2001 65
2001 65
.(3-2)
dimana :
= Poissons Ratio
lateral
= regangan lateral
axial
= regangan axial
Secara umum harga Poissons Ratio
9)
() bervariasi antara 0,1
hingga 0,5. Namun untuk batuan secara umum, nilai dari
Poissons Ratio () diasumsikan rata-rata 0,25.
Penentuan besarnya nilai Poissons Ratio terbagi menjadi 2,
yaitu :
1. Penentuan Poissons Ratio di laboratorium
Pengujian di laboratorium untuk sifat mekanik batuan
12)
,
termasuk penentuan Poissons Ratio dilakukan dengan
menggunakan metoda uniaxial compressive strength test dan
triaxial compressive strength test Pengujian ini menggunakan
mesin tekan (compressive machine) untuk menekan sampel
batuan dengan tiga arah (triaxial).
2. Penentuan Poissons Ratio dengan log sumuran.
Penentuan Poissons Ratio menggunakan log sumuran adalah
dengan cara analisis kurva Log Sonik (Long Spaced Sonic
Log). Dari defleksi kurva pada Log Sonik yang dianalisis,
diketahui besarnya nilai t
s
dan t
c
. Selanjutnya menghitung
nilai Poissons Ratio dihitung menggunakan persamaan
sebagai berikut
13)
:
,
_
2 2
2
2
2
5 . 0
c
t
s
t
c
t
s
t
.(3-3)
dimana :
= Poissons Ratio, fraksi
t
s
= transite time gelombang shear, sec/ft
t
c
= transite time gelombang kompressional, sec/ft
Densitas
Densitas batuan
10)
adalah berat jenis dari batuan yang
dinyatakan dalam pound per cubic feet atau kilonewton per
cubic meter. Specific gravity suatu padatan (SG) adalah
perbandingan densitas padatan dengan densitas air, yang
diperkirakan mendekati 1 gram-force/cm
3
(9.8 kN/m
3
atau 0.01
MN/m
3
).
Metode pengukuran densitas terbagi menjadi dua cara, yaitu :
1. Penentuan densitas di laboratorium.
Densitas dibedakan menjadi 3, yaitu : bobot isi asli (natural
density) dan bobot isi kering (dry density) dan bobot isi jenuh
(saturated density). Dalam penentuan densitas di
laboratorium
10)
, digunakan persamaan-persamaan sebagai
berikut :
s w
n
nat
W W
W
..(3-4)
s w
o
dry
W W
W
......(3-5)
s w
s
sat
W W
W
...(3-6)
dimana :
nat
= bobot isi asli (natural density)
dry
= bobot isi kering (dry density)
sat
= bobot isi jenuh (saturated density)
n
W = berat contoh asli ( natural )
o
W = berat contoh kering ( sesudah dimasukkan
ke dalam oven selama 24 jam dengan
temperatur t 90
O
C )
w
W = berat contoh jenuh ( sesudah dijenuhkan
dengan
air selama 24 jam)
s
W = berat contoh jenuh dalam air.
2. Penentuan densitas dengan log sumuran.
Cara menentukan densitas batuan dari pembacaan log densitas
adalah dengan menganalisis defleksi kurva pada log densitas
dalam satuan gr/cc. Dari defleksi kurva pada log densitas itu
dapat diketahui besarnya bulk density masing-masing batuan.
Porositas
Porositas () merupakan perbandingan antara ruang kosong
(pori-pori) dalam batuan dengan volume total batuan yang
diekspresikan di dalam prosentase (%). Secara matematik,
porositas dinyatakan sebagai berikut
10)
:
% 100 x
Vb
Vp
. (3-7)
atau
% 100 x
Vb
Vg Vb
. (3-8)
dimana :
= porositas batuan
Vp = volume ruang pori-pori batuan
Vb = volume batuan total(bulk volume)
Vg = volume padatan batuan total (grain volume)
Penentuan porositas dapat dibedakan menjadi dua cara yaitu :
1. Analisa secara langsung (analisa core)
Besarnya nilai porositas dapat dicari dilaboratorium yang dapat
ditentukan secara lebih teliti dengan menggunakan Porosimeter
dan Mercury Injection Pump
10)
.
Hubungan Antara Poissons Ratio Dengan Porositas dan Densitas Batuan Pasir Pada Lapangan Minyak Sudarmoyo, Herianto, R. Bobby Harsawan
IATMI 2001-65
2. Analisa secara tidak langsung (analisa logging).
Untuk menentukan porositas secara tidak langsung (analisa
logging) ditentukan dengan menggunakan data log sumuran
yaitu menggunakan Log Sonik (untuk batuan keras dan
unconsolidated atau kompak), Log Densitas (untuk semua
formasi, tetapi pada prinsipnya dalam batuan yang kurang
unconsolidated dan batuan shaly) dan Neutron Log
7)
.
Untuk menghitung Porositas Sonik dari analisis log sonik
dengan menggunakan persamaan sebagai berikut
7)
:
ma f
ma
s
t t
t t
log
.(3-9)
dimana :
log
t
= transite time gelombang kompresional yang
diperoleh dari pembacaan defleksi kurva sonic log
untuk setiap interval kedalaman, sec/ft
ma
t = transite time matriks batuan, sec/ft
f
t
= transite time fluida, sec/ft
Untuk menghitung besarnya Porositas Sonik Koreksi (koreksi
dengan V
clay
) menggunakan persamaan sebagai berikut
7)
:
( )
( )
( )
( )
1
1
]
1
1
]
1
1
1
]
1
ma f
ma shale
clay
shale ma f
ma
og
l
Corr
t t
t t
V
t
x
t t
t t
Sonic
100
.(3-10)
dimana :
Corr
Sonic = porositas sonik koreksi, %
log
t = transite time gelombang kompressional yang
diperoleh dari pembacaan defleksi kurva log
sonik untuk setiap interval
kedalaman, sec/ft
ma
t = transite time matriks batuan, sec/ft
f
t = transite time fluida, sec/ft
shale
t = t
log
pada formasi shale yang terdekat, yang
berada diatas lapisan produktif.
clay
V = volume clay
Untuk menghitung besarnya Porositas Densitas dari analisis
log densitas menggunakan persamaan sebagai berikut
7)
:
f ma
b ma
D
....(3-11)
dimana :
D = porositas densitas
ma
=
densitas matrik batuan, g/cc
b
= densitas bulk yang terbaca pada kurva density log
g/cc
f
=
densitas fluida, g/cc
Untuk menghitung besarnya Porositas Densitas Clay (koreksi
dengan V
clay
) dari analisis log densitas menggunakan
persamaan sebagai berikut
7)
:
f ma
clay ma
clay
D
..(3-12)
dimana :
clay
D
= porositas densitas clay
ma
= densitas matrik batuan, g/cc
clay
+
9
7 2
Correction Correction
Correction
D x N x
N D
.(3-16)
Hubungan Antara Poissons Ratio Dengan Porositas dan Densitas Batuan Pasir Pada Lapangan Minyak Sudarmoyo, Herianto, R. Bobby Harsawan
IATMI 2001-65
dimana :
Correction
N D = Porositas (Densitas-Neutron) Koreksi
Correction
N = Porositas Neutron Koreksi
Correction
D = Porositas Densitas Koreksi
2.2. Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang digunakan adalah metode statistik
yang terdiri dari dua jenis yaitu analisis korelasi dan analisis
regresi.
Analisis Korelasi
Analisis korelasi
2)
adalah alat statistik yang dapat digunakan
untuk mengetahui derajat hubungan linear antara suatu variabel
dengan variabel yang lain. Biasanya analisis korelasi
digunakan dalam hubungannya dengan analisis regresi untuk
mengukur ketepatan garis regresi dalam menjelaskan
(explaining) variasi nilai variabel dependen. Ukuran statistik
yang dapat menggambarkan hubungan antara suatu variabel
dengan variabel lain adalah koefisien determinasi (r
2
) dan
koefisien korelasi (r).
a. Koefisien Determinasi (r
2
)
Koefisien determinasi
2)
adalah salah satu nilai statistik yang
dapat digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan
pengaruh antara dua variabel. Nilai koefisien determinasi
menunjukkan persentasi variasi nilai variabel dependen yang
dapat dijelaskan oleh persamaan regresi yang dihasilkan.
b. Koefisien Korelasi (r)
Koefisien korelasi
2)
merupakan ukuran yang kedua yang dapat
digunakan untuk mengetahui bagaimana keeratan
hubungan antara suatu variabel dengan variabel lain.
Jika koefisien korelasi berhubungan dengan sampel yang
digunakan, maka koefisien korelasi (diberi simbol r) besarnya
adalah akar koefisien determinasi
Analisis Regresi
Analisis regresi
2)
merupakan suatu model matematis yang
dapat digunakan untuk mengetahui pola hubungan antara dua
atau lebih variabel. Tujuan utama analisis regresi adalah untuk
membuat perkiraan nilai suatu variabel (variabel dependen),
jika nilai variabel yang lain yang berhubungan dengannya
(variabel independen) sudah ditentukan /diketahui.
Analisis regresi digunakan untuk membuat perkiraan nilai
suatu variabel dengan menggunakan satu atau beberapa
variabel lain yang berhubungan dengan variabel tersebut.
Dalam analisis regresi, untuk mengetahui hubungan antara
variabel satu dengan variabel yang lain menggunakan suatu
persamaan regresi.
Persamaan Regresi
Persamaan regresi
2)
adalah suatu formula matematis yang
menunjukkan hubungan keterkaitan antara satu atau beberapa
variabel yang nilainya sudah diketahui (known variable)
dengan satu variabel yang nilainya belum diketahui (unknown
variable). Persamaan regresi yang diperoleh dari analisis
regresi menunjukkan pola hubungan (the pattern of
relationship) antara variabel dependen dengan variabel
independen. Analisis korelasi dapat digunakan untuk
mengetahui seberapa baik suatu persamaan regresi dapat
digunakan untuk menjelaskan hubungan antar variabel
tersebut.
3. PENGOLAHAN DATA
3.1. Pengolahan Data Log Sumuran
Log sumuran yang diolah pada sumur W lapangan minyak
berupa log sonik (LSSL), log densitas, log neutron dan log
gamma ray. Analisa log sonik (LSSL) menghasilkan Transite
Time yang digunakan untuk menentukan nilai Poissons Ratio
dan porositas sonik. Analisa log densitas menghasilkan nilai
densitas batuan untuk menentukan porositas densitas
sedangkan analisa log neutron menghasilkan nilai neutron
batuan untuk menentukan porositas neutron. Analisa log
gamma ray menghasilkan nilai gamma ray maksimum dan
minimum untuk menentukan V
clay
. Parameter inilah yang akan
diolah dalam penelitian ini.
Analisis Korelasi dan Regresi
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
statistika
2)
, yaitu analisis korelasi analisis regresi.
Langkah pertama adalah menentukan besarnya nilai Transite
Time dari defleksi log sonik (LSSL). Kemudian menghitung
besarnya nilai Poissons Ratio dan porositas sonik koreksi,
dari Transite Time tersebut. Selanjutnya menghitung nilai
densitas batuan dari log densitas dan nilai neutron dari log
neutron. Dari nilai densitas dan neutron ditentukan nilai
porositas (densitasneutron) koreksi. Untuk nilai koreksi V
clay
ditentukan dari analisis log gamma ray. Koreksi ini dilakukan
untuk nilai V
clay
kurang dari 50%, karena jika nilai V
clay
lebih
dari 50% maka sudah dianggap sebagai batuan shale atau
clay. Dalam penelitian ini, batuan yang digunakan dibatasi
hanya clean sand hingga shaly sand. Langkah kedua,
mengkorelasikan Poissons Ratio dengan porositas (sonik dan
densitas-neutron) koreksi dan Poissons Ratio dengan densitas
batuan. Data yang digunakan adalah data gabungan dari
ketiga lapisan pada Formasi Talang Akar. Kemudian dengan
menggunakan analisis korelasi didapatkan suatu tingkat
keeratan dari dua variabel tersebut Digabungkannya ketiga
lapisan batuan pasir tersebut, adalah agar persamaan yang
dihasilkan, nantinya dapat digunakan pada semua lapisan
batuan pasir yang ada di Formasi Talang Akar. Selanjutnya
dilakukan analisis regresi. Dari hasil analisis regresi diperoleh
hubungan non-linier dengan fungsi eksponensial. Hal ini
dapat dilihat pada Gambar-1.2. untuk hubungan Poissons
Ratio dengan porositas sonik koreksi Gambar-1.3. untuk
hubungan Poissons Ratio dengan porositas (densitas-neutron)
koreksi dan Gambar-1.4. untuk hubungan Poissons Ratio
dengan densitas batuan. Persamaan regresi itu lalu diuji
signifikansinya. Jika memenuhi syarat, maka persamaan
regresi itu signifikan.
Langkah-langkah penelitian untuk penentuan hubungan
Poissons Ratio dengan porositas (sonik dan densitas-neutron)
koreksi dan Poissons Ratio dengan densitas batuan dapat
dijelaskan secara berurutan sebagai berikut :
Lakukan analisis log (LSSL, densitas, neutron, gamma
ray) dengan cara pembacaan defleksi kurva log, untuk
menentukan nilai transite time.
Hubungan Antara Poissons Ratio Dengan Porositas dan Densitas Batuan Pasir Pada Lapangan Minyak Sudarmoyo, Herianto, R. Bobby Harsawan
IATMI 2001-65
Masukkan nilai transite time gelombang geser dan
gelombang kompressional ke dalam persamaan untuk
menentukan nilai Poissons Ratio.
Menentukan nilai porositas (sonik dan densitas-neutron)
koreksi dengan menggunakan persamaan porositas
berdasarkan data log (LSSL, densitas, neutron, gamma
ray).
Korelasikan Poissons Ratio dengan porositas (sonik dan
densitas-neutron) koreksi dan Poissons Ratio dengan
densitas batuan.
Setelah analisis korelasi, lakukan analisis regresi. Hasil
yang diperoleh adalah persamaan regresi yang representatif
dengan mempertimbangkan nilai r
2
yang besar.
Lakukan uji signifikansi dengan cara membandingkan
besar nilai r
2
dengan r
2
k
. Jika r
2
> r
2
k
, berarti persamaan
tersebut signifikan
Alur pemikiran dalam penentuan persamaan regresi Poissons
Ratio terhadap porositas dan densitas batuan pasir dapat
dilihat pada Gambar 1.1.
Analisis regresi Poissons Ratio dengan porositas (sonik dan
densitas-neutron) koreksi menghasilkan persamaan regresi
dengan nilai koefisien determinasi (r
2
).
Persamaan regresi Poissons Ratio (y) terhadap porositas sonik
koreksi (x) adalah sebagai berikut :
y = 0.400 e
0.853 x
.(3-17)
Nilai koefisien determinasi (r
2
) = 0,665.
Persamaan regresi Poissons Ratio (y) terhadap porositas
(densitas-neutron) koreksi (x) adalah sebagai berikut :
y = 0.468 e
1.512 x
.(3-18)
Besar nilai koefisien determinasi (r
2
) = 0,642
Sedangkan persamaan regresi Poissons Ratio (y) terhadap
densitas batuan (x) adalah sebagai berikut :
y = 0.024 e
1.188 x
.(3-19)
Besar nilai koefisien determinasi (r
2
) = 0,507.
Persamaan regresi yang dihasilkan tersebut kemudian diuji
signifikansinya, dengan cara membandingkan nilai r
2
terhadap
r
2
K
. Karena persamaan regresi tersebut mempunyai nilai r
2
>
r
2
K
maka persamaan tersebut dikatakan signifikan.
4. PEMBAHASAN
Dalam industri perminyakan, besarnya nilai Poissons Ratio,
porositas, dan densitas sangat diperlukan. Umumnya
parameter tersebut ditentukan dari analisis laboratorium
dengan biaya mahal. Oleh karena hal tersebut, dilakukan
penelitian untuk mendapatkan cara dalam menentukan
Poissons Ratio dengan biaya relatif murah.
Untuk penentuan Poissons Ratio pada sumur-sumur tua
biasanya sangat sulit dan mahal, karena tidak dimungkinkan
untuk dilakukan dari analisis core ataupun dengan logging
yang biayanya mahal. Oleh karenanya penentuan Poissons
Ratio dilakukan dengan cara menggunakan persamaan usulan
Poissons Ratio terhadap porositas (sonik dan densitas-
neutron) koreksi dan densitas batuan pasir. Digunakannya
porositas (sonik dan densitas-neutron) koreksi dan densitas
batuan pasir, karena biasanya pada sumur-sumur tua memiliki
data porositas dan densitas dari log sumuran yang telah ada.
Dengan menggunakan persamaan Poissons Ratio terhadap
porositas (sonik dan densitas-neutron) koreksi dan densitas
batuan pasir ini maka dapat ditentukan nilai Poissons Ratio
dengan biaya yang relatif murah. Selain itu, persamaan ini
juga bermanfaat untuk stimulasi resevoir yaitu untuk hidraulic
fracturing, acidizing, dan sand control.
5. KESIMPULAN
1. Analisis korelasi antara porositas dan densitas Sandstone
terhadap Poissons Ratio pada lapangan minyak dengan
tiga lapisan di Formasi Talang Akar, mempunyai
kecenderungan hubungan non-linier dengan fungsi
eksponensial, serta memberikan hasil yang signifikan.
2. Persamaan usulan Poissons Ratio (y) terhadap porositas
sonik koreksi (x) adalah sebagai berikut :
y = 0.400 e
0.853 x
Nilai koefisien determinasi (r
2
) = 0,665.
Persamaan usulan Poissons Ratio (y) terhadap porositas
(densitas-neutron) koreksi (x) adalah sebagai berikut :
y = 0.468 e
1.512 x
Nilai koefisien determinasi (r
2
) = 0,642.
Sedangkan persamaan usulan Poissons Ratio (y) terhadap
densitas batuan (x) adalah sebagai berikut :
y = 0.024 e
1.188 x
Besar nilai koefisien determinasi (r
2
) = 0,507
3. Prediksi nilai Poissons Ratio, hasil dari persamaan
Poissons Ratio terhadap porositas, dan densitas batuan
dapat digunakan untuk menentukan Poissons Ratio pada
sumur-sumur tua yang memiliki data porositas dan densitas
dari log sumuran yang telah ada.
DAFTAR PUSTAKA
1. Adams, N.J., Drilling Engineering, A Complete Well
Planning Approach, Penn Well Publishing Company,
Tulsa, Oklahoma, 1985.
2. Algifari. ,Analisis Regresi ; Teori, Kasus, dan Solusi.
BPFE , Yogyakarta, 1997.
3. Bourgoyne Jr., Adam T., Applied Drilling
Engineering, First Printing, Society Of Petroleum
Engineering. Richardson, Texas, 1986.
4. Dewan, John T., Essentials Of Modern Open Hole Log
Interpretation, PennWell Publishing Company, Tulsa,
Oklahoma, 1983.
Hubungan Antara Poissons Ratio Dengan Porositas dan Densitas Batuan Pasir Pada Lapangan Minyak Sudarmoyo, Herianto, R. Bobby Harsawan
IATMI 2001-65
5. Dietrich, Richard V, Brian J Skinner., Rock and Rock
Minerals John Wiley and Sons, New York, 1979.
6. Goodman, Richard.E., Introduction To Rock
Mechanics, John Wiley & Sons, New York, 1980.
7. Harsono Adi, Teknik Evaluasi Log, IATMI, 1994.
8. Kristanto, Dedy.,Logging Sumur, Diktat Kuliah,
Jurusan Teknik Perminyakan UPN Veteran Yogyakarta,
1997.
9. Kumar, J., The Effect of Poissons Ratio on Rock
Properties, Member SPE-AIME, Associated Regulatory
Consultans, Inc. Paper SPE , 1976.
10. Laboratorium Analisa Inti Batuan, Buku Petunjuk
Praktikum Analisa Inti Batuan Jurusan Teknik
Perminyakan Fakultas Teknologi Mineral UPN Veteran
Yogyakarta, 1995.
11. Makridakis, Spyros, Steven C. Wheelwright, dan Vior E
Mc.Gee., Metode dan Aplikasi Peramalan , (alih
bahasa oleh Untung S Andriyanto dan Abdul Basith),
Edisi Kedua, Jilid 1, Erlangga, 1995.
12. Rubiandini, Rudi.,R.S.,DR-ING.Ir., Teknik Pemboran I
Diktat Kuliah, Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas
Teknologi Mineral UPN Veteran Yogyakarta, 1998.
13. Sethi, Darshan K., Well Log Application in Rock
Mechanics, Dresser Atlas, Dresser Industries, Inc. Paper
SPE, 1981.
Gambar-1.1
Alur Penentuan Prediksi Poissons Ratio Berdasarkan
Porositas dan Densitas Batuan Pasir
Gambar-1.2
Hubungan Poissons Ratio Vs Porositas Sonik Koreksi
Gambar-1.3
Hubungan Poissons Ratio Vs Porositas (Densitas Neutron)
Koreksi
y = 0,400e
-0,853x
R
2
= 0,665
0,200
0,220
0,240
0,260
0,280
0,300
0,320
0,340
0,360
0,380
0,400
0,000 0,100 0,200 0,300 0,400 0,500
Porositas Sonik Koreksi
P
o
i
s
s
o
n
'
s
R
a
t
i
o
D a t a E x p o n . ( D a t a )
y = 0,468e
-1,512x
R
2
= 0,642
0,200
0,225
0,250
0,275
0,300
0,325
0,350
0,375
0,400
0,425
0,450
0,100 0,200 0,300 0,400 0,500
Porositas Densitas Netron Koreksi
P
o
i
s
s
o
n
'
s
R
a
t
i
o
D a t a E x p o n . ( D a t a )
Hubungan Antara Poissons Ratio Dengan Porositas dan Densitas Batuan Pasir Pada Lapangan Minyak Sudarmoyo, Herianto, R. Bobby Harsawan
IATMI 2001-65
Gambar-1.4
Hubungan Poissons Ratio Vs Densitas Batuan
y = 0,024e
1,188x
R
2
= 0,507
0,200
0,225
0,250
0,275
0,300
0,325
0,350
0,375
0,400
0,425
0,450
1,900 2,000 2,100 2,200 2,300 2,400
Densitas Batuan
P
o
i
s
s
o
n
'
s
R
a
t
i
o
D a t a E x p o n . ( D a t a )