Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN (PBL DAN RT) TERHADAP KETERAMPILAN METAKOGNITIF, HASIL BELAJAR BIOLOGI, DAN RETENSI SISWA

BERKEMAMPUAN AKADEMIK RENDAH KELAS X PADA SMA YANG BERBEDA Novitasari Anggraini Putri, Aloysius Duran Corebima, Susriyati Mahanal Universitas Negeri Malang E-mail: putri_1090109@yahoo.com

ABSTRACT: This research had been conducted in order to know the influence of PBL and RT learning strategies on the metacognitive skills, cognitive learning result, and retention of students. Two classes had been used consisting of 16 and 22 students in each class. The data collected were metacognitive skill and cognitive learning result. The data had been analysized using Anacova statistic. The research results were: (1) PBL and RT did not have influence on metacognitive skill; (2) PBL and RT had significant influence on cognitive learning result; (3) PBL and RT did not have influence on metacognitive skill retention, but had influence on cognitive learning result of the students. Keywords: PBL, RT, metacognitive skill, cognitive learning result, retention

Sekolah menengah atas di Kota Malang menggunakan sistem penerimaan siswa baru melalui penyaringan nilai hasil ujian nasional SMP yang disebut minimal passing level (MPL). Akibatnya, terjadi pemusatan siswa yang berkemampuan akademik rendah di satu sekolah dan siswa yang berkemampuan akademik tinggi di sekolah yang lain. Hal ini akan menyebabkan terjadinya polarisasi kemampuan akademik pada setiap sekolah yang mengakibatkan adanya sekolah menengah atas yang memiliki kemampuan akademik tinggi, sekolah menengah atas yang berkemampuan akademik sedang bahkan sekolah menengah atas yang memiliki kemampuan akademik rendah. Sekolah menengah atas yang memiliki kemampuan akademik rendah berisikan siswa-siswi yang memiliki daya berpikir dan keterampilan metakognitif yang rendah. Padahal, daya berpikir dan keterampilan metakognitif merupakan unsur yang sangat pokok dalam proses belajar siswa karena keduanya dapat mempengaruhi penguasaan konsep, kemampuan berpikir termasuk keterampilan metakognitif dan ingatan akan konsep yang telah dikuasai. Akibatnya, pada sekolah berkemampuan akademik rendah memiliki hasil belajar kognitif dan retensi yang kurang baik. Kemampuan akademik merupakan kemampuan untuk mencapai prestasi di sekolah, yang di dalamnya berpikir memegang peranan pokok. Kemampuan akademik dapat dilihat dari nilai yang dimiliki oleh siswa (Syah, 2005). Beberapa nilai yang dapat menggambarkan kemampuan akademik siswa antara lain nilai raport siswa dan nilai hasil Ujian Nasional. Apabila nilai-nilai yang menunjukkan hasil belajar kognitif siswa tersebut rendah, dapat diartikan bahwa kemampuan akademik siswa juga rendah. Rendahnya hasil belajar kognitif siswa juga dapat disebabkan oleh rendahnya kemampuan berpikir dan pemahaman konsep para siswa. Hal ini berhubungan dengan keterampilan metakognitif siswa. Menurut Flavell (1987), keterampilan metakognitif merupakan kesadaran kognitif atau pengalaman afektif

yang mengiringi usaha intelektual atau secara sederhana disebut sebagai pengetahuan dan kesadaran tentang kemampuan kognitif (knowledge and cognition about cognitive phenomena). Kesadaran ini meliputi monitoring terhadap memori, pemahaman, dan usaha kognitif. Semakin rendah keterampilan metakognitif siswa, berarti semakin rendah pula kesadarannya untuk memonitor kemampuan kognitifnya, yang berarti siswa tersebut tidak akan mampu mengembangkan kemampuan kognitifnya. Kemampuan metakognitif juga berperan dalam pemahaman dan memori (Flavell, 1987). Memori yang dimaksudkan merujuk pada ingatan akan pengetahuan yang telah dikuasai oleh siswa. Semakin banyak hal yang diingat dalam proses belajar siswa baik melalui peristiwa membaca, menghafal, maupun memahami, tentunya semakin baik bagi seorang siswa karena hasil belajar hanya akan ada apabila ada sesuatu yang diingat dan ingatan ini akan dapat digunakan dalam proses belajar selanjutnya (Nasution, 2000). Terkait dengan ingatan atau memori, Suryabrata (1989) menyatakan bahwa hal ini ditunjukkan dengan satu pengertian saja yaitu retensi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keterampilan metakognitif mempengaruhi retensi. Beberapa penelitian telah menunjukkan hasil bahwa strategi-strategi pembelajaran tertentu dapat memberdayakan keterampilan berpikir maupun keterampilan metakognitif. Beberapa diantaranya adalah Problem Based Learning (PBL) dan Reciprocal Teaching (RT). Arends (1998) menyatakan bahwa PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa melalui keterampilan pemecahan masalah autentik dari kehidupan sehari-hari. Senada dengan Arends (1998), Dasna (2007) juga berpendapat bahwa dengan pembelajaran yang dimulai dengan adanya suatu masalah, siswa akan berusaha untuk memperdalam pengetahuannya tentang apa yang telah diketahui dan apa yang perlu diketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Palincsar dan Brown (1984) menyatakan bahwa RT dapat membantu pemahaman konsep melalui membaca. Doolitle menambahkan bahwa RT adalah strategi yang dapat membantu siswa dalam berpikir dan memahami tentang sebelum, pada saat dan setelah membaca teks. Corebima (2009) juga menyatakan bahwa strategi-strategi tersebut lebih memberdayakan kemampuan berpikir dan pemahaman siswa berkemampuan akademik rendah terkait pembelajaran IPA dan biologi. Beberapa penelitian lain yang menguji potensi strategi-strategi pembelajaran tersebut terhadap kemampuan berpikir, pemahaman konsep siswa, maupun hasil belajar kognitif dan retensi telah dilakukan oleh mahasiswa Universitas Negeri Malang. Hadi (2009) menyatakan bahwa PBL dapat meningkatkan keterampilan metakognitif dan pemahaman konsep siswa pada kemampuan akademik berbeda. Zein (2010) menyatakan bahwa ada hubungan antara keterampilan metakognitif dan hasil belajar siswa pada penerapan strategi pembelajaran PBL. Pada penerapan strategi pembelajaran RT, Wicaksono (2011) menyatakan bahwa metode pembelajaran RT dapat meningkatkan kemampuan metakognitif, hasil belajar dan retensi siswa. METODE Populasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini dilakukan selama satu semester yaitu semester ganjil tahun ajaran 2012/2013 yang dimulai pada Bulan Juli dan berakhir pada Bulan

Desember 2012. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi seluruh siswa kelas X semester ganjil tahun ajaran 2012/ 2013 di SMA Darul Ulum Agung Malang yang terdiri atas 1 kelas dengan jumlah siswa 19 orang dan SMA Laboratorium UM yang terdiri atas 7 kelas dengan jumlah siswa 284 siswa. Sampel yang dipilih dari keseluruhan populasi tersebut adalah kelas X SMA Darul Ulum Agung Malang dengan jumlah siswa 19 orang yang dikenai perlakuan penerapan strategi PBL dan kelas X-7 SMA Laboratorium UM Malang dengan jumlah siswa 43 orang yang dikenai perlakuan penerapan strategi RT. Pengambilan sampel dilakukan secara acak (random sampling). Pengumpulan Data Proses pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Melakukan pretes pada kelas eksperimen untuk mengetahui kemampuan metakognisi dan hasil belajar kognitif yang diberikan sebelum perlakuan pada kelas dengan siswa berkemampuan akademik rendah yang akan dilakukan penerapan strategi pembelajaran PBL dan strategi pembelajaran RT. 2. Melaksanakan proses pembelajaran sebagai bentuk perlakuan dengan menerapkan strategi pembelajaran PBL pada kelas eksperimen dan RT pada kelas kontrol. 3. Melakukan postes pada akhir pembelajaran untuk mengetahui kemampuan metakognisi dan hasil belajar kognitif siswa berkemampuan akademik rendah setelah diberikan perlakuan. 4. Memberikan tes retensi kepada siswa baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol untuk mengukur retensi siswa yang dilaksanakan dalam selang waktu 2 minggu setelah dilakukan postest. 5. Melakukan evaluasi pada hasil pretes, postest, dan retensi siswa untuk mengukur keterampilan metakognitif, hasil belajar kognitif, dan retensi siswa menggunakan rubrik yang telah ditentukan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas instrumen perlakuan dan instrumen pengukuran. Instrumen perlakuan terdiri atas perangkat pembelajaran yaitu silabus, RPP, dan LS yang dikembangkan berdasarkan strategi pembelajaran yang diterapkan. Instrumen pengukuran terdiri atas soal tes yang terdiri atas 20 soal uraian dan rubrik penilaian keterampilan metakognitif, dan hasil belajar kognitif, yang diterapkan pada jawaban-jawaban siswa dari soal-soal pretes dan postes serta tes retensi untuk mendapatkan nilai keterampilan metakognitif, hasil belajar kognitif, dan retensi. Teknik Analisis Data Data hasil penelitian ini berupa data hasil keterampilan metakognitif, hasil belajar kognitif, dan retensi. Analisis statistik yang digunakan adalah uji anakova dengan bantuan software SPSS 16.0 for Windows. Uji hipotesis dilakukan setelah dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas data menggunakan Uji Kormogolov-Smirnov, dan uji homogenitas data menggunakan Levens Test of Equality of Errors Variance. HASIL PENELITIAN Pengaruh Strategi Pembelajaran terhadap Keterampilan Metakognitif Siswa

Pada strategi pembelajaran diperoleh F hitung sebesar 0,352 dengan signifikansi 0,085 (p > 0,05), sehingga Ho yang menyebutkan bahwa tidak ada pengaruh strategi pembelajaran terhadap keterampilan metakognitif diterima dan hipotesis penelitian ditolak. Artinya, tidak ada perbedaan pengaruh strategi pembelajaran PBL dan RT terhadap keterampilan metakognitif siswa. Rata-rata nilai terkoreksi keterampilan metakognitif terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1 Rata-rata Nilai Keterampilan Metakognitif Terkoreksi

Strategi PBL RT

Keterampilan Metakognitif awal 9,93 11,70

Keterampilan metakognitif akhir 21,86 27,86

Selisih 11,94 16,16

Rata-rata Terkoreksi 22,74 27,22

Pengaruh Strategi Pembelajaran terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa Pada strategi pembelajaran diperoleh F hitung sebesar 0,444 dengan signifikansi 0,009 (p < 0,05), sehingga Ho yang menyebutkan bahwa tidak ada pengaruh strategi pembelajaran terhadap hasil belajar kognitif ditolak dan hipotesis penelitian diterima. Artinya ada pengaruh strategi pembelajaran terhadap hasil belajar kognitif. Rata-rata nilai terkoreksi keterampilan metakognitif terdapat pada Tabel 2.
Tabel 4.12 Rata-rata Nilai Hasil Belajar Kognitif Terkoreksi

Strategi PBL RT

Hasil Belajar Kognitif Awal 6,93 8,28

Hasil Belajar Kognitif Akhir 26,20 36,24

Selisih 19,27 27,96

Rata-rata terkoreksi 27,21 35,50

Hasil belajar kognitif pada strategi PBL 30,47% lebih rendah dibandingkan strategi RT. Artinya, strategi pembelajaran RT lebih baik dalam memberdayakan hasil belajar kognitif siswa. Pengaruh Strategi Pembelajaran terhadap Retensi Keterampilan Metakognitif Siswa Pada strategi pembelajaran diperoleh F hitung sebesar 0,353 dengan Sig. 0,301 (p > 0,05), sehingga Ho yang menyebutkan bahwa tidak ada pengaruh stra-tegi pembelajaran terhadap retensi keterampilan metakognitif diterima dan hipo-tesis penelitian ditolak. Artinya, tidak ada perbedaan pengaruh strategi pembela-jaran terhadap retensi keterampilan metakognitif. Rata-rata nilai terkoreksi keterampilan metakognitif terdapat pada Tabel 3.
Tabel 3 Rata-rata Nilai Retensi Keterampilan Metakognitif Terkoreksi

Strategi

Keterampilan metakognitif

Retensi keterampilan

Selisih

Rata-rata Terkoreksi

PBL RT

akhir 21,86 27,86

metakognitif 25,15 26,04

3,29 -1,83

27,10 24,62

Pengaruh Strategi Pembelajaran terhadap Retensi Hasil Belajar Kognitif Siswa Pada strategi pembelajaran diperoleh F hitung sebesar 0,556 dengan Sig. 0,005 (p < 0,05), sehingga Ho yang menyebutkan bahwa tidak ada pengaruh strategi pembelajaran terhadap hasil belajar kognitif ditolak dan hipotesis penelitian diterima, artinya ada pengaruh strategi pembelajaran terhadap retensi hasil belajar kognitif. Rata-rata nilai terkoreksi keterampilan metakognitif terdapat pada Tabel 4.
Tabel 4 Rata-rata Nilai Retensi Hasil Belajar Kognitif Terkoreksi

Strategi PBL RT

Hasil Belajar Kognitif Akhir 26,20 36,24

Retensi Hasil Belajar Kognitif 33,86 33,50

Selisih 7,66 -2,74

Rata-rata Terkoreksi 38,55 30,09

Hasil belajar kognitif pada strategi PBL 21,95% lebih tinggi dibandingkan strategi RT. Artinya, strategi pembelajaran PBL lebih baik dalam memberdayakan retensi hasil belajar kognitif. PEMBAHASAN Pengaruh Strategi Pembelajaran terhadap Keterampilan Metakognitif Siswa Hasil uji anakova pengaruh strategi pembelajaran terhadap keterampilan metakognitif memberikan hasil p sebesar 0,085 yang lebih besar daripada taraf signifikansi 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa strategi pembelajaran tidak berpengaruh terhadap keterampilan metakognitif. Artinya, strategi PBL dan RT tidak memberikan perbedaan dalam memberdayakan keterampilan metakognitif siswa. Hasil penelitian bahwa strategi pembelajaran PBL tidak berpengaruh terhadap keterampilan metakognitif sejalan dengan hasil penelitian Retnosari (2009). Hasil penelitian bahwa strategi pembelajaran RT tidak berpengaruh terhadap keterampilan metakognitif tidak sejalan dengan hasil penelitian Warouw (2009). Strategi Pembelajaran PBL berfokus pada masalah untuk mengembangkan keterampilan metakognitif siswa. Masalah yang dipilih tidak saja mempelajari konsep-konsep yang berhubungan dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Pebelajar memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan keterampilan menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah. Siswa yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. PBL dapat mempromosikan keterampilan metakognitif dan mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, membantu peserta didik memperoleh pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan. Pembelajaran dengan model PBL dimulai dengan adanya suatu masalah, kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang

mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut (Arends, 1998; Dasna, 2007; Ackay 2009). Strategi RT juga dapat membantu meningkatkan keterampilan metakognitif siswa melalui sintaks yang dimilikinya. Strategi metakognitif bisa berupa membuat ringkasan, membuat pertanyaan dan menjawabnya sendiri, memprediksi dan mengevaluasi (Slavin, 2006). Melalui keterampilan membaca, siswa dilatih untuk merencanakan, memahami dan melaksanakan serta memonitoring hasil bacaannya (Doolitle, 2006). Pierce (2004) dan Miranda (2009) menyebutkan bahwa menulis ringkasan membantu siswa untuk memonitor pemahamannya. King (1991) berpendapat bahwa membuat pertanyaan dan memprediksikan jawabannya akan berfungsi sebagai strategi metakognitif, membantu siswa untuk lebih memperhatikan proses penyelesaian masalah, memonitor perkembangannya, dan mendorong keberhasilan dalam memecahkan masalahnya. Cromley (tanpa tahun) menambahkan bahwa jika seseorang pernah membaca suatu paragraf dan sadar jika ia tidak memperhatikan atau tidak mengerti suatu hal dari paragraf tersebut, maka ia terlibat dalam monitoring metakognitif. Sementara menurut Manohar (2010), klarifikasi terhadap beberapa konsep dalam bacaan, membuat perhatian siswa akan tertuju pada fakta bahwa ia tidak sepenuhnya mengerti akan teks. Siswa akan berpikir alasan mengapa ia kesulitan atau gagal dalam memahami teks tersebut. Kondisi ini secara tidak langsung akan meningkatkan metakognitif siswa. Potensi kedua strategi tersebut dalam memberdayakan keterampilan metakognitif akan memberikan hasil yang maksimal apabila pembelajaran yang dilakukan berjalan dengan lancar. Namun, berdasarkan hasil uji konsistensi, didapatkan bahwa pelaksanaan kedua sintaks pembelajaran tidak konsisten. Proses pembelajaran yang dilakukan oleh siswa menjadi kurang bermakna. Akibatnya, keseluruhan sintaks tidak dapat memberikan kontribusinya dalam peningkatan keterampilan metakognitif siswa. Karakteristik yang dimiliki kedua strategi pembelajaran juga menuntut adanya kemampuan akademik yang tinggi dari para siswa. Jika siswa tidak terbiasa untuk melakukan kerja ilmiah ataupun siswa belum memiliki pengetahuan awal yang dapat membantu proses pembelajarannya, maka hal ini akan menimbulkan tidak tercapainya peningkatan keterampilan metakognitif yang diinginkan. Secara tekhnik, hal ini dapat disebabkan kurangnya fasilitas yang dimiliki oleh siswa seperti, kurangnya buku referensi maupun alat-alat laboratorium. Berdasarkan jawaban-jawaban siswa hasil tes, dapat dilihat bahwa jawaban siswa memiliki susunan bahasa yang kurang baik, paparan jawaban yang kurang runtut, dan bahasa yang digunakan masih belum mencerminkan hasil pemikirannya sendiri. Hal ini mencerminkan bahwa siswa masih belum memiliki kesadaran untuk melakukan kejujuran dalam memberikan jawaban tes. Sementara, kejujuran dapat mengindikasikan bagaimana siswa tersebut mengatur proses kognitifnya melalui pemberdayaan keterampilan metakognitif. Siswa yang tidak belajar sebelum tes, atau belajar ketika akan ada tes saja, akan merasa tidak siap untuk memberikan jawaban yang benar.. Ketidakjujuran ini dapat dilihat pada saat dilakukan tes, masih banyak siswa yang menyontek teman sebangku, ataupun melihat jawaban pada buku yang dimiliki. Pengaruh Strategi Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Kognitif Siswa

Uji anakova hasil belajar kognitif siswa memperlihatkan nilai p sebesar 0,009 lebih kecil daripada taraf signifikansi 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa strategi pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif siswa. Artinya, kedua strategi tersebut memberikan potensi yang berbeda dalam memberdayakan hasil belajar kognitif siswa. Hasil ini sejalan dengan penelitian Hadi (2009), Zein (2010), dan Muhiddin (2012), Suharlik (2011), dan Warouw (2009) yang menyatakan bahwa strategi pembelajaran PBL dan RT berpengaruh signifikan terhadap peningkatan hasil belajar kognitif dan pemahaman konsep siswa. Strategi PBL membantu siswa untuk meningkatkan inkuiri dan perkembangan intelektual. Masalah yang digunakan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada siswa. Model PBL dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari sehingga diharapkan mereka dapat menerapkannya dalam kondisi nyata dalam kehidupan sehari-hari. Bila pembelajaran yang dimulai dengan suatu masalah, apalagi kalau masalah tersebut bersifat kontekstual, maka dapat terjadi ketidakseimbangan kognitif pada diri pebelajar. Keadaan ini dapat mendorong rasa ingin tahu sehingga memunculkan bermacam-macam pertanyaan di sekitar masalah. PBL juga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok (Arends, 1998; Dasna, 2007). Strategi RT juga menunjukkan bahwa sintaks-sintaks yang dimilikinya dapat membantu meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Kegiatan meringkas dituliskan oleh siswa adalah rangkuman dari pengetahuan dan konsep-konsep yang dipahaminya. Rangkuman akan mencerminkan tingkatan kognitif seseorang akan pemahaman terhadap suatu bacaan. Semakin baik rangkuman yang dihasilkan oleh siswa, berarti semakin baik pula proses dan tingkatan kognitifnya. Hasil ringkasan yang ditulis siswa akan membantu mereka untuk memudahkan proses berpikirnya dan dapat mengelola informasi yang diterimanya dengan baik (Gardner 2006). Membuat pertanyaan memungkinkan siswa untuk melakukan analisis lebih lanjut dari informasi yang diperolehnya. Memberikan pertanyaan dapat memperkuat strategi meringkas dalam meningkatkan pemahaman pembaca menjadi lebih tinggi (Lubliner, 2004; Manohar, 2010). Memprediksi menggambarkan adanya perpaduan antara pengetahuan awal siswa dengan pengetahuan baru dari teks untuk menyusun suatu hipotesis (Doolittle, 2006). Memprediksi membentuk keseluruhan pemikiran untuk bacaaan dan memperkuat hipotesis yang telah dibuat (Hudojo, 2005). Melalui tahap klarifikasi, siswa mendapatkan pengetahuan dan informasi baru. Klarifikasi menunjukkan adanya pembenaran terhadap hasil prediksi yang kurang atau tidak sesuai dengan konsep yang diharapkan, kurang jelas, sulit atau tidak dimengerti oleh siswa (Doolittle, 2006; Manohar, 2010). Kemampuan siswa dalam mengklarifikasi jawaban dapat diukur dari proses atau tanggapan siswa terhadap kesalahan, yang biasa dilakukan dengan memadai, kemudian merevisi atau menambah jawaban dengan berpedoman pada prinsip dasar konsep yang dipelajarinya dan dapat dilihat dari rumusan bahasanya (Palincsar, 1984). Rata-rata nilai terkoreksi hasil belajar kognitif pada kelas perlakuan (strategi PBL) sebesar 27,21. Rata-rata nilai terkoreksi hasil belajar kognitif pada kelas kontrol (RT) sebesar 35,50. Hasil belajar kognitif pada strategi PBL 30,47%

lebih rendah dibandingkan strategi RT. Artinya, strategi pembelajaran RT lebih baik dalam memberdayakan hasil belajar kognitif siswa. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya sintaks meringkas yang dimiliki oleh strategi RT tetapi tidak dimiliki oleh strategi PBL. Hasil ringkasan yang ditulis siswa akan membantu mereka untuk memudahkan proses berpikirnya dan dapat mengelola informasi yang diterimanya dengan baik sehingga mereka akan lebih dapat memahami konsep yang ada dalam bacaannya (Gardner, 2006). Pengaruh Strategi Pembelajaran terhadap Retensi Keterampilan Metakognitif Hasil uji anakova terhadap data postes dan retensi keterampilan metakognitif menunjukkan nilai p sebesar 0,301, lebih besar daripada taraf signifikansi 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa strategi pembelajaran tidak berpengaruh terhadap retensi keterampilan metakognitif siswa. Artinya, pada kedua strategi pembelajaran, baik PBL maupun RT, tidak berbeda dalam meningkatkan retensi keterampilan metakognitif siswa. Pengaruh strategi pembelajaran terhadap retensi hasil belajar kognitif ini seiring dengan pengaruh yang diberikan strategi pembelajaran terhadap keterampilan metakognitif.Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Muhiddin (2012) dan Suharlik (2011). Retensi merupakan proses penyimpanan perilaku baru yang diperoleh setelah menerima informasi. Sesuatu yang disimpan tersebut akan diambil lagi dari penyimpanan tersebut apabila diperlukan. Proses ini tidak semata-mata mengeluarkan kembali apa yang disimpan, akan tetapi menggunakannya dalam situasi tertentu untuk memecahkan suatu masalah (Taufik, 2011; Nasution 2000). Menurut Suryabrata (1989), retensi sangat berhubungan dengan mengingat dan lupa. Strategi pembelajaran PBL dan RT merupakan strategi pembelajaran yang dapat memberdayakan retensi keterampilan metakognitif. Strategi PBL memiliki karakteristik penggunaan pemecahan masalah dalam proses pembelajaran. Menurut Arends (1998), pemecahan masalah yang berkaitan dengan kehidupan seharihari akan lebih mudah diingat dan disimpan dalam memori siswa untuk kemudian diingat kembali apabila siswa menghadapi masalah yang membutuhkan pemecahan masalah yang serupa. Pernyataan ini senada dengan pendapat Gaines (2001) yang menyatakan bahwa memberikan informasi faktual seperti pada strategi pembelajaran PBL akan meningkatkan retensi siswa. RT juga merupakan salah satu strategi yang dapat meningkatkan retensi. Palincsar (1984) menyatakan bahwa ketika membaca, terjadi proses retensi dalam memahami bacaan. Siswa akan berusaha mengingat dan memahami kalimat yang telah dibacanya untuk kemudian dihubungkan dengan kalimat selanjutnya. Pada saat ini terlibat retensi keterampilan metakognitif dari siswa tersebut. Selain itu, kegiatan berkelompok dalam strategi RT juga dapat meningkatkan retensi keterampilan metakognitif siswa. Menurut Alvermann (2001), kelebihan RT dalam melibatkan siswa dalam kelompok kecil dan menggunakan teks sebagai media pembelajaran lebih baik dibandingkan untuk meningkatkan retensi siswa. Pada tahap memprediksi siswa dilatih untuk mengambil keputusan terhadap masalah yang dihadapi. Pengetahuan awal yang telah dimiliki siswa digabungkan dengan pengetahuan baru dari teks akan memberikan penguasaan pengetahuan yang lebih tinggi yang kemudian digunakan dalam situasi baru untuk penguatan hipotesis (Hudojo, 2005; Doolittle, 2006).

Lupa sering dialami dalam belajar di sekolah dan paling dirasakan akibatnya di bidang belajar pengaturan kegiatan kognitif. Dalam retensi, terdapat suatu proses ketika seseorang berusaha mengingat atau menggali kembali (evokasi) sesuatu yang pernah diketahui (fiksasi) dalam suatu proses belajar. (Winkel, 2004). Nasution (2000) menyatakan bahwa retensi yang terkait dengan keterampilan metakognitif tidak cukup hanya mengenal dan mengingat kembali, akan tetapi kemampuan untuk menggunakan hasil belajar yang lampau dalam situasi baru. Kesulitan yang lebih tinggi yang harus dihadapi siswa dalam penggunaaan kembali keterampilan metakognitif yang dimiliki atau pernah didapatkan di masa lampau ini bisa menjadi salah satu faktor yang menyebabkan peningkatan retensi keterampilan metakognitif siswa tidak signifikan. Pada akhirnya, potensi kedua strategi pembelajaran untuk meningkatkan retensi keterampilan metakognitif siswa menjadi kurang optimal. Selain itu, hasil uji konsistensi yang menunjukkan penerapan kedua strategi tidak konsisten juga dapat mempengaruhi hasil retensi keterampilan metakognitif siswa. Pengaruh Strategi Pembelajaran terhadap Retensi Hasil Belajar Kognitif Hasil uji anakova terhadap retensi hasil belajar kognitif menghasilkan nilai p sebesar 0,005, lebih kecil dibandingkan nilai taraf signifikansi 0,5. Hal ini membuktikan bahwa strategi pembelajaran berpengaruh terhadap retensi hasil belajar kognitif siswa. Artinya, antara strategi pembelajaran PBL dan RT memberikan perbedaan dalam memberdayakan retensi hasil belajar kognitif siswa. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Muhiddin (2012), Warouw (2009) dan Suharlik (2011). Retensi hasil belajar kognitif berhubungan dengan pengetahuan yang dipelajari oleh siswa yang dapat disimpan dalam memori jangka panjang dan dapat diungkapkan kembali dalam selang waktu tertentu. Retensi hasil belajar kognitif menunjukkan kemampuan siswa mengingat materi yang telah diajarkan dalam selang waktu tertentu (Rose, 2007; Herleny, 1999). Hasil belajar di bidang kognitif kerap disimpan dalam ingatan dalam bentuk perumusan verbal misalnya pengetahuan, konsep serta prinsip yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah (Winkel, 2004). Cuseo (2011) berpendapat bahwa hasil retensi yang lebih tinggi dapat dicapai dengan menyediakan informasi yang jelas, komunikasi yang dilakukan antar siswa, memberikan kesempatan pada siswa untuk berpartisipasi pada pengambilan keputusan, dan memberikan pengalaman kepada siswa. Selain itu, untuk meningkatkan retensi siswa dapat dilakukan dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar. Pada strategi PBL, pengetahuan didapatkan dari hasil investigasi melalui penerapan metode ilmiah, sehingga informasi yang didapatkan oleh siswa menjadi jelas. Pengalaman langsung dari kehidupan sehari-hari yang didapatkan selama siswa mengikuti pembelajaran dengan menggunakan strategi PBL menjadi titik tolak meningkatnya retensi hasil belajar siswa. Anderson (2001) berpendapat bahwa seseorang yang memperoleh materi dan mengolah materi sehingga ia memahami materi dengan baik, maka hal ini akan mengurangi lupa, dengan artian bahwa materi tersebut akan tertanam dalam memori jangka panjang siswa. Pada tahap meringkas, siswa mencari dan menemukan konsepkonsep penting dalam bacaan dan mengolahnya menjadi suau konsep utuh yang tertuang dalam ringkasan. Membuat pertanyaan mengenai konsep yang tidak

10

dimengerti, memprediksi, dan mengklarifikasi untuk mencari kebenaran konsep tersebut akan memunculkan pemahaman yang semakin baik, sehingga apa yang dipelajari siswa akan tertanam dalam memori jangka panjang. Pengaruh strategi pembelajaran terhadap retensi hasil belajar kognitif ini juga tidak dapat dipisahkan dari pengaruh strategi pembelajaran terhadap hasil belajar kognitif. Cuseo (2011) menyatakan bahwa keberhasilan retensi tidak lain merupakan hasil dari keberhasilan hasil belajar. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji pengaruh strategi pembelajaran terhadap retensi hasil belajar kognitif yang sejalan dengan hasil uji pengaruh strategi pembelajaran terhadap hasil belajar kognitif siswa. Rata-rata nilai terkoreksi retensi hasil belajar kognitif pada kelas perlakuan (strategi PBL) sebesar 38,55. Rata-rata nilai terkoreksi retensi hasil belajar kognitif pada kelas kontrol (RT) sebesar 30,09. Hasil belajar kognitif pada strategi PBL 21,95% lebih tinggi dibandingkan strategi RT. Artinya, strategi pembelajaran PBL lebih baik dalam memberdayakan retensi hasil belajar kognitif. Hasil lebih baik yang diperoleh oleh siswa yang dilakukan penerapan strategi PBL dapat disebabkan adanya pengalaman-pengalaman yang didapatkan secara langsung dari kehidupan sehari-hari. Arends (1998) menyatakan bahwa pemecahan masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari akan lebih mudah diingat dan disimpan dalam memori siswa untuk kemudian diingat kembali apabila siswa menghadapi masalah yang membutuhkan pemecahan masalah yang serupa. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut. Tidak ada pengaruh antara strategi pembelajaran PBL dan RT terhadap keterampilan metakognitif siswa berkemampuan akademik rendah. Ada pengaruh antara strategi pembelajaran PBL dan RT terhadap hasil belajar kognitif siswa berkemampuan akademik rendah. Peningkatan hasil belajar kognitif lebih rendah 30,47% pada penerapan strategi PBL daripada strategi RT. Tidak ada pengaruh antara strategi pembelajaran PBL dan RT terhadap retensi keterampilan metakognitif, namun ada pengaruh antara strategi pembelajaran terhadap retensi hasil belajar siswa berkemampuan akademik rendah. Peningkatan retensi hasil belajar kognitif 21,95% lebih tinggi pada strategi PBL daripada strategi RT. Saran Berdasarkan hasil penelitian, dapat diajukan beberapa saran seperti berikut. Kedua strategi ini dapat digunakan dalam pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar kognitif dan retensi hasil belajar kognitif siswa. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian selanjutnya tentang pengaruh strategi pembelajaran PBL dan RT terhadap keterampilan metakognitif dan retensi keterampilan metakognitif hendaknya memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi potensi kedua strategi dalam meningkatkan keterampilan metakognitif dan retensi keterampilan metakognitif, sehingga didapatkan hasil penelitian yang maksimal. DAFTAR RUJUKAN

11

Ackay. 2009. Problem Based Learning in Science Education. Journal of Turkish Science Education, 6 (1): 26-36. Alvermann, D. E. 2001. Efective Literacy Instruction for Adolescents. Executive summary and paper commissioned by the National Reading Conference. National Reading Conference. Chicago, IL. Anderson, L. W. & Krathwohl D. R. 2001. Learning, Teaching, and Assessing. New York: Addison Wesley Longman, Inc. Arends, R. I. 1998. Learning to Teach. New York: Mc Graw Hill. Corebima, A. D. 2009. Berdayakan Keterampilan Berpikir Selama Pembelajaran SAINS Demi Masa Depan Kita. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Sains, UNESA, Surabaya, 16 Januari 2010. Cuseo, J. & Teresa F. 2011. Seven Myths About Student Retention. (Online). (http://www.ulster.ac.uk/star/resources/svn_myths_abt_stdnt_retention. pdf), diakses 22 Februari 2013. Dasna, I. W. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah. (Online). (http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/19/pembelajaran-berbasismasalah/.html), diakses 20 Februari 2013. Doolittle, P. E., Hicks, D., & Triplett, C. F. 2006. Reciprocal Teaching for Reading Comprehension in Higher Education: A Strategy for Fostering the Deeper Understanding of Texts. International Journal of Teaching and Learning in Higher Education, 17 (2): 106-118. Flavell, J. H. 1984. Metacognition and Cognitive Monitoring: A New Area of Cognitive- Developmental Inquiry. The American Psychological Association, Inc, 34 (10): 906-911. Gaines, M. 2001. What Factors Effect Retention in the Classroom?. Journal of Arlington County (VA) Public Schools, 20 (3): 39-47. (Online). (http://www. http://www.ulster.ac.uk/star/resources//wht_fctrs_effct_retention.pdf), diakses 7 April 2013. Gardner, A. 2006. Beyond the Lab Report: Why We Must Encourage More Writing in Biology. Biology Teacher. 68 (6): 325-329. (Online). (http://www.bioone.org/doi/abs/10.1662/00027685%282006%2968%5B325 %3A BTLRWW%5D2.0.CO%3B2), diakses tanggal 22 Februari 2013. Hadi, A. N. 2009. Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap Keterampilan Metakognitif dan Pemahaman Konsep Siswa Kelas X di SMA Negeri 8 Malang pada Kemampuan Akademik Berbedai. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM. Herleny, R. 1999. Keefektifan Model Perolehan Konsep untuk Mneingkatkan Hasil Belajar dan Retensi Hasil Belajar Siswa SMU Negeri Kabupaten Kota Baru. Tesis tidak diterbitkan. Malang: PPs UM. Hudojo, H. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: UM Press. King, A. 1991. Effects of Training in Strategic Questioning on Childrens Problem Solving Performance. Journal of Education Psychology. 83 (3): 307-317. Lubliner, S. 2004. Help for Struggling Upper-grade Elementary Readers. The Reading Teacher, 57 (5): 430-438.

12

Manohar, U. 2010. Reciprocal Teaching Strategies. (Online). (http:///www.buzzle.com//articles/teaching), diakses tanggal 18 Februari 2013. Muhiddin, P. 2012. Pengaruh Integrasi PBL dengan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dan Kemampuan Akademik terhadap Metakognisi, Berpikir Kritis, Pemahaman Konsep, dan Retensi Mahasiswa pada Perkuliahan Biologi Dasar di FMIPA Universitas Negeri Makassar. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: PPs UM. Nasution, S. 2000. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Palinscar A. S & Brown, A. L. 1984. Reciprocal Teaching of ComprehensionFostering and Comprehension-Monitoring Activities. Lawrence Erlbaum Associates, Inc, 1 (2) 117-175. Retnosari, K. D. 2009. Pengaruh Penerapan Strategi PBL (Problem Based Learning) terhadap Kemampuan Berpikir, Keterampilan Metakognitif, dan Pemahaman Konsep Siswa Kelas VII di SMP Katholik Santa Maria II Malang dengan Kemampuan Akademik Berbeda. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM. Rose, C. & Nicoll, M. J. 2007. Accelerated Learning for The 21th Century. Jakarta: Yayasan Nuansa Cendekia. Slavin, R. E. 2006. Educational Psychology Teory and Practise. New York: Pearson and Education, Inc. Suharlik, 2011. Pengaruh Strategi Pembelajaran Integrasi TPS dan RT terhadap Hasil Belajar Kognitif dan Retensi Biologi Siswa Berkemampuan Akademik Berbeda di SMAN 1 Batu. Tesis tidak diterbitkan. Malang: PPs UM. Suryabrata, S.1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta Utara: Rajawali. Taufik, R. 2011. Peranan Pertanyaan terhadap Kekuatan Retensi dalam Pembelajaran Sains pada Siswa SMU. EDUCARE: Jurnal Pendidikan dan Budaya. Warouw, Z. W. M. 2009. Pengaruh Pembelajaran Metakognitif dengan Strategi Cooperative Script dan Reciprocal Teaching pada Kemamlpuan Akademik Berbeda terhadap Kemampuan dan Keterampilan Metakognitif, Berpikir Kritis, Hasil Belajar Biologi Siswa, serta Retensinya di SMP Negeri Manado. Disertasi tidak diterbitkan. Malang: PPs UM. Wicaksono, A. G. C. 2011. Pengaruh Strategi Pembelajaran Reciprocal teaching dipadu dengan Jigsaw terhadap Kemampuan Metakognitif, Hail Belajar dan Retensi Siswa Kelas X di SMA Negeri 7 Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM. Winkel, W. S. 2004. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia. Zein, A. R. 2010. Hubungan Keterampilan Metakognitif dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV Sekolah Dasar (SD) dalam Pembelajaran SAINS pada Penerapan Strategi Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dan Inkuiri. Skipsi tidak diterbitkan. Malang: FMIPA UM.

Anda mungkin juga menyukai