Anda di halaman 1dari 48

kesehatan

LAPORAN EVALUASI
PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI
TAHUN 1434H/2013M


































KEMENTERIAN AGAMA RI
TAHUN 2013

2

A. LAPORAN PENYELENGGARAAN IBADAH HAJI 1434H/2013M

1. Penyelenggaraan Haji di Tanah Air
Penyelenggaraan ibadah haji merupakan rangkaian proses ibadah yang dimulai sejak
keberangkatan jemaah haji di Tanah Air, pelaksanaan rukun dan wajib haji di Arab Saudi,
sampai dengan pemulangan kembali ke Tanah Air. Operasional penyelenggaraan ibadah haji
di Tanah Air dapat dipaparkan sebagai berikut:

a. Realisasi Kuota Haji
Berdasarkan keputusan rapat menteri luar negeri negara-negara Organisasi Konferensi Islam
(OKI) tahun 1978 disepakati pembatasan jumlah jemaah haji setiap negara sebesar 1:1000
dari total jumlah penduduk (yang bergama Islam). Kuota jemaah haji Indonesia yang
disepakati dalam MoU Persiapan Haji 1434 H/2013 M sebanyak 211.000 orang berdasarkan
jumlah penduduk Republik Indonesia yang tercatat di PBB. Namun pada tanggal 6 Juni 2013
Pemerintah Indonesia mendapat surat pemberitahuan dari Pemerintah Arab Saudi tentang
kebijakan pengurangan kuota haji sebesar 20% untuk seluruh negara tanpa terkecuali karena
adanya proyek perluasan tempat tawaf yang memakan waktu penyelesaian selama 3 (tiga)
tahun.
Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 121 tahun 2013 tanggal 21 Juni 2013 tentang
Penetapan Kuota Haji Tahun 1434 H/2013 M, setelah mengalami pengurangan kuota jemaah
haji sebanyak 20% dari 211.000 jemaah, jumlah jemaah haji yang akan diberangkatkan ke
Tanah Suci pada tahun 1434 H/2013 M sebanyak 168.800 jemaah, yang terdiri dari 155.200
jemaah haji regular dan 13.600 jemaah haji khusus yang diselenggarakan oleh
Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK).
Adapun kuota jemaah haji, profil berdasarkan jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, dan
kelompok umur adalah sebagaimana tersaji dalam tabel berikut ini:

Tabel Kuota Jemaah Haji Indonesia Tahun 1434 H/ 2013 M
No. Jemaah Haji Kuota Realisasi Sisa Kuota
Realisasi
(%)
1 Reguler 155.200 154.546 654 99,58
2 Haji Khusus 13.600 13.564 36 99,74
Total 168.800 168.110 690 99,59

Tabel Profil jemaah berdasarkan jenis kelamin:
No. Jenis kelamin Jumlah* %
1 Laki-Laki 70.668 45%
2 Perempuan 85.798 55%
Jumlah 156.466 100%
* Sudah termasuk dengan Petugas

Tabel Profil Pekerjaan Jemaah Haji Indonesia
No. Pekerjaan Jumlah* Prosentase Keterangan
1 PNS 32.063 20,5% Jemaah
terbanyak adalah
berstatus ibu
rumah tangga
2 TNI/POLRI 1.313 0,8%
3 PEDAGANG 11.994 7,7%
4 PETANI 19.989 12,8%
3

No. Pekerjaan Jumlah* Prosentase Keterangan
5 PEG. SWASTA 35.678 22.8% yaitu 27,4%.
6 IBU RUMAH TANGGA 42.817 27,4%
7 PELAJAR/MAHASISWA 1.729 1,1%
8 PEG. BUMN/BUMD 3.138 2,0%
9 LAIN-LAIN 7.745 4,9 %
Total 156.466 100%
* Sudah termasuk dengan Petugas

Tabel Profil Pendidikan Jemaah Haji Indonesia
No. Pendidikan Jumlah Prosentase Keterangan
1 Sekolah Dasar 53.182 34,0% Tingkat pendidikan
jemaah terbanyak
adalah SD yaitu
34,0 %
2 Sekeloh Menegah Pertama 19.034 12,2%
3 Sekolah Menegah Atas 38.167 24,4%
4 Sarjana Muda 11.226 7,2%
5 Sarjana S1 29.219 18,7%
6 Sarjana S2 5.216 3,3%
7 Sarjana S3 332 0,2%
8 Lain-lain 90 0,1%
Total = 156.466 100%

Tabel Profil Kelompok Umur Jemaah Haji Indonesia
No. Kelompok Umur Jumlah Prosentase Keterangan
1 0 s.d. 40 24.498 16% Kelompok umur
terbanyak jemaah
adalah usia 51-60
Thn (33 %)
2 41 s.d. 50 45.908 29%
3 51 s.d. 60 52.167 33%
4 >60 33.893 22%
Total 156.466 100%

Dari total jemaah haji Indonesia, jemaah yang belum pernah melaksanakan haji sebanyak
154.748 orang (98,9%) dan yang pernah melaksanakan haji berjumlah 1.718 orang (1,1%).
Dengan adanya kebijakan pengurangan kuota 20% oleh pemerintah Kerajaan Arab Saudi
yang secara umum mengakibatkan penyelenggaraan ibadah haji tahun 1434 H/2013 M
menjadi lebih baik, namun telah menimbulkan permasalahan di Indonesia, yaitu hampir 25
ribu jemaah haji yang telah melunasi tertunda keberangkatannya, program percepatan
keberangkatan haji bagi jemaah lansia 83 tahun ke atas menjadi batal, rata-rata waktu
tunggu keberangkatan haji menjadi lebih lama, dan menimbulkan potensi kerugian materiil
baik pihak pemerintah maupun swasta.
Untuk itu kedepan perlu dilakukan upaya-upaya:
1. Kajian terkait dengan penyesuaian besaran setoran awal dan sistem pengelolaan untuk
memperoleh nilai manfaat yang optimal.
2. Pembahasan dengan pemerintah Arab Saudi untuk memastikan tidak ada pengurangan
kuota tahun depan dengan pertimbangan kembali pada kuota dasar.
3. Jemaah haji yang tertunda berangkat tidak menanggung risiko beban tambahan BPIH lagi
apabila BPIH 2014 naik. Apabila besaran BPIH 2014 lebih kecil maka jemaah tersebut
memperoleh pengembalian.
4

4. Penyederhanaan pendaftaran yang semula 4x menjadi 2x dengan pembayaran dapat
dilakukan di ATM.
5. Dalam rangka transpransi dalam proses pendaftaran, Ditjen PHU mengembangkan
Siskohat generasi kedua untuk kemudahan akses bagi masyarakat serta desain
penyusunan kuota bagi jemaah haji Lansia.
6. Untuk mengurangi masa tunggu yang makin panjang, Pemerintah melakukan beberapa
hal sebagai berikut: mengajukan adanya tambahan kuota, penundaan permanen bagi
jemaah yang sudah berhaji, dan waktu tunggu disusun berdasarkan usia jemaah

b. Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH)
Rancangan besaran komponen indirect cost BPIH ditetapkan pada Rapat Kerja Menteri
Agama dengan Komisi VIII DPR RI tanggal 28 Maret 2013, rancangan yang telah disetujui
DPR kemudian diusulkan kepada Presiden. Pada tanggal 8 Mei 2013 Presiden menetapkan
besaran BPIH melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 31 tahun 2013 tentang Biaya
Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 1434H/2013M. BPIH tertinggi di Makassar sebesar
US$3.807, dan terendah di Aceh US$3.253, dan rata-rata nasional BPIH adalah US$3.527.
Jika dibandingkan dengan BPIH tahun 1433H/2012M, maka besaran rata-rata BPIH tahun
1434H/2013M dalam dolar mengalami penurunan sebesar USD90 dari USD3,617 menjadi
USD3,527. Penurunan dalam USD disebabkan penurunan biaya komponen penerbangan,
serta biaya sewa rumah di Makkah dan Madinah yang dibebankan jemaah. Adapun besaran
BPIH tahun 1434H/2013M untuk masing-masing embarkasi sebagai berikut:

No Embarkasi BPIH (USD) Provinsi/Kab/Kota
1 Aceh 3,253 Aceh
2 Medan 3,263 Sumatera Utara
3 Batam 3,357 Riau, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat,
Jambi (Kab. Tanjung Jabung Barat, Kota
Jambi, Muaro Jambi, Batang Hari, dan
Tanjung Jabung Timur)
4 Padang 3,329 Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi (Kab.
Merangin, Kerinci, Sorolangun, Bungo, dan
Tebo)
5 Palembang 3,381 Sumatera Selatan dan Bangka Belitung
6 Jakarta 3,522 DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, dan
Lampung
7 Solo 3,542 Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta,
8 Surabaya 3,619 Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Timur
9 Banjarmasin 3,733 Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah
10 Balikpapan 3,744 Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, dan
Sulawesi Utara

5

No Embarkasi BPIH (USD) Provinsi/Kab/Kota
11 Makassar 3,807 Sulawesi Selatan, Gorontalo, Sulawesi
Tenggara, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku
Utara, Papua, dan Papua Barat
12 Lombok 3,782 Nusa Tenggara Barat
Rata-rata 3,527

Sedangkan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) bagi jemaah haji khusus ditetapkan
minimal sebesar USD 8.000 sesuai dengan Keputusan Menteri Agama Nomor 60 tahun 2013
tentang Penetapan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus Tahun 1434H/2013M. Setiap
jemaah haji melakukan pembayaran sesuai dengan kurs transaksi dollar terhadap rupiah
yang berlaku pada saat pembayaran.
Dalam rangka persiapan penyelenggaraan ibadah haji 1434H/2013M kami mengharapkan
pembahasan bersama komisi VIII DPR Rl dapat dilakukan di awal tahun 2014. Penetapan
lebih awal akan memberikan waktu yang cukup bagi calon jemaah untuk melakukan
pelunasan BPIH, dan persiapan operasional dapat dilakukan secara lebih dini.
Waktu pelunasan BPIH bagi jemaah haji reguler dimulai tanggal 22 Mei s.d. 12 Juni 2013.
Oleh karena sampai dengan tanggal 12 Juni 2013 masih terdapat sisa kuota, maka waktu
pelunasan diperpanjang tanggal 18 s.d. 26 Juni 2013. Sedangkan pelunasan BPIH bagi
jemaah haji khusus dilakukan lebih awal yaitu dari tanggal 22 April s.d. 3 Mei 2013. Oleh
karena sampai batas akhir tersebut masih terdapat sisa kuota, maka waktu pelunasan
diperpanjang, yaitu tanggal 7 s.d. 14 Mei 2013.
Saat ini konsolidasi Laporan Keuangan BPIH tahun 2013 masih menunggu finalisasi
perhitungan realisasi pelaksanaan haji tahun 2013. Opini laporan keuangan yang masih WDP
pada tahun 2012 diharapkan menjadi WTP pada tahun 2013. Permasalahan efisiensi biaya
penerbangan masih akan terus berlanjut pada tahun berikutnya mengingat faktor biaya yang
cenderung mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Di samping itu, optimalisasi biaya
pemondokan di Makkah yang sebagian besar dananya disubsidi dari nilai manfaat setoran
awal BPIH masih perlu perbaikan pada sistem optimalisasi dana, pengelolaan dan
rekonsiliasi data keuangan, serta pengelolaan aset.
Untuk itu perlu upaya yang dimulai saat ini hingga ke depan dengan melakukan reformasi
kebijakan keuangan haji, meliputi antara lain peningkatan transparansi laporan keuangan,
optimalisai nilai manfaat dengan prinsip syariah, konsolidasi bank penerima setoran dana
haji, memberikan jaminan dana setoran awal melalui Lembaga Penjamin Simpanan (LPS),
melakukan integrasi system pendaftaran, pelayanan, keuangan dan pembatalan, serta
menerbitkan rancangan peraturan tentang pengelolaan dan penataan aset haji.

c. Pelaksanaan Bimbingan Jemaah Haji dan Penyuluhan Masyarakat

Sesuai dengan UU 13 Tahun 2008, jemaah haji berhak memperoleh pembinaan, pelayanan,
dan perlindungan dalam menjalankan Ibadah Haji, yang antara lain meliputi pembimbingan
manasik haji dan materi lainnya, baik di Tanah Air, di perjalanan, maupun di Arab Saudi.
Bimbingan jemaah haji dilaksanakan di tingkat KUA kecamatan sebanyak 7 kali pertemuan
dan di tingkat kabupaten/kota sebanyak 3 kali pertemuan. Selain mendapatkan buku paket
manasik, jemaah haji juga memperoleh DVD bimbingan dan perjalanan manasik haji sebagai
6

bekal bahan pembelajaran sebelum dan selama melaksanakan ibadah haji. Sebelum jemaah
haji diberangkatkan ke Arab Saudi, para Ketua Regu dan Ketua Rombongan juga diberi
pembekalan yang dilaksanakan di asrama embarkasi terkait dengan perjalanan ibadah haji di
Arab Saudi. Bimbingan jemaah juga dilakukan melalui media elektronik kepada jemaah haji
dan masyarakat umum berupa:
1. Program talkshow, Public Service Advertisement (PSA), dan filler di televisi.
2. Penayangan running text di televisi.
3. Pemasangan banner di media online.
4. Pemberitaan melalui website Kementerian Agama.
5. Pemasangan Advertorial di media cetak.
6. Penerbitan majalah tentang haji.

Bimbingan manasik haji bagi jemaah haji reguler mandiri perlu ditingkatkan. Bimbingan haji
yang dilakukan oleh pembimbing KBIH perlu distandarisasi dan pengawasan kepada para
pembimbing KBIH perlu ditingkatkan agar mereka efektif dan tidak melampaui
kewenangnnya dalam memberikan bimbingan kepada jemaah.
Pelaksanaan bimbingan manasik haji yang dilakukan oleh pembimbing KBIH masih belum
standard, sedangkan untuk program bimbingan manasik dari pemerintah telah memiliki
standard namun waktu pelaksanaannya terbatas mengingat anggaran yang diterima oleh
pelaksana terlambat, seringkali buku manasik yang dibagikan kepada Jemaah juga
terlambat. Bagi Jemaah haji reguler yang mandiri seringkali tidak mendapat perhatian perlu
ditingkatkan pemahamannya dalam hal bimbingan manasik dan perjalanan haji.
Untuk itu bimbingan ibadah kedepan perlu dilakukan upaya-upaya:
1) Peningkatan program sertifikasi pembimbing manasik haji. Pelaksanaan kegiatan di 5
lokasi sebanyak 800 orang dan penyusunan modul sebanyak 6 paket program.
2) Penyediaan buku paket bimbingan manasik haji (manasik ibadah, perjalanan, ziarah,
kesehatan, hak dan kewajiban, kondisi sosial Arab Saudi dan Akhlakul karimah),
penambahan buku manasik praktis (bergambar), Doa pendek bagi jemaah haji, DVD, dan
alat peraga (Kabah Mini, Mannequin, LCD ) dilakukan lebih awal
3) Distribusi anggaran untuk pelaksanaan manasik sebanyak 10 kali dilakukan lebih awal
dan diusulkan naik semula Rp 22.500,-/pertemuan/orang menjadi Rp 25.000,- orang.
Khusus honor pembimbing diperhitungkan berdasarkan pelaksanaan bimbingan
/rombongan (45 orang)/jam pelajaran sebesar Rp 500.000,-
4) Pemantapan regulasi KUA sebagai pelaksana bimbingan manasik bagi jemaah haji
reguler
Sedangkan untuk itu kelompok bimbingan ibadah kedepan perlu dilakukan upaya-upaya:
1) Penetapan regulasi tentang pedoman operasional kelompok bimbingan yang didalamnya
berisi penerbitan izin baru, perpanjangan dan kewenangan melakukan bimbingan jemaah
reguler di Tanah Air dan Arab Saudi
2) Penetapan standar pelayanan minimal kegiatan bimbingan manasik haji dan
pelaporannya oleh kelompok bimbingan dengan menyertakan peran FKKBIH.
3) Menyempurnakan pedoman akreditasi, pengawasan dan pengendalian kelompok
bimbingan.

7

d. Petugas Haji
Jumlah petugas haji Indonesia termasuk tenaga musim (temus) seluruhnya 3.485 orang,
terdiri dari petugas kloter yang menyertai jemaah sebanyak 1.920 orang, petugas non-kloter
sebanyak 823 orang, Temus 729 orang dan Tim Amirul Hajj 13 orang. Temus direkrut dari
para mukimin dan mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di negara-negara Timur
Tengah.
Petugas yang menyertai jemaah haji ditempatkan pada setiap kloter berjumlah 5 orang yang
terdiri dari 1 orang petugas TPHI, 1 orang petugas TPIHI, dan 3 orang petugas kesehatan
(TKHI). sedangkan petugas PPIH Arab Saudi ditempatkan pada kantor pusat PPIH (TUH)
dan daerah kerja Jeddah, Makkah, dan Madinah, Secara rasio petugas terhadap jemaah haji,
jumlah petugas haji masih perlu ditingkatkan, khususnya petugas kesehatan dan keamanan.
Koordinasi dan kerjasama antar petugas juga masih perlu ditingkatkan. Kinerja dan
efektivitas petugas juga masih perlu dioptimalkan. Adapun rincian jumlah petugas haji
sebagaimana tabel berikut:

No Uraian Kemenag Kemenkes Jml
1 Tim Amirul Haj 13 - 13
2 PPIH Arab Saudi (Non Kloter): 517 306 823
a. Kantor Teknis Haji 46 5
b. Daker Jeddah 81 31
c. Daker Makkah 262 176
d. Daker Madinah 128 94
3 Petugas Kloter 768 1.152 1.920
4 Tenaga Musim: 591 138 729
a. Asal
1) Unsur Pimpinan *) 25 -
2) Mahasiswa 178 -
3) Arab Saudi 388 138
b. Penempatan
1) Kantor Teknis Haji 73 9
2) Daker Jeddah 95 11
3) Daker Makkah 215 29
4) Daker Madinah 118 69
5) Pelayanan Transportasi 90 -
6) TETA (Tenaga Evakuasi Tanpa
Alat)
- 20
Jumlah 1.889 1.596 3.485
*) Staf Perwakilan RI Riyadh dan Jeddah

Dalam pelaksanaan haji tahun 2013 walaupun kuota Jemaah dikurangi namun secara rasio
jumlah petugas haji terhadap Jemaah haji masih tetap belum ideal, sedangkan kinerja dan
efektifitas petugas haji di lapangan serta koordinasi antar petugas juga belum optimal.
Untuk itu pada tahun mendatang perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Penerapan pedoman rekrutmen petugas secara konsisten baik untuk petugas yang
menyertai jemaah ( Kloter ) dan Non Kloter.
8

2) Mempertegas rasio petugas Haji yang sudah melaksanakan haji sebesar 60% dan
belum haji 40 %, kecuali TPIHI 100% sudah haji.
3) Pelaksanaan rekrutmen dilakukan secara berjenjang dan diawasi dengan ketat oleh
aparat pengawasan internal.
4) Peningkatan koordinasi antar petugas dalam tahap persiapan operasional.
5) Rekruitmen petugas pengamanan haji/PAM disyaratkan memiliki tanggung jawab
terhadap pelaksanaan tugas dan berlatar belakang pendidikan agama.
6) Merekrut mantan Temus yang berada di Indonesia dan kinerjanya baik untuk menjadi
petugas haji. Mereka di berangkatkan dari Jakarta, karena kebijakan pemerintah Arab
Saudi bahwa TKI harus bekerja pada Kafilnya.
7) Merasionalisasikan kembali jumlah Temus mahasiswa sebagai petugas haji dan
meningkatkan kompetensi serta loyalitasnya.
8) Memantapkan pola pelatihan petugas haji yang menyertai jemaah, PPIH Arab Saudi dan
Temus berbasis kompetensi sesuai bidang tugas masing-masing serta pendalaman ilmu
manasik haji.
9) Melakukan analisis beban tugas dan evaluasi kinerja petugas di masing-masing daerah
kerja.

e. Dokumen Perjalanan
Penyiapan paspor jemaah haji mulai dilakukan pada Bulan Mei 2013, diikuti proses
pemvisaan. Seluruh paspor jemaah dan petugas haji telah diselesaikan sebelum jemaah haji
dan petugas berangkat ke Arab Saudi. Dari hasil evaluasi, waktu penyelesaian visa belum
sepenuhnya sinkron. dengan waktu pelunasan BPIH. Pegajuan visa mulai dilakukan sebelum
waktu pelunasan BPIH. Hal ini dilakukan karena banyaknya jumlah visa yang harus diproses,
sedang waktu yang tersedia untuk memproses visa tersebut sangat terbatas. Apabila
pengajuan itu harus menunggu pelunasan BPIH, dikhawatirkan tidak dapat terselesaikan. Hal
ini mengakibatkan adanya penggantian visa karena jemaah haji yang masuk kuota tahun
2013 dan sudah diajukan visanya ternyata tidak melakukan pelunasan BPIH.
Batas akhir pengajuan visa yang ditetapkan Kedutaan Besar Kerajaan Arab Saudi adalah
tanggal 1 Oktober 2013 (25 Dzulqo'dah 1433H). Namun dalam realisasinya, Kedutaan Besar
Arab Saudi masih memberi toleransi menerima pengajuan permohonan visa setelah tanggal
tersebut, karena adanya keterlambatan penerbitan barcode untuk jemaah haji khusus dan
adanya batal ganti visa.
Mulai tahun ini Pemerintah Arab Saudi telah mengeluarkan kebijakan baru, yaitu menerapkan
Sistem Jalur Elektronik Jemaah Haji untuk pemberian visa. Melalui sistem tersebut,
permohonan visa jemaah haji, baik regular maupun khusus harus dilengkapi dengan data
jadwal pemberangkatan dan pemulangan jemaah, pemondokan, transportasi, katering, dan
aktivitas perhajian lainnya.
Kebijakan tersebut dimaksudkan untuk memberikan kemudahan pelayan administrasi,
pengawasan, dan pengendalian jemaah haji selama berada di Arab Saudi. Namun
implikasinya adalah bahwa seluruh kontrak terkait dengan layanan jemaah haji harus sudah
diselesaikan sebelum Bulan Sya'ban, sehingga seluruh data yang menjadi persyaratan untuk
pengajuan visa bagi setiap jemaah haji dapat dipenuhi.


9

f. Kesehatan
Pemeriksaan kesehatan pertama kepada jemaah haji dilakukan di Puskesmas kecamatan,
kemudian dilanjutkan pemeriksaaan kesehatan kedua yang waktunya bersamaan dengan
bimbingan jemaah haji di tingkat Kabupaten/Kota. Sedangkan pemeriksaan kesehatan ketiga
dilakukan di asrama haji embarkasi. Kementerian Kesehatan juga menyiapkan vaksin
meningitis meningokokus halal untuk seluruh calon jemaah haji yang akan berangkat ke
Tanah Suci.
Bagi setiap jemaah haji disiapkan buku catatan kesehatan yang berisi riwayat kesehatan
jemaah. Buku ini penting dalam rangka penanganan kesehatan lebih dini, khususnya bagi
jemaah haji resiko tinggi.
Pada pelaksanaan haji tahun 2013 ditemui banyaknya jemaah yang kurang kemampuan
kesehatannya dan kurangnya dokter spesialis sebagai petugas kesehatan. Di samping itu,
masih belum optimalnya pelaksanaan prosedur pemeriksaan kesehatan berdasarkan
standard yang ditetapkan.
Untuk peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ke depan akan dilakukan beberapa hal
sebagai berikut:
a) Pengawasan yang lebih ketat untuk pemeriksaan kesehatan sejak tahap di kecamatan,
kabupaten/kota sampai dengan di embarkasi.
b) Melakukan kajian istitoah kesehatan bekerjasama dengan MUI.
c) Perekrutan tenaga kesehatan berdasarkan keahlian dan kemampuan keagamaan.
d) Memodifikasi komposisi petugas kesehatan berdasarkan keahlian dengan menambah
dokter spesialis.
e) Mengkaji jumlah dan tugas pokok tenaga musiman kesehatan.

g. Pelayanan di Asrama Haji dan Pemberangkatan Jemaah Haji
Di asrama haji embarkasi, jemaah selain memperoleh pelayanan akomodasi juga dilakukan
proses Custom Immigration and Quarantine (CIQ), check in penerbangan, pemberian gelang
identitas dan living allowance, pemeriksaan akhir kesehatan, bimbingan manasik, serta
pemantapan Ketua Regu (Karu) dan Ketua Rombongan (Karom).
Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor 63 Tahun 2013 tentang Penetapan
Pelaksana Transportasi Udara Jemaah Haji Indonesia Tahun 1434 H/2013 M, Kementerian
Agama menunjuk dua maskapai penerbangan yaitu: (1) PT. Garuda Indonesia dengan
cakupan embarkasi Banda Aceh (BTJ), Medan (MES), Padang (PDG), Palembang (PLM),
Solo (SOC), Balikpapan (BPN), Banjarmasin (BDJ), Makassar (UPG) dan Jakarta (CGK)
khusus Provinsi DKI Jakarta, Banten, dan Lampung; dan (2) Saudi Arabia Airlines dengan
cakupan embarkasi Batam (BTH), Jakarta (JKS) khusus provinsi Jawa Barat, dan Surabaya
(SUB).
Operasional pemberangkatan jemaah haji berlangsung selama 30 hari, dengan total 387
Kloter dan 384 penerbangan yang diberangkatkan dari 13 embarkasi, yaitu: Aceh, Medan,
Batam, Padang, Palembang, Jakarta-Pondok Gede, Jakarta-Bekasi, Solo, Surabaya,
Banjarmasin, Balikpapan, Ujung Pandang, dan Lombok.
Untuk tahun 2013, penerbangan jemaah haji dari embarkasi Bekasi (JKS) dan Pondok Gede
(JKG) melalui Bandara Halim Perdana Kusuma- Jakarta dan dari embarkasi Medan (MES)
melalui Bandara Internasional Kuala Namu.
Dalam rangka rneningkatkan efektivitas, efesiensi, dan kernudahan pelayanan transportasi
udara bagi jemaah haji Provinsi Kalimantan Tengah dan Provinsi Bengkulu pada
penyelenggaraan ibadah haji Tahun 1434 H/2013 M, ditetapkan dua embarkasi antara yaitu
10

Bandara Tjilik Riwut Palangka Raya dan Bandara Fatmawati Soekarno Bengkulu sesuai
Keputusan Menteri Agama Nomor 142 Tahun 2013.
Pelaksanaan pemberangkatan dan pemulangan diatur waktunya sebagai berikut:
Phase I (Pemberangkatan) : 10 September s/d 09 Oktober 2013
Phase II (Pemulangan) : 20 Oktober s/d 19 Nopember 2013

Perbandingan jumlah jemaah haji yang diangkut oleh maskapai penerbangan Garuda
Indonesia dan Saudi Arabian Airlines tahun 1434 H/ 2013 M sebagai berikut:

No. OPERATOR RENCANA
JUMLAH JEMAAH
FASE I FASE II
1 PT. GARUDA INDONESIA 90.100 89.946 89.765
2 SAUDI ARABIAN AIRLINES 66.970 66.520 66.412
TOTAL 157.070 156.466 156.177

h. Keamanan dan Perlindungan
Keamanan dan perlindungan jemaah diarahkan agar jemaah haji memperoleh jaminan
keselamatan dan keamanan, baik di Tanah Air maupun Arab Saudi. Untuk memberikan
perlindungan, setiap jemaah haji diberikan asuransi jiwa syariah amanah ghita yang
dibayarkan melalui dana optimalisasi BPIH. Santunan bagi setiap jemaah yang meninggal
dunia (natural death) sebesar Rp35.500.000,-. Sedangkan jemaah haji yang meninggal
karena kecelakaan (by accident) diberikan santunan sebesar Rp71.000.000,- dengan premi
asuransi sebesar Rp. 100.000,-. Sedangkan petugas haji diberikan santunan sebesar
Rp10.000.000,- bagi yang meninggal dunia (natural death) dan yang meninggal karena
kecelakaan (by accident) diberikan santunan sebesar Rp20.000.000,-
Pengadaan penyedia jasa asuransi haji pada tahun 2013 dilaksanakan tidak sesuai jadual
siklus penyelenggaraan ibadah haji sehingga berlakunya kontrak mendekati waktu
keberangkatan Jemaah haji. Di samping itu covering asuransi belum mencakup jaminan
penggantian untuk barang bawaaan Jemaah haji yang hilang di tanah air maupun di Arab
Saudi. Sedangkan untuk santunan petugas yang wafat dan kecelakaan uang premi
menggunakan premi Jemaah sebesar Rp.100.000,- per orang.
Saran kedepan agar pengadaan penyedia jasa asuransi haji dilaksanakan lebih awal, dan
biaya premi dinaikan untuk mengcover barang bawaan Jemaah haji. Sedangkan biaya premi
asuransi petugas haji dialokasikan secara tersendiri.

i. Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus
Jemaah haji khusus tahun 1434H/2013M berjumlah 13.566 orang dan penyelenggaraannya
dilakukan oleh 138 PIHK. Keberangkatan jemaah haji khusus ke Arab Saudi mulai tgl
19 September dan berakhir 9 Oktober 2013.
Pemberangkatan jemaah haji khusus menggunakan penerbangan reguler yaitu Garuda
Indonesia, Lion Air, dan Maskapai Asing yaitu Saudi Arabian Airlines, Malaysia Airlines,
Singapore International Airlines, Royal Brunei, Cathay Pacific, Qatar Air, Emirates, Etihad,
dan Air Yaman.

11

Dalam pelaksanaannya seringkali hotel transit di Makkah yang dipergunakan oleh
Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK) terutama saat menjelang Arafah Mina kualitasnya
kurang baik, disamping itu, koordinasi PIHK dengan Pihak Muasassah belum optimal dan
standar pelayanan minimal haji khusus belum diterapkan secara optimal. Pembimbing ibadah
jemaah haji khusus saat ini jumlah dan kualitasnya juga masih belum memadai. Dinamika
perkembangan masyarakat terkait dengan akumulasi dana setoran awal haji khusus yang
mempunyai nilai manfaat seringkali dipertanyakan.
Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan ibadah haji khusus, Pemerintah melakukan
langkah-langkah penyempurnaan terhadap penyelenggara ibadah haji khusus, antara lain:
a. lmplementasi PMA Nomor 15 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Haji Khusus dan
Upaya Peningkatan Tata Kelola dan Pengawasan Kinerja PIHK.
b. Implementasi PMA Nomor 30 Tahun 2013 Tentang Bank Penerima Setoran Biaya
Penyelenggaraan Ibadah Haji yang di dalamnya memuat pembatasan kepada BPS untuk
dana talangan haji, baik haji reguler maupun khusus.
c. Sanksi pencabutan PIN hingga penutupan usaha bagi PIHK yang melanggar aturan dan
menjadi agen MLM haji.
d. Penggunaan nilai manfaat setoran awal haji khusus.
e. Menambah ketersediaan pembimbing ibadah jemaah haji khusus.

Pembinaan terhadap PIHK dilakukan melalui kegiatan sosialisasi, orientasi, dan evaluasi.
Pengawasan/pengendalian terhadap PIHK dilakukan melalui kegiatan verifikasi program,
pengaturan pemvisaan, pengawasan pemberangkatan, pemulangan, dan pelayanan di Arab
Saudi. Selain itu untuk ke depan akan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menyelenggarakan sertifikasi pembimbing manasik jemaah haji khusus sebanyak 265
orang.
b. Pengadaan Buku paket bimbingan manasik untuk jemaah haji khusus sebanyak 17.000
buah.
c. Menyempurnakan pedoman akreditasi, pengawasan dan pengendalian PIHK.
d. Menyempurnakan PMA No. 15 Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji
Khusus terkait dengan Bank penerima setoran BPIH dan persyaratan perizinan.
e. Menyempurnakan aplikasi SISKOHAT untuk jemaah haji khusus berdasarkan daftar
tunggu per PIHK dan konsorsium.

2. Penyelenggaraan Haji di Arab Saudi

Operasional penyelenggaraan ibadah haji di Arab Saudi merupakan rangkaian kegiatan
lanjutan dari operasional yang dilakukan di Tanah Air sekaligus menjadi puncak
penyelenggaraan ibadah haji. Penyelenggaraan ibadah haji di Arab Saudi tidak dapat
dipisahkan dari kebijakan Pemerintah Arab Saudi. Pemerintah Arab Saudi pada penyeleng-
garaan ibadah haji tahun ini masih melakukan perluasan wilayah Masjidil Haram, penataan
fasilitas Bandara King Abdul Aziz International Airport (KAIA) Jeddah, dan
rehab/pengembangan Bandara Amir Muhammad Bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah.
Sedangkan Pemerintah Indonesia berkonsentrasi pada peningkatan pelayanan pemondokan
jemaah, transportasi dari dan ke Masjidil Haram, kesehatan, katering, bimbingan jemaah,
keamanan dan perlindungan jemaah serta pemulangan.


12

Adapun operasional pelayanan haji di Arab Saudi meliputi kegiatan kedatangan dan
pemulangan jemaah haji, pemondokan, katering, transportasi, kesehatan, bimbingan ibadah,
dan pelaksanaan wukuf di Arafah yang secara rinci dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Kedatangan Jemaah di Arab Saudi

Kedatangan jemaah haji Indonesia di Arab Saudi melalui 2 pintu jalur udara, yaitu Bandara
King Abdul Aziz International Airport (KAAIA) Jeddah dan Bandara Amir Muhammad bin
Abdul Aziz International Airport (AMAIA) Madinah. Kedatangan Kloter pertama tanggal 10
September 2013 di Bandara KAAIA Jeddah dari embarkasi Padang (01-PDG), sedangkan
kedatangan Kloter pertama di Bandara AMAIA Madinah dari embarkasi Batam (01-BTH).
Operasional kedatangan jemaah haji berlangsung selama 30 hari, dengan total 387 Kloter
dan 384 penerbangan dan total jemaah sebanyak 156.466 orang (154.546 jemaah + 1.920
petugas), diberangkatkan dari 13 embarkasi, yaitu: BTJ, MES, BTH, PDG, PLM, JKG, JKS,
SOC, SUB, BDJ, BPN, UPG dan LOP.
Untuk tahun 2013, penerbangan jemaah haji dari embarkasi Bekasi (JKS) dan Pondok Gede
(JKG) melalui Bandara Halim Perdana Kusuma- Jakarta dan dari embarkasi Medan (MES)
melalui Bandara Internasional Kuala Namu. Kloter terakhir tiba di Jeddah tanggal 9 Oktober
2013 dari embarkasi Palembang, Medan, dan Aceh (17-PLM, 16-MES, dan 8-BTJ) yang
merupakan Kloter Gabungan, sedangkan kedatangan Kloter terakhir gelombang I di Madinah
tanggal 25 September 2013 dari embarkasi Bekasi (31-JKS).

Tabel Kedatangan Jemaah Haji per Embarkasi dan Penerbangan:
No. Embarkasi
GA SV Total %
Klt Jmh Klt Jmh Klt Jmh
1
Banda Aceh (BTJ) 8 3.157 -- -- 8 3.157
2.02
2
Medan (MES) 16 6.613 -- -- 16 6.613
4.23
3
Padang (PDG) 16 5.928 -- -- 16 5.928
3.79
4
Batam (BTH) -- -- 18 7.858 18 7.858
5.02
5
Palembang (PLM) 17 5.883 -- -- 17 5.883
3.76
6
Jakarta Garuda (JKG) 40 17.873 -- -- 40 17.873
11.42
7
Jakarta Saudia (JKS) -- -- 68 30.214 68 30.214
19.31
8 Solo (SOC) 71 26.457 -- -- 71 26.457
16.91
9 Surabaya (SUB) -- -- 64 28.448 64 28.448
18.18
10 Banjarmasin (BDJ) 13 4.182 -- -- 13 4.182
2.67
11 Balikpapan (BPN) 12 4.259 -- -- 12 4.259
2.72
12 Ujung Pandang (UPG) 32 11.947 -- -- 32 11.947
7.64
13 Lombok (LOP) 12 3.647 12 3.647
2.33
Total 237 89.946 150 66.520 387
*
156.466
+
100
Persen 57,49 42,51
* Jumlah Kloter 387 dengan 384 penerbangan.
+ Termasuk petugas Kloter sebanyak 1.920 orang.

13

Tabel Kedatangan Jemaah Haji Gelombang I dan II:
No. Bandara
Gel. I Gel. II Total
%
Klt Jemaah Klt Jemaah Klt Jemaah
1 KAAIA 90 32.626 192 76.898 282 109.524 70
2 AMAIA 105 46.942 -- -- 105 46.942 30
Total 195 79.568 192 76.898 387* 156.466
+

Persen 50,85 49,15 100

Proses CIQ jemaah haji di dalam Gate Bandara KAAIA Jeddah dan AMAIA Madinah rata-rata
3 jam, dan proses pemberangkatan jemaah haji sejak keluar Gate sampai diberangkatkan ke
Madinah/Makkah berkisar antara 3 s.d. 4 jam.
Pada hari pertama dan kedua masa kedatangan jemaah haji terkendala terkait pengangkutan
koper jemaah disebabkan belum adanya tenaga porter oleh pihak Maktab Wukala dan
selanjutnya berjalan normal.
On time performance penerbangan selama masa kedatangan mengalami peningkatan
dibandingkan tahun lalu. Dari 384 flight penerbangan yang mengangkut 387 kloter, sebanyak
345 kloter (89,15%) tiba cepat dan tepat waktu (on time), serta 42 kloter (10,85%) mengalami
keterlambatan 30 menit s/d 4 jam dan mengalami keterlambatan lebih dari 4 jam.
Secara garis besar On Time Performance (OTP) penerbangan haji tahun 1434 H/2013 M
pada masa kedatangan di Bandara Jeddah sebagai berikut:

No. Penerbangan
Cepat
>30 m
On Time
<30/>30 m
Lambat
>30 m -4 j
Delay
>4 j
Jumlah
1 Garuda 16 160 27 3 206
2 Saudia 50 23 2 1 76
Total 66 183 29 4 282
Prosentase 23,40% 64,90% 10,28% 1,42% 100%
Keterangan: m = menit, j = jam.

Sedang OTP kedatangan penerbangan haji tahun 1432H/2011M di Bandara Madinah adalah
sebagai berikut:

No. Penerbangan
Cepat
>30 m
On Time
<30/>30 m
Lambat
>30 m -4 j
Delay
>4 j
Jumlah
1 Garuda 2 27 2 31
2 Saudia 33 34 7 74
Total 35 61 9 105
Prosentase 33,33% 58,10% 8,57% 100%
Keterangan: m = menit, j = jam.

Pada masa kedatangan jemaah haji mengalami permasalahan keterlambatan layanan di
imigrasi Arab Saudi, proses penyobekan lembaran DAPIH di Maktab Wukala bandara
Jeddah, terlalu menyita waktu dan tenaga terutama disaat kedatangan yang bersamaan.
Masih kurangnya perhatian jamaah terhadap dokumen perjalanan seperti paspor yang hilang,
boarding pass pulang tidak ada.


14

Rekomendasi untuk tahun 2014:
1) Perlu adanya PPIH yang memiliki akses masuk ke dalam gate Imigrasi untuk membantu
pelayanan
2) Penggantian DAPIH sebagai bukti manual untuk perhitungan pembayaran perlu diganti
secara elektronik dengan system barcode yang lebih cepat dan akurat

b. Pemondokan di Arab Saudi
1) Pemondokan di Makkah
Kebutuhan akomodasi jemaah haji di Makkah disesuaikan berdasarkan kuota jemaah haji
Indonesia sebanyak 200.960 kapasitas, namun dengan adanya kebijakan pengurangan kuota
20% oleh Pemerintah Arab Saudi maka kebutuhan setelah pengurangan 20% menjadi
160.632 kapasitas. Jumlah tersebut meliputi perumahan jemaah, ruang untuk petugas Kloter
dan layanan Kloter, ruang kantor dan klinik sektor, dan selisih distribusi untuk memelihara
kesatuan penempatan Kloter/rombongan, serta dan cadangan sebesar 1% dari total jumlah
jemaah haji dapat diuraikan sebagaimana tabel berikut:

No. Uraian
Kebutuhan
Volume
Awal
(100%)

Volume
Setelah
Penguran
gan 20%
1
Jemaah haji
reguler
(211 - 17.000) 194.000 (168.800
13.600)
155.200
2
Ruang
Layanan Kloter
(484 klt x 5 kpst) 2.420 (384 klt x 5 kpst) 1.920
3 Kantor Sektor
(12 sek. x 100 kpst) 1.200 (10 sek. x 100
kpst)
1.000
4
Selisih
Distribusi
(70 Maktab x 20 kpst) 1,400 (48 Maktab x 20
kpst)
960
5 Cadangan 1% (194.000 x 1%) 1.940 (155.200 x 1%) 1.552
Jumlah 200.960 160.632

Jumlah rumah yang disewa pada awalnya sebanyak 220 rumah dengan total 200.960
kapasitas. Dengan adanya pengurangan kuota 20% rumah yang disewa menjadi 196 rumah
dengan total 161.066 kapasitas dengan rincian berdasarkan jarak, yaitu jarak 0 s.d. 2.000
meter sebanyak 115 rumah dengan total 104.451 kapasitas (65 %), dan jarak 2.001 s.d.
2.750 meter sebanyak 81 rumah dengan total 56.615 kapasitas (35 %) dapat dilihat dalam
tabel berikut:
No Jarak Jumlah Rumah Kapasitas Prosentase
1 <2.000 m 115 104.451 65 %
2 >2.001-2.750 m 81 56.615 35 %
Total 196 161.066 100 %

Sedangkan rekapitulasi penyewaan perumahan di Makkah berdasarkan jarak dan wilayah
sebagaimana tabel berikut:

15

No. Wilayah
Jumlah dan Jarak
0 s.d 2.000 meter 2.001 s.d 2.750 meter Jumlah
1 Jarwal 20 - 20
2 Hafair 5 - 5
3 Syari' Mansur 6 - 6
4 Syari' Ummul Qura 2 - 2
5 Jumaizah 15 - 15
6 Rei' Zakhir 4 - 4
7 Ma'abdah 8 1 9
8 Misfalah 28 1 29
9 Bakhutmah 8 56 64
11 Mahbas Jin 19 11 30
12 Aziziah - 12 12

JUMLAH 115 81 196

Dalam pelaksanaan haji di Arab Saudi tahun 2013 masih terdapat beberapa permasalahan
perumahan sebagai berikut:
a) Dengan adanya pengurangan kuota 20% kapasitas rumah yang sudah disewa melebihi
kuota sebanyak 36.758 kapasitas. Pada umumnya pemilik rumah tidak bersedia untuk
dikurangi pembayarannya menjadi sebesar 80%, namun dengan upaya maksimal
kelebihan kapasitas tersebut pada akhirnya dapat dikurangi hingga tersisa 434 kapasitas.
b) Jumlah gedung yang tersedia pada jarak 0-2.500 meter sangat terbatas dengan kualitas
dan kapasitas yang bervariasi.
c) Pemerintah Arab Saudi tidak menetapkan standar harga sewa pemondokan di Makkah
d) Masih terdapat rumah yang tidak layak, baik dari sisi kualitas gedung dan fasilitas yang
tidak sesuai dengan kontrak.
Untuk itu rekomendasi yang perlu diupayakan pada tahun 2014 adalah sebagai berikut:
a) Penyewaan perumahan dilakukan lebih awal berdasarkan pengurangan kuota tahun lalu.
b) Menetapkan alternatif kebijakan jarak perumahan tidak lagi memprioritaskan jarak, namun
lebih fokus pada kualitas gedung yang bagus dan nyaman serta kemudahan akses ke
masjidil haram dengan menggunakan bus.
c) Melakukan kerjasama antar Negara untuk mendapatkan rumah yang lebih baik.
d) Memberikan sanksi tidak disewa kembali kepada pemilik rumah yang tidak layak.

2) Pemondokan di Madinah
Penyewaan perumahan jemaah haji di Madinah adalah penyewaan fasilitas layanan
penempatan/akomodasi jemaah haji per 9 hari, selama jemaah haji melaksanakan
ibadah sholat Arba'in. Berdasarkan hasil verifikasi administrasi, pengukuran dan
pemeriksaan lapangan (kasyfiah) ke lokasi perumahan yang diajukan Majmuah (Group)
serta berdasarkan kesepakatan yang telah disepakati dan berkoordinasi dengan
Kementerian Haji dan Muassasah Adilla, telah ditetapkan 12 (dua belas) majmuah yang
memberikan layanan akomodasi kepada jemaah haji Indonesia selama di Madinah pada
Tahun 1434 H/2013 M berdasarkan surat Dirjen PHU No. Dt.VII.II/3/Hj.06/01642/2013
tanggal 13 Maret 2013), dengan distribusi jumlah jemaah sebagaimana tabel berikut:
16

Tabel Daftar Majmuah yang memberikan Layanan Pemondokan di Madinah
No. Nama Majmuah Alokasi Awal
Alokasi Setelah
Pengurangan Kuota
20%
1 Syarikat Al-Andalus 30.000 24.000
2 Elyas Company 20.000 16.000
3 Mubarak Group Hotels 20.000 16.000
4 Al-Syatta Group 20.000 16.000
5 Al-Zuhdi Group 20.000 16.000
6 Al-Mukhtarah Manazil 15.000 12.000
7 Al-Khomri Group 15.000 12.000
8 Wasel Hotels Company 14.000 11.200
9 Saed Makkey Hotel Group 10.000 8.000
10 Manazeli Company 10.000 8.000
11 Mawadddah International 10.000 8.000
12 Makarem Al Madinah 10.000 8.000
Jumlah 194.000 155.200

Dalam pelaksanaan haji di Arab Saudi tahun 2013 seluruh Jemaah haji telah
ditempatkan seluruhnya (100%) di wilayah Markaziah atau dalam jarak di abwah 650
meter dari halaman masjid Nabawi Madinah. Namun demikian kepastian hotel yang
akan ditempati Jemaah paling cepat baru diketahui oleh Panitia Penyelenggara Ibadah
Haji (PPIH) Arab Saudi, 3 hari sebelum kedatangan Jemaah. Bahkan ada beberapa
kloter yang hotelnya baru diketahui dalam waktu 12 jam sebelum kedatangan. Hal ini
bisa terjadi karena system kontrak pelayanan di Madinah memang berjalan seperti itu.

3) Hotel Transit Jeddah
Kepulangan jemaah haji ke tanah air melalui bandara King Abdul Aziz International
Airport (KAIA) Jeddah ditempatkan di hotel transit, dengan layanan tiga kali makan,
pengangkutan bagasi, transportasi ke bandara, dan city tour dengan biaya sebesar SR
100,- per jemaah. Pada tahun 1434 H/ 2013 M untuk jemaah haji dari Makkah tidak
ditempatkan di hotel transit namun langsung menuju bandara KAIA Jeddah. Sedangkan
jemaah haji dari Madinah yang pulang melalui Bandara KAAIA Jeddah tetap transit
selama kurang lebih 24 jam di hotel yang telah disediakan, sebelum diberangkatkan ke
Bandara KAIA Jeddah. Dalam pelaksanaannya terjadi perubahan jadwal kloter yang
semula gelombang pertama menjadi gelombang kedua sehingga perlu menambah hotel
cadangan untuk melayani kloter yang mengalami perubahan jadwal tersebut.
Pemerintah pada tahun ini menetapkan 2 (dua) perusahaan/hotel dengan kewajiban
menyediakan back up hotel apabila kekurangan daya tampung kapasitas akibat adanya
delay penerbangan atau kejadian lainnya. Nama-nama hotel transito dengan distribusi
jumlah jemaah adalah sebagai berikut:




17

No. Hotel Alokasi %
1 Norcom Oasis 23.543 70,19
2 Rotana 10.000 29,81
Jumlah 33.543 100

Kedepan perlu dilakukan koordinasi yang lebih ketat sejak awal dengan pihak
penerbangan terkait jadwal penerbangan sehingga PPIH mempunyai gambaran tentang
kebutuhan kapasitas cadangan hotel transito.

c. Katering
Pelayanan katering yang diberikan kepada jemaah haji Indonesia meliputi pada saat
kedatangan dan pemulangan di bandara KAIA Jeddah, selama jemaah melaksanakan ibadah
di Madinah, dan prosesi haji di Arafah, Muzdalifah, Mina (ARMINA). Pelayanan katering di
bandara KAIA Jeddah dapat berjalan lancar. Namun demikian, masih terdapat sedikit
masalah berkenaan dengan penyediaan menu telur dadar oleh Muasassah yang
menimbulkan aroma tidak sedap, sehingga mendapat teguran oleh Baladiyah. Penyediaan
katering bagi jemaah haji selama di Madinah dapat berjalan baik dari kualitas menu dan
ketepatan distribusi. Namun pada tanggal 1 Muharram 1435H mengalami gangguan supply
karena sebagian tenaga kerja perusahaan Al Amody tidak bekerja karena adanya kebijakan
pemerintah Arab Saudi tentang berakhirnya masa amnesti. Perusahaan Al Amoudy berupaya
dengan mengatasi permohonan bantuan tenaga kerja dari perusahaan lainnya untuk
memberikan pelayanan katering kepada jemaah haji Indonesia.
Penyajian katering jemaah haji selama di ARMINA seluruhnya dapat berjalan lancar dengan
baik dan lancar dengan cara pembarian dengan mekanisme system box. Hal ini dilakukan
agar dapat mengurangi terjadinya antrian. Tetapi dalam pelaksanaanya terdapat sedikit
gangguan dengan mundurnya perusahaan katering Al Amody karena tidak keluar izin
amdalnya, dan telah diatasi dengan mengalihkan kepada perusahaan lainnya. Untuk
kedepan diperlukan rekomendasi sebagai berikut:
a. Memberikan catatan untuk tidak dipergunakan lagi pada tahun depan
b. Proses seleksi penyediaan katering lebih diperketat

Pelayanan katering jemaah haji untuk masing-masing wilayah perhajian tersebut adalah
sebagai berikut:

1) Katering di Bandara KAAIA Jeddah
Jemaah haji yang tiba dan pulang melalui Bandara KAAIA Jeddah diberikan 1 box
makanan, dilaksanakan oleh perusahaan Said Salim Bawazir Trading (Salamah
Katering) berdasarkan kontrak No. 0376/H/VII/2013, dan surat Dirjen PHU No.
Dt.VII.II/3/Hj.00/1643/2013 tanggal 14 Maret 2013.
Pada tahun ini harga katering di Bandara KAAIA Jeddah ada penyesuaian sehingga
menjadi SR 10,5 per jemaah/box sesuai persetujuan Komisi VIII DPR-RI. Katering
dibagikan ketika jemaah haji menaiki bus meninggalkan Bandara pada fase kedatangan
dan ketika tiba di Bandara pada fase pemulangan. Katering dikemas dalam box dengan
penutup kertas jenis milky board yang tertulis di atasnya batas akhir waktu konsumsi
dan tanggal produksi makanan. Secara berkala dilakukan pengawasan untuk kualitas
menu dan selalu dilakukan uji organoleptik oleh petugas PPIH Arab Saudi dari Sansur
dan ahli gizi.
18


2) Katering di Madinah
Selama jemaah haji melaksanakan ibadah sholat Arba'in di Madinah diberikan makan 2
(dua) kali sehari, makan siang dan makan malam, sehingga jumlah keseluruhan
sebanyak 18 box. Adapun biayanya adalah SR 10,5.00 per box/jemaah. Pemerintah
telah menetapkan 12 perusahaan berdasarkan surat Dirjen PHU No.
Dt.VII.II/3/Hj.00/1643/2013 tanggal 14 Maret 2013 dengan distribusi jumlah jemaah
sebagai berikut :

No Nama Perusahaan
Jumlah
Jemaah
Prosentase
1 Al Andalus Company 24,000 15.5 %
2 Muasassah Hamid Humaid Luhaibi 20,000 12.9 %
3 United Regional Company For Catering 12,800 8.2 %
4 Muasassah Hanan Samai 12,800 8.2 %
5 Saudi Rations 12,800 8.2 %
6 Almunief Catering Services 12,000 7.7 %
7 Taiba For Catering 12,000 7.7 %
8 Oriental Savoury Catering 12,000 7.7 %
9 Muhsin Al Amoudi Trading 10,400 6.7 %
10 Muasassah Saad Abdul Kadir Haidari 8,800 5.7 %
11 Al- Ahmadi Catering 8,000 5.2 %
12 Salal Istambul Catering 9,600 6.2 %
Jumlah 155,200 100 %

Pengawasan katering dilakukan dalam bentuk pemantauan terhadap distribusi makan
siang dan malam. Pengawasan juga dilakukan di dapur perusahaan katering dan di
pemondokan. Di samping itu, sebelum makanan dikonsumsi jemaah, petugas Sansur
dan gizi melakukan uji organoleptik.

3) Pelayanan Katering di Armina
Pelaksanaan katering jemaah haji di Armina pada 48 maktab dilaksanakan oleh
Muassasah Mutawwif Asia Tenggara cq. Maktab-maktab pelayanan untuk 24 maktab,
dan sebagian lagi sebanyak 24 maktab dilaksanakan oleh perusahaan katering yang
terpilih dan ditunjuk oleh Misi Haji Indonesia (muta'ahhidin).
Untuk katering di Armina tersebut biayanya sebesar SR 215,- per jemaah untuk 16 kali
makan dengan layanan box (4 kali di Arafah, 11 kali di Mina, dan 1 box makanan ringan
untuk mabit di Muzdalifah). Di samping itu berdasarkan ketentuan Kementerian Haji, Misi
Haji Indonesia harus melakukan Kontrak penyediaan Logistik dengan Muassasah
Mutawwif Asia Tenggara dengan biaya sebesar SR 60,- per jemaah dipergunakan untuk
penyiapan dapur dan kebersihan tambahan akibat sampah katering Armina,
menyediakan petugas kebersihan tenda sebelum dan sesudah makan, menyediakan
19

dapur, gudang logistik, menyiapkan tempat box makanan di setiap maktab,
menyediakan fasilitas keamanan dan keselamatan dapur.
Pemerintah telah menetapkan 18 (delapan belas) mutaahhidin untuk melayani 24
maktab dari total 48 maktab berdasarkan surat Dirjen PHU No.
Dt.VII.II/3/Hj.00/1643/2013 tanggal 14 Maret 2013 sebagai berikut:

No. Nama mutaahhidin
Jumlah
Maktab
Nomor
Maktab
1 Muassasah Tasnim Catering 2 37, 38, 72
2 Muassasah Mamdud Abd. Damanhuri 2 45 & 47
3 Muassasah Ragaib 2 48 & 51
4 Cabang Muassah Hanan Sanai 2 40 & 42
5 Al ahmadi Catering 2 52 & 54
6 Cabang Al Munif Catering 1 55
7 Muassasah Youm Youm 1 57
8 Muassasah Sami Mansour Damhuri 1 58
9 Muasasah Hamid Humaid Luhaibi 1 60
10 Muassasah Ghaliyah 1 43
11 Cabang Muassasah Mansur Muhammad Rawa 1 61
12 Muassasah Wafa Ibrahim Siyami 1 62
13 Muassasah Yusuf Fatani 1 64
14 Muassasah Al Juzur 1 66
15 Muassasah Turki Muhammad Al Qurasy 1 71
16 Muassasah Zubaidah Abdul Aziz 1 69
17 Muassasah El Ejab 1 44
18 Muassasah Ahmad Muhsin Salimi 1 70


d. Transportasi Darat
Pelayanan transportasi jemaah haji yang menempati pemondokan lebih dari 2.000m sesuai
dengan Taklimatul Hajj agar disediakan bus untuk antar jemput dari dan ke Masjidil Haram
dapat berjalan dengan baik. Pelayanan transportasi juga diberikan antar kota perhajian
(Makkah, Madinah, dan Jeddah) dan Armina. Pada pelaksanaannya masih terdapat
beberapa kendala terutama pada aspek kenyamanan. Hal ini sebagai akibat dari bus yang
terisi melebihi kapasitasnya, sehingga dirasa kurang nyaman dan aman.
Untuk meningkatkan kenyamanan, keamanan, dan ketertiban, Pemerintah telah
mengupgrade bus dari kelas ekonomi menjadi eksekutif untuk rute Makkah-Madinah PP,
Madinah-Jeddah, dan Makkah-Jeddah serta ke Masyair. Selain itu, Pemerintah juga
mengupgrade transportasi sholawat namun jumlahnya masih belum mencukupi.

20


1) Transportasi Jemaah Haji Antar Kota Perhajian dan Masyair Muqaddasah
Transportasi jemaah haji antar kota perhajian (Jeddah, Makkah, Madinah) dan Masyair
Muqaddasah dilaksanakan oleh perusahaan bus angkutan jemaah haji yang tergabung
di bawah Naqabah Ammah Lissayyrat (asosiasi perusahaan bus angkutan jemaah haji).
Biaya transportasi jemaah haji Indonesia sesuai dengan rute perjalanan terbagi dua:
Pertama bagi jemaah yang tiba dan pulang melalui Bandara KAAIA Jeddah sebesar SR
435,- per jemaah, Kedua bagi jemaah haji yang tiba/pulang melalui Bandara AMAIA
Madinah sebesar SR 347,50 per jemaah. Biaya tersebut sudah termasuk biaya
transportasi jemaah haji di Masyair Muqaddasah dengan sistem Taraddudi (shuttle bus)
sebesar SR 180,- per jemaah (kontrak Maktab Wukala Muwahhad, Pasal 6 Ayat 2,
halaman 4). Penyiapan dan pembayaran biaya transportasi jemaah haji dilakukan
melalui Maktab Wukala Muwahhad sesuai dengan tahapan yang disepakati dalam
kontrak.
Untuk tahun ini pemerintah telah melaksanakan kebijakan up grade transportasi bus
untuk rute Makkah-Madinah p.p dengan tambahan biaya SR 40 per Jemaah, Makkah-
Jeddah p.p sebesar SR 22 per Jemaah, dan Madinah-Jeddah sebesar SR 26 per
Jemaah yang telah berjalan lancar. Namun demikian, untuk rute bandara ke
Pemondokan (Jeddah-Makkah, Jeddah-Madinah, dan Bandara Madinah ke Hotel) pada
tahun ini usulan upgrade belum dapat dipenuhi oleh pihak Arab Saudi, sehingga masih
banyak jemaah merasa tidak nyaman mendapatkan layanan transportasi pada rute
tersebut. Di samping itu, jumlah bus upgrade selama di Masyair (Armina) belum dapat
memenuhi kebutuhan seluruh jemaah haji Indonesia.

2) Transportasi Jemaah Haji dari Pemondokan ke Masjdil Haram PP (Sholawat)
Berdasarkan kebijakan Pemerintah Arab Saudi yang disampaikan dalam MoU Persiapan
Haji (Lampiran B paragraf 7), bahwa misi-misi haji berkewajiban menyediakan sarana
transportasi bagi jemaah hajinya yang berada di pemondokan berjarak 2000 meter ke
atas dari Masjidil Haram.
Untuk melaksanakan pelayanan transportasi dari pemondokan jemaah haji (Aziziah,
Aziziah dan Mahbas Jin, Maabdah, Rie Dzakhir) ke Masjidi Haram PP (transportasi
Sholawat) pemerintah Indonesia melakukan kontrak dengan perusahaan bus SAPTCO
(Saudi Public Transport Company, kontrak No. 0122/H/III/2013) dan Rawahel (kontrak
No. 0112/H/III/2013) sebagai pelaksana pelayanan transportasi dimaksud dengan
pertimbangan perusahaan tersebut adalah perusahaan terbesar dan paling
berpengalaman serta memiliki akses ke Masjidil Haram melalui terowongan Mahbas Jin.
Pelayanan transportasi Sholawat dibagi 2 (dua) periode, tahap kedatangan/sebelum
wukuf dan tahap kepulangan/setelah wukuf. Pada saat kegiatan ibadah haji di Armina,
tanggal 11 s.d 18 Oktober 2013 tidak ada pelayanan transportasi Sholawat karena
sesuai peraturan Pemerintah Arab Saudi seluruh armada bus dipersiapkan untuk
pelayanan transportasi di Masyair. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:





21


No. Periode* Tanggal Jml Hari Keterangan
1 Kedatangan 14 Dzulqadah s.d 05
Dzulhijjah 1433 H (20 Sept sd
10 Okt 2013)
22 hari -
2 Masa Armina 11 s.d 18 Oktober 2013 8 hari Bus tidak operasi
3 Kepulangan 14 Dzulhijjah 1433 H s.d 06
Muharram 1434 H(19 Okt s.d
9 Nov 2013)
22 hari -

Total 52 hari
Transportasi
shalawat 46 hari
Periode Kedatangan = 22 hari. Periode Kepulangan = 22 hari, total operasional = 44
hari.
Perhitungan kebutuhan bus disesuaikan dengan jumlah/volume kedatangan jemaah haji
di Makkah. Perhitungan kebutuhan bus terbagi dua: Pertama dengan rasio 1:700 (satu
bus mengangkut 700 jemaah) per hari untuk transportasi di luar terowongan Mahbas Jin.
Jumlah tersebut dalam pelaksanaannya masih belum memenuhi seluruh kebutuhan
jemaah haji Indonesia.
Untuk ke depan rekomendasi yang diperlukan:
a) Mengupayakan penyediaan bus upgrade untuk rute bandara ke Pemondokan
(Jeddah-Makkah, Jeddah-Madinah, dan Bandara Madinah ke Hotel) dan menambah
jumlah bus upgrade di Masyair.
b) Mengupayakan penambahan armada bus sholawat (upgrade).


e. Kesehatan
Sebelum jemaah haji tiba di Arab Saudi, Kementerian Kesehatan RI mengirim obat-obatan
dan alat kesehatan yang diperlukan untuk melayani jemaah haji Indonesia melalui kargo
udara penerbangan Saudi Arabian Airlines.


22

Tabel Alat Kesehatan
Mekah Madinah Jeddah
I Radiologi 1 X-Ray Mobile 1 1 unit
2 Cassete + screen Green 24 x 30 1 1 buah
3 Cassete + screen Green 30 x 40 1 1 buah
4 Cassete + screen Green 35 x 35 1 1 buah
5 Bucky stand 1 1 unit
II Peralatan Gigi 1 Kaca Mulut 2 2 set
2 Pinset 2 2 set
3 Sonde 2 2 set
4 Excavator 2 2 set
5 Ultrasonic Scaler 1 1 unit
6 Light Curing 1 1 unit
7 Bein 1 1 set
8 Cryer 1 1 set
9 Forcep rahang atas dan bawah 1 1 buah
10 Semen spatel 1 1 buah
11 Semen stopper 1 1 buah
12 Glass plate 1 1 buah
13 Spatula 1 1 buah
14 Plastic filling instrument 2 2 buah
15 Burnizer 1 1 buah
16 Cytoject 1 1 buah
III Laboratorium 1 Mikroskop binokuler 1 1 unit
2 Chemistry analizer 1 1 unit
3 Hematology analizer 1 1 unit
4 Pemeriksa AGD 1 1 unit
5 Pemeriksa elektrolit 1 1 unit
6 Termometer ruangan 2 2 buah
7 Food Poisoning Test 1 1 set
IV Ruang Perawatan 1 Ventilator 1 1 unit
2 Portable ventilator 1 1 unit
3 Bed side monitor 20 20 unit
4 Portable nebulizer 10 5 15 unit
5 DC Shock 1 1 1 3 unit
6 EKG 4 2 6 unit
7 Laryngoscope 4 4 set
8 Intubation set 1 1 unit
9 USG portable 1 1 unit
10 Portable oxigen concentrate 1 1 unit
11 Spine board rescucitation 4 4 unit
12 Oximetry 3 3 unit
13 Trolley alat 11 11 unit
14 Lemari obat dan alat 4 3 7 unit
15 Minor set 9 9 set
16 Sterilisator 1 1 unit
17 Bed patient untuk tindakan 4 4 unit
18 Bak instrumen 3 3 buah
19 Lampu tindakan 2 2 4 unit
20 Tromol besar 4 4 buah
21 Baju/alat fixasi pasien 2 2 buah
22 Telecardiology 1 1 paket
23 Termometer infra red 4 4 unit
32 102 10
No. Nama Kebutuhan Alat Kesehatan
Lokasi
Jumlah





23

Penyiapan Balai Pengobatan Haji Indonesia (BPHI) dan pelayanan kesehatan di Sektor-Sektor
dengan kapasitas sebagai berikut :
Di Jeddah
Di gedung Oktagon Terminal Haji KAAIA Jeddah (Tahap Kedatangan) 1. Oktagon di terminal
Barat, 2. BPHI Jeddah di Madinatul Hujjaj dan 3 Hotel Transito (Tahap Kepulangan)
Ambulance : 3 GMC Savana dan 1 Suzuki APV
Di Madinah
Gedung Misi Kesehatan (BPHI Madinah), Kapasitas 65 bed
Pelayanan sektor, 4 (empat) lokasi
Layanan sektor : stabilisasi, evakuasi dan non perawatan
Ambulance :7 GMC Savana dan 1 Suzuki APV
Di Makkah
Gedung Misi Kesehatan (BPHI Makkah), kapasitas 150 bed
Pelayanan sektor, 9 lokasi
Layanan sektor : stabilisasi, evakuasi dan perawatan 9 bed
Ambulance : 14 GMC Savana dan 3 Suzuki APV

Jumlah jemaah haji yang wafat sebanyak 313 orang terdiri dari 267 orang wafat di Arab
Saudi, 11 orang wafat pasca operasional haji, dan 35 orang wafat di Tanah Air.

f. Operasional Armina
Berdasarkan Kalender Ummul Qura (kalender resmi Pemerintah Arab Saudi), untuk wukuf di
Arafah jatuh pada hari Senin tanggal 9 Zulhijjah 1434 H bertepatan tanggal 14 Oktober 2013.
Pelayanan jemaah haji Indonesia pada puncak penyelenggaraan ibadah haji di Armina
dilaksanakan oleh Satuan Operasional Arafah-Mina (Satops Armina) berdasarkan Keputusan
Menteri Agama Rl Nomor 582 Tahun 2013 tanggal 26 Agustus 2013 tentang Pembentukan
Panitia Penyelenggara lbadah Haji (PPIH) di Arab Saudi Tahun 1434 H/ 2013 M yang
melibatkan seluruh petugas PPIH. Petugas Daker Jeddah menjadi Satgas Arafah
bertanggung jawab atas pelayanan jemaah haji di Arafah, petugas Daker Makkah menjadi
Satgas Muzdalifah bertanggung jawab atas pelayanan jemaah haji di Muzdalifah, dan
petugas Daker Madinah menjadi Satgas Mina bertanggung jawab atas pelayanan jemaah
haji di Mina.
Kegiatan Satops Armina secara umum dimulai sejak adanya pergerakan jemaah haji
Indonesia dari Makkah menuju Arafah, Muzdalifah, Mina dan kembali lagi ke Makkah yang
dilaksanakan melalui 3 (tiga) tahapan kegiatan yaitu tahap perencanaan/persiapan dan tahap
pelaksanaan.

1) Tahap Perencanaan/Persiapan.
a. Satops Armina menyusun konsep tentang pengelolaan pelayanan jemaah haji
Indonesia selama di Armina. Konsep kemudian diajukan kepada Ketua PPIH Arab
Saudi untuk mendapatkan persetujuan dan pengesahan menjadi naskah Pedoman
Penyelenggaraan Operasional Armina untuk selanjutnya dijadikan pedoman
penyelenggaraan operasional Armina bagi petugas dan jemaah haji Indonesia
selama di Armina.
b. Pada tanggal 01 Oktober 2013 Pedoman Penyelenggaraan Operasional Armina
disahkan untuk kemudian dilakukan sosialisasi kepada jajaran PPIH yang secara
struktural Daerah Kerja Jeddah menjadi Satgas di Arafah, Daerah Kerja Makkah
menjadi Satgas Muzdalifah dan Daerah Kerja Madinah menjadi Satgas Mina.


24

c. Melaksanakan pengecekan sarana prasarana.
1) Pada tanggal 25 September 2013 berkoordinasi dengan Tim sarana prasarana
Armina untuk persiapan tentang kegiatan Satops Armina khususnya penyediaan
sarana kemah PPIH Arab Saudi di Arafah.
2) Pada tanggal 26 September 2013 Mengkoordinasikan dengan tim sarana
prasarana tentang kebutuhan selama kegiatan Armina baik berupa
perlengkapan tenda, alat komunikasi dan perlengkapan lainnya yang dibutuhkan
dalam kelancaran operasional Armina.
3) Pada tanggal 27 September sampai dengan 3 Oktober 2013 proses
inventarisasi kebutuhan Satops Armina sekaligus penyiapan sarana yang akan
digunakan dalam prosesi Armina.
d. Melaksanakan sosialisasi pelaksanaan tugas selama Armina
1) Pada tanggal 01 Oktober 2013 pukul 20.00, melaksanakan sosialisasi Satops
Armina di lingkungan Daker Madinah diikuti oleh Kadaker beserta staf,
Perwakilan Sektor 1 s.d. 4 Madinah, Sektor Bir Ali, Airport, Terminal Hijrah dan
Sektor Khusus Masjid Nabawi.
2) Pada tanggal 02 Oktober 2013 melaksanakan sosialisasi Satops Armina kepada
Petugas Daker Jeddah bertempat di lantai dasar Hotel Rahal Al Bahar, Jeddah.
3) Melaksanakan Sosialisasi Satops Armina di tingkat Sektor Makkah:
a. Tanggal 2 Oktober 2013 di Sektor 1 dan 2, Makkah
b. Tanggal 3 Oktober 2013 di Sektor 3, 4, 5 dan 6 Makkah.
c. Tanggal 4 Oktober 2013 di sektor 7,8 dan 9 Makkah.
4) Pada tanggal 4 Oktober 2013 pukul 16.30, Rapat Koordinasi dengan Kabid
Katering, Transportasi dan Penempatan tentang persiapan petugas
pengawasan maktab di Arafah dan Mina.
5) Pada tanggal 5 Oktober 2013 melaksanakan sosialisasi tentang pengawasan
katering, penempatan, kebersihan dan transportasi kepada Kasektor dan
Kakortab selama Armina.
6) Pada tanggal 6 Oktober 2013 , Menghadiri rapat dengan BPHI tentang
pelaksanaan pelayanan kesehatan selama Armina dan pelaksanakan Safari
Wukuf.
e. Melaksanakan rapat koordinasi dengan pihak terkait antara lain :
1) Pada tanggal 6 September 2013 mengikuti rapat di kantor Konsulat Jenderal RI
Jeddah dengan anggota DPD RI sekaligus melaporkan rencana kegiatan
Armina terkait dengan katering dan transportasi.
2) Pada tanggal 7 Oktober 2013 bersama Ketua PPIH Arab Saudi mengikuti rapat
di kantor Muassasah Asia Tenggara dihadiri oleh seluruh misi haji Asia
Tenggara dan Naqobah untuk membahas mekanisme transportasi selama
Armina baik dari Makkah menuju Arafah, Arafah menuju Muzdalifah, Muzdalifah
menuju Mina maupun dari Mina kembali ke Makkah, dengan cara setiap misi
haji membuat jadwal pergerakan jemaah selama Armina.
3) Pada tanggal 7 Oktober 2013 menemui Ketua Muassasah Asia Tenggara untuk
berkoordinasi tentang lokasi perkemahan misi haji Indonesia di Arafah.
4) Pada tanggal 10 Oktober 2013 Rapat dengan Muassasah tentang jadwal
pelaksanaan melontar bagi jemaah haji Indonesia dan waktu-waktu yang
dilarang untuk melontar.
5) Pada tanggal 11 Oktober 2013 bertempat di kantor Daker Makkah mengikuti
rapat dipimpin Menteri Agama Republik Indonesia selaku Amirul Hajj membahas
tentang pelayanan haji secara keseluruhan termasuk di dalamnya pelayanan
selama kegiatan di Armina.
25

6) Pada tanggal 11 Oktober 2013 bertempat di Sektor 5 Makkah mengikuti rapat
dengan ketua DPR Republik Indonesia beserta rombongan membahas tentang
pelayanan haji secara keseluruhan termasuk di dalamnya pelayanan selama
kegiatan di Armina.
7) Pada tanggal 12 Oktober 2013 Amirul Hajj beserta rombongan melaksanakan
kunjungan ke Masyair untuk melihat kesiapan kemah jemaah dan petugas haji.
Pada pukul 20.00 WAS melakukan kunjungan ke Kantor Misi Haji Turki di
Makkah, dan selanjutnya melaksanakan pemaparan konsep penyelenggaraan
Satops Armina kepada Menteri Agama selaku Amirul Hajj pada pukul 22.00
WAS di Daker Makkah.
f. Menyelesaikan persyaratan administratif pembuatan bitoqoh (kartu pengenal) di
Muassasah bagi 5 orang petugas yang melekat di setiap maktab, terdiri dari 1 orang
pengawas Katering, 2 orang pengawas kebersihan dan pengawas maktab dan 1
orang pengawas transportasi untuk tiap-tiap maktab di Arafah dan Mina serta
pemberitahuan tentang rencana penempatan para petugas Jamarat, Muaishim dan
Aziziah selama prosesi ibadah haji di Mina.
g. Penyiapan sarana dan prasarana perkemahan jemaah haji dan petugas PPIH Arab
Saudi Tahun 2013 :
1) Di Arafah. Perkemahan jemaah haji Indonesia menempati lokasi perkemahan di
Robwatul Hindi untuk seluruh maktab 100 hektar yang terdiri dari 48 maktab.
2) Perkemahan PPIH berada di dalam wilayah perkemahan jemaah haji Indonesia
berdampingan dengan maktab 7, sehingga relatif mudah berhubungan dengan
jemaah Indonesia. Perkemahan PPIH tahun 2013 menempati lahan 3.000 m2.
3) Perkemahan PPIH terdiri dari kemah untuk VIP 23 unit, Masjid, Aula, Siskohat,
Penerangan, Daker Jeddah, Daker Madinah, Daker Makkah, Warga TUH, KBRI,
KJRI dan unit kesehatan (denah terlampir ).
4) Kemah PPIH di Mina yang sekaligus menjadi Posko utama selama di Mina
berada di wilayah Muaishim dengan memperoleh 10 tenda sedangkan jemaah
haji Indonesia mendapatkan tempat di wilayah Muaishim dan Mina Jadid (denah
terlampir ).
h. Geladi masing-masing Satgas dilakukan secara parsial, yakni :
1) Pada tanggal 10 Oktober 2013 pukul 09.00 sd 12.00 WAS dilaksanakan geladi
bagi para petugas Pengawas Katering Arafah Mina, Koortab 1 9, yang diawaki
oleh petugas Pam Sektor 1 9 Makkah dan Timsus Masjidil Haram yang
diawaki oleh Sektor Khusus Masjidil Haram.
2) Pada tanggal 11 Oktober 2013 pukul 15.30 sd 17.30 WAS, dilakukan geladi bagi
petugas Satgas Muzdalifah khususnya Pos Mabit 1 - 9 yang diawaki oleh Para
Kasektor 1 - 9 Daker Makkah.
3) Pada tanggal 12 Oktober 2013 pukul 08.30 sd 13.00 WAS dilaksanakan geladi
bagi petugas Pos Muaishim 1 3, Pos Jamarat 1 3, Pos Aziziah dan petugas
pengantar jemaah tersesat yang diawaki oleh Sektor-Sektor Daker Madinah
(Satgas Mina).
4) Pada tanggal 12 Oktober 2013 pukul 14.00 sd 17.00 WAS dilaksanakan geladi
bagi petugas Satgas Arafah yang diawaki oleh Daker Jeddah termasuk petugas
pengawas penempatan maktab.
i. Pada tanggal 13 Oktober 2013 melakukan pengecekan akhir kesiapan sarana dan
prasarana Arafah (sarana tenda, angkutan, katering dan fasilitas umum lainnya
berupa listrik/penerangan, air, MCK, dapur dan sarana Alkom).

26

2) Tahap Pelaksanaan Armina.
Dalam rangka mendukung pelaksanaan di Armina diperlukan administrasi, logistik dan
personel untuk melayani jemaah haji Indonesia, termasuk yang sakit dan wafat untuk
dibadal-hajikan demi kesempurnaan ibadah haji. Adapun data mengenai hal tersebut
sebagai berikut:
Jemaah haji kloter 156.466 orang, wafat 113 orang, dibadal-hajikan
202 orang, Safari wukuf 166 orang, jumlah sisa : 155.985 orang.
Jemaah haji khusus 13.564 orang, wafat 6 orang
jumlah sisa : 13.558 orang
Petugas Kloter : 1.920 orang
Petugas Non Kloter : 1.521 orang
Jumlah keseluruhan : 172.984 orang
Logistik :
Selama prosesi Armina dukungan logistik jemaah haji dilakukan oleh pihak katering
maktab dan Mutaahidin, sedangkan logistik petugas disiapkan oleh PPIH.
Transportasi jemaah haji dari Makkah Arafah Muzdalifah Mina Makkah dilakukan
oleh Muassasah dalam hal ini Naqabah Ammah Lissayyarat, transportasi petugas
disiapkan oleh PPIH.
Perlengkapan perkemahan untuk jemaah haji disiapkan oleh maktab sedangkan
perlengkapan perkemahan untuk PPIH dilaksanakan oleh bagian perlengkapan Teknis
Urusan haji Jeddah.
Khusus alat-alat kesehatan dan bekal kesehatan diselenggarakan oleh Perbekkes PPIH.

a. Di Arafah :
1) Pada hari H-1, Minggu tanggal 13 Oktober 2013 M / 8 Dzulhijjah 1434 H
memberangkatkan petugas haji Indonesia ke Arafah yang dikoordinir oleh tiap-tiap
Kasatgas, diatur dengan tahapan sebagai berikut :
a) Memberangkatkan Petugas Daker Jeddah yang akan bertugas sebagai Satgas
Arafah, diberangkatkan pada tanggal 13 Oktober 2013 pukul 06.00 WAS dari
pemondokan Makkah menuju Arafah dan pada pukul 08.00 seluruh petugas
Satgas Arafah telah tergelar di Arafah.
b) Memberangkatkan Koortab 1 9, pengawas katering Arafah, pengawas maktab
dan kebersihan, pengendali transportasi yang akan melakukan penilaian
terhadap kinerja para maktab dalam memberikan pelayanan katering, kondisi
maktab, kebersihan dan transportasi pada pukul 05.30 08.00 WAS.
c) Memberangkatkan Tim Khusus Haram pada pukul 09.00 WAS setelah
melaksanakan sweeping di Masjidil Haram langsung menuju Mina untuk
memonitor kegiatan jemaah haji yang melaksanakan Tarwiyah sebanyak 10.828
orang.
d) Memberangkatkan petugas dari Daker Madinah yang akan bertugas sebagai
petugas penempatan jemaah di Mina Jamarat, petugas Pusat Komunikasi
Bravo dan Tim Evakuasi Tanpa Alat (TETA) pada pukul 16.00 18.00 WAS .
e) Memberangkatkan petugas dari Pos Mabit dari Daker Makkah yang akan
bertugas di Muzdalifah mulai pukul 20.00 s.d selesai setelah melakukan
sweeping jemaah di pemondokan dan memastikan bahwa seluruh jemaah telah
terangkut ke Arafah.
27

f) Melakukan pengecekan akhir kesiapan fasilitas pos-pos pelayanan di Arafah,
Muzdalifah, Mina dan Poskotis Jamarat dan sarana angkutan dalam rangka
kesiapan melayani jemaah haji Indonesia di Armina.
g) Monitoring pemberangkatan jemaah haji Indonesia dari tiap-tiap maktab ke
Arafah yang dilakukan maktab masing-masing melalui petugas Sektor Makkah
1 sd 9.
h) Monitoring penempatan jemaah haji Indonesia di tiap-tiap tenda yang dilakukan
para maktab melalui petugas Koortab (Koordinator Maktab) 1 s.d. 9 bersama
petugas pelaksana pengawas katering yang telah berada bersama jemaah pada
48 Maktab yang tergelar.
i) Diperoleh data bahwa Jemaah yang berangkat paling awal berangkat dari
Mekkah menuju Arafah adalah jemaah Kloter BDJ-3, berangkat dari Mekkah
pukul 08.00 dan tiba di Arafah pukul 10.00, dan Kloter yang terakhir berangkat
ke Arafah adalah Kloter UPG-8 pada pukul 21.15. Pemberangkatan jemaah dari
pemondokan menuju Arafah berjalan lancar kecuali 1 bus mengalami pecah ban
namun dapat segera diatasi.
j) Menggelar patroli di sekeliling perkemahan jemaah haji Indonesia yang
dilakukan oleh Timsus Arafah untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Adapun kejadian yang dialami bus
jemaah haji adalah salah satu bus mengalami pecah ban dan dapat diatasi
dengan segera.
2) Pada hari H, tanggal 14 Oktober 2013 M / 9 Dzulhijjah 1434 H melanjutkan tahapan
pemberangkatan petugas haji sebagai berikut :
a) Memonitor pemberangkatan jemaah haji yang melaksanakan Tarwiyah
sebanyak 10.828 orang dari Mina menuju Arafah, dilanjutkan dengan
memberangkatkan petugas Tim Haram dari Mina menuju Arafah setelah
melakukan monitoring jemaah Tarwiyah pada pukul 09.00 WAS. Diperoleh data
dari hasil monitoring bahwa jumlah jemaah haji yang melaksanakan Tarwiyah
tiba di Arafah, yang pertama adalah Kloter JKS-32 pada pukul 06.15, dan yang
terakhir Kloter SOC-12 tiba pada pukul 10.39.
b) Mendampingi Menteri Agama Republik Indonesia selaku Amirul Hajj beserta
rombongan meninjau beberapa kemah jemaah haji di Arafah untuk menyaksikan
kesiapan pelaksanaan wukuf jemaah haji pada pukul 10.00 WAS.
c) Memberangkatkan dan memonitor kegiatan Safari Wukuf melalui Katim Safari
Wukuf pada tanggal 9 Dzulhijjah / 14 Oktober 2013, pada pukul 11.00 WAS
dipimpin Kasi Pam Daker Makkah H. Asep Abdullah, tiba di Arafah pukul 12.00
WAS selanjutnya kembali dari Arafah pukul 13.30 WAS, tiba di BPHI Makkah
pukul 14.30 WAS. Adapun komposisi jemaah yang disafari-wukufkan sebagai
berikut :
Jumlah jemaah yang disafari wukufkan sebanyak 166 Jemaah (kondisi
berbaring 57 orang, duduk 109 orang).
Pendamping 33 orang terdiri dari 3 dokter spesialis, 5 dokter umum,12
perawat, 5 Sansur, 5 apoteker, 1 ahli gizi, 1 Siskohat dan 1 Kormin..
Jumlah kendaraan terdiri dari ambulans 4 unit, bus 9 unit untuk jemaah sakit
berbaring 6 unit dan 3 untuk duduk, dan Coaster 1 unit
3) Mengecek pelaporan tentang jemaah haji Indonesia dari tiap Kloter / maktab melalui
Posko Arafah yang dikendalikan oleh Puskom Satops Armina.

28

4) Menggelar Pelaksana Pengawas Katering sebanyak 2 orang setiap maktab, dan 2
orang pengawas penempatan dan kebersihan, pengawas transportasi yang
dikoordinir oleh Koortab, berjumlah 9 Koortab sesuai jumlah Sektor di Makkah yang
bertugas memonitor pelaksanaan katering, pengecekan persediaan stok bahan
makanan yang akan digunakan untuk melayani konsumsi para jemaah haji Indonesia
dan misi haji Indonesia sesuai standar menu yang telah ditentukan dan pelaksanaan
pembagian penempatan jemaah di kemah-kemah dan mengawasi kebersihan di
sekitar tenda dan kamar mandi.
5) Memonitor kegiatan ibadah wukuf yang dilakukan oleh jemaah haji di tenda-tenda
maktab melalui Koortab. Diperoleh data bahwa pelaksanaan wukuf di tenda-tenda
jemaah dilakukan sesuai kelompok dan situasi tenda yang ada. Demikian pula untuk
petugas khotib dan imamnya diatur oleh masing-masing Kloter. Secara umum
seluruh kegiatan wukuf jemaah haji masing-masing maktab berjalan dengan tertib
dan khidmat.
6) Memonitor pergerakan jemaah haji selama di Arafah untuk mengantisipasi
kemungkinan terjadinya hambatan dalam perjalanan menuju Muzdalifah untuk
melaksanakan Mabit.
7) Mengoptimalkan peran para petugas kesehatan Kloter di maktab yang melekat
dengan jemaah, karena selama di Arafah secara resmi tidak diperkenankan
mendirikan BPHI. Petugas kesehatan kloter tiap-tiap maktab membentuk semacam
klinik kecil untuk mengurangi bertumpuknya pasien di BPHI Arafah, BPHI tetap
didirikan di tenda PPIH dengan sarana dan prasarana yang terbatas.
8) Melakukan sweeping terhadap jemaah haji Indonesia yang tertinggal di Arafah
(belum berangkat menuju Muzdalifah) yang dilakukan oleh Tim Sweeping Satgas
Arafah.
9) Memonitor pergerakan jemaah haji dari Arafah untuk berangkat menuju Muzdalifah.
Berdasarkan hasil monitoring seluruh jemaah haji telah dapat terangkut seluruhnya
ke Muzdalifah pada tanggal 14 Oktober 2013 pukul 22.45 WAS.

b. Di Muzdalifah
1) Menggelar pos mabit menjadi 9 pos pelayanan di mana tiap-tiap pos mabit bertugas
memonitor dan memandu jemaah haji antara 5 - 6 maktab. Khusus untuk Pos Mabit 1
langsung menuju Mina Jadid karena jemaah haji tidak diturunkan di Muzdalifah
melainkan di kemah Mina Jadid, sehingga Pos Mabit yang tergelar hanya 8 Pos yaitu
Pos Mabit 2 s.d. 9.
2) Menggelar pos pelayanan kesehatan di Muzdalifah dengan mengoptimalkan peran
petugas kesehatan sektor 1 - 9 Makkah yang tergabung dalam Pos Mabit.
3) Mengecek kedatangan jemaah haji Indonesia dari tiap Kloter/ maktab untuk mabit di
Muzdalifah dan mengarahkan agar jemaah haji tetap pada koridor maktabnya untuk
mempermudah proses pengangkutan mereka menuju Mina.
4) Memonitor kegiatan ibadah yang dilakukan oleh jemaah haji selama mabit di
Muzdalifah melalui pembimbing ibadah Sektor yang tergelar bersama Pos Mabit.
5) Membantu maktab dalam mengendalikan pergerakan jemaah haji Indonesia dengan
sistem angkutan Taraddudi dari Arafah ke Muzdalifah dan dari Muzdalifah ke Mina.
6) Pergerakan terakhir jemaah haji Indonesia dari Arafah tiba di tempat mabit
Muzdalifah pada tanggal 10 Dzulhijjah, Kloter SOC-27 pukul 01.00 WAS karena
mursyid tertidur bus keluar jalur Taraddudi.



29

7) Pergerakan terakhir jemaah haji Indonesia berangkat dari tempat mabit di Muzdalifah
menuju ke Mina pada tanggal 10 Dzulhijjah pukul 06.06 WAS, Kloter MES-22.
8) Menugaskan Timsus Muzdalifah yang dipimpin oleh Pam Daker Mekkah untuk
memantau perkembangan situasi di sekitar Muzdalifah guna mengantisipasi kondisi
para jemaah haji.
9) Mengadakan sweeping di sepanjang area penempatan jemaah haji Indonesia selama
Mabit di Muzdalifah sebagai antisipasi adanya jemaah yang tertinggal di sekitar area
Mabit di Muzdalifah, pada pukul 06.00 pagi setelah semua jemaah terangkut menuju
Mina.

c. Di Mina
1) Memonitor pergeseran jemaah haji dari Muzdalifah menuju Mina serta
penempatannya di tenda-tenda Mina melalui para Koortab dan pelaksana pengawas
penempatan yang melekat pada maktab.
2) Menggelar Pos-pos mobil disekitar Mina - Jamarat untuk mengarahkan, memandu
dan mengendalikan pergerakan jemaah haji Indonesia serta membantu dan
mengevakuasi jemaah yang sakit, kelelahan, tersesat jalan dan terjebak kepadatan
di wilayah Mina dan Jamarat :
a) Pos Muaishim terdiri dari 3 tempat yaitu :
Pos Muaishim 1 berkedudukan di depan RS Mina Al-Wadi, diawaki oleh
anggota sektor Bir Ali Madinah sebanyak 12 orang petugas dipimpin oleh
Kasektor Bir Ali yaitu Deni Hudaeny Achmad Arifin.
Pos Muaishim 2 berkedudukan di depan Terowongan Muaishim, diawaki oleh
anggota sektor Terminal Hijrah sebanyak 13 orang petugas dipimpin oleh
Kasektor Terminal Hijrah yaitu Miftachul Huda Suhartono.
Pos Muaishim 3 berkedudukan di belakang terowongan Muaishim, diawaki
oleh anggota sektor Airport Madinah sebanyak 18 orang dipimpin oleh
Kasektor Airport Madinah Feli Hermanto.
b) Pos Jamarat terdiri dari 3 tempat yaitu :
Pos Jamarat 1 berkedudukan di sekitar jalan masuk sampai dengan depan
Masjid Khaif, diawaki oleh anggota Sektor 1 Madinah sebanyak 18 orang
dipimpin oleh Kasektor 1 Madinah Solihin Syamsudin Tompo.
Pos Jamarat 2 berkedudukan di sekitar jumrah aqabah diawaki oleh anggota
sektor 2 Madinah sebanyak 17 orang dipimpin Kasektor 2 Madinah Chuzaemi
Abidin Endin.
Pos Jamarat 3 berkedudukan di belakang jamarat aqabah bertugas
mengarahkan jemaah haji yang akan melanjutkan kegiatan ke Masjidil Haram
atau kembali ke Mina, diawaki oleh anggota sektor 3 Madinah sebanyak 18
orang dipimpin oleh Kasektor 3 Madinah Mohammad Afifi Basri.
c) Pos Jemaah Tersesat berkedudukan di depan Posko Utama Mina, diawaki oleh
Sektor 4 Madinah sebanyak 32 orang dipimpin oleh H. Munajat. Dari hasil
pendataan, jumlah jemaah yang tersesat sebagai berikut :
Tanggal 15 Oktober 2013 sebanyak 175 orang.
Tanggal 16 Oktober 2013 sebanyak 275 orang.
Tanggal 17 Oktober 2013 sebanyak 150 orang.
Tanggal 18 Oktober 2013 sebanyak 160 orang.
d) Pos Aziziah berkedudukan di persimpangan jalan menuju Makkah, diawaki oleh
anggota sektor khusus Masjid Nabawi sebanyak 15 orang dipimpin oleh Ketua
Sektor khusus Masjid Nabawi Husni Ibrahim Latif.
30

3) Menggelar Pelaksana Pengawas Penempatan, kebersihan, Pengawas Katering dan
transportasi berjumlah 5 orang di setiap maktab. Setiap 4 8 maktab dipimpin oleh
seorang Koortab yang diambil dari petugas Pam sesuai sektor di Makkah, bertugas
4) Mengecek kesiapan tenda maktab-maktab yang ditempati para jemaah haji dan
kesiapan katering serta standar menu yang telah ditentukan baik teknis penyajiannya
maupun pelayanannya.
5) Mendata para jemaah haji Indonesia yang melaksanakan Nafar Awal maupun Nafar
Tsani dengan rincian sebagai berikut:
a) Jumlah keseluruhan jemaah haji 156.377 orang terdiri dari Jemaah yang
mengambil Nafar Awal + 80.363 orang (57 %) dan Nafar Tsani berjumlah +
70.014 orang (43 %).
b) Bagi jemaah yang melaksanakan Nafar Tsani semuanya mendapatkan katering.
6) Mendampingi Menteri Agama RI selaku Amirul Haj pada saat melaksanakan
rangkaian ibadah haji baik pada saat pelemparan jumrah yang dilaksanakan pada
tanggal 10 12 Dzulhijjah dan saat melaksanakan Tawaf Ifadhah.
7) Melaksanakan evaluasi kegiatan hari pertama di Posko Utama Mina dengan
menyelenggarakan rapat koordinasi, melibatkan seluruh perwakilan pos lapangan
untuk mengukur tingkat efektifitas pos-pos pelayanan sehubungan dengan adanya
alur baru menuju dan kembali dari Jamarat lantai 3 bagi jemaah haji Indonesia
khususnya.
8) Memonitor kegiatan ibadah jemaah haji selama di Mina melalui para pelaksana
pengawas maktab yang tersebar di maktab-maktab Mina.
9) Mengendalikan pergerakan jemaah haji yang melaksanakan pelontaran jumroh agar
sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan oleh Muassasah kepada jemaah haji
Indonesia dengan cara :
a) Melakukan himbauan kepada jemaah haji melalui edaran maupun seruan
menggunakan pengeras suara tentang jadwal larangan melontar jumroh bagi
jemaah Asia Tenggara termasuk Indonesia.
b) Mengendalikan jalur ke Jamarat di depan Posko Mina (wilayah Pos Muassim 2)
sesuai perkembangan situasi di Jamarat yang dilakukan oleh petugas pos
Muaishim 2 bekerja sama dengan Muassasah sejak tanggal 10 Dzulhijjah 1434
H pukul 06.00 WAS s.d tanggal 13 Dzulhijjah 1434 H pukul 17.00 WAS.
Berdasarkan jadwal yang dibuat oleh Kementerian Haji Arab Saudi jemaah haji
Indonesia agar menghindari waktu padat sebagaimana table berikut:

Tabel Jadwal Waktu Melontar Jemaah Haji Indonsia
NO JUMROH TANGGAL WAKTU / JAM
1 Aqabah 10 Dzulhijjah 06.00 -10.00
2 Ula-Wus-Aq 11 Dzulhijjah 11.00 -14.00
3 Ula-Wus-Aq 12 Dzulhijjah 09.00 - 15.00

10) Mengintensifkan kegiatan patroli pos-pos Muaishim, pos pos Jamarat serta pos
Haram dan melaporkan perkembangannya setiap saat ke Posko melalui Puskom.
11) Melakukan pemantauan dan pengendalian pergerakan jemaah haji Indonesia,
sehingga jemaah haji Indonesia dapat menunaikan kewajibannya melontar Jumrah
dengan aman dan lancar.

31

12) Membuka BPHI Mina 1 di Posko Mina dan BPHI Mina 2 di Syari Sidqi dalam rangka
melayani para jemaah sebagai antisipasi adanya jemaah haji sakit yang memerlukan
tindakan medis cepat dan tepat untuk menekan adanya jemaah haji yang secara fisik
semakin lemah selama kegiatan Armina.
13) Pada tanggal 13 18 Oktober 2013 / 8 - 13 Dzulhijjah1434 H, selama kegiatan di
Armina jemaah haji Indonesia yang berkunjung berobat sebagai berikut:

Tabel 36: Rekap Jemaah Haji Berobat di Armina
YANKES ARAFAH MUZDALIFAH MINA
RAWAT JALAN 75 0 465
RUJUKAN 18 0 42
RAWAT INAP 19 0 57
WAFAT 8 1 11

d. Di Masjidil Haram
1) Menempatkan Timsus Haram di sekitar Masjidil Haram untuk mengarahkan dan
memandu jemaah haji Indonesia yang akan dan selesai melaksanakan Thawaf
Ifadhah kembali ke maktab maupun ke Mina untuk melanjutkan mabit di Mina.
Poskotis Haram berkedudukan di halaman Masjidil Haram dipimpin Kasektor Khusus
Masjidil Haram H. Husban Abadi M.Hum. Kegiatan Timsus Haram pada tanggal 10
Dzulhijjah yaitu mengawasi jemaah haji Indonesia yang melaksanakan Thawaf, Sai
dan Tahallul serta Sholat Idul Adha di Masjidil Haram.
2) Memonitor dan mengendalikan pergerakan jemaah haji Indonesia di sekitar Masjidil
Haram. Pada tanggal 11 Dzulhijjah 1434 H terjadi kepadatan luar biasa di sekitar
Majidil Haram, sehingga Timsus Haram ditugaskan untuk menghimbau jemaah haji
Indonesia untuk berhati-hati dalam melaksanakan Thawaf Ifadhah agar tidak terjadi
musibah.
3) Timsus Haram menempatkan personel Pam di sekitar Maulid Nabi untuk memberikan
informasi tingkat kepadatan jemaah yang melaksanakan Thawaf bagi jemaah yang
baru datang dari Mina; di sekitar Shafa dan Marwah untuk memantau jemaah yang
melaksanakan Sai dan untuk memantau jemaah yang kembali ke Mina.

g. Keamanan dan Perlindungan
1) Kegiatan keamanan pada fase pemulangan jemaah haji di King Abdul Aziz International
Airport (KAAIA) Jeddah sebagai berikut:
a) Secara aktif memonitor proses pemulangan jemaah haji sejak dari Makkah, menuju
bandara KAAIA, pemeriksaan paspor, pemberian katering hingga jemaah take off
meninggalkan Jeddah. Tahun 2013 ini ada perubahan baru proses pemulangan
jemaah haji gelombang I, di mana pada tahun sebelumnya jemaah haji bermalam di
hotel transit Jeddah, tetapi pada tahun ini jemaah dari Makkah langsung menuju
bandara KAAIA Jeddah.


32

b) Memonitor dan memantau aktif barang bawaan jemaah haji Indonesia yang dibawa
serta dalam penerbangan ke dalam bagasi dan tas tentengan.
c) Hasil pantauan bersama dengan petugas haji yang lain pada saat pemulangan, di
wilayah Daker Jeddah telah ditemukan beberapa kasus seperti :
Terjadi pembongkaran koper jemaah haji di Bandara Jeddah karena ditemukan
air Zamzam yang dimasukkan ke dalam koper, sehingga koper tersebut dibuka
oleh pihak penerbangan Saudi Airlines atau Garuda Indonesia Airlines untuk
dikeluarkan air Zamzamnya, selanjutnya koper dimasukkan bagasi.
Terdapat banyak barang jemaah haji yang tercecer tidak dapat terbawa pulang,
karena melebihi batas yang telah ditetapkan oleh pihak penerbangan

2) Untuk kegiatan pada wilayah Daker Makkah melaksanakan pengawasan secara terus
menerus terhadap jemaah haji yang masih menempati pemondokan:
a) Memonitor pelayanan transportasi jemaah haji dari pemondokan ke Masjidil Haram
dalam rangka melaksanakan ibadah rutin bagi jemaah haji yang berada di Mahbas
Jin, Aziziah, Maabdah dan Bakhutmah.
b) Memantau dan mengarahkan jemaah yang sesat jalan, baik di sekitar Masjidil Haram
maupun di sektor-sektor dan selanjutnya mengantar sampai ke pemondokannya.
c) Menyelesaikan kasus-kasus yang terjadi selama pelaksanaan pelayanan haji yang
terkait dengan kasus pidana, kasus kecelakaan, kasus kehilangan barang/uang dan
dokumen.
d) Memberangkatkan dan memantau jemaah haji dari Makkah ke Madinah bagi
Gelombang II yang akan melaksanakan Arbain. Dari hasil pemantauan terdapat
beberapa kali kasus koper jemaah yang tidak dapat terangkut bus Saptco dan
Rawahel ke Madinah karena tempat bagasi kecil, sehingga perlu tambahan
kendaraan truk untuk mengangkutnya.
e) Memantau aktif pengiriman koper jemaah haji Indonesia dari Makkah ke bandara
KAAIA Jeddah untuk dibagasikan di penerbangan Saudi Airlines maupun
penerbangan Garuda bagi jemaah haji gelombang I yang pulang ke Tanah Air.
f) Memberangkatkan dan memantau jemaah haji dari Makkah menuju bandara KAAIA
Jeddah untuk dipulangkan ke Tanah Air.
g) Setelah jemaah haji secara keseluruhan telah keluar dari Makkah, para petugas
PPIH Daker Makkah persiapan kembali ke Tanah Air.

3) Untuk kegiatan pada wilayah Daker Madinah Menerima jemaah haji gelombang II yang
semula menetap di Makkah dan telah selesai menunaikan serangkaian kegiatan ibadah
haji, pada tanggal 24 Oktober 2013 jemaah mulai bergeser ke Madinah dan menempati
pemondokan untuk melaksanakan sholat Arbain selama delapan hari:
a) Membantu dan memonitor jemaah haji yang terpisah dari rombongan ataupun
tersesat di Masjid Nabawi untuk kembali menuju pemondokannya.
b) Memonitor aktif proses pembagian katering bagi jemaah haji dan jika terjadi
persoalan, melakukan upaya koordinasi kepada pihak katering maupun langkah
lainnya untuk mencapai pelayanan maksimal.
33

c) Memonitor aktif pengiriman koper jemaah haji yang telah selesai melaksanakan
rangkaian ibadah haji menuju ke bandara KAAIA Jeddah dan bandara AMAIA
Madinah untuk dibagasikan.
d) Memberangkatkan dan memantau jemaah yang telah selesai melaksanakan
rangkaian ibadah haji menuju ke bandara AMAIA atau menuju hotel Transito di
Jeddah untuk selanjutnya diterbangkan kembali ke tanah air.
e) Setelah jemaah haji secara keseluruhan telah dipulangkan menuju tanah air, para
petugas PPIH persiapan kembali ke Tanah Air.

Secara umum pelaksanaan ibadah haji di tahun 1434 H / 2013 M dapat berjalan dengan baik
dan lancar termasuk prosesi Armina yang merupakan puncak dari kegiatan ibadah haji.
Namun demikian masih ada permasalahan khususnya bidang pengamanan yang perlu
mendapatkan perhatian sebagai berikut :
a) Jemaah Tersesat Jalan
1) Kasus yang setiap tahun terjadi adalah jemaah tersesat jalan/terpisah dari rombongan.
Ada beberapa modus tersesat yakni tidak tahu jalan kembali pulang setelah dari
masjid, tidak tahu jalan kembali ke kemah saat pulang dari Jamarat di Mina. Hal ini
dapat terjadi karena lingkungan atau tempat relatif baru dikenal, jemaah sudah lanjut
usia, jemaah kurang jeli untuk memahami lingkungan dan jalan menuju masjid maupun
arah kembalinya.
2) Adapun menurut pemantauan petugas, jumlah jemaah yang tersesat:
Di Masjidil Haram sebelum pelaksanaan kegiatan Armina berjumlah 3.753 orang dan
setelah Armina 496 orang. Sampai akhir musim haji total jemaah yang sesat jalan
berjumlah 4.249 orang.
Di Masjid Nabawi sebelum pelaksanaan kegiatan Armina berjumlah 1.469 orang dan
setelah Armina 243 orang. Sampai akhir musim haji total yang sesat jalan berjumlah
1. 712 orang.
3) Upaya yang dilakukan adalah:
Memberikan himbauan melalui edaran ke setiap Ketua Kloter agar jemaah tidak pergi
sendirian, minimal bepergian 2 (dua) orang.
Mengoptimalkan peran sektor khusus Masjidil Haram maupun Masjid Nabawi dengan
mengatur pergantian petugas sedemikian rupa dengan catatan antara pukul 06.00
10.00 pagi dan antara pukul 18.00 22.00 berada pada kondisi full personel,
mengingat waktu tersebut merupakan waktu puncak beribadah jemaah haji pada
setiap harinya.
Menambah jumlah PAM Masjidil Harom dari BKO PAM sekor 1 s/d 9 Makkah dan
BKO Sektor Hijrah dan Bandara terutama pada masa puncak kedatangan jemaah
haji yakni sejak 10 hari menjelang Armina sampai masa Armina.
Menggelar petugas pengamanan wanita disekitar tempat sholat wanita di Masjid
Nabawi, Raudhoh dan di sekitar Masjidil Harom, yang bertugas memonitor jemaah
haji wanita yang kebingungan kembali ke hotelnya, mengingat tempat untuk sholat
dan toilet untuk wanita.
34

Selama proses di Armina membentuk pos-pos pelayanan lapangan, pos pelayanan
jemaah sesat, pos jamarat dan Tim Khusus Mina untuk mengarahkan dan
menampung berbagai kesulitan jemaah haji selama di Mina.
Menyiagakan kendaraan yang bertugas selama 24 jam untuk melayani jemaah yang
tersesat jalan khususnya di Masjidil Haram dan mobil penumpang ( Hi Ace ) di Masjid
Nabawi.

4) Kendala yang dihadapi :
Masih ditemukan jemaah yang sama sekali tidak membawa identitas sehingga
sangat menyulitkan petugas untuk dapat mengantarkan ke rombongannya.
Masih terdapat jemaah yang tidak mampu berbahasa Indonesia, sehingga
komunikasi antar petugas dan jemaah tersebut tidak dapat dilakukan dengan baik.
Masih banyak Ketua Kloter, Karom ataupun Karu yang kurang memiliki tanggung
jawab untuk mengendalikan dan mengawasi anggotanya, bahkan ketika jemaah
hilang mereka sama sekali tidak mengambil tindakan penyelesaiannya.

b) Kehilangan Uang, Barang dan Dokumen
Beberapa modus yang dapat dilihat dalam kategori kehilangan uang, barang dan
dokumen antara lain :
1) Pencurian, yakni kehilangan pada saat uang ditinggal di kamar hotel oleh jemaah pada
masa Armina dan jemaah sedang pergi ke masjid, ketika kembali uang sudah hilang .
Begitu juga pada saat berada di kamar mandi atau tiduran di masjid jemaah
meletakkan barang sembarangan, lupa atau diambil orang dan hilang.
2) Penipuan, yakni seseorang datang berpura-pura menolong korban yang memang
sedang kebingungan jalan dengan menawarkan jasa akan mengantar, jemaah diajak
naik kendaraan atau diantar dengan jalan kaki, kemudian pelaku membuka seluruh isi
tasnya dan mengambil barang-barang berharga dan jemaah ditinggal begitu saja.
3) Perampasan, yakni berpura-pura jalan bersama setelah kembali dari masjid kemudian
tiba-tiba tas dirampas dan dibawa kabur.
4) Pencopetan, yakni korban diapit oleh beberapa orang dan pada saat lengah pelaku
mengambil barang korban.
5) Kehilangan/kelalaian jemaah, yakni jemaah haji menaruh barang/uang/dokumen
miliknya tidak hati-hati sehingga kelupaan dan hilang.
6) Modus lain adalah dari pihak di luar jemaah seperti pihak hotel yang tidak menyiapkan
kunci ataupun penangung jawab angkutan yang menghilangkan barang jemaah.

Adapun kalkulasi kehilangan uang/barang yang terjadi di wilayah Daerah Kerja dengan
berbagai macam modus dan upaya mengatasinya sebagai berikut :
1) Kerugian pada Daerah Kerja Makkah.
a) Uang SAR : 166.283,60
b) Uang IDR : 420.529.900,00
c) Uang USD : 1.900,00
d) Hand phone : 34 buah
35

e) Kamera : 8 buah
f) Cincin emas : 1 buah
g) Anting emas 5 gr : 1 buah
h) Arloji : 5 buah
i) Gelang ID : 40 buah
j) Paspor : 10 buah

Beberapa modus yang mengakibatkan kerugian terhadap jemaah haji Indonesia di
Makkah adalah perampasan 30 kasus, penipuan 22 kasus, pencurian/pencopetan 31
kasus dan kehilangan/lupa/lalai 236 kasus. Adapun sebagian jemaah mendapatkan
penggantian uang dari pemilik rumah sebesar SAR. 7.000,- dan IDR 10.915.000,-

2) Kerugian pada Daker Madinah.
a) Uang SAR : 12.780,00
b) Uang IDR : 48.600.000,00
c) Handphone : 1 buah
d) Gelang ID : 1 buah
e) Kamera : 2 buah
f) tas tenteng/tas paspor : 8 buah

Beberapa modus yang mengakibatkan kerugian terhadap jemaah haji Indonesia di
Madinah adalah penipuan 1 kasus, perampasan 3 kasus, pencopetan 3 kasus, dan
kehilangan 14 kasus.

3) Kerugian pada Daker Jeddah
Ditemukan barang dan uang milik jemaah yang tertinggal sebagai berikut :
a) Uang SAR : 1446,00
b) Uang IDR : 2.647.000,00
c) Paspor : 4 buah

Hal tersebut terjadi Karena Jemaah haji terburu buru pada saat berganti pakaian ihram di
Bandara, sehingga ada barang milik Jemaah yang tertinggal
Upaya yang dilakukan petugas dalam mengatasi tindak kejahatan:
a) Memberikan himbauan kepada jemaah di rumah/pondokan melalui Ketua
Kloter/Karom dan Karu untuk berhati-hati dalam pembawaan uang maupun barang
berharga pada saat di rumah, jalan dan masjid.
b) Melaksanakan pengawasan terhadap jemaah selama di rumah/pondokan dan
Masjidil Haram.
c) Melaporkan kepada pihak Kepolisian Arab Saudi untuk mendapatkan perhatian.
d) Melaporkan kepada pihak maktab yang terkait untuk mendapatkan ganti rugi bagi
jemaah uang kehilangan di rumah/pemondokan.
e) Jumlah penggantian seluruhnya baik di Makkah, Madinah sebesar SAR. 7.000. dan
IDR 10.915.000,-.
36


c) Kecelakaan
Pada musim haji 1434 H ada beberapa jenis kecelakaan yang menimpa jemaah haji
sebagai berikut:

1) Kecelakaan lalu-lintas
Telah terjadi kecelakaan lalulintas yang mengakibatkan seorang jemaah haji Indonesia
meninggal dunia di daerah Mina pada tanggal 17 Oktober 2013 pukul 15.05 WAS,
kecelakaan terjadi tepatnya di samping misi haji Malaysia depan Maktab 47 Indonesia,
korban bernama Waizah Kanduk Binti abu Samah, Palembang 19 Januari 1952 nomor
paspor A45579063, kloter PLM-17, Maktab 47,
Korban saat itu berjalan bersama rombongan menuju Jamarat untuk melaksanakan
lempar Jumroh, sampai di TKP dari arah belakang muncul bus Rawahel yang
menubruk korban dari belakang hingga korban terpental membentur tembok dan tidak
sadarkan diri, setelah dibawa di BPHI Mina pada jam 15.45 korban akhirnya meninggal
dunia, sopir diketahui bernama Amir Ali Azhaf warga negara Sudan.
Upaya yang dilakukan petugas sebagai berikut :
a) Selalu menghimbau kepada jemaah melalui Ketua Kloter agar berhati-hati di jalan.
b) Dalam kasus kecelakaan yang terjadi segera mengupayakan pertolongan dan
melaporkannya kepada pihak terkait.

Kendala yang dihadapi petugas sebagai berikut :
a) Jalur kendaraan berbeda dengan Indonesia yakni berada di jalur kanan,
sementara kebiasaan jemaah haji sebelum menyeberang menengok ke kanan
bukan ke kiri.
b) Masih banyak jemaah tua/pikun yang tidak disertai pendamping.

2) Kecelakaan akibat lift jatuh (mengalami kerusakan).
Telah terjadi kecelakaan sekitar pukul 15.40 WAS di rumah nomor 919 Bakhutmah
yaitu lift yang digunakan oleh jemaah haji asal SUB-18, pada saat sampai ke lantai 4
lift tersebut mengalami kerusakan sehingga jatuh dari lantai 4 ke lantai dasar. Yang
mengalami kecelakaan bukan penghuni rumah nomor 919, melainkan jemaah dari
SUB 18 berjumlah 11 orang (semuanya perempuan) berkunjung ke SUB -30 yang
berada di rumah 919, pada saat kembali ke 11 orang tersebut naik dalam 1 lift,
padahal kemampuan lift hanya untuk 6 orang, sehingga lift kelebihan muatan dan jatuh
dari lantai 4 ke lantai dasar, Adapun jemaah haji yang mengalami kecelakaan ada 4
orang, satu orang bengkak pergelangan kaki, satu orang memar pipi, satu orang lecet
tangan, dan satu orang memar di punggung, yang kesemuanya menurut dokter tidak
perlu mendapatkan rawat inap.



37

Upaya yang dilakukan petugas adalah :
a) Mengingatkan kepada jemaah haji agar berhati-hati dalam menggunakan lift, lihat
daya tampung maksimal lift.
b) Mengedarkan selebaran tentang penggunaan lift yang ada di hotel-hotel.
c) Menempel stiker lift khusus barang pada pintu lift.

Kendala yang di hadapi adalah :
a) Petugas tidak bisa mengawasi setiap saat kepada jemaah dalam menggunakan
lift.
b) Jemaah dalam menggunakan lift selalu berebut sehingga terkadang melebihi
kapasitas muatan.

d) Kasus Pidana dan penangkapan jemaah haji oleh Kepolisian Arab Saudi.
Telah terjadi penangkapan oleh Kepolisian Arab Saudi terhadap Mukimin Indonesia atas
tuduhan melakukan tindakan sebagi joki Hajar Aswad yang merugikan jemaah haji yang
sedang melaksanakan thawaf di Masjidil Haram. Yang bersangkutan ditangkap oleh Polisi
Keamanan Masjidil Haram dan di tahan di Kepolisian Arab Saudi (Keamanan Masjidil
Haram). Pada perkembangannya jemaah tersebut dinyatakan terbukti oleh Kepolisian
Arab Saudi sehingga harus menjalani hukuman.
Upaya yang dilakukan petugas :
1) Melakukan koordinasi dengan Kepolisian Arab Saudi
2) Menghimbau jemaah melalui ketua kloter, TPIHI, ketua Rombongan untuk
menghindari joki-joki Hajar Aswad maupun joki-joki yang lainnya.

Dalam pelaksanaan ibadah haji tahun 2013 masih banyaknya tindak kejahatan dan pencurian
terhadap jamaah haji Indonesia. Kejahatan di sekitar Masjidil Haram dengan pelaku warga
negara Indonesia, sedangkan pencurian terjadi di sektor 2 rumah 210 mencapai 6 kamar
setelah wukuf yang merupakan kelalaian dari pihak pengelola gedung dalam menjaga
keamanan gedung. Di samping itu terjadi kebakaran di 2 hotel Madinah karena pemanas
listrik yang tidak dimatikan, dan masih terdapat Jemaah haji yang berusaha melakukan
penyelundupan obat-obat yang dilarang beredar di Arab Saudi.
Untuk kedepan diperlukan rekomendasi sebagai berikut:
a. Memperluas dan mengembangkan fasilitas sektor khusus.
b. Perlu penambahan petugas di sekitar Masjidil Harom dengan mengoptimalisasikan
petugas yang ada.
c. Perlu pengecekan secara teliti saat kontrak pemondokan bagi jemaah haji baik ruangan,
fasilitas dan perlengkapan lainya.
d. Perlu sosialisasi kepada calon Jemaah haji terkait dengan sanksi barang bawaan
terlarang.



38


e. Informasi Haji
Untuk mendukung perencanaan dan pengambilan kebijakan, kelancaran pelayanan dan
koordinasi antara berbagai pihak yang terkait, jaringan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu
(SISKOHAT) mendata aktivitas pelayanan umum, bimbingan ibadah, kesehatan, pergerakan
jemaah haji, dan lain-lain. SISKOHAT berpusat di kantor Teknis Haji KJRI Jeddah
tersambung dengan SISKOHAT Pusat Kementerian Agama RI di Jakarta, dan dengan setiap
Daerah Kerja di Jeddah, Makkah dan Madinah sampai ke Sektor-Sektor.
Melalui mekanisme yang dikordinasikan oleh Media Center Haji (MCH) Arab Saudi, para
wartawan menulis dan melaporkan penyelenggaraan ibadah haji untuk media masing-masing
di Tanah Air. Di samping menulis untuk media masing-masing, wartawan yang tergabung
dalam MCH juga mengunggah berita ke situs http://haji.kemenag.go.id. Pemberitaan yang
dilakukan cukup efektif untuk menunjang penyelenggaraan ibadah haji secara keseluruhan.

f. Pemulangan Jemaah Haji ke Tanah Air
Jemaah haji dipulangkan sesuai jadwal dan kloter yang telah ditetapkan dengan prinsip awal
bil awal akhir bil akhir. Pemulangan jemaah haji Indonesia ke Tanah Air, untuk jemaah haji
gelombang I seluruhnya melalui Bandara KAIA Jeddah. Sedangkan jemaah haji gelombang
II sebagian melalui Bandara AMAA Madinah dari embarkasi Batam (BTH), Jakarta-Pondok
Gede (JKG) dan Surabaya (SUB). Sedangkan yang melalui bandara KAIA Jeddah meliputi
embarkasi Banda Aceh (BTJ), Medan (MES), Padang (PDG), Palembang (PLM), Solo (SOC),
Balikpapan (BPN), Banjarmasin (BDJ), dan Makassar (UPG).
On time performance penerbangan selama masa pemulangan masih mengalami
permasalahan, terutama pada hari-hari awal pemulangan. Dari 387 Kloter, sebanyak 60
Kloter (16%) mengalami keterlambatan. OTP penerbangan di Bandara KAIA saat
pemulangan sebagai berikut:

No. Cepat/Lambat Garuda Saudia Jumlah
1 Cepat 32 14 % 17 11 % 49 13 %
2 Ontime 160 68 % 118 79 % 278 72 %
Ontime dalam batas toleransi 82 % 90 % 85 %
3 Lambat 45 19 % 15 10 % 60 16 %
Jumlah 237 150 387


g. Pelaksanaan Tugas Pengendalian/Pengawasan PIHK
1) Kedatangan Jemaah di Tanah Suci
a) Kedatangan jemaah haji khusus di Arab Saudi mulai tanggal 19 September 2013
melalui bandara KAAIA Jeddah sebanyak 11.461 dan melalui bandara AMAA
Madinah sebanyak 2.103 jemaah dengan total keseluruhan 13.564 jemaah,
tergabung dalam 138 PIHK dengan jumlah kedatangan 214 Kali penerbangan.



39

b) Penerbangan yang mengangkut jemaah haji khusus dari Indonesia terdiri dari 1
perusahaan nasional (Garuda Indonesia) dan beberapa penerbangan Internasional
antara lain; Saudia Airlines, Emirate, Qatar, Singapura, Turki, Srilanka, Yaman,
Kuwait, Etihad. Penerbangan Garuda dan Saudia dari Indonesia langsung mendarat
di Jeddah atau di Madinah sedangkan penerbangan lain transit di Negara asal
penerbangan tersebut.

2) Pengendalian/Pengawasan PIHK di Arab Saudi
a) Makkah
Sebagaimana diatur dalam KMA Nomor: 22 Tahun 2011 bagi penyelenggara yang
memberangkatkan jemaah haji khusus harus mentaati aturan tersebut dalam
memberikan pelayanan kepada jemaah haji khusus antara lain akomodasi jemaah
jarak maksimum 600 m dari pagar Masjidil Haram, hotel minimal berbintang empat
dan diisi paling banyak 4 orang dalam satu kamar serta kamar mandi berada di
dalam, konsumsi disajikan dengan sistem prasmanan.
Dari hasil pantauan tim pengendali di Daerah Kerja Makkah sebagaimana tahun-
tahun sebelumnya hotel yang banyak digunakan oleh PIHK di Makkah adalah: Hotel
Hilton, Zamzam Tower, Intercontinental, Shofwa, Movenpick, Royal Dar Al Iman, Al-
Hijrah, Darul Firdaus, dan lain-lain;
Sebagian besar PIHK melakukan pendampingan dalam pelaksanaan kegiatan
ibadah haji bagi jemaahnya kepada para ustadz yang khusus dibawa dari Indonesia
dan di samping para mukimin yang telah ditugaskan sebagai Muthawif selama
berada di tanah suci yang direkrut oleh PIHK dari para Temus mukimin dan para
mahasiswa yang sedang menimba ilmu di sekitar kawasanTimurTengah.
Selama di Arab Saudi seluruh PIHK pada saat tertentu terkonsentrasi di Daerah
Kerja Makkah sementara jemaah lainya baik dari reguler maupun jemaah dari
Negara lainnya pada saat yang sama berada di wilayah Makkah Al- Mukarramah
sehingga dalam kondisi ini fasilitas pelayanan sangat terbatas, untuk itu bagi PIHK
diberikan kesempatan untuk tinggal di Hotel/Apartemen Transit antara tanggal 3
sampai dengan 15 Dzulhijah dengan ketentuan 5 hari sebelum wukuf dan 3 hari
setelah wukuf hal ini dilakukan dengan pertimbangan pada saat tersebut harga hotel
di sekitar Masjidil Haram Sanggat tinggi dan sulit didapat karena penuh.

b) Madinah
Sebagai kota perhajian kedua di tanah suci setelah kota Makkah Al Mukarramah,
kota Madinah Al Munawwarah merupakan kota tujuan kedua jemaah haji di mana di
kota ini terdapat banyak sekali peninggalan sejarah perkembangan Islam, salah
satunya terdapatnya Masjid Nabawi yang mana di dalamnya terdapat Makam Nabi
Besar Muhammad SAW dan para sahabat-Nya, yang tak kalah pentingnya sebagian
jemaah haji Indonesia berniat untuk melaksanakan sholat Arbain 40 waktu selama
kurang dari 9 hari berada di kota ini. Dalam pantauan Petugas Pengendali hampir
86,6% menjalankan program sholat Arbain bagi jemaahnya dan 13,4 % Non Arbain.

40


c) Arafah-Mina
Pergerakan jemaah haji khusus dari Makkah menujuh Arafah sudah dimulai tanggal 8
Zulhijah, dalam pelaksanaannya jemaah haji khusus terpantau 68,3 % melakukan
Tarwiyah sedangkan sisanya sebanyak 31,7 % Non Tarwiyah.
Dalam penempatan jemaah sebagian besar PIHK menempati maktab; 111, 112,
113,114, 115,116 dan khusus maktab 75 yang jaraknya hampir berdekatan dengan
kemah jemaah haji reguler dan berada di jalur Taraddudi. Dari pantauan Petugas
Pengendali terdapat pelayanan yang kurang maksimal yang diberikan oleh maktab
terutama di maktab 114 dan maktab 75 dan cenderung mengecewakan jemaah
seperti makan terlambat air sering habis, kelengkapan tidur tidak memadai.
Dari hasil pantauan petugas pengendali, pergerakan jemaah haji khusus menujuh
Muzdalifah sudah dimulai bada maghrib dan berakhir pukul 22.30 WAS, dan hampir
83% jemaah melakasanakan nafar awal dan sisanya 17% melaksanakan nafar tsani.
Selama berada di Mina hampir seluruh jemaah PIHK menempati kemah yang telah
disediakan yaitu maktab 111,112, 113, 114, 115, 116, 68 dan maktab 75, dengan
standar sewa yang bervariasi mulai dari harga 2600, 2400, 2200 dan ada yang
seharga 5000 Real Saudi dengan standar VIP.

d) Pemulangan
Pemulangan Jemaah Haji Khusus ke tanah air dimulai pada tanggal 18 Oktober 2013
dan berakhir pada tanggal 4 November 2013 melalui. Bandara KAAIA Jeddah
sebanyak 12.857 jemaah dan melalui bandara AMAA Madinah sebanyak 695 jemaah
dengan total keseluruhan jemaah haji yang pulang ke tanah air sebanyak 13.552
jemaah karena terdapat 12 orang jemaah haji khusus yang wafat di Arab Saudi.

h. Pelayanan Tambahan oleh Pemerintah Daerah
Pelayanan kepada jemaah haji disamping dilakukan oleh Kementerian Agama juga terdapat
pelayanan tambahan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) asal jemaah haji
masing-masing antara lain meliputi. Pemda DKI Jakarta misalnya, memberikan pelayanan
tambahan berupa katering dan transportasi.
Tambahan pelayanan tersebut sangat menguntungkan bagi jemaah haji di daerah. Namun
demikian, pelaksanaannya harus dikoordinasikan dengan Kementerian Agama karena
kondisi tersebut dapat menimbulkan kecemburuan bagi daerah tertentu terutama jika
pelayanan tersebut diberikan di Arab Saudi.








41


B. PENUTUP

Penyelenggaraan ibadah haji di Arab Saudi merupakan tugas nasional yang melibatkan berbagai
unsur baik di Tanah Air maupun dengan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi. Dalam
penyelenggaraan ibadah haji tahun 1434 H/2013 H khususnya di Arab Saudi telah dapat
dilaksanakan dengan baik sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Bahkan beberapa indikator,
dapat dijadikan kesimpulan bahwa penyelenggaraan tahun ini lebih baik dibandingkan tahun
1433 H/2012 M. Beberapa indikator yang dapat dijadikan rujukan penilaian antara lain, pelayanan
pemondokan, katering dan transportasi yang merupakan kebutuhan mendasar bagi jemaah haji
untuk mendukung ketenangan dalam menunaikan ibadah telah dapat dilaksanakan dengan baik.
Dengan demikian, jemaah haji dapat melaksanakan ibadah semua ketentuan syariat agama yang
pada gilirannya diharapkan memperoleh haji yang mabrur.
Sekalipun demikian, masih terdapat beberapa catatan untuk meningkatkan kualitas
penyelenggaraan ibadah haji pada masa mendatang. Disadari setiap tahun dalam
penyelenggaraan haji masih saja ditemui berbagai kendala, karena memang pelaksanaannya di
negara orang lain. Namun permasalahan demi permasalahan yang bersifat kasus tetap dapat
diselesaikan oleh Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi. Tentu saja berkat kerja-
sama dan dukungan berbagai pihak terkait baik di lingkup Daerah kerja Makkah, Madinah dan
Jeddah, maupun di beberapa Sektor di daerah kerja masing-masing. Permasalahan yang terjadi
dalam pelayanan haji tahun ini lebih banyak disebabkan karena: keterbatasan fasilitas yang ada
di berbagai Sektor, adanya kebijakan di luar kewenangan panitia penyelenggara, volume
perubahan terjadi dan beban kerja yang tidak seimbang di lapangan, dan besarnya tanggung-
jawab dan tuntutan pelayanan yang baik kepada jemaah haji.
Beberapa permasalahan yang timbul selama operasional penyelenggaraan ibadah haji dari
berbagai aspek, yaitu: Pelayanan pemondokan di Makkah belum memenuhi standar kelayakan
yang memperhatikan aspek kesehatan, keamanan, dan kenyamanan; Pelayanan katering dalam
hal pendistribusian masih tidak waktu dan menu yang monoton serta belum memenuhi
kebutuhan jemaah Lansia; Pelayanan transportasi belum dapat menjangkau ke lokasi
pemondokan dan banyaknya kendala teknis dalam pelaksanaan pelayanan transportasi.
Beberapa permasalahan tersebut sebagian telah dapat diselesaikan. Adapun yang berkaitan
dengan permasalahan kebijakan akan ditetapkan kemudian dalam rapat kerja evaluasi nasional
penyelenggaraan haji tahun 1434 H/2013 M yang akan diselenggarakan setelah berakhirnya
operasional haji tahun ini. Hasil evaluasi tersebut sekaligus menjadi dasar pelaksanaan tugas
pada musim haji tahun 1435 H/2014 M.
42




































PENJELASAN PENGELOLAAN
SETORAN AWAL
43

Kenaikan Setoran Awal dan Pengelolaan Dana Setoran Awal

A. Penerapan Kenaikan Setoran Awal
Kementerian Agama (Kemenag) sedang mengkaji besaran kenaikan dan waktu penetapan dana
setoran awal, yang saat ini adalah sebesar Rp. 25 juta per jemaah. Dalam UU 13 tahun 2008
pasal 5 dan PP nomor 70 tahun 2012 pasal 11, dijelaskan bahwa jemaah haji dipersyaratkan
mampu membayar biaya penyelenggaraan haji (BPIH) melalui penetapan setoran awal. Besaran
BPIH ditetapkan dalam Peraturan Presiden setelah disetujui oleh DPR melalui usulan Menteri
Agama, sedangkan besaran setoran awal ditetapkan oleh Menteri Agama.
Pada tahun 2010 Setoran Awal telah mengalami beberapa penyesuaian, yakni meningkat dari
Rp. 20 juta menjadi Rp. 25 juta per jemaah. Kenaikan ini dimaksudkan untuk memastikan
jemaah haji yang berangkat adalah mereka yang memiliki kemampuan ekonomi. Disamping itu,
kenaikan setoran awal akan mengurangi beban pelunasan, dan Kementerian Agama dapat
mengoptimalkan dana setoran awal yang ditempatkan pada instrumen perbankan dan sukuk
untuk penyelenggaraan ibadah haji. Jika tidak dilakukan kenaikan setoran awal, beban
pelunasan pada waktu kebarangkatan akan sangat tinggi, karena kenaikan biaya haji yang
secara konstan mengalami kenaikan.
Kenaikan biaya haji terjadi karena tiga faktor utama, pertama kenaikan harga minyak dan sewa
pesawat yang terus menanjak karena ketidak seimbangan permintaan dan penawaran, kedua,
ketidakpastian depresiasi nilai tukar dolar dan riyal terhadap rupiah, dan ketiga, kenaikan biaya
perumahan dan pelayanan di Arab Saudi lainnya serta ketidakpastian kebijakan operasional haji
di Arab Saudi.
Apabila kenaikan biaya haji tersebut tidak diimbangi dengan penyesuaian setoran awal, maka
biaya pelunasan akan semakin meningkat, dan hal tersebut dapat memberatkan jemaah yang
bersangkutan. Dengan adanya penyesuain atau kenaikan setoran awal dan kemungkinan
menambah cicilan setoran, maka pada waktu berangkat, beban jemaah dalam pelunasan akan
ringan. Kenaikan setoran awal tersebut juga berarti nilai optimalisasinya akan meningkat dan
kenaikan tersebut dapat meringankan (atau mensubsidi) lebih tinggi atas biaya penyelenggaraan
ibadah haji
Sebagai contoh, dengan kenaikan setoran awal dari Rp. 25 juta menjadi Rp. 30 juta, maka
dengan waktu tunggu 14 tahun, nilai akumulasi akan menjadi Rp. 59 juta. Apabila ditambah
dengan cicilan Rp. 10 juta pada tahun ke 7, dengan nilai akumulasi dana menjadi Rp. 74 juta,
maka pelunasan haji akan lunas, meskipun pelunasan akhir masih tergantung pada realisasi
nilai tukar.
Pertimbangan lain dalam penetapan besarnya setoran awal adalah pertama, jumlah yang relatif
tidak memberatkan, kedua, perlunya langkah-langkah efisiensi biaya haji, ketiga, transparansi
nilai manfaat setoran awal dan keempat, pertimbangan waktu yang tepat karena bersamaan
dengan tahun politik legislatif dan presiden.

44

Keputusan untuk menaikkan setoran awal dilakukan dengan pertimbangan seluruh faktor plus
dan minus atas kebijakan tersebut. Faktor plus adalah kenaikan nilai optimalisasi, pengurangan
beban pelunasan, kesesuaian dengan kemampuan ekonomi dan mejadi alternatif sumber
investasi syariah. Faktor minusnya adalah kebijakan ini belum mampu mengatasi masalah waktu
tunggu, risiko politik karena bersamaan dengan tahun politik dan dana haji belum transparan.
Dari kedua pertimbangan tersebut, hasil analisis menunjukkan bahwa manfaat (sisi plus) lebih
tinggi dibandingkan dengan sisi kerugian/risiko (sisi minus) kebijakan tersebut. Oleh sebab itu,
Kementerian Agama berkeyakinan bahwa kebijakan kenaikan setoran tersebut layak untuk
diterapkan. Besaran yang dianggap memadai adalah Rp. 30 juta dengan opsi adanya tambahan
cicilan pada tahun ke tujuh sebesar Rp. 10 juta. Mengenai waktu penetapan akan dilakukan
sesudah dilakukan pembenahan dan perbaikan pada sistem pendaftaran berupa
penyederhanaan, penyelesaian integrasi sistem dan perbaikan kebijakan mengenai kuota haji
dan daftar tunggu, termasuk kebijakan prioritas terhadap jemaah lanjut usia.
B. Pengelolaan Dana Setoran Awal
Pada prinsipnya pengelolaan dana setoran awal sama dengan pengelolaan dana masyarakat di
lembaga keuangan. Pengelolaan dana setoran awal meliputi pertama, pencatatan dana setoran
awal yang akurat dan transparan, kedua, optimalisasi melalui penempatan dana setoran awal,
dan ketiga, efisiensi dana keluar untuk penggunaan penyelenggaraan ibadah haji. Kemudian,
pencatatan terhadap semua aktivitas keuangan tersebut dilaporkan dalam laporan keuangan haji
yang setiap tahunnya diaudit oleh BPK.
Dalam mengelola dana setoran awal yang lebih baik, langkah-langkah kebijakan Kementerian
Agama adalah sbb; pertama, melakukan seleksi terhadap calon bank penerima setorarn (BPS)
dengan prioritas BPS syariah atau unit usaha syariah secara profesional, optimal dan obyektif.
Jumlah BPS dikurangi untuk mempermudah konsolidasi atau rekonsiliasi rekening di BPS
dengan rekening di Kemenag.
Disamping itu, BPS dipilih berdasarkan kemampuan dan komitmen untuk mendukung program-
program penyediaan fasilitas jemaah haji, pemberdayaan dalam bidang pendidikan islam dan
pengembangan usaha umat.
Kedua, memastikan prinsip syariah dilaksanakan oleh BPS, misalnya penggunaan akad
wakalah, akad penempatan mudarabah dan pembuatan virtual account untuk memastikan
jaminan LPS atas seluruh dana haji di Perbankan. Kewajiban menyediakan virtual account
juga berkaitan dengan pemantauan nilai manfaat yang bisa didapatkan calon jemaah haji.
Ketiga, Kemenag memberikan prioritas penempatan dana haji di SBSN sukuk negara yang
aman dan jangka panjang. Penempatan tersebut diharapkan dana haji menjadi pemain utama
dalam pasar sukuk di Indonesia dengan partisipasi lelang sukuk negara di pasar perdana. Dana
haji dapat memberikan tambahan likuiditas di pasar skunder bagi investor sukuk di Indonesia.
Optimalisasi dari SBSN dana haji juga dapat mendukung program-program Kementerian Agama.
Tahun 2014 optimalisasi SBSN dana haji dimanfaatkan untuk revitalisasi 4 asrama haji, yakni di
Pondok Gede, Medan, Padang dan Balik Papan. Tahun 2015 dan 2016 akan diusulkan
revitalisasi 11 asrama haji. Total dana haji yang ditempat di sukuk sudah mencapai Rp41,8 triliun
dengan nominal outstanding per Desember 2013 mencapai Rp34,5 triliun atau 20 persen dari
total outstanding sukuk negara.
45

Keempat, pengintegrasian sistem keuangan dana haji dengan data jemaah dan dokumen haji
secara sistem. Pengintegrasian sistem ini didisain dalam SISKOHAT generasi dua yang lebih
efisien, friendly user dan transparan. Dengan sistem ini akan memastikan data
jemaah/pendaftaran atau pembatalan jemaah dengan data dokumen (paspor) dengan keuangan
akan terkonsolidasi secara sistem otomatis.
Kelima, upaya-upaya efisiensi BPIH akan terus dilakukan, khususnya biaya penerbangan, biaya
sewa pemondokan dan biaya pelayanan Arab Saudi lainnya. Efisiensi biaya penerbangan dan
pemondokan Mekkah akan menjadi prioritas Kementerian Agama dengan melakukan regulasi
yang lebih ketat, disiplin dan terstandar. Tata kelola dan sistem negoasiasi akan diperbaiki
dengan memanfataakan kerjasama antar negara dan informasi dari pihak pemerintah Arab
Saudi.
Tahun 2013, jumlah pendaftar diperkirakan mencapai 500 ribu, atau rata-rata 40 ribu orang per
bulan. Total outstanding jumlah dana haji yang kini sudah berjumlah Rp60 triliun.Dana tersebut
terdiri dari dana dari setoran awal sebesar Rp57 triliun dan Dana Abadi Umat sebesar Rp2,4
triliun. Sebanyak Rp31,5 triliun diantaranya ditempatkan di sukuk atau Surat Berharga Syariah
Negara (SBSN). Sedangkan dana sebesar Rp26 Triliun ditempatkan di 27 bank dengan
komposisi 50% di bank konvensional dan 50% di bank syariah.
Pengelolaan dana haji yang tercermin dalam laporan keuangan haji tahun buku 2012 secara
keseluruhan telah memperoleh opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) oleh BPK. Kelemahan
masih terjadi dalam sistem rekonsiliasi keuangan dan pencatatan aset barang milik haji.
Kementerian Agama mentargetkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) oleh BPK atas
laporan keuangan haji pada tahun 2014.

Anda mungkin juga menyukai