerja Pada Setiap Atribut

Prioritas Ke Atribut Pelayanan Kemitraan Skor kepentingan Skor kinerja Skor 1 Kualitas Pakan 120 190 63,16 2 Pemberian kompensasi 103 163 63,19 3 Kualitas DOC 129 196 65,82 4 Kecepatan pembayaran hasil panen 122 179 68,16 5 Pemberian bonus 118 172 68,60 6 Harga Kontrak Pakan 134 169 79,29 7 Penerapan harga kontrak DOC 140 176 79,55 8 Kualitas Obat dan Vaksin 144 176 81,82 9 Jadwal pengiriman sarana produksi 144 171 84,21 10 Kesesuaian harga jual output 142 166 85,54 11 Respon terhadap keluhan 139 159 87,42 12 Harga Obat dan Vaksin 148 169 87,57 13 Frekuensi bimbingan teknis 147 166 88,55 14 Ketepatan waktu panen 153 169 90,53

15 Penerapan standar produksi 145 158 91,77 16 Pelayanan dan materi bimbingan 149 159 93,71 17 Prosedur penerimaan mitra 155 139 111,51

7.3. Perhitungan Importance Performance Analysis (IPA) Analisis tingkat kepentingan dan kinerja atau importance performance analysis (IPA) adalah analisis yang dapat digunakan untuk memperoleh informasi penilaian peternak plasma terhadap kinerja pelaksanaan kemitraan yang dilakukan PT X. Dengan analisis ini diharapkan dapat berguna bagi pihak PT X untuk mengetahui hal-hal apa saja yang masih harus ditingkatkan guna mencapai kepuasan peternak plasmanya. Melalui analisis ini dapat pula diketahui apa yang telah dirasakan dan bagaimana penilaian peternak plasma terhadap pelayanan-pelayanan yang telah diberikan oleh pihak inti. Pada pelaksanaan kemitraan, walaupun perusahaan yang memegang kendali akan tetapi pelaksana di lapang adalah peternak, sehingga
Kesesuaian (%)

115 sangat penting bagi perusahaan untuk mengetahui dan mengerti hal apa yang dibutuhkan oleh peternak plasmanya. Hal ini dilakukan agar dapat terjalin sebuah kerjasama yang lebih adil, dan saling menguntungkan bagi kedua belah pihak. Jika rasa keadilan telah didapatkan oleh keduanya, hubungan kemitraan akan terus berlangsung dan peternak dapat merekomendasikan kepada peternak lain untuk bergabung dengan PT X. Berdasarkan hasil rekapan peternak didapatkan rataan skor tingkat kepentingan yang dapat dilihat pada Tabel 47. Tabel 47. Rataan Skor Tingkat Kepentingan Peternak No Atribut Produk Tingkat Kepentingan

3 Kualitas DOC 3,92 5 Kualitas Pakan 3,82 15 Kecepatan pembayaran hasil panen 3,58 2 Penerapan harga kontrak DOC 3,52 7 Kualitas Obat dan Vaksin 3,52 16 Pemberian bonus 3,44 8 Jadwal pengiriman sarana produksi 3,42 4 Harga Kontrak Pakan 3,38 6 Harga Obat dan Vaksin 3,38 12 Ketepatan waktu panen 3,38 9 Frekuensi bimbingan teknis 3,32 14 Kesesuaian harga jual output 3,32 17 Pemberian kompensasi 3,26 10 Pelayanan dan materi bimbingan 3,18 13 Respon terhadap keluhan 3,18 11 Penerapan standar produksi 3,16 1 Prosedur penrimaan mitra perusahaan 2,78 Rata-rata Kepentingan 3,39 Keterangan: 1,00 1,74 = Sangat Tidak Penting 1,75 2,49 = Tidak Penting

2,50 3,24 = Penting 3,25 4,00 = Sangat Penting 116 Seperti yang tercantum pada Tabel 47, dapat dilihat bahwa atribut yang paling penting dirasakan oleh peternak adalah atribut kualitas DOC (3,92). Kualitas DOC dinggap sangat penting oleh peternak, hal ini dikarenakan DOC merupakan salah satu faktor produksi utama dalam budidaya ayam broiler. Setiap ayam pedaging memiliki tujuan untuk cepat tumbuh. Jenis DOC yang terdapat di pasaran sangat beragam, ada bibit yang cepat tumbuh di masa awal dengan banyak konsumsi pakan, ada juga bibit yang cepat tumbuh dengan sedikit konsumsi pakan namun mortalitasnya tinggi. Ada pula bibit yang pertumbuhannya agak lambat, tapi tahan terhadap penyakit. Bibit yang sebaiknya dipilih adalah bibit yang dapat menekan biaya pakan, yaitu bibit yang mampu tumbuh dengan baik tetapi tidak menghabiskan banyak pakan sehingga nilai konversi pakan (FCR) dapat ditekan lebih rendah. Pihak perusahaan harus memilih bibit yang tepat dari produsen bibit agar peternak plasma tidak kecewa. Atribut kualitas yang mendapatkan prioritas kepentingan kedua adalah kualitas pakan, yang dinilai dengan skor 3,82 oleh peternak. Nilai skor tersebut memiliki arti peternak plasma menganggap kualitas pakan merupakan hal yang sangat penting. Berdasarkan penelitian pada peternak PT X, hampir 75 persen biaya terbesar dalam usaha budidaya ayam broiler adalah biaya untuk pakan. Maka dari itu peternak mengharapkan kualitas pakan yang digunakan juga baik agar pertambahan bobot badan ayam sesuai dengan penggunaan pakan. Atribut yang memiliki tingkat kepentingan yang paling rendah adalah atribut prosedur penerimaan menjadi mitra perusahaan, yaitu dengan skor 2,78. Dengan skor tersebut, peternak tetap menganggap bahwa prosedur penerimaan menjadi mitra juga penting untuk dilakukan namun tidak terlalu menjadi prioritas utama. Berdasarkan perhitungan tingkat kinerja dari semua responden peternak, didapatkan hasil bahwa tingkat kinerja terhadap keseluruhan atribut kemitraan adalah 2,74. Skor ini memiliki arti bahwa peternak menilai kinerja yang diberikan perusahaan sudah baik. Dapat dilihat pada Tabel 48.

117 Tabel 48. Rataan Skor Tingkat Kinerja No Atribut Produk Tingkat Kinerja

1 Prosedur penerimaaan mitra perusahaan 3,10 12 Ketepatan waktu panen 3,06 10 Pelayanan dan materi bimbingan 2,98 6 Harga Obat dan Vaksin 2,96 9 Frekuensi bimbingan teknis 2,94 11 Penerapan standar produksi 2,90 7 Kualitas Obat dan Vaksin 2,88 8 Jadwal pengiriman sarana produksi 2,88

14 Kesesuaian harga jual output 2,84 2 Penerapan harga kontrak DOC 2,80 13 Respon terhadap keluhan 2,78 4 Harga Kontrak Pakan 2,68 3 Kualitas DOC 2,58 15 Kecepatan pembayaran hasil panen 2,44 5 Kualitas Pakan 2,40 16 Pemberian bonus 2,36 17 Pemberian kompensasi 2,08 Rata-rata 2,74 Keterangan: 1,00 1,74 = Sangat Tidak Baik 1,75 2,49 = Tidak Baik 2,50 3,24 = Baik 3,25 4,00 = Sangat Baik Tabel 49 menunjukkan bahwa atribut prosedur penerimaaan mitra mendapatkan kinerja yang paling tinggi yaitu 3,10. Pihak perusahaan telah memberikan pelayanan yang baik pada saat awal peternak bergabung menjadi mitra perusahaan. Pihak perusahaan juga cepat melakukan proses administrasi dan memberikan banyak penjelasan mengenai sistem kemitraan perusahaan. Banyak peternak mengakui pihak inti memberikan pelayanan yang ramah dan santun, sehingga peternak merasa dihargai. 118 Atribut ketepatan waktu panen juga dinilai sudah baik oleh peternak dengan skor kinerja 3,06. Pihak perusahaan tepat waktu dalam melakukan proses pemanenan, sehingga peternak dapat mempersiapkan dengan baik karena pemberitahuan tidak dilakukan secara mendadak. Atribut pemberian kompensasi dinilai tidak memiliki kinerja yang baik oleh peternak. Hampir seluruh peternak responden menyatakan tidak pernah mendapatkan kompensasi dari pihak inti. Atribut lain yang juga dirasakan belum memiliki kinerja baik adalah kecepatan pembayaran hasil panen, kualitas pakan, dan pemberian bonus. Atribut-atribut di atas selanjutnya dibagi ke dalam empat kuadran yang mencerminkan kondisi kepentingan dan kinerja dari masing-masing atribut. Matriks IPA terdiri dari empat kuadran, yaitu kuadran I (Prioritas utama), kuadran II (Pertahankan prestasi), kuadran III (Prioritas rendah), dan kuadran IV (Berlebihan). Dengan metode IPA yang menjadi sasaran utama adalah kuadran I, dimana pada kuadran ini memuat atribut-atribut kemitraan yang dianggap penting oleh peternak plasma tetapi pada kenyataannya belum sesuai dengan harapan peternak karena kinerjanya masih dinilai kurang baik. Dengan analisis kuadran dapat diketahui atribut-atribut yang terdapat pada kuadran I, II, III, dan IV serta implikasi terhadap hasil tersebut. Atribut-atribut yang terdapat pada masing-masing kuadran dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Plot Kepentingan Kinerja untuk Analisis Kuadran


4.0 3.8 3.6 3.4 3.2 Tingkat Kepentingan 3.0 2.8
17 16 5 15 3 4

Scatterplot of Tingkat Kepentingan vs Tingkat Kinerja

3.23.02.82.62.42.22.0 Tingkat Kinerja 2.74

Kuadran I Kuadran II
13 2 14 7 9 8 6 11 10

Kuadran IV Kuadran III


12 1

3.39

119 Keterangan: 1 Prosedur Penerimaan menjadi Mitra

2 Penerapan harga kontrak DOC 3 Kualitas DOC 4 Harga Kontrak Pakan 5 Kualitas Pakan 6 Harga Obat dan Vaksin 7 Kualitas Obat dan Vaksin 8 Jadwal pengiriman sarana produksi 9 Frekuensi bimbingan teknis 10 Pelayanan dan materi bimbingan 11 Penerapan standar produksi 12 Ketepatan waktu panen 13 Respon terhadap keluhan 14 Kesesuaian harga jual output 15 Kecepatan pembayaran hasil panen 16 Pemberian bonus 17 Pemberian kompensasi 1. Kuadran I (Prioritas Utama) Atribut-atribut yang terdapat dalam kuadran ini memiliki tingkat kepentingan yang tinggi menurut peternak, namun kinerja yang diberikan

perusahaan inti masih rendah. Implikasinya, atribut-atribut dalam kuadran ini harus diprioritaskan untuk diperbaiki. Atribut yang berada pada kuadran I terdiri dari kualitas DOC, kualitas pakan, Kecepatan pencairan hasil, dan pemberian bonus. a). Kualitas DOC Kualitas DOC merupakan atribut yang sangat penting dalam keberlangsungan usaha ternak broiler. Kualitas DOC yang diinginkan peternak adalah DOC yang pertumbuhannya cepat, memiliki ketahanan terhadap penyakit dan stress sehingga angka mortalitasnya rendah. Hal yang penting dalam kaitannya dengan bibit dan biaya produksi adalah mortalitas, karena angka mortalitas yang tinggi akan sulit untuk menutupi biaya produksi. Karakteristik DOC yang baik adalah DOC yang seragam, seragam dalam artian berat badan, warna bulu, kemudian DOC memiliki bulu yang kering, halus dan menutup tubuh, DOC tampak aktif dan cepat mengenali lingkungan, pusar menutup, kaki bersinar dan berminyak, bebas dari memar, dan tidak ada kelainan 120 anatomi. Biasanya keluhan dari peternak adalah DOC yang mengalami dehidrasi, sehingga kulit kaki tampak kering, kemudian pusar DOC terbuka keluar dan hal ini menyebabkan kotoran mudah masuk ke dalam saluran pencernaan ayam. DOC yang mengalami kelainan biasanya sengaja dimatikan ( culing) karena tidak akan baik pertumbuhannya apabila tetap dipelihara. Pihak perusahaan juga telah berusaha untuk menggantikan kerugian peternak tersebut. Salah satu bentuk penggantian adalah dengan memberikan bonus dua ekor per seratus ekor DOC. Berarti perusahaan menggantikan senilai dua persen untuk DOC yang mati atau diafkir. Diperlukan adanya komunikasi lebih lanjut antara pihak inti dengan plasma. Pihak plasma memang memiliki harapan yang ideal misalnya tidak ada DOC yang afkir atau mati, namun pada kenyataannya tidak ada perusahaan yang dapat menjamin 100 persen bahwa DOC yang diberikan tidak ada yang cacat atau mati. Menurut PT X, peternak dapat melakukan pencatatan dan dokumentasi jika memang terdapat banyak DOC yang mati melebihi dari dua persen. Jika angka kematian DOC melebihi dua persen maka pihak perusahaan siap untuk memberikan kompensasi penggantian sejumlah DOC yang mati. Perusahaan inti tidak memproduksi langsung DOC yang diberikan kepada peternak plasma, melainkan mendapatkan dari produsen. Dengan perkembangan industri yang semakin meningkat, maka semakin berkembang pula para produsen DOC. Hal yang dapat dilakukan oleh pihak perusahaan adalah mencari informasi mengenai strain DOC yang baik, mencari produsen penghasil DOC yang berkualitas baik, dan mendapatkan kesempatan untuk bergabung dengan perusahaan pemasok sebanyak-banyaknya. Hal ini dilakukan agar tidak tergantung pada satu pemasok saja. Saat ini Pihak inti bekerjasama dengan PT Charoen Phokphan dan PT Malindo dengan strain yang digunakan adalah strain Cobb, sedangkan DOC yang dipasok oleh PT Japfa adalah strain Lohman. b). Kualitas Pakan Kualitas pakan yang diberikan perusahaan dianggap belum memenuhi keinginan peternak plasma, keluhan terkait pakan dari pihak peternak adalah penggunaan pakan dengan jenis yang bermacam-macam. Penulis telah mencoba mengkonfirmasikan kepada pihak perusahaan, namun perusahaan menyatakan

121 bahwa pihaknya tidak menggunakan jenis pakan yang berbeda, hanya saja dipasok oleh produsen pakan yang berbeda. Jenis pakan yang digunakan adalah Super 8201, dan DB Crumble 1 yang dipasok oleh PT Jafpa dan Malindo. Sebaiknya pihak peternak plasma diberikan pengertian secara jelas bahwa pihak perusahaan tidak mengganti-ganti jenis pakan melainkan hanya berbeda pemasoknya saja. Pihak perusahaan sendiri tidak dapat memasok hanya dari satu produsen saja agar tidak menjadi tergantung dan dipermainkan oleh produsen pakan, juga untuk mencukupi kebutuhan pakan peternak secara keseluruhan. Keluhan selanjutnya mengenai pakan adalah kualitas pakan transfer yang sudah tidak baik lagi. Pakan transfer adalah sisa pakan dari peternak mitra yang telah panen dan masih memiliki stok pakan di gudang. Stok pakan tersebut akan ditransfer kepada peternak plasma lainnya yang masih memasuki periode pemeliharaan. Hal yang dapat dilakukan oleh pihak perusahaan adalah melakukan pengiriman pakan secara berkala dan diperkirakan dengan kebutuhan serta waktu panen ayam tiba. Sehingga sisa pakan setelah periode panen tidak menumpuk di gudang peternak. Pihak perusahaan dapat mengarahkan kepada peternak bagaimana cara menyimpan pakan dengan baik agar kualitasnya tidak menurun, karena sisa pakan dari satu kandang peternak mitra akan ditransfer ke peternak mitra yang lainnya. Sehingga peternak yang menerima pakan transfer tidak kecewa karena kualitas pakan menurun akibat penanganan yang tidak benar. Sebagian besar peternak plasma PT X tidak memiliki gudang khusus untuk menyimpan pakan. Gudang pakan para peternak masih bersatu dengan bangunan kandang, sehingga dengan mudah terkena udara, atau terkena tetesan hujan jika kandang mengalami kebocoran. c). Kecepatan Pembayaran Hasil Panen Hasil panen akan dibayarkan oleh perusahaan setelah semua surat jalan pakan, DOC, dan OVK, serta surat DO ( Delivery Order) sudah lengkap. Perusahaan sendiri mentargetkan pembayaran hasil panen sampai batas waktu 10 hari, namun dengan batas waktu tersebut masih dirasakan terlalu lama, bahkan pembayaran yang diberikan perusahaan melebihi waktu 10 hari. Hal ini sebaiknya menjadi perhatian perusahaan karena pembayaran hasil panen sangat penting bagi

122 peternak, terutama peternak yang tidak memiliki pekerjaan lain selain usaha ternak ini. Pembayaran hasil panen juga akan segera digunakan untuk membeli persiapan operasional kandang periode selanjutnya. Sebagian besar peternak menginginkan pembayaran hasil panen tidak lebih dari satu minggu saja. d). Pemberian Bonus Atribut pemberian bonus belum memiliki kinerja yang baik menurut peternak, namun hal ini memiliki tingkat kepentingan yang tinggi. Bonus merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi peternak. Peternak merasakan kesulitan untuk mencapai bonus yang ditawarkan oleh perusahaan, dan sendainya bonus didapatkan peternak, jumlah yang didapatkan tidak signifikan. Bonus yang diberikan perusahaan adalah bonus konversi pakan dan bonus pasar. Sebagian besar peternak menganggap bahwa nilai konversi pakan yang

distandarkan perusahaan terlalu sulit dicapai sehingga peternak tidak berhasil mendapatkan bonus. Namun, tidak semua peternak mengeluhkan perihal bonus, beberapa peternak yang berhasil dalam melakukan budidaya merasa sangat puas dengan pemberian bonus dari perusahaan. Sehingga pada kasus ini perlu dikomunikasikan secara bersama-sama dengan peternak bahwa standar bonus yang ditetapkan perusahaan juga masih dapat dicapai peternak, terbukti dengan adanya peternak yang berhasil mendapatkan bonus yang besar karena dapat memelihara ayam dengan baik. 2. Kuadran II (Pertahankan Prestasi) Atribut-atribut yang termasuk dalam kuadran II merupakan atribut-atribut yang diangap penting oleh peternak dan pihak perusahaan telah melaksanakan kinerja sesuai dengan harapan peternak plasma. Terdapat tiga atribut yang termasuk dalam kuadran II, diantaranya atribut penerapan harga kontrak DOC, kualitas obat dan vaksin, dan jadwal pengiriman sarana produksi. Atribut-atribut ini menunjukkan kekuatan dan keunggulan perusahaan menurut pandangan peternak plasmanya, dan harus dipertahankan oleh perusahaan. Penerapan harga kontrak DOC sudah dirasa sesuai dengan keinginan, harga DOC yang tidak dapat dipastikan di pasaran dapat dijamin oleh perusahaan

123 dengan harga yang konstan. Pada saat DOC sulit didapatkan dan harganya naik, pihak peternak tetap mendapatkan kelancaran pasokan DOC dengan harga yang stabil yaitu Rp 3.500 per ekor. Dengan harga sekian, DOC sudah langsung diantar ke lokasi kandang tanpa ditambahkan biaya transportasi. Padahal jika terjadi kekurangan pasokan dari wilayah Yogyakarta, PT X juga mendatangkan pasokan DOC dari Jakarta, yang ditrasnportasikan melalui jalur darat dengan kendaraan khusus pengangkut DOC. Kualitas obat dan vaksin dinilai sudah baik kinerjanya oleh peternak plasma, pihak plasma menyatakan bahwa obat-obatan dan vaksin yang diberikan mampu mengatasi masalah penyakit pada ayam, dan tidak perlu mencari obatobatan kepada pihak luar selain pihak inti. Para peternak juga dapat memesan obat yang tidak disediakan kepada pihak inti, dan nanti pihak inti yang

memesan khusus kepada pemasok obat-batan. Obat dan vaksin banyak dipasok oleh Medion, Biotek dan Ceva.

Perusahaan sudah melaksanakan jadwal pengiriman sarana produksi yang tepat waktu. Pengiriman pakan dan obat-obatan dilakukan sebelum DOC dikirim ke kandang. Jadwal pengiriman yang tepat waktu menandakan bahwa pihak inti mendapatkan pasokan yang lancar dari produsen. Walaupun semua sarana produksi PT X dipasok perusahaan lain, namun PT X memiliki tanggung jawab penuh kepada peternak plasmanya agar dapat menjalankan budidaya ayam sesuai dengan waktunya, yaitu enam periode dalam waktu satu tahun. 3. Kuadran III (Pioritas Rendah) Atribut-atribut pada kuadran ini memiliki tingkat kepentingan yang rendah, dan kinerjanya juga dinilai kurang baik oleh peternak plasma. Perusahaan perlu memperbaiki kinerja dari atribut tersebut untuk mencegah atribut-atribut pada kuadran III bergeser ke kuadran I. Jika atributnya bergeser ke kuadran I, maka akan menjadi suatu kelemahan perusahaan. Atribut-atribut yang terdapat dalam kuadran ini adalah penerapan harga kontrak pakan dan pemberian kompensasi. Peternak menilai penerapan harga kontrak pakan masih belum sesuai dengan keinginan peternak. Peternak menganggap bahwa harga kontrak pakan yang diberikan oleh perusahaan masih dirasa mahal jika dibandingkan dengan

124 harga yang berlaku dipasar. Jika dikaitkan dengan kualitas pakan yang dirasa tidak memuaskan, tentu harga pakan menjadi tidak sebanding dengan kualitasnya. Peternak membayar mahal sedangkan kualitas yang didapatkan rendah, terutama jika peternak hanya mendapatkan pakan transfer dari peternak mitra yang lain, kualitas pakan sudah turun tapi tidak ada pengurangan harga. Pihak perusahaan perlu juga menjelaskan kepada peternak bahwa biaya transportasi pakan sudah termasuk dalam harga pakan tersebut, sehingga apabila harganya berbeda dengan di pasaran masih wajar karena telah dibebankan ongkos transportasi di dalam harga pakan tersebut. Atribut pemberian kompensasi merupakan hal yang dianggap kurang

penting tapi sangat berpotensi untuk bergeser ke kuadran I, karena nilai kepentingannya tidak berbeda jauh dengan nilai kepentingan rata-rata. Atribut pemberian kompensasi masih jauh dari harapan peternak. Hal ini dikarenakan selama bergabung dengan kemitraan PT X, belum pernah ada yang mendapatkan kompensasi khusus. Namun pihak perusahaan menyatakan bahwa setiap peternak mengalami kerugian dan tidak dapat menutupi hutang pakan dan DOC, maka peternak tidak diwajibkan membayar pada periode berikutnya. Pihak perusahaan telah menanggung kerugian karena hutang pakan dan DOC tidak dapat dilunasi dari hasil penjualan ayam. Begitupun peternak yang tidak mendapatkan hasil apaapa dan menaggung kerugian untuk biaya yang telah dikeluarkan selama pemeliharaan, seperti biaya tenaga kerja, sekam, bahan bakar, yang sudah dibayar terlebih dahulu oleh peternak. Pihak perusahaan telah menganggap hal tersebut sebagai kompensasi yang diberikan perusahaan.

Sebagian kecil peternak juga ada yang mengakui bahwa dengan tidak membayar sisa hutang pakan dan DOC pada perusahaan akibat merugi, sudah merupakan kompensasi bagi peternak. Beberapa perusahaan kemitraan lain, jika

peternak mitra mengalami kerugian dan hasil penjualan ayam tidak mampu untuk membayar hutang sapronak dari perusahaan, maka akan dibebankan pada periode berikutnya. Padahal peternak sendiri sudah mengalami kerugian untuk membayar tenaga kerja di kandang, membeli sekam, bahan bakar pemanas, dan biaya operasional lainnya.

125 4. Kuadran IV (Berlebihan) Atribut-atribut yang terdapat dalam kuadran ini memiliki tingkat kepentingan yang rendah menurut peternak plasma, tetapi memiliki kinerja yang baik, sehingga dianggap berlebihan oleh peternak. Atribut yang termasuk dalam kuadran ini adalah atribut prosedur penerimaan mitra, harga obat dan vaksin, frekuensi bimbingan teknis, pelayanan dan materi bimbingan, ketepatan waktu panen, penerapan standar produksi, respon terhadap keluhan, dan kesesuaian harga jual output. Walaupun atribut dalam kuadran ini dianggap berlebihan, tapi tidak ada salahnya jika perusahaan tetap mempertahankannya. Jika perusahaan dapat memberikan lebih dari yang diharapkan peternak, maka akan menjadi suatu kelebihan bagi perusahaan tersebut. Namun kinerja yang sudah diraih pada atribut kuadran IV tidak perlu ditingkatkan lagi, karena hanya akan menyebabkan terjadinya pemborosan sumberdaya. Kelebihan yang terlihat dari PT X adalah komitmen tepat waktu, terutama saat pengiriman sarana produksi dan ketepatan waktu panen. Peternak plasma mengakui bahwa perusahaan inti selalu menjaga komitmen agar tidak mengecewakan mitranya, bahkan pernah perusahaan mengirimkan sarana lebih cepat dari waktu yang dijadwalkan. Harga obat dan vaksin juga dinilai sangat murah oleh peternak, sehingga kinerja terhadap harga OVK dinilai lebih oleh peternak. Frekuensi bimbingan yang dilakukan perusahaan sudah sesuai dengan harapan peternak. Bimbingan melalui PPL yang paling banyak dirasakan oleh peternak. Biasanya PPL mendatangi kandang peternak dalam waktu dua minggu sekali. Penerapan standar produksi perusahaan sudah dinilai baik, standar produksi yang ditetapkan perusahaan adalah standar FCR, mortalitas, dan indeks prestasi peternak. Standar produksi sangat penting agar ayam broiler yang dihasilkan memenuhi kriteria konsumen sehingga dapat diterima pasar. Pelayanan pada saat peternak bergabung menjadi mitra juga dinilai sangat baik, peternak pun mendapatkan pelayanan yang ramah. Kemudian syarat untuk bergabung tidaklah sulit dan tidak melalui persyaratan administrasi yang rumit. Keramahan para karyawan perusahaan juga merupakan hal yang harus

126 diperhatikan, karena dengan pelayanan yang ramah peternak plasma merasa dihargai layaknya seperti saudara. Peternak juga merasakan keluhan-keluhan yang diajukan cukup mendapatkan tanggapan yang baik dari pihak perusahaan. Karena memang tujuan utama dari PT X adalah memberikan kepuasan pada mitra. 7.3. Perhitungan Indeks Kepuasan Peternak Pengukuran terhadap kepuasan peternak sangat diperlukan untuk

mengetahui seberapa besar harapan peternak plasma dapat dipenuhi oleh perusahaan inti. Pengukuran terhadap kepuasan peternak secara keseluruhan didapatkan dengan menghitung Customer Satisfaction Index (CSI), untuk mendapatkan nilai CSI diperlukan nilai rata-rata tingkat kepentingan ( Mean Importance Satisfaction /MIS) dan nilai rata-rata tingkat kinerja (Mean Satisfaction Score /MSS). Berdasarkan hasil perhitungan, dapat dilihat pada Tabel 49, atribut-atribut yang harus ditingkatkan kinerjanya agar indeks kepuasan secara menyeluruh dapat meningkat adalah atribut yang nilai rata-rata tingkat kinerjanya berada kurang dari nilai total weighted (2,74). Atribut-atribut tersebut adalah kualitas DOC, harga kontrak pakan, kualitas pakan, kecepatan pembayaran hasil panen, pemberian bonus, dan pemberian kompensasi. Hasil penilaian yang dilakukan oleh peternak plasma terhadap kinerja PT X didapatkan bahwa tingkat kepuasan secara keseluruhan terhadap kualitas pelayanan perusahaan inti adalah 68,38 persen. Nilai ini berada pada selang 0,660,80 yang memiliki arti secara keseluruhan peternak menganggap puas atas kinerja yang diberikan perusahaan inti.

Meskipun nilai kepuasan berada pada range memuaskan dengan nilai 68,38 persen, harapan peternak yang belum terpenuhi oleh pihak inti masih sebesar 31,62 persen. Pihak perusahaan hendaknya meningkatkan kepuasan dengan memperbaiki kinerja pada atribut-atribut yang dianggap belum baik kinerjanya. Hal ini perlu dilakukan agar PT X mampu bersaing dengan perusahaan kemitraan lainnya mengingat keberadaan perusahaan kemitraan di Yogyakarta sangat banyak dan beberapa diantaranya sudah bertaraf nasional.

127 Tabel 49. Perhitungan Indeks Kepuasan Peternak

No Atribut Produk MIS WF MSS WS 1 Penerimaan menjadi Mitra Perusahaan 2,78 0,05 3,10 0,15 2 Penerapan harga kontrak DOC 3,52 0,06 2,80 0,17 3 Kualitas DOC 3,94 0,07 2,58 0,18 4 Harga Kontrak Pakan 3,40 0,06 2,68 0,16 5 Kualitas Pakan 3,84 0,07 2,40 0,16 6 Harga Obat dan Vaksin 3,40 0,06 2,96 0,17 7 Kualitas Obat dan Vaksin 3,52 0,06 2,88 0,18 8 Jadwal pengiriman sarana produksi 3,42 0,06 2,88 0,17 9 Frekuensi bimbingan teknis 3,32 0,06 2,94 0,17 10 Pelayanan dan materi bimbingan 3,18 0,06 2,98 0,16 11 Penerapan standar produksi 3,16 0,05 2,90 0,16 12 Ketepatan waktu panen 3,40 0,06 3,06 0,18 13 Respon terhadap keluhan 3,18 0,06 2,78 0,15 14 Kesesuaian harga jual output 3,32 0,06 2,84 0,16 15 Kecepatan pembayaran hasil panen 3,58 0,06 2,44 0,15 16 Pemberian bonus 3,46 0,06 236 0,14 17 Pemberian kompensasi 3,28 0,06 2,08 0,12 Jumlah 57,70 2,74 CSI 68,38 Keterangan: MIS = Mean Importance Score MSS= Mean Satisfaction Score WF = Weighted Factors WS = Weighted Score Sebanyak 31,62 persen harapan peternak yang belum terpenuhi dapat juga disebabkan oleh atribut-atribut yang termasuk ke dalam kuadran I pada analisis IPA. Atribut-atribut yang kinerjanya sangat rendah dapat menjadi factor pemicu ketidakpuasan kepada kemitraan PT X. 128

VIII HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN DENGAN KEPUASAN PETERNAK


Untuk melihat apakah terdapat hubungan antara pendapatan peternak dengan tingkat kepuasan peternak terhadap pelaksanaan kemitraan PT X , digunakan uji korelasi rank spearman. Dengan melihat hubungan ini dapat diketahui apakah peternak plasma yang berpendapatan tinggi memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi daripada peternak plasma yang berpendapatan rendah. Pendapatan diukur dari nilai rasio R/C hasil usaha ternak ayam broiler. Sedangkan

tingkat kepuasan didapatkan dari nilai indeks kepuasan (CSI) masing-masing peternak responden. Dapat dilihat pada Lampiran 11. Berdasarkan hasil olahan rank spearman didapatkan nila koefisien korelasi sebesar 0,279. Nilai ini menandakan bahwa terdapat hubungan positif antara pendapatan peternak dengan tingkat kepuasannya terhadap kemitraan, n berkorelasi lemah. Adapun hasil olahan dengan menggunakan program SPSS 17 sebagai berikut.

Pendapatan kepuasan Spearman's rho Pendapatan kepuasan Correlation Coefficient 1.000 .279 Sig. (1-tailed) . .025
*

N 50 50 Correlation Coefficient .279


*

1.000 Sig. (1-tailed) .025 . N 50 50

Hasil uji signifikansi ditunjukkan dengan nilai asimtot signifikan (sig 1tailed), didapatkan nilainya sebesar 0,025. Apabila nilai asimtot signifikan lebih kecil dari nilai a (0,05) maka keputusan yang diambil adalah tolak H . Berdasarkan perhitungan di atas nilai asimtot signifikan lebih kecil dari nilai a. Sehingga disimpulkan tingkat pendapatan peternak berhubungan signifikan terhadap tingkat kepuasannya terhadap pelaksanaan kemitraan pihak inti. Korelasi yang lemah dikarenakan tidak semua peternak dengan tingkat pendapatan yang tinggi merasa puas terhadap pelaksanaan kemitraan PT X.
0

129 Banyak hal lain yang dapat mempengaruhi kepuasan peternak seperti atributatribut kemitraan PT X yang telah dijelaskan pada Bab sebelumnya. Sebagai

contoh, walaupun usaha ternak memiliki nilai rasio R/C yang tinggi, namun jika pelayanan dari pihak inti masih kurang seperti terjadinya keterlambatan dalam pembayaran hasil panen maka peternak tersebut juga akan tetap merasa kecewa terhadap perusahaan inti.

Hubungan yang signifikan menyatakan ada kecenderungan peternak yang mendapatkan penghasilan usaha yang tinggi memiliki rasa kepuasan yang lebih tinggi terhadap pelayanan kemitraan PT X, namun sebagian besar peternak responden tidak menilai kepuasan hanya berdasarkan pendapatan yang diperolehnya saja. Selain ingin memperoleh pendapatan yang baik, peternak juga ingin mendapatkan pelayanan yang baik dan sesuai dengan komitmen dalam perjanjian kemitraan PT X. Jika hal tersebut dapat dilakukan perusahaan inti, maka kepuasan peternak plasma dapat tercapai dan hubungan kemitraan dapat

terus berjalan.

130 9.1. Kesimpulan

IX KESIMPULAN DAN SARAN


PT X merupakan perusahaan agribisnis peternakan yang bergerak dalam usaha budidaya ayam broiler melalui pola kemitraan inti plasma. Karakteristik peternak plasma PT X berjenis kelamin laki-laki (94 persen), berusia 25-35 tahun (54 persen), pendidikan SMA (52 persen), dengan jumlah tanggungan keluarga 12 orang (42 persen). Mayoritas peternak memelihara sejumlah kurang dari 10.000 ekor ayam, memiliki kandang dengan status kepemilikan pribadi, dan memiliki pekerjaan lain di luar usaha ternak ayam broiler. Hal yang menjadi pertimbangan utama bergabung dengan PT X

adalah mengharapkan adanya peningkatan keuntungan. Para peternak plasma mendapatkan informasi mengenai kemitraan PT X langsung dari pihak perusahaan.

Sebagian besar peternak mendapatkan keuntungan dari usaha ternak ini, antara peternak dengan skala besar (skala II) dan skala sedang (skala I) tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam perolehan pendapatan. Nilai rasio R/C peternak skala besar adalah 1,066 sedangkan peternak skala sedang adalah 1,069. Peternak dengan skala besar mengeluarkan biaya produksi sedikit lebih murah, namun hanya sedikit peternak skala besar yang memperoleh bonus. Peternak skala sedang sebagian besar memperoleh bonus dari pihak inti, sehingga nilai rasio R/C peternak skala sedang lebih tinggi daripada peternak skala besar. Berdasarkan hasil analisis kuadran kinerja dan kepentingan, didapatkan beberapa atribut yang memiliki tingkat kepentingan yang tinggi akan tetapi kinerjanya dinilai masih rendah oleh peternak plasma. Atribut-atribut tersebut antara lain atribut kualitas DOC, kualitas pakan, kecepatan pencairan hasil panen, dan pemberian bonus. Hasil analisis kesesuaian juga menunjukkan keempat atribut tersebut memiliki nilai kesesuaian yang rendah. Secara keseluruhan peternak plasma merasa puas terhadap kinerja atribut-atribut yang terdapat dalam kemitraan PT X. Hal ini dapat diketahui dari nilai indeks kepuasan peternak sebesar 63,38 persen, dimana nilai ini berada pada skala puas. Tingkat pendapatan peternak berhubungan positif dengan tingkat kepuasannya terhadap pelaksanaan kemitraan PT X. Semakin tinggi pendapatan, 131 maka semakin tinggi tingkat kepuasan peternak plasma terhadap pelaksanaan kemitraan. 9.2. Saran Perusahaan inti perlu memprioritaskan pelayanan yang dirasakan masih kurang oleh peternak plasma, yaitu terkait kualitas DOC, pakan, dan kecepatan pembayaran hasil panen. Walaupun pihak perusahaan tidak memproduksi DOC dan pakan sendiri, akan tetapi di tengah kemajuan usaha peternakan, menyebabkan banyak industri peternakan yang tumbuh dan berkembang. Hal ini memudahkan bagi perusahaan untuk mencari produsen DOC maupun pakan. Pihak perusahaan inti dapat mencari dan menyeleksi dari beberapa produsen

sapronak untuk mencari kualitas sapronak yang terbaik. Pembayaran hasil panen peternak harus menjadi prioritas utama agar peternak tidak kecewa. Pihak perusahaan dapat mengadakan acara pertemuan berkala untuk membahas dan mengevaluasi hasil kerjasama kemitraan yang telah berjalan. Pertemuan yang melibatkan seluruh peternak plasma dengan pihak inti dapat diisi dengan saling mengutarakan masukan atau kehendak dari masing-masing pihak. Pertemuan ini juga dapat mempererat jalinan kerjasama antara perusahaan inti dengan peternak plasma, maupun antar sesama peternak plasma. Pihak perusahaan juga dapat memberikan penghargaan kepada peternak plasma yang telah berhasil dalam melakukan budidaya, sehingga peternak lain mengetahui bahwa dengan standar yang diterapkan saat ini sebenarnya dapat dicapai peternak. Dengan adanya penghargaan bagi peternak berprestasi, maka akan memotivasi peternak lainnya untuk berusaha dengan lebih baik. Bagi penelitian selanjutnya, selain pengukuran tingkat kepentingan dan kinerja juga sebaiknya dilakukan pengukuran terhadap tingkat harapan peternak agar pengukuran kepuasan menjadi lebih tepat. Kemudian melakukan pemisahan untuk atribut bonus FCR, bonus pasar atau bonus kematian agar hasil pengukuran tidak bias.

132

DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2008. Satistik Struktur PDB Nasional. Jakarta: Badan Pusat Statistik. [BPS] Badan Pusat Statistik Propinsi DI Yogyakarta. 2008. DI Yogyakarta dalam Angka 2008 . Yogyakarta : BPS DI Yogyakarta. Bobo J. 2003. Transformasi Ekonomi Rakyat. Jakarta: PT Pustaka Cidesindo. Deshinta M. 2006. Peranan kemitraan terhadap peningkatan pendapatan peternak ayam broiler kasus kemitraan PT Sierad Produce dengan peternak di Kabupaten Sukabumi [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Dinas Pertanian dan Kehutanan. 2005. Laporan Tahunan Subdinas Peternakan. Yogyakarta : Dinas Pertanian dan Kehutanan. Direktorat Pengembangan Usaha. 2002. Pedoman Kemitraan Usaha Agribisnis. Jakarta: Departemen Pertanian.

Direktorat Jenderal Peternakan. 2005. Statistik Peternakan. Jakarta: Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian. Direktorat Jenderal Peternakan. 2008. Statistik Peternakan Tahun 2008. Jakarta: Direktorat Jenderal Peternakan, Departemen Pertanian. Engel JF, Roger DB, Paul WM. 1994. Perilaku Konsumen. Edisi ke enam. Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara. Fadilah R. 2005. Panduan Mengelola Peternakan Ayam Broiler Komersil. Jakarta: AgroMedia Pustaka. Hafsah MJ. 1999. Kemitraan Usaha, Konsepsi dan Strategi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Hernanto F. 1989. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya. Ihsani DW. 2005. Analisis kepuasan konsumen terhadap atribut wisata Cangkuang Garut, Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Irawan H. 2004. 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan. Jakarta: PT ElexMedia Komputindo. Kotler P. 2000. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Prenhallindo. 133 Kusumah M. 2008. Analisis tingkat kepuasan peternak plasma terhadap pola kemitraan Tunas Mekar Farm di Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Nazir M. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Oktaviani RW dan Suryana RN. 2006. Analisis kepuasan pengunjung dan

pengembangan fasilitas agro (Studi kasus di Kebun Wisata Pasirmukti, Bogor). Jurnal Agro Ekonomi 24:41-58. Poultry Indonesia. 2005. Kemitraan unggas, menguntungkan atau merugikan?. Poultry Indonesia Edisi November.

Poultry Indonesia. 2006. Krisis doc menjelang puasa. Poultry Indonesia Edisi Oktober. Priyono BS, Nufus N, Dessy K. 2004. Performan analisis pelaksanaan kemitraan PT Primatama Karya Persada dengan peeternak ayam ras pedaging di Kota Bengkulu. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia 6:11-115. Puspitawati E. 2004. Analisis kemitraan antara PT Pertani (Persero) dengan petani penangkar benih padi di Kabupaten Karawang [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Rangkuti F. 2003. Measuring Consumer Satisfaction: Gaining Customer Relationship Strategy . Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Romdhoni E. 2003. Analisis pendapatan dan tingkat kepuasan peternak terhadap pelaksanaan kemitraan ayam ras di Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Saragih B. 2001. Suara Dari Bogor: Membangun Sistem Agribisnis. Bogor: Yayasan USESE Bekerja sama dengan PT Sucofindo. Sarwanto C. 2004. Kemitraan, produksi dan pendapatan peternak rakyat ayam ras pedaging di Kabupaten Karang Anyar dan Sukoharjo [tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Siahaan JE. 2005. Analisis pendapatan peternak ayam ras pedaging pada pola kemitraan inti-plasma studi kasus kelompok usaha Bintang Resmi di Kabupaten Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Suharno B. 2002. Agribisnis Ayam Ras. Jakarta: Penebar Swadaya. Sumarwan U. 2004. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran . Jakarta : Ghalia Indah. 134 Suratiyah K. 2006. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya. Sutawi. 2006. Peternakan sebagai basis ekonomi. Majalah Poultry Indonesia Edisi November Volume 1:52-53 Tjiptono F. 2001.

Manajemen Jasa. Yogyakarta: Andi. Umar H. 2003. Riset Pemasaran dalam Perilaku Konsumen. Jakarta: PT Gramedia Utama.

135 Lampiran 1. Fluktuasi Harga Ayam dan DOC Broiler

Tanggal Broile < 1,0 kg Broiler 1,01,2 kg Broiler 1,21,4 kg Broiler 1,41,6 kg Broiler 1,61,8 kg Broiler : 1,82,0 kg 01 Sep 2008 17.500 16.500 15.500 - - - 3.900 08 Sep 2008 16.000 14.700 14.500 14.300 14.100 13.900 3.800 15 Sep 2008 16.900 15.500 15.200 15.000 14.800 14.800 3.500 22 Sep 2008 17.000 15.300 15.000 14.800 14.600 14.600 3.000 26 Sep 2008 17.500 15.800 15.500 15.300 15.100 15.100 3.000 06 Okt 2008 17.500 15.800 15.600 15.600 15.600 15.600 3.000 13 Okt 2008 16.500 15.800 15.600 15.400 15.400 15.400 3.000 17 Okt 2008 15.100 14.400 14.200 14.000 13.800 13.600 2.500 22 Okt 2008 15.300 14.900 14.700 14.500 14.300 14.300 2.750 27 Okt 2008 16.600 15.200 15.000 14.700 14.400 14.400 2.800 01 Nov 2008 16.700 15.300 14.600 13.500 12.800 12.600 3.250 08 Nov 2008 16.700 15.600 15.200 14.900 14.600 14.200 3.350 14 Nov 2008 15.700 14.200 13.500 13.300 13.800 14.000 3.400 22 Nov 2008 15.700 14.200 13.500 13.300 13.300 13.300 3.250 29 Nov 2008 11.800 10.300 9.600 9.400 9.300 8.900 3.000 01 Des 2008 12.000 10.600 10.100 9.900 9.700 9.300 3.000 02 Des 2008 11.400 9.900 9.700 9.500 9.300 9.100 1.500 Sumber : Pinsar (2008)

Cjfeed. 2008. Harga harian broiler dan doc. http://cjfeed.co.id/index.php?option=com_content&task=blogcategory&id=47&itemid=127 . [15 Desember 2008] DOC Broiler

137 KUISIONER PENELITIAN


UNTUK MENGETAHUI PENDAPATAN DAN TINGKAT KEPUASAN PETERNAK MITRA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN AYAM BROILER DI YOGYAKARTA
No : Tgl :

Saya Meylani Lestari, mahasiswa Agribisnis IPB sedang melakukan penyusunan skripsi dengan judul Analisis Pendapatan dan Tingkat Kepuasan Peternak Plasma terhadap Pelaksanaan Kemitraan Ayam Broiler PT X di Yogyakarta . Dimohon kesediaan Bapak/Ibu untuk meluangkan waktu untuk mengisi kuisioner ini secara lengkap. Kerahasian saudara sebagai responden terjamin. Atas bantuan dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih.

138
....Tahun ... Kali

. Tahun Mudah dalam penanganannya Pekerjaan utama Pekerjaan sampingan Usaha turun temurun Mudah dikembangkan Cepat memperoleh keuntungan Ingin mendapat bantuan modal Ingin menambah pengetahuan Ingin keuntungan meningkat Ingin mendapat jaminan pasar Risiko usaha ditanggung bersama Lainnya . Tidak ada Ada, sebagai : :

: :

: Petunjuk umum : Isilah/Berilah tanda (v) pada tempat yang sudah disediakan. IDENTITAS RESPONDEN Pengalaman bermitra dengan PT X Berapa kali pernah berganti kemitraan Lama beternak ayam Alasan Beternak Ayam Alasan anda mengikuti kemitraan PT X Adakah pekerjaan lain yang dilakukan selain usaha ternak ini

. Laki-laki Perempuan

. . . Tahun SD SMP SMA Diploma Sarjana Master 0 orang 1 - 2 orang = 1 juta 2 - 3 juta = 5 juta 3 - 5 orang > 5 orang = 1 juta 4 juta

Pernah, selama .Tahun Belum pernah

: : :

Nama Jenis kelamin Alamat Usia

Pendidikan terakhir Jumlah tanggungan keluarga Penghasilan/bulan

Pengalaman bermitra dengan yang lain

Jumlah Harga/unit Total

MODAL KERJA PETERNAK PLASMA PER PERIODE Biaya produksi No Komponen Biaya Peternak Plasma 1 Tenaga kerja keluarga Tenaga kerja luar keluarga 2 Penyusutan kandang dan peralatan

3 Minyak tanah 4 Sekam 5 Listrik 6 Transportasi

No Komponen Biaya Perusahaan Inti Jumlah Harga/unit Total 1 DOC 2 Pakan Starter 3 Pakan Finisher 4 Obat-obatan 5 Vaksin 6 Bahan Kimia 7 Transportasi

Jenis Peralatan Unit Harga Awal (Rp) Nilai Sisa Umur Ekonomi Penyusutan (Rp/tahun) Penyusutan (Rp/periode) Kandang Tempat makan Tempat minum Piringan Lampu Kompor Terpal Gerobak Timbangan Kabel (gulung) Lainya:

Total

139
Biaya penyusutan 4. Keluhan dalam bermitra: 1. Isi perjanjian : . 2. Pelaksanaan isi perjanjian : . 3. Pembayaran : . 5. Apa saran Anda kepada pihak perusahaan. 1. . 2. . 3. . 4. . 6. Manfaat apa yang dirasakan dengan mengikuti kemitraan

.. .. 7. Apakah Anda akan tetap bergabung dengan PT X? Ya Tidak, alasannya .....

Pendapatan dalam satu periode No Variabel Jumlah Keterangan 1 Ayam panen Mortalitas (%) 2 Total berat (Kg) 3 Umur (Hari) 4 Pendapatan lain: 5 Penjualan karung 6 Penjualan kotoran 7 Bonus 8 TOTAL

Tanya Jawab: 1. Pertimbangan utama bergabung dengan PT X? Kemudahan Biokrasi lebih mudah Ikut-ikutan teman Lainnya : 2. Sumber Informasi mengenai PT X? Teman/rekan kerja Keluarga Warga yang beternakTahu sendiri Langsung dari PT X 3. Apakah dalam kemitraan ini Anda mengetahui dan memahami peraturan kemitraan (perjanjian kontrak dengan PT X)? Ya Tidak, alasannya ..

140

TINGKAT KEPENTINGAN DAN KEPUASAN PETERNAK PLASMA


A. Tingkat Kepentingan Di bawah ini terdapat pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan kepentingan atribut dalam kegiatan kemitraan PT X menurut pendapat peternak plasma. Berilah tanda (v) pada kolom jawaban yang Anda pilih. B. Tingkat Kinerja Di bawah ini terdapat pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan kinerja pelaksanaan kemitraan yang telah Anda terima dari PT X. Berilah tanda (v) pada kolom jawaban yang Anda pilih.

KEPENTINGAN KINERJA No. 4 Sangat 3 Baik 2 Tidak Baik 1 Sangat Tidak Baik 4 Sangat Penting 3 Penting 2 Tidak Penting Atribut 1 Sangat Tidak Penting Baik 1 Prosedur penerimaan menjadi mitra 2 Penerapan harga kontrak DOC 3 Kualitas DOC 4 Harga kontrak pakan 5 Kualitas pakan 6 Harga obat dan vaksin 7 Kualitas obat dan vaksin 8 Jadwal pengiriman sarana produksi 9 Frekuensi bimbingan teknis 10 Pelayanan dan materi bimbingan 11 Penerapan standar produksi 12 Ketepatan waktu panen 13 Respon terhadap keluhan 14 Kesesuaian harga jual output 15 Kecepatan pembayaran hasil panen 16 Pemberian bonus 17 Pemberian kompensasi

141 Lampiran 3. Gambar Peralatan dan Kegiatan

Chicken guard

Mobil transportasi DOC

Gasolek (Pemanas)

Panen Ayam

Lokasi Kandang

Ayam Siap Panen

142 Lampiran 4. Nama Peternak dan Skala Usaha


Skala I (1.500-10.000 ekor) Skala II (> 10.000) No Nama DOC Per Periode (ekor) No Nama 1 Turiyat Andi Yulianto 1.500 1 Pudji Utari 11.000 2 Nanang Dwi Marguna 2.000 2 R. Bagus Suharjono 11.000 3 Ndaru Pujono 2.000 3 Satimin 12.000 4 Sumardi 2.000 4 Purnomo 13.000 5 Waluyo 2.000 5 wisma wukir 14.500 6 Bima Arian Wicaksana 2.000 6 Gunawan 15.500 7 Budi Darmawan 2.000 7 Wahyu Tri 16.000 8 Dono Indarto 2.700 9 Joko Priyanto 3.000 10 Mugimin 3.000

11 Timbul Setu 3.000 12 Timan Andy S 3.000 13 Karmidi 3.000 14 Sumadi 3.000 15 Padi 3.000 16 Sardi 3.500 17 Nurkholis 3.500 18 Yanto Legowo 4.000 19 Sukiran 4.000 20 Warto 4.000 21 Eka Yuni M 4.000 22 Tri Yuniarto 4.000 23 Iwandoto 4.000 24 Fajar 4.000 25 Suhardiman 4.500 26 Jumanto 4.500 27 Kurnia Hendra 5.000 28 Mustari 5.000 29 Karep 5.000 30 Jajuli Badarudin 5.500 31 Listyo Agung Wibowo 6.000 32 Amir Syamsudin 6.000 33 Purwanto 6.000 34 Kurnia Hidayat 6.500 35 Fathur Roji 6.500 36 Surono 6.500 37 Anwar 8.000 38 Miah Zulaichah 8.000 39 Harjono 8.500 40 Sutrisno 8.500 41 Son Haji 8.500 42 Hartono 8.500 43 Dewi 10.000 DOC Per Periode (ekor)

143 Lampiran 5. Rata-Rata Konversi Pakan (FCR) dan Tingkat Mortalitas pada Skala I
No Jumlah Ayam (ekor) Total Ayam Dijual (kg) Total Penggunaan Pakan (kg) Umur Panen (hari) FCR aktual FCR

standar (%) 1 1.456 2.321,80 3.650 32,00 1,572 1,709 2,93 2 1.952 3.140,20 5.250 36,00 1,672 1,714 2,40 3 2.000 3.223,00 5.050 32,12 1,567 1,714 0,00 4 1.924 3.273,00 5.500 33,26 1,680 1,737 3,80 5 1.870 2.727,20 4.650 32,00 1,705 1,673 6,50 6 1.967 3.091,60 5.000 31,00 1,617 1,704 1,65 7 1.938 3.497,80 5.750 32,29 1,644 1,765 3,10 8 2.580 4.769,20 7.650 34,00 1,604 1,778 4,44 9 2.956 4.856,00 8100 36,00 1,688 1,722 1,47 10 2.910 4.686,00 7.850 33,46 1,675 1,714 3,00 11 2.907 4.972,20 8.250 34,00 1,659 1,740 3,10 12 2.915 5.079,20 8.700 35,39 1,713 1,748 2,83 13 2.906 4.162,00 7.300 34,49 1,754 1,665 3,13 14 2.825 5.305,00 8.600 35,00 1,621 1,786 5,83 15 2.827 4.854,40 8.100 35,28 1,669 1,743 5,77 16 3.347 4.965,50 8.050 33,00 1,621 1,679 4,37 17 3.343 5.214,80 9.100 33,03 1,745 1,701 4,49 18 3.710 5.200,00 8.500 32,49 1,634 1,657 7,25 19 3.640 5.593,20 8.800 33,00 1,573 1,696 9,00 20 3.724 5.931,60 10.150 33,00 1,711 1,709 6,90 21 3.640 4.945,40 9.250 31,48 1,870 1,646 9,00 22 3.872 6.820,60 12.150 34,31 1,781 1,754 3,20 23 3.876 5.774,00 9.850 32,02 1,706 1,682 3,10 24 3.877 7.120,60 11.500 34,30 1,615 1,776 3,08 25 4.415 6.637,40 10.950 33,06 1,650 1,684 1,89 26 4.366 6.955,40 11.350 33,46 1,632 1,709 2,98 27 4.861 7.999,60 14.150 33,36 1,769 1,724 2,78 28 4.923 9.094,00 15.400 33,73 1,686 1,774 1,49 29 4.837 9.310,40 15.300 35,06 1,643 1,796 3,26 30 5.391 9.353,60 15.900 33,68 1,700 1,748 10,15 31 5.407 9.722,60 15.700 33,16 1,615 1,765 1,69 32 5.908 10.266,60 16.900 31,79 1,653 1,745 1,53 33 5.836 10.473,60 17.500 34,78 1,671 1,762 2,73 34 6.287 10.222,20 16.800 33,79 1,643 1,719 3,28 35 6.346 10.196,60 16.700 32,74 1,636 1,723 2,33 36 6.210 8.993,40 14.950 32,00 1,663 1,672 4,43 37 7.742 12.312,60 20.800 32,60 1,690 1,710 3,23 38 7.660 12.193,00 21.600 34,00 1,772 1,709 4,25 39 8.140 13.980,00 22.350 36,27 1,599 1,743 4,24 40 8.253 12.660,20 20.600 31,33 1,629 1,694 2,82 41 8.407 13.236,80 21.850 32,91 1,651 1,704 1,09 42 8.120 13.470,60 19.100 35,31 1,696 1,715 4,38 43 9.563 15.654,50 26.250 35,79 1,676 1,717 4,29 Rata-rata 4.457 7.308,31 12.114 33,53 1,669 1,722 3,79
Mortalitas

144 Lampiran 6. Perhitungan Usaha ternak Peternak Skala I


DM Ndaru Turiyat AY Nanang Pujono

Sumardi Waluyo Bima AW Budi D Dono Indarto Joko Priyanto Mugimin BIAYA TETAP Penyusutan Kandang 659,722 439,815 439,815 433,333 433,333 416,667 800,000 585,000 770,000 329,861 Penyusutan Peralatan 50,215 65,140 49,556 53,000 53,486 40,167 85,363 61,833 84,650 Total Biaya Tetap 709,938 504,955 489,370 486,333 486,819 456,833 800,000 670,363 831,833 414,511 BIAYA VARIABEL DOC 5,250,000 7,000,000 7,000,000 7,000,000 7,000,000 7,000,000 7,000,000 9,450,000 10,500,000 10,500,000 Pakan 17,702,500 27,615,000 26,563,000 26,675,000 22,552,500 24,250,000 27,887,500 37,102,500 39,285,000 38,072,500 Obat, Vaksin, dan Kimia 388,823 480,913 684,862 633,415 453,385 506,215 516,325 618,232 6,004,955 691,355 Bahan Bakar Pemanas 205,500 262,000 240,000 360,000 262,000 260,000 263,500 196,500 128,571 365,000 Deterjen 4,500 6,500 6,000 6,000 6,000 6,000 6,000 8,100 9,000 9,000 Sekam 200,000 266,667 233,333 266,667 266,667 233,333 266,667 360,000 400,000 400,000 Listrik 60,000 40,000 80,000 40,000 40,000 40,000 80,000 54,000 60,000 60,000 Tenaga Kerja 600,000 550,000 550,000 550,000 550,000 550,000 550,000 742,500 950,000 825,000 Biaya Panen 52,941 70,588 70,588 70,588 70,588 70,588 70,588 95,294 105,000 105,882 Cuci Kandang 50,000 50,000 50,000 80,000 60,000 50,000 60,000 100,000 50,000 50,000 Lainnya 0 600,000 0 0 0 0 0 Total Biaya Variabel 24,514,264 36,341,668 35,477,784 36,281,670 31,261,140 32,966,137 36,700,580 48,727,126 57,492,526 51,078,737 Total Biaya 25,224,202 36,846,623 35,967,154 36,768,003 31,747,959 33,422,970 37,500,580 49,397,489 58,324,360 51,493,248 PENERIMAAN Penjualan Ayam Besar 28,906,410 39,092,350 40,126,350 37,544,583 31,635,520 35,553,400 39,906,400 54,368,880 60,204,688 53,795,280 Bonus FCR 116,886 157,000 161,150 163,650 0 154,580 174,890 238,460 242,800 234,300 Bonus Pasar 626,886 372,094 255,386 0 0 0 235,836 0 802,368 622,980 Penjualan Karung bekas 109,500 157,500 181,800 165,000 135,000 150,000 172,500 229,500 243,000 225,000 Penjualan Kotoran Ayam 50,000 100,000 0 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 Penjualan Kardus 0 0 0 0 8,500 6,400 0 10,500 12,000 24,000 Total Penerimaan (c) 29,809,682 39,878,944 40,724,686 37,973,233 31,879,020 35,964,380 40,589,626 54,947,340 61,604,856 55,001,560 Pendapatan (c-(a+b)) 4,585,480 3,032,321 4,757,532 1,205,230 131,061 2,541,410 3,089,046 5,549,851 3,280,496 3,508,312 R/C Rasio (c/(a+b)) 1.182 1.082 1.132 1.033 1.004 1.076 1.082 1.112 1.056 1.068

145
Timbul Setu Timan AS Karmidi Sumadi Padi Sardi Nurkholis Yanto Sukiran warto BIAYA TETAP Penyusutan Kandang 600,000 791,667 625,000 525,000 645,000 388,889 670,833 293,210 766,667 586,420 Penyusutan Peralatan 73,483 64,000 73,417 62,917 87,646 171,750 43,951 65,667 95,000 54,262 Total Biaya Tetap 673,483 855,667 698,417 587,917 732,646 560,639 714,784 358,877 861,667 640,681 BIAYA VARIABEL DOC 10,500,000 10,500,000 10,500,000 10,500,000 10,500,000 12,250,000 12,250,000 14,000,000 14,000,000 14,000,000 Pakan 40,012,500 42,195,000 35,405,000 41,710,000 39,285,000 39,042,500 44,862,500 41,225,000 42,680,000 49,227,500 Obat, Vaksin, dan Kimia 718,573 676,427 473,267 496,427 496,427 860,321 763,584 771,876 829,646 728,930 Bahan Bakar Pemanas 600,000 536,000 187,500 197,500 197,500 760,000 197,500 750,000 600,000 513,500 Deterjen 9,000 9,000 9,000 9,000 9,000 10,500 6,000 12,000 12,000 12,000 Sekam 400,000 240,000 350,000 240,000 400,000 466,667 466,667 533,333 533,333 466,667 Listrik 60,000 60,000 60,000 60,000 60,000 70,000 70,000 130,000 160,000 80,000 Tenaga Kerja 825,000 825,000 825,000 825,000 825,000 962,500 962,500 1,100,000 1,100,000 1,100,000 Biaya Panen 105,882 195,000 105,882 105,882 105,882 123,529 123,529 0 141,176 141,176 Cuci Kandang 80,000 100,000 50,000 60,000 60,000 80,000 50,000 50,000 60,000 50,000 Lainnya 355,000 0 0 0 0 0 Total Biaya Variabel 53,310,955 55,691,427 47,965,649 54,203,809 51,938,809 54,626,017 59,752,280 58,572,209 60,116,156 66,319,773 Total Biaya 53,984,439 56,547,094 48,664,066 54,791,726 52,671,455 55,186,656 60,467,064 58,931,086 60,977,822 66,960,455 PENERIMAAN Penjualan Ayam Besar 56,803,944 57,902,880 48,195,960 60,360,290 55,340,160 57,337,783 60,095,355 65,624,000 70,099,576 68,094,768 Bonus FCR 248,600 253,960 0 265,250 242,720 248,280 0 260,040 279,660 0 Bonus Pasar 0 0 0 3,477,733 1,790,601 1,082,329 0 900,278 1,545,217 0 Penjualan Karung bekas 247,500 255,000 219,000 255,000 243,000 241,500 270,000 255,000 255,000 300,000 Penjualan Kotoran Ayam 560,000 100,000 50,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 Penjualan Kardus 22,400 0 24,000 9,600 9,600 7,800 22,400 0 16,000 16,000 Total Penerimaan (c) 57,882,444 58,511,840 48,488,960 64,467,873 57,726,081 59,017,692 60,487,755 67,139,318 72,295,453 68,510,768 Pendapatan (c-(a+b)) 3,898,005 1,964,746 -175,106 9,676,147 5,054,626 3,831,036 20,691 8,208,232 11,317,630 1,550,313 R/C Rasio (c/(a+b)) 1.072 1.035 0.996 1.177 1.096 1.069 1.000 1.139 1.186 1.023

146
Eka YM Tri Iwandoto Fajar Suhardiman Jumanto Kurnia Mustari Karep Jajuli B Listyo Amir S BIAYA TETAP Penyusutan Kandang 800,000 833,333 866,667 879,630 989,583 1,031,250 700,000 916,667 1,099,537 1,000,000 2,400,000 1,190,476 Penyusutan Peralatan 128,389 122,579 57,979 316,111 133,056 118,567 171,500 94,444 275,833 172,167 0 184,316 Total Biaya Tetap 928,389 955,912 924,646 1,195,741 1,122,639 1,149,817 871,500 1,011,111 1,375,370 1,172,167 2,400,000 1,374,792 BIAYA VARIABEL DOC 14,000,000 14,000,000 14,000,000 14,000,000 15,750,000 15,750,000 17,500,000 17,500,000 17,500,000 21,000,000 21,000,000 22,000,000 Pakan 51,652,500 58,927,500 47,772,500 55,775,000 53,107,500 55,047,500 68,711,250 74,690,000 74,205,000 77,115,000 82,052,500 82,706,500 Obat, Vaksin, dan Kimia 1,402,994 764,131 521,371 848,594 1,169,292 1,159,126 1,013,292 1,163,142 1,058,592 1,977,061 1,626,640 1,140,769 Bahan Bakar Pemanas 322,500 730,000 324,500 730,000 450,000 450,000 1,089,000 540,000 1,095,000 900,000 1,460,000 720,000 Deterjen 12,000 12,000 12,000 12,000 13,500 13,500 15,000 15,000 15,000 18,000 18,000 16,500 Sekam 533,333 533,333 533,333 466,667 600,000 600,000 525,000 666,667 666,667 700,000 700,000 641,667 Listrik 80,000 80,000 80,000 80,000 90,000 90,000 170,000 175,000 100,000 210,000 0 220,000 Tenaga Kerja 1,100,000 1,100,000 1,100,000 1,100,000 1,237,500 1,237,500 1,375,000 1,500,000 1,375,000 1,650,000 1,650,000 1,512,500 Biaya Panen 141,176 141,176 141,176 141,176 158,824 158,824 176,471 176,471 176,471 211,765 211,765 194,118 Cuci Kandang 80,000 60,000 60,000 50,000 60,000 60,000 80,000 100,000 80,000 80,000 80,000 50,000 Lainnya 0 0 0 50,000 300,000 0 1,000,000 100,000 Total Biaya Variabel 69,324,504 76,348,141 64,544,881 73,253,437 72,636,616 74,566,450 90,955,013 96,526,279 96,271,729 104,861,826 108,898,905 109,202,053 Total Biaya 70,252,893 77,304,053 65,469,527 74,449,178 73,759,254 75,716,266 91,826,513 97,537,390 97,647,100 106,033,992 111,298,905 110,576,845 PENERIMAAN Penjualan Ayam Besar 76,154,386 77,754,840 66,978,400 81,174,840 76,549,134 79,847,992 91,835,408 103,604,954 105,924,421 106,958,416 116,890,038 119,771,737 Bonus FCR 332,610 0 0 365,030 331,870 347,770 0 454,700 465,520 467,680 511,330 486,130 Bonus Pasar 562,941 0 0 0 0 0 0 42,900 0 16,818 3,042,675 3,127,037 Penjualan Karung bekas 319,500 364,500 295,500 345,000 313,500 0 424,500 435,000 450,000 507,000 522,000 465,000 Penjualan Kotoran Ayam 200,000 200,000 200,000 200,000 50,000 337,500 100,000 200,000 300,000 200,000 0 200,000 Penjualan Kardus 16,000 25,600 16,000 25,600 18,000 0 20,000 0 32,000 0 0 22,000 Total Penerimaan (c) 77,585,437 78,344,940 67,489,900 82,110,470 77,262,504 80,533,262 92,379,908 104,737,554 107,171,941 108,149,914 120,966,043 124,071,904 Pendapatan (c-(a+b)) 7,332,544 1,040,887 2,020,373 7,661,292 3,503,250 4,816,996 553,395 7,200,164 9,524,841 2,115,922 9,667,138 13,495,059 R/C Rasio (c/(a+b)) 1.104 1.013 1.031 1.103 1.047 1.064 1.006 1.074 1.098 1.020 1.087 1.122

147
Purwanto Sarju Fathur R Surono Anwar S Miah Z Harjono Sutrisno Son Haji Hartono Dewi BIAYA TETAP Penyusutan Kandang 1,050,000 541,667 595,833 1,408,333 1,444,444 1,666,667 1,700,000 1,869,213 1,112,083 1,629,167 2,000,000 Penyusutan Peralatan 179,500 133,500 187,336 134,389 98,000 202,556 174,750 228,319 141,950 269,792 335,600 Total Biaya Tetap 1,229,500 675,167 783,169 1,542,722 1,542,444 1,869,222 1,874,750 2,097,532 1,254,033 1,898,958 2,335,600 BIAYA VARIABEL DOC 21,000,000 22,750,000 22,750,000 22,750,000 28,000,000 28,000,000 29,750,000 29,750,000 29,750,000 29,750,000 35,000,000 Pakan 84,875,000 81,480,000 80,995,000 72,507,500 100,880,000 104,760,000 117,561,000 99,910,000 105,972,500 112,035,000 127,362,500 Obat, Vaksin, dan Kimia 1,980,401 1,320,260 1,558,379 1,487,164 1,501,526 2,155,127 1,670,724 1,734,627 1,951,106 1,867,236 2,239,699 Bahan Bakar Pemanas 1,460,000 1,500,000 560,000 503,500 774,000 1,460,000 786,000 455,500 1,500,000 2,190,000 2,190,000 Deterjen 18,000 19,500 19,500 19,500 24,000 24,000 25,500 24,000 25,500 25,500 30,000 Sekam 600,000 866,667 758,333 758,333 933,333 525,000 1,133,333 1,011,667 991,667 1,133,333 1,166,667 Listrik 240,000 75,000 227,500 130,000 160,000 160,000 340,000 170,000 255,000 170,000 200,000 Tenaga Kerja 1,650,000 1,787,500 1,787,500 1,787,500 2,200,000 2,200,000 2,337,500 2,337,500 2,337,500 2,337,500 2,750,000 Biaya Panen 211,765 0 229,412 229,412 282,353 282,353 300,000 300,000 300,000 300,000 352,941 Cuci Kandang 60,000 50,000 130,000 120,000 100,000 80,000 100,000 100,000 80,000 140,000 100,000

Lainnya 0 0 500,000 2,160,000 0 0 0 0 0 0 0 Total Biaya Variabel 112,095,166 109,848,927 109,515,624 102,452,909 134,855,212 139,646,480 154,004,057 135,793,294 143,163,273 149,948,569 171,391,807 Total Biaya 113,324,666 110,524,093 110,298,794 103,995,631 136,397,657 141,515,702 155,878,807 137,890,826 144,417,306 151,847,528 173,727,407 PENERIMAAN Penjualan Ayam Besar 119,566,618 117,103,000 121,355,982 108,507,156 141,354,715 140,158,535 172,904,640 145,975,003 151,958,464 154,513,189 181,096,221 Bonus FCR 523,680 511,110 509,560 449,670 312,290 0 669,000 623,000 661,840 673,530 782,725 Bonus Pasar 0 0 1,638,554 83,098 1,109,072 0 3,843,912 0 3,170,450 0 160,209 Penjualan Karung bekas 525,000 504,000 480,000 445,500 615,000 675,000 670,500 633,000 645,000 690,000 817,500 Penjualan Kotoran Ayam 200,000 200,000 200,000 660,000 300,000 200,000 300,000 300,000 300,000 300,000 300,000 Penjualan Kardus 20,000 15,000 26,000 42,250 40,000 32,000 0 27,200 34,000 34,000 40,000 Total Penerimaan (c) 120,835,298 118,333,110 124,210,096 110,187,674 143,731,077 141,065,535 178,388,052 147,558,203 156,769,754 156,210,719 183,196,655 Pendapatan (c-(a+b)) 7,510,632 7,809,017 13,911,302 6,192,043 7,333,420 -450,167 22,509,245 9,667,377 12,352,448 4,363,192 9,469,248 R/C Rasio (c/(a+b)) 1.066 1.071 1.126 1.060 1.054 0.997 1.144 1.070 1.086 1.029 1.055

148 Lampiran 7. Perhitungan Usaha Ternak Peternak Skala II


Pudji Utari Bagus Satimin Purnomo Wisma Gunawan Wahyu Tri BIAYA TETAP Penyusutan Kandang 2,880,952 2,200,000 2,638,889 1,516,667 2,295,833 2,350,833 3,200,000 Penyusutan Peralatan 550,364 239,289 354,844 391,222 524,722 210,125 326,722 Total Biaya Tetap 3,431,317 2,439,289 2,993,733 1,907,889 2,820,556 2,560,958 3,526,722 BIAYA VARIABEL DOC 38,500,000 38,500,000 42,000,000 45,500,000 50,750,000 54,250,000 56,000,000 Pakan 138,710,000 146,741,250 174,842,500 157,867,500 172,140,000 199,092,500 196,667,500 Obat, Vaksin, dan Kimia 2,231,458 1,751,957 2,498,360 3,577,550 4,043,877 3,438,127 3,424,354 Bahan Bakar Pemanas 2,190,000 837,500 2,920,000 1,080,000 3,285,000 961,500 1,760,000 Deterjen 33,000 33,000 36,000 39,000 43,500 46,500 48,000 Sekam 1,283,333 1,283,333 1,600,000 1,733,333 1,691,667 1,808,333 1,920,000 Listrik 770,000 220,000 540,000 260,000 290,000 310,000 320,000 Tenaga Kerja 3,025,000 1,283,333 2,820,000 3,575,000 3,987,500 4,262,500 4,400,000 Biaya Panen 388,235 388,235 423,529 458,824 300,000 547,059 564,706 Cuci Kandang 130,000 120,000 120,000 180,000 160,000 100,000 180,000 Lainnya 0 0 0 0 1,000,000 200,000 Total Biaya Variabel 187,261,027 191,158,609 227,800,389 214,271,207 237,691,544 265,016,519 265,284,560 Total Biaya 190,692,343 193,597,898 230,794,123 216,179,096 240,512,099 267,577,477 268,811,282 PENERIMAAN Penjualan Ayam Besar 223,940,221 202,148,597 244,417,868 218,067,164 245,221,514 268,382,436 292,640,369 Bonus FCR 903,230 883,120 1,072,720 0 561,660 0 1,277,680 Bonus Pasar 4,998,317 0 0 0 0 0 16,818 Penjualan Karung bekas 765000 907,500 1081500 975,000 709,000 1,290,000 1,461,500 Penjualan Kotoran Ayam 0 500,000 400,000 500,000 500,000 800,000 500,000 Penjualan Kardus 0 44,000 38,400 41,600 46,400 62,000 0 Total Penerimaan (c) 230,606,768 204483217.2 247,010,488 219583764 247,038,574 270,534,436 295896367.2 Pendapatan (c-(a+b))

39,914,424 10,885,319 16,216,366 3,404,668 6,526,475 2,956,959 27,085,085 R/C Rasio (c/(a+b)) 1.209 1.056 1.070 1.016 1.027 1.011 1.101

149 Lampiran 8. Rata-Rata Bobot Ayam Peternak Skala I

Nama Bobot Badan Panen (Body Weight) Total Ayam dijual (ekor) Total ayam dijual Turiyat Andi Yulianto 1,59 1.456 2.321,80 Nanang Dwi Marguna 1,61 1.952 3.140,20 Ndaru Pujono 1,61 2.000 3.223,00 Sumardi 1,70 1.924 3.273,00 Waluyo 1,46 1.870 2.727,20 Bima Arian Wicaksana 1,57 1.967 3.091,60 Budi Darmawan 1,80 1.938 3.497,80 Dono Indarto 1,85 2.580 4.769,20 Joko Priyanto 1,64 2.956 4.856,00 Mugimin 1,61 2.910 4.686,00 Timbul Setu 1,71 2.907 4.972,20 Timan Andy Sutikno 1,74 2.915 5.079,20 Karmidi 1,43 2.906 4.162,00 Sumadi 1,88 2.825 5.305,00 Padi 1,72 2.827 4.854,40 Sardi 1,48 3.347 4.965,50 Nurkholis 1,56 3.343 5.214,80 Yanto Legowo 1,40 3.710 5.200,00 Sukiran 1,54 3.640 5.593,20 Warto 1,59

3.724 5.931,60 Eka Yuni Mulyadi 1,36 3.640 4.945,40 Tri Yuniarto 1,76 3.872 6.820,60 Iwandoto 1,49 3.876 5.774,00 Fajar 1,84 3.877 7.120,60 Suhardiman 1,50 4.415 6.637,40 Jumanto 1,59 4.366 6.955,40 Kurnia Hendra 1,65 4.861 7.999,60 Mustari 1,85 4.923 9.094,00 Karep 1,92 4.837 9.310,40 Jajuli Badarudin 1,74 5.391 9.353,60 Listyo Agung Wibowo 1,80 5.407 9.722,60 Amir Syamsudin 1,74 5.908 10.266,60 Purwanto 1,79 5.836 10.473,60 Kurnia Hidayat 1,63 6.287 10.222,20 Fathur Roji 1,61 6.346 10.196,60 Surono 1,45 6.210 8.993,40 Anwar 1,59 7.742 12.312,60 Miah Zulaichah 1,59 7.660 12.193,00 (kg)

150

Harjono 1,72 8.140 13.980,00 Sutrisno 1,53 8.253 12.660,20 Son Haji 1,57 8.407 13.236,80 Hartono 1,66 8.120 13.470,60 Dewi 1,64 9.563 15.654,50 Rata-rata 1,64 4.457 7.308,31

Rata-rata Bobot Ayam Peternak Skala II

Nama Bobot Badan Panen (Body Weight) Total Ayam dijual (ekor) Total ayam dijual Pudji Utari 1,73 10.439 18.064,60 R. Bagus Suharjono 1,68 10.519 17.662,40 Satimin 1,84 11.663 21.456,10 Purnomo 1,51 11.653 17.554,80 wisma wukir 1,50 14.189 21.283,40 Gunawan 1,53 15.194 23.289,00 Wahyu Tri Hermanto 1,71 14.917 25.554,18 Rata-rata 1,64 12.653 20.694,93 (kg)

151 Lampiran 9. Penyusutan Kandang dan Peralatan


No Luas Kandang (m2) Lama Bangunan (Tahun) Daya Tahan Bangunan (Tahun) Biaya Kandang (Rp) Biaya Kandang/ Tahun (Rp) Biaya Kandang/ periode (Rp) Jumlah Ternak (Ekor) 5 150 4 5 19,791,667 3,958,333 659,722 1,500 439.81 3 200 1 10 26,388,889 2,638,889 439,815 2,000 219.91 9 200 1 10 26,388,889 2,638,889 439,815 2,000 219.91 13 200 3 10 26,000,000 2,600,000 433,333 2,000 216.67 30 213 1 10 26,000,000 2,600,000 433,333 2,000 216.67 34 162.5 2 10 25,000,000 2,500,000 416,667 2,000 208.33 36 200 4,800,000 800,000 2,000 400.00 42 270 1 10 35,100,000 3,510,000 585,000 2,700 216.67 1 350 3 10 46,200,000 4,620,000 770,000 3,000 256.67 15 360 15 20 39,583,333 1,979,167 329,861 3,000 109.95 19 350 9 10 36,000,000 3,600,000 600,000 3,000 200.00 22 360 5 10 47,500,000 4,750,000 791,667 3,000 263.89

27 350 2 10 37,500,000 3,750,000 625,000 3,000 208.33 32 300 6 10 31,500,000 3,150,000 525,000 3,000 175.00 43 297 1 10 38,700,000 3,870,000 645,000 3,000 215.00 26 380 10 15 35,000,000 2,333,333 388,889 3,500 111.11 31 350 5 10 40,250,000 4,025,000 670,833 3,500 191.67 16 440 9 30 52,777,778 1,759,259 293,210 4,000 73.30 24 500 9 10 46,000,000 4,600,000 766,667 4,000 191.67 33 350 4 15 52,777,778 3,518,519 586,420 4,000 146.60 40 400 4 10 48,000,000 4,800,000 800,000 4,000 200.00 41 441 2 10 50,000,000 5,000,000 833,333 4,000 208.33 44 400 1 10 52,000,000 5,200,000 866,667 4,000 216.67 49 400 3 10 52,777,778 5,277,778 879,630 4,000 219.91 25 500 3 10 59,375,000 5,937,500 989,583 4,500 219.91 35 450 3 8 49,500,000 6,187,500 1,031,250 4,500 229.17 8 500 2 10 42,000,000 4,200,000 700,000 5,000 140.00 12 450 3 10 55,000,000 5,500,000 916,667 5,000 183.33 38 621 2 10 65,972,222 6,597,222 1,099,537 5,000 219.91 45 648 7 10 63,000,000 6,300,000 1,050,000 5,000 210.00 11 320 1 7 50,000,000 7,142,857 1,190,476 5,500 216.45 7 650 14,400,000 2,400,000 6,000 400.00 10 650 5 12 72,000,000 6,000,000 1,000,000 6,000 166.67 14 357 14 20 65,000,000 3,250,000 541,667 6,500 83.33 17 800 11 20 71,500,000 3,575,000 595,833 6,500 91.67 23 630 3 10 84,500,000 8,450,000 1,408,333 6,500 216.67 20 1100 2 12 104,000,000 8,666,667 1,444,444 8,000 180.56 47 800 5 10 100,000,000 10,000,000 1,666,667 8,000 208.33 2 550 3 10 102,000,000 10,200,000 1,700,000 8,500 200.00 4 600 1 10 112,152,778 11,215,278 1,869,213 8,500 219.91 21 891 6 12 80,070,000 6,672,500 1,112,083 8,500 130.83 46 900 4 10 97,750,000 9,775,000 1,629,167 8,500 191.67 39 1440 7 10 120,000,000 12,000,000 2,000,000 10,000 200.00 6 1200 5 7 121,000,000 17,285,714 2,880,952 11,000 261.90 37 1190 5 10 132,000,000 13,200,000 2,200,000 11,000 200.00 50 1200 1 10 158,333,333 15,833,333 2,638,889 12,000 219.91 29 475 3 15 136,500,000 9,100,000 1,516,667 13,000 116.67 28 1476 5 10 137,750,000 13,775,000 2,295,833 14,500 158.33 48 1600 2 10 141,050,000 14,105,000 2,350,833 15,500 151.67 18 1640 9 10 192,000,000 19,200,000 3,200,000 16,000 200.00 Biaya/ Ekor (Rp)

152
No Jumlah Ternak (Ekor) Pemanas Feeder chick Hanging feeder Biaya Alat Per Periode Tempat minum manual Tempat Minum otomatis Hand spray / power spray Galon Penampu ngan Air Bola Lampu

Lain 5 1,500 0 2,438 8,333 0 23,333 4,167 9,167 2,778 0 50,215 3 2,000 0 5,363 11,167 0 31,111 4,167 10,000 3,333 0 65,140 9 2,000 4,000 0 18,889 15,000 0 0 8,333 3,333 0 49,556 13 2,000 5,333 0 12,467 0 25,000 0 8,333 3,333 0 54,467 30 2,000 0 4,875 13,333 16,000 0 4,167 10,833 2,778 1,500 53,486 34 2,000 0 2,833 4,667 0 18,667 0 9,167 3,333 1,500 40,167 36 2,000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 42 2,700 0 5,363 14,167 6,000 40,000 4,167 10,000 4,167 1,500 85,363 1 3,000 0 5,833 20,000 24,000 0 4,167 10,833 5,000 0 69,833 15 3,000 11,667 650 20,000 24,000 0 0 0 5,000 23,333 84,650 19 3,000 10,417 0 17,400 0 30,000 0 10,667 5,000 0 73,483 22 3,000 0 0 16,667 6,000 24,000 0 11,667 4,167 1,500 64,000 27 3,000 0 6,250 26,667 0 28,000 0 8,333 4,167 0 73,417 32 3,000 0 4,667 12,750 6,000 20,000 4,167 8,333 5,000 2,000 62,917 43 3,000 0 7,313 12,500 8,000 43,333 0 10,833 4,167 1,500 87,646 26 3,500 33,333 0 21,667 0 53,333 50,000 6,750 6,667 0 171,750 31 3,500 0 3,795 8,933 0 16,667 0 7,500 5,556 1,500 43,951 16 4,000 13,333 0 20,000 0 22,500 0 0 6,667 3,167 65,667 24 4,000 12,500 0 26,667 0 40,000 0 7,500 8,333 0 95,000 33 4,000 0 3,795 14,300 0 18,000 4,167 5,833 6,667 1,500 54,262 40 4,000 0 6,500 16,611 0 60,000 27,778 8,333 6,667 2,500 128,389 41 4,000 35,556 4,290 15,000 6,400 28,000 4,167 8,333 6,667 14,167 122,579 44 4,000 0 7,313 16,667 14,000 0 0 10,833 6,667 2,500 57,979 49 4,000 69,444 0 30,000 0 200,000 0 10,000 6,667 0 316,111 25 4,500 13,333 0 30,000 0 62,222 4,167 15,000 8,333 0 133,056 35 4,500 14,583 7,313 26,667 0 53,333 4,167 8,333 8,333 0 122,729 8 5,000 53,667 0 27,500 0 40,000 33,333 8,667 8,333 0 171,500 12 5,000 10,000 0 23,333 33,333 0 4,167 16,667 6,944 0 94,444 38 5,000 44,444 0 33,333 0 148,056 33,333 8,333 8,333 0 275,833 11 5,500 12,000 8,427 40,000 0 71,111 24,444 18,333 10,000 0 184,316 7 6,000 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 6,000 13,333 0 38,833 0 70,000 33,333 16,667 0 0 172,167 45 6,000 38,889 11,500 34,667 0 55,556 22,222 6,667 10,000 0 179,500 14 6,500 22,222 0 13,333 0 45,000 22,222 7,667 9,722 13,333 133,500 17 6,500 10,667 14,625 33,333 7,600 65,000 27,778 16,667 11,667 0 187,336 23 6,500 0 0 24,556 15,000 41,667 4,167 33,333 11,667 0 130,389 20 8,000 0 0 30,000 32,000 0 0 16,667 13,333 6,000 98,000 47 8,000 71,111 2,000 28,889 0 40,000 22,222 11,667 13,333 13,333 202,556 2 8,500 0 17,750 47,333 0 74,667 4,167 18,333 12,500 0 174,750 4 8,500 0 11,375 40,000 0 127,778 4,167 30,000 15,000 0 228,319 21 8,500 26,667 4,950 29,333 0 49,500 4,167 13,333 14,000 0 141,950 46 8,500 80,000 13,125 56,667 0 70,000 4,167 18,333 15,000 12,500 269,792 TOTAL PENYUSUT AN per periode

153 Lampran 10. Rata-rata produksi, biaya dan pendapatan per ekor ayam broiler pada Skala I dan Skala II

Skala medium Skala besar Keterangan Biaya/ekor (Rp) Biaya/ekor (Rp) Pengusahaan (ekor) 4.457 12.653 Bobot per ekor (kg) 1,64 1,64 Biaya produksi Penyusutan kandang 203,10 192,87 Penyusutan peralatan 27,75 29,32 DOC 3.652,21 3.675,01 Pakan 13.427,80 13.391,07 OVK 250,95 236,71 Bahan bakar pemanas 152,73 147,16 Deterjen 3,08 3,15 Sekam 125,41 127,81 Listrik 25,39 30,59 Tenaga Kerja 288,11 263,66 Biaya panen 35,21 34,66 Cuci kandang 16,38 11,17 lainnya 43,71 15,80 Total Biaya (a) 18.251,83 18.158,98 Penjualan ayam besar 19.195,97 19.135,13 Bonus FCR 67,42 53,04 Bonus Pasar 148,75 56,62 Penjualan karung 80,62 81,17 Penjualan kotoran ternak 40,21 36,12 Penjualam kardus 3,52 2,62 Total penerimaan (b) 19.536,49 19.364,70 Keuntungan per ekor 1.284,66 1.205,72 154 Lampiran 11. Tingkat Pendapatan (Rasio R/C) dan Kepuasan Peternak (CSI)

Nama Rasio R/C CSI Peternak Turiyat AY 1,182 68,182 Nanang DM 1,082 70,833 Ndaru Pujono 1,132 64,394 Sumardi 1,033 61,742 Waluyo 1,004 63,258 Bima AW 1,076 58,712 Budi D 1,082 56,439 Dono Indarto 1,112 69,318 Joko Priyanto 1,056 64,394 Mugimin 1,068 53,409 Timbul Setu 1,072 60,606 Timan AS 1,035 43,561 Karmidi 0,996 46,970 Sumadi 1,177 67,424 Padi 1,096 54,167

Sardi 1,069 54,167 Nurkholis 1,000 65,517 Yanto Legowo 1,139 75,431 Sukiran 1,186 57,576 Warto 1,023 61,742 Eka YM 1,104 64,773 Tri Yuniarto 1,013 64,773 Iwandoto 1,031 58,712 Fajar 1,103 70,833 Suhardiman 1,047 63,258 Jumanto 1,064 64,773 Kurnia HC 1,006 56,061 Mustari 1,074 60,985 Karep 1,098 54,545 Jajuli B 1,020 58,712 Listyo AW 1,087 48,864 Amir S 1,122 61,364 Purwanto 1,066 57,197 Sarju 1,071 62,879 Fathur Roji 1,126 55,303 Surono 1,060 50,379 Anwar S 1,054 57,576 Miah Zulaichah 0,997 49,621 Harjono 1,144 60,345 Sutrisno 1,070 52,652 Son Haji 1,086 68,182 Hartono 1,029 53,409 Dewi 1,055 62,879 Pudji Utari 1,209 62,121 Bagus Suharjono 1,056 66,288 Satimin 1,070 51,894 Purnomo 1,016 62,879 Wisma Wukir 1,027 53,788 Gunawan 1,011 62,500 Wahyu Tri 1,101 69,697

155

Anda mungkin juga menyukai