Anda di halaman 1dari 18

BUDIDAYA TANAMAN KENTANG

Disusun Oleh: Gilang Prasetya Sarjono Novi Anjarwati Hervy M. Dianah K. Purnomo Dwi A. Trias Seprianto Sarah Jadid Adwitya Handriawan Neni Kholimah (12023) (12247) (12266) (12291) (12388) (12417) (12462) (12500) (12558) (12597) (12619)

BUDIDAYA TANAMAN SEMUSIM FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2013

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum) merupakan salah satu komoditas yang paling penting di dunia. Umbi kentang merupakan umbi-umbian yang paling banyak dibudidayakan di dunia. Kentang telah diproduksi di banyak negara di dunia dan menjadi bahan konsumsi bagi sebagian besar populasi manusia di dunia. Selain untuk pangan, kentang juga dikembangkan sebagai bahan baku industri terutama sebagai makanan ringan. Di Indonesia, kentang menjadi salah satu komoditas yang memperoleh prioritas utama untuk dikembangkan. Banyak petani di dataran tinggi yang memilih kentang sebagai komoditas untuk dibudidayakan, misalnya di daerah Dieng dan Banjarnegara. Hal ini dikarenakan kandungan nutrisi kentang yang kaya akan karbohidrat menjadikan kentang sebagai salah satu pangan alternatif dalam pelaksanaan program diversifikasi pangan. Selain itu, kentang juga memiliki kandungan protein dan vitamin B yang lebih tinggi dibandingkan dengan komoditas pangan lain seperti singkong dan ubi jalar, serta kandungan vitamin C yang sebanding dengan setengah kebutuhan optimumnya dalam sehari. Salah satu faktor pembatas budidaya kentang adalah teknik budidaya yang kurang dikuasai oleh petani. Untuk memperoleh produksi kentang yang tinggi sehingga kebutuhan akan kentang dapat terpenuhi, diperlukan teknik budidaya yang baik. B. Tujuan Mengetahui teknik budidaya kentang yang baik sehingga dapat diperoleh produksi yang tinggi dan manajemen usaha tani yang efektif.

II. TINJAUAN PUSTAKA Kentang merupakan salah satu pangan utama dunia setelah padi, gandum, dan jagung Disamping itu, kentang termasuk salah satu komoditas hortikultura yang mempunyai nilai perdagangan domestik dan potensi ekspor yang cukup baik (Wattimena, 2000). Kentang berasal dari wilayah Pegunungan Andes di Peru dan Bolivia, tetapi tanaman kentang yang masuk ke Indonesia adalah kentang yang berasal dari Amerika Utara (Setiadi, 1993). Tanaman kentang merupakan salah satu tanaman yang melalui perbanyakan secara vegetatif dengan menggunakan umbi akar. Secara morfologi, umbi adalah batang pendek, tebal dan berdaging dengan daun yang berubah menjadi kerak atau belang, berdampingan dengan tunas samping (aksilar) yang biasa dikenal sebagai mata. Proses pembuahan umbi ditandai dengan terhentinya pertumbuhan memanjang dari rizoma/stolon dan diikuti pembesaran hingga rizoma tersebut membengkak. Bentuk umbi tanaman kentang beragam , ada yang memanjang, kotak, bulat, atau pipih dengan warna kuning muda atau putih (Rubatzky, 1995). Menurut Setiadi (2009), tanaman kentang diklasifikasikan ke dalam : Divisio Subdivisio Kelas Ordo Familia Genus Spesies : Spermatophyta : Angiospermae : Dicotyledoneae : Solanales : Solanaceae : Solanum : Solanum tuberosum L. Di Indonesia pada umumnya kentang dibudidayakan di dataran tinggi, hal ini menjadi kendala dalam menjaga kelestarian alam. Pengusahaan kentang di dataran tinggi terus menerus dapat merusak lingkungan, terutama terjadinya erosi dan menurunkan produktivitas tanah. Oleh karena itu langkah perluasan penanaman kentang di dataran medium merupakan salah satu

langkah alternatif yang dapat diupayakan. Khususnya di lahan sawah tadah hujan untuk membantu peningkatan pendapatan petani di daerah tersebut (Subhan, 1998). Kendala peningkatan produksi kentang di Indonesia diantaranya yaitu : (1) rendahnya kualitas dan kuantitas bibit kentang, yang merupakan perhatian utama dalam usaha peningkatan produksi kentang di Indonesia, (2) teknik budidaya yang masih konvensional, (3) faktor topografi, dimana daerah dengan ketinggian tempat dan temperatur yang sesuai untuk pertanamankentang di Indonesia sangat terbatas, (4) daerah tropis Indonesia merupakan tempat yang optimum untuk perkembangbiakan hama dan penyakit tanaman kentang (Kuntjoro, 2000).

III. TANAMAN KENTANG A. Pengertian Kentang merupakan tanaman dikotil, termasuk dalam Kingdom Plantae, divisi Magnoliophyta dengan kelas Magnoliopsida, termasuk dalam ordo Solanes dan family Solanaceae dengan genus Solanum dengan nama spesies Solanum tuberosum. Kentang di Indonesia ditanam di daerah dataran tinggi lebih dari 1.000 m di atas permukaan laut. Tanaman kentang yang dihasilkan secara aseksual dari umbi akan memiliki akar serabut dengan percabangan halus, agak dangkal dan akar adventif yang berserat menyebar, sedangkan tanaman kentang yang tumbuh dari biji akan membentuk akar tunggang ramping dengan akar lateral yang banyak. B. Syarat Tumbuh Daerah yang cocok untuk menanam kentang adalah dataran tinggi atau daerah pegunungan dengan ketinggian 1000-3000 m diatas permukaan laut (dpl). Ketinggian tempat yang ideal berkisar antara 1000-1300 m dpl dan untuk dataran medium pada ketinggian 300-700 m dpl (Samadi, 1997). a. Iklim Keadaan iklim yang ideal untuk tanaman kentang adalah suhu rendah (dingin) dengan suhu rata-rata harian antara 15-20 oC. Kelembaban udara 80-90 %, cukup mendapat sinar matahari (moderat) dan curah hujan 200-300 mm per bulan atau rata-rata 1000 mm selama pertumbuhan (Rukmana, 1997). Suhu tanah optimum untuk pembentukan umbi yang normal berkisar antara 15-18 oC. Pertumbuhan umbi akan sangat terhambat apabila suhu tanah kurang dari 10oC dan lebih dari 30oC (Samadi, 1997). b.Tanah Tanaman kentang membutuhkan tanah yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, bersolum dalam, aerasi dan drainasenya baik dengan reaksi tanah (pH) 5-6,5. Jenis tanah yang paling baik adalah Andosol dengan ciri-ciri solum tanah agak tebal antara 1-2 m, berwarna hitam atau kelabu sampai coklat tua, bertekstur debu atau lempung berdebu sampai lempung dan bertekstur remah. Jenis tanah andosol memiliki kandungan unsur hara sedang sampai tinggi, produktivitas sedang sampai tinggi dan reaksi tanah masam sampai netral (Rukmana, 1997).

Di daerah yang berangin kencang harus dilakukan pemberian air pengairan yang cukup dan sering dilakukan pengontrolan keadaan tanah karena angin kencang yang berkelanjutan berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung terhadap pertumbuhan tanaman dan penularan bibit penyakit ke tanaman dan ke areal pertanaman yang lain. C. Persiapan Bahan Tanam Dalam mempersiapkan bibit perlu dilaksanakan pemeliharaan terhadap bibit sebelum dilaksanakan penanaman, dalam hal ini dilakuan seleksi untuk membuang yang rusak atau sakit secara visual atau terlihat oleh mata telanjang sehingga akan diperoleh bibit yang berkualitas baik dan dapat berproduksi tinggi serta memberikan keuntungan yang besar. Menurut Rukmana (1997), bibit kentang bermutu harus memenuhi syarat sebagai berikut a. Bibit bebas hama dan penyakit b. Bibit tidak tercampur varietas lain atau klon lain (murni) c. Ukuran umbi 30-45 gram berdiameter 35-45 mm (bibit kelas I) dan 45-60 gram berdiameter 45-55 (bibit kelas II) atau umbi belah dengan berat minimal 30 gram. d. Umbi bibit tidak cacat dan kulitnya kuat. Ciri umbi bibit yang siap tanam adalah telah melampaui masa istirahat atau masa dormansi selama 4 bulan sampai 6 bulan dan telah bertunas sekitar 2 cm. Penanaman umbi bibit yang masih dalam masa dormanis atau belum bertunas pertumbuhannya akan lambat dan produktivitasnya rendah. Umbi bibit yang disimpan terlalu lama sampai pertumbuhan tunasnya panjang-panjang harus dilakukan perompesan lebih dulu yang dikerjakan sebulan sebelum tanam. Tanpa perompesan, tanaman akan tumbuh lemah. D. Persiapan lahan Lokasi penanaman kentang yang paling baik adalah tanah bekas sawah karena hama atau penyakit berkurang akibat sawah selalu berada dalam kondisi anaerob (Samadi, 1997). Kegiatan persiapan lahan tanaman kentang hingga siap tanam dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahap awal dari kegiatan tersebut adalah perencanaan yang meliputi penentuan arah bedengan, terutama pada lahan berbukit, pembuatan selokan, pemeliharaan tanaman dan pemupukan. Tahap berikutnya ialah pengolahan tanah dengan cara pembajakan atau pencangkulan sedalam kurang lebih 30 cm hingga gembur, kemudian diistirahatkan selama 1 sampai 2 mingu.

Pengolahan tanah dapat diulangi sekali lagi hingga tanah benar-benar gembur sambil meratakan tanah dengan garu atau cangkul untuk memecah bongkahan tanah berukuran besar. Dua minggu setelah pembajakan tanah dan penggemburan, dilakukan pembuatan bedengan dan selokan untuk irigasi atau pengairan. Bedengan dibuat membujur searah TimurBarat, agar penyebaran cahaya matahari dapat merata mengenai seluruh tanaman. Bedengan berukuran lebar 70-100 cm, tinggi 30 cm, jarak antar bedeng yang merupakan lebar selokan adalah 40 cm dan panjangnya disesuaikan dengan kondisi lahan. Kedalaman selokan sama dengan tinggi bedengan (30 cm). Selanjutnya di sekeliling petak-petak bedengan dibuat selokan untuk pembuangan air (drainase) sedalam 50 cm dengan lebar 50 cm (Samadi, 1997). Pemupukan dasar adalah tahapan terakhir dari kegiatan persiapan lahan. Pupuk dasar yang terdiri dari pupuk organik dan anorganik diberikan sebelum tanam. Pupuk organik diberikan pada permukaan bedengan kira-kira satu minggu sebelum tanam. Pemberian pupuk organik dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan dicampurkan dengan tanah bedengan sampai kedalaman 20 cm ketika penggemburan tanah yang terakhir dan dengan diberikan pada lubang tanam. Pupuk anorganik yang berupa TSP diberikan sebagai pupuk dasar sebanyak 300 kg sampai 350 kg per hektar bersamaan dengan pemberian pupuk organik (Samadi, 1997). Kebutuhan pupuk organik mencapai 20-30 ton per hektar. E. Penanaman Penanaman tanaman kentang perlu dipersiapkan dengan baik, terutama untuk jarak tanam dan waktu tanam. Penentuan jarak dan waktu tanam yang tepat akan memaksimalkan produktivitas tanaman ini. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai jarak dan waktu tanam : a. Jarak tanam Jarak tanam pada penanaman kentang sangat bervariasi tergantung varietasnya. Pada varietas Granola umumnya ditanam dengan jarak tanam 30 x 70 cm dan kedalaman lubang tanam 810 cm. Khusus di dataran menengah, jarak tanam 5030 cm untuk sistem bedengan atau 6070 cm x 30 cm untuk sistem guludan.Penanaman bibit kentang yang paling sederhana yaitu dengan cara umbi bibit diletakkan dalam alur tepat di tengahtengah dengan posisi tunas menghadap keatas dan jarak antara umbi bibit dalam alur adalah 2530 cm(Rukmana, 1997). Menurut Soewito (1989) jarak tanam tanaman kentang yang baik yaitu 3040cm.

b. Waktu tanam Waktu tanam sangat berpengaruh terhadap produktivitas tanaman.Waktu tanam yang paling baik di daerah dataran tinggi yaitupada kondisi cerah. Sedangkan di dataran menengah, waktu tanam yang paling baik ketika musim kemarau agar pada saat pembentukan umbi kentang keadaan suhu malam hari paling rendah. Menurut Samadi (1997), penanaman bibit kentang yang paling baik dilakukan pada pagi atau sore hari. Penanaman pada siang hari dapat menyebabkan kelayuan sehingga tanaman terhambat pertumbuhannya, bahkan tanaman menjadimati. F. Pemeliharaan Pemeliharaan pada budidaya tanaman kentang meliputi penyulaman, penyiangan, pemupukan, pengairan, dan perlindungan hama penyakit. Pemeliharaan ini sangat perlu dilakukan karena akan berpengaruh terhadap hasil produksi. Pemeliharaan yang kurang sempurna menyebabkan produktivitas tanaman rendah. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai kegiatan-kegiatan pemeliharaan dalam budidaya tanaman kentang : a. Penyulaman Waktu atau periode penyulaman maksimum 15 hari setelah tanam. Bibit yang tumbuh abnormal atau mati harus segera diganti atau disulam dengan bibit yang baru.Cara penyulaman dengan mengambil bibit yang mati, kemudian meletakkan umbi bibit yang baru dan menimbunnya sedalam kurang lebih 7,5 cm. Penyulaman lebih baik dilakukan pagi atau sore hari (Rukmana, 1997). Hal tersebut bertujuan agar bibit baru yang ditanam tidak layu.Bibit yang digunakan untuk penyulaman dengan bibit produksi. b. Penyiangan Penyiangan dilakukan segera setelah terlihat pertumbuhan rumput dengan merupakan bibit cadangan yang telah disiapkan bersamaan

memperhitungkan bila selesai kegiatan ini akan dilanjutkan dengan pembumbunan. Pembumbunan bertujuan untuk memberi kesempatan agar stolon dan umbi berkembang dengan baik, memperbaiki drainase tanah, mencegah umbi kentang yang terbentuk terkena sinar matahari dan mencegah serangan hama penggerek umbi (Phithorimaea opercuella). Cara pembumbunan adalah menimbun bagian pangkal tanaman dengan tanahsehingga terbentuk

guludanguludan (Rukmana, 1997). Ketebalan pembumbunan pertama kira kira 10 cm, pembumbunan kedua jugakira-kira 10 cm sehingga ketinggian pembumbunan mencapai kira kira20 cm. Waktu penyiangan umumnya saat tanaman kentang berumur 1 bulan. Cara menyiangi adalah mencabuti atau membersihkan rumput dengan alat bantu tangan atau kored. Penyiangan dilakukan secara berhatihati agar tidak merusak perakaran tanaman kentang. Penyiangan sebaiknya dilakukan pada daerah kirakira 15 cm di sekitar tanaman (Rukmana, 1997). Penyiangan dilakukan secara kontinyu dan sebaiknya pada saat 23 hari sebelum/bersamaan pemupukan susulan dan penggemburan. Jadi penyiangan dilakukan minimal dua kali selama masa penanaman. Penyiangan harus dilakukan pada fase kritis yaitu vegetatif awal danpembentukan umbi. c. Pemupukan Pemupukan dasar adalah tahapan terakhir dari kegiatan persiapan lahan. Pupuk dasar terdiri dari pupuk organik dan pupuk anorganik yang diberikan sebelum tanam. Pupuk organik diberikan pada permukaan bedengan kirakira satu minggu sebelum tanam. Pemberian pupuk organikdapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan dicampurkan dengan tanah bedengan sampai kedalaman 20 cm ketika penggemburan tanah terakhirdan dengan diberikan pada lubang tanam. Pupuk anorganik yang berupaTSP diberikan sebagai pupuk dasar sebanyak 300 kg sampai 350 kg per hektar bersamaan dengan pemberian pupuk organik (Samadi, 1997). Kebutuhan pupuk organik mencapai 2030 ton per hektar. Pemupukan susulan dilakukan pada saat tanam yaitu menggunakan kombinasi pupuk sebagai berikut : 1. Pupuk Makro (sekitar 3 5 minggu) : Urea/ZA: 100 kg/ha, SP36: 80 kg/ha, KCl: 100 kg/ha.Pupuk makro diberikan jarak 10 cm dari batang tanaman. 2. Pupuk hayati MiG6 PLUS : Pada umur 3 minggu dan 6 minggu setelah tanam masingmasing 2 liter per hektar. Pemberian pupuk susulan dilakukan dengan menyebar pupuk itu di sekeliling tanaman pada jarak 10 cm dari batang tanaman dengan dosis sekitar 1020 g per tanaman atau diberikan pada

barisan diantara tanaman kurang lebih 2025 cm kemudian segera menimbunnyadengan tanah sambil membumbun. d. Pengairan Pada awal pertumbuhan diperlukan ketersediaan air yang memadai bagi tanaman. Pengairan harus kontinyu sekali seminggu atau tiap hari,tergantung cuaca dan ketersediaan air. Waktu pengairan yang paling baikadalah pagi hari atau sore hari saat udara dan penguapan tidak terlalu tinggi dan penyinaran matahari tidak terlalu terik. Cara pengairan adalah dengan digenangi hingga tanah basah, kemudian air dibuang melalui saluran pembuangan air (Rukmana, 1997). Pengairan juga dapat dilakukan 7 hari sekali secara rutin dengan di gembor, power sprayer atau dengan mengairi selokan sampai areal lembab (sekitar 1520 menit).

e. Pemberantasan hama dan penyakit Beberapa hama yang menyerang tanaman kentang ialah: 1. Ulat grayak (Spodoptera litura) Gejala Pengendalian : ulat menyerang daun hingga habis daunnya : memangkas daun yang telah ditempeli telur; sanitasi lingkungan

2. Kutu daun (Aphis Sp) Gejala Pengendalian : kutu daun menghisap cairan dan menginfeksi tanaman, juga dapat menularkan virus : memotong dan membakar daun yang terinfeksi

3. Orongorong (Gryllotalpa Sp) Gejala : : menyerang umbi di kebun, akar, tunas muda dan tanaman muda. Akibatnya tanaman menjadi peka terhadap infeksi bakteri

4. Hama penggerek umbi (Phtorimae poerculella Zael) Gejala : daun berwarna merah tua dan terlihat jalinan seperti benang berwarna kelabu yang merupakan materi pembungkus ulat. Umbi yang terserang bila dibelah, terlihat lubanglubang karena sebagian umbi telah dimakan. : 5. Hama trip ( Thrips tabaci ) Gejala : pada daun terdapat bercakbercak berwarna putih, berubah menjadi abuabu perak dan mengering. Serangan dimulai dari ujungujung daun yang masih muda Pengendalian : memangkas bagian daun yang terserang

Adapun penyakit-penyakit yang menyerang tanaman kentang ialah: 1. Penyakit busuk daun Penyebab Gejala : jamur Phytopthora infestans : timbul bercakbercak kecil berwarna hijau kelabu dan agak basah hingga warnanya berubah menjadi coklat sampai hitam dengan bagian tepi berwarna putih yang merupakan sporangium dan daun membusuk/mati Pengendalian : sanitasi kebun 2. Penyakit layu bakteri Penyebab Gejala Pengendalian pencegahan : bakteri Pseudomonas solanacearum : beberapa daun muda pada pucuk tanaman layu dan daun tua, daun bagian bawah menguning : sanitasi kebun, pergiliran tanaman : menggunaan pupuk hayati MiG6PLUS sebelum tanam.

3. Penyakit busuk umbi Penyebab Gejala : jamur Colleotrichum coccodes : daun menguning dan menggulung, lalu layu dan kering. Bagian tanaman yang berada dalam tanah terdapat bercakbercak berwarna coklat. Infeksi akan menyebabkan akar dan umbi muda busuk Pengendalian Pencegahan 4. Penyakit fusarium Penyebab Gejala : jamur Fusarium sp. : busuk umbi yang menyebabkan tanaman layu. Penyakit ini juga menyerang kentang di gudang penyimpanan.Infeksi masuk melalui lukaluka yang disebabkan nematoda/faktor mekanis Pengendalian : menghindari terjadinya luka pada saat penyiangan dan pendangiran. : pergiliran tanaman , sanitasi kebun dan penggunaan bibit yang baik. : menggunaan pupuk hayati MiG6PLUS sebelum tanam dan saat pemeliharaan

5. Penyakit bercak kering (Early Blight) Penyebab Gejala : jamur Alternaria solani. Jamur hidup disisa tanaman sakit dan berkembang di daerah kering : daun berbercak kecil tersebar tidak teratur, warna coklat tua, meluas ke daun muda. Permukaan kulit umbi berbercak gelap tidak beraturan, kering, berkerut dan keras Pengendalian : pergiliran tanaman

6. Penyakit karena virus Penyebab : (1) Potato Leaf Roll Virus (PLRV) menyebabkan daun menggulung; (2) Potato Virus X (PVX) menyebabkan mosaik laten pada daun; (3) Potato Virus Y (PVY) menyebabkan mosaik atau nekrosis lokal; (4) Potato Virus A (PVA) menyebabkan mosaik lunak; (5) Potato Virus M

(PVM) menyebabkan mosaik menggulung; (6) Potato Virus S (PVS) menyebabkan mosaik lemas Gejala Pengendalian : tanaman tumbuh kerdil, lurus dan pucat dengan umbi kecilkecil/tidak menghasilkan sama sekali; daun menguning dan jaringan mati : tidak ada pestisida untuk mengendalikan virus, pencegahan dan pengendalian dilakukan dengan menanam bibit bebas virus, membersihkan peralatan, memangkas dan membakar tanaman sakit, mengendalikan vektor dengan pestisida dan melakukan pergiliran tanaman.

Pengendalian hama dan penyakit sebaiknya dilakukan sesuaijadwal, pertama yaitu melakukan pengamatan di lahan untukmenentukan hama penyakit yang menyerang dan menentukaninsektisida dan fungisida yang akan digunakan.Bila tanaman terkena virus dan tidak bisa diobati, makatanaman harus dicabut agar tidak menular ke tanaman yang lain.

IV. PANEN KENTANG A. Proses Tanaman kentang dipanen pada umur 90- 160 hari setelah tanam (HST) dan hasilnya beragam tergantung kultivar, wilayah produksi, dan kondisi pemasaran. Ada berbagai macam cara memanen kentang mulai dari yang paling sederhana sampai modern. Panen kentang yang sederhana dengan menggali umbi dengan tangan dan menempatkannya dalam wadah kecil. Panen kentang yang modern menggunakan peralatan untuk memisahkan umbi dari tanah dan menempatkannya dalam wadah pengumpul atau truk. Mekanisme dapat mengurangi kebutuhan tenaga kerja dan digunakan pada skala produksi yang besar. Ciri-ciri tanaman kentang yang sudah layak untuk dipanen adalah daun-daunnya telah menguning atau mongering, batang berubah warna dari hijau menjadi kekuning-kuningan, dan kulit umbi tidak mudah lecet. Panen dilakukan dengan cara membongkar guludan atau bedengan, kemudian mengangkat umbi-umbi kentang ke permukaan tanah. Umbi dibiarkan beberapa saat agar terkena sinar matahari, kemudian dikumpulkan dan diangkut ke tempat penampungan hasil. Potensi hasil varietas unggul yang ditanam di dataran medium berkisar 18 ton 40 ton per hektar, tergantung pada varietas yang ditanam. Tanaman yang akan dipanen dengan menggunakan mesin, pada bagian atasnya harus dihancurkan dengan mesin pemotong tajuk atau dengan bahan kimia pengering daun. Kegiatan ini dilakukan saat satu atau dua minggu sebelum panen. Penghancuran daun cenderung memperkuat jaringan peridermis umbi yang belum matang sehingga meningkatkan ketahanannya terhadap kemungkinan kerusakan sebelum panen. Kentang yang dipanen ketika masih muda mempunyai kulit yang tipis, mudah sobek, kandungan airnya tinggi dan kandungan tepungnya rendah. Sebaliknya, kentang yang dianen setelah cukup tua mempunyai kulit tebal, tidak mudah sobek, kandungan tepungnya tinggi dan tahan lama bila disimpan. B. Pasca Panen (Pemeliharaan) Penanganan pascapanen umbi kentang di tempat penampungan hasil meliputi aktivitasaktivitas sebagai berikut: (Rukmana, 2012) 1. Melakukan seleksi dan sortasi umbi, yaitu memisahkan umbi yang rusak dari umbi yang sehat (normal).

2. Membersihkan umbi yang terpilih dari kotoran atau tanah. 3. Menghilangkan panas laten dengan cara menghamparkan kentang dengan 4-5 lapisan, sebelum dikemas atau dijual. 4. Mengemas umbi, dapat dilakukan dengan menggunakan kurung plastic (waring). Pada saat melakukan sortasi dan seleksi, umbi-umbi terpilih diklasifikasikan berdasarkan ukuran mutu sebagai berikut: 1. Umbi konsumsi 2. Umbi kelas A 3. Umbi kelas B 4. Umbi kelas C 5. Umbi ares : > 80 g : > 60 g 80 g : > 45 g 60 g : > 30 g 45 g : 20 g 30 g

Untuk bahan baku French fries, mutu umbi diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Mutu Super 2. Mutu A 3. Mutu B : > 400 g : > 250 g 400 g : > 100 g 250 g

Penanganan pasca panen bertujuan agar mutu sayuran tetap baik seperti pada saat dipanen. Pasca panen dimulai sejak komoditas dipisahkan dari tanaman (dipanen) dan berakhir bila komoditas tersebut dikonsumsi. Kegiatan pasca panen kentang meliputi: pencucian, pemilihan (sortasi), pengkelasan (grading), pengemasan, dan penyimpanan. a. Pencucian Umbi kentang yang telah dipanen, dibersihkan dengan cara memasukannya kedalam bak air. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan kotoran, residu pestisida, dan sumber- sumber kontaminasi. Biasanya ditambhakan suatu bahan kimia yaitu klorin ke dalam air pencucian yang bertujuan untuk mengendalikan mikroorganisme. Klorin efektif bila larutan dijaga pada pH netral. Perlakuan klorin dengan konsentrasi 100- 150 ppm dapt membantu mengendalikan patogen selama proses lebih lanjut. Setelah itu, bahan dikeringkan dengan cara meniriskan dan memberikan udara. b. Penyortiran dan Pengkelasan Penyortiran merupakan kegiatan memilih umbi kentang yang secara fisik dan fisiologis mempunyai kondisi yang baik. Umbi kentang yang baik memiliki ciri yaitu bentuk bulat atau

oval, warna kulit kentang tergantung varietas misalnya varietas Granola berwarna kuning, umbi kentang yang jelek memiliki ciri yaitu bentuk tidak beraturan, warna kulit hijau, dan ada bercakbercak hitam akibat serangan hama dan penyakit. Kriteria penyortiran berdaarkan warna, bentuk, berat, kerusakan mekanis dan busuk, serta derajat kematangan. Pengkelasan dilakukan dengan mengelompokkan umbi kentang yang baik ke dalam beberapa kelas berdasarkan ukuran umbi. c. Pengemasan Pengemasan adalah memasukkan dan menyusun hasil panen ke dalam suatu wadah atau tempat yang cocok dan baik sehingga komoditi tersebut terlindungi dari kerusakan mekanis, fisiologis, kimiawi, dan biologis. Pengemasan bertujuan untuk melindungi hasil terhadap kerusakan, mengurangi kehilangan air, dan mempermudah dalam hal pengangkutan dan perhitungan. Kemasan yang baik memiliki syarat- syarat yaitu, tidak toksik, dapat menjamin sanitasi dan syarat- syarat kesehatan, serta ukuran, bentuk, dan berat harus sesuai dengan bahan yang akan dikemas. d. Penyimpanan Tujuan utama penyimpanan adalah mengendalikan laju transpirasi, respirasi, infeksi penyakit, dan mempertahankan produk dalam bentuk yang paling berguna bagi konsumen. selama 10 hari atau lebih untuk meningkatkan pembentukan peridermis dan penyembuhan luka akibat panen. Setelah penyembuhan, suhu penyimpanan diturunkan, besarnya penurunan suhu bergantung pada lamanya penyimpanan. Penyimpanan adalah upaya untuk memperpanjang ketersediaan produk sehingga membantu memenuhi kebutuhan pemasaran, distribusi, dan penggunaan. Penyimpanan yang baik seharusnya dirancang untuk mencegah menurunnya kelembaban, terjadinya pembusukan, dan perkecambahan dini, serta menghilangkan panas akibat respirasi. Selama penyimpanan, cahaya dihalangi untuk menghindari terbentuknya klorofil pada kulit umbi yang dapat menyebabkan penghijauan umbi sehingga terbentuk glikoalkaloid atau solanin yang beracun dan menyebabkan rasa pahit. Kondisi penyimpanan yang paling ideal adalah ruangan yang dilengkapi pengaturan kelembaban dan suhu yang tepat. Dalam berbagai tipe penyimpanan berskala besar yang modern, kentang disimpan pada tumpukan yang besar atau didalam ruangan. Tumpukan tersebut bila terlalu besar dapat mengganggu ventilasi dan menyebabkan rusaknya umbi yang berada di lapisan bawah tumpukan. Sebagian besar produsen memiliki ruang penyimpanan bersuhu rendah untuk memperpanjang umur simpan dan menyediakan pasokan kentang secara terus menerus.

Selama penyimpanan terdapat berbagai gangguan, sebagian besar gangguan disebabkan oleh penanganan fisik yang keras dimulai pada saat panen hingga penyimpanan. Penyakit timbul biasanya disebabkan oleh adanya infeksi umbi sebelum disimpan. Dalam mengendalikan hama dan penyakit biasanya dilakukan sanitasi penyimpanan. e. Pengangkutan Kentang yang telah siap dipasarkan, diangkut menggunakan alat angkut seperti truk. Tujuan pengangkutan adalah untuk memudahkan kentang yang telah siap dijual sampai ke tangan konsumen. Masalah yang sering timbul pada proses pengangkutan adalah: waktu, jarak yang terlalu jauh, jalan yang rusak, dan kondisi alat angkut yang kurang baik. Pengangkutan yang tepat dapat menjadikan waktu dan tenaga kerja lebih efisien. Menurut Pahan (2006) kecepatan pengangkutan dipengaruhi faktor manusia, cuaca, jalan, dan alat angkut. Faktor-faktor yang mempengaruhi penanganan pasca panen yaitu: 1. Jenis produk pertanian atau varietas 2. Pemilihan jenis produk atau varietas yang dikembangkan belum sepenuhnya dikaitkan dengan spesifikasi produk pertanian yang diminta oleh pasar. 3. Sortasi dan grading Kegiatan sortasi dan grading masih jarang dilakukan. 4. Volume produksi Volume produksi belum sepenuhnya dikaitkan dengan volume permintaan pasar sehingga sering terjadi kelebihan produksi yang dapat berakibat pada penurunan harga jual produk. 5. Jenis kemasan Penggunaan kemasan yang belum memenuhi syarat kemasan yang baik. Hanya sebagian kecil yang telah menggunakan kemasan yang memenuhi syarat.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2013. Syarat Tumbuh Tanaman <<http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/syarat-tumbuh-tanaman-kentang>>. tanggal 12 November 2013. Kentang. Diakses

Kuntjoro, A. S. 2000. Produksi Umbi Mini Kentang G0 Bebas Virus melalui Perbanyakan Planlet secara Kultur Jaringan di PT. Intidaya Agrolestari (Inagro) Bogor Jawa Barat. Skripsi. Jurusan Budi Daya Pertanian Fakultas Pertanian IPB. Hal 62.

Pertumbuhan dan Hasil Kentang di Dataran Medium. Jurnal Hortikultura. 8 (1): 983-987.

Rubatzky, Vincent E dan Mas Yamaguchi. 1995. Dunia Sayuran 1: Prinsip, Produksi dan Gizi Edisi Kedua. Penerbit ITB:Bandung.

Rukmana, R. 1997. Kentang budidaya dan pasca panen. Kanisius: Yogyakarta.

Samadi, B. 1997. Usahatani Kentang. Kanisius:Yogyakarta.

Setiadi dan Surya Fitri Nurulhuda. 1993. Kentang: Varietas dan Pembudidayaan. Penebar Swadaya: Jakarta.

Setiadi. 2009. Budidaya Kentang. Penebar Swadaya: Jakarta.

Soewito M. 1989. Manfaat dan Khasiat Flora. Stella Mars: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai