II.
Teknik SSADM
SSADM menggunakan tiga teknik yaitu Logical Data Modelling, Data Flow Modelling, dan Entity Event Modelling. Berikut adalah penjelasan mengenai ketiga teknik tersebut : 1. Logical Data Modelling Proses mengidentifikasi, memodelkan dan mendokumentasikan kebutuhan data dari sistem yang akan dikembangkan. Hasilnya berupa model data yang berisi entitas, atribut dan hubungan antar entitas. Hasil dari proses ini digambarkan dengan ERD (Entity Relationship Diagram). 2. Data Flow Modelling Proses mengidentifikasi, memodelkan dan mendokumentasikan alur data pada sistem informasi yang akan dibangun. Proses ini mencakup pembelajaran terhadap processes (sekumpulan aktifitas yang merubah sebuah bentuk data menjadi bentuk data lainya), data stores (wadah dari penyimpanan data), external entities (pelaku yang mengirimkan data ke sistem atau menerima data dari sistem) dan data flows (arah aliran data). Hasil proses ini adalah DFD (Data Flow Diagram). 3. Entity Event Modelling Proses mengidentifikasi, memodelkan dan mendokumentasikan kejadian-kejadian (events) yang dapat mengubah entitas dan urutan terjadinya events tersebut.
Tahapan ini memastikan bahwa suatu proyek sistem informasi memang layak untuk dilakukan. Terdapat empat area kelayakan yang dinilai, yaitu technical, financial, organizational, dan ethical. Stage 1 Investigation of Current Environment (Analisi Kondisi Sistem Saat Ini) Dengan menginvestigasi kondisi sistem yang ada, terdapat beberapa tujuan yang hendak dicapai yaitu : 1. Memahami kondisi sistem yang sedang digunakan 2. Mengetahui masalah pada sistem existing yang akan dibenahi oleh sistem yang akan dibangun 3. Mengidentifikasi layanan tambahan oleh sistem baru 4. Mengetahui ruang lingkup sistem yang akan dikembangkan Yang dihasilkan pada tahapan ini adalah : Business Activity Model Current System Description Current Physical Data Flow Model (DFD) Current Environment Logical Data Model User Catalogue Requirements Catalogue Audit, Control and Security Requirements Constraints List Stage 2 Business System Options Tahapan ini bertujuan untuk menyediakan skala pilihan dari sistem yang dibutuhkan berdasarkan tingkat prioritas dan membantu organisasi memilih solusi terbaik dari pilihan-pilihan yang ditawarkan. Caranya adalah dengan melakukan analisis terhadap pengaruh yang ditimbulkan dari setiap pilihan terhadap organisasi dilihat dari dampak yang ditimbulkan, biaya, manfaat dan/atau pertimbangan lainnya. Stage 3 Definition of Requirements (Definisi Kebutuhan) Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Stage 2, dibuatlah spesifikasi kebutuhan sistem. DFD dan logical data model diperbarui dengan menambahkan kebutuhan data dan fungsi dari sistem yang akan dikembangkan. Hasil dari tahapan ini adalah sebagai berikut : Required System Description Required System Data Flow Model Required System Logical Data Model Function Definitions Work Practice Model Stage 4 Technical System Options Tahapan ini dapat berjalan paralel dengan Stage 3 atau Stage 5. Tujuan dari tahapan ini adalah sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi dan menentukan pendekatan yang mungkin untuk mengimplementasikan sistem 2. Menyajikan pilihan pada pengguna dan memastikan bahwa mereka memahami dampaknya bagi organisasi mereka
3. Menyediakan bantuan teknis bagi pengguna 4. Melakukan validasi service ;evel agreements terkait hal-hal teknis.
Pada tahapan ini, dipertimbangkan pula arsitektur hardware, software yang akan digunakan, biaya implementasi, kebutuhan staf, dan batasan sistem. Tahapan ini menghasilkan Application Style Guide, Sizing Model dan Selected Technical System Option.
Stage 5 Logical Design Pada tahapan ini dibuatlah desain GUI dan modul proses sistem aplikasi. Stage 6 Physical Design Pada tahap terkhir ini, seluruh spesifikasi sistem diimplementasikan dalam bentuk hardware dan software.
B. RESUME PAPER
1. Pendahuluan
Pengembangan sistem adalah salah satu masalah pokok dalam bidang Information System. Tidak mengherankan jika System Development Methodologies (SDMs) seharusnya menjadi subjek penelitian yang luas. Secara tradisional, literatur melihat SDMs sebagai sesuatu yang tepat dan jelas kebenarannya untuk meningkatkan proses dan hasil pengembangan sistem. Walaupun ada sejumlah argumen yang signifikan dalam mendukung penggunaan metodologi, namun ada juga sejumlah argumen dan tekanan yang mempertanyakan penggunaan metodologi.
2.
Beberapa argumen dan tekanan yang mendukung penggunaan metodologi formal terangkum pada Gambar 1.
Beberapa argumen dan tekanan yang mengurangi penggunaan metodologi formal terangkum pada Gambar 2.
3.
Metode Penelitian
Pada penelitian ini pengambilan data diambil dengan memberikan kuesioner. Pembuatan kuesioner dirancang berdasarkan literature review, pengalaman peneliti sebagai sistem developer dan melakukan interview terhadap orang-orang yang ahli sebagai sistem developer. Target kuesioner dibagi menjadi tiga bagian, pertama yaitu orang yang memiliki penelitian yang sama mengenai metodologi pengembangan sistem. Kedua yaitu organisasi yang berkecimpung di dunia software database dan teknologi, dan terakhir adalah database dari 1000 organisasi terkemuka. Terdapat beberapa issue mengenai penelitian mengenai sistem informasi. Salah satunya adalah sulitnya mendapatkan akses untuk data yang diperlukan. Namun penulis lebih mengutamakan bagaimana caranya membuat kesimpulan yang kuat. Dan menggunakan random sampling sebagai pengambilan sampel. Selain itu penulis juga beranggapan bahwa dalam kasus ini cocok untuk menggunakan non-parametric method sebagai pengukuran signifikansi. Pengukuran yang digunakan adalah chisquare dan tes the mann whitney U .Uji validitas dan non-respones bias dilakukan dengan cara :menggunakan responden yang terlambat sebagai pengganti, dimana akan dibandingkan dengan random sample, membandingkan karakteristik sampel dengan karakterisitk yang mempunyai kesamaan di dalam populasi, melakukan follow up melalui telepon untuk memastikan mengapa tidak memberikan respon.
4.
jumlah pekerjanya. Hal tersebut dikarenakan oleh adanya tren outsource yang terjadi di dalam pemanfaatan IS di dalam suatu organisasi. Selanjutnya penulis juga menjelaskan mengenai profil dari masing-masing organisasi. Dari hasil survey didapatkan bahwa rata-rata lama pengalaman respoden adalah 15 tahun. Berdasarkan profil pengembangnanya didapatkan responden dari development in-house sekitar 47%, kustomisasi package sekitar 40% dan outsource berkisar 13%. Di tinjau dari sisi proyek, rata-rata jumlah pekerja per proyeknya adalah 3,5 dengan durasi pengerjaan sekitar 5,7 bulan, atau dibulatkan 6 bulan.
5.
Di dalam analisanya terhadap penggunaan metodologi, penelitian ini menarik empat kategori dari penggunaan sebuah metodologi pengembangan perangkat lunak, yaitu: 1. 2. Mereka yang menggunakan metodologi komersial dari pihak ketiga. Mereka yang menggunakan metodologi formal secara internal yang dibangun dari sebuah metodologi komersial yang ada. 3. Mereka yang menggunakan metodologi formal secara internal yang dibangun tidak dari sebuah metodologi komersial yang ada. 4. Dan mereka yang tidak menggunakan metodologi formal apapun.
Beberapa metodologi dari pihak ketiga muncul pada hasil penelitian ini, dimana SSADM menjadi yang paling populer, diikuti oleh Information Engineering, Oracle*Case, dan Andersen Consultings Foundation/Method 1.
Pada Kategori, metodologi internal yang dibangun dari sebuah metodologi komersial, yang paling populer adalah SSADM, diikuti oleh Information Engineering, Checkland Soft System Method (SSM), Jackson System Design. Proses analisis penggunaan metodologi, dilakukan di atas beberapa dimensi yang telah digambarkan pada tabel 4 di dalam jurnal tersebut, yaitu kategori bisnis, jumlah pengawai, jumlah departemen IS, in-house development, pengembangan yang di-outsource-kan, package customisation, jumlah developer, durasi proyek. Pada hasil analisa ada tabel tersebut, penggunaan metodologi lebih disukai pada sebuah oraganisasi yang besar(1000-5000 pegawai) dan pada sebuah organisasi yang memiliki departemen IS yang besar (20-100 personil). Dan hasil ini sesuai
dengan penelitian dari pihak lain yaitu Zmud, survey yang dilakukan oleh NCC pada tahun 1985. Hasil analisis lainnya adalah bahwa penggunaan metodologi lebih disukai pada sebuah proyek yang memiliki lebih banyak developer dan durasi proyek yang panjang. Kemudian, dapat dilihat juga bahwa ada gap yang cukup besar pada penggunaan metodologi pada kategori bisnis yang ada. Terlihat bahwa kategori konstruksi/manufaktur sangat kecil sedangkan di sisi lain kategori institusi keuangan/asuransi/real estate memiliki prosentasi penggunaan mentodologi yang relatif lebih besar. Hal ini didukung pula oleh hasil penelitian yang lain dari NCC tahun 1985 yang menyebutkan pula bahwa metodologi sangat digunakan pada sebuah institusi keuangan. Ada beberapa hal yang dapat kita baca pada tabel 4 pada jurnal tersebut, namun intinya adalah hasil dari penelitian ini melengkapi hasil penelitian-penelitian sebelumnya dengan mengidentifikasi threshold level dari setiap dimensi yang ada di atas, terhadap penggunaan adopsi metodologi pengembangan perangkat lunak.
b. Aktivitas pada metodologi & teknik/tools yang digunakan
Pada penelitian ini, juga dilakukan analisa terhadap rata-rata waktu setiap aktivitas pada proses pengembangan dan prosentase penggunaan tools atau teknik pada proses pengembangan. Kita dapat lihat hasilnya pada tabel 5 dan tabel 6 pada jurnal ini. Dimensi Aktivitas yang muncul pada tabel 5 adalah System planning, System analysis, System design, Programming, Testing, Installation, Evaluation, Lainnya. Dari tabel ini tidak menunjukkan perbedaan waktu yang cukup signifikan namun, terlihat bahwa yang menggunakan metodologi memiliki waktu yang relatif lebih sedikit. Dimensi Tools atau teknik yang muncul pada tabel 6 adalah Joint Application Design (JAD), Prototyping, Data Flow Diagram, Entity relationship modelling, Entity life histories, Flowchart, Data Dictionary, Process mini-specification, Structured walkthrough, lainnya. Teknik yang paling popular adalah prototyping, data flow diagram, data dictionaries, dan entity relationship diagram.
Selain itu, pada penelitian ini juga dianalisis perbedaan antara 2 metodologi formal yang paling populer yaitu SSADM, dan Information Engineering dari dimensi waktu setia aktivitas yang berjalan pada kedua metodologi tersebut. Hasilnya dapat kita lihat pada tabel 7.
Penelitian ini juga menginvestigasi sejauh mana kepatuhan user kepada metodologi yang digunakan. Secara keseluruhan adalah sebesar 58% dari mereka yang menggunakan metodologi tidak patuh pada metodologi yang digunakan. Respondent juga ditanyai untuk mengetahui kenapa hal tersebut bisa terjadi. Secara umum, jawaban dari responden terkait dengan 4 hal yaitu, skala proyek, tipe proyek, klien proyek, kontingensi.
d. Ranking Kontribusi dari sebuah Metodologi
Responden ditanyai tentang kontribusi dari sebuah metodologi yang dapat dilihat pada tabel 8. Yang menarik dari tabel 8 adalah bahwa antara pengguna dan bukan pengguna metodologi seakan sepakat (secara umum) terhadap nilai tingkat kepentingan dari setiap faktor yang ada.
e. Tren dari pengadopsian sebuah metodologi.
Kita dapat lihat hasil tren dari pengadopsian sebuah metodologi ke depan nanti pada tabel 9. Yang menarik adalah bahwa mereka yang sudah menggunakan FSDM cenderung untuk meningkatkan penggunaan dari FSDM tersebut. Sedangkan mayoritas dari mereka yang tidak menggunakan metodologi tidak berniat sama sekali untuk mengadopsi penggunaan FSDM. Hal ini tampaknya akan melemahkan pendapat dari Chikofsky yang mengatakan bahwa penggunaan metodologi akan meningkat seiring berjalannya waktu.
6.
Kesimpulan
Penggunaan metodologi pengembangan sistem yang formal tidak selamanya menjadi solusi yang tepat di dalam pengembangan sistem. Metodologi formal belum menjamin
bahwa pengembangan sistem tersebut sukses. Para pengembang tidak bisa merasakan kontribusi yang signifikan dengan menggunakan metodologi formal. Penerapan metodologi tidak kaku dan tidak sama. Penggunaan metodologi seharusnya dapat mengenali keunikan dari setiap situasi pengembangan dalam proyek. Dibutuhkan suatu pendekatan rapid yang dapat membuat suatu pengembangan sistem lebih sesuai dengan keadaan di lingkungan pengembang.
C. DAFTAR PERTANYAAN
1. 2. 3. 4. 5. Apa kekurangan SSADM ? Kapan SSADM cocok digunakan ? Dari literatur yang kami baca, SSADM punya keterkaitan dengan OGCIO. OGCIO itu apa? Apa yang menjadi latar belakang munculnya FSDM ? Pada tabel 3 di paper, ditunjukkan bahwa penggunaan FSDM dibagi menjadi 3, yaitu commercial FSDM, internal (based on commercial FSDM), internal (not based on commercial FSDM). Apa perbedaan dari ketiganya ? Mengapa pada paper SSADM masuk dalam kategori internal (based on commercial FSDM) ? Kapan FSDM cocok digunakan ? Dengan adanya FSDM seharusnya pengembangan sistem memiliki kelebihan dalam hal dokumen shingga memiliki arahan yang lebih jelas. Namun mengapa dalam Tabel 5 pada paper hasil alokasi waktu tidak terlampau jauh ? Apa penyebabnya ? Untuk saat ini, manakah yang lebih baik digunakan, menggunakan FSDM atau tidak (memperhatikan kebutuhan bisnis yang menginginkan implementasi aplikasi secepat mungkin)? Apa yang membedakan penggunaan DFD dan STD ? Jika ada, kapan kita menggunakan STD dan DFD ? Kapan sebuah metodologi dikatakan sebagai sebuah metodologi formal ? Apa keterkaitan DFD dan ERD dalam perancangan sistem secara konseptual ? Mengapa penggunaan metodologi formal belum menjamin suksesnya pengembangan sebuah sistem ?
6. 7. 8.
9.