Anda di halaman 1dari 20

1

STATUS UJIAN

SKIZOFRENIA PARANOID











Oleh:
Mahyuni Suwika Sari
H1A008024


Pembimbing
dr. Yolly Dahlia, Sp.KJ




DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA
BAGIAN / SMF ILMU PENYAKIT JIWA
RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2014


2

LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien
Nama Pasien : Aq. L
Umur : 41 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Kalijaga, Aiq Mel, Lombok Timur.
Agama : Islam
Suku : Sasak
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Status : Duda
MRS : 27 Juni 2014
Pemeriksaan : 30 Juni 2014
Pasien dibawa oleh keluarganya ke IGD RSJP NTB pada hari Jumat, 27 Juni 2014,
pukul 16.30 WITA. Ini adalah pertama kali pasien dirawat inap di RSJP.

II. Identitas Keluarga Pasien
Nama Keluarga : Aq. R
Umur : 35 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Hubungan : Adik kandung pasien
Alamat : Kalijaga, Aiq Mel, Lombok Timur.
Agama : Islam
Suku : Sasak
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Status : Menikah
III. Riwayat Psikiatri
Data diperoleh dari:
Wawancara dengan pasien (Autoanamnesis) pada tanggal 30 juni dan 1 juli
2014
Wawancara dengan Adik kandung pasien (Aloanamnesis)
3

Data rekam medik

1. Keluhan Utama
Pasien mengamuk dan merusak barang

2. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien dibawa ke IGD RSJ Provinsi NTB karena mengamuk dan merusak
barang yang ada di rumahnya. Pasien mengamuk dan terlihat berbicara sendiri, saat
akan ditenangkan oleh keluarganya pasien semakin marah dan mengamuk bahkan
sempat berusaha memukuli keluarganya.
Dua minggu sebelumnya, pasien baru keluar dari Rumah sakit jiwa provinsi
NTB. Saat itu keadaan pasien tenang, pasien mau diajak berkomunikasi dan bisa
membantu pekerjaan dirumah. Pasien juga mau makan dan bisa mengurus dirinya
sendiri.
Lima hari sebelum dibawa ke RSJP NTB pasien terlihat berbicara sendiri,
mengurung diri dikamar dan tidak mau berbicara dengan orang lain, selain itu pasien
juga tidak mau makan bahkan kadang-kadang membuang makanannya. Menurut
keluarga, pasien selama dirumah tidak mau meminum obatnya, kalau disuruh minum
obat pasien akan membuang obatnya.
Menurut keluarga, semenjak sakit pasien terlihat murung dan jarang berbicara
dengan orang lain, pasien lebih senang mengurung dirinya di kamar. Pasien masih
mau makan jika dibawakan makanan, tetapi kadang-kadang pasien sering
membuang makanannya, pasien juga sering terlihat berbicara sendiri dan tertawa
sendiri. Pasien jarang bergaul dengan orang lain, pasien tidak pernah keluyuran dan
lebih banyak diam didalam kamarnya.
Pasien mengalami perilaku aneh setelah bercerai dengan istrinya sekitar 2
tahun yang lalu, menurut keluarga pasien sangat menyayangi istrinya. Setelah
bercerai pasien terlihat suka berdiam diri, mengurung diri di kamar, jarang berbicara
dengan orang lain dan terlihat berbicara sendiri. Pasien terkadang tidak mau makan
dan membuang makanannya, pasien juga membuang barang-barang yang ada
dikamarnya. Pasien juga tidak mau mandi dan marah jika dipaksa untuk mandi,
selain itu kadang-kadang pasien juga BAB dan BAK sembarangan.

4

Pasien mengatakan dirinya dibawa ke RSJP NTB karena marah-marah dan
membuang barang yang ada di rumahnya, pasien mengatakan melakukan hal
tersebut karena mendengar suara-suara bisikan yang menyuruh pasien untuk
melakukan hal itu, suara-suara tersebut juga menyuruh pasien untuk memukul
orang,, pasien mengatakan suara-suara tersebut sering di dengar dan kadang-kadang
pasien mengobrol dengan suara tersebut, suara tersebut terdengar seperti suara
cewek dan kadang seperti suara cowok dan suara bisikan tersebut terdengar
sepanjang hari. Pasien mengatakan suara-suara tersebut muncul sepanjang hari tetapi
kadang-kadang pasien tidak menghiraukan suara tersebut.
Pasien mendengar suara bisikan tersebut sejak dua tahun yang lalu,semenjak
pasien bercerai dengan istrinya, awalnya pasien tidak menghiraukan suara bisikan
tersebut tetapi semakin lama suara-suara tersebut makin sering muncul sehingga
pasien sering berbicara dengan suara tersebut.
Selain mendengar suara-suara bisikan, pasien juga sering melihat bayangan-
bayangan putih, bayangan tersebut terutama muncul pada malam hari pasien
mengatakan hanya melihat bayangan saja tetapi tidak pernah berbicara dengan
bayangan tersebut.
Pasien mengatakan sangat menyayangi istrinya dan sedih setelah bercerai
dengan istrinya, pasien juga menyayangi anak-anaknya tetapi anak-anak pasien
tinggal bersama istri pasien, pasien mengatakan merasa sedih tetapi tidak pernah
sampai ingin bunuh diri dan merasa putus asa, pasien mau makan tetapi terkadang
membuang makanannya karena mendengar suara bisikan yang menyuruhnya, pasien
mengatakan masih bisa tidur dimalam hari tetapi terkadang suka terbangun tengah
malam. Pasien juga mengatakan tidak pernah merasa senang sekali sebelumnya.

3. Riwayat Gangguan Sebelumnya
a. Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien mengalami keluhan pertama sekitar dua tahun yang lalu setelah
pasien bercerai dengan istrinya. Sebelumnya pasien sempat menjadi TKI di
Malaysia selama delapan tahun bersama istrinya, selama di Malaysia pasien
bekerja dengan giat dan berharap setelah kembali ke Indonesia pasien bisa
membuat rumah dan membuat usaha sendiri.
Setelah kembali ke indonesia, uang yang pasien kumpulkan selama
bekerja di Malaysia tidak ada karena dihabiskan oleh istrinya setelah itu istrinya
5

pun meminta cerai. Sejak saat itu pasien merasa stress dan terlihat mengalami
perilaku yang aneh seperti senang menyendiri, banyak melamun, jarang mau
berbicara dengan orang lain dan sering terlihat berbicara sendiri. Pasien juga
tidak mau makan, tidak mau mandi dan cepat marah.
Pada bulan Juni 2012 pasien MRS pertama kali di RSJP NTB , pada saat
itu pasien dirawat selama 7 hari dan keluarga pasien meminta pulang paksa. Saat
pulang keadaan pasien sudah lebih baik, pasien terlihat mau makan dan
berbicara dengan orang lain dan tidak pernah terlihat berbicara sendiri. Pasien
kontrol ke poliklik dan puskesmas selama kurang lebih satu tahun setelah itu
pasien tidak pernah kontrol lagi dan putus berobat, menurut keluarga hal itu
disebabkan karena pasien tidak mau diajak berobat. Menurut keluarga setelah
berhenti minum obat pasien terlihat kembali mengalami perilaku aneh seperti
berbicara sendiri dan mengurung diri dikamar.
Pada bulan Mei 2014 pasien dirawat di RSJP untuk kedua kalinya karena
pasien mengamuk dan merusak barang-barang yang ada dirumah, selain itu
pasien juga ingin memukuli keluarganya. Pasien dirawat selama satu bulan dan
pada saat pulang kondisi pasien sudah lebih baik, pasien bisa mengurus dirinya
sendiri dan bisa berinteraksi dengan orang lain, perilaku pasien juga terlihat
tenang. Setelah pulang ke rumah pasien tidak pernah meminum obatnya dan dua
minggu setelah keluar dari RSJP NTB pasien kembali mengamuk dan merusak
barang-barang sehingga keluarga kembali membawa pasien ke RSJP NTB

b. Riwayat Gangguan Medis
Pasien belum pernah menderita penyakit medik berat yang
mengharuskannya dirawat di rumah sakit atau yang secara fisiologis
berhubungan dengan keadaan pasien saat ini seperti kejang atau trauma kepala.

c. Riwayat Penggunaan Alkohol dan Zat lain
Pasien merupakan perokok aktif. Merokok sekitar 4 batang dalam sehari
sejak muda. Pasien mengaku tidak pernah mengkonsumsi minuman beralkohol
dan pasien menyangkal pernah menggunakan zat psikoaktif.



6

4. Riwayat Kehidupan Pribadi
a. Riwayat prenatal dan perinatal
Pasien merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Saat hamil ibu pasien
tidak pernah memeriksakan diri ke bidan. Selama hamil ibu pasien tidak memiliki
masalah makan, bisa makan apa saja yang dimakan keluarga, tidak pernah
mengkonsumsi obat-obatan dan tidak pernah ada masalah dalam kehamilannya
atau riwayat trauma selama masa kehamilan. Pasien lahir di rumah dibantu dukun
beranak. Pasien lahir pada usia kandungan 9 bulan, saat lahir langsung menangis,
tidak pernah biru atau kuning, Berat badan lahir tidak diketahui.
b. Masa kanak-kanak awal (<3 tahun)
Pasien diasuh oleh ibu kandungnya. Pasien mendapat ASI sampai usia 2 tahun.
Pasien mendapat makanan tambahan pada usia <6 bulan berupa pisang dan bubur,
selanjutnya secara bertahap diberi makan bubur nasi dengan lauk apa saja yang
ada di rumah. Sejak kecil badan pasien selalu terlihat sama dan sehat
dibandingkan teman sebayanya. Pasien cukup aktif untuk bermain. Pasien tampak
mulai merangkak, berjalan, dan berbicara sama dibandingkan teman seusianya
dan saudara-saudaranya, yaitu sekitar usia 1 hingga 1,5 tahun. Ibu pasien tidak
ingat apakah pasien mendapat imunisasi lengkap atau tidak.
c. Masa kanak-kanak pertengahan (3-11 tahun)
Pasien tampak sebagai pribadi yang pendiam, jarang bicara, dan tidak pernah
menceritakan masalahnya pada keluarga. Walaupun begitu pasien tidak pernah
mencari masalah dengan siapapun, dengan keluarga penurut dan sangat sopan,
dan hubungannya baik dengan teman-teman sebaya.
Pasien masuk SD pada usia 7 tahun. Pasien dapat mengikuti pelajaran di sekolah
dan bergaul dengan teman-teman sebayanya, walaupun pasien tampak pendiam.
d. Masa Kanak-kanak akhir dan remaja (11-18 tahun)
Pasien sekolah hanya sampai SD dan setelah itu pasien diam dirumah dan
membantu pekerjaan orang tua, pasien sejak remaja sudah mandiri dan sudah
bisa mencari uang sendiri dengan cara membantu orang tua berjualan dan
bekerja disawah.
Riwayat Pendidikan
Pasien hanya bersekolah sampai SD dan setelah itu pasien berhenti sekolah
karena keterbatasan biaya pada saat itu
Riwayat Pekerjaan.
7

Pasien sebelumnya bekerja sebagai petani, setelah menikah pasien pergi ke
Malaysia menjadi TKI bersama istrinya, pasien bekerja di Malaysia selama 8
tahun. Menurut pasien selama di Malaysia ia tidak pernah mengkonsumsi obat-
obatan terlarang maupun alkohol.
Riwayat Perkawinan
Pasien sudah pernah menikah. Pasien menikah selama kurang lebih dari 15
tahun, dari hasil pernikahan dengan istrinya pasien dikaruniai 3 orang anak.
Tetapi sekitar dua tahun yang lalu pasien bercerai dengan istrinya.
Riwayat Agama
Pasien beragama Islam, pendidikan agama didapatkan dari orang tua, kakak-
kakak pasien dan guru selama dipesantren. Selama ini pasien rajin beribadah dan
menjalankan kewajiban agamanya.
Riwayat Psikoseksual
Pendidikan seksual tidak pernah diberikan oleh orangtuanya. Pengetahuan
tentang pendidikan seksual didapat dari teman dan menonton televisi.
Aktivitas Sosial
Pasien dapat bergaul dengan cukup baik di lingkungan rumahnya dan sekolahnya
Pasien adalah orang yang sopan, mudah bergaul terkadang mempunyai sifat
yang lucu sehingga mempunyai cukup banyak teman.
Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien belum pernah melakukan tindakan yang melanggar hukum selama ini.

5. Riwayat Keluarga
Dikeluarga inti tidak ada yang menunjukan tanda-tanda masalah kejiwaan.
Hubungan pasien dengan keluarganya baik. Genogram keluarga pasien :









8




















6. Situasi Sosial-Ekonomi Sekarang
Pasien tinggal dengan Ibu kandung serta saudara kandung dan anak serta istri
saudaranya. Bapak pasien sudah meninggal dunia. Kebutuhan hidup keluarga
tersebut dipenuhi oleh saudara pasien. Penghasilan ini dirasa cukup untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Keluarga pasien termasuk kelas ekonomi
menengah kebawah.

7. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya
Pasien tau dirinya memiliki gangguan jiwa. Menurut pasien, keadaan tersebut
dialami setelah pasien bercerai dengan istrinya. Waktu dibawa ke RSJ pasien tidak
mau, tetapi keluarga pasien mengatakan datang untuk mengambil obat saja oleh
karena itu pasien mau diajak ke RSJ.



+
: Pria
: Wanita
: Pasien
: Tinggal
serumah
+

: meninggal
/ : Cerai
9

IV. Status Mental
1. Deskripsi Umum
a. Penampilan
Pasien seorang laki-laki berusia 41 tahun, tampak sesuai usianya, penampilan
rapi, kesan rawat diri baik.
b. Kesadaran
Jernih.
c. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor
Pasien tampak tenang dan dapat mengikuti wawancara sampai akhir.
d. Sikap terhadap Pemeriksa
Kooperatif. Pasien dapat mengikuti wawancara dengan cukup baik.
e. Pembicaraan
Spontan, lancar, banyak, volume sedang, intonasi cukup dan artikulasi jelas,
menjawab sesuai pertanyaan yang diajukan pemeriksa.
2. Alam Perasaan dan Hidup Emosi
a. Mood
Eutimia
b. Afek
Terbatas
c. Keserasian
Serasi
3. Fungsi Intelektual
a. Taraf pendidikan pengetahuan dan kecerdasan
Pengetahuan dan kecerdasan sesuai tingkat pendidikannya.
b. Daya Konsentrasi dan perhatian
Cukup, pasien mampu mengikuti wawancara dengan baik.
c. Orientasi
Waktu: baik
Tempat: baik
Orang: baik
d. Daya ingat
Daya ingat jangka panjang : cukup
Daya ingat masa lalu belum lama : cukup
10

Daya ingat baru saja : cukup
Daya ingat segera : cukup
e. Pikiran Abstrak
Baik.
f. Kemampuan Membaca dan Menulis : kesan baik, pasien dapat membaca dengan
baik. Kemampuan menulis kesan baik, pasien dapat menuliskan namanya dan
beberapa kalimat.
g. Kemampuan visuospasial : kesan baik, pasien dapat menggambar segitiga,
menggambar bujur sangkar dan menggambar segienam.
h. Kemampuan menolong diri sendiri
Cukup, pasien mampu mengurus dirinya sendiri.

4. Gangguan Persepsi
a. Halusinasi
Halusinasi auditorik (+ ) : mendengar suara-suara yang menyuruh pasien
untuk melakukan sesuatu.
Halusinasi visual (+) : melihat bayangan-bayangan putih.
Halusinasi penghidu (-), halusinasi pengecapan (-), halusinasi taktil (-).
b. Ilusi: tidak ada.
c. Depersonalisasi: tidak ada.
d. Derealisasi : tidak ada.

5. Proses Pikir
a. Bentuk Pikir
Non-realistik
b. Arus Pikir
Asosiasi longgar
c. Isi Pikiran
Preokupasi: (-)
Waham : (-)
6. Pengendalian Impuls
Cukup.

11

7. Daya Nilai
a. Daya nilai sosial : kurang.
b. Uji daya nilai : cukup.

8. Tilikan
Tilikan derajat 4.

9. Penilaian Daya Realita (Reality Test Ability-RTA)
Terganggu dengan adanya halusinasi.

10. Taraf Dapat Dipercaya
Secara umum pasien cukup dapat dipercaya.

V. Pemeriksaan Diagnostik Lebih Lanjut
1. Status Generalis
a. Tanda vital
Tekanan darah: 120/70 mmHg
Nadi: 88 x/menit
Pernapasan: 20x/menit
Suhu: 36,0
0
C
b. Kepala-leher
Mata: anemis (-/-). ikterus (-/-), refleks pupil (+/+), isokor.
THT: telinga dbn, hidung tampak jejas (-), krepitasi (-), deviasi septum (-).
Leher: struma (-), pembesaran KGB (-).
c. Thoraks
Cor: S
1
S
2
tunggal, regular, murmur (-), gallop(-).
Pulmo: vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing(-/-).

d. Abdomen
Distensi (-), bising usus (+) normal, nyeri tekan (-), H/L/R :tidak teraba.
e. Sistem urogenital: tidak dievaluasi.
f. Ekstremitas: akral hangat (+), oedem (-).

12

2. Status Neurologis
a. Pupil: bentuk bulat, isokor(+/+), refleks cahaya (+/+).
b. Gejala rangsangan selaput otak: tidak ditemukan.
c. Gejala peningkatan tekanan intrakranial: tidak didapatkan.
d. Motorik: Normal.
e. Tonus: Normal.
f. Koordinasi: Baik.
g. Turgor: Normal.
h. Refleks: Tidak dievaluasi.
i. Sensibilitas: Baik.
j. Susunan saraf vegetatif: Baik.
k. Fungsi-fungsi luhur: Baik.
l. Gangguan khusus: Tidak ada.

I. Ikhtisar Penemuan Bermakna
Telah diperiksa seorang pasien laki-laki usia 41 tahun, agama islam, suku sasak, saat
ini tidak bekerja, status Duda. Datang dengan keluhan mangamuk, merusak barang-barang,
banyak bicara dan emosi yang meningkat sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit.
Dua minggu sebelumnya, pasien baru keluar dari Rumah sakit jiwa provinsi NTB.
Saat itu keadaan pasien tenang, pasien mau diajak berkomunikasi dan bisa membantu
pekerjaan dirumah. Pasien juga mau makan dan bisa mengurus dirinya sendiri.
Lima hari sebelum dibawa ke RSJP NTB pasien terlihat berbicara sendiri, mengurung
diri dikamar dan tidak mau berbicara dengan orang lain, selain itu pasien juga tidak mau
makan bahkan kadang-kadang membuang makanannya. Menurut keluarga, pasien selama
dirumah tidak mau meminum obatnya, kalau disuruh minum obat pasien akan membuang
obatnya.
Menurut keluarga, semenjak sakit pasien terlihat murung dan jarang berbicara dengan
orang lain, pasien lebih senang mengurung dirinya di kamar. Pasien masih mau makan jika
dibawakan makanan, tetapi kadang-kadang pasien sering membuang makanannya, pasien
juga sering terlihat berbicara sendiri dan tertawa sendiri. Pasien jarang bergaul dengan orang
lain, pasien tidak pernah keluyuran dan lebih banyak diam didalam kamarnya.
Pasien mengatakan dirinya dibawa ke RSJP NTB karena marah-marah dan membuang
barang yang ada di rumahnya, pasien mengatakan melakukan hal tersebut karena mendengar
suara-suara bisikan yang menyuruh pasien untuk melakukan hal itu, suara-suara tersebut
13

juga menyuruh pasien untuk memukul orang,, pasien mengatakan suara-suara tersebut sering
di dengar dan kadang-kadang pasien mengobrol dengan suara tersebut, suara tersebut
terdengar seperti suara cewek dan kadang seperti suara cowok dan suara bisikan tersebut
terdengar sepanjang hari. Pasien mengatakan suara-suara tersebut muncul sepanjang hari
tetapi kadang-kadang pasien tidak menghiraukan suara tersebut.
Pasien mendengar suara bisikan tersebut sejak dua tahun yang lalu,semenjak pasien
bercerai dengan istrinya, awalnya pasien tidak menghiraukan suara bisikan tersebut tetapi
semakin lama suara-suara tersebut makin sering muncul sehingga pasien sering berbicara
dengan suara tersebut.
Selain mendengar suara-suara bisikan, pasien juga sering melihat bayangan-bayangan
putih, bayangan tersebut terutama muncul pada malam hari pasien mengatakan hanya melihat
bayangan saja tetapi tidak pernah berbicara dengan bayangan tersebut.
Tidak didapatkan penyakit medis atau trauma kepala yang secara fisiologis
berhubungan dengan gangguan jiwa yang dialami pasien. Tidak juga didapatkan riwayat
penggunaan zat psikoaktif yang secara klinis bermakna. Tidak didapatkan adanya riwayat
gangguan jiwa dalam keluarga.
Pada status mental ditemukan seorang laki-laki, sesuai usia, perawatan diri baik,
status gizi cukup. Bicara spontan, Psikomotor tenang, perhatiannya. Sikap kooperatif. Mood
Eutimia. Afek terbatas, kesan serasi. Di temukan adanya gangguan persepsi yaitu halusinasi
auditorik dan visual. Proses pikir : asosiasi longgar, isi pikir waham (-), kesadaran compos
mentis. Orientasi terkesan baik. Daya ingat baik. Konsentrasi/perhatian cukup dan
kemampuan visuospasial terkesan baik. Kemampuan membaca dan menulis terkesan baik.
Daya nilai sosial dan uji daya nilai kurang. RTA terganggu, tilikan derajat 4. Pemeriksaan
fisik umum dan neurologis dalam batas normal.

II. Diagnosis Multiaksial
Aksis I : Skizofrenia Paranoid (F20.0)
Diagnosis Banding : Skizofrenia Residual (F20.5)
Skizoafektif tipe depresi (F25.1)
Episode Depresi berat dengan gejala psikotik
(F32.3)
Aksis II : Tidak ada diagnosis
Aksis III : Tidak ada diagnosis
14

Aksis IV : Pengetahuan pasien dan keluarga mengenai gangguan jiwa yang
kurang.
Aksis V : GAF 40 31 (current)
: GAF 70 61 (HLPY)

III. Formulasi Diagnosis
Pada pasien ini ditemukan adanya pola prilaku atau psikologis yang secara klinis
bermakna dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala yang menimbulkan penderitaan dan
hendaya dalam berbagai fungsi psikososial dan pekerjaan. Dengan demikian dapat
disimpulkan pasien ini mengalami gangguan jiwa.
Berdasarkan anamnesis mengenai riwayat penyakit medis, pasien tidak pernah
mengalami trauma kepala, kejang, hipertensi atau penyakit lainnya yang dapat menimbulkan
disfungsi otak sebelum menunjukkan gejala gangguan jiwa. Oleh karena itu diagnosis
gangguan mental organik (F00 F09) dapat disingkirkan.Tidak didapatkan riwayat
penggunaan alkohol dan penggunaan NAPZA sehingga diagnosis gangguan mental dan
prilaku akibat penggunaan zat psikoaktif (F10 F19) dapat disingkirkan.
Dari anamnesis ditemukan bahwa pasien mengalami halusinasi auditorik dimana
pasien mendengar suara-suara bisikan yang seringkali menyuruh pasien untuk melakukan
sesuatu seperti melempar barang dan lain-lain. Pada pemeriksaan status mental ditemukan
adanya mood yang eutimia dan afek yang terbatas sehingga ditegakkan diagnosis untuk aksis
1 adalah F20.0 yaitu skizofrenia paranoid.
Menurut keluarga, pasien dirumah terlihat sering menyendiri, jarang berbicara
dengan orang lain, kadang tidak mau makan dan jarang beraktivitas, sehingga terlihat seperti
gejala negative dari skizofrenia yang menonjol sehingga pemeriksa memasukkan diagnosis
banding skizofrenia residual dimana pada skizofrenia residual didapatkan gejala negative dari
skizofrenia yang menonjol misalnya perlambatan psikomotorik, aktivitas menurun, afek yang
tumpul dan kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan tetapi pada diagnosis ini
sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensi gejala
yang nyata seperti waham dan halusinasi telah berkurang dan telah timbul sindrom negative
dari skizofrenia, dan pasien ini hal tersebut tidak dievaluasi.
Selain itu dimasukkan juga diagnosis banding depresi berat dengan gejala psikotik
karena sebelumnya pasien pernah mengalami perasaan sedih yang mendalam sekitar 2 tahun
yang lalu setelah bercerai dengan istrinya, pasien juga terlihat sering menyendiri walaupun
pada pemeriksaan status mental tidak didapatkan adanya mood yang terdepresi dan adanya
15

kehilangan minat atau kesenangan, akan tetapi pemeriksa tetap memasukkan depresi berat
dengan gangguan psikotik sebagai diagnosis banding.
Pada Aksis II tidak didapatkan gangguan kepribadian maupun retardasi mental. Pada
Aksis III tidak ditemukan kelainan klinis yang bermakna. Pada Aksis IV didapatkan
pengetahuan pasien dan keluarga yang rendah mengenai gangguan jiwa. Pada Aksis V
berdasarkan Penilaian Fungsi Secara Global/GAF, saat ini pasien berada pada nilai 40-31
(adanya disabilitas dalam hubungan dengan realitas dan komunikasi) dan nilai tertinggi untuk
sekurangnya satu bulan selama satu tahun terakhir yaitu 70-61 (beberapa gejala ringan dan
menetap, disabilitas ringan dalam fungsi, secara umum masih baik).

IV. Daftar Permasalahan
Organobiologik: Ketidakseimbangan neurotransmitter.
Psikologis/Perilaku: mengamuk, sering membuang barang-barang,, jarang
berbicara dengan orang lain, bicara sendiri, tertawa sendiri.
Keluarga, Lingkungan dan Sosial Budaya: Ekonomi keluarga yang termasuk
kelompok ekonomi menengah ke bawah.

V. Rencana Terapi
1. Psikofarmasi
Risperidon 2x2 mg
Trihexyphenidyl 2x2mg (jika ada sindrom ekstrapiramidal)
1. Psikoedukasi
Psikoedukasi pada pasien bertujuan untuk mendukung proses terapi, membantu pasien
dalam menemukan cara mengatasi masalahnya, dan mencegah timbulnya gejala yang
sama saat pasien mendapat stressor psikologis. Edukasi terhadap pasien, yaitu:
Secara bertahap sesuai dengan kembalinya kemampuan penilaian realitas pada
pasien, memberi informasi dan edukasi kepada pasien mengenai penyakit yang
dideritanya, gejala-gejala, dampak, faktor-faktor penyebab, pengobatan,
komplikasi, prognosis, dan risiko kekambuhan agar pasien tetap taat meminum
obat dan segera datang ke dokter bila timbul gejala serupa di kemudian hari.
Meyakinkan bahwa semua gejala yang muncul dapat dihilangkan dengan
minum obat secara teratur.
Memotivasi pasien untuk berobat teratur.
16



Edukasi terhadap keluarga :
Memberikan edukasi dan informasi mengenai penyakit pasien, gejala, faktor-
faktor pemicu, pengobatan, komplikasi, prognosis, dan risiko kekambuhan di
kemudian hari.
Meminta keluarga untuk mendukung pasien pada saat-saat setelah sakit agar
pasien dapat mengalami sembuh remisi.

2. Psikoterapi
Psikoterapi yang diberikan kepada pasien adalah psikoterapi suportif yaitu
yang bertujuan untuk memperkuat fungsi defensif pasien terhadap keyakinannya yang
non-realistik, memperluas fungsi pengendalian dengan metode pengendalian baru,
memperbaiki kemampuan adaptif pasien. Psikoterapi ini dicapai dengan pendekatan
bimbingan dan reassurance.

3. Sosioterapi
Mengembalikan fungsi sosial pasien melalui latihan kembali untuk
berinteraksi dengan pasien-pasien lainnya selama perawatan, dan memberi pengertian
pada pasien bahwa tujuan perawatannya adalah untuk menghilangkan gejala
penyakitnya dan berlatih untuk bisa kembali bermasyarakat di lingkungannya setelah
keluar dari rumah sakit. Memberi penjelasan kepada keluarga mengenai keadaan yang
dialami pasien sehingga keluarga dapat menciptakan lingkungan yang optimalbagi
pemulihan pasien, menurunkan stigmatisasi dan diskriminasi terutama pada keluarga
dan masyarakat sekitar. Keluarga perlu diberi edukasi dalam upaya mendukung
penyembuhan pasien berupa terapi pasien yang akan membutuhkan waktu lama
sehingga diharapkan dapat berperan sebagai PMO bagi pasien.

VI. Prognosis
Faktor pendukung:
a. Pasien tau dirinya sakit
b. Keluarga mau membantu kesembuhan pasien

17

Faktor penghambat:
a. Pasien tidak mau minum obat
b. kurangnya pengetahuan keluarga dan pasien mengenai gangguan jiwa yang
dialami pasien
Berdasarkan faktor-faktor di atas, prognosis pasien ini adalah:
Ad Vitam :dubia ad bonam
Ad Functionam : dubia ad bonam
Ad Sanationam : dubia ad malam

VII. Pembahasan
Pilihan terapi yang diberikan pada pasien ini adalah Risperidone, karena pada
pasien ini terdapat gejala psikosis. Risperidone cocok dengan kondisi tersebut karena
dapat memperbaiki gejala psikosis. Risperidone dipilih karena merupakan antipsikotik
atipikal dengan efek samping gejala ekstrapirmidal minimal selainitu risperidon juga
efektif untuk mengurangi gejala negatif pada pasien tidak seperi obat antipsikotik
golongan tipikal yang dapat memperberat gejala negatif pada pasien. Pada jalur
mesolimbik, antagonis serotonin 2A gagal melawan antagonis D2, sehingga terjadi
blokade reseptor D2. Apabila reseptor dopamin banyak dihambat maka akan terjadi
up regulasi dari reseptor serotonin di post sinaps. Afinitas risperidon terhadap 5-
HT2A 10-20 kali lebih kuat dibandingkan dengan reseptor D2. Sehingga tidak hanya
menekan gejala positif tapi juga memperbaiki gejala negatif pada skizofrenia.
Rentang dosis anjuran untuk risperidon adalah 2 6 mg per hari. Pada fase akut, obat
segera diberikan segera setelah diagnosis ditegakkan dan dosis dimulai dari dosis
anjuran dinaikkan perlahan-lahan secara bertahap dalam waktu 1 3 minggu, sampai
dosis optimal yang dapat mengendalikan gejala. Dilanjutkan dengan fase stabilisasi,
bertujuan untuk mempertahankan remisi gejala atau untuk mengontrol,
meminimalisasi risiko atau konsekuensi kekambuhan dan mengoptimalkan fungsi dan
proses kesembuhan. Setelah diperoleh dosis optimal, dosis tersebut dipertahankan
selama 8 10 minggu sebelum masuk ke tahap rumatan. Pada fase ini dapat pula
diberikan long acting injectable, setiap 2 4 minggu. Kemudian dilanjutkan dengan
fase rumatan, dosis mulai diturunkan secara bertahap sampai diperoleh dosis minimal
yang masih mampu mencegah kekambuhan. Bila kondisi akut, pertama kali, terapi
diberikan sampai 2 tahun, bila sudah berjalan kronis dengan beberapa kali
18

kekambuhan, terapi diberikan sampai 5 tahun bahkan seumur hidup. Trihexyphenidyl
diberikan untuk mengimbangi kemungkinan efek samping obat dari Risperidone
berupa gejala ekstrapiramidal.
Selain terapi medikamentosa, pada pasien gangguan psikotik perlu mendapat
psikoterapi dan sosioterapi. Psikoterapi bertujuan membantu menguatkan pikiran
pasien mengenai mana realita mana bukan realita sehingga dapat melawan gejalanya
sendiri, menjelaskan mengenai penyakitnya secara perlahan, sehingga pasien mengerti
pentingnya minum obat secara teratur dan tidak putus. Psikoedukasi juga perlu
diberikan kepada keluarga dan lingkungan sekitar agar tidak terjadi stigmatisasi
terhadap pasien, dan membangun sistem pendukung yang kuat untuk menunjang
perbaikkan pasien.
Sosioedukasi mengajarkan pada pasien bagaimana cara untuk kembali pada
masyarakat. Pada sosioedukasi pasien diajarkan untuk tidak malu dengan
penyakitnya, dan cara bermasyarakat yang benar sehingga dirinya dapat diterima.
Sosioedukasi juga seharusnya dilakukan pada keluarga untuk dapat menerima pasien
tanpa stigmatisasi, dan membantu meningkatkan rasa penghargaan dirinya.



19

RIWAYAT PERJALANAN GANGGUAN JIWA PADA PASIEN











Gambar. Riwayat Perjalanan Gangguan Pada Pasien

Tabel. Riwayat Perjalanan Gangguan pada Pasien

Juni 2012

Mei 2014 Juni 2014
Pencetus : cerai dengan istri
Mengurung diri
Jarang bicara
Bicara sendiri
tertawa sendiri
tidak mau makan
curiga berlebihan

Pencetus : putus berobat
ngamuk
membuang barang
cepat marah
bicara sendiri
jarang mau bicara

Pencetus : putus berobat
kambuh lagi
ngamuk
membuang barang
memukuli keluarga
cepat marah
bicara sendiri
jarang mau bicara
halusinasi, curiga
MRS I Juni
2012
MRS III
Juni 2014
MRS II Mei
2014
Pasien kontrol
poliklinik dan PKM
Putus berobat
6 bulan
Pasien tidak mau minum obat
dirumah
2012
Cerai dengan
istri
20

Anda mungkin juga menyukai