Kehamilan
ektopik adalah kehamilan yang terjadi di luar uterus. Kehamilan ektopik adalah suatu kondisi berisiko tinggi yang terjadi pada 1,9 % kehamilan yang dilaporkan. Penyebab kematian utama pada kehamilan trimester pertama. 15 20% kasus kehamilan ektopik merupakan kasus emergensi yang memerlukan tindakan pembedahan.
Tuba Fallopii (95%-98% dari seluruh kehamilan ektopik), yaitu pada: Pars interstisialis (2%) Istmus (25%) Ampulla (55%) Infundibulum (1%) Fimbria (17%) Uterus, yaitu pada : Kanalis servikalis (<1%) Divertikulum Kornu (1-2%) Tanduk rudimenter Ovarium (<1%) Intraligamenter (<1%) Abdominal (1-2%) Primer Sekunder Kehamilan ektopik kombinasi (combined ectopic pregnancy)
A. Faktor tuba
Kehamilan ektopik , 5 10 kali lipat pada pasien dengan riwayat salfingitis Perlekatan lumen tuba Kelainan anatomi tuba akibat ekspose Diethyl Stilbesterol - DES intrauteri
mengandung progestin (Progestin-only pill) Disebabkan oleh efek relaksasi otot polos progesteron
E. Faktor lain
AKDR alat kontrasepsi dalam rahim ( IUD ) Merokok Usia tua Riwayat abortus yang sering terjadi
Faktor resiko Resiko tinggi Bedah korektif tuba Sterilisasi tuba Riwayat kehamilan ektopik Pajanan DES in utero AKDR Patologi tuba yang tercatat Resiko sedang Infertilitas Riwayat infeksi genital Banyak pasangan Resiko rendah Riwayat bedah panggul/abdomen Merokok Vaginal Douche Hubungan sekx <18th
Resiko (odd ratio) 21,0 9,3 8,3 5,6 4,5-45 3,8-21 2,5-21 2,5-3,7 2,1 0,93-3,8 2,3-2,5 1,1-3,1 1,6
nilai2x tunggal adalah odd ratio umum dari penelitian2x homogen, nilai-nilai ganda adalah kisaran nilai dari penelitian2x heterogen.
Nyeri
- Nyeri dapat bersifat unilateral atau bilateral ; terlokalisir atau menyebar. - Nyeri subdiafragma atau nyeri bahu tergantung ada atau tidaknya perdarahan intra-abdominal yang menyebabkan iritasi diafragmatik.
Perdarahan
Perdarahan uterus abnormal (biasanya berupa bercak perdarahan ) terjadi pada 75% kasus yang merupakan akibat dari lepasnya sebagian desidua. Amenorea sekunder tidak selalu terdapat dan 50% penderita KE mengeluhkan adanya spotting pada saat haid yang dinanti sehingga tak jarang dugaan kehamilan hampir tidak ada Pusing, pandangan berkunang-kunang dan atau sinkope terjadi pada 1/3 sampai kasus KET.
Amenorea
Sinkope
Desidual
cast 5 10% kasus kehamilan ektopik mengeluarkan desidual cast yang sangat menyerupai hasil konsepsi.
abdomen Rasa tegang abdomen yang menyeluruh atau terlokalisir terdapat pada 80% kasus kehamilan ektopik terganggu Nyeri goyang servik (dan ketegangan pada adneksa) terdapat pada 75% kasus kehamilan ektopik.
Ketegangan
Masa
adneksa Masa unilateral pada adneksa dapat diraba pada sampai kasus KE. Kadang-kadang dapat ditemukan adanya masa pada cavum Douglassi (hematocele) Perubahan pada uterus Terdapat perubahan-perubahan yang umumnya terjadi pada kehamilan normal.
Appendicitis
Salphyngitis Ruptur kista korpus luteum atau folikel ovarium Abortus iminen insipien atau inkompletus Torsi kista ovarium UTI Kehamilan intrauterin dengan masalah lain pada abdomen maupun pelvic, ex: degenerating fibroids
A. Anamnesis berdasarkan gejala yang dirasakan pasien B. Pemeriksaan Fisik C. Pemeriksaan Penunjang Laboratorium USG Culdocentesis
Uterus
kosong Tuba fallopi yang terdistensi Tidak ada tanda ruptur Massa adnexal
Kehamilan normal Kantung kehamilan (GSgestational sac) intrauterine terlihat sebagai double-ring yang menggambarkan desidua dan selaput amnion.
Kehamilan Ektopik Pada kehamilan ektopik, hanya terlihat adanya penebalan dan reaksi desidua pada endometrium. Dalam keadaan lanjut, terlihat adanya pelepasan desidua sehingga terlihat adanya cairan atau darah intrakaviter sehingga disebut sebagai pseudogestational sac yang kecil dan iregular dibandingkan dengan kantung kehamilan yang sebenarnya.
Culdocentesis dilakukan dengan memasukkan jarum melewati fornix posterior vagina ke cul-de-sac dan melakukan aspirasi darah Bila ditemukan darah nonclot indikasi operasi (kemungkinan ruptur)
Pada sebagian besar kasus, kehamilan ektopik berakhir pada kehamilan 6 10 minggu melalui beberapa cara : Abortus Tuba atau Ruptura Tuba. Abortus Tuba Ruptura Tuba
Bila tuba tidak pecah dengan ukuran kantung kehamilan kecil serta kadar -hCG rendah maka dapat diberikan injeksi methrotexate kedalam kantung gestasi dengan harapan bahwa trofoblas dan janin dapat diabsorbsi atau diberikan injeksi methrotexate 50 mg/m3 intramuskuler. Syarat pemberian methrotexate pada kehamilan ektopik: - Ukuran kantung kehamilan <> - Keadaan umum baik (hemodynamically stabil) - Tindak lanjut (evaluasi) dapat dilaksanakan dengan baik Keberhasilan pemberian methrotexate yang cukup baik bila: - Masa tuba <> - Usia kehamilan <> - Janin mati - Kadar -hCG <>
Kontraindikasi pemberian Methrotexate : Laktasi Status Imunodefisiensi Alkoholisme Penyakit ginjal dan hepar Diskrasia darah Penyakit paru aktif Ulkus peptikum
Laparotomi : eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-ovarektomi) atau insisi longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan pemencetan agar kantung kehamilan keluar dari luka insisi dan kemudian luka insisi dijahit kembali. Laparoskop : untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan insisi pada tepi superior dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba.
Setelah dilakukan operasi laparotomi pada pasien tersebut, pasien dipindahkan ke bangsal Cek Hb. 6 jam setelah operasi UD 2 langsung masuk Injeksi ceftriakson 2x1gr Selalu pantau KU,VS,PFx
60% pasien pasca kehamilan ektopik akan mengalami kehamilan berikutnya dengan resiko berulangnya kejadian sebesar 10%. (pada wanita normal 1%).
Pada mereka yang menjadi hamil lakukan pengamatan teliti dan konfirmasi kehamilan intrauterin dengan TVS pada minggu ke 6 8.