Anda di halaman 1dari 38

PERKEMBANGAN menurut

DENVER II (DDST II)


2APR
By. Rusana, S.Kep., Ns
Pengertian
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari
proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh,
jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa
sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi,
intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih,
1997).
Perkembangan Menurut Denver II
Denver II adalah revisi utama dari standardisasi ulang dariDenver
Development Screening Test (DDST) dan Revisied Denver Developmental
Screening Test (DDST-R). Adalah salah satu dari metode skrining terhadap kelainan
perkembangan anak. Tes ini bukan tes diagnostik atau tes IQ. Waktu yang
dibutuhkan 15-20 menit.
a. Aspek Perkembangan yang dinilai
Terdiri dari 125 tugas perkembangan.
Tugas yang diperiksa setiap kali skrining hanya berkisar 25-30 tugas
Ada 4 sektor perkembangan yang dinilai:
1) Personal Social (perilaku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya.
2) Fine Motor Adaptive (gerakan motorik halus)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu,
melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan
otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.
3) Language (bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan
berbicara spontan
4) Gross motor (gerakan motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.
b. Alat yang digunakan
Alat peraga: benang wol merah, kismis/ manik-manik, Peralatan makan, peralatan
gosok gigi, kartu/ permainan ular tangga, pakaian, buku gambar/ kertas, pensil,
kubus warna merah-kuning-hijau-biru, kertas warna (tergantung usia kronologis
anak saat diperiksa).
Lembar formulir DDST II
Buku petunjuk sebagai referensi yang menjelaskan cara-cara melakukan tes dan
cara penilaiannya.
c. Prosedur DDST terdiri dari 2 tahap, yaitu:
1) Tahap pertama: secara periodik dilakukan pada semua anak yang berusia:
3-6 bulan
9-12 bulan
18-24 bulan
3 tahun
4 tahun
5 tahun
2) Tahap kedua: dilakukan pada mereka yang dicurigai adanya hambatan
perkembangan pada tahap pertama. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi
diagnostik yang lengkap.
d. Penilaian
Jika Lulus (Passed = P), gagal (Fail = F), ataukah anak tidak mendapat kesempatan
melakukan tugas (No Opportunity = NO).
CARA PEMERIKSAAN DDST II
Tetapkan umur kronologis anak, tanyakan tanggal lahir anak yang akan
diperiksa. Gunakan patokan 30 hari untuk satu bulan dan 12 bulan untuk satu tahun.
Jika dalam perhitungan umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah, jika sama
dengan atau lebih dari 15 hari dibulatkan ke atas.
Tarik garis berdasarkan umur kronologis yang memotong garis horisontal tugas
perkembangan pada formulir DDST.
Setelah itu dihitung pada masing-masing sektor, berapa yang P dan berapa yang F.
Berdasarkan pedoman, hasil tes diklasifikasikan dalam: Normal, Abnormal, Meragukan
dan tidak dapat dites.
1) Abnormal
a) Bila didapatkan 2 atau lebih keterlambatan, pada 2 sektor atau lebih
b) Bila dalam 1 sektor atau lebih didapatkan 2 atau lebih keterlambatan Plus 1
sektor atau lebih dengan 1 keterlambatan dan pada sektor yang sama
tersebut tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis
vertikal usia .
2) Meragukan
a) Bila pada 1 sektor didapatkan 2 keterlambatan atau lebih
b) Bila pada 1 sektor atau lebih didapatkan 1 keterlambatan dan pada sektor yang
sama tidak ada yang lulus pada kotak yang berpotongan dengan garis vertikal
usia.
3) Tidak dapat dites
Apabila terjadi penolakan yang menyebabkan hasil tes menjadi abnormal atau
meragukan.
4) Normal
Semua yang tidak tercantum dalam kriteria di atas.
Pada anak-anak yang lahir prematur, usia disesuaikan hanya sampai anak usia 2 tahun:
Contoh perhitungan anak dengan prematur:
An. Lula lahir prematur pada kehamilan 32 minggu, lahir pada tanggal 5 Agustus
2006. Diperiksa perkembangannya dengan DDST II pada tanggal 1 April 2008.
Hitung usia kronologis An. Lula!
Diketahui:
Tanggal lahir An. Lula : 5-8-2006
Tanggal periksa : 1-4-2008
Prematur : 32 minggu
Ditanyakan:
Berapa usia kronologis An. Lula?
Jawab:
2008 4 1 An. Lula prematur 32 minggu
2006 8 5 Aterm = 37 minggu
_________ - Maka 37 32 = 5 minggu
1 7 -26
Jadi usia An. Lula jika aterm (tidak prematur) adalah 1 tahun 7 bulan 26 hari atau
1 tahun 8 bulan atau 20 bulan
Usia tersebut dikurangi usia keprematurannya yaitu 5 minggu X 7 hari = 35 hari,
sehingga usia kronologis An. Lula untuk pemeriksaan DDST II adalah:
1 tahun 7 bulan 26 hari 35 hari = 1 tahun 6 bulan 21 hari
Atau
1 tahun 7 bulan atau 19 bulan
Interpretasi dari nilai Denver II
Advanced
Melewati pokok secara lengkap ke kanan dari garis usia kronologis (dilewati pada
kurang dari 25% anak pada usia lebih besar dari anak tersebut)
OK
Melewati, gagal, atau menolak pokok yang dipotong berdasarkan garis usia antara
persentil ke-25 dan ke-75
Caution
Gagal atau menolak pokok yang dipotong berdasarkan garis usia kronologis di atas
atau diantara persentil ke-75 dan ke-90
Delay
Gagal pada suatu pokok secara menyeluruh ke arah kiri garis usia kronologis;
penolakan ke kiri garis usia juga dapat dianggap sebagai kelambatan, karena
alasan untuk menolak mungkin adalah ketidakmampuan untuk melakukan tugas
tertentu
Interpretasi tes
Normal
Tidak ada kelambatan dan maksimum dari satu kewaspadaan
Suspect
Satu atau lebih kelambatan dan/ atau dua atau lebih banyak kewaspadaan
Untestable
Penolakan pada satu atau lebih pokok dengan lengkap ke kiri garis usia atau pada
lebih dari satu pokok titik potong berdasarkan garis usia pada area 75% sampai
90%
Rekomendasi untuk rujukan tes Suspect dan Untestable:
Skrining ulang pada 1 sampai 2 minggu untuk mengesampingkan faktor temporer



Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik kasar
adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian
besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu
sendiri. Perkembangan motorik beriringan dengan proses pertumbuhan
secara genetis atau kematangan fisik anak, Contohnya kemampuan duduk,
menendang, berlari, naik-turun tangga dan sebagainya.
Sedangkan motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus
atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang dipengaruhi oleh kesempatan
untuk belajar dan berlatih. Misalnya, kemampuan memindahkan benda dari
tangan, mencoret-coret, menyusun balok, menggunting, menulis dan
sebagainya. Kedua kemampuan tersebut sangat penting agar anak bisa
berkembang dengan optimal.
Perkembangan motorik pada usia tertentu menjadi lebih halus dan lebih
terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Anak anak terlihat lebih
cepat dalam berlari dan pandai meloncat serta mampu menjaga
keseimbangan badannya. Untuk memperhalus ketrampilan ketrampilan
motorik, anak anak terus melakukan berbagai aktivitas fisik yang terkadang
bersifat informal dalam bentuk permainan. Disamping itu, anak anak juga
melibatkan diri dalam aktivitas permainan olahraga yang bersifat formal,
seperti senam, berenang, dll.
Pertumbuhan dan perkembangan fisik terbentuk sejak periode prenatal atau
dalam kandungan. Perkembangan fisik manusia meliputi berbagai aspek yang
dipengaruhi sistem dan fungsi organ tubuh. Sistem syaraf yang sangat
mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi. Sistem tulang dan
otot-otot yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan
motorik. Sistem hormonal atau endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-
pola tingkah laku, emosi dan kepribadian,.
Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ dan fungsi system
susunan saraf pusat atau otak. Sistem susunan saraf pusat yang sangat
berperanan dalam kemampuan motorik dan mengkoordinasi setiap gerakan
yang dilakukan anak. Semakin matangnya perkembangan sistem saraf otak
yang mengatur otot memungkinkan berkembangnya kompetensi atau
kemampuan motorik anak. Perkembangan motorik anak dibagi menjadi
Keterampilan atau gerakan kasar seperti berjalan, berlari, mmelompat, naik
turun tangga. Keterampilan motorik halus atau keterampilan manipulasi
seperti menulis, menggambar, memotong, melempar dan menangkap bola
serta memainkan benda-benda atau alat-alat mainan
Perkembangan motorik berbeda dari setiap individu, ada orang yang
perkembangan motoriknya sangat baik, seperti para atlit yang mempunyai
kemapuan lebih dalam berolahraga, tetapi juga terdapat pelukis yang dapat
memainkan kuas diatas kanvas karena kemampuan motorik halusnya yang
demikian baik. Jensi kelamin juga pun memiliki pengaruh dalam hal ini, anak
perempuan pada usia sekolah mempunyai kelenturan fisiknya sekitar 5 %- 10
% lebih baik dari pada anak laki-laki, tapi kemampuan fisik atletis seperti lari,
melompat dan melempar lebih tinggi pada anak laku-laki dari pada
perempuan.
Sistematika motorik anak adalah dijelaskan Dynamic System Theory yang
mengungkapkan bahwa untuk membangun kemampuan motorik anak harus
mempersepsikan sesuatu di lingkungannya yang memotivasi mereka untuk
melakukan sesuatu dan menggunakan persepsi mereka tersebut untuk
bergerak. Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak. Misalnnya
ketika anak melihat mainan dengan beraneka ragam, anak mempersepsikan
dalam otaknnya bahwa dia ingin memainkannya. Persepsi tersebut
memotivasi anak untuk melakukan sesuatu, yaitu bergerak untuk
mengambilnya. Akibat gerakan tersebut, anak berhasil mendapatkan apa
yang di tujunya yaitu mengambil mainan yang menarik baginya. Teori tersebut
pun menjelaskan bahwa ketika bayi di motivasi untuk melakukan sesuatu,
mereka dapat menciptakan kemampuan motorik yang baru, kemampuan baru
tersebut merupakan hasil dari banyak faktor, yaitu perkembangan system
syaraf, kemampuan fisik yang memungkinkannya untuk bergerak, keinginan
anak yang memotivasinya untuk bergerak, dan lingkungan yang mendukung
pemerolehan kemampuan motorik. Misalnya, anak akan mulai berjalan jika
system syarafnya sudah matang, proposi kaki cukup kuat menopang
tubuhnya dan anak sendiri ingin berjalan untuk mengambil mainannya.
Kemampuan motorik anak berkaitan erat dengan self-image anak atau rasa
percaya diri. Anak yang memiliki kemampuan motorik yang lebih baik di
bidang olah raga akan menyebabkan dia dihargai teman-temannya. Peranan
kemampuan motorik pada anak juga berpengaruh terhadap dorongan anak
dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak
merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan komputer, bermain
bola bola atau memainkan alat elektorik atau mainan lainnya..
Dengan kemampuan motorik baik, anak lebih dapat beradaptasi dan
menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Kemampuan beradaptasi
tersebut adalah anak dapat lebih dapat berteman dengan sesame saat
melakukan aktifitas dengan minat yang sama dengan bermain bola atau
menggambar. Sehingga dengan perkembangan motorik yang normal
memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayannya,
sedangkan yang tidak normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul
dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucilkankan atau menjadi anak
yang terpinggirkan.
HUBUNGAN ANTARA KETERLAMBATAN BICARA, FUNGSI MOTOR
DAN GANGGUAN ORAL MOTOR
Terdapat beberapa penelitian mengkaitkan antara masalah motorik anak
dengan DSLDs (Developmental speech and language disorders) terutama
pada fungsi motorik halus. Penelitian tersebut memperlihatkan secara
signifikan anak-anak dengan DSLDs memiliki ketrampilan motorik lebih
lambat dibanding anak-anak umumnya terutama koordinasi mata-
tangan(antara lain pegboard, threading beads, fastening buttons, and
tapping). Sebagai catatan problem-problem motorik ini tidak dibatasi pada
fungsi-fungsi motorik yang dipaksakan. Untuk ketrampilan motorik kasar dapat
diamati ketrampilan melangkah, berlari, menaiki tangga, berdiri dengan 1 kaki,
melompat dengan 1 kaki, berjalan jinjit, berjalan dengan tumit, dan
ketrampilan-ketrampilan yang meliputi pengontrolan obyek atau aktivitas
lokomotor pada anak dengan masalah bahasa yang relative buruk
dibandingkan anak lain pada umumnya. Disamping itu, keseimbangan pada 1
kaki ternyata menjadi 1 ukuran yang paling membedakan antara anak-anak
dengan kelemahan spesifik bahasa dibanding anak-anak umumnya.
Sebaliknya, hasil dari penelitian sebelumnya menemukan tidak ada
perbedaan antara anak-anak dengan kelemahan spesifik bahasa dengan
anak-anak umumnya dalam mempertahankan lamanya keseimbangan.
Penelitian sebelumnya menghubungkan antara kemampuan oral motor dan
bicara, terlihat gerakan sederhana yang menyerupai gerakan makan(Moore &
Ruark, 1996), atau gerakan oral cepat dan berulang(Dworkin & Culatta, 1985),
Kedua penelitian ini tidak memperlihatkan hubungan gangguan dan
perkembangan bahasa. Peneliti lain menyatakan bahwa makin sulit gerakan
oral, makin berhubungan dengan kemampuan bicara, mungkin karena hal
tersebut menyerupai suatu percakapan. Dari hasil ini, terlihat bahwa anak-
anak yang gerakan oral motornya buruk sebelum usia dua tahun, juga
memiliki kemampuan bahasa yang buruk. Anak-anak yang kemampuan oral
motornya baik bagaimanapun akan mampu menggunakan bahasa pada
spektrumnya. Hal ini menyiratkan bahwa kemampuan oral motor diperlukan
dan prasyarat untuk kemampuan berbicara yang baik.
Pengalaman klinis yang menghubungkan antara kontrol motorik dan bahasa
Pada pemeriksaan hubungan antara perkembangan kontrol motorik dan
bahasa dan gangguannya, terdapat perbedaan antara besarnya jumlah yang
diketahui tentang motor kontrol anggota tubuh dan sedikit yang diketahui
tentang motor kontrol oral. Sebagai contoh, telah lama diketahui bahwa fase
pertama dari perkembangan bahasa terjadi sejajar dengan fase pertam
perkembangan gestural, dan anak-anak yang fase gesturalnya lebih awal dari
rata-rata biasanya juga mengucapkan kata-kata pertamanya lebih awal dari
rata-rata(Bates et al., 1979). Data terakhir memperlihatkan bahwa anak-anak
yang terlambat memulai baik komunikasi gestural dan percakapan bahasa
secara spontan, lebih mungkin untuk mengalami keterlambatan daripada
anak-anak yang memulai komunikasi gestural pada umur yang sesuai tetapi
juga mengalami keterlambatan bicara (Thal et al., 1997).
Ada juga suatu hubungan yang kuat antara kesulitan kontrol motorik anggota
tubuh dan kelemahan bahasa(Hill, 2001), yang mana terlihat genetik ikut
berperan (Bishop, 2002). Ketidakseimbangan dalam penelitian ini masih ada,
meskipun kenyataannya mayoritas pengguna bahasa yang bicara. Sekarang
terjadi perubahan dalam perkembangan ketrampilan motorik oral.
Sebagian besar penelitian focus pada masalah motorik anak dengan DSLDs
terutama pada fungsi motorik halus. Penelitian ini memperlihatkan secara
signifikan anak-anak dengan DSLDs memiliki motorik lebih lambat disbanding
anak-anak umumnya terutama koordinasi mata-tangan(antara lain pegboard,
threading beads, fastening buttons, and tapping). Sebagai catatan problem-
problem motorik ini tidak dibatasi pada fungsi-fungsi motorik yang dipaksakan.
Untuk kemampuan motorik kasar dapat diamati kemampuan melangkah,
berlari, menaiki tangga, berdiri dengan 1 kaki, melompat dengan 1 kaki,
berjalan jinjit, berjalan dengan tumit, dan kemampuan-kemampuan yang
meliputi pengontrolan obyek atau aktivitas lokomotor pada anak dengan
masalah bahasa yang relatif buruk dibanding anak lain pada umumnya.
Disamping itu, keseimbangan pada 1 kaki ternyata menjadi 1 ukuran yang
paling membedakan antara anak-anak dengan kelemahan spesifik bahasa
dibanding anak-anak umumnya. Sebaliknya, hasil dari penelitian sebelumnya
menemukan tidak ada perbedaan antara anak-anak dengan kelemahan
spesifik bahasa dengan anak-anak umumnya dalam mempertahankan
lamanya keseimbangan.
Sangat jelas fakta-fakta, secara klinis bermakna antara DSLDs dan masalah-
masalah motorik; bagaimanapun kedua hal itu merupakan suatu catatan.
Pertama, hampir tidak ada perhatian untuk mengembalikan ketrampilan bola
pada anak-anak dengan DSLDs, meskipun dalam melakukan ketrampilan ini
secara jelas terdapat koordinasi mata-tangan, tergantung pada control
keseimbangan, dan pentingnya kontribusi untuk interaksi sosial anak-anak
tersebut dengan grup bermainnya. Anak-anak dengan DSLDs mempunyai
masalah-masalah sosial, karena mereka kesulitan komunikasi, ketrampilan
bola yang tidak cukup, lebih jauh keterbatasan kemampuan anak-anak untuk
berinteraksi sosial dan fisik dengan kelompok bermainnya. Dalam lingkup ini,
hal tersebut sangat penting bagi studi epidemiologi menekankan nilai sosial
dan gaya hidup aktif fisik, terutama saat memulai awal kehidupan. Satu
dampak besar seperti gaya hidup yang menurun berdampak pada kelemahan
kognitif nantinya. Kedua penelitian pemeriksaan motorik pada subgroup anak-
anak dengan DSLDs terbatas.
Hill menyatakan bahwa subgroup anak-anak dengan DSLDs memiliki
kemampuan berbeda dalam fungsi motorik halus. Bishop tertuju pada
spesifik-subtipe perbedaan hubungan motorik dan menemukan hasil yang
menarik. Penelitian pada anak kembar dimana 1 atau kedua kembar
mempunyai kelemahan bicara/bahasa dibandingkan kelompok kontrol anak
normal, dia menemukan bahwa anak-anak dengan kombinasi kelemahan
bicara dan bahasa memperoleh total nilai yang lebih buruk pada pegboard
dan tapping daripada kelompok kontrol. Lebih jauh dia menyimpulkan bahwa
hubungan antara kelemahan bicara/bahasa dan masalah motorik adalah lebih
kuat untuk kelemahan bicara daripada kelemahan bahasa. Hal ini penting
untuk menambah pemahaman profil kemampuan subgroup anak dengan
DSLDs, karena informasi ini bisa digunakan untuk memberikan cara-cara
yang efektif untuk intervensi.
BERBAGAI GANGGUAN MOTORIK. VESTIBULARIS DAN SENSORIS
YANG SERING MENYERTAI ANAK DENGAN KETERLAMBATAN
BICARA
1. GANGGUAN KESEIMBANGAN KOORDINASI DAN MOTORIK :
Terlambat bolak-balik, duduk, merangkak dan berjalan. Jalan terburu-buru,
mudah terjatuh/ menabrak, duduk leter W. Terlambat melompat dan
terlambat mengayuh sepeda.
2. GANGGUAN SENSORIS : sensitif terhadap suara (frekuensi tinggi) , cahaya
(silau), raba (jalan jinjit, flat foot, mudah geli, mudah jijik)
3. GANGGUAN ORAL MOTOR : TERLAMBAT BICARA, bicara terburu-
buru, cadel, gagap. GANGGUAN MENELAN DAN MENGUNYAH, tidak
bisa makan makanan berserat (daging sapi, sayur, nasi) Disertai keterlambatan
pertumbuhan gigi.
4. GERAKAN MOTORIK BERLEBIHAN Mata bayi sering melihat ke atas.
Tangan dan kaki bergerak terus tidak bisa dibedong/diselimuti. Senang posisi
berdiri bila digendong, sering minta turun atau sering menggerakkan kepala ke
belakang, membentur benturkan kepala. MUDAH JATUH DARI TEMPAT
TIDUR. Sering bergulung-gulung di kasur, menjatuhkan badan di kasur
(smackdown}. Tomboy pada anak perempuan : main bola, memanjat dll.











BAB I
PENDAHULUAN
Kemampuan berbahasa membedakan manusia dengan binatang.
Orangtua dengan antusias menunggu awal perkembangan bicara
anak mereka. Bila anak tidak dapat bicara normal, maka mereka
mengira bahwa anak mereka bodoh atau retardasi. Sering orangtua
memperkirakan bahwa perkembangan bicara anak diluar normal
merupakan suatu hal yang memperkirakan bahwa perkembangan
bicara anak diluar normal merupakan suatu hal yang
mengkhawatirkan, sehingga membawanya kedokter.
Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh
perkembangan anak. Karena kemampuan berbahasa sensitif
terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem lainnya, sebab
melibatkan kemampuan kognitif, sensori motor, psikologis, emosi
dan lingkungan disekitar anak. Seorang anak tidak akan mampu
berbicara tanpa dukungan dari lingkungannya. Mereka harus
mendengar pembicaraan yang berkaitan dengan kehidupannya
sehari-hari maupun pengetahuan tentang dunia. Mereka harus
belajar mengekspresikan dirinya, membagi pengalamannya dengan
oranglain dan mengemukakan keinginannya.
Gangguan bicara merupakan salah satu masalah yang sering
terdapat pada anak-anak. Menurut NCHS, berdasarkan atas
laporan orangtua (diluar gangguan pendengaran serta celah pada
palatum), maka angka kejadiannya adalah 0,9% pada anak dibawah
umur 5 tahun dan 1,94% pada anak yang berumur 5-14 tahun. Dari
hasil evaluasi langsung terhadap anak usia sekolah, angka
kejadiannya 3,8 kali lebih tinggi dari yang berdasarkan hasil
wawancara. Berdasarkan hal ini, diperkirakan gangguan bicara dan
bahasa pada anak adalah sekitar 4-5%.
Deteksi dini perlu ditegakkan, agar penyebabnya dapat segera
dicari, sehingga pengobatan serta pemulihannya dapat dilakukan
seawal mungkin. Contohnya, pada seorang anak yang tuli konduksi
tetapi cerdas yang terlambat mendapat alat bantu dengar dan terapi
wicara, serta tidak diberi kesempatan mengembangkan sistem
komunikasi non verbal oleh dirinya sendiri sebelum usia 3 tahun,
maka kesempatan untuk mengajarinya agar mampu berbicara yang
dapat dimengerti, jelas dan terang telah hilang.
BAB II
KONSEP DASAR
GANGGUAN BICARA DAN BAHASA PADA ANAK
1. PERKEMBANGAN BAHASA NORMAL
Hemisfer kiri merupakan pusat kemampuan berbahasa pada 94%
orang dewasa dan lebih dari 75% pada orang dewasa kidal.
Pengkhususan hemisfer untuk fungsi bahasa sudah dimulai sejak
didalam kandungan, tetapi berfungsi secara sempurna setelah
beberapa tahun kemudian. Berbagai penelitian menunjukkan
bahwa anak dengan kerusakan otak unilateral sebelum maupun
sesudah lahir, diperkirakan fungsi berbahasa dapat diprogram oleh
hemisfer lainnya, walaupun kelainan yang khusus masih dapat
diketemukan dengan tes yang teliti. Kelenturan perkembangan otak
seperti ini menyebabkan macam perkembangan bahasa pada anak
sukar ditentukan.
Seperti pada orang dewasa terdapat 3 area utama pada hemisfer kiri
anak khusus untuk berbahasa, yaitu dibagian anterior (area Broca
dan Korteks motorik) dan dibagian posterior (Area Wernicke).
Informasi yang berasal dari korteks pendengaran primer dan
sekunder diteruskan kebagian korteks temporoparietal posterior
(area wernicke), yang dibandingkan dengan ingatan yang sudah
disimpan. Kemudian jawaban diformulasikan dan disalurkan oleh
fasciculus arcuata kebagian anterior otak dimana jawaban motorik
dikoordinasi. Apabila terjadi kelainan pada salah satu dari jalannya
impuls ini, maka akan terjadi kelainan bicara. Kerusakan pada
bagian posterior akan mengakibatkan kelainan bahasa reseptif,
sedangkan kerusakan dibagian anterior akan menyebabkan
kelainan bahasa ekspresif.
Perkembangan kemampuan berbicara dan berbahasa pada anak
normal (Towne, 1983)
Umur
(Bulan) Bahasa reseptif
(Bahasa pasif) Bahasa ekspresif
(Bahasa aktif)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
15
18
21
24 Kegiatan anak terhenti akibat suara
Tampak mendengarkan ucapan pembicara, dapat tersenyum pada
pembicaraan
Melihat kearah pembicara
Memberi tanggapan berbeda terhadap suara bernada marah/
senang
Bereaksi terhadap panggilan namanya
Mulai mengenal kata-kata da da, papa, mama
Mulai mengenal kata-kata naik, kemari, dada
Menghentikan aktivitas bila namanya dipanggil
Menghentikan kegiatan bila dilarang
Secara tepat menirukan variasi suara tinggi
Reaksi atas pertanyaan sederhana dengan melihat atau menoleh
Reaksi dengan melakukan gerakan terhadap berbagai pertanyaan
verbal
Mengetahui dan mengenali nama-nama bagian tubuh
Dapat mengetahui dan mengenali gambar-gambar obyek yang
sudah akrab dengannya, jika obyek tersebut disebut namanya
Akan mnegikuti petunjuk yang berurutan (ambil topimu dan
letakkan di atas meja)
Mengetahui lebih banyak kalimat yang lebih rumit
Vokalisasi yang masih sembarang, terutama huruf hidup.
Tanda-tanda vokal yang menunjukkan perasaan senang, senyum
sosial.
Tersenyum sebagai jawaban terhadap pembicara
Jawaban vokal terhadap rangsang sosial
Mulai meniru suara
Protes vokal, berteriak karena kegirangan
Mulai menggunakan suara mirip kata-kata kacau
Menirukan rangkaian suara
Menirukan rangkaian suara
Kata-kata pertama mulai muncul
Kata-kata kacau mulai dapat dimengerti dengan baik
Mengungkapkan kesadaran tentang obyek yang telah akrab dan
menyebut namanya
Kata-kata yang benar terdengar diantara kata-kata yang kacau,
sering dengan disertai gerakan tubuhnya
Lebih banyak menggunakan kata-kata daripada gerakan, untuk
mengungkapkan keinginannya
Mulai mengkombinasikan kata-kata (mobil papa, mama berdiri)
Menyebut nama sendiri
2. ETIOLOGI
Penyebab kelainan berbahasa bermacam-macam yang melibatkan
berbagai faktor yang dapat saling mempengaruhi, antara lain
kemampuan lingkungan, pendengaran, kognitif, fungsi saraf, emosi
psikologis dan lain sebagainya. Seorang anak mungkin kehilangan
pendengaran sensoneural dari sedang sampai berat. Sedangkan
yang lain mungkin kehilangan pendengaran konduksi berulang,
sehingga kemampuan bicara keseluruhannya menurun. Demikian
pula suatu gangguan bicara (disfasia) dapat terjadi tanpa adanya
cedera otak atau keadaan lainnya. Blager BF (1981) membagi
penyebab gangguan bicara dan bahasa adalah sebagai berikut:
Penyebab gangguan bicara dan bahasa pada anak
Penyebab Efek pada perkembangan bicara
1. Lingkungan :
a. sosial ekonomi kurang
b. Tekanan keluarga
c. Keluarga bisu
d. Dirumah menggunakan bahasa bilingual
a. Terlambat
b. Gagap
c. Terlambat pemerolehan bahasa
d. Terlambat pemerolehan struktur bahasa
2.Emosi
a. Ibu yang tertekan
b. Gangguan serius pada orang tua
c. Gangguan serius pada anak
a. Terlambat pemerolehan bahasa
b. Terlambat atau gangguan perkembangan bahasa
c. Terlambat atau gangguan perkembangan bahasa
3.Masalah pendengaran
a. Kongenital
b. Didapat
a. Terlambat/gangguan bicara yang permanen
b. Terlambat/gangguan bicara yang permanen
4.Perkembangan terlambat
a. Perkembangan terlambat
b. Perkembangan lambat, tetapi masih dalam batas rata-rata
c. Retardasi mental
a. Terlambat bicara
b. Terlambat bicara
c. Pasti terlambat bicara
5.Cacat bawaan
a. Palatoschizis
b. Sindrom down
a. Terlambat dan terganggu kemampuan bicaranya
b. Kemampuan bicaranya lebih rendah
6.Kerusakan otak
a. Kelainan neuromuskular
b. Kelainan sesorimotor
c. Palsi serebral
d. Kelainan presepsi
a. Mempengaruhi kemampuan menghisap, menelan, mengunyah,
dan akhirnya timbul gangguan bicara dan artikulasi seperti
disartria
b. Mempengaruhi kemampuan menghisap dan menelan, akhirnya
menimbulkan gangguan artikulasi, seperti dispraksia
c. Berpengaruh pada pernafasan, makan dan timbul juga masalah
artikulasi yang dapat mengakibatkan disartria dan dispraksia
d. Kesulitan membedakan suara, mengerti bahasa, simbolisasi,
mengenal konsep, akhirnya menimbulkan kesulitan belajar di
sekolah
Perkembangan bahasa yang lambat dapat bersifat familial. Oleh
karena itu harus dicari dalam keluarganya apakah ada yang
mengalami keterlambatan bicara juga. Disamping itu kelainan
bicara juga lebih banyak anak laki-laki daripada perempuan. Hal ini
karena pada perempuan, maturasi dan perkembangan fungsi verbal
hemisfer kiri lebih baik. Sedangkan pada laki-laki perkembangan
hemisfer kanan lebih baik, yaitu untuk tugas yang abstrak dan
memerlukan keterampilan.
Sedangkan Aram DM {1987), mengatakan gangguan bahwa
ganguan bicara pada anak dapat disebabkan oleh kelainan dibawah
ini:
1. Lingkungan sosial anak
Interaksi antar personal merupakan dasar dari semua komunikasi
dan perkembangan bahasa. Lingkungan yang tidak mendukung
akan menyebabkan gangguan bicara dan bahasa pada anak.
2. Sistem masukan/input.
Adalah sistem pendengaran, penglihatan dan integritas taktil-
kinestetik dari anak. Pendengaran merupakan alat yang penting
dalam perkembangan bicara. Anak dengan otitis mmedia kronis
dengan penurunan daya pendengaran akan mengalami
keterlambatan kemampuan menerima ataupun mengungkapkan
bahasa. Gangguan bicara juga terdapat pada tuli oleh karena
kelainan genetik dan metabolik (tuli primer), tuli neurosensorial
(infeksi intra uterin: sifilis, rubella, toksoplasmosis,
sitomegalovirus), tuli konduksi seperti akibat malformasi telinga
luar, tuli sentral (sama sekali tidak dapat mendengar), tuli
persepsi/afasia sensorik (Terjadi kegagalan integrasi arti bicara
yang didengar menjadi suatu pengertian yang menyeluruh), dan tuli
psikis seperti pada skizofrenia, autisme infantil, keadaan cemas dan
reaksi psikologis lainnya.
Pola bahasa juga akan terpengaruh pada anak dengan gangguan
penglliahtan yang berat, demikian pula dengan anak dengan defisit
taktil-kinestetik akan terjadi gangguan artikulasi.
3. Sistem pusat bicara dan bahasa
Kelainan susunan saraf pusat akan mempengaruhi pemahaman,
interprestasi, formulasi dan perencanaan bahasa, juga pada
aktivitas dan kemampuan intelektual dari anak.
Gangguan komunikasi biasanya merupakan bagian dari retardasi
mental, misalnya pada sindrom down.
4. Sistem produksi.
Sistem produksi suara seperti laring, faring, hidung, struktur mulut,
dan mekanisme neuromuskular yang berpengaruh terhadap
pengaturan nafas untuk bicara, bunyi laring, pembentukan bunyi
untuk artikulasibicara melalui aliran udara lewat laring, faring, dan
rongga mulut.
3. KLAFIKASI DAN GEJALA
Terdapat bermacam-macam klafikasi disfasia, tergantung dari cara
mereka memandang. Kebanyakan sistem klafikasi berdasarkan atas
model input-ouput. Beberapa telah didefinisikan dengan
menggunakan tes yang telah distandarisasi. Ada yang
menggunakan model yang didasari pendengaran ada pula yang
berdasarkan patofisiologi terjadinya disfasia.
Klafikasi kelainan bahasa pada anak menurut Rutter (dikutip dari
toback C), berdasarkan atas berat ringannya kelainan bahasa
sebagai berikut:
Ringan Keterlambatan akuisisi dari bunyi kata-kata, bahasa normal
Disfasia
Sedang Keterlambatan lebih berat dari akuisisi bunyi kata-kata dan
perkembangan bahasa terlambat Disfasia ekspresif
Berat Keterlambatan lebih berat dari akuisisi dan bahasa, gangguan
pemahaman bahasa Disfasia resptif dan tuli persepsi
Sangat berat Gangguan pada seluruh kemampuan bahasa Tuli
persepsi dan tuli sentral
Sedangkan Rappin dan Allen (dikutif dari klein,1991) berdasar
patofisiologi, membagi kelainan bahasa pada anank menjadi 6
subtipe,yaitu:
1. 2 primer ekspresif:
Disfraksia verbal
Ganguan definisit produksi fonologi
2. 2 definisit refresif dan ekspresif:
Ganguan campuran ekspresif-refresif
Disfasia verbal auditori agnosia
3. 2 definisit bahasa yang lebih berat:
Gangguan leksikal-sintaksis
Ganguan sematik-pragmatik
Anak dengan Disfraksi Verbal (afraksia verbal atau gangguan
perkembangan bicara ekspresif) mengerti segala sesuatu yang
dikataka padanya, mereka lebih sering menunjuk daripada bicara.
Banyak yang mempunyai riwayat prematur, beberapa menderita
disfraksia oromotor(anak ini mengeluarkan air liur dan mempunyai
kesulitan mengikuti gerakan mulut).jika mereka bicara, lebih
banyak menggunakan suara vokal dengan gangguan pengucapan
konsonan. Anak anak ini setelah dewasa menjadi afemia. Anak
dengan disfraksia verbal kadang kadang disertai gangguan tingkah
laku (autisme). Rehabilitasi pada anak ini lebih memerlukan terapi
wicara yang intensif.
Beberapa anak berbicara dengan kata-kata dan frase yang sulit
dimengerti, bahkan pada orang-orang yang selalu kontak
dengannya. Sehingga mereka sering marah dan frustasi karena
merasa bahwa kata-katanya sulit dimengerti oleh orang
disekitarnya. Mereka ini tidak ada gangguan dalam pengertian,
tetapi terdapat Gangguan Defisit Produksi Fonologi.
Anak yang bicaranya sulit dipahami yang juga menunjukan adanya
gangguan pemahaman terhadap apa yang dikatakan padanya,
menunjukkan Gangguan Campuran Ekspresif-Reseptif. Mereka
bicara dalam kalimat yang pendek dan banyak dari mereka yang
austik. Setelah dewasa mereka menjadi afasia (afasia Brocca),
hanya sedikit yang diketahui bagaimana hal ini bisa terjadi.
Beberapa anak mengerti sedikit pada apa yang dikatakan
kepadanya, walaupun kadang-kadang mereka mengikuti suatu
pembicaraan dengan cara lain, misalnya dengan memperhatikan
apa yang dilihatnya. Mereka sangat miskin dalam artikulasi kata-
kata. Mereka ini dinamakan Disfasia Verbal Auditori Agnosia.
Mereka ini termasuk afasia yang didapat, dimana mereka
sebelumnya sering kejang dan kehilangan kemampuan berbicara
setelah periode perkembangan bahasa yang normal (sindrom
landau kleffner). Pada EEG anak dengan sindrom ini, akan tampak
bitemporal spike. Anak dengan disfasia jenis ini, memproses suara
yang didengarkan di pusat dengar berbeda dengan anak normal.
Stimulasi bahasa akan memperbaiki keadaan, walaupun hasil
akhirnya masih belum pasti.
Anak dengan Gangguan Leksikal-Sintaksis mempunyai kesulitan
dalam menemukan kata-kata yang tepat khususnya saat bercakap-
cakap. Mereka tidak gagap dan menghindar untuk berbicara.
Gejalanya seperti orang dewasa dengan afasia konduksi, dimana
mereka akan berhenti bicara sebentar untuk menemukan kata-kata
yang tepat. Anak ini biasanya orang tuanya akan membantu untuk
menemukan kata-kata yang tepat. Anak ini biasanya bicara dengan
menggunakan kalimat-kalimat yang pendek untuk umurnya. Terapi
bicara akan membantu melatih anak mencari kata-kata yang tepat
pada saat bicara, tetapi prognosis selanjutnya masih belum banyak
diketahui.
Beberapa anak ada yang bicara lancar dan dapat menggunakan
kata-kata yang tepat, tetapi mereka bicara tanpa henti mengenai
satu topik. Mereka tidak mengerti tata bahasa. Gejalanya mirip
gangguan bicara pada anak dengan hidrosefalus dan oleh Rapin dan
Allen disebut Gangguan Sematik Pragmatik. Anak ini pada
umumnya menderita gangguan hubungan sosial dan didiagnosis
sebagai gangguan perkembangan perfasif. Mereka punya sedikit
teman sebaya dan tidak pernah mau belajar aturan permainan dan
bicara dari teman sebayanya. Ada baiknya anak ini diajarkan
keterampilan berbicara, bahkan diperlukan psikolog dan ahli terapi
tingkah laku.
Aram DM (1987) dan Towne (1983), mengatakan bahwa dicurigai
adanya gangguan perkembangan kemampuan bahasa pada anak,
kalau diketemukan gejala-gejala sebagai berikut:
1. Pada usia 6 bulan anak tidak mampu memalingkan mata serta
kepalanya suara yang datang dari belakang atau samping.
2. Pada usia 10 bulan anak tidak memberi reaksi terhadap
panggilan namanya sendiri.
3. Pada usia 15 bulan tidak mengerti dan memberi reaksi terhadap
kata-kata jangan, da-da, dan sebagainya.
4. Pada usia 18 bulan tidak dapat menyebut 10 kata tunggal.
5. Pada usia 21 bulan tidak memberi realsi terhadap perintah
(misalnya duduk, kemari, berdiri).
6. Pada usia 24 bulan tidak bisa menyebut bagian-bagian tubuh.
7. Pada usia 24 bulan belum mampu mengetengahkan ungkapan
yang terdiri dari 2 buah kata.
8. Setelah usia 24 bulan hanya mempunyai perbendaharaan kata
yang sangat sedikit/tidak mempunyai kata-kata huruf z pada frase.
9. Pada usia 30 bulan ucapannya tidak dapat dimengerti oleh
anggota keluarga.
10. Pada usia 36 bulan belum dapat mempergunakan kalimat-
kalimat sederhana.
11. Pada usia 36 bulan tidak bisa bertanya dengan menggunakan
kalimat tanya yang sederhana.
12. Pada usia 36 bulan ucapannya tidak dapat dimengerti oleh
orang diluar keluarganya.
13. Pada usia 3,5 tahun selalu gagal untuk menyebutkan kata akhir
(ca untuk cat, ba untuk ban, dan lain-lainnya).
14. Setelah usia 4 tahun tidak bisa bicara/gagap.
15. Setelah usia 7 tahun masih ada kesalahan ucapan.
16. Pada usia berapa saja terdapat hipernasalitas atau hiponasalitas
yang nyata atau mempunyai suara yang monoton tanpa henti,
sangat keras dan tidak dapat didengar.serta terus menerus
memperdangarkan suara yang serak.
4. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Pengambilan anmnesis harus mencakup uraian mengenai
perkembangan bahasa anak. Autisme setelah berumur 18 bulan dan
bicara yang sulit dimengerti setelah berumur 3 tahun, paling sering
ditemukan. Dokter anak harus curiga bila orang tua melaporkan
bahwa anaknya tidak dapat menggunakan kata-kata yang berarti
pada umur 18 bulan atau belum mengucapkan prase pada umur 2
tahun. Atau anak memakai bahasa yang singkat untuk
menyampaikan maksudnya.
Kecurigaan adanya gangguan tingkah laku perlu dipertimbangkan
kalau dijumpai gangguan bicara dan tingkah laku yang bersamaan.
Kesulitan tidur dan makan sering dieluhkan orangtua pada awal
gangguan autisme. Pertanyaan bagaimana anak bermain dengan
temannya dapat membantu mengungkap tabir tingkah laku. Anak
dengan autisme lebih senang bermain dengan huruf balok atau
megnetik dalam waktu yang lama. Mereka dapat saja bermain
dengan anak sebaya, tetapi dalam waktu singkat menarik diri.
2. Instrumen Penyaring
Selain anamnesis yang teliti, disarankan digunakan insrumen
penyaring untuk menilai gangguan perkembangan bahasa.
Misalnya Early Language Milestone Scale (Coplan dan Gleason),
atau DDST (pada Denver II penilaian pada sektor bahasa lebih
banyak daripada DDST yang lama) atau Resptive- Expresive
Emergent Language Scale. Early Language Milestone Scale cukup
sensitif dan sfesifik untuk mengidentifikasikan gangguan bicara
pada anak kurang dari 3 tahun.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dapat digunakan untuk mengungkapkan
penyebab lain dari gangguan bahasa. Apakah ada mikrosefali,
anomali telinga luar, otitis media yang berulang, sindrom William
(fasien Elvin, perawakan pendek, kelainan jantung, langkah yang
tidak mantap), celah palatum, dan lain-lain.
Gangguan oromotor dapat diperiksa dengan menyuruh anak
menirukan gerakan mengunyah, menjulurkan lidah dan
menggulung suku kata PA, TA, PA-TA, PA-TA-KA. Gangguan
oromotor terdapat pada verbal apraksia.
4. Pengamatan Saat Bermain
Mengamati saat anak bermain dengan alat permainan yang sesuai
dengan umurnya, sangat membantu dalam mengidentifikasi
gangguan tingkah laku. Idealnya pemeriksa juga bermain dengan
anak tersebut dan kemudian mengamati orang tuanya saat bermain
dengan anaknya. Tetapi ini tidak praktis dilakukan pada ruangan
ruangan yang ramai. Pengamatan anak saat bermain sendiri,
selama pengambilan anamnesia dengan orang tuanya, lebih muda
pemeriksaan. Anak yang memperlakukan mainannya sebagai objek
saja atau hanya sebagai satu titik pusat perhatian saja, dapat
merupakan petunjuk adanya kelainan tingkah laku.
5. Pemeriksaan Laboratorium
Semua anak dengan gangguan bahasa harus dilakukan tes
pendengaran. Jika anak tidak kooperatif terhadap audiogram atau
hasilnya mencurigakan maka perlu dilakukan pemeriksaan
auditory brainstem response.
Pemeriksaan laboratorim lainnya dimaksudkan untuk membuat
diagnosis banding. Bila terdapat gangguan pertumbuhan,
mikrosefali, terdapat gejala-gejala dari suatu sindrom perlu
dilakukan CT-scan atau MRI, untuk mengetahui adanya
malformasi. Pada anak laki-laki dengan autismedan perkembangan
yang sangat lambat, skrining kromosom untuk fragil-X mungkin
diperlukan. Skrining terhadap penyakit-penyakit metabolik baru
dilakukan kalau terdapat kecurigaan ke arah itu, karena
pemeriksaan ini sangat mahal.
6. Konsultasi
Pemeriksaan dari psikologi/neuropisikiater anak diperlukan jika
ada gangguan bahasa dan tingkah laku. Pemeriksaan ini meliputi
riwayat dan tes bahasa, kemampuan kognitif dan tingkah laku. Tes
intelegesia dapat dipakai sebagai perbandingan fungsi kognitif anak
tersebut. Masalah tingkah laku dapat diperiksa lebih lanjut dengan
menggunakan instrumen seperti Vineland Social daptive Scale
Revised, Child Behavior Checklist, atau Chilhood Autism Rating
Scale. Konsultasi ke psikiater anak dilakukan bila ada gangguan
tingkah laku yang berat.
Ahli patologi wicara akan mengevaluasi cara pengobatan anak
dengan gangguan tinkah bicara. Anak akan diperiksa apakah ada
masalah anatomi yang mempengaruhi produksi suara.
PENATALAKSANAAN
Deteksi dan penanganan dini pada problem bicara dan bahasa pada
anak, akan membantu anak dan orang tua untuk menghindari atau
memperkecil kelainan pada masa sekolah (lihat tabel 18.4).
PROGNOSIS
Prognosis gangguan bicara pada anak tergantung pada
penyebabnya. Dengan perbaikan masalah medis seprti tuli
konduksi dapat menghasilkan perkembangan bahasa yang normal
pada anak yang tidak retardasi mental. Sedangkan perkembangan
bahasa dan kognitif pada anak dengan gangguan pendengaran
sensoris bervariasi. Dikataka anak dengan gangguan fonologi
biasanya frognosisnya lebih baik. Sedangkan gangguan bicara pada
anak yang intelegesinya normal perkembangannya bahasanya lebih
baik daripada anak yang retardasi mental. Tetapi pada anak dengan
gangguan yang multipe, terutama dengan ganggua pemahaman,
gangguan bicara ekspresif, atau kemampuan naratif yang tidak
berkembang pada usia 4 tahun, mempunyai gangguan bahasa yang
menetap pada umur 5,5 tahun.
Tabel 18.4: Penatalaksanaan kelainan bicara dan bahasa (Blager BF,
1981)
Masalah Penatalaksanaan Rujukan
1. Lingkungan
a. Sos.eko rendah
b. Tekanan keluarga
c. Keluarga bisu
d. Bahasa bilingual
a. Meningkatkan stimulasi
b. Mengurangi tekanan
c. Meningkatkan stimulasi
d. Menyederhanakan masukan bahasa
a. Kelompok BKB (bina keluarga dan balita) atau kelompok
bermain
b. Konseling keluarga
c. Kelompok BKB/bermain
d. Ahli terapi wicara
2. Emosi
a. Ibu yang tertekan
b. Gangguan serius pada keluarga
c. Gangguan serius
a. Meningkatkan stimulasi
b. Mengstabilkan lingkunga emosi
c. Meningkatkan status emosi anak
a. Konseling, kelompok BKB/bermain
b. Psikoterapi
c. Psikoterapi
3. Masalah pendengaran
a. Kongenital
b. Didapat
a. Monitor dan obati kalau memungkinkan
b. Monitor dan obati kalau mungkin
a. Audiologist/Ahli THT
b. Audiologist/Ahli THT
4. Perkembangan lambat
a. Dibawah rata-rata
b. Perkembangan terlambat
c. Retardasi mental
a. Tingkat stimulasi
b. Tingkat stimulasi
c. Maksimalkan potensi
a. Ahli terapi wicara
b. Ahli terapi wicara
c. Program khusus
5. Cacat bawaan
a. Palatum Sumbing
b. Sindrom Down
a. Monitor dan dioperasi
b. Monitor dan stimulasi
a. Ahli terapi setelah operasi
b. Rujuk ke ahli terapi wicara, SLB-C, monitor pendengarannya
6. Kerusakan otak
a. Kerusakan neuromuskular
b. Sensorimotor
c. Palsi serebralis
d. Masalah persepsi
a. Mengatasi masalah makan dan meningkatkan kemampuan bicara
anak
b. Mengatasi masalah makan dan meningkatkan kemampuan
bicara anak
c. Mengoptimalkan kemampuan fisik kognitif dan bicara anak
d. Mengatasi masalah keterlambatan bicara
a. Rujuk ke ahli terapi kerja, ahli gizi, ahli patologi wicara
b. Rujuk ke ahli terapi kerja, ahli gizi, ahli terapi wicara
c. Rujuk ke ahli rehabilitasi, ahli terapi wicara
d. Rujuk ke ahli patologi wicara, kelompok BKB
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA ANAK DENGAN GANGGUAN BICARA DAN BAHASA
Pengkajian
Karakteristik perkembangan utama bahasa dan bicara
Usia
( Tahun ) Perkembangan bahasa normal Perkembangan bicara
normal Kejelasan
1
2
3
4 5
5 6
Mengatakan dua sampai tiga kata-kata dengan arti,
Meniru bunyi-bunyi binatang.
Menggunakan frase dua atau tiga kata
Mempunyai perbendaharaan kata kira-kira 300 kata
Menggunakan saya, aku,kamu
Mengatakan empat sampai kalimat lima kata
Mempunyai perbendaharaan kata kira-kira 900 kata
Menggunakan siapa, apa, dan dimana dalam mengajukan
pertanyaan
Menggunakan kata majemuk, kata ganti, dan preposisi
Mempunyai perbendaharaan kata 1500 sampai 2100 kata
Mampu menggunakan bentuk gramatik dengan benar seperti
kalimat masa lampau dari kata kerja kemarin
Menggunakan kalimat lengkap dengan kata benda, kata kerja,
preposisi, kata sifat,kata keterangan dan penghubung
Mempunyai perbendaharaan kata 3000 kata, memahami
jika,karena dan mengapa Mengabaikan hampir semua
konsonan akhir dan beberapa konsonan awal
Mengganti konsonan m,w,p,b,k,g, n,t,ddan h
dengan bunyi-bunyi yang lebih sulit.
Menggunakan konsonan diatas dengan huruf hidup, tetapi secara
tidak konsisten dan dengan banyak penggantian
Pengabaian konsonan akhir
Keterlambatan artikulasi dibelakang pbendaharaan kata
Menguasai b,t,d,k dan g; bunyi r dan L mungkin masih tidak
jelas, mengabaikan atau menambahkan w
Pengulangan dan keragu-raguan umum terjadi.
Menguasai f dan v; mungkin masih tidak jelas r, l; s, z,
ch,y dan th
Sedikit atau tidak ada pengabaian dari konsonan awal atau akhir
Menguasai r, l dan th; pada s, z, sh, dan j (biasanya
dikuasai pd usia 7 tahun sampai 8 tahun) Biasanya tidak lebih
dari 25% kejelasan untuk pendengar yang tidak dikenal
Ketinggian bahasa tertentu yang tidak jelas pada usia 18 bulan
Pada usia 2 tahun, kejelasan 50% dalam konteks
Pada usia 3 tahun, kejelasan 75%
Bicara jelas 100%, meskipun beberapa bunyi masih tidak sempurna
Pengkajian kerusakan komunikasi
Pertanyaan kunci untuk gangguan bahasa
1. Berapa usia anak anda saat mulai mengucapkan kata-kata
pertamanya?
2. Berapa usia anak anda saat mulai menempatkan kata-kata
didalam kalimat?
3. Apakah anak anda mengalami kesulitan dalam mempelajari kata
baru?
4. Apakah anak anda mengabaikan kata-kata dari kalimat (mis;
apakah kalimat tersebut berbunyi seperti telegrafik?) atau
menggunakan kalimat singkat atau tidak lengkap?
5. Apakah anak anda mempunyai masalah dengan tata bahasa
seperti tata kerja?
6. Dapatkah anak anda mengikuti dua sampai tiga petunjuk yang
diberikan sekaligus?
7. Apakah anda harus mengulang petunjuk atau pertanyaan?
8. Apakah anak anda berespons dengan tepat terhadap pertanyaan?
9. Apakah anak anda mengajukan pertanyaan yang dimulai dengan
siapa, apa, dimana, dan mengapa?
10. Apakah hal itu bahwa anak anda telah membuat sedikit atau
tidak ada kemajuan dalam bicara dan bahasa dalam 6 sampai 12
bulan yang lalu?
Pertanyaan kunci untuk kerusakan bicara
1. Apakah anak anda pernah gagap atau mengulang bunyi atau kata-
kata?
2. Apakah anak anda kelihatan cemas atau frustasi bila mencoba
untuk mengekspresikan ide?
3. Pernahkah anda memperhatikan perilaku anak anda seperti
mengedipkan mata, menegakkan kepala, atau berusaha untuk
mengungkapkan pikiran dengan kata-kata yang berbeda bila ia
gagap?
4. Apakah yang anda lakukan bila hal ini terjadi?
5. Apakah anak anda mengabaikan bunyi dari kata-kata?
6. Apakah hal tersebut tampak seperti anak anda menggunakan t, d,
k, atau g ditempat hampir semua konsonan yang lain?
7. Apakah anak anda mengabaikan bunyi dari kata-kata atau
menambahkan konsonan yang benar dengan konsonan lain (seperti
rabbit dengan wabbit)
8. Apakah anda mengalami kesulitan dalam memahami bicara
anaka anda?
9. Adakah orang lain yang pernah menunjukkan tentang adanya
kesulitan dalam memahami anak anda?
10. Adakah perubahan terbaru dalam bunyi suara anak anda?
Petunjuk untuk mendeteksi kerusakan komunikasi
Ketidakmampuan bahasa
Memberikan arti pada kata-kata
Kata pertama tidak diucapkan sebelum tiga tahun
Ukuran perbendaharaan kata berkurang sesuai usia atau gagal
menunjukkan peningkatan
Kesulitan dalam menggambarkan karakteristik objek, meskipun
mungkin mampu menyebutkan namanya
Jarang menggunakan kata ganti (sifat, keterangan)
Terlalu banyak menggunakan jargon 18 bulan terakhir
Mengatur kata-kata ke dalam kalimat
Kalimat pertama tidak diucapkan sebelum tiga tahun
Kalimat pendek dan tidak lengkap
Kecenderungan untuk mengabaikan kata-kata (artikel, preposisi)
Kesalahan penggunaan bentuk kata kerja
Kesulitan memahami dan menghasilkan pertanyaan
Masa stabil pada tingkat perkembangan awal; menggunakan pola
bicara yang mudah
Mengubah bentuk kata-kata
Menghilangkan akhir untuk kalimat majemuk dan keterangan
waktu
Penggunaan akhir kalimat majemuk dan keterangan waktu yang
tidak tepat
Ketidakakuratan penggunaan kata-kata kepemilikan
Kerusakan bicara
Ketidakfasihan (gagap)
Pengulangan bunyi, kata-kata, atau frase yang dapat terlihat
setelah usia 4 tahun
Frustasi bila berusaha untuk berkomunikasi
Menunjukkan perilaku berjuang saat berbicara (kepala tegak,
mata berkedip, mencoba terus, atau pemakaian kata terlalu banyak
dan tidak perlu)
Malu tentang bicaranya sendiri
Defisiensi artikulasi
Kejelasan dari bicara percakapan tidak ada pada usia 3 tahun
Penghilangan konsonan di awal kata pada usia 3 tahun dan di
akhir kata pada usia 4 tahun
Kesalahan artikulasi yangmenetap setelah usia 7 tahun
Pengabaian bunyi dimana salah satu harus terjadi
Distorsi bunyi
Penambahan bunyi an yang tidak tepat pada bunyi yang benar
Gangguan suara
Deviasi pada nada (terlaku tinggi atau terlalu rendah, khususnya
untuk usia jenis kelamin); monoton
Deviasi dalam kekerasan suara
Deviasi dalam kualitas (hipernasalitas atau hiponasalitas)
Pedoman Rujukan Mengenai Kerusakan Komunikasi
Usia Temuan Pengkajian
2 tahun
3 tahun
5 tahun
Usia sekolah
Umum
Gagal untuk berbicara kata-kata bermakna secara spontan
Penggunaan sikap tubuh yang konsisten bukan vokalisasi
Kesulitan dalam mengikuti petunjuk verbal
Gagal untuk berespon secara konsisten terhadap bunyi
Bicara sangat tidak jelas
Gagal untuk menggunakan kalimat dari tiga kata-kata/ lebih
Sering mengabaikan konsonan awal
Penggunaan huruf hidup bukan konsonan
Gagap atau jenis ketidakfasihan yang lain
Struktur kalimat secara nyata terganggu
Mengganti suara-suara yang mudah dihasilkan dengan bunyi-bunyi
yang sulit
Menghilangkan ujung kata (jamak, kalimat kerja dsb)
Kualitas suara buruk (monoton, keras/ hampir tidak terdengar)
Nada suara tidak jelas untuk usianya
Adanya distorsi, pengabaian, atau penambahan bunyi setelah usia 7
tahun
Bicara yang berhubungan dicirikan dengan penggunaan konfusi
yang tidak biasa atau kebalikan
Ada anak dengan tanda-tanda yang menunjukkan kerusakan
pendengaran
Ada anak yang malu atau terganggu oleh bicaranya sendiri
Orangtua yang perhatiannya terlalu berlebihan atau yang terlalu
menekan anak untuk bicara pada tingkat diatas usia yang
seharusnya.
Denver Articulation Screening Examination
The Denver Articulation Screening Examination (DASE) (Gbr.1-59)
dirancang untuk secara nyata membedakan antara keterlamabatan
perkembangan yang signifikan dan variasi normal dalam
kemahiran bunyi bicara pada anak dari 2 sampai 6 tahun.
Pemeriksaan ini menggunakan metode imitatifuntuk mengkaji
bunyi suara. Pedoman umum mencakup hal berikut:
1. Katakan pada anak untuk mengulangi kata, seperti car, beri
beberapa contoh pada anak untuk memastikan pemahaman.
Dimulai dengan kata pertama tabel, minta anak mengulang seluruh
22 kata setelah anda. Nilai pengucapan anak pada bunyi
digarisbawahi atau campurkan dalam setiap kata. (Ada 30 elemen
bunyi artikulasi untuk pengujian).
2. Bila anak merasa malu atau sulit untuk diuji, gunakan gambar
garis sederhana untuk menggambarkan setiap kata.
3. untuk menentukan hasil tes, cocokan skor kasar (angka dari
bunyi yang benar) dengan kolom yang menunjukkan usia anak.
Anak dianggap menjadi usia sebelumnya yang paling dekat seperti
yang ditunjukkan pada grafik barisan persentil. Barisan persentil
anak adalah pada titik dimana garis dan kolom bertemu. Persentil
diatas garis tebal adalah abnormal dan dibawahnya adalah normal.
4. Nilai bicara spontan anak dalam istilah kejelasan:
a. Mudah untuk dipahami
b. Tidak dapat dipahami setengah waktu
c. Tidak dapat dipahami
d. Tidak dapat dievaluasi (bila anak tidak bicara dalam kalimat atau
frase selama wawancara)
5. Nilai hasil total tes anak sebagai berikut:
a. Normal, normal pada DASE dan kejelasan
b. Abnormal, abnormal pada DASE dan/atau kejelasan
6. Uji ulang anak dengan hasil yang abnormal dalam 2 minggu

Anda mungkin juga menyukai