Anda di halaman 1dari 4

Demokrasi Virtual Dan Perubahan

Sosial
Oleh : ADI SURYA

Ketua DPC GMNI Sumedang-UNPAD

Salah satu efek positif memilih negara


demokrasi adalah adanya kesempatan setiap
warga negara untuk menyampaikan
pendapatnya secara bebas. Demokrasi juga
menempatkan publik sebagai entitas yang
sangat sentral sebagai pemilik kedaulatan. Oleh
karena itu dulu pada zaman yunani, dengan luas
wilayah yang tidak terlalu luas, berdemokrasi
dilakukan dengan pendapat orang per orang.
Kini, suara rakyat diwakilkan kepada para wakil
rakyat. Namun, seringkali apa yang dikatakan
wakil rakyat bertentangan dengan aspirasi
konstituen. Sebab itu pula lahir parlemen versi
rakyat yang menamakan dirinya parlemen
jalanan dan yang paling trend adalah parlemen
online.
Parlemen online sebenarnya ikut serta
menelanjangi sebuah fakta,tidak bekerjanya
fungsi anggota DPR sebagai penyambung lidah
rakyat.Orang-orang yang diam dibalik
layar,ternyata mampu menggerakkan bahkan
menjadi kelompok penekan dalam sebuah
kebijakan. Kita ambil contoh bagaimana kasus
Prita dan Rumah Sakit Omni Internasional begitu
mendapat atensi publik dari ruang maya.Kasus
teranyar datang dari dugaan kriminalisasi
pimpinan KPK non aktif yang mendapat
dukungan publik dunia maya (netter) dalam
wadah Gerakan 1.000.000 Facebookers dukung
Bibit-Chandra.Di sini ada perubahan konteks
gerakan yang beralih dari jalanan menuju ruang-
ruang virtual.Inilah era dimana internet telah
menjadi alat dalam perubahan sosial.
Ada hal yang sangat miris dengan fenomena
ini.Bahwasanya untuk menyelesaikan
permasalahan yang riil harus menggunakan cara-
cara maya atau virtual.Bukankah pemerintah
sudah dimandatkan rakyat untuk senantiasa
bertindak nyata sesuai dengan rasa keadilan
masyarakat?. Pertanyaan ini tentunya tidak
terjawab oleh elit politik kita sehingga publik
mengekspresikan gugatan dan opininya melalui
saluran yang menurutnya tidak membatasi
pendapatnya.Justru oposisi yang sebenarnya
telah terlihat dan mengambil posisi dalam
kumpulan orang di dunia virtual.Parlemen online
adalah oposisi sejati dari kekuasaan hari ini.
Namun, parlemen online juga memiliki
kelemahan.Salah satunya,suara yang disuarakan
bersifat ekslusif.Dalam arti,hanya kelas
menengah perkotaan saja yang mengambil
peran dalam menyuarakan pendapat karena
pengguna internet didominasi kalangan
ini.Padahal,gerakan sosial harus seperti efek bola
salju yang menyentuh setiap
kalangan.Kedua,gerakan online tidak memiliki
konsep gerakan yang sistematis dan seringkali
dengan bernada ikut-ikutan dan sedikit
emosional.Kebebasan bersuara hendaknya tidak
dimaknai sebagai kebebasan mutlak yang
berakibat gerakan online hanya kumpulan orang-
orang yang hanya mampu menghujat dan
memaki.Ketiga,parlemen online membuat
konsep-konsep yang semestinya dilakukan di
dunia nyata menjadi tidak
menarik.Padahal,untuk melaksanakan perubahan
harus dengan aksi-aksi yang nyata pula.
Melihat antusiasme publik dalam memberi
pendapat di dunia maya, membawa angin segar
dalam berdemokrasi.Sekaligus menjadi tamparan
telak elit politik untuk mampu merespon suara
rakyat.Parlemen online bukanlah antitesa dari
parlemen jalanan,melainkan memberikan
diversivikasi baru gerakan sosial yang saling
melengkapi.Namun seperti yang dikatakan oleh
Umberto Eco “Manakala Internet melalui
komunitas-komunitas maya-benar-benar bisa
menjadi jalan untuk mewujudkan komunitas-
komunitas tatap-muka, barulah ia akan menjadi
alat perubahan sosial yang penting”.Untuk
itu,gerakan demokrasi virtual harus mampu
menjadi gerakan nyata demi efektifitas sebuah
perubahan di republik ini.

Adi Surya Purba


Mahasiswa Ilmu Kesejahteraan Sosial
Fisip Unpad

Anda mungkin juga menyukai