OPTIMALISASI KONFIGURASI FLEET DALAM PEKERJAAN OB REMOVAL DAN COAL GETTING Potensi batubara di Indonesia yang besar sangat menjanjikan untuk terus dikembangkan. Berdasarkan data dari Kementrian Energi dan Sumberdaya Mineral (KESDM), cadangan batubara di Indonesia yang dapat ditambang mencapai 9 Miliar ton batubara atau 1,2 % dari keseluruhan total cadangan batubara dunia. Potensi batubara yanng ada di Indonesia yang sangat besar namun belum banyak digarap investor. Kendala ini disebabkan adanya ketidakpastian perundang-undangan seperti Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang seharusnya sudah dimiliki perusahaan secara menyeluruh namun pada saat ini masih ada beberapa perusahaan yang menggunakan Perjanjian Kontrak Pengusaha Pertambangan Batubara (PKP2B), ketidaksepahaman antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, tumpang tindih pemenfaatan lahan dengan kehutanan dan pertentangan antara perusahaan dengan masyarakat sekitar. Pertambangan yang dilakukan seharusnya menguntungkan perusahaan dan masyarakat. Salah satu perusahaan pertambangan batubara yang beroperasi di Tanjung Enim adalah PT. Manambang Muara Enim (PT MME). PT MME bekerja sama dengan masyarakat dalam mengembangkan wilayah di luar daerah penambangan dengan melakukan program Coorporate Social Responsibility (CSR) dan Community Development (Comdev). Untuk mencapai target produksi penambangan diperlukan eksplorasi batubara. Hal ini bertujuan untuk mengetahui cadangan batubara yang terdapat di wilayah izin usaha pertambangan (WIUP). Eksplorasi dibagi menjadi 2 tahap, yaitu eksplorasi awal dan eksplorasi rinci. Eksplorasi awal berupa pengetahuan gambaran awal bentuk tiga dimensi endapan meliputi ketebalan, bentuk, korelasi, sebaran, struktur geologi, kualitas dan kuantitas. Kegiatan yang dilakukan adalah pemetaan geologi skala 1 : 10.000 pemetaan topografi, pemboran dengan jarak sesuai kondisi geologinya, logging geofisika, test pit, trenching, pemercontoan, pengkajian awal geoteknik dan geohidrologi. Kategori termasuk Sumberdaya Tertunjuk. Eksplorasi rinci bertujuan untuk mengetahui kualitas dan kuantitas serta model tiga dimensi secara lebih rinci. Kegiatan yang dilakukan pemetaan geologi skala 1 : 2.000, pemetaan topografi, pemboran dengan jarak sesuai kondisi geologinya, logging geofisika, pengkajian geoteknik dan geohidrologi. Pada tahap ini dilakukan penyelidikan pendahuluan keasaman batuan, air dan lingkungan. Kategori termasuk Sumberdaya Terukur. Ekplorasi umumnya dilakukan dengan pengeboran (drilling), menggunakan peta geologi dan sumber dari KESDM. Pengeboran yang dilakukan bertujuan untuk menentukan arah dan ketebalan dari persebaran batubara. Pengeboran yang dilakukan berfungsi juga untuk menentukan besarnya cadangan di daerah WIUP. Melalui peta geologi dapat diketahui lapisan-lapisan yang berada relatif di atas maupun di bawah pada lapisan batubara. Hal ini bertujuan untuk menentukan metode stripping of overburden yang digunakan. Pengambilan sampel bertujuan untuk menentukan kualitas batubara yang terdapat di wilayah daerah WIUP. Kualitas Batubara dapat berupa analisis proximate dan analisis ultimate. Banyaknya batubara yang dapat diambil dibandingkan dengan jumlah overburden yang dikupas disebut dengan Stripping Ratio (SR). SR menentukan kebutuhan alat gali muat dan alat angkut. Alat gali muat dapat berupa Excavator PC 750 yang memiliki kapasitas bucket 3,66 4,45 m 3 ,
sedangkan alat angkut dapat berupa HD 465 yang memiliki kapasitas bucket 22,5 bcm. Produktivitas alat gali muat berupa excavator PC 750 jika diketahui nilai fill factor bucket (Ff) yaitu 0,695 ; swell factor (SF) yaitu 0,85 ; effisiensi yaitu 0,75 ; dan cycle time (CT) yaitu 16,9 detik. Dari data yang diketahui dapat dihitung produktivitas alat dengan menggunakan persamaan sebagai berikut. Ct Eff Kb Q 3600
Kb = Kb spek alat x Ff x SF = 4,45 m 3 x 0,695 x 0,85 = 2,628 m 3
59 , 16 3600 75 , 0 628 , 2 Q Q = 427,70 bcm/jam Sementara itu produktivitas alat angkut berupa HD 465 jika diketahui nilai kapasitas bucket (Kb) 22.5 bcm ; effisiensi (eff) 0,80 ; swell factor (SF) 0,85 ; cycle time (CT) 12,81 menit. Dari data yang diketahui dapat dihitung produktivitas alat dengan menggunakan persamaan sebagai berikut. Ct SF Ef f Kb Q 60
81 , 12 60 85 , 0 80 , 0 5 , 22 Q Q = 71,66 bcm/jam Dari perhitungan produktivitas antara excavator PC 750 dan HD 465 dapat diketahui nilai produktivitas sebesar 427,70 bcm/jam dan 71,66 bcm/jam. Sehingga faktor korelasi antara excavator PC 750 dan HD 465 adalah 1 : 7. Perbandingan ini disebut dengan satu fleet. Umumnya kombinasi alat gali muat dan alat angkut berguna untuk optimalisasi produksi overburden dan coal getting. Pengupasan overburden diusahakan tidak lebih lama dari pada penambangan batubara (coal getting). Hal ini disebabkan karena volume overburden lebih banyak dari pada batubara. Pada saat produksi batubara berlangsung, pengupasan overburden juga dilakukan. Hal ini bertujuan untuk menjaga luas batubara yang terekspose jangan sampai berkurang karena lapisan batubara masih ditutupi lapisan overburden. Tujuan menjaga luas batubara yang terekspose yaitu untuk menjamin batubara yang siap ditambang agar proses penambangan tidak terhenti.