MUDA
Oleh : Adi Surya
Gedung yang terletak di jalan Asia Afrika ini didirikan oleh seorang
arsitek Belanda yang bernama Van Galenlast dan C.O. Wolf Shoomaker.
Gedung ini menjadi sangat terkenal sejak diadakannya Konferensi Asia
Afrika tahun 1955, kemudian Konferensi Mahasiswa Asia Afrika tahun
1956 dan Konferensi Islam Asia Afrika yang menyimpan naskah-naskah
dan peniggalan-peniggalan Asia Afrika yang terkenal. Gedung ini dibuka
untuk umum setiap harikerja dan mudah dicapai dengan menggunakan
bus kota jurusan Cicaheum-Cibeureum, Museum yang menampilkan
koleksi foto-foto dan barang-barang tiga dimensi yang berhubungan
dengan Konferensi Asia Afrika 1955. Pak Kodrat kemudian bercerita
tentang masih kurangnya perhatian pemerintah dalam mengalokasikan
anggaran pemeliharaan gedung. “Barang–barang di gedung ini adalah
barang bersejarah yang butuh perawatan yang lumayan mahal. Beberapa
koleksi peninggalan KAA dan kondisi gedung harus dirawat secara
berkala. Terkadang pengunjung tidak justru malah ikut mengotori gedung
dengan adanya tapak-tapak sepatu di dinding gedung. Selain sepinya
pengunjung, malah orang asing yang banyak berkunjung kesini.
Wisatawan lokal dan asing akan dipandu oleh guide yang menjelaskan
tiap sudut gedung dari persfektif sejarah” begitu terangnya.
Jika anda ingin datang ke museum KAA ini, hari buka mulai Senin
hingga Jumat pada pukul 08.00-15.00 Wib dengan biaya masuk gratis.
Sudah seyogyanya sejarah tidak ditempatkan di rak-rak usang dalam
bingkai pemikiran kita. Sejarah bukanlah barang antik. Bukan pula barang
mati yang hanya diziarahi. Tetapi, bagaimana kita melihat sejarah sebagai
titik tolak untuk menjawab pertanyaan siapa, dimana dan mau apa kita
hidup sebagai sebuah bangsa. Hal ini penting agar generasi kita tidak
menjadi generasi yang limbung tentang jati dirinya. Kita tentunya tidak
ingin menjadi generasi yang terjebak dalam mempertahankan keaslian
dengan cinta buta dan menerima modernitas tanpa jati diri. Tentu saja,
kita bukan kaum muda seperti itu.
Adi Surya