Anda di halaman 1dari 99

RENCANA STRATEGIS

DIREKTORAT JENDERAL PENYELENGGARAAN


HAJI DAN UMRAH

TAHUN 2015-2019

KEMENTERIAN AGAMA R.I.


DIREKTORAT JENDERAL PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH
TAHUN 2015
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL
PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMARAH TAHUN 2015-2019

Diterbitkan oleh:
Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah
Kementerian Agama
Jl. Lapangan Banteng Barat No.3-4 Jakarta
Telepon: 3811642-3811654-3800200, Fax.3800174
http://haji.kemenag.go.id

Perpustakaan Nasional:
RENCANA STRATEGIS DIREKTORAT JENDERAL
PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMARAH TAHUN 2015-2019
Cetakan pertama
ix+84 halaman,160mm x 230mm
ISBN: 978-602-9127-24-9

ii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr. Wb.

P emerintah secara terus menerus melakukan upaya pembenahan diri dalam hal
penyelenggaraan ibadah haji dan umrah. Pembenahan tersebut dilakukan pada berbagai
aspek, melalui pembinaan, pelayanan dan perlindungan dengan dukungan sistem manajemen yang
handal terus dilakukan. Pembenahan sistem manajemen penyelengaraan ibadah haji dan umrah
tersebut sermata- mata diarahkan pada upaya memenuhi asas keadilan, profesional dan
akuntabilitas.
Untuk memberikan arah yang jelas terhadap pembinaan, pelayanan dan perlindungan serta
pengembangan sistem manajemen penyelenggaraan ibadah haji dan umrah dalam 5 tahun ke
depan, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah menyusun dan menetapkan dokumen
Rencana Strategis 2015-2019. Dokumen ini berisikan informasi mengenai hal-hal yang telah dicapai
selama 5 tahun kebelakang (2010-2014) beserta kendala dan permasalahan yang terjadi, serta
berisi informasi mengenai kegiatan apa saja yang akan dilakukan selama lima tahun ke depan
(2015-2019) untuk mengatasi masalah yang terjadi serta meningkatkan kualitas pelayanan
penyelenggaraan ibadah haji dan umrah. Dokumen ini akan menjadi acuan bagi perencanaan

iii
kegiatan yang dilakukan oleh direktorat-direktorat di lingkungan Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umrah.
Disadari bahwa perubahan akan terus terjadi selama kurun waktu periode 2015-2019 nanti.
Oleh sebab itu, meskipun telah ditetapkan menjadi dokumen acuan bagi perencanaan kegiatan
selama lima tahun ke depan, dokumen Rencana Strategis dalam perjalannyannya akan terus
disempurnakan agar dapat menampung dinamika perubahan kebijakan dan tuntutan masyarakat
dalam kerangka pemberian pelayanan penyelenggaraan ibadah haji dan umrah.
Akhir kata dokumen Rencana Strategis Tahun 2015-2019 ini agar dapat dilaksanakan sebaik-
baiknya oleh sekuruh jajaran aparatur di lingkungan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah sebagai salah satu bentuk akuntabilitas pemberian pelayanan kepada masyarakat.

Jakarta, Desember 2015


Direktur Jenderal Penyelenggaraan
Haji dan Umrah

ABDUL DJAMIL

iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................................. iii


DAFTAR ISI .............................................................................................................................................. v
KEPUTUSAN DITJEN PHU ................................................................................................................................. vi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 1
A. Kondisi Umum .................................................................................................................................... 1
1. Pencapaian yang telah dilaksanakan pada periode renstra sebelumnya................................................ 1
a. Pembinaan Haji dan Umrah ............................................................................................................. 1
b. Pelayanan Haji di Dalam Negeri ....................................................................................................... 5
c. Pelayanan Haji di Luar Negeri .......................................................................................................... 12
d. Pengelolaan Dana Haji .................................................................................................................... 21
2. Aspirasi masyarakat terkait kebutuhan, layanan dan regulasi penyelenggaraan haji dan umrah ............. 27
B. Potensi dan Permasalahan ................................................................................................................ 29
1. Analisis Permasalahan Penyelenggaraan Haji dan Umrah ..................................................................... 29
2. Potensi, Kelemahan, peluang, tantangan jangka menengah Penyelenggaraan Haji dan Umrah ............. 30
BAB II VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN STRATEGIS DITJEN PHU ................................................. 39
A. Visi ....................................................................................................................................................... 39
B. Misi ...................................................................................................................................................... 41
C. Tujuan .................................................................................................................................................. 42
D. Sasaran Strategis ................................................................................................................................. 43
BAB III ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, DAN KELEMBAGAAN..................... 45
A. Arah Kebijakan dan Strategi Nasional ................................................................................................... 45
B. Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Agama serta Ditjen PHU...................................................... 47
C. Kerangka Regulasi................................................................................................................................ 50
D. Kerangka Kelembagaan........................................................................................................................ 51
BAB IV TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN................................................................... 54
A. Target Kinerja ....................................................................................................................................... 54
B. Kerangka Pendanaan ........................................................................................................................... 59
BAB V PENUTUP...................................................................................................................................... 65
LAMPIRAN

v
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL
PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH
NOMOR D/ 568 /2015
TENTANG RENCANA STRATEGIS
DIREKTORAT JENDERAL PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH
TAHUN 2015 - 2019
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR JENDERAL PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH,

Menimbang : bahwa dalam rangka menindak lanjuti pelaksanaan


Rencana Strategis Kementerian Agama Tahun 2015-
2019 dan untuk memberikan pedoman serta menjadi
tolok ukur pelaksanaan tugas lima tahun ke depan,
perlu ditetapkan Rencana Strategis Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umrah Tahun 2015-2019;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang


Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
1. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 60,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4845) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
vi
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2009 tentang
Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 13 Tahun
2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji menjadi
Undang- Undang;
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4421);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 2012
tentang Pelaksanaan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 13 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 186,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5345);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004
tentang Rencana Kerja Pemerintah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 74,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4405);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006
tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4663);
vii
7. Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010
tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian – Lembaga (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 152, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5178);
8. Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004 tentang
Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor 42
Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara;
9. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2015 – 2019 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 3);
10. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
11. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2015 tentang
Kementerian Agama Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 168);
12. Peraturan Menteri Negara/Kepala Bappenas Nomor
5 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan
Renstra Kementerian/ Lembaga Tahun 2015-2019;
13. Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Agama sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Peraturan Menteri Agama Nomor 16 Tahun 2015
tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan
Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015
Nomor 348);
viii
14. Keputusan Menteri Agama Nomor 39 Tahun 2015
tentang Rencana Strategis Kementerian Agama
Tahun 2015-2019;

MEMUTUSKAN:
MENETAPKAN: KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENYELENG-
GARAAN HAJI DAN UMRAH TENTANG RENCANA
STRATEGIS TAHUN 2015-2019.
KESATU : Menetapkan Rencana Strategis Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umrah Tahun 2015-2019,
sebagaimana tersebut pada lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini.
KEDUA : Rencana Strategis sebagaimana dimaksud pada
DIKTUM KESATU merupakan pedoman bagi para
pejabat dan pelaksana pada Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umrah di pusat, daerah,
maupun di Arab Saudi dalam penyusunan rencana
kinerja tahunan, pengendalian, dan evaluasi
pelaksanaan tugas.
KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal Desember 2015
DIREKTUR JENDERAL
PENYELENGGARAAN
HAJI DAN UMRAH,

ABDUL DJAMIL

ix
BAB I
PENDAHULUAN

A. KONDISI UMUM
Pembangunan bidang agama merupakan bagian integral pembangunan nasional, dimana visi
pembangunan nasional 2015-2019 yang hendak diwujudkan adalah “Indonesia yang sejahtera,
demokratis, dan berkeadilan.” Visi tersebut dijabarkan ke dalam tiga misi pembangunan
nasional. Pertama, melanjutkan pembangunan menuju Indonesia yang sejahtera. Kedua,
memperkuat pilar-pilar demokrasi. Ketiga, mewujudkan dimensi keadilan di semua bidang.
Selanjutnya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional ke dua (2015 - 2019)
memiliki lima agenda pokok. Pertama, pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan
rakyat. Kedua, perbaikan tata kelola pemerintahan. Ketiga, peningkatan pilar demokrasi. Keempat,
penegakan hukum dan pemberantasan korupsi. Kelima, pembangunan yang inklusif dan
berkeadilan.
Oleh karena itu dalam mewujudkan Indonesia yang sejahtera, demokratis, dan berkeadilan,
akan diwujudkan antara lain melalui misi yaitu melanjutkan pembangunan menuju Indonesia yang
sejahtera. Hal ini selaras dan seiring dengan kewajiban negara dan pemerintah memberikan
jaminan dan perlindungan atas hak setiap warganya untuk memeluk agama dan beribadat menurut
agamanya, serta memberikan fasilitas dan pelayanan pemenuhan hak dasar warga negara.
Dengan demikian aspek perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak beragama
sebagai bagian dari hak asasi warga negara menjadi landasan pokok dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 bidang agama.

1. Pencapaian yang telah dilaksanakan pada periode renstra sebelumnya


Renstra 2015-2019 disusun dengan mempertimbangkan berbagai capaian program Renstra
sebelumnya (Renstra 2010-2014) terkait dengan pembinaan, pelayanan dalam dan luar negeri serta
pengelolaan dana haji. Sejumlah perkembangan penting yang dicapai, antara lain sebagai berikut.
a. Pembinaan Ibadah Haji dan Umrah
1) Bimbingan Manasik di Tanah Air
Pemerintah cq. Ditjen PHU wajib memberikan bimbingan kepada jemaah haji sejak sebelum
keberangkatan, selama dalam perjalanan, dan selama di Arab Saudi. Bimbingan sebelum

1 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


keberangkatan dilakukan bagi jemaah yang berhak melunasi BPIH dalam tahun berjalan.
Bimbingan manasik dilakukan pemerintah dan masyarakat baik secara perseorangan maupun
kelompok/KBIH. Tujuannya untuk membekali pengetahuan kepada jemaah haji tentang
pelaksanaan dan tata cara ibadah haji sehingga diperoleh haji mabrur.
Kegiatan bimbingan kepada jemaah haji reguler sebanyak 10 kali pertemuan. Sebanyak 7 kali
dilaksanakan di KUA Kecamatan secara kelompok, sedangkan 3 kali dilaksanakan di tingkat
kabupaten/kota. Kurikulum bimbingan manasik. Materi bimbingan meliputi kebijakan
penyelengaaan ibadah haji, manasik ibadah dan perjalanan, akhlakul karimah, adat istiadat/budaya
Arab Saudi, dan praktik ibadah. Alokasi waktu bimbingan manasik 1 (satu) kali pertemuan adalah 4
jam pelajaran (1 JP : 60 menit) per hari.
Kegiatan manasik haji dalam bentuk, belanja opersional di masing-masing KUA Kecamatan
dan operasional di masing-masing Kankemenag, diatur dengan Surat Edaran Dirjen PHU. Di
samping itu, setiap kali pertemuan manasik haji di KUA yang jumlah jemaahnya lebih dari 45
jemaah diberikan tambahan pada setiap kali pertemuan untuk biaya konsumsi dan penyelenggaran.
Sedangkan sarana prasarana pendukung meliputi: buku manasik, alat peraga/Ka’bah Mini, dan
pembuatan DVD manasik haji.
Selain kegiatan manasik tatap muka, juga melalui media massa antara lain: melalui website
yang dapat diunduh di www.haji.kemenag.go.id. melalui TV di pesawat TV. Sebagai bentuk inisiatif
baru telah diluncurkan aplikasi manasik haji dalam kemasan aplikasi dalam gadget yang diambil
dari buku paket bimbingan manasik dan perjalanan haji kementerian agama. Aplikasi ini dalam
rangka mensosialisakan materi bimbingan manasik melalui teknologi informasi, seiring dengan
meningkatnya pengguna gadget dan wahana elektronik lainnya. Hal demikian diharapkan dapat
memberi kemudahan bagi jemaah haji dalam memahami manasik serta doa-doa saat menjalankan
ibadah di Tanah Suci. Program manasik melalui system oprasi android dilakukan atas kerjasama
dengan lembaga kajian al-hadits masjid Istiqlal Jakarta.
Beberapa kendala kegiatan bimbingan manasik haji di antaranya minat jemaah untuk hadir
mengikuti manasik haji rendah terus dicarikan solusi. Waktu pelaksanaan manasik bersamaan
pelunasan, pembuatan paspor, dan pelaksanaannya mendekati bulan Ramadhan yang mungkin
menjadi penyebab yang terus dikaji.
Pengiriman buku manasik diupayakan tidak terjadi keterlambatan dari jadwal yang ditentukan,
walaupun terkait dengan terbitnya Peraturan Presiden Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji
(Perpres BPIH) yang sering terlambat yang berakibat pada keterlambatan penandatanganan
kontrak pencetakan dan pendistribusian buku manasik.

2 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


Langkah-langkah peningkatan kualitas bimbingan manasik haji dilakukan dengan cara:
1. Menyusun pedoman pelaksanan manasik haji oleh Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan
dan tingkat Kabupaten/Kota.
2. Mengupayakan penerbitan buku manasik lebih awal dengan memberikan kewenangan
pencetakan dan pendistribusian di daerah.
3. Melakukan monitoring secara berjenjang terhadap kegiatan manasik, dan menyiapkan
instrumen penilaian kegiatan manasik bagi jemaah haji.

Calon jemaah haji sedang melakukan manasik di Asrama Haji

3 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


2) Bimbingan Ibadah di Arab Saudi
Kegiatan bimbingan ibadah di Arab Saudi, meliputi :
1. Visitasi jemaah haji di masing-masing pemondokan/sektor di Makkah. Kegiatan ini
dilaksanakan pada pra Armina di 52 lokasi (10 Sektor). Sedangkan pada pasca Armina
dilakukan sebanyak 8 lokasi (8 Sektor). Visitasi pada pasca Armina di fokuskan pada
pemantapan pelaksanaan ibadah dan upaya menumbuhkan kesadaran untuk menjaga
kemabruran setelah menunaikan ibadah haji selesai. Kegiatan visitasi merupakan upaya
memantapkan pemahaman manasik jemaah haji yang telah diperoleh selama di Tanah Air,
baik yang dilakukan di KUA Kecamatan dan kabupaten/kota domisili jemaah haji, yang
diarahkan untuk mewujudkan jemaah haji mandiri.
2. Konsultan dan bimbingan ibadah kepada jemaah udzur/sakit di BPHI dengan Petugas Ibadah
Jemaah Udzur (PIJU), yang dibagi dalam 2 (dua) shift masing-masing untuk 8 jam/hari.
Kegiatan konsultasi bimbingan manasik di kantor Daerah Kerja (Daker) Makkah dan Madinah,
dengan materi tanya jawab dan konsultasi yang dapat dilakukan melalui telepon kepada
Konsultan Pembimbing.
3. Jemaah haji dengan Risiko Tinggi (Risti) diprioritaskan dalam bimbingan. Profil jemaah haji
Risti yang didominasi oleh jemaah usia lanjut, di atas 60 tahun. Mengingat kebijakan
pemerintah yang membatasi pengulangan berhaji dan dari tahun ke tahun didominasi oleh
wanita memerlukan penangan tersendiri. Utamanya saat melakukan umrah wajib. Tim
Pembimbingan ibadah khusus di Masjidil Haram perlu dibentuk. yang terdiri atas gabungan
petugas dari Daker dan Sektor yang bertugas memantau ibadah jemaah di sekitar math’af,
mas’a untuk memastikan bahwa jemaah telah melaksanakan ibadah umrah sesuai ketentuan
dalam manasik.
4. Dewasa ini akibat perluasan Masjidil Haram tidak sedikit jemaah tersasar, atau tidak
mengetahui tempat mas’a. Jumlah petugas yang tersedia, dibagi dalam 3 shift untuk kurun
waktu 21 hari saat padat-padatnya jemaah, yaitu menjelang wukuf atau ba’da Arafah (tawaf
ifadhah).
5. Petugas haji yang menyertai jemaah/ Tim Pembimbing Ibadah HajiIndonesia (TPIHI) perlu
selalu di pantau. Karena jumlahnya yang jauh dari rasio yang ideal untuk memberikan
pelayanan bimbingan dan pendampingan ketika umrah, di Armina, thawaf ifadah dan sa’i serta
melontar jumrah agar bisa bekerja lebih efektif.
6. Pelaksanaan sistem tarwiyah oleh jemaah haji cenderung semakin meningkat dari tahun ke
tahun perlu mendapat perhatian khusus.. Perlu ditetapkan mekanisme izin mengikuti system
tarwiyah dengan menyediakan formulir untuk diisi dan diketahui oleh Ketua Kloter.

4 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


Jemaah haji baru tiba di Arab Saudi

3) Safari Wukuf dan Badal Haji


Jemaah haji yang di safari wukufkan jumlahnya relatif konstan dari tahun ke tahun. Mereka
diangkut menggunakan bus untuk pasien dalam posisi duduk. Sementara itu bus yang dimodifikasi
diperuntukkan bagi pasien dalam posisi berbaring. Mengingat keterbatasan fasilitas kendaraan,
tidak semua jemaah yang ingin/mendaftar safari wukuf dapat dipenuhi keinginannya, akan tetapi
terlebih dahulu dilakukan seleksi yang cukup ketat.
Badal haji dilakukan untuk jemaah sakit parah dan tidak dapat disafari wukufkan termasuk
mereka yang mengidap ganguan jiwa. Kepada petugas badal haji dilakukan tes wawancara.

5 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


Jemaah haji sedangan melakukan wukuf di Arafah

4) Bimbingan Ibadah di Armina


Beberapa kegiatan yang perlu dilakukan sebelum Arafah Mudzdalifah Mina (Armina) meliput,
menyiapkan jadwal dan penetapkan penceramah dan petugas saat wukuf di tenda Misi Haji
Indonsia, menggandakan dan mendistribusikan materi Khutbah Wukuf, dan menyiapkan sarana
lainnya.
Sejak kedatangan jemaah dan petugas, dilaksanakan prosesi shalat Magrib dan Isya jama’
qashar berjemaah, shalat Subuh, Duhur-Ashar, dan Maghrib-Isya’ di jama’ takdim. Setelah shalat
dilaksanakan Kuliah Tujuh Menit (Kultum) yang disampaikan secara bergilir oleh anggota amirul
hajj. Khutbah wukuf di kemah haji Indonesia disampaikan oleh salah seorang anggota Amirul Haj.,
Khutbah wukuf dan shalat Duhur dan Ashar di Kemah Jemaah haji dikoordinasikan oleh perangkat
Kloter dengan melibatkan para pembimbing kelompok bimbingan atau para kyai/ustadz yang ada di
Kloternya.
Seluruh petugas dan Jemaah haji, selepas waktu Maghrib bergerak ke Mudzalifah dan setelah
tengah malam ke Mina untuk Mabit dan melontar jumrah. Jemaah haji diberi kebebasan untuk
memilih nafar awal atau nafar tsani.

6 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


5) Rekrutmen Petugas Haji
Kegiatan rekrutmen petugas haji dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:
1. Tes petugas haji yang menyertai jemaah dan petugas Panitia Penyelenggara Ibadah Haji
(PPIH) Arab Saudi yang berasal dari daerah, dilaksanakan secara serentak di Kankemenag
Kabupaten/Kota selama 3 (tiga) hari.
2. Tes petugas haji PPIH Arab Saudi di pusat dilaksanakan di Jakarta. Peserta dimungkinkan
berasal dari Unit eselon I Kemenag, TNI, POLRI dan Instansi terkait

6) Pelatihan Petugas Haji


1. Pelatihan petugas haji PPIH Arab Saudi dilaksanakan selama 10 (sepuluh) hari di Jakarta.
2. Materi pelatihan di antaranya :
• Pengenalan Program
• Kebijakan Penyelenggaraan Ibadah Haji
• Manasik Haji
• Kebijakan Teknis Pembinaan Haji
• Kebijakan Pemerintah Arab Saudi
• Kebijakan Teknis Kesehatan Haji
• Kebijakan Teknis Pelayanan Haji Luar Negeri
• Struktur dan Mekanisme Kerja PPIH Arab Saudi
• Pemantapan dan pembentukan Komitmen Pelayanan Petugas PPIH Arab Saudi
• Manajemen Operasional Penyelenggaraan Ibadah Haji
• Kebijakan Teknis Pelayanan Haji Dalam Negeri
• Pelayanan Akomodasi, Konsumsi dan Transportasi
• Satuan Operasional Armina
• Pengawasan dan pengendalian PPIH Arab Saudi
• Keterkaitan tugas antara petugas yang menyertai jemaah dan PPIH Arab Saudi
• Diskusi-diskusi dan simulasi
b. Pelayanan Haji di Dalam Negeri
1) Pendaftaran Haji
Pendaftaran calon jemaah haji dibuka sepanjang tahun dengan menerapkan prinsip first come
first served. Pendaftaran haji reguler dilakukan di Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota
seluruh Indonesia. Untuk mendapat porsi, jemaah haji reguler harus membayar setoran awal Biaya
Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) sebesar Rp 25.000.000,00. Setoran awal harus dilakukan
melalui Bank Penerima Setoran (BPS) BPIH yang menjadi mitra Kementrian Agama. Semua BPS-

7 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


BPIH telah terhubung secara online dengan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Ditjen
PHU dan seluruh Kankemenag di seluruh Indonesia sebanyak 461 Kabupaten/Kota dari 469
Kankemenag yang ada di Indonesia.
Pendaftaran haji dilakukan pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota sesuai domisili
Jemaah haji, dengan prinsip first come first served berdasarkan urut kacang sesuai perolehan
nomor porsi berdasarkan alokasi kuota secara nasional maupun provinsi. Pengembangan
pendaftaran haji sistem online dilakukan secara bertahap yang diawali dengan memanfaatkan main
system milik Garuda Indonesia sebagai host Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu
(SISKOHAT) yang tersambung dengan Bank Penerima Setoran (BPS) BPIH, yang dimulai sejak
tahun 1996.
SISKOHAT dibangun untuk memberikan kemudahan dan kecepatan layanan, pengendalian
pendaftaran dan penyetoran lunas BPIH, pengendalian kuota haji nasional secara tersistem, dan
upaya memberikan kepastian pergi haji pada tahun berjalan, serta adil secara berurutan untuk
memperoleh nomor porsi haji. Pendaftaran haji melalui SISKOHAT dilakukan sepanjang tahun yang
dapat dimonitor dan dikendalikan setiap saat secara real time.
Tempat pendaftaran haji khusus di 14 Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi, yaitu : (1)
Provinsi Banten, (2) Provinsi DKI Jakarta, (3) Provinsi Jawa Barat, (4) Jawa Timur, (5) Kalimantan
Timur, (6) Sulawesi Selatan, (7) Sumatera Selatan, (8) Riau, (9) Jawa Tengah, (10) Kalimantan
Selatan, (11) Sumatera Utara, (12) Jambi, (13) Sulawesi Tenggara, (14) Gorontalo.

2) Revitalisasi Asrama Haji


Penyediaan gedung dan bangunan asrama haji dengan berbagai layanan yang memadai
merupakan bentuk tanggungjawab serta kepedulian pemerintah dalam rangka revitalisasi asrama
haji. Asrama Haji saat ini hanya berfungsi (utamanya) untuk memfasilitasi proses keberangkatan/
pemulangan jemaah haji yang hanya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun, dirasa kurang maksimal
pemanfaatannya.
Pengelolaan Asrama Haji saat ini dilakukan oleh Badan Pengurus Asrama Haji (BPAH). Untuk
memenuhi kebutuhan operasionalnya melakukan pelayanan kepada umum, namun pada
kenyataannya mengalami banyak hambatan, baik dari segi SDM maupun wujud fisiknya. Pada
akhirnya, “use factor” di Asrama Haji masih rendah ditambah beban rutin yang berat, padahal
potensi asrama haji sangat tinggi. Dengan karakteristik umum Asrama Haji yang memiliki fasilitas
kamar tidur dengan jumlah banyak, juga fasilitas ruang-ruang pertemuan dalam berbagai ukuran
seharusnya dapat lebih ditingkatkan manfaatnya.

8 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


Revitalisasi Asrama Haji, bertujuan mendayagunakan semua aset yang ada agar “use factor”
meningkat, dan menjadikan asrama haji yang memilki multi fungsi, nyaman, sehat, aman dan indah
dengan cara menyewakan fasilitas asrama haji diluar operasional haji, membuat TPA/TKA maupun
fasilitas pendidikan dasar lainnya, bekerjasama dengan pihak bank atau pihak lainnya untuk
memaksimalkan lahan yang ada, dan lainnya. Dengan adanya revitalisasi asrama haji diharapkan
dapat meningkatkan kualitas pelayanan jemaah haji pada saat operasional dan meningkatkan nilai
manfaat di luar operasional haji.

Asrama Haji Jakarta Pondok Gede

9 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


Kamar Jemaah Asrama Haji Jakarta Pondok Gede

Toilet Asrama Haji Jakarta Pondok Gede

10 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


Loby Asrama Haji Jakarta Pondok Gede

Gedung Aula Asrama Haji Jakarta Pondok Gede

11 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


Aula Asrama Haji Jakarta Pondok Gede

Asrama Haji Medan Sumatera Utara

12 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


Loby Asrama Haji Medan Sumatera Utara

Ruang kamar Asrama Haji Medan Sumatera Utara

13 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


Toilet kamar Asrama Haji Medan Sumatera Utara

Asrama Haji Balikpapan Kalimantan Timur

14 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


Asrama Haji Balikpapan Kalimantan Timur (Tampak Belakang)

Kamar Asrama Haji Balikpapan Kalimantan Timur

15 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


Gedung Aula Asrama Haji Balikpapan Kalimantan Timur

Asrama Haji Makassar Sulawesi Selatan

16 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


Loby Asrama Haji Makassar Sulawesi Selatan

Gedung Aula Asrama Haji Makassar Sulawesi Selatan

17 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


Loby Aula Asrama Haji Makassar Sulawesi Selatan

Asrama Haji Padang Sumatera Barat

18 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


Gedung Aula Asrama Haji Padang Sumatera Barat

Ruang Kamar Asrama Haji Padang Sumatera Barat

19 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


Asrama Haji Lombok Nusa Tenggara Barat

Loby dan Drop Off Asrama Haji Lombok Nusa Tenggara Barat

20 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


Koridor Asrama Haji Lombok Nusa Tenggara Barat

Tangga dan Lift Asrama Haji Lombok Nusa Tenggara Barat

21 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


3) Penyiapan Transportasi Udara
Penetapan Pelaksana Transportasi Udara Jemaah Haji Indonesia dilakukan oleh paling tidak
dua maskapai penerbangan yaitu: (1) PT. Garuda Indonesia dengan cakupan embarkasi Banda
Aceh (BTJ), Medan (MES), Padang (PDG), Palembang (PLM), Solo (SOC), Balikpapan (BPN),
Banjarmasin (BDJ), Makassar (UPG) dan Jakarta (CGK) khusus Provinsi DKI Jakarta dan
Lampung; serta (2) Saudi Arabia Airlines dengan cakupan embarkasi Batam (BTH), Jakarta (JKS)
khusus provinsi Jawa Barat dan Banten, Surabaya (SUB), dan Mataram (LOP).
Operasional pemberangkatan jemaah haji berlangsung selama 28 hari, diberangkatkan dari 13
Asrama Haji Embarkasi, yaitu: 1) Aceh, 2) Medan, 3) Batam, 4) Padang, 5) Palembang, 6) Jakarta-
Pondok Gede, 7) Jakarta-Bekasi, 8) Solo, 9) Surabaya, 10) Banjarmasin, 11) Balikpapan, 12)
Makasar, dan 13) Lombok.

Penyiapan Transportasi Udara

22 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


4) Perlindungan Jemaah Haji
Keamanan dan perlindungan jemaah diarahkan agar jemaah haji memperoleh jaminan
keselamatan dan keamanan, baik di Tanah Air maupun Arab Saudi. Untuk memberikan
perlindungan, setiap jemaah haji diberikan asuransi yang dibiayai dengan dana optimalisasi BPIH.
Santunan bagi setiap jemaah yang meninggal dunia (natural death) diupayakan minimal sama
dengan sebesarn BPIH yang disetor oleh msing-masing jemaaah haji. Sedangkan jemaah haji yang
meninggal karena kecelakaan (by accident) diberikan santunan minimal 2 kali lipat besaran yang
meninggal karena kecelakaan. Besaran asuransi untuk petugas haji diupayakan sama dengan
besaran asuransi untuk jemaaah haji.
Selain asuransi jiwa sebagaimana tersebut di atas, jemaah haji juga dilindungi oleh extra cover
penerbangan yang menjadi tanggug jawab pihak penerbangan sesuai peraturan penerbangan
internasional, apabila jemaah haji meninggal pada saat masih dalam batas tanggung jawab
penerbangan yang meliputi :

Mudzakarah Perhajian Nasional dalam Rangka Perlindungan Jemaah

23 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


1. Fase keberangkatan
Selama dalam bus angkutan dari embarkasi haji menuju Bandara, saat di Bandara Tanah Air
maupun pesawat, sampai dengan gate imigrasi Bandara KSA.
2. Fase kedatangan
Setelah jemaah melewati gate imigrasi Bandara KSA, selama di pesawat, saat tiba di bandara
Tanah Air sampai dengan di dalam bus yang membawa jemaah haji dari bandara menuju asrama
debarkasi.
Terkait dengan layanan transportasi udara dan perlindungan jemaah haji dilakukan hal-hal
sebagai berikut :
1. Pengadaan jasa transportasi udara haji dilakukan secara lelang terbuka dengan
memperhatikan:
a. Undang-Undang Penerbangan Internasional, Peraturan IATA, Undang Undang
Penerbangan nasional, Peraturan Arab Saudi/GACA, hubungan antar kedua negara.
b. Seluruh negara mengunakan Saudi Arabian Airlines dan apabila Saudia Airlines (SV) tidak
dilibatkan, Kemenag akan dikenakan royalty charge sebesar USD. 100,- per jemaah.
c. Kebijakan dan ketentuan mengenai Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.
2. Melakukan MoU tentang penerbangan haji antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah
Arab Saudi, khususnya terkait dengan Slot time.
3. Melakukan MoU tentang penerbangan haji antara Pemerintah Indonesia dengan Pemerintah
Arab Saudi terkait dengan kepastian pembagian alokasi jumlah jemaah masing-masing
maskapai.
4. Sosialisasi mengenai asuransi jiwa jemaah haji, dilakukan oleh pihak Asuransi, dan Kemenag
Pusat dan Daerah.
5. Tanazul jemaah sakit diperbolehan menggunakan pesawat dari penerbangan yang sama dan
lintas embarkasi.
6. Membuat program perjalanan ibadah haji per-Kloter
7. Dalam kontrak dicantumkan bahwa pihak penerbangan harus menanggung biaya transportasi
sampai embarkasi jemaah yang bersangkutan.
5) Pengurusan Dokumen dan Pemvisaan
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 34 Tahun 2009 dan sesuai
dengan kebijakan Pemerintah Arab Saudi, sejak tahun 1430H/2009M jemaah haji Indonesia
menggunakan paspor Internasional (ordinary passport). Pemerintah dalam hal ini Kementerian

24 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


Agama berkewajiban untuk menyediakan dokumen perjalanan haji bagi jemaah haji yang meliputi
penerbitan paspor dan proses pemvisaan ke Kedutaan Besar Arab Saudi.
Dengan diberlakukannya kebijakan e-hajj oleh Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia, untuk
mempercepat penyelesaian dokumen haji (visa) menggunakan alat e-reader.
Dalam rangka persiapan haji dibentuk Tim penyelesaian paspor dan Tim Pemvisaan. Tim
Penyelesaian paspor terdiri dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Non PNS. Tim ditetapkan
berdasar Surat Keputusan Direktur Pelayanan Haji Dalam Negeri selaku Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK). Tugas Tim Penyelesain Dokumen sebagai berikut :
1. Menerima dan mencatat paspor beserta kelengkapannya baik paspor jemaah haji
biasa, jemaah haji khusus dan petugas haji;
2. Menginput jumlah paspor yang diterima ke dalam Aplikasi Penyelesaian Paspor;
3. Meneliti dan memverifikasi keabsahan data jemaah haji;
4. Melakukan pemaduan pasfoto jemaah haji melalui Aplikasi Penyelesaian Paspor Haji;
5. Mengentri data dan upload pasfoto jemaah haji ke dalam website Kementerian Luar
Negeri Kerajaan Saudi Arabia;
6. Mencetak stiker request dan menempelkannya pada kulit halaman cover depan
Paspor;
7. Mencetak daftar nominatif pusat dan menempelkan stiker nomor nominatif pusat pada
cover belakang paspor;
8. Mengirimkan paspor yang telah diproses requestnya ke Kedutaan Besar Arab Saudi
untuk mendapatkan visa;
9. Mengkonfirmasi paspor yang telah di visa dengan barcode ke dalam Aplikasi
Penyelesaian Paspor;
10. Menyerahkan paspor yang telah di visa kepada petugas Kementerian Agama Provinsi
dan Pusat;
11. Memproses pengadministrasian dan keuangan anggota Tim Penyelesaian Paspor
Jemaah Haji;
12. Membuat laporan harian dan laporan akhir Tim Penyelesaian Paspor Jemaah Haji
Tim pemvisaan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Direktur Pelayanan Haji dalam
Negeri selaku Pejabat Pembuat Komitmen. Uraian tugas Tim pemvisaan sebagai berikut:
1. Melaksanakan cross-check data jemaah haji pada paspor dengan data website
Kementerian Luar Negeri Arab Saudi dengan menggunakan barcode;

25 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


2. Mencetak data dan foto jemaah haji ke dalam stiker visa;
3. Menempelkan stiker visa pada lembaran paspor jemaah haji;
4. Memilah dan menghitung paspor yang telah selesai divisa dan mengelompokkan per
provinsi;
5. Melaporkan pelaksanaan tugas Tim secara rutin kepada pimpinan;
6. Membuat laporan akhir tugas
Setelah paspor diterima dari daerah, dilakukan penelitian dan diverifikasi keabsahanya
disesuaikan dengan data jemaah. Setelah melewati tahapan penilitian, paspor diolah dan
dimasukkan ke dalam database Subdit Dokumen. Penginputan data paspor ke dalam database dan
request visa menggunakan Machine Readable Travel Document (MRTD), sesuai dengan instruksi
Pemerintah Kerajaan Arab Saudi, terkait dengan pemberlakuan e-hajj.
Setelah dikirim ke Kedutaan Besar Arab Saudi (KBSA) paspor diproses untuk mendapatkan
visa. Paspor yang diterima oleh KBSA akan di scan terlebih dahulu untuk memperoleh barcode.
Setelah keluar barcode visa di print out. Hasil print out ini ditempelkan ke dalam paspor.
6) Pelayanan Asrama dan Embarkasi Haji
Di Asrama Haji Embarkasi, jemaah haji selain memperoleh pelayanan akomodasi juga
dilakukan proses Custom Immigration and Quarantine (CIQ), check in penerbangan, pemberian
gelang identitas dan living allowance, pemeriksaan akhir kesehatan, bimbingan manasik, serta
pemantapan Ketua Regu (Karu) dan Ketua Rombongan (Karom).
Dalam rangka persiapan pelayanan terhadap jemaah haji di Asrama Haji, sebelum
pelaksanaan operasional haji, dilakukan pemeriksaan sanitasi di Asrama Haji hingga 3 tahap,
meliputi:
1. Kondisi fisik bangunan asrama haji;
2. Kebersihan lingkungan, jalan, dan kebersihan di dalam gedung-gedung asrama haji;
3. Kondisi barang-barang meubeleur, elektronik, linen dan barang-barang kelengkapan lainnya;
4. Kondisi instalasi listrik dan pencahayaan ruangan atau lingkungan;
5. Penyediaan air bersih;
6. Tempat pengolahan makanan;
7. Pembuangan limbah/sanitasi;
8. Pengendalian vektor;
9. Sistem kewaspadaan dini dan respon Kejadian Luar Bisa (KLB) di Asrama Haji
Selama di asrama jemaah haji memperoleh konsumsi. Penyedia konsumsi adalah perusahaan
jasa boga/katering yang memenuhi persyaratan dan dilakukan dengan tender/lelang. Proses

26 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


pengadaannnya dilaksanakan oleh masing-masing Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi
setempat /embarkasi haji.
Perusahaan katering pemenang tender melaksanakan kegiatan pengolahan makanan di dapur
asrama haji yang disupervisi oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) setempat termasuk bahan
makanan dan minuman untuk jemaah haji. Proses pembagian konsumsi dilakukan dengan
menggunakan Kartu Makan kepada jamaah haji. Kartu Makan dimaksudkan antara lain sebagai
alat kontrol. Konsumsi jemaah haji disediakan di gedung tempat jemaah haji menginap, sebanyak 3
kali termasuk kudapan, sebelum jemaah haji berangkat ke Bandara. Pada pemulangan jemaah haji
yang tiba di tanah air diberikan snack sebanyak satu kali.
Selama di Asrama kepada jemaah haji disediakan air minum selama 24 jam, dengan jumlah
minimal 2 liter per hari setiap orang. Untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan,
setiap hari disiapkan 2 sampel makanan dengan peruntukkan 1 sampel bagi uji organoleptik (bau
dan rasa) yang dilakukan oleh Petugas Kesehatan dan 1 sampel disimpan di kulkas selama 1 x 24
jam.
Selama di embarkasi, jemaah haji mendapat layanan terkait kesehatan sebagai berikut :
1. Pemeriksaan kelengkapan dokumen kesehatan, termasuk penerbitan ICV meningitis;
2. Pemeriksaan kesehatan;
3. Pelayanan Poliklinik;
4. Pelayanan rujukan ke Rumah Sakit Haji atau Rumah Sakit lain;
5. Bimbingan dan penyuluhan kesehatan
Asrama haji embarkasi berfungsi sebagai karantina bagi jemaah haji sebelum diberangkatkan
ke Tanah Suci. Selama masa karantina terdapat beberapa aktifitas dan layanan bagi jemaah haji
sebagai berikut :
1. Masuk ke asrama sesuai dengan Surat Perintah Masuk Asrama (SPMA);
2. Pemeriksaan kesehatan akhir;
3. Memperoleh kartu makan dan kamar pemondokan;
4. Mendapat gelang identitas;
5. Menerima Paspor dan Boarding Pass;
6. Menerima uang biaya hidup selama di Arab Saudi /Cost Allowance;
7. Jemaah masuk pemondokan untuk istirahat selama 1 x 24 jam;
8. Memperoleh makan 3 kali selama di pemondokan;
9. Jemaah haji yang sakit dirawat di Poliklinik Asrama Haji atau dirujuk ke Rumah Sakit;
10. Memperoleh bimbingan dan penyuluhan manasik haji dan kesehatan;
11. Mendapat fasilitas keberangkatan ke Bandara

27 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


c. Pelayanan Haji di Luar Negeri
1) Pelaksanaan Operasional Pelayanan Haji di Arab Saudi
1. Pelaksanaan operasional penyelenggaraan ibadah haji di Arab Saudi berpusat di Kantor
Teknis Haji Konsulat Jenderal RI Jeddah, membawahi tiga daerah kerja.
2. Daerah Kerja Bandara di Jeddah dan Madinah membawahi 2 Sektor, berpusat di East
Terminal Haji Bandara KAAIA Jeddah.
3. Daerah Kerja Makkah, berpusat di Wisma Haji Makkah, membawahi 10 Sektor : 9 Sektor
di wilayah pemukiman jemaah haji, 1 Sektor Khusus Masjidil Haram.
4. Daerah Kerja Madinah, berpusat di Wisma Haji Madinah, membawahi 8 Sektor : 4 Sektor
di wilayah pemukiman jemaah haji, 1 sektor di Bandara AMAIA, 1 Sektor di Terminal
Hijrah, 1 Sektor di Miqat Bir Ali, dan Sektor Khusus pengamanan Masjid Nabawi.
Pada saat pelaksanaan ibadah haji di Arafah-Muzdalifah-Mina (Armina) dibentuk Satuan
Operasional Armina dari seluruh anggota PPIH, yang dibagi menjadi 3 satuan tugas, yaitu: Satgas
Arafah yang terdiri dari petugas Daker Jeddah, Satgas Muzdalifah yang terdiri dari petugas Daker
Makkah, dan Satgas Mina yang terdiri dari petugas Daker Madinah.
Kedatangan PPIH Arab Saudi (petugas haji non-kloter) di Arab Saudi, termasuk petugas non-
kloter kesehatan dilaksanakan secara bertahap.

Skedul Keberangkatan Petugas PPIH Arab Saudi


No. Petugas Tahap
1. Tim Advance Tahap 1
2. Petugas Daker Jeddah + Madinah Tahap 2
3. Petugas Jeddah (KUH) Tahap 3
4. Petugas Madinah Tahap 4
5. Petugas Daker Makkah Tahap 5
6. Amirul Hajj dan Sekretariat Tahap 6
7. Naib, Sekretaris, Anggota dan Sekretariat Amirul Hajj Tahap 7

28 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


Perbandingan dan Komposisi Petugas Haji Indonesia Pelayanan Umum
Dibandingkan dengan Pelayanan Kesehatan
No JENIS PENUGASAN YU YK
1. Amirul Hajj, Naib, Sekretaris, Anggota dan Sekretariat 100%
2. PPIH Arab Saudi (Non Kloter): 61% 39%
a. Kantor Teknis Haji 74% 26%
b. Daker Jeddah 66% 34%
c. Daker Makkah 76% 24%
d. Daker Madinah 40% 60%
3. Petugas Kloter 40% 60%
4. Tenaga Musiman: 83% 17%
a. Asal
1) Unsur Pimpinan 100%
2) Mahasiswa 100%
3) Arab Saudi 78% 22%
b. Penempatan
1) Kantor Teknis Haji 88% 12%
2) Daker Jeddah 86% 14%
3) Daker Makkah 83% 17%
4) Daker Madinah 63% 37%
5) Pelayanan Transportasi 100%
6) Tenaga Evakuasi Tanpa Alat

Kegiatan pelayan haji dalam negeri terkait dengan kuota haji yang tersedia sesuai
dengan kuota yang disediakan oleh Pemerintah Arab Saudi.
Berdasarkan keputusan rapat Menteri Luar Negeri Negara-negara Organisasi Konferensi
Islam (OKI) tahun 1978 disepakati pembatasan jumlah jemaah haji setiap negara sebesar
1:1000 dari total jumlah penduduk (yang bergama Islam) sehingga kuota jemaah haji Indonesia
yang disepakati dalam Memorandum Of Understanding (MoU) sebanyak 211.000 orang
berdasarkan jumlah penduduk Republik Indonesia yang tercatat di PBB. Namun sejak tanggal
6 Juni 2013 Pemerintah Indonesia mendapat surat pemberitahuan dari Pemerintah Arab Saudi
tentang kebijakan pengurangan kuota haji sebesar 20%. Seluruh negara tanpa terkecuali

29 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


mendapat pengurangan yang sama karena adanya proyek perluasan tempat tawaf yang
memakan waktu penyelesaian selama 3 (tiga) tahun.
Jumlah jemaah haji Indonesia setelah pengurangan kuota 20% dari 211.000 atau 168.800
orang yang dialokasikan untuk jemaah haji reguler dan jemaah haji khusus. Jemaah haji
reguler diselenggarakan oleh Ditjen PHU dan jemaah haji khusus diselenggarakan oleh
Penyelenggara Ibadah Haji Khusus (PIHK).
Penyelenggaraan operasional ibadah haji di Arab Saudi merupakan rangkaian kegiatan
lanjutan dari operasional yang dilakukan di Tanah Air sekaligus menjadi puncak
penyelenggaraan Ibadah Haji. Perjalanan Haji Tahun sesuai dengan rencana perjalanan yang
disusun berdasarkan kalender Ummul Qura Arab Saudi.
Pemerintah Arab Saudi pada penyelenggaraan ibadah haji tahun 3 tahun terkhir ini, masih
melakukan perluasan dan perbaikan infrastruktur di beberapa wilayah perhajian diantaranya,
wilayah Masjidil Haram dan penataan infrastruktur di Makkah, pengembangan wilayah Masjid
Nabawi Madinah, penataan bandara King Abdul Aziz International Airport (KAAIA) Jeddah,
Bandara Amir Muhammad Bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah.
Operasional pelayanan haji di Arab Saudi meliputi kegiatan kedatangan dan pemulangan
jemaah haji, pemondokan, konsumsi, transportasi, kesehatan, bimbingan Ibadah dan
pelaksanaan ibadah di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armina).

Gambaran Penyakit Risti Jemaah Haji Indonesia- Data Tahun 2014

30 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


Peta Layanan Kesehatan Jemaah Haji di Arafah

2) Pelayanan Kedatangan dan Kepulangan di Luar Negeri


Pelaksanaan kedatangan dan kepulangan jemaaah haji disusun berdasarkan Rencana
Perjalanan Haji (RPH) yang disusun berdasarkan kalender Ummul Quro’ Pemerintah Arab
Saudi. Kedatangan jemaah haji di Arab Saudi diberikan tenggat waktu tertentu, karena adanya
penjadwalan yang ketat di Bandara Arab Saudi. Seluruh jemaah dan petugas haji harus sudah
tiba di Arab Saudi 7 hari sebelum masa Wukuf di Arafah.
Pelayanan kedatangan dan kepulangan jemaah haji di Arab Saudi dilaksanakan di dua
Bandara : 1) Bandara King Abdul Aziz International Airport (KAAIA) Jeddah dan 2) Bandara
Amir Muhammad Bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah. Proses kedatangan jemaah haji
berlangsung selama 28 hari dan pelayanan kepulangan selama 28 hari.
3) Pelayanan Pemondokan Jemaah Haji
Penyediaan akomodasi jemaah haji Indonesia di Arab Saudi ditetapkan dengan Peraturan
Menteri Agama (PMA). Pemerintah menyiapkan pelayanan akomodasi di tiga kota perhajian
yaitu Mekkah, Madinah, dan Jeddah. Akomodasi yang disediakan bagi jemaah haji harus
memenuhi persyaratan : legalitas, kualitas dan kenyamanan, kesehatan, kemudahan akses,
kelengkapan sarana dan prasarana, dan keamanan.
Penyiapan pemondokan dilakukan oleh dua Tim, yakni Tim Penyiapan perumahan jemaah
haji Indonesia di Arab Saudi dan Tim Negosiasi harga sewa perumahan jemaah haji Indonesia.
Tim penyiapan perumahan terdiri dari unsur Ditjen PHU, Kementerian Perumahan Rakyat,
Kementerian Kesehatan dan Kementerian Perhubungan, sedang Tim Negosiasi terdiri dari
unsur Ditjen PHU dan Kementerian lain. Sewa pemondokan di Mekkah dilakukan dengan

31 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


kontrak langsung kepada pemilik rumah/penyewa atau melalui Maktab Aqari, sedangkan di
Madinah melalui Majmuah (service group).
Sewa pemondokan di Madinah dilakukan dengan sistem penyewaan akomodasi langsung
kepada pemilik hotel yang memberikan kepastian penempatan kepada jemaah haji di wilayah
markaziyah dengan menggunakan sistem sewa musim atau sewa semi musim dan melakukan
penyewaan lebih awal agar kapasitas yang ada di markaziyah tidak disewa lebih dulu oleh oleh
misi haji negara lain.
Penyediaan akomodasi di Makkah meliputi kebutukan akomodasi untuk jemaah haji,
petugas Kloter, kantor dan klinik Sektor di samping itu disediakan cadangan untuk
mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
Penyediaan akomodasi di Jeddah meliputi kebutuhan untuk akomodasi jemaah haji dan
petugas haji Kloter yang kepulangannya dari Madinah menuju tanah air, melalui Bandara King
Abdul Aziz Jeddah International Airport (KAAIA) Jeddah.
Selama berada di Makkah, Pemerintah Indonesia telah menyiapkan layanan akomodasi
bagi jemaah haji sebanyak yang diperlukan, type Hotel dan type apartemen yang dilengkapi
mizanine dan lobby yang memadai. Wilayah dan jarak dikonsentrasikan pada wilayah tertentu
dengan jarak terjauh maksimal 4.000 meter dari Masjidil Haram, meliputi wilayah:
• Mahbas Jin
• Aziziyah Janubiyah
• Aziziyah Syimaliyah
• Syisyah
• Raudah
• Ma’abdah
• Rei Zakhir
• Jumaizah
• Jarwal
• Syari mansyur
• Misfalah
• Bakhutmah
• Nakkasah.

32 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


Jarwal
Raudhah
Syisyah
Masjidil
Haram Mahbas Jin

Aziziah
Misfalah

Peta Pemondokan Jemaah Haji di Makkah

33 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


Pemondokan jemah haji di Makkah dibagi menjadi 9 Sektor dan 1 Sektor Khusus. Pada
setiap Sektor terdapat layanan umum, bimbingan ibadah haji dan kesehatan. Sektor Khusus
ditempatkan di sekitar Masjidil Haram Makkah, untuk melayani jemaaah haji secara langsung
ketika jemaah haji melaksanakan ibadah.
Pada kurun 3 tahun terakhir ini jumlah gedung-gedung pada jarak 2000 meter dari
Masjidil Haram sangat terbatas, akibat adanya pembongkaran gedung-gedung di sekitar
Masjidil Haram yang selama ini ditempati jemaah haji Indonesia. Jumlah gedung pada jarak
2.000 meter dari Masjidil Haram semakin terbatas dengan harga sewa jauh melebihi plafond
biaya jemaah haji Indonesia.
Persaingan tidak dapat dihindari, negara-negara lain melakukan penyediaan akomodasi
jemaah haji dengan harga tawaran lebih tinggi, sehingga beberapa akomodasi yang biasa
disewa oleh Indonesia telah tersewa negara lain.
Seringkali terjadi perubahan peraturan oleh Pemerintah Arab Saudi yang berakibat pada
perbedaan ukuran space kamar perjamaah antara taklimatul hajj dengan data tasrih, tasrif dari
e-hajj yang mulai diberlakukan sejak tahun 2014, dengan hasil tamtir Tim Akomodasi
Pelayanan akomodasi jemaah haji di Madinah dikonsentrasikan pada wilayah markaziah
dengan jarak terjauh 650 meter dari batas akhir perluasan Masjid Nabawi. Ada tiga cara
Penyediaan akomodasi di Madinah: 1) sistem sewa layanan kepada majmuah 2) sistem sewa
semi musim dan 3) sistem sewa satu musim.
Layanan kepada jemaah haji dibentuk pelayanan Sektor sebanyak 4 (empat) Sektor
layanan, yaitu : Sektor khusus, Sektor Terminal Hijrah, Sektor Bir Ali dan Sektor Bandara Amir
Madinah.

Markaziah
Syimaliah
Markaziah MASJID
NABAWI
Gharbiah
Makam
Al-Baqi
Markaziah
Janubiah

Peta Pemondokan Jemaah Haji di Madinah

34 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


Dalam 2 tahun terakhir ini di Madinah pada wilayah Markaziyah terdapat banyak hotel
yang dirobohkan terkait dengan peerluasan Masjid Nabawi. Sewa dengan sistem layanan
memberikan celah kepada majmuah untuk mengigkari perjanjian (wan prestasi). Sewa sistem
layanan, dan dengan berlakunya sistem e-hajj Misi Haji kesulitan mengendalikan penempatan
jemaah haji. Sewa pemondokan di Madinah harus menggunakan sistem sewa musim atau
sewa semi musim, agar ada kepastian penempatan jemaah haji.
4) Pelayanan Akomodasi / Hotel Transito Jeddah
Kepulangan jemaah haji gelombang II, dari Madinah menuju Tanah Air, yang melalui Bandara
King Abdul Aiz International Airport (KAAIA) Jeddah ditempatkan (menginap) di hotel transit selama
kurang lebih 24 jam.
Pelayanan transit di Jeddah dilaksanakan dengan sistem sewa layanan kepada hotel yang
memenuhi syarat dengan paket layanan meliputi : akomodasi, konsumsi (3 kali makan), city tour
dan transportasi ke Airport.
5) Pelayanan Katering
Pelayanan konsumsi yang diberikan kepada jemaah dan petugas haji Indonesia di Arab Saudi
meliputi pelayanan konsumsi di Jeddah, Madinah, Makkah, Arafah, Muzdalifah dan Mina. Kualitas
makanan yang diberikan sudah memenuhi standar gizi, menu, kesehatan, kebersihan dan
keamanan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Agama nomor 6 Tahun 2014 tentang Penyediaan konsumsi
Jemaah di Arab Saudi dilaksanakan dengan prinsip efektif, efisien, transparan dan akuntabel yang
dilakukan secara selektif kepada perusahaan katering yang akan menjadi penyedia konsumsi bagi
jemaah haji Indonesia dengan memperhitungkan jumlah Jemaah dan petugas haji Indonesia.
Seleksi perusahaan katering penyedia konsumsi dilakukan oleh Tim yang dibentuk
berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah. Tim
Penyediaan Konsumsi Jemaah Haji Indonesia di Arab Saudi terdiri dari personil Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Kementerian Kesehatan.
a) Pelayanan Katering di Jeddah
Pada saat kedatangan dan pemulangan di Bandara Jeddah, jemaah haji memperoleh
makanan masing-masing 1 boks konsumsi. Pelayanan katering di Bandara KAAIA Jeddah
dilakukan sesuai jadwal yang ditetapkan.
Pendistribusian konsumsi kepada jemaah haji dilakukan di Bandara KAAIA Jeddah pada fase
pertama (kedatangan) diberikan pada saat jemaah haji berada di dalam Bus sebelum
keberangkatan menuju Madinah (gelombang I) dan ke Mekkah (Gelombang II). Sedangkan pada
fase kedua (pemulangan), pendistribusian konsumsi dilakukan di area peristirahatan bandara

35 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


KAAIA Jeddah, sebelum jemaah haji diberangkatkan menuju Tanah Air. dengan menu sebagai
berikut.
No Menu Makanan Berat
1. Nasi Putih 200 gram
2. Lauk Hewani 100 gram
3. Lauk Lainnya 60 gram
4. Sayuran 80 gram
5. Sambel Sachet 1 sachet
6. Buah 1 Jenis
7. Air mineral 330 ml 2 botol
Ketentuan pemberian kosumsi yang diberlakukan di Bandara KAAIA Jeddah sangat ketat, dan
biaya sewa dapur di Bandara pun sangat tinggi melampaui plafond anggaran rata-rata yang
tersedia, sehingga perlu perhatian dan diantisipasi dengan baik. Sementara itu tempat penginapan
petugas katering di Bandara tidak tersedia, sehingga memerlukan transportasi yang cepat dari
tempat pemondokan Petugas Katering ke Bandara.
b) Pelayanan Katering Madinah
Pelayanan konsumsi di Madinah dilaksanakan oleh minimal 10 Perusahaan Katering, bagi
perusahaan yang melakukan pelanggaran, diberikan sanksi pemutusan kontrak, sebagaimana
dicantumkan dalam Surat Perjanjian Kontrak dan tidak diperbolehkan lagi mengikuti seleksi untuk
melayani konsumsi jemaah haji pada masa gelombang II pada tahun berjalan.
Selama berada di Madinah, pada saat kedatangan, jemaah diberikan makanan “Selamat
Datang” dan pada saat meninggalkan kota Madinah diberikan makanan “Selamat Jalan”.
Konsumsi di Madinah didistribusikan setiap hari sebanyak 2 kali, yakni pada waktu makan siang
dan malam. Konsumsi dibagikan kepada jemaah haji di pemondokan, dengan jumlah keseluruhan
sebanyak 19 kali makan. Penyediaan konsumsi termasuk paket kelengkapan minuman dan snack berat.
Untuk mengantisipasi terjadi keterlambatan distribusi konsumsi yang disebabkan antara lain
oleh kesulitan mendapatkan bahan baku dari Indonesia, seperti sayur mayur, lauk pauk, bumbu,
dan beras serta kurangnya jumlah petugas pengawas katering, rasio petugas dibanding jumlah
rumah yang selama ini sebesar 1:79 rumah perlu ditingkatkan.
c) Pelayanan Katering di Makkah
Mulai Tahun 2015 selama di Makkah Jemaah haji mendapatkan pelayanan katering (makan
siang) sebanyak 15 kali. Katering disajikan dalam bentuk boks dengan menu dan citarasa
Indonesia. Pelayanan catering dilakukan pada 7 hari ( H-7) sebelum wukuf di Arafah dan 8 hari
(H+8) setelah wukuf di Arafah.
Penyedia katering dilakukan oleh perusahaan katering yang di tunjuk di Makkah dengan

36 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


prosedur penunjukan sesuai dengan standar yang ditetapkan dalam pengadaan barang/jasa
Pemerintah.
d) Pelayanan Katering di Arafah, Muzdalifah, dan Mina
Selama di Armina Jemaah haji mendapatkan pelayanan konsumsi sebanyak 15 kali makan
sebagai berikut :
a. Di Arafah sebanyak 4 kali makan dimulai pada tanggal 8 Dzulhijjah malam.
b. Di Muzdalifah sebanyak 1 kali (snack berat) dibagikan di Arafah pada saat menjelang
keberangkatan menuju Muzdalifah.
c. Di Mina sebanyak 11 kali makan.
Katering di Armina disajikan dalam Boks. Selain itu jemaah haji mendapatkan satu paket
kelengkapan minuman dan jus buah setiap makan siang.
e) Pelayanan Katering Hotel Transito
Jemaah haji dari yang kembali ke Tanah Air melalui Bandara KAAIA Jeddah singgah di hotel
transito selama 24 Jam dan diberikan layanan konsumsi sebanyak 3 (tiga) kali makan dalam
kemasan Boks. Pelayanan konsumsi ini merupakan bagian kontrak sewa hotel dan termasuk dalam
bagian pelayanan dari pihak hotel.

37 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


6) Pelayanan Transportasi Darat di Arab Saudi
Sesuai dengan peraturan Pemerintah Arab Saudi bahwa jemaah haji yang menempati
pemondokan pada wilayah dengan jarak 2000 meter atau lebih, negara pengirim wajib
menyediakan transportasi shalawat dari pemondokan ke Masjidil Haram pulang pergi.
Pemerintah Indonesia menjaga kualitas layanan transportasi antar Kota Perhajian dengan rute
Madinah-Makkah, Madinah-Jeddah, Makkah-Jeddah dan Makkah-Madinah yang telah diizinkan
oleh Pemerintah Arab Saudi melalui kontrak dengan perusahaan penyedia transportasi darat yang
berada di bawah naungan Naqobah Ammah Lissayyarat, sesuai dengan rute yang diizinkan oleh
Pemerintah Arab Saudi
Penyediaan transportasi shawalat dan peningkatan pelayanan Transprotasi antar Kota
Perhajian bagi jemaah haji dilakukan oleh Tim yang dibentuk berdasarkan Keputusan Direktur
Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah. Tim terdiri dari unsur Kementeriaan Agama dan
Kementerian Perhubungan. Dalam penyediaan transportasi, Tim melakukan tahapan penyediaan
dengan memperhatikan aspek keamanan, keselamatan, dan kenyamanan jemaah berserta barang
bawaannya.
Pelaksanaan penyediaan transportasi berpedoman pada Keputusan Direktur Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umrah, sebagai turunan dari Peraturan Menteri Agama. Pelayanan
tranportasi shalawat dilaksanakan selama 24 jam, dari dan ke Terminal Bus Al Ghaza, Bab Ali,
Kudai dan Bab Malik.
Kendala yang mungkin terjadi di lapangan, terkait dengan keadaan dan permasalahan di Arab
Saudi, yang dapat menghambat peningkatan kualitas transport darat, seperti bus yang diberikan
oleh naqabah tidak berdasarkan jumlah rombongan, tetapi berdasarkan jumlah jemaah pada Kloter
dibagi kapasitas maksimal bus, sehingga terjadi penggabungan rombongan dan jemaah tidak
nyaman, masih terdapat pengemudi yang belum berpengalaman dan tidak disiplin dan kurangnya
jumlah petugas akibat dari banyaknya jumlah rute dan halte serta tersebarnya wilayah
pemondokan, diantisipasi secara cermat oleh Tim Transportasi yang dibentuk.

38 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


Pelayanan Transportasi Shalawat Jemaah Haji di Makkah

Rute Pelayanan Transportasi Shalawat Jemaah Haji di Makkah

d. Pengelolaan Dana Haji


Pengelolaan keuangan haji merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan dari
penyelenggaraan ibadah haji sehingga wajib menyesuaikan dengan asas yang
melatarbelakanginya yaitu haji sebagai rukun Islam ke lima. Oleh karenanya pengelolaan keuangan
haji juga secara otomatis menganut sistem ekonomi umat Islam atau dengan menggunakan prinsip-
prinsip pengelolaan keuangan Islam. Prinsip atau asas dalam keuangan Islam yang diterapkan
dalam pengelolaan keuangan haji yang paling utama adalah bahwa semua transaksi tidak
didasarkan pada praktik riba. Upaya untuk mendukung terlaksananya prinsip dimaksud adalah

39 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


dengan pola pengelolaan keuangan haji dengan prinsip bagi hasil melalui industri keuangan
syariah.
Pengelolaan keuangan haji yang sesuai dengan prinsip syariah tersebut sejalan dengan
semangat UU nomor 13 tahun 2008 tentang penyelengggaraan ibadah haji, khususnya pasal 22
ayat (1), dimana BPIH disetorkan ke rekening Menteri melalui bank syariah dan/atau bank umum
nasional yang ditunjuk oleh Menteri. Pengertian bank umum nasional sesuai penjelasan atas pasal
22 ayat (1) dimaksud yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari batang tubuh UU nomor
13 tahun 2008 adalah bank umum yang memiliki layanan yang bersifat nasional dan memiliki
layanan syariah.
1) Bank Penerima Setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji
Pada pertengahan tahun 2013 telah dilaksanakan proses seleksi untuk Bank Penerima
Setoran (BPS) BPIH. Salah satu kriteria untuk menjadi BPS BPIH tersebut adalah bahwa BPS
tersebut harus Bank Syariah atau Bank Umum Nasional yang mempunyai layanan syariah. Proses
seleksi tersebut menghasilkan 17 BPS BPIH yang memenuhi kriteria antara lain berbentuk
Perseroan Terbatas, mempunyai program penjaminan dari LPS, mempunyai permodalan yang
cukup serta tingkat kesehatan yang baik. Berikut daftar ke 17 BPS BPIH dimaksud:
1. Bank Muamalat Indonesia
2. Bank Syariah Mandiri
3. BNI Syariah
4. Bank Mega Syariah
5. BRI Syariah
6. BTN Syariah
7. Panin Bank Syariah
8. CIMB NIAGA Syariah
9. Permata Bank Syariah
10. Bank DKI Syariah
11. Bank Nagari Syariah
12. Bank Sumut Syariah
13. Bank Riau Syariah
14. Bank Jateng Syariah
15. Bank Aceh Syariah
16. Bank Sumsel Babel Syariah
17. Bank Jatim Syariah

40 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


Dalam rangka perluasan jangkauan pelayanan ibadah haji bagi daerah yang belum ada
perbankan syariah maka diberi kesempatan kepada bank BRI, BNI dan Mandiri sebagai BPS BPIH
Transito. BPS BPIH Transito diwajibkan untuk mentransfer dana yang telah diterimanya kepada
bank syariah dengan ketentuan BRI ke BRI Syariah, BNI ke BNI Syariah, dan Mandiri ke BSM.
Proses pelimpahan dana dilaksanakan setiap hari Jumat dan jika hari Jumat merupakan hari libur
maka transfer dilaksanakan pada hari kerja berikutnya.
Terhadap BPS BPIH yang tidak lolos seleksi tahun 2013 data dan dana calon jemaah hajinya
dipindahkan ke bank syariah. Adapun bank syariah yang menerima pelimpahan dana adalah,
sebagai berikut:
1. Bank BRI Syariah memperoleh pelimpahan dana dari Bank BRI;
2. Bank Syariah Mandiri memperoleh pelimpahan dana dari Bank Mandiri, Bank Kalsel, Bank
Kaltim dan Bank NTB;
3. Bank BNI Syariah memperoleh pelimpahan dana dari Bank BNI, Bank DIY, Bank Jabar dan
BJB Syariah;
4. Bank Muamalat memperoleh pelimpahan dan dari Bank Sulselbar dan Bank Sultra;
5. Bank Mega Syariah memperoleh pelimpahan dana dari Bank Bukopin.
Proses pemindahan data dan dana dimaksud telah dilaksanakan pada tahun 2014.
Selanjutnya untuk proses pelunasan BPIH tahun 1436H/2015M dan seterusnya, akan dilakukan
semuanya pada 17 BPS BPIH tersebut.
2) Pengelolaan Keuangan Haji
Dorongan publik untuk terus meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan haji, mendorong Kementerian Agama (Kemenag) untuk memisahkan pengelolaan
keuangan haji dari tugas dan fungsi Kemenag. Dengan terus meningkatnya daftar tunggu Jemaah
berdampak pada makin meningkatnya akumulasi dana haji. Sampai dengan akhir tahun 2014,
diperkirakan dana haji akan terkumpul sekitar 73 trilyun rupiah.
Pengelolaan dana yang besar tersebut membutuhkan dasar hukum yang kuat serta
dilaksanakan oleh sumber daya yang profesional. Alhamdulillah, sejak tanggal 17 Oktober 2014,
Pemerintah telah mempunyai undang-undang yang mengatur pengelolaan keuangan haji, yaitu UU
nomor 34 tahun 2014. Dengan terbitnya UU tersebut maka nantinya pengelolaan keuangan haji
yang dilakukan oleh Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH), yang merupakan badan hukum
publik yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden melalui Menteri Agama. Dengan telah
dikelolanya keuangan haji oleh BPKH, maka diharapkan adanya peningkatan nilai manfaat
keuangan haji guna mendukung penyelenggaraan ibadah haji yang lebih berkualitas melalui

41 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


pengelolaan keuangan haji yang efektif, efisien, transparan, akuntabel, dan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan

Akumulasi Dana Haji (Setoran Awal+Nilai Manfaat)


Per Des 2014 & Estimasi s.d. Tahun 2020 (Rp Trilyun)

3) Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH)


BPIH terdiri dari dua komponen biaya yaitu direct cost dan indirect costs. Direct cost
merupakan komponen biaya yang harus dibayar oleh calon jemaah haji sedangkan indirect cost
merupakan komponen biaya yang sumber pembiyaannya bersumber dari nilai optimalisasi (nilai
manfaat) dari setoran awal calon jemaah haji.

42 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


Rancangan komponen BPIH ditetapkan pada Rapat Kerja Menteri Agama dengan Komisi VIII
DPR RI. Rancangan BPIH yang telah disetujui DPR kemudian diusulkan kepada Presiden untuk
ditetapkan menjadi besaran BPIH melalui Peraturan Presiden. BPIH ditetapkan berdasarkan US
Dollar dan atau sesuai dengan kebijakan Pemerintah Indonesia yang berasnya berbeda antara
masing-masing embarkasi.

Rapat Dengar Pendapat dengan DPR-RI untuk menetapkan Besaran BPIH

Embarkasi haji yang ada sampai dengan tahun 2015 sebagai berikut :
No. Embarkasi Mencakup Provinsi/Kab/Kota
1. Aceh Aceh
2. Medan Sumatera Utara
3. Batam Riau, Kepulauan Riau, Kalimantan Barat,

43 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


Jambi (Kab. Tanjung Jabung Barat, Kota
Jambi, Muaro Jambi, Batang Hari, dan
Tanjung Jabung Timur)
4. Padang Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi (Kab.
Merangin, Kerinci, Sorolangun, Bungo, danTebo)
5. Palembang Sumatera Selatan dan Bangka Belitung
6. Jakarta DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, dan
Lampung
7. Solo Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta,
8. Surabaya Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara Timur
9. Banjarmasin Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah
10. Balikpapan Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, dan
Sulawesi Utara
11. Makassar Sulawesi Selatan, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat,
Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat
12. Lombok Nusa Tenggara Barat

Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) bagi jemaah haji khusus ditetapkan minimal
sebesar USD 8.000 yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Agama.
Setiap jemaah haji melakukan pembayaran BPIH reguler dan BPIH Khusus dengan mata uang
dollar AS atau mata uang rupiah sesuai kurs jual transaksi Bank Indonesia yang berlaku pada hari
dan tanggal pembayaran/pelunasan BPIH
4) Rasionalisasi BPIH
Untuk menentukan besaran BPIH harus disetujuai oleh DPR RI, dengn pembahasan bersama
komisi VIII DPR Rl. Pembahasan besaran BPIH lebih awal akan memberikan waktu yang cukup
bagi calon jemaah haji untuk melakukan pelunasan BPIH, dan persiapan operasional dapat
dilakukan secara lebih dini.
Keseluruhan komponen biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH) sampai dengan tahun 2006
dibebankan langsung kepada jemaah haji (Direct Cost). Namun sejalan dengan peningkatan
kualitas pengelolaan keuangan yang semakin baik, dana haji yang semula ditempatkan dalam giro,
maka untuk mengoptimalkan nilai manfaatnya ditempatkan di rekening deposito dan Surat
Berharga Syariah Negara/Sukuk.

44 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


Dengan meningkatnya hasil optimalisasi setoran awal BPIH, diharapkan komponen BPIH yang
dibebankan langsung kepada Jemaah haji (Direct Cost) menjadi semakin menurun karena adanya
pembiayaan yang bebankan dari nilai manfaat setoran awal BPIH (Indirect Cost).
Sejak musim haji tahun 1435H/2014M jemaah haji tidak lagi membayar biaya pemondokan di
Madinah. Pembiayaan sepenuhnya dari dana optimalisasi pengelolaan setoran awal BPIH atas
persetujusn DPR RI. mengingat hasil optimalisasi yang berasal dari dana setoran awal semakin
besar sebagai komponen Indirect Cost BPIH.
5) Peningkatan Kualitas Laporan Keuangan Haji
Dalam rangka reformasi keuangan haji, dari tahun 2011 telah diterbitkan beberapa peraturan
yaitu: pembakuan komponen direct cost dan indirect cost BPIH, penetapan pedoman pengelolaan
BPIH, dan kriteria penetapan Bank Penerima Setoran (BPS) dan bank koordinator. Di samping itu,
untuk memberikan rasa aman terhadap dana setoran awal jemaah haji dan memberikan nilai
manfaat yang optimal, dana ditempatkan pada Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)/Sukuk.
Pertanggungjawaban keuangan BPIH pada tahun buku 2004 dan 2005 disusun menggunakan pola
single entry dengan mengadopsi pedoman pertanggungjawaban APBN. Sejak tahun buku 2006-
2010 menggunakan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia.
Sejak tahun buku 2011, untuk meningkatkan akuntabilitas keuangan BPIH, Kementerian
Agama telah melakukan beberapa langkah, yaitu rekrutmen tenaga akuntan, menerbitkan
Peraturan Menteri Agama Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Biaya Penyelenggaraan
Ibadah Haji dengan mengggunakan referensi utama Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, sosialisasi, dan pelatihan akuntansi keuangan.
6) Akuntabilitas Dana Abadi Umat (DAU)
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji (Pasal 1 ayat
17) menyatakan bahwa DAU adalah sejumlah dana yang diperoleh dari sisa biaya operasional
penyelenggaraan ibadah haji serta sumber lain yang halal dan tidak mengikat. Sejak tahun 2009,
untuk meningkatkan jumlah DAU, telah dilakukan pengembangan dana melalui deposito, pembelian
Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)/Sukuk, dan Penyertaan Saham pada Bank Muamalat
Indonesia.
Dengan terbitnya undang-undang tersebut, Laporan Keuangan DAU diaudit oleh BPK RI dan
memperoleh Opini Wajar Dengan Pengecualian. Untuk meningkatkan kualitas pengelolaan DAU,
yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 13 tahun 2008, Pemerintah telah menerbitkan
Peraturan Pemerintah Nomor 79 tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13
tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji.

45 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


Pada tahun 2015 Kementerian Agama berencana menyiapkan regulasi yang terkait dengan
pembentukan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) yang diamanatkan dalam UU Pengelolaan
Keuangan Haji. Pembentukan BPKH ditargetkan selesai sekitar bulan Juni –Juli 2015. Pada
September 2015 BPKH diharapkan sudah berdiri dan siap beroperasi. BPKH memiliki posisi yang
strategis karena merupakan badan independen penampung setoran awal BPIH yang
bertanggungjawab ke Presiden melalui Menteri Agama.
Dengan didukung proses evaluasi secara berkesinambungan, kualitas penyeleng-
garaan haji cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, seperti
penyempurnaan berbagai kebijakan, pengembangan sistem manajemen mutu, penyediaan
fasilitas pendukung di Arab Saudi, peningkatan pemahaman pelaksanaan ibadah haji
kepada calon jemaah, peningkatan profesionalisme petugas haji, penggunaan sistem
waiting list untuk menjamin kepastian keberangkatan jemaah, mempersingkat jarak tempuh
perjalanan melalui penerbangan Jakarta-Madinah, meningkatkan kuota haji, dan
pengurangan biaya penyelenggaraan ibadah haji.
Sesuai Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji,
sejak musim haji tahun 2006 biaya tidak langsung penyelenggaraan haji yang semula
ditanggung jemaah dialihkan menjadi tanggung jawab pemerintah. Di samping itu,
pemerintah terus mengupayakan peningkatan mutu pelayanan bimbingan ibadah haji
melalui antara lain optimalisasi fasilitas dan pembinaan kepada perorangan maupun
kelompok bimbingan ibadah haji.
Namun demikian, penyelenggaraan ibadah haji dan umrah masih menyisakan
sejumlah kendala antara lain pemondokan dan transportasi di Makkah yang belum
memadai, serta penyediaan katering di Armina belum sesuai menu cita rasa Indonesia
menjadi fokus perhatian pemerintah dalam lima tahun ke depan. Untuk itu pula, Rencana
Strategis Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah pada tahun 2015-2019
disusun dengan memperhatikan pembangunan yang berkesinambungan, permasalahan
yang dihadapi dan berbagai isu strategis yang menjadi tantangan dalam penyelenggaraan
ibadah haji dan umrah.
2. Aspirasi masyarakat terkait kebutuhan, layanan dan regulasi penyelenggaraan haji
dan umrah.
Fakta di lapangan menunjukkan, Kementerian Agama secara serius sering dihadapkan
dengan persoalan keberagaman umat. Lembaga dengan membawa nama agama diharapkan

46 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


menjadi garda terdepan dalam memberi contoh kebaikan. Dengan demikian, Direktorat
Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah sebagai bagian dari institusi Kementerian Agama
harus menetapkan berbagai fokus dan prioritas program dengan mengacu pada perbaikan
kinerja penyelenggaraan ibadah haji. Karena penyelenggaraan haji menjadi tugas nasional
yang berkaitan dengan nama baik dan martabat bangsa, maka semua unsur terkait diharapkan
berperan aktif dalam menyukseskan tugas tersebut.
Berkaitan dengan itu, Undang-undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Ibadah Haji mengamanatkan pentingnya penyempurnaan sistem dan manajemen
penyelenggaraan haji yang berpihak pada kepentingan jemaah harus dengan menetapkan
tujuan dan sasaran peningkatan kinerja penyelenggaraan ibadah haji dan pembinaan umrah.
Dengan demikian, pelaksanaan tugas menjadi semakin fokus dengan didukung sarana dan
sumber daya yang memadai.
Tidak kalah pentingnya, berkenaan pengelolaan dana efisiensi penyelenggaraan ibadah
haji yang ditampung pemerintah melalui Dana Abadi Umat (DAU) yang saat ini masih
menghadapi kendala regulasi. Undang-undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Ibadah Haji juga belum mengakomodasi mekanisme pengelolaan dana
setoran awal jemaah haji yang masuk dalam daftar tunggu (waiting list). Oleh karena itu,
penting untuk segera dilakukan revisi Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tersebut.
Berbagai langkah pembenahan ke depan juga diarahkan pada peningkatan profesionalisme
pelayanan dengan mengacu pada ISO 9001:2008, peningkatan efisiensi, pencegahan korupsi,
peningkatan transparansi, dan akuntabilitas penyelenggaraan haji secara keseluruhan.
Sejak tahun 2004 Kementerian Agama mulai menerapkan pendaftaran haji dengan
menggunakan setoran awal. Optimalisasi setoran awal hanya berbentuk giro karena jumlah
pendaftar masih sedikit, sehingga jumlah perolehan nilai manfaat masih sedikit dan digunakan
untuk biaya operasional penyelenggaran di Arab Saudi. Sejak tahun 2006 mengalami
peningkatan jumlah pendaftrar haji, sehingga dana setoran awal BPIH semakin besar dan
penempatan dana selain di rekening giro juga di rekening deposito agar mendapatkan nilai
manfaat lebih besar. Komponen biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH) diklasifikasikan
dalam dua bentuk, yaitu Direct Cost (komponen BPIH yang dibebankan langsung kepada
jemaah haji) dan Indirect Cost (komponen BPIH yang dibebankan kepada nilai manfaat dari
setoran awal BPIH). Sejak tahun 2007, dengan meningkatnya setoran awal dan nilai manfaat,

47 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


atas dukungan dan persetujuan DPR RI, nilai manfaat digunakan untuk mengurangi beban
jemaah (Direct Cost). Keseluruhan komponen biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH)
sampai dengan tahun 2006 dibebankan langsung kepada jemaah haji (Direct Cost). Namun
sejalan dengan peningkatan kualitas pengelolaan keuangan yang semakin baik, dana haji yang
semula ditempatkan dalam giro, maka untuk mengoptimalkan nilai manfaatnya ditempatkan di
rekening deposito dan Surat Berharga Syariah Negara/Sukuk. Dengan meningkatnya hasil
optimalisasi setoran awal BPIH, maka komponen BPIH yang dibebankan langsung kepada
jemaah (Direct Cost) semakin menurun karena dialihkan secara bertahap pembebanannya
kepada nilai manfaat setoran awal BPIH (Indirect Cost).
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah mengimplementasikan kebijakan
penyelenggaraan ibadah haji dengan Standar Operasional Prosedur (SOP), Sistem
Manajemen Mutu (SMM), dan Standar Pelayanan Minimum (SPM). Dalam ranngka
peningkatan pelayanan kepada jemaaah haji ditempuh langkah-langkah perbaikan berupa
pengembangan System Manajemen Mutu (SMM) dengan penerapan ISO 9001 dalam
penyelenggaraan iabadah haji, yang telah diperoleh sejak Tahun 2010. Penerapan ISO 9001
pada unit pelayanan haji di pusat, sebagian daerah dan Arab Saudi. Untuk menjamin
terlaksananya system ISO 9001 dilakukan internal audit dan eksternal audit ( survailance),
yang memungkinkan dilakukan penyempurnaan SMM dan pembaruan Standar Operasional
dan Prosedur (SOP) apabila diperlukan. Salah satu tuntutan penerpan System ISO 9001
adalah keharusan pengukuran terhadap kepuasan pelanggan (jemaaah haji).
Berdasarkan hasil survey kepuasan jemaah yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik
(BPS) selama 5 tahun terakhir ini tingkat kepuasan jemaah dapat dipertahankan dalam kategori
memuaskan. Hasil survei menunjukkan tingkat kepuasan jemaah haji rata-rata tahun Tahun
2010 sebesar 81,45 %. Tahun 2011 sebesar 83.31 % Tahun 2012 sebesar 81,42 %, Tahun
2013 sebesar 82,69%, dan tahun 2014 sebesar 81,25%.
B. POTENSI DAN PERMASALAHAN
1. Analisis permasalahan Penyelenggaraan Haji dan Umrah
Penyelenggaraan ibadah haji masih menunjukkan berbagai kelemahan, mulai dari
pendaftaran, keberangkatan, pelaksanaan di Arab Saudi, dan kepulangan ke tanah air. Kondisi
ini sering menimbulkan kekecewaan masyarakat dan reaksi berbagai pihak. Hal lainnya
mengenai pembagian kuota antardaerah yang dipandang belum adil, jaminan kepastian

48 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


keberangkatan calon jemaah haji, kondisi pemondokan, jarak pemondokan dari Masjidil Haram,
pelayanan transportasi yang kurang memadai, dan masih rendahnya profesionalitas petugas
haji. Selain itu, masyarakat memandang bahwa biaya yang dibebankan pemerintah masih
mahal dibanding dengan negara tetangga, antara lain karena tingginya biaya tidak langsung
(indirect cost) yang harus ditanggung jemaah.
Berbagai usaha peningkatan kualitas pelayanan haji dan umrah akan terus menjadi
perhatian pemerintah. Berbagai kelemahan segera diatasi melalui peningkatan mutu kebijakan,
penerapan standardisasi pelayanan, pembenahan manajemen asrama haji, peningkatan
kepastian keberangkatan, peningkatan profesionalisme petugas, peningkatan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan dana haji, pengurangan beban biaya jemaah, penambahan kuota,
peningkatan kualitas pemondokan, transportasi dan katering, serta sarana pendudukung
lainnya.
Agenda kebijakan Kementerian Agama yang harus ditindaklanjuti oleh dalam Renstra
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah adalah Peningkatan Kualitas
Penyelenggaraan Ibadah Haji. Oleh sebab itu, sesuai dengan tugas dan fungsinya, Renstra
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, diarahkan untuk :
1. Peningkatan kualitas Pembinaan Haji dan Umrah
2. Peningkatan kualitas Pelayanan Haji;
3. Peningkatan kualitas Pengelolaan Dana Haji.
4. Peningkatan kualitas Dukungan Manajemen dan Administrasi Ditjen .
Untuk mengukur keberhasilan tugas dan fungsi Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah
dalam memberikan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan kepada jemaah, maka ditetapkan
sasaran mutu sebagai berikut:
1. Seluruh jemaah haji yang terdaftar dan memenuhi syarat dapat diberangkatkan ke Arab
Saudi.
2. Seluruh jemaah haji yang telah berada di Arab Saudi memperoleh pelayanan akomodasi,
katering, dan transportasi.
3. Seluruh jemaah haji dapat melaksanakan wukuf di Arafah.
4. Seluruh jemaah haji yang telah menunaikan ibadah haji dapat dipulangkan kembali ke
Tanah Air.

49 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


Sasaran mutu ini digunakan sebagai dasar untuk menetapkan sasaran strategis sebagai
penjabaran tujuan visi dan misi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, yang
selanjutnya menjadi dasar penetapan berbagai kebijakan, program, dan kegiatan selama kurun
waktu lima tahun.
Dalam Renstra ini dirancang berbagai kegiatan untuk memberi respon yang terfokus pada
hal-hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan haji dan umrah. Yang jelas untuk
menyelenggarakan haji dan pembinaan umrah diperlukan antara lain aparatur yang
profesional, dedikatif, dan bertanggung jawab. Dengan demikian, diharapkan dapat
menjalankan tugas dan menghasilkan kinerja yang memuaskan sesuai dengan tuntutan
masyarakat terhadap penyelenggaraan haji yang diselenggarakan Ditjen PHU, Kementerian
Agama.

2. Potensi, Kelemahan, peluang, tantangan jangka menengah Penyelenggaraan Haji


dan Umrah
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah telah melakukan analisis lingkungan
strategis. Hal tersebut berkaitan dengan kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman/tantangan yang harus diidentifikasi dan dimanfaatkan untuk menetapkan strategi
dalam menetapkan program dan kegiatan yang pelaksanaannya dilakukan secara bertahap.

Kondisi Internal
Kondisi internal meliputi keadaan objektif yang terdapat atau berkembang di lingkungan
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah. Kondisi lingkungan internal antara lain
meliputi aspek kekuatan yang mendukung berlangsungnya penyelenggaraan haji dan umrah,
yaitu:
1. Kekuatan
Kekuatan merupakan modal dasar yang secara potensial dapat digunakan untuk
mengembangkan berbagai program, yakni:
a. Landasan hukum (konstitusional dan peraturan perundangan lainnya).
Landasan hukum ini berupa konstitusi yang termaktub dalam Sila Pertama Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 serta berbagai peraturan perundang-undangan yang ada seperti

50 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Keputusan Menteri Agama, dan
Keputusan Dirjen PHU.
b. Standar Pelayanan Minimal sesuai ISO 9001:2008.
Standar Pelayanan Minimal (SPM) sesuai ISO 9001:2008 ini telah dimiliki dan menjadi
acuan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi setiap unit kerja.

c. Pembentukan Satker Kantor Misi Haji di Arab Saudi.


Keberadaan Satuan Kerja Kantor Misi Haji di Arab Saudi sangat membantu dalam
kelancaran penyelenggaraan haji dan umrah bagi jemaah Indonesia.
d. Kerja Sama Antar staf.
Tidak dapat diabaikan bahwa kerja sama antarstaf di lingkungan Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umrah adalah merupakan suatu kekuatan yang sangat menentukan
kelancaran penyelenggaraan haji dan umrah. Kerja sama antarstaf di setiap unit kerja akan
menjadi kekuatan yang besar.
e. Siskohat.
Keberadaan sarana ini sangat membantu kelancaran penyelenggaraan haji dan umrah.
Ketersediaan perangkat lunak dan keras sangat membantu dalam aksesibilitas penyebarluasan
dan untuk memperoleh data dan informasi dari dan ke tingkat lapangan.
2. Kelemahan/Kendala
Kelemahan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah perlu dikurangi dan jika
memungkinkan dihilangkan sehingga tidak menjadi hambatan dalam pencapaian tujuan.
Kelemahan dimaksud antara lain adalah:
a. Koordinasi eksternal dan internal departemen.
Lemahnya koordinasi eksternal dengan berbagai kementerian dan lemahnya koordinasi
internal di lingkungan kementerian dan bahkan di lingkungan direktorat jenderal ini memang
cukup dirasakan. Oleh karena itu pada setiap kesempatan, pimpinan selalu mengingatkan dan
menghimbau untuk melakukan upaya-upaya mengurangi permasalahan ini.
b. Pemanfaatan sistem informasi haji.
Masih rendahnya pemanfaatan sistem informasi haji, baik di lingkungan internal maupun
jemaah menjadi salah satu kelemahan yang perlu mendapat perbaikan.

51 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


Untuk mengurangi kelemahan ini perlu melakukan sosialisasi ke masyarakat dan
mengingatkan seluruh jajaran Ditjen PHU secara terus-menerus.
c. Kualitas dan kuantitas SDM
Masih rendahnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di lingkungan Direktorat
Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah merupakan kelemahan yang secara bertahap
harus ditangani.
d. Tugas dan fungsi organisasi di Tanah Air dan Arab Saudi.
Masih adanya ketidakjelasan dan tumpang tindihnya tugas dan fungsi unit kerja serta
organisasi penyelenggaraan haji, baik di tanah air maupun Arab Saudi mengakibatkan keadaan
ini kurang sinergis.
e. Struktur organisasi penyelenggaraan haji hanya sampai di tingkat kabupaten/ kota.
Kegiatan persiapan dan operasional penyelenggaraan haji pada kenyataannya lebih
banyak berada di tingkat perdesaan/kelurahan dan kecamatan. Namun struktur organisasi
penyelenggaraan haji hanya sampai di tingkat kabupaten/kota, sehingga hal ini kurang
mendukung sinergisitas.

Kondisi Eksternal
Kondisi lingkungan eksternal, baik dalam aspek sosial politik, ekonomi, budaya, sosial
keagamaan, maupun aspek lainnya secara manajerial dapat menjadi peluang sekaligus
tantangan/ancaman yang perlu dicermati secara serius dalam upaya peningkatan kualitas
penyelenggaraan haji dan umrah sesuai visi, misi, dan tujuan yang ditetapkan.
1. Peluang
a. Komitmen nasional.
Sebagai suatu negara yang mengakui dan menetapkan adanya berbagai aliran agama
yang dipeluk oleh warganegaranya, maka sebagai konsekuensinya pemerintah dan negara
sepakat untuk melakukan berbagai dukungan terhadap pelaksanaan ibadah yang
dilakukan para pemeluknya. Oleh karenanya pemerintah dan negara secara nasional
mempunyai komitmen untuk itu.
b. Ibadah haji sebagai rukun Islam.

52 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


Salah satu rukun Islam yang menjadi bagian dari syarat dan harus dilakukan oleh para
pemeluknya adalah melaksanakan ibadah haji. Selama ibadah haji menjadi rukun Islam,
maka penyelenggaraan ibadah haji oleh pemerintah dan negara tetap akan berlangsung.
c. Teknologi informasi yang dapat membantu penyelenggaraan haji.
Majunya pengetahuan dan aplikasi dari teknologi informasi pada kenyataannya sangat
membantu kelancaran penyelenggaraan haji. Oleh karena itu kemajuan di bidang teknologi
informasi mempunyai peran yang sangat besar dalam penyelenggaraan haji.
d. Peran media cetak dan elektronik.
Secara tidak langsung peran media cetak dan elektronik sangatlah besar. Dengan adanya
kegiatan penyebarluasan informasi tentang penyelenggaraan haji yang dilakukan oleh
media massa sampai ke pelosok Tanah Air, maka semakin terbuka lebar pengetahuan dan
kesempatan masyarakat untuk berhaji.
e. Jumlah umat Islam yang besar di Indonesia.
Jumlah umat Islam di Indonesia adalah yang terbesar, bahkan setiap tahunnya merupakan
jemaah paling besar yang datang ke Arab Saudi. Besarnya jumlah umat Islam di Indonesia
tersebut merupakan peluang yang juga besar dalam penyelenggaraan haji.
f. Kesejahteraan umat Islam terus meningkat.
Sebagai salah satu syarat untuk melaksanakan ibadah haji adalah tersedianya dana yang
harus disiapkan oleh para jemaah. Pembangunan nasional yang cenderung meningkat dari
tahun ke tahun membawa berkah dalam peningkatan kesejahteraan bagi warganegaranya.
Oleh karena itu kesejahteraan yang meningkat akan meningkatkan finansial umat Islam
sehingga mampu dalam menyiapkan dana yang diperlukan.
g. Kesadaran umat beragama terus meningkat.
Kesadaran masyarakat Indonesia dalam mengamalkan ajaran agama yang dianutnya kian
hari terus meningkat juga merupakan peluang besar dalam penyelenggaraan haji oleh
pemerintah.
h. Partisipasi masyarakat.
Keikutsertaan/partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan haji antara lain merupakan
modal atau peluang yang perlu disyukuri pemerintah. Partisipasi masyarakat terwujud
dalam berbagai bentuk yang merupakan pelengkap sehingga menjadi sinergis.
i. Dana penyelenggaraan haji.

53 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


Bagaimanapun baiknya kebijakan penyelenggaraan haji jika pemerintah kurang
mendukung pendanaannya, maka pelaksanaannya sudah dapat diperkirakan kurang
sukses. Oleh karena itu dukungan dana pemerintah melalui Kementerian Keuangan sangat
menentukan kelancaran penyelenggaraannya.
2. Tantangan atau Ancaman
a. Reformasi birokrasi
Semangat reformasi selain berdampak positif bagi perkembangan kehidupan di dalam
organisasi, juga tidak dapat dihindari munculnya persoalan krusial yang membutuhkan
solusi. Persoalan krusial antara lain adalah suasana kehidupan yang meresahkan sejumlah
pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal. Hal ini dapat menyebabkan perubahan karena
adanya proses penataan berbagai standar operasional prosedur sesuai tuntutan reformasi
birokrasi.
b. Otonomi daerah.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang
Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Pemerintah
Daerah mempunyai pengaruh terhadap penyelenggaraan haji dan umrah. Hal ini
dimungkinkan karena Kantor Wilayah Kementerian Agama di tingkat provinsi dan Kantor
Kementerian Agama tingkat kabupaten/kota adalah merupakan satuan kerja yang berada
di daerah dan menjadi bagian dari pemerintah daerah. Walaupun dalam penyelenggaraan
haji dan umrah Kanwil dan Kantor Kementerian masih dalam cakupan organisasi hierarkis
Kementerian Agama namun dalam banyak hal kondisi tersebut mempengaruhi kebijakan
dan efektivitas program yang dilaksanakan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah.
c. Kebijakan Pemerintah Arab Saudi yang dinamis (berubah-ubah).
Ketergantungan penyelenggaraan haji dan umrah Indonesia terhadap Pemerintah Arab
Saudi merupakan sesuatu yang masih sulit diprediksi. Ini merupakan tantangan tersendiri
sehingga membutuhkan suatu keuletan bagi para pejabat yang diberi tugas untuk
melakukan perundingan dengan Pemerintah Arab Saudi.
d. Oknum dalam penyelengaraan haji diluar DJPHU.

54 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


Pada kenyataannya masih ada saja individu dan institusi yang memanfaatkan kesempatan
mengambil keuntungan pribadi dalam penyelenggaraan haji. Karena ulah mereka, citra
pemerintah menjadi kurang baik di mata masyarakat.
e. Tingkat pendidikan masyarakat.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa tingkat pendidikan masyarakat Indonesia masih
rendah dan lebih banyak bermukim di perdesaan. Oleh karenanya pemahaman jemaah
dan aksesibilitas informasi dalam penyelenggaraan haji akan menjadi tantangan tersendiri
bagi masyarakat. Tingkat pendidikan jemaah haji 34,4% hanya berpendidikan sampai
tingkat sekolah dasar.
f. Usia rata-rata jemaah haji 40-50 tahun.
Kegiatan berhaji banyak menguras tenaga dan pikiran. Sedangkan pada kenyataannya
rata-rata jemaah haji 40-50 tahun sebanyak 30,1%. Semakin tinggi usia jemaah haji akan
mempengaruhi aktifitas ibadah bagi para jemaah.
g. Sosial budaya masyarakat Arab Saudi.
Masyarakat Arab Saudi memang mempunyai sosial budaya yang tidak sama dengan
bangsa Indonesia sehingga segala sesuatu yang ada di Arab Saudi tidaklah tersedia
sebagaimana yang diperlukan oleh jemaah Indonesia. Selain itu, perilaku masyarakatnya
juga berbeda sehingga keadaan ini cukup menjadi hambatan tersendiri bagi jemaah
Indonesia.
h. Fluktuasi nilai tukar rupiah.
Keadaan ekonomi yang tidak stabil mengakibatkan fluktuasi tukar rupiah selalu kurang
menguntungkan bagi jemaah Indonesia.
Dengan komitmen dan tekad bersama untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan haji
dan pembinaan umrah akan dapat diwujudkan penyelenggaraan haji yang profesional, taat
asas, berkeadilan, transparan, dan akuntabel. Kondisi ini akan dapat melahirkan jemaah haji
mabrur yang memiliki manfaat besar bagi dirinya, keluarga, dan masyarakat sekaligus menjadi
modal dasar membangun bangsa Indonesia yang sukses di masa yang akan datang
Untuk jangka waktu lima tahun ke depan, implementasi peningkatan pembinaan,
pelayanan dan perlindungan kepada jemaah haji dan umrah yang merupakan visi dan misi
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah dijabarkan dalam Rencana Strategis
(Renstra) Direktorat Jenderal Penyelenggaraan haji dan Umrah Tahun 2015-2019. Dalam

55 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


Renstra ini akan diuraikan berbagai sasaran dan kebijakan strategis, serta substansi kegiatan
pada Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Ditjen PHU) dalam kurun waktu
lima tahun.
ANALISIS SWOT DALAM RENCANA STRATEGIS
DIREKTORAT JENDERAL PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH
KEKUATAN KELEMAHAN/KENDALA
FAKTOR INTERNAL 1. Landasan hukum (konstitusional 1. Koordinasi eksternal dan internal
dan peraturan perundangan kementerian.
lainnya). 2. Pemanfaatan sistem informasi
2. Standar Pelayanan Minimal sesuai haji.
ISO 9001:2008. 3. Kualitas dan kuantitas SDM.
FAKTOR EKSTERNAL 3. Pembentukan Satker kantor misi 4. Tugas dan fungsi organisasi di
haji Indonesia di Arab Saudi. Tanah Air dan di Arab Saudi.
4. Kerja sama antarstaf. 5. Struktur organisasi
5. Siskohat. penyelenggaraan haji hanya
sampai di tingkat kabupaten/kota.
PELUANG UPAYA MEMAKAI KEKUATAN UNTUK UPAYA MENANGGULANGI
1. Komitmen nasional. MEMANFAATKAN PELUANG KENDALA/KELEMAHAN DENGAN
2. Ibadah haji sebagai rukun Islam. 1. Dengan legalitas yang dimiliki, MEMANFAATKAN PELUANG
3. Teknologi informasi yang dapat diselenggarakan ibadah haji dan 1. Koordinasi yang lemah dan
membantu penyelenggaraan haji. umrah. organisasi yang hanya sampai di
4. Peran media cetak dan elektronik. 2. Dengan SPM sesuai ISO tingkat kab/kota dapat
5. Jumlah umat Islam yang besar di 9001:2008, dan teknologi informasi ditanggulangi dengan teknologi
Indonesia. maka peran media massa lebih informasi (TI), media massa, dan
6. Kesejahteraan umat Islam terus meningkat. komitmen nasional.
meningkat. 3. Dengan adanya kerja sama 2. Dengan disebarluaskannya
7. Animo masyarakat terus meningkat. antarstaf, adanya Satker misi haji, penyelenggaraan haji melalui
8. Partisipasi masyarakat. dapat digunakan untuk media massa, pemanfaatan
9. Dana APBN penyelenggaraan haji. meningkatkan kualitas dalam dana, serta TI dapat
10. Penanganan umrah dan haji khusus penyelenggaraan haji. meningkatkan kualitas SDM,
secara lebih intensif 4. Pemanfaatan Siskohat untuk tugas dan fungsi.
meningkatkan partisipasi dan 3. Dengan pemanfaatan SIH yang
kesadaran berhaji masyarakat. rendah dapat ditingkatkan melalui
pemanfaatan dana
penyelenggaraan haji dan
partisipasi masyarakat.

56 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


TANTANGAN/ANCAMAN UPAYA MEMAKAI KEKUATAN UNTUK UPAYA MEMPERKECIL
1. Otonomi daerah. MENGATASI TANTANGAN/ANCAMAN KELEMAHAN DAN MENGATASI
2. Kebijakan pemerintah Arab Saudi 1. Menggunakan legalitas sesuai TANTANGAN/ANCAMAN
yang berubah-ubah. hukum untuk reformasi birokrasi 1. Memberi batasan peran Pemda
3. Oknum dalam penyelenggaraan dalam penyelenggaraan haji yang dalam memberikan pelayanan.
haji. prima, memberantas oknum, 2. Melakukan koordinasi secara
4. Tingkat pendidikan masyarakat. meningkatkan pendidikan intensif dengan Pemerintah Arab
5. Kuota haji masyarakat dan mengendalikan Saudi.
6. Usia rata-rata pendaftar di atas 50 fluktuasi tukar rupiah. 3. Memaksimalkan peran sistem
tahun. 2. Menggunakan acuan SPM ISO informasi untuk mengurangi
7. Penguasaan bahasa jemaah haji 9001 untuk pelayanan prima. adanya oknum, mengarahkan
8. Amanat pembentukan BPKH 3. Kerja sama antarstaf dapat pendaftar haji di atas 50 tahun,
mengurangi peran oknum dan dan peningkatan pendidikan
pengaturan daerah dalam masyarakat.
penyelenggaraan haji dan 4. Memanfaatkan SDM yang ada
melakukan negosiasi dengan untuk memberikan pelayanan
Pemerintah Arab Saudi. prima dan mengikuti reformasi
birokrasi secara maksimal.

57 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


BAB II
VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN STRATEGIS
DIREKTORAT JENDERAL PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH

A. VISI
Dalam rangka mendukung visi pembangunan nasional, Visi Kementerian Agama 2015-2019
adalah:
Visi Kementerian Agama
“TERWUJUDNYA MASYARAKAT INDONESIA YANG TAAT BERAGAMA, RUKUN, CERDAS, DAN
SEJAHTERA LAHIR BATIN DALAM RANGKA MEWUJUDKAN INDONESIA YANG BERDAULAT,
MANDIRI DAN BERKEPRIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG ROYONG”.
Taat memiliki pengertian tunduk dan patuh, sehingga taat beragama dapat didefinisikan bahwa
setiap umat beragama mampu menjalankan kegiatan beragamanya sesuai dengan ajaran agamanya
masing-masing. Sejalan dengan visi nasional maka hal ini akan memunculkan salah satu kepribadian
bangsa Indonesia yaitu kepribadian bangsa Indonesia yang taat beragama.
Rukun memiliki pengertian baik dan damai, sehingga rukun dapat didefinisikan bahwa terciptanya
kehidupan inter dan antar umat beragama di Indonesia secara baik dan damai. Sejalan dengan visi
nasional maka hal ini akan mendorong munculnya rasa toleransi sesama umat beragama, rasa saling
menghargai dan sikap kegotong-royongan.
Kecerdasan mencakup kecerdasan inteIektual, emosional, dan spiritual, yang masing-masing
indikatornya sebagai berikut:
1. Kecerdasan Intelektual: memiliki kemampuan untuk mempelajari, memahami, dan menguasai ilmu
agama, serta sains dan teknologi sesuai dengan jenjang pendidikan; berfikir rasionala abstrak,
inovatif dan kreatif; serta mampu mengaplikasikan pengetahuan dalam rangka memecahkan
masalah (problem solving).
2. Kecerdasan emosional: memiliki kemampuan untuk mengenali dan mengelola emosi diri dan
orang lain, dapat memotivasi diri, serta berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain.
3. Kecerdasan spiritual: yaitu mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan akhlak mulia dan
nilai-nilai agama Islam, serta menempatkan perilaku hidup dalam konteks makna yang luas.

58 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


Sejahtera mengandung pengertian aman sentosa, makmur, serta selamat, terlepas dari berbagai
gangguan. Sehingga sejahtera lahir dan batin dalam konteks agama dapat diartikan bahwa setiap
umat beragama di Indonesia dapat menjalankan kegiatan beragama secara bebas tanpa ada
gangguan dari pihak manapun, serta tersedia sarana dan prasarana beribadah yang memadai bagi
seluruh umat beragama di Indonesia. Agama merupakan salah satu hak dasar bagi seluruh
masyarakat Indonesia dan Undang-Undang telah menjamin bahwa setiap umat beragama dijamin
kebebasannya dalam melaksanakan kegiatan beragamanya. Untuk itu perlu diwujudkan rasa
keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin, tersedianya lingkungan yang bersih, aman dan
nyaman bagi kegiatan beragama seluruh masyarakat Indonesia serta adanya keserasian dan saling
menghormati tidak hanya sesama manusia tetapi juga dengan lingkungan sekitarnya.
Dari sisi ekonomi, kesejahteraan lahir dan batin diwujudkan dengan upaya pemanfaatan dan
pengelolaan potensi ekonomi keagamaan seperti Zakat, Wakaf, Dana Kolekte, Dana Punia, Dana
Paramita sehingga mampu memberikan kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan umat
beragama. Sejalan dengan visi nasional, dengan memiliki kecerdasan dan kesejahteraan lahir dan
bathin maka bangsa Indonesia akan mampu menjadi bangsa yang mandiri dan berdaulat serta
sejajar dengan bangsa – bangsa lain.

Visi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah


Direktorat Jenderal sebagai unsur pelaksana Kementerian Agama dalam mewujudkan visinya agar
masyarakat Indonesia taat beragama, maju, sejahtera, dan cerdas serta saling menghormati antarse-
sama pemeluk agama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam wadah
Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka peningkatan kualitas penyelenggaraan haji sangatlah
perlu diselenggarakan secara baik..
Mengacu pada Visi dan Misi Kementerian Agama, maka Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji
dan Umrah, menetapkan visi:
“Terwujudnya jemaah haji dan umrah yang saleh pribadi dan sosial”

• Saleh pribadi, dalam pengertian bahwa upaya yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umrah diarahkan atau untuk mendorong meningkatnya kualitas
muslim dalam hubungan ibadahnya dengan Allah secara pribadi

59 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


• Saleh sosial, dalam pengertian bahwa upaya yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umrah diarahkan atau untuk mendorong meningkatnya kualitas
muslim dalam hubungan ibadahnya dengan sesama muslim atau masyarakatnya.
B. MISI
Untuk mewujudkan visinya, maka misi yang diemban Kementerian Agama adalah:
1. Meningkatkan pemahaman kehidupan beragama.
2. Memantapkan kerukunan intra dan antar umat beragama.
3. Menyediakan pelayanan kehidupan beragama yang merata dan berkualitas.
4. Meningkatkan pemanfaatan dan kualitas pengelolaan potensi ekonomi keagamaan.
5. Mewujudkan penyelenggaraan ibadah haji dan umrah yang berkualitas dan akuntabel.
6. Meningkatkan akses dan kualitas pendidikan umum berciri agama, pendidikan agama pada satuan
pendidikan umum, dan pendidikan keagamaan.
7. Mewujudkan tatakelola pemerintahan yang bersih, akuntabel dan terpercaya.

Mengacu pada visi Kementerian Agana, perlu diciptakan kualitas sistem penyelenggaraan ibadah
haji dan pembinaan ibadah umrah yang taat asas, berkeadilan, transparan, dan akuntabel, serta
menciptakan kemandirian jamaah haji yang memiliki pemahaman sosial keagamaan yang baik, teram-
pil, dan berakhlak mulia. Oleh karena itu misi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah
adalah:
1. Mengembangkan karakter pembimbing ibadah dan petugas haji, dan kemitraan dengan kelompok
bimbingan secara profesional.
2. Meningkatkan pembinaan umrah dan haji khusus sesuai standar.
3. Meningkatkan kualitas pelayanan haji di dalam negeri sesuai standar
4. Meningkatkan kualitas pelayanan haji di luar negeri sesuai standar
5. Meningkatkan kualitas pengelolaan keuangan penyelenggaraan haji yang transparan dan
akuntabel
6. Mengembangkan SDM, sistem informasi, dan dukungan manajemen serta sarana prasarana yang
terintegrasi.

Selain itu perlu juga dipahami hal-hal yang berkaitan sebagai berikut:

60 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


• Sistem penyelenggaraan haji dan umrah, yaitu seluruh rangkaian penyelenggaraan haji dan
umrah yang sistematis dan terpadu antarunsur terkait, baik internal maupun eksternal
Kementerian Agama. Pengembangan sistem penyelenggaraan diarahkan pada peningkatan
efisiensi dan efektivitas kegiatan, ketaatan pada peraturan perundang-undangan, kinerja yang
memuaskan, kedisiplinan dalam membuat laporan, serta akuntabilitas kinerja dalam
memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan kepada jemaah haji dan umrah.
• Asas profesionalitas, adalah bahwa penyelenggaraan ibadah haji harus dilaksanakan
dengan mempertimbangkan keahlian para penyelenggaranya.
• Kemandirian jemaah, yaitu suatu kondisi dimana calon jamaah haji diharapkan mampu
melaksanakan ibadah haji secara mandiri sesuai tuntunan ajaran agama. Di samping itu,
jemaah haji juga memiliki pengetahuan tentang perjalanan haji yang baik. Dengan kemandirian
tersebut, jemaah akan cepat tanggap terhadap persoalan di Indonesia atau di Arab Saudi,
tidak mudah terkena bujuk rayu dan penipuan pihak lain, baik pada saat di Tanah Air maupun
di Arab Saudi. Kemandirian juga diarahkan pada upaya melestarikan kemabruran jemaah haji
dan meningkatkan kesalehan individual menjadi kesalehan sosial di tengah-tengah
masyarakatnya.

Dengan mengacu pada visi dan misi tersebut, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah, Kementerian Agama diharapkan dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara maksimal
dengan hasil yang optimal melalui pengembangan sistem dan manajemen yang berorientasi pada
kinerja aparatur Kementerian Agama secara keseluruhan. Peran penyelenggaraan haji dan umrah
yang sistematis ini diharapkan mampu meningkatkan pelayanan ibadah haji sebagai pelaksanaan
rukun Islam yang kelima bagi umat Islam sekaligus meningkatkan kulitas pemahaman, penghayatan,
dan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara.

C. TUJUAN
Dalam rangka mencapai visi dan misi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah
Kementerian Agama sebagaimana diuraikan terdahulu, maka visi dan misi tersebut harus dirumuskan
ke dalam bentuk yang lebih terarah dan operasional berupa perumusan tujuan strategis (strategic
goals) organisasi. Oleh karena itu tujuan yang ingin dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu lima
tahun adalah:

61 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


1. Meningkatnya kualitas penyuluhan, bimbingan, dan pemahaman manasik haji.
2. Meningkatnya profesionalisme dan dedikasi petugas haji.
3. Meningkatnya kemitraan dengan kelompok bimbingan ibadah.
4. Meningkatnya pembinaan umrah dan haji khusus sesuai standar.
5. Meningkatnya pengawasan dan pengendalian umrah dan haji khusus sesuai standar.
6. Meningkatnya pelayanan pendaftaran, dokumen, perlengkapan, dan transportasi udara, sesuai
standar.
7. Meningkatnya kualitas pelayanan asrama haji.
8. Meningkatnya kualitas pelayanan akomodasi, konsumsi dan transportasi jemaah haji di Arab
Saudi.
9. Meningkatnya perlindungan kepada jemaah dan petugas ibadah haji.
10. Meningkatnya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan penyelenggaraan haji.
11. Meningkatnya pengembangan sistem dan pelayanan informasi penyelenggaraan haji.
Meningkatnya kualitas dukungan manajemen, tata kelola, dan dukungan teknis lainnya dalam
penyelenggaraan ibadah haji dan umrah.
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah dapat secara tepat mengetahui apa yang
harus dilaksanakan dalam memenuhi visi dan misinya untuk kurun waktu lima tahun ke depan.
Formulasi tujuan strategis disusun dengan mempertimbangkan ketersediaan dan kemampuan sumber
daya yang dimiliki. Lebih lanjut, perumusan tujuan juga memungkinkan Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umrah dapat mengukur sejauh mana visi dan misi organisasi yang akan
dicapai sesuai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk itu, agar dapat diukur keberhasilan organisasi di
dalam mencapai tujuan, maka tujuan strategis yang ditetapkan harus memiliki indikator kinerja (perfor-
mance indicator) secara terukur.

D. SASARAN STRATEGIS
Berdasarkan berbagai tujuan dari misi yang akan diwujudkan dalam lima tahun mendatang (2015-
2019) itu, maka sasaran yang ingin dicapai dalam penyelenggaraan haji dan umrah adalah
terwujudnya penyelenggaraan haji dan umrah yang berkualitas dalam pelayanan, pembinaan,
dan perlindungan yang dilaksanakan secara profesional dan berkeadilan sesuai dengan nilai-
nilai ke-Islaman dan ke-Indonesiaan, serta mengedepankan kepentingan jemaah.
Substansi dari sasaran yang ingin dicapai pada indikator kinerja tahun 2015-2019 yaitu:

62 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


1. Terwujudnya Jemaah haji mandiri dalam melaksanakan ibadah dan perjalanan haji.
2. Terwujudnya Petugas haji yang profesionalisme, berdedikasi dan berakhlakul karimah.
3. Terwujudnya partisipasi masyarakat melalui PPIU, PIHK dan kelompok bimbingan yang taat asas.
4. Terwujudnya pelayanan pendaftaran, dokumen, perlengkapan, dan transportasi udara, yang
berkualitas sesuai standar.
5. Terwujudnya pelayanan asrama haji yang kualitas.
6. Terwujudnya pelayanan akomodasi, konsumsi dan transportasi jemaah haji di Arab Saudi yang
berkualitas sesuai standar.
7. Terwujudnya perlindungan kepada jemaah dan petugas ibadah haji.
8. Terwujudnya pengelolaan keuangan penyelenggaraan haji yang transparan dan akuntabel.
Terwujudnya jaminan kesehatan dan keselamatan Jemaah haji
9. Terwujudnya pengembangan sistem dan pelayanan informasi penyelenggaraan haji.
10. Terwujudnya tata kelola, dukungan manajemen, dan dukungan teknis lainnya yang berkualitas.

Sasaran strategis ini merupakan bagian integral dalam proses perencanaan strategis dan
merupakan dasar yang kuat untuk mengendalikan, memantau/mengawasi, dan mengevaluasi
pencapaian kinerja penyelenggaraan ibadah haji dan umrah. Dengan demikian apabila sasaran yang
ditetapkan dapat dicapai, maka diharapkan tujuan strategis juga dapat dicapai.

63 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


BAB III
ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, DAN
KERANGKA KELEMBAGAAN

A. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGIS NASIONAL


Kebijakan penyelenggaraan ibadah haji mengacu pada Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008
tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2014 tentang Keuangan Haji,
Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji, Taklimatul Hajj Pemerintah Arab Saudi, MoU antara
Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Kerajaan Arab Saudi, dan sistem elektronik haji (e-hajj) yang
mulai diterapkan oleh Pemerintah Arab Saudi. Kebijakan penyelenggaraan ibadah haji ditetapkan
berdasarkan masukan hasil pengawasan dan evaluasi penyelenggaraan ibadah haji.
Beberapa hal yang dijadikan pertimbangan dalam penetapan Kebijakan penyelenggaraan ibadah
haji antara lain meliputi :
1. Kuota haji Indonesia hingga tahun 1435H/2014M sebanyak 211.000 orang, karena perluasan
Masjidil Haram Makkah, Pemerintah Arab Saudi mengurangi kuota sebesar 20% masing-masing
Negara pengirim jemaah haji.
2. Pendaftaran haji belum seluruhnya menggunakan sistem biometrik untuk mendeteksi pendaftaran
bagi yang sudah haji.
3. Pengisian kuota haji dengan mekanisme pelunasan BPIH dilaksanakan secara bertahap,
dilakukan dengan Keputusan Menteri Agama (KMA) dengan tetap menganut prinsip first come first
served.
4. Bimbingan jemaah haji dilaksanakan sebanyak 6 (enam), yaitu 4 (empat) kali di tingkat kecamatan
dan 2 (dua) kali di tingkat Kabupaten/Kota.
5. Metode pelaksanaan bimbingan manasik lebih banyak menggunakan ceramah, dan pemanfaatan
teknologi dalam bimbingan manasik haji baik melalui aplikasi haji pintar, DVD manasik, dan
perjalanan ibadah haji serta bimbingan manasik melalui media masa belum efektif.
6. Bimbingan manasik haji di Arab Saudi masih terbatas melakukan visitasi/kunjungan ke
pemondokan.

64 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


7. Rekrutmen petugas haji belum sepenuhnya dilakukan secara selektif dan belum menggunakan
teknologi informasi.
8. Pembinaan PPIU dan PIHK dalam penerbitan izin, pengawasan, dan pelaksanaan akreditasi
belum melibatkan lembaga profesional yang mampu menilai kinerja pelayanan umrah dan haji
khusus secara komprehensif.
9. Penyediaan transportasi udara haji Indonesia dilakukan melalui lelang umum. Namun hingga saat
ini yang mengajukan dan memenuhi persyaratan hanya perusahaan penerbangan Garuda
Indonesia dan Saudi Airlines.
10. Pengurusan dokumen visa haji mengalami keterlambatan disebabkan ketergantungan pada proses
pelunasan BPIH, pembentukan kloter, dan ketersediaan paket layanan di Arab Saudi.
11. Gedung dan sarana prasarana serta pemanfaatan asrama haji masih terbatas untuk melayani
akomodasi keberangkatan dan kepulangan jemaah haji dari dan ke Arab Saudi.
12. Penyediaan pemondokan jemaah haji di Arab Saudi banyak dilakukan oleh bukan pemilik
pemondokan dan belum memenuhi standar yang ditetapkan.
13. Penyedia transportasi antar kota perhajian dan masyair dilakukan oleh Naqabah, sedangkan
transportasi dari pemondokan ke masjidil haram PP atau shalawat disiapkan oleh Pemerintah
Indonesia. Transportasi antar kota perhajian tidak semua dilayani dengan bus yang memiliki
bagasi cukup memadai. Sedangkan bus shalawat belum memenuhi rasio kebutuhan jemaah yang
menempati di wilayah lebih dari 2.000 meter.
14. Penyedia katering bagi jemaah haji belum semuanya menyediakan juru masak dan bahan serta
bumbu masak asal Indonesia. Proses distribusi katering di Makkah belum memperhatikan waktu
peak season menjelang armina.
15. Pelayanan katering di Armina dilaksanakan oleh Maktab dan Mutaahidin kepada jemaah haji
masing-masing sebanyak 16 kali makan. Dalam pendistribusiannya diperlukan pengawasan agar
konsumsi diterima tepat waktu dan tepat jumlah. Untuk itu diperlukan pengawasan pelayanan
katering di Armina dilakukan oleh PPIH Arab Saudi namun demikian jumlah pengawas yang
diperlukan belum memadai;
16. Penganggaran biaya petugas haji baik yang menyertai jemaah (petugas Kloter) dan PPIH Arab
Saudi (Petugas Haji Non Kloter) untuk honor dan transport berasal dari APBN sedangkan
konsumsi dan akomodasi selama di Arab Saudi berasal dari anggaran BPIH pos komponen
Indirect Cost;

65 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


17. Badan Pengelolan Keuangan Haji (BPKH) sebagai badan pengelola keuangan haji belum
terbentuk sehingga untuk mendukung biaya operasional penyelenggaraan ibadah haji hanya
bersumber dari nilai manfaat setoran awal BPIH;
18. Tatakelola dan sumberdaya penyelenggara ibadah haji secara kuantitatif dan kualitatif masih
belum memadai.
Pemerintah berupaya melakukan pembenahan penyelenggaraan ibadah haji secara terus menerus
meliputi aspek, melalui pembinaan, pelayanan dan perlindungan dengan dukungan sistem manajemen
yang handal. Sistem manajemen penyelengaraan ibadah haji diarahkan pada upaya memenuhi asas
keadilan, profesional dan akuntabilitas, namun demikian tidak dapat dipungkiri bahwa ada beberapa
permasalahan yang menjadi kendala dalam peningkatan kualitas penyelenggaraan haji, antara lain: (1)
Pelaksanaan kegiatan yang bersumber dari BPIH tergantung pada persetujuan DPR dan penetapan
BPIH oleh Presiden, (2) Jumlah petugas haji belum seimbang dengan beban tugas pelayanan kepada
jemaah di Arab saudi, (3) profil jamaah haji sangat beragam dari segi usia, pendidikan, latar belakang
sosial budaya, (4) Kebijakan pelaksanaan penyelenggaraan ibadah haji di Arab Saudi sering berubah,
(5) kondisi iklim dan sosial budaya di Arab Saudi masih menjadi kendala tersendiri bagi petugas haji.

B. ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH


Arah Kebijakan
Dalam rangka mencapai visi misi sebagaimana diuraikan sebelumnya, maka kebijakan yang
ditetapkan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah adalah sebagai berikut:
1. Penguatan kelembagaan dan ketatalaksanaan diarahkan pada terwujudnya reformasi birokrasi
dan keseimbangan dengan beban tugas.
2. Peningkatan pelayanan pendaftaran haji berbasis Sistem Komputerasi Haji Terpadu (Siskohat)
melalui pengembangan Kantor Kementerian Agama online yang diarahkan pada penyempurnaan
sistem first come first served.
3. Peningkatan pembinaan kepada jemaah haji yang diarahkan pada kemandirian jemaah, baik
dalam ibadah maupun perjalanan haji.
4. Peningkatan kualitas pemondokan diarahkan pada terpenuhinya aspek kesehatan, keamanan,
kenyamanan, dan kemudahan bagi jemaah.
5. Peningkatan kualitas transportasi jemaah diarahkan pada aspek keamanan, keselamatan,
kenyamanan, dan efisiensi.

66 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


6. Peningkatan kualitas pelayanan katering diarahkan pada aspek kalori gizi dan higienis serta cita
rasa Indonesia.
7. Penyediaan dokumen perjalanan jemaan haji sesuai standar Internasional Civil Aviation
Organization (ICAO) secara cepat, mudah, dan murah.
8. Pengelolaan Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) yang transparan dan akuntabel diarahkan
pada efektivitas dan efisiensi penggunaan dana haji.
9. Pengembangan sistem informasi haji diarahkan pada percepatan, ketepatan dalam pengambilan
kebijakan, dan pencitraan penyelenggaraan haji.
10. Peningkatan profesionalisme dan dedikasi petugas diarahkan pada terwujudnya pelayanan prima.
11. Pengembangan hubungan kelembagaan, baik di Tanah Air maupun Arab Saudi diarahkan untuk
memperkuat koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi dalam penyelenggaraan haji.

Strategi
Dalam melaksanakan kebijakan tersebut maka pemanfaatan kekuatan dan peluang, serta upaya
mengurangi kelemahan dan tantangan/ancaman penyelenggaraan ibadah haji dan umrah antara lain
dilakukan melalui strategi:
1. Koordinasi
Koordinasi merupakan kegiatan yang harus dilaksanakan karena pada hakekatnya proses
rangkaian penyelenggaraan haji dan umrah tidak dapat dilakukan sendiri oleh Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umrah.
2. Sosialisasi
Agar seluruh program penyelenggaraan haji dan umrah diketahui dan dipahami oleh semua pihak
maka kegiatan sosialisasi perlu diselenggarakan. Kegiatan sosialisasi program penyelenggaraan
haji dan umrah diselenggarakan bukan hanya agar diketahui dan dipahami namun dimaksudkan
juga agar dalam pelaksanaannya dapat diikuti oleh para jemaah dengan lancar. Di sisi lain
kegiatan sosialisasi ini diselenggarakan untuk mendapatkan suatu persepsi yang sama sehingga
masing-masing komponen, baik instansi lain maupun masyarakat siap untuk mengikuti prosedur
sebagaimana mestinya.
3. Membangun image
Pembangunan image atau sering disebut dengan pencitraan merupakan kegiatan penyebarluasan
informasi penyelenggaraan ibadah haji, sehingga terjadi keseimbangan pemberitaan

67 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


penyelenggaraan ibadah haji dan umrah yang pada akhirnya dapat menimbulkan image positif
masyarakat melalui media massa elektronik dan cetak.
4. Pendayagunaan aparatur
Seluruh aparatur yang terkait dalam pelaksanaan tugas ibadah haji didayagunakan semaksimal
mungkin, sehingga penyelenggaraan ibadah haji berjalan lancar dengan hasil yang optimal. Di
samping itu, semua sumber daya tersebut dapat disinergiskan untuk mendukung keberhasilan
penyelenggaraan ibadah haji dan umrah.
5. Pembentukan Tim Kerja
Keberadaan tim kerja pada hakekatnya adalah membantu dalam proses penyelenggaraan haji dan
umrah. Oleh karena itu, dalam rangka penyelenggaraan haji dan umrah, maka pembentukan tim
kerja untuk melaksanakan tugas khusus sangat diperlukan. Di samping itu, tim tersebut dapat
menjadi forum koordinasi lintas lembaga/kementerian dalam penyelenggaraan dan penanganan
kasus-kasus penyelesaian penyelenggaraan haji dan umrah.
6. Kemitraan
Pada hakekatnya penyelenggaraan haji dan umrah tidak dapat dilaksanakan sendiri karena
menyangkut banyak hal yang tidak dapat dilakukan oleh Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji
dan Umrah. Oleh karena itu kemitraan dengan berbagai unsur kementerian, Pemerintah Arab
Saudi, lembaga swasta terkait, serta unsur masyarakat sangat diperlukan.
7. Pengkajian, Monitoring, dan Evaluasi
Kegiatan pengkajian dilakukan, baik di pusat, daerah, maupun Arab Saudi dengan tujuan untuk
mendapatkan masukan sebagai bahan peningkatan kualitas penyelenggaraan ibadah haji.
Kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah hasil pelaksanaan program
atau kegiatan sesuai dengan rencana dan prosedur serta berjalan dengan baik. Melalui kegiatan
pengkajian, monitoring dan evaluasi tersebut akan diperoleh data dan informasi sehingga dapat
dijadikan masukan sebagai bahan perbaikan kebijakan dan kegiatan penyelenggaraan haji dan
umrah pada waktu berikutnya.
8. Pengawasan penyelenggaraan ibadah haji
Kegiatan pengawasan dilakukan oleh suatu Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI) dalam rangka
meningkatkan kualitas pelayanan penyelenggaraan ibadah haji. Komisi ini memberikan
pertimbangan untuk penyempurnaan penyelenggaraan ibadah haji, dan berfungsi (a) memantau
dan menganalisis kebijakan operasional, (b) menganalisis hasil pengawasan dari berbagai

68 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


lembaga pengawasan dan masyarakat, (c) menerima masukan dan saran masyarakat mengenai
penyelenggaraan ibadah haji, dan (d) merumuskan pertimbangan dan saran penyempurnaan
kebijakan operasional penyelenggaraan ibadah haji.
9. Data dan Informasi
Untuk dapat menyelenggarakan ibadah haji dan umrah sebagaimana diharapkan, data dan
informasi adalah merupakan kebutuhan yang harus disiapkan. Data dan informasi diperlukan
sebagai bahan penyusunan rencana dan kebijakan penyelenggaraan haji dan umrah.
C. KERANGKA REGULASI
Dalam rangka pencapaian Visi, Misi, Arah Kebijakan dan Strategi yang ditetapkan, Direktorat
Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah telah memiliki sejumlah kerangka regulasi sebagai berikut.
1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4421);
2. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 60 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4845) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2009 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2009 tentang
Perubahan atas Undang-Undang nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji
menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 142
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5036);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (Lembaran
Negara Tahun 2004 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4405);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran
Kementerian Negara/Lembaga (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 75, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4406);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4663);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2012 Nomor 186, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5345)

69 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


7. Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Keputusan Presiden Nomor
42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
8. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019;
9. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);
10. Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2015 tentang Kementerian Agama (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 168);
11. Peraturan Menteri Negara/Kepala Bappenas Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan
Renstra Kementerian/Lembaga Tahun 2015-2019;
12. Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 592) sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 16 Tahun 2015 tentang Perubahan keempat
atas Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 348);
13. Keputusan Menteri Agama Nomor 21 Tahun 2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Satuan Organisasi/Kerja di Lingkungan Departemen Agama;
14. Keputusan Menteri Agama Nomor 7 Tahun 2010 tentang Rencana Strategis Kementerian Agama
Tahun 2015-2019;
D. KERANGKA KELEMBAGAAN
1. Tugas dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010, dan perubahannya terakhir dengan
Peraturan Menteri Agama Nomor 80 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Agama, dinyatakan bahwa Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah mempunyai tugas
merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang
penyelenggaraan haji dan pembinaan umrah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri.
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah
menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan kebijakan di bidang penyelenggaraan haji dan umrah.
b. Pelaksanaan kebijakan di bidang penyelenggaraan haji dan umrah

70 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


c. Perumusan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur di bidang penyelenggaraan haji dan
umrah.
d. Pemberian pembinaan teknis dan evaluasi penyelenggaraan haji dan umrah, dan
e. Pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah.
Untuk mengukur keberhasilan tugas dan fungsi Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah dalam
memberikan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan kepada jemaah, maka ditetapkan sasaran
mutu sebagai berikut:
a. Seluruh jemaah haji yang terdaftar dan memenuhi syarat dapat diberangkatkan ke Arab Saudi.
b. Seluruh jemaah haji yang telah berada di Arab Saudi memperoleh pelayanan akomodasi, katering,
dan transportasi.
c. Seluruh jemaah haji dapat melaksanakan wukuf di Arafah.
d. Seluruh jemaah haji yang telah menunaikan ibadah haji dapat dipulangkan kembali ke Tanah Air.
Sasaran mutu ini digunakan sebagai dasar untuk menetapkan sasaran strategis sebagai
penjabaran tujuan visi dan misi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, yang
selanjutnya menjadi dasar penetapan berbagai kebijakan, program, dan kegiatan selama kurun waktu
lima tahun.

2. Susunan Organisasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 dan perubahannya terakhir dengan
Peraturan Menteri Agama Nomor 80 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Agama, susunan organisasi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah adalah sebagai
berikut:

71 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


Susunan organisasi Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah terdiri dari:
1. Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah
2. Sekretariat Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah
3. Direktorat Pembinaan Haji dan Umrah
4. Direktorat Pelayanan Haji Dalam negeri
5. Direktorat Pelayanan Haji Luar Negeri
6. Direktorat Pengelolaan Dana Haji

Dengan tugas, fungsi, dan susunan organisasi tersebut, diharapkan dapat meningkatkan
kualitas penyelenggaraan haji dan umrah yang lebih adil dan profesional serta menggunakan dana
haji yang lebih transparan, akuntabel, produktif, efektif, dan efisien.

72 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


BAB IV
TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

A. TARGET KINERJA
Target Kinerja
Target program penyelenggaraan haji dan umrah, dengan outcome terwujudnya penyelenggaraan
haji dan umrah yang aman, tertib dan lancar, yang ditandai dengan Terwujudnya indeks kepuasan
jamaah haji. Untuk mencapai outcome tersebut dilaksanakan sejumlah kegiatan:
1. Pelayanan haji di dalam negeri, dengan sasaran Terwujudnya pelayanan ibadah haji yang antara
lain ditandai dengan:
a. Terwujudnya kualitas asrama haji dan dan pengembangan asrama haji;
b. Terwujudnya kualitas pelayanan pendaftaran dan tertatanya dokumen haji dengan baik;
c. Terwujudnya pelayanan transportasi udara dan pelindungan jemaah haji.
d. Efektifitas pengawasan operasional pelayanan haji di dalam negeri
2. Pelayanan haji di luar negeri, dengan sasaran Terwujudnya pelayanan ibadah haji yang antara lain
ditandai dengan:
a. Terwujudnya kualitas penyediaan akomodasi jemaah haji di luar negeri;
b. Terwujudnya kualitas penyediaan katering jemaah haji di luar negeri;
c. Terwujudnya kualitas pelayanan transportasi darat dan kesehatan jemaah haji; dan
d. Efektifitas pengawasan operasional haji di luar negeri.
e. Rekrutmen Tenaga musiman PPIH Arab Saudi yang sistematis, efektif dan efisien;
3. Pembinaan haji dan umrah, dengan sasaran Terwujudnya kualitas pembinaan ibadah haji dan
umrah yang ditandai antara lain dengan:
a. Terwujudnya jumlah Pembimbing dan Penyuluh Haji yang bersertifikasi;
b. Terwujudnya pengetahuan jemaah haji yang mendapatkan bimbingan manasik haji;
c. Terwujudnya kualitas lembaga penyelenggara ibadah haji khusus dan umrah yang difasilitasi
dalam memenuhi standar pelayanan ibadah haji khusus dan umrah; dan
d. Terwujudnya naskah penyusunan norma, standar, dan prosedur penyelenggaraan pembinaan
haji dan umrah.
e. Terwujudnya kualitas petugas PPIH Embarkasi yang difasilitasi dalam pelatihan manajemen
dan pelayanan prima;

73 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


f. Terwujudnya kualitas petugas PPIH di Arab Saudi yang difasilitasi dengan pelatihan
manajemen dan pelayanan prima;
4. Pengelolaan dana haji, dengan sasaran Terwujudnya akuntabilitas pengelolaan dana haji yang
ditandai antara lain dengan:
a. Efektifitas penyusunan regulasi tentang penetapan besaran biaya penyelenggaraan ibadah
haji;
b. Efektifitas penyusunan peraturan badan pengelola keuangan haji;
c. Akuntabilitas laporan pengelolaan dan pengembangan dana haji;
d. Akuntabilitas laporan keuangan operasional haji;
e. Akuntabilitas laporan pemanfaatan dan pengembangan dana abadi umat;
f. Akuntabilitas laporan hasil nilai manfaat setoran awal; dan
g. Akuntabilitas laporan aset haji.
5. Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya penyelenggaraan haji dan umrah,
dengan sasaran Terlaksananya Dukungan dan Tugas Teknis Lainnya PHU yang ditandai antara
lain dengan:
a. Laporan keuangan semester I dan Tahunan, yang meliputi laporan UAKPA Ditjen PHU,
laporan UAKPA Atase Haji, laporan UAPPA E-1 Ditjen PHU ;
b. Pengelolaan database, jaringan, dan informasi haji; dan
c. Sarana dan Prasarana PHU yang memenuhi standar.
6. Pelayanan atase haji di Jeddah, dengan sasaran Terwujudnya Kualitas Pelayanan Atase di
Jeddah yang ditandai antara lain dengan Jumlah pembiayaan operasional perkantoran atase haji
di Jeddah.
7. Pelayanan Misi Haji Indonesia di Arab saudi, dengan sasaran Terwujudnya kualitas pelayanan Misi
Haji di Arab Saudi yang antara lain ditandai dengan jumlah pembiayaaan belanja pegawai Kantor
Misi Haji Indonesia di Arab Saudi.
8. Tugas Teknis Lainnya dengan outcome Terwujudnya kualitas tata kelola dukungan manajemen
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah, yang ditandai dengan:
a. Nilai opini Laporan Keuangan;
b. Nilai kualitas kinerja; dan
c. Nilai kepuasan jemaah haji.

74 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


Dalam kerangka pencapaian outcome tersebut dilaksanakan sejumlah kegiatan dukungan
manajemen :
1. Pembinaan administrasi perencanaan penyelenggaraan haji dan umrah, untuk menghasilkan
output yang terlaksana dengan tepat waktu dan berkualitas, ditandai antara lain dengan:
a. Dokumen sistem dan data perencanaan haji dan umrah
b. Dokumen rencana kerja dan anggaran; dan
c. Laporan evaluasi program, laporan keungan dan koordinasi lintas sektoral;
2. Pembinaan administrasi kepegawaian, dengan sasaran Terwujudnya kualitas administrasi
kepegawaian yang ditandai antara lain dengan:
a. Dokumen assessmen, pembinaan dan pengembangan pegawai,; dan
b. Dokumen data PNS dan Non PNS/Temus di Luar Negeri pada Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan haji dan Umrah.
3. Pembinaan administrasi keuangan, Barang Milik Negara (BMN) dan Barang Milik Haji (BMH)
dengan sasaran Terwujudnya kualitas administrasi keuangan, BMN dan BMH yang ditandai
antara lain dengan:
a. Dokumen Pengelolaan Keuangan, BMN dan BMH;
b. Dokumen Rancangan Keuangan, BMN dan BMH; dan
c. Laporan keuangan, BMN dan BMH.
4. Pembinaan administrasi organisasi dan tata laksana dengan sasaran Terwujudnya kualitas
administrasi organisasi dan tatalaksana Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah
yang ditandai antara lain dengan:
a. Rancangan regulasi bidang organisasi dan tata laksana;
b. Laporan Kinerja;
c. Dokumen Laporan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan; dan
d. Tim yang melaksanakan program penyelenggaraan haji dan umrah di dalam dan luar
negeri.
5. Pembinaan administrasi dan hukum untuk penyelenggaraan haji dan umrah terkait dengan
taklimatulhaj yang diberlakukan oleh Pemerintah Arab Saudi, dengan sasaran Terwujudnya
kualitas administrasi hukum dan kerjasama dengan Pemerintah Arab Saudi, yang ditandai
antara lain dengan:
a. Penyusunan naskah peraturan perundangan;

75 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


b. Dokumen penyelesaian kasus/advokasi hukum terkait dengan penyelenggaraan haji dan
umrah; dan
c. Dokumen kerjasama dengan Pemerintah Arab Saudi terkait dengan taklimatulhaj.
6. Pembinaan administrasi umum dengan sasaran:
a. Terwujudnya kualitas administrasi terkait dengan penyelenggaraan haji dan umrah;
b. Dokumen pelayanan dan rancangan kebijakan di bidang administrasi dan umum terkait
dengan penyelenggaraan haji dan umrah; dan
c. Persentase terlaksananya pembinaan administrasi penyelenggaraan haji dan umrah; dan
d. Terwujudnya penyediaan sarana prasarana aparatur yang ditandai antara lain dengan
tersedianya sarana dan prasarana aparatur Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah.
7. Pembinaan administrasi informasi haji dan umrah dengan sasaran meliputi:
a. Terwujudnya kualitas data dan informasi haji dan umrah;
b. Terwujudnya kualitas cara mengakses data dan informasi terkait dengan penyelenggaraan
haji dan umrah;
c. Kelengkapan display data dan iformasi terkait dengan penyelenggaraan haji dan umrah;
dan
d. Integrasi sistem aplikasi data dengan Bank BPS-BPIH.
8. Terwujudnya Sikohat yang terintegrasi yang ditandai antara lain dengan:
a. Operasional layanan Siskohat online dengan sistem pada Bank BPS-BPIH;
b. Operasional layanan Siskohat online dengan Kanwil Kementeriaan Agama seluruh
Indonesia; dan
c. Operasional layanan Siskohat online dengan Kantor Kementeriaan Agama kabupaten/kota
seluruh Indonesia.

Indikator Kinerja
Indikator kinerja utama adalah merupakan tolok ukur penilaian kinerja yang dapat dijadikan indikator
keberhasilan masing-masing unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah. Indikator ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan Rencana Strategis
(Renstra), Rencana Kinerja Tahunan (RKT), Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga
(RKA-KL), Penetapan Kinerja (PK), Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), serta

76 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


menjadi bahan evaluasi pencapaian kinerja pada Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan
Umrah.
Adapun indikator kinerja utama di Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah dan
masing-masing unit kerja yang ada di dalamnya adalah sebagai berikut:
• Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah
a. Jumlah kebijakan yang dikeluarkan di bidang penyelenggaraan haji dan pembinaan umrah.
Jumlah pedoman/Juknis/kriteria dan prosedur kerja yang dikeluarkan di bidang
penyelenggaraan haji dan pembinaan umrah.
b. Jumlah dokumen administratif yang dapat diselesaikan tepat waktu.
c. Jumlah kegiatan yang berkaitan dengan pembinaan teknis dan evaluasi pelaksanaan tugas.
d. Persentase tingkat kepuasan jemaah dalam pelayanan ibadah haji.
e. Persentase penurunan jumlah temuan pemeriksaan oleh auditor internal dan eksternal.
f. Jumlah pemberitaan tentang Ditjen PHU di media massa nasional.
g. Jumlah pengunjung situs haji www.haji.kemeneg.go.id.
• Sekretariat
a. Jumlah dokumen rencana kerja dan anggaran, serta informasi pelaksanaan kegiatan haji.
b. Jumlah dokumen administrasi keuangan dan laporan keuangan yang akuntabel.
c. Jumlah kebijakan yang dikeluarkan di bidang penyelenggaraan haji dan pembinaan umrah.
d. Jumlah prosedur kerja dan kegiatan pengembangan pegawai.
e. Jumlah kegiatan kerumahtanggaan dan penertiban BMN/aset haji.
• Direktorat Pembinaan Haji dan Umrah
a. Jumlah kegiatan penyuluhan dan pencitraan jemaah haji dan umrah.
b. Jumlah jemaah haji dan umrah yang mandiri dan disiplin.
c. Jumlah PIHK dan Kelompok Bimbingan Haji dan Umrah yang terakreditasi
d. Jumlah petugas haji yang profesional dan berdedikasi.
e. Jumlah kegiatan pembinaan pasca haji.
• Direktorat Pelayanan Haji Dalam Negeri
a. Jumlah jemaah haji yang mendaftar dan memperoleh kepastian keberangkatan (first come first
served and real time).
b. Jumlah dokumen dan identitas petugas dan jemaah haji yang diselesaikan.
c. Jumlah embarkasi yang aman, nyaman, dan mudah terjangkau.

77 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


• Direktorat Pelayanan Haji Luar Negeri
a. Jumlah pemondokan yang aman, nyaman, dan mudah terjangkau.
b. Jumlah jemaah yang terlayani katering sesuai menu/cita rasa Nusantara.
c. Jumlah sarana transportasi sesuai kapasitas dan ketepatan layanan.
• Direktorat Pengelolaaan Dana Haji
a. Jumlah dana BPIH yang dimanfaatkan dan dikelola secara transparan dan akuntabel.
b. Jumlah dana Non-BPIH yang dimanfaatkan secara transparan dan akuntabel.
c. Jumlah dokumen pemantauan dan evaluasi.
d. Jumlah sistem informasi haji yang dikembangkan.

B. KERANGKA PENDANAAN
Untuk mencapai tujuan dan sasaran program tahun 2015-2019, diperlukan ketersediaan dana
yang memadai. Sumber pembiayaan perlu dikelola sedemikian rupa akibat tidak seimbangnya
kebutuhan pembiayaan dengan sumber biaya yang tersedia. Sumber pembiayaan khususnya dari
pemerintah yang tidak memadai harus didukung dengan sumber pembiayaan yang berasal dari
masyarakat (BPIH).
Dalam rangka pemenuhan pendanaan pembangunan bidang agama dalam penyelenggaraan haji
dn umrah, direncanakan skema kerangka pendanaan sebagai berikut:
1. Mengoptimalkan peningkatan pembiayaan melalui pemanfataan Surat Berharga Syariah Negara
(SBSN);
2. Mengoptimalkan penempatan setoraan awal BPIH, pada portofolio yang dapat memberikan nilai
manfaat lebih besar;
Secara umum, skema pendanaan yang diperlukan untuk mencapai target penyelenggaraan haji
dan umrah dalam masa lima tahun mendatang berasal dari anggaran pemerintah, partisipasi
masyarakat dan nilai manfaat penempatan BPIH.

Pendanaan dari Pemerintah


Alokasi anggaran yang bersumber dari APBN untuk membiayai program Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umrah selama 5 (lima) tahun ditetapkan sebesar Rp7.166.167.000.000,00
(Tujuh triliun seratus enam puluh enam milyar seratus enam puluh tujuh juta rupiah). Alokasi tersebut

78 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


belum termasuk alokasi untuk gaji pegawai dan belanja operasional seperti listrik, telepon dan air.
Rincian kerangka pendanaan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah sebagai berikut:

Alokasi 2015 - 2019


No Program Ditjen PHU
Rp milyar %
1 Penyelenggaraa Haji dan Umrah Tahun 2015 1.075,20 15,00%
2 Penyelenggaraa Haji dan Umrah Tahun 2016 1.223,49 17,07%
3 Penyelenggaraa Haji dan Umrah Tahun 2017 1.404,65 19,60%
4 Penyelenggaraa Haji dan Umrah Tahun 2018 1.596,82 22,28%
5 Penyelenggaraa Haji dan Umrah Tahun 2019 1.866,00 26,04%
Jumlah 7.166,16 100%

Penjabaran lebih rinci kerangka pendanaan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah
yang berasal dari pemerintah pusat dapat dilihat pada Lampiran I Matriks Kinerja dan Pendanaan
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah yang menggambarkan target kinerja dan alokasi
dana program dan kegiatan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah.

Pendanaan Dari Masyarakat


Pendanaan masyarakat, berasal dari setoran BPIH, dan nilai manfaat setoran awal BPIH. Kegiatan di
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah terbagi menjadi enam yang masing-masing
memiliki sub kegiatan. Pada tahun 2015-2019 rencana anggaran yang diperlukan untuk mendukung
program dan kegiatan pada Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Rp24.321.000.000 (Dua puluh
empat triliun tiga ratus dua puluh satu miliar rupiah) Anggaran tersebut digunakan untuk menunjang
keberhasilan pelaksanaan kegiatan jangka menengah dengan perolehan hasil (outcome), sebagai
berikut:
Alokasi 2015 - 2019
No Program Ditjen PHU
Rp milyar %
1 Penyelenggaraa Haji dan Umrah Tahun 2015 3.735 15
2 Penyelenggaraa Haji dan Umrah Tahun 2016 4.386 18
3 Penyelenggaraa Haji dan Umrah Tahun 2017 4.800 20

79 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


Alokasi 2015 - 2019
No Program Ditjen PHU
Rp milyar %
4 Penyelenggaraa Haji dan Umrah Tahun 2018 5.400 22
5 Penyelenggaraa Haji dan Umrah Tahun 2019 6.000 25
Jumlah 24.321 100

1. Dukungan manajemen dan pelaksanaan tugas teknis lainnya.


Kegiatan prioritas ini akan menghasilkan keluaran (output), yaitu:
a. Tersedianya dokumen perencanaan dan sistem informasi.
b. Terlaksananya tertib administrasi keuangan.
c. Terlaksananya pengembangan kelembagaan, ketatalaksanaan, kepegawaian, dan peraturan
perundang-undangan.
d. Terlaksananya tertib administrasi perkantoran dan pelayanan umum.
Jumlah anggaran yang diperlukan untuk membiayai kegiatan tersebut selama tahun 2015-2019
sebesar Rp1.661.545.000,000 (Satu triliun enam ratus enam puluh satu miliar lima ratus empat
puluh lima juta rupiah) dengan rincian:
a. Tahun 2015 sebesar Rp 284.700.000,000
b. Tahun 2016 sebesar Rp 306.687.000,000
c. Tahun 2017 sebesar Rp 330.419.000,000
d. Tahun 2018 sebesar Rp 356.038.000,000
e. Tahun 2019 sebesar Rp 383.700.000,000
Keluaran (output) di atas akan dicapai antara lain melalui:
a. Koordinasi pelaksanaan tugas penyelenggaraan haji dan umrah, baik di pusat maupun daerah.
b. Penyusunan laporan keuangan yang akuntabel.
c. Penyusunan dan revisi Standar Operasional Prosedur (SOP).
d. Pembinaan mental dan kinerja pegawai.
e. Penyusunan peraturan perundang-undangan.
f. Pelayanan kerumahtanggaan, dan pengelolaan BMN.
2. Pembinaan haji dan umrah.
Keluaran (output) yang akan dihasilkan dari kegiatan ini adalah:
a. Tersedianya dukungan manajemen dan administrasi pembinaan haji.

80 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


b. Terwujudnya kualitas penyuluhan haji.
c. Terwujudnya kualitas materi dan sarana bimbingan jemaah.
d. Terwujudnya kualitas pembinaan petugas.
e. Terwujudnya pembinaan dan pengawasan kepada KBIH, PIHK, dan PPIU.
Jumlah anggaran yang diperlukan untuk membiayai kegiatan dimaksud selama tahun 2015-2019
sebesar Rp 1.550.695.000.000 (Satu triliun lima ratus lima puluh miliar enam ratus sembilan puluh
lima juta rupiah) dengan rincian:
a. Tahun 2015 sebesar Rp 254.000.000.000.
b. Tahun 2016 sebesar Rp 279.400.000.000.
c. Tahun 2017 sebesar Rp 307.340.000.000.
d. Tahun 2018 sebesar Rp 338.074.000.000.
e. Tahun 2019 sebesar Rp 371.881.000.000.
Keluaran (output) di atas akan dicapai antara lain melalui:
a. Koordinasi pembinaan haji.
b. Pengembangan metode penyuluhan haji dan penyebarluasan materi penyuluhan.
c. Bimbingan manasik (materi dan metode) dan perjalanan kepada jemaah.
d. Pembinaan petugas haji (materi dan metode).
e. Pembinaan dan akreditasi kepada KBIH, PIHK, dan PPIU.
3. Pelayanan haji di dalam dan luar negeri
Keluaran (output) yang akan dihasilkan dari kegiatan ini adalah:
a. Tersedianya dukungan manajemen dan administrasi pelayanan haji.
b. Terwujudnya pelayanan pendaftaran.
c. Terwujudnya pelayanan dokumen haji.
d. Terwujudnya pelayanan akomodasi.
e. Terwujudnya pelayanan transportasi.
Jumlah anggaran yang diperlukan untuk membiayai kegiatan tersebut selama tahun 2015-2019
sebesar Rp 3.850.414.000.000 (Tiga triliun delapan ratus lima puluh miliar empat ratus empat
belas juta rupiah) dengan rincian:
a. Tahun 2015 sebesar Rp 519.000.000.000.
b. Tahun 2016 sebesar Rp 618.200.000.000.
c. Tahun 2017 sebesar Rp 745.820.000.000.

81 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


d. Tahun 2018 sebesar Rp 880.902.000.000.
e. Tahun 2019 sebesar Rp 1.086.492.000.000.
Keluaran (output) di atas akan dicapai antara lain melalui:
a. Koordinasi pelayanan haji.
b. Pendaftaran jemaah haji melalui Siskohat.
c. Pemvisaan bagi jemaah dan petugas haji.
d. Penyediaan asrama/pemondokan dan katering, baik di Tanah Air maupun di Arab Saudi.
e. Penyiapan transportasi baik di Tanah Air maupun di Arab Saudi.
4. Pengelolaan dana haji
Keluaran (output) yang hendak dihasilkan dari kegiatan ini adalah:
a. Tersedianya dukungan manajemen dan administrasi pengelolaan BPIH dan SIH.
b. Tersedianya dokumen perencanaan BPIH.
c. Terlaksananya akuntabilitas dana non-BPIH (DAU).
d. Terlaksananya pemantauan dan evaluasi.
e. Terlaksananya pengembangan sistem informasi haji.
Jumlah anggaran yang diperlukan untuk membiayai kegiatan dimaksud selama tahun 2015-2019
sebesar Rp 94.887.000.000 (Sembilan puluh empat miliar delapan ratus delapan puluh tujuh juta
rupiah) dengan rincian:
a. Tahun 2015 sebesar Rp 16.000.000.000.
b. Tahun 2016 sebesar Rp 17.600.000.000.
c. Tahun 2017 sebesar Rp 19.360.000.000.
d. Tahun 2018 sebesar Rp 19.965.000.000.
e. Tahun 2019 sebesar Rp 21.962.000.000.
Keluaran (output) di atas akan dicapai antara lain melalui:
a. Koordinasi dalam pengelolaan BPIH dan SIH.
b. Penyusunan komponen dan neraca BPIH.
c. Penyusunan komponen dan neraca non-BPIH.
d. Pemantauan dan evaluasi penggunaan dana haji.
e. Pengelolaan/pengembangan teknologi dan sistem informasi haji.
Rekapitulasi substansi kegiatan selama tahun 2015-2019 dan kegiatan setiap tahunnya yang
diselenggarakan seluruh unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah

82 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


dapat dilihat pada Lampiran. Fokus kegiatan yang diselenggarakan Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umrah sehingga tercapainya visi dan tujuan akan ditentukan setiap
tahunnya dalam Rencana Kegiatan dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL). Penetapan fokus
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah pada setiap tahun dimaksud untuk
menyesuaikan dan mengantisipasi perkembangan kondisi serta situasi yang terus berubah.

Skema Jaringan Siskohat Kementerian Agama Gen-2

83 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


BAB V
PENUTUP

Rencana Strategis Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah tahun 2015-2019 merupakan
rencana yang bersifat umum guna menjadi arah dan pedoman dalam menyusun rencana program,
melaksanakan, dan mengendalikan penyelenggaraan haji dan pembinaan umrah, Kementerian Agama.
Dokumen ini dapat menjadi sarana untuk mendefinisikan apa yang akan dicapai Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umrah, mengidentifikasikan strategi, memperjelas prioritas organisasi, dan
bagaimana strategi untuk mencapai hasil dengan merumuskan kebijakan penyelenggaraan haji dan umrah.
Tersusunnya Renstra ini diharapkan dapat merespon berbagai tantangan dan peluang sesuai dengan
tuntutan perubahan lingkungan strategis, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Selanjutnya, Renstra
ini merupakan gambaran peta permasalahan dengan mempertimbangkan kekuatan, kelemahan, peluang,
tantangan, program kegiatan, dan strategi yang digunakan untuk melaksanakan program tersebut selama
kurun waktu lima tahun.
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah sebagai satuan kerja yang bertugas menyeleng-
garakan ibadah haji dan pembinaan umrah diharapkan lebih proaktif, kreatif, adaptif, dan responsif terhadap
arah perubahan di berbagai bidang, baik yang membawa pengaruh positif maupun negatif. Oleh karena itu,
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah dituntut mampu memberikan pembinaan, pelayanan,
dan perlindungan bagi tercapainya jemaah haji mandiri. Hal ini diperlukan agar Direktorat Jenderal
Penyelenggaraan Haji dan Umrah sebagai garda terdepan dalam mewujudkan kontrak politik Menteri Aga-
ma dengan Presiden di bidang penyelenggaraan haji dan umrah dapat terwujud dengan baik, yaitu mampu
memberikan rasa keadilan profesional dan akuntabel.
Dalam pelaksanaan Renstra ini terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain sinkronisasi
rencana dan program pada masing-masing satuan kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Penyelenggaraan
Haji dan Umrah. Untuk itu prinsip-prinsip koordinasi, integrasi, dan sinergisitas harus menjadi dasar setiap
pelaksanaan kegiatan , sehingga dapat diwujudkan keterpaduan dalam setiap pelaksanaan kegiatan.
Semoga Rencana Strategis Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Tahun 2015-2019
dapat bermanfaat dan menjadi acuan penyusunan rencana dan anggaran penyelenggaraan ibadah haji dan
umrah setiap tahun.

84 | Renstra Ditjen PHU Tahun 2015-2019


LAMPIRAN :

MATRIKS TARGET
PROGRAM/KEGIATAN DAN PENDANAAN KEGIATAN
DIREKTORAT JENDERAL PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH
KEMENTERIAN AGAMA
TAHUN 2015–2019
TARGET DAN KEBUTUHAN PENDANAAN PEMBANGUNAN UNTUK TAHUN 2015 – 2019
DIREKTORAT JENDERAL PENYELENGGARAAN HAJI DAN UMRAH
KEMENTERIAN AGAMA

SASARAN STRATEGIS TOTAL


TARGET ALOKASI (Juta Rupiah)
(IMPACT)/SASARAN JUMLAH ALOKASI UNIT ORGANISASI
PROGRAM/KEGIATAN INDIKATOR
PROGRAM TARGET (Juta PELAKSANA
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
(OUTCOME)/SASARAN Rupiah)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
PROGRAM Terwujudnya 1.075,200 1.223,492 1.404,656 1.596,817 1.866,002 7.166,167 Direktorat Jenderal
PENYELENGGARAAN Penyelenggaraan Haji dan Penyelenggaraan
HAJI DAN UMRAH Umrah yang Tertib dan Haji dan Umrah /
Lancar 1 Indeks kepuasan jemaah haji 83,00 84,00 85,25 86,50 87,50 87,50 Kanwil /
Kankemenag
Pelayanan Haji Dalam Terwujudnya Kualitas 500,200 597,520 723,072 855,879 1.058,967 3.735,638 Direktorat
Negeri Pelayanan Ibadah Haji 500,200 597,520 723,072 855,879 1.058,967 3.735,638 Pelayanan Haji
Dalam Negeri 1 Jumlah Rehabilitasi dan Dalam Negeri /
10 12 10 9 7 34 477,000 572,000 695,000 825,000 1.025,000 1.025,000 Kanwil /
Pengembangan Asrama haji
Kankemenag
2 Jumlah lokasi Pelayanan
506 506 506 506 506 506 20,900 22,990 25,289 27,818 30,600 30,600
pendaftaran haji
3 Jumlah Pelayanan transportasi
155.200 194.000 194.000 194.000 194.000 931.200 2,300 2,530 2,783 3,061 3,367 3,367
dan pelindungan jemaah haji
Pelayanan Haji Luar Terwujudnya Kualitas 18,800 20,680 22,748 25,023 27,525 114,776 Direktorat
Negeri Pelayanan Ibadah Haji Luar 18,800 20,680 22,748 25,023 27,525 114,776 Pelayanan Haji Luar
Negeri 1 Jumlah penyediaan akomodasi Negeri
155.200 194.000 194.000 194.000 194.000 931.200 5,900 6,490 7,139 7,853 8,638 36,020
jemaah haji di Luar Negeri
2 Jumlah penyediaan katering
155.200 194.000 194.000 194.000 194.000 931.200 4,200 4,620 5,082 5,590 6,149 25,641
jemaah haji di Luar Negeri
3 Jumlah Pelayanan transportasi
darat dan kesehatan jemaah 155.200 194.000 194.000 194.000 194.000 931.200 3,300 3,630 3,993 4,392 4,832 20,147
haji
4 Jumlah dokumen hasil
1 1 1 1 1 5 5,400 5,940 6,534 7,187 7,906 32,968
pengawasan operasional haji
SASARAN STRATEGIS TOTAL
TARGET ALOKASI (Juta Rupiah)
(IMPACT)/SASARAN JUMLAH ALOKASI UNIT ORGANISASI
PROGRAM/KEGIATAN INDIKATOR
PROGRAM TARGET (Juta PELAKSANA
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
(OUTCOME)/SASARAN Rupiah)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Pembinaan Haji dan Terwujudnya Kualitas 254,000 279,400 307,340 338,074 371,881 1.550,695 Direktorat
Umrah Pembinaan Ibadah Haji dan 254,000 279,400 307,340 338,074 371,881 1.550,695 Pembinaan Haji dan
Umrah 1 Jumlah petugas PPIH Arab Umrah / Kanwil /
Saudi yang difasilitasi dalam Kankemenag
1.490 1.490 1.490 1.490 1.490 1.490 91,800 100,980 111,078 122,186 134,404 560,448
pelatihan manajemen dan
pelayanan prima
2 Jumlah petugas PPIH
Embarkasi yang difasilitasi
2.600 2.600 2.600 2.600 2.600 2.600 64,400 70,840 77,924 85,716 94,288 393,168
dalam pelatihan manajemen
dan pelayanan prima
3 Jumlah rekrutmen Tenaga
589 589 589 589 589 589 29,600 32,560 35,816 39,398 43,337 180,711
musiman PPIH arab saudi
4 Jumlah Pembimbing dan
1.300 1.500 1.600 1.700 2.000 8.100 13,500 14,850 16,335 17,969 19,765 82,419
Penyuluh Haji yang bersertifikasi
5 Jumlah jemaah haji yang
mendapatkan bimbingan 155.200 155.200 194.000 194.000 194.000 892.400 46,400 51,040 56,144 61,758 67,934 283,277
manasik haji
6 Jumlah lembaga penyelenggara
ibadah haji khusus dan umrah
yang difasilitasi dalam 671 671 671 671 671 671 6,300 6,930 7,623 8,385 9,224 38,462
memenuhi standar pelayanan
ibadah haji khusus dan umrah
7 Jumlah naskah penyusunan
norma, standar, dan prosedur 4 4 4 4 4 20 2,000 2,200 2,420 2,662 2,928 12,210
penyelenggaraan ibadah haji
SASARAN STRATEGIS TOTAL
TARGET ALOKASI (Juta Rupiah)
(IMPACT)/SASARAN JUMLAH ALOKASI UNIT ORGANISASI
PROGRAM/KEGIATAN INDIKATOR
PROGRAM TARGET (Juta PELAKSANA
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
(OUTCOME)/SASARAN Rupiah)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Pengelolaan dana haji Terwujudnya Kualitas 16,000 17,600 19,360 19,965 21,962 94,887 Direktorat
Akuntabilitas Pengelolaan 16,000 17,600 19,360 19,965 21,962 94,887 Pengelolaan Dana
Dana Haji 1 Jumlah Penyusunan Regulasi Haji / Kanwil /
tentang Penetapan Besaran Kankemenag
1 1 1 1 1 5 3,400 3,740 4,114 4,525 4,978 20,757
Biaya Penyelenggaraan Ibadah
Haji
2 Jumlah penyusunan peraturan
2 2 2 - - 6 1,000 1,100 1,210 - - 3,310
badan pengelola keuangan haji
3 Jumlah Dokumen laporan
Pengelolaan dan 34 34 34 34 34 34 1,000 1,100 1,210 1,331 1,464 6,105
pengembangan Dana Haji
4 Jumlah Dokumen Laporan
34 34 34 34 34 34 6,700 7,370 8,107 8,918 9,809 40,904
keuangan operasional haji
5 Jumlah dokumen laporan
pemanfaatan dan
1 1 1 1 1 5 1,000 1,100 1,210 1,331 1,464 6,105
pengembangan dana abadi
umat
6 Jumlah Dokumen Laporan hasil
1 1 1 1 1 5 1,000 1,100 1,210 1,331 1,464 6,105
nilai manfaat setoran awal
7 Jumlah Dokumen laporan aset
34 34 34 34 34 34 1,900 2,090 2,299 2,529 2,782 11,600
haji
SASARAN STRATEGIS TOTAL
TARGET ALOKASI (Juta Rupiah)
(IMPACT)/SASARAN JUMLAH ALOKASI UNIT ORGANISASI
PROGRAM/KEGIATAN INDIKATOR
PROGRAM TARGET (Juta PELAKSANA
2015 2016 2017 2018 2019 2015 2016 2017 2018 2019
(OUTCOME)/SASARAN Rupiah)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Dukungan manajemen Terwujudnya Kualitas Tata 284,700 306,687 330,419 356,038 383,700 1.661,545 Sekretariat
dan pelaksanaan tugas Kelola Dukungan 284,700 306,687 330,419 356,038 383,700 1.661,545 Direktorat Jenderal
teknis lainnya Manajemen dan Tugas 1 Jumlah dokumen administrasi Penyelenggaraan
penyelenggaraan haji Teknis Lainnya perencanaan, keuangan, umum Haji dan Umrah /
dan umrah Penyelenggaraan Haji dan 1.588 1.606 1.621 1.630 1.630 1.630 8,200 9,020 9,922 10,914 12,006 50,062 Kanwil /
dan ortala kepegawaian yang
Umrah disusun tepat waktu Kankemenag
2 Jumlah naskah kebijakan
manajemen dan pelaksanaan 1 1 1 1 1 5 34,576 36,996 39,586 42,357 45,322 198,838
tugas teknis lainnya
3 Jumlah dokumen monev, LAKIP,
dan BMN 3 3 3 3 3 3 54,025 57,807 61,853 66,183 70,816 310,684

4 Jumlah lokasi Pengelolaan


database, jaringan, dan 35 36 36 36 36 36 60,400 66,440 73,084 80,392 88,432 368,748
informasi haji
5 Jumlah penyediaan Sarana dan
512 517 520 520 520 520 127,499 136,424 145,974 156,192 167,125 733,213
Prasarana PHU
Pelayanan Atase Haji di Terwujudnya Kualitas 1,500 1,605 1,717 1,838 1,966 8,626 Atase Haji
Jeddah Pelayanan Atase di Jeddah 1,500 1,605 1,717 1,838 1,966 8,626
1 Dukungan operasional
operasional perkantoran atase 12 12 12 12 12 12 1,500 1,605 1,717 1,838 1,966 8,626
haji di Jeddah

Jakarta, Desember 2015


Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah

ABDUL DJAMIL
TIM
PENYUSUN
PENGARAH
Abdul Djamil

PENANGGUNGJAWAB
Khasan Faozi | Muhajirin Yanis | Ahda Barori | Sri
Ilham Lubis | Ramadhan Harisman

KETUA
Haryanto

SEKRETARIS
A. Rahman

ANGGOTA
M. Ikhsan Fahmi | Mulyo Widodo | Ali
Rokhmat | M. Khanif | Subhan Cholid |
Alam Agoga Hasibuan | Tati Yuliati |
Suharti Afifah

SEKETARIAT
Bayu Prayitno | Arienta Nurcahya |
Sofyan Hadi | Shoim Munawar | Siti
Nurbaiti | Sutiar Utomo | Asep Sodiqin |
Wawan Mudzakir

Anda mungkin juga menyukai