Anda di halaman 1dari 22

NOTASI EKSPONEN EKSPONEN DALAM KIMIA

pH = log [H+] pH (Eksponen Hidrogen) A. Konsep Umum 1. Definisi pH = -log[H+] pOH = -log[OH-] pH + pOH = 14 Besarnya konsentrasi ion H+ dalam larutan disebut derajat keasaman. Untuk menyatakan derajat keasaman suatu larutan dipakai pengertian pH. pH (Eksponen Hidrogen) A. Konsep Umum 1. Definisi pH = -log[H+] pOH = -log[OH-] pH + pOH = 14 2. Dalam larutan berlaku pH < 7 adalah asam, pH = 7 adalaj netral,

pH 3.

> 7 adalah basa.

Untuk air berlaku pH = pOH =7 + KW = [H ][OH ] = 10-14 pKW = 14 B. pH Asam dan Basa

1. Asam Kuat ( = 1) pH = -log[H+] [H+] = [Asam Kuat][Valensi] 2. Asam lemah (0 < < 1) pH = -log[H+] Ka = tetapan ionisasi asam lemah. [Asam] = konsentrasi asam lemah. 3. Basa Kuat pOH [OH-] \4.

= -log[OH-] = [Basa Kuat][Valensi]

Basa Lemah pOH = -log[OH-] Kb = tetapan ionisasi basa lemah. [Basa] = konsentrasi basa lemah. Buffer (Penyangga) 1. Campuran Asam Lemah dengan garamnya Contoh : CH3COOH + CH3COONa. Ka = tetapan ionisasi asam lemah. Valensi = jumlah ion dari sisa asam lemah. 2. Campuran Basa Lemah dengan garamnya Contoh : NH4OH + NH4Cl Kb = tetapan ionisasi basa lemah. Valensi = jumlah ion dari sisa basa lemah. Catatan: Campuran Buffer pH-nya tidak berubah jika diencerkan, ditambahkan sedikit asam atau sedikit basa

C.

D. Hidrolisis 1. Garam dari reaksi Asam Kuat dan Basa Lemah. Contoh : NH4Cl. Hidrolisis parsial -> ASAM

Kh = tetapan hidolisis = . G = konsentrasi garam. Val = valensi garam. 2. Garam dari reaksi Asam Lemah dan Basa Kuat. Contoh : CH3COONa. Hidrolisis pasial -> BASA Kh = tetapan hidolisis = . G = konsentrasi garam. Val = valensi garam. 3. Garam dari reaksi Asam Lemah dan Basa Lemah. Contoh : CH3COONH4. Hidrolisis total (sempurna) Catatan : Garam yang terbentuk dari reaksi Asam Kuat dan Basa Kuat (mosalnya NaCl) tidak mengalami hidrolisis (pH = 7 -> netral)

EKSPONEN DALAM MATEMATIKA Pengertian Eksponen Bentuk an (baca : a pangkat n) disebut bentuk eksponensial atau perpangkatan dengan a disebut basis atau bilangan pokok dan n disebut eksponen atau pangkat. Jika n adalah bilangan bulat positif, maka :

Berdasarkan penjelasan di atas maka berlaku rumus-rumus di bawah ini : Misalkan dan m,n adalah bilangan positif, maka:

Contoh:

Ubahlah bentuk ini Jawab:

dalam bentuk pangkat positif :

2. Fungsi Eksponen dan Grafiknya Fungsi eksponen merupakan pemetaan bilangan real x ke ax dengan a > 0 dan > 0 dan eksponen , maka mempunyai sifat-sifat : Jika a

disebut fungsi

(i) Kurva terletak di atas sumbu x (definit positif) (ii) Mempunyai asimtot datar y = 0 (sumbu x ) (iii) Monoton naik untuk a > 1 (iv) Monoton turun untuk 0 <>

Grafik fungsi eksponen y = ax

(i) y = ax : a > 1

(i) y = ax 0 <>

Contoh: Buatlah grafik dari y = 2x! Jawab: Buatlah tabel yang menunjukkan hubungan antara x dan y = f (x) = 2x . Dalam hal ini pilih nilai x sehingga y mudah ditentukan.

3. Persamaan fungsi Eksponen Ada beberapa bentuk persamaan eksponen, diantaranya adalah:

-F(x)=1 - Untuk f(x) 0 dan f(x) 1, maka f(x) = g(x)

- f ( x ) = -1 asalkan f (x) dan g (x) sama-sama genap atau sama-sama ganjil,

asalkan

>

dan

>

Contoh : Tentukan nilai x supaya Jawab:

4. Pertidaksamaan Eksponen

1. f ( x ) > g ( x ), 0 > 1 2. f ( x ) <> Contoh:

Himpunan bilangan real yang memenuhi pertidaksamaan Jawab:

adalah....

Jadi HP = { x | x > 2 }

EKSPONEN DALAM FISIKA Besarnya konsentrasi ion H+ dalam larutan disebut derajat keasaman.Untuk menyatakan derajat keasaman suatu larutan dipakai pengertian pH. pH = - log [H+] Untuk air murni (25oC): [H+] = [OH-] = 10-7 mol/l pH = - log 10-7 = 7 Atas dasar pengertian ini, ditentukan: - Jika nilai pH = pOH = 7, maka larutan bersifat netral - Jika nilai pH < 7, maka larutan bersifat asam

- Jika nilai pH > 7, maka larutan bersifat basa - Pada suhu kamar: pKw = pH + pOH = 14 Menyatakan pH Larutan Asam Untuk menyatakan nilai pH suatu larutan asam, maka yang paling awal harus ditentukan (dibedakan) antara asam kuat dengan asam lemah. 1. pH Asam Kuat Bagi asam-asam kuat ( a = 1), maka menyatakan nilai pH larutannya dapat dihitung langsung dari konsentrasi asamnya (dengan melihat valensinya). Contoh: 1. Hitunglah pH dari 100 ml larutan 0.01 M HCl ! Jawab: HCl(aq) H+(aq) + Cl-(aq) [H+] = [HCl] = 0.01 = 10-2 M pH = - log 10-2 = 2 2. Hitunglah pH dari 2 liter larutan 0.1 mol asam sulfat ! Jawab: H2SO4(aq) 2 H+(aq) + SO42-(aq) [H+] = 2[H2SO4] = 2 x 0.1 mol/2.0 liter = 2 x 0.05 = 10-1 M pH = - log 10-1 = 1

2.

pH Asam Lemah Bagi asam-asam lemah, karena harga derajat ionisasinya 1 (0 < a < 1) maka besarnya konsentrasi ion H+ tidak dapat dinyatakan secara langsung dari konsentrasi asamnya (seperti halnya asam kuat). Langkah awal yang harus ditempuh adalah menghitung besarnya [H+] dengan rumus [H+] = ( Ca . Ka) dimana: Ca = konsentrasi asam lemah Ka = tetapan ionisasi asam lemah Contoh: Hitunglah pH dari 0.025 mol CH3COOH dalam 250 ml larutannya, jika diketahui Ka = 10-5 Jawab:

Ca = 0.025 mol/0.025 liter = 0.1 M = 10-1 M [H+] = (Ca . Ka) = 10-1 . 10-5 = 10-3 M pH = -log 10-3 = 3

Menyatakan pH Larutan Basa Prinsip penentuan pH suatu larutan basa sama dengan penentuan pH larutam asam, yaitu dibedakan untuk basa kuat dan basa lemah. 1. pH Basa Kuat Untuk menentukan pH basa-basa kuat (a = 1), maka terlebih dahulu dihitung nilai pOH larutan dari konsentrasi basanya. Contoh: a. Tentukan pH dari 100 ml larutan KOH 0.1 M ! b. Hitunglah pH dari 500 ml larutan Ca(OH)2 0.01 M ! Jawab: a. KOH(aq) K+(aq) + OH-(aq) [OH-] = [KOH] = 0.1 = 10-1 M pOH = - log 10-1 = 1 pH = 14 - pOH = 14 - 1 = 13 b. Ca(OH)2(aq) Ca2+(aq) + 2 OH-(aq) [OH-1] = 2[Ca(OH)2] = 2 x 0.01 = 2.10-2 M pOH = - log 2.10-2 = 2 - log 2 pH = 14 - pOH = 14 - (2 - log 2) = 12 + log 2 2. pH Basa Lemah Bagi basa-basa lemah, karena harga derajat ionisasinya 1, maka untuk menyatakan konsentrasi ion OH- digunakan rumus: [OH-] = (Cb . Kb) dimana: Cb = konsentrasi basa lemah Kb = tetapan ionisasi basa lemah Contoh: Hitunglah pH dari 100 ml 0.001 M larutan NH4OH, jika diketahui tetapan ionisasinya = 10-5 ! Jawab: [OH-] = (Cb . Kb) = 10-3 . 10-5 = 10-4 M pOH = - log 10-4 = 4 pH = 14 - pOH = 14 - 4 = 10

Larutan Buffer Larutan buffer adalah:

a. Campuran asam lemah dengan garam dari asam lemah tersebut. Contoh: - CH3COOH dengan CH3COONa - H3PO4 dengan NaH2PO4 b. Campuran basa lemah dengan garam dari basa lemah tersebut. Contoh: - NH4OH dengan NH4Cl Sifat larutan buffer: - pH larutan tidak berubah jika diencerkan. - pH larutan tidak berubah jika ditambahkan ke dalamnya sedikit asam atau basa. CARA MENGHITUNG LARUTAN BUFFER 1. Untuk larutan buffer yang terdiri atas campuran asam lemah dengan garamnya (larutannya akan selalu mempunyai pH < 7) digunakan rumus: [H+] = Ka. Ca/Cg pH = pKa + log Ca/Cg dimana: Ca = konsentrasi asam lemah Cg = konsentrasi garamnya Ka = tetapan ionisasi asam lemah Contoh: Hitunglah pH larutan yang terdiri atas campuran 0.01 mol asam asetat dengan 0.1 mol natrium Asetat dalam 1 1iter larutan ! Ka bagi asam asetat = 10-5 Jawab: Ca = 0.01 mol/liter = 10-2 M Cg = 0.10 mol/liter = 10-1 M pH= pKa + log Cg/Ca = -log 10-5 + log-1/log-2 = 5 + 1 = 6

2. Untuk larutan buffer yang terdiri atas campuran basa lemah dengan garamnya (larutannya akan selalu mempunyai pH > 7), digunakan rumus: [OH-] = Kb . Cb/Cg pOH = pKb + log Cg/Cb dimana: Cb = konsentrasi base lemah Cg = konsentrasi garamnya Kb = tetapan ionisasi basa lemah Contoh: Hitunglah pH campuran 1 liter larutan yang terdiri atas 0.2 mol NH4OH dengan 0.1 mol HCl ! (Kb= 10-5) Jawab:

NH4OH(aq) + HCl(aq) NH4Cl(aq) + H2O(l) mol NH4OH yang bereaksi = mol HCl yang tersedia = 0.1 mol mol NH4OH sisa = 0.2 - 0.1 = 0.1 mol mol NH4Cl yang terbentuk = mol NH40H yang bereaksi = 0.1 mol Karena basa lemahnya bersisa dan terbentuk garam (NH4Cl) maka campurannya akan membentuk Larutan buffer. Cb (sisa) = 0.1 mol/liter = 10-1 M Cg (yang terbentuk) = 0.1 mol/liter = 10-1 M pOH = pKb + log Cg/Cb = -log 10-5 + log 10-1/10-1 = 5 + log 1 = 5 pH = 14 - p0H = 14 - 5 = 9

Hidrolisis Hidrolisis adalah terurainya garam dalam air yang menghasilkan asam atau basa. ADA EMPAT JENIS GARAM, YAITU : 1. Garam yang terbentuk dari reaksi asam kuat dengan basa kuat (misalnya NaCl, K2SO4 dan lain-lain) tidak mengalami hidrolisis. Untuk jenis garam yang demikian nilai pH = 7 (bersifat netral). Garam yang terbentuk dari reaksi asam kuat dengan basa lemah (misalnya NH4Cl, AgNO3 dan lain-lain) hanya kationnya yang terhidrolisis (mengalami hidrolisis parsial). Untuk jenis garam yang demikian nilai pH < 7 (bersifat asam). Garam yang terbentuk dari reaksi asam lemah dengan basa kuat (misalnya CH3COOK, NaCN dan lain-lain) hanya anionnya yang terhidrolisis (mengalami hidrolisis parsial). Untuk jenis garam yang demikian nilai pH > 7 (bersifat basa). Garam yang terbentuk dari reaksi asam lemah dengan basa lemah (misalnya CH3COONH4, Al2S3 dan lain-lain) mengalami hidrolisis total (sempurna). Untuk jenis garam yang demikian nilai pH-nya tergantung harga Ka den Kb.

2.

3.

4.

Garam Yang Terbentuk Dari Asam Kuat Dan Basa Lemah Karena untuk jenis ini garamnya selalu bersifat asam (pH < 7) digunakan persamaan: [H+] = Kh . Cg dimana : Kh = Kw/Kb

Kh = konstanta hidrolisis Jika kita ingin mencari nilai pH-nya secara langsung, dipergunakan persamaan: pH = 1/2 (pKW - pKb - log Cg)

Contoh: Hitunglah pH dari 100 ml larutan 0.1 M NH4Cl ! (Kb = 10-5) Jawab: NH4Cl adalah garam yang bersifat asam, sehingga pH-nya kita hitung secara langsung. pH= 1/2 (pKw - pKb - log Cg) = 1/2 (-log 10-14 + log 10-5 - log 10-1) = 1/2 (14 - 5 + 1) = 1/2 x 10 =5

Garam Yang Terbentuk Dari Asam Lemah Dan Basa Lemah Untuk jenis garam ini larutannya selalu bersifat basa (pH > 7), dan dalam perhitungan digunakan persamaan: [OH-] = Kh . Cg dimana: Kh = Kw/Ka Kh = konstanta hidrolisis Jika kita ingin mencari nilai pH-nya secara langsung, dipergunakan persamaan: pH = 1/2 (pKw + pKa + log Cg)

Contoh: Hitunglah pH larutan dari 100 ml 0.02 M NaOH dengan 100 ml 0.02 M asam asetat ! (Ka = 10-5). Jawab: NaOH + CH3COOH CH3COONa + H2O - mol NaOH = 100/1000 x 0.02 = 0.002 mol - mol CH3COOH = 100/1000 x 0.02 = 0.002 mol Karena mol basa yang direaksikannya sama dengan mol asam yang direaksikan, maka tidak ada yang tersisa, yang ada hanya mol garam (CH3COONa) yang terbentuk. - mol CH3COONa = 0.002 mol (lihat reaksi) - Cg = 0.002 mol/200 ml = 0.002 mol/0.2 liter = 0.01 M = 10-2 M - Nilai pH-nya akan bersifat basa (karena garamnya terbentuk dari asam lemah dengan basa

kuat), besarnya: pH = 1/2 (pKw + pKa + log Cg) = 1/2 (14 + 5 + log 10-2) = 1/2 (19 - 2) = 8.5

EKSPONEN DALAM ASTRONOMI Logaritma adalah operasi matematika yang merupakan kebalikan dari eksponen atau pemangkatan.

Mencari nilai logaritma: Cara untuk mencari nilai logaritma antara lain dengan menggunakan: * Tabel * Kalkulator (yang sudah dilengkapi fitur log) Kegunaan logaritma: Logaritma sering digunakan untuk memecahkan persamaan yang pangkatnya tidak diketahui. Turunannya mudah dicari dan karena itu logaritma sering digunakan sebagai solusi dari integral. Dalam persamaan bn = x, b dapat dicari dengan pengakaran, n dengan logaritma, dan x dengan fungsi eksponensial. Rumus logaritma;

Sains dan teknik: Dalam sains, terdapat banyak besaran yang umumnya diekspresikan dengan logaritma. Sebabnya, dan contoh-contoh yang lebih lengkap, dapat dilihat di skala logaritmik. * Negatif dari logaritma berbasis 10 digunakan dalam kimia untuk mengekspresikan konsentrasi ion hidronium (pH). Contohnya, konsentrasi ion hidronium pada air adalah 107 pada suhu 25 C, sehingga pH-nya 7.

* Satuan bel (dengan simbol B) adalah satuan pengukur perbandingan (rasio), seperti perbandingan nilai daya dan tegangan. Kebanyakan digunakan dalam bidang telekomunikasi, elektronik, dan akustik. Salah satu sebab digunakannya logaritma adalah karena telinga manusia mempersepsikan suara yang terdengar secara logaritmik. Satuan Bel dinamakan untuk mengenang jasa Alexander Graham Bell, seorang penemu di bidang telekomunikasi. Satuan desibel (dB), yang sama dengan 0.1 bel, lebih sering digunakan. * Skala Richter mengukur intensitas gempa bumi dengan menggunakan skala logaritma berbasis 10. * Dalam astronomi, magnitudo yang mengukur terangnya bintang menggunakan skala logaritmik, karena mata manusia mempersepsikan terang secara logaritmik. Penghitungan yang lebih mudah: Logaritma memindahkan fokus penghitungan dari bilangan normal ke pangkat-pangkat (eksponen). Bila basis logaritmanya sama, maka beberapa jenis penghitungan menjadi lebih mudah menggunakan logaritma: Rumus dasar logaritma;

Sifat-sifat diatas membuat penghitungan dengan eksponen menjadi lebih mudah, dan penggunaan logaritma sangat penting, terutama sebelum tersedianya kalkulator sebagai hasil perkembangan teknologi modern. Untuk mengkali dua angka, yang diperlukan adalah melihat logaritma masing-masing angka dalam tabel, menjumlahkannya, dan melihat antilog jumlah tersebut dalam tabel. Untuk mengitung pangkat atau akar dari sebuah bilangan, logaritma bilangan tersebut dapat dilihat di tabel, lalu hanya mengkali atau membagi dengan radix pangkat atau akar tersebut.

Bilangan Berpangkat Dan Bentuk Akar

Bilangan Bulat dengan Eksponen Bilangan Bulat Positif


Masih ingat bentuk berikut : 32 = 3 x 3

23 = 2 x 2 x 2 56 = 5 x 5 x 5 x 5 x 5 x 5 Demikian seterusnya sehingga diperoleh bentuk umum sebagai berikut.

Dengan a bilangan bulat dan n bilangan bulat positif Dari pengertian di atas akan diperoleh sifat-sifat berikut. Sifat 1 an x an = am + n 24 x 23 = (2 x 2 x 2 x 2 )x(2 x 2 x 2 ) =2x2x2x2x2x2x2 = 27 = 24+3 Sifat 2 am : an = am - n, m > n 55 : 53 = (5 x 5 x 5 x 5 x 5) : (5 x 5 x 5) =5x5 = 52 = 55 - 3 Sifat 3 (am)n = am x n (34)2 = 34 x 34 = (3 x 3 x 3 x 3) x (3 x 3 x 3 x 3) = (3 x 3 x 3 x 3 x 3 x 3 x 3 x 3) = 38 = 34 x 2 Sifat 4 (a x b)m = am x bm (4 x 2)3 = (4 x 2) x (4 x 2) x (4 x 2) = (4 x 4 x 4) x (2 x 2 x 2) = 43 x 23 Sifat 5 (a : b)m = am : bm (6 : 3) 4 = (6 : 3) x (6 : 3) x (6 : 3) x (6 : 3) = (6 x 6 x 6 x 6) : (3 x 3 x 3 x 3) = 64 : 3 4

Bilangan Bulat dengan Eksponen Bilangan Bulat Negatif

Dari pola bilangan itu dapat disimpulkan bahwa 20 = 1 dan 2-n = 1/2n , secara umum dapat ditulis :

Pecahan Berpangkat Bilangan Bulat Kita telah mengetahui bahwa pecahan adalah bilangan dalam bentuk dengun a dan b bilangan bulat (b 0). Bagaimanakah jika pecahan dipangkatkan dengan bilangan bulat? Untuk menentukan hasil pecahan yang dipangkatkan dengan bilangan bulat, caranya sama dengan menentukan hasil bilangan bulat yang dipangkatkan dengan bilangan bulat. Contoh: Tentukan hasil berikut ini! (1/2)5 Jawab :

Bentuk Akar dan Bilangan Berpangkat Pecahan


Bilangan Rasional dan Irasional
Bilangan rasional adalah bilangan yang dapat dinyatakan dalam bentuk a/b dengan a, b bilangan bulat dan b 0. Bilangan rasional merupakan gabungan dari bilangan bulat, nol, dan pecahan. Contoh bilangan rasional adalah -5, -1/2, 0, 3, 3/4, dan 5/9. Sebaliknya, bilangan irasional adalah bilangan yang tidak dapat dinyatakan dalam bentuk a/b dengan a, b bilangan bulat dan b 0. Contoh bilangan irasional adalah . Bilangan-bilangan tersebut, jika dihitung dengan kalkulator merupakan desimal yang tak berhenti atau bukan desimal yang berulang. Misalnya 2 = 1,414213562 .... Selanjutnya, gabungan anrara bilangan rasional dan irasional disebut

bilangan real.

Bentuk Akar
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, contoh bilangan irasional adalah 2 dan 5 . Bentuk seperti itu disebut bentuk akar. Dapatkah kalian menyebutkan contoh yang lain? Bentuk akar adalah akar dari suatu bilangan yang hasilnya bukan bilangan Rasional. Bentuk akar dapat disederhanakan menjadi perkalian dua buah akar pangkat bilangan dengan salah satu akar memenuhi definisi a2 = a jika a 0, dan a jika a < 0 Contoh : Sederhanakan bentuk akar berikut 75 Jawab : 75 = 25x3 = 25 x 3 = 53

Mengubah Bentuk Akar Menjadi Bilangan Berpangkat Pecahan dan Sebaliknya


Bentuk a dengan a bilangan bulat tidak negatif disebut bentuk akar kuadrat dengan syarat tidak ada bilangan yang hasil kuadratnya sama dengan a. oleh karena itu 2,3, 5, 10, 15 dan 19 merupakan bentuk akar kuadrat. Untuk selanjutnya, bentuk akar nam dapat ditulis am/n (dibaca: a pangkat m per n). Bentuk am/n disebut bentuk pangkat pecahan. contoh :

jawab :

Operasi Aljabar pada Bentuk Akar


Penjumlahan dan Pengurangan
Penjumlahan dan pengurangan pada bentuk akar dapat dilakukan jika memiliki suku-suku yang sejenis.

kesimpulan : jika a, c = Rasional dan b 0, maka berlaku ab + cb = (a + c)b ab - cb = (a - c)b

Perkalian dan Pembagian


Contoh : Tentukan hasil operasi berikut :

jawab :

Perpangkatan
Kalian tentu masih ingat bahwa (a^)" = a^'. Rumus tersebut juga berlaku pada operasi perpangkatan dari akar suatu bilangan. Contoh:

Operasi Campuran
Dengan memanfaatkan sifat-sifat pada bilangan berpangkat, kalian akan lebih mudah menyelesaikan soal-soal operasi campuran pada bentuk akarnya. Sebelum melakukan operasi campuran, pahami urutan operasi hitung berikut.

Prioritas yang didahulukan pada operasi bilangan adalah bilangan-bilangan yang ada dalam tanda kurung. Jika tidak ada tanda kurungnya maka

1. pangkat dan akar sama kuat;

2. kali dan bagi sama kuat; 3. tambah dan kurang sama kuat, artinya mana yang lebih awal dikerjakan terlebih dahulu; 4. kali dan bagi lebih kuat daripada tambah dan kurang, artinya kali dan bagi dikerjakan terlebih dahulu. Contoh :

Merasionalkan Penyebut
Dalam perhitungan matematika, sering kita temukan pecahan dengan penyebut bentuk akar,

misalnya Agar nilai pecahan tersebut lebih sederhana maka penyebutnya harus dirasionalkan terlebih dahulu. Artinya tidak ada bentuk akar pada penyebut suatu pecahan. Penyebut dari pecahanpecahan yang akan dirasionalkan berturut-turut adalah Merasionalkan penyebut adalah mengubah pecahan dengan penyebut bilangan irasional menjadi pecahan dengan penyebut bilangan rasional.

Penyebut Berbentuk b
Jika a dan b adalah bilangan rasional, serta b adalah bentuk akar maka pecahan a/b dapat dirasionalkan penyebutnya dengan cara mengalikan pecahan tersebut dengan b/b .

Contoh : Sederhanakan pecahan berikut dengan merasionalkan penyebutnya!

jawab :

Penyebut Berbentuk (a+b) atau (a+b)


Jika pecahan-pecahan mempunyai penyebut berbentuk (a+b) atau (a+b) maka pecahan tersebut dapat dirasionalkan dengan cara mengalikan pembilang dan penyebutnya dengan sekawannya. Sekawan dari (a+b) adalah (a+b) adalah dan sebaliknya. Bukti

Contoh : Rasionalkan penyebut pecahan berikut.

jawab :

Penyebut Berbentuk (b+d) atau (b+d)


Pecahan tersebut dapat dirasionalkan dengan mengalikan pembilang dan penyebutnya dengan bentuk akar sekawannya, yaitu sebagai berikut.

Contoh: Selesaikan soal berikut!

Jawab :

Anda mungkin juga menyukai