Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN TUTORIAL

BLOK KURATIF DAN REHABILITATIF II


RESTORASI PLASTIS


Oleh :
KELOMPOK TUTORIAL 1






FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2010
ANGGOTA KELOMPOK TUTORIAL 1:


1. Triyana Rochmawati (08-003)
2. Ongki Hidayat (08-010)
3. Lila Cita Pratiwi (08-025)
4. Rahmaniar Dwiya (08-051)
5. Ika Novitri . W (08-055)
6. Riska Arizona (08-059)
7. Fina Dewayanti (08-082)
8. Amalia Damayanti (08-085)
9. Chandra Ronika (08-096)
10. Khamim Fuad .F (08-099)
11. Riezky D Wahyudi (08-102)
12. Lussie Novita (08-105)
13. Erick Arianto (08-107)
14. Yulia Lestari (08-111)
15. Lingga Gihandono (08-112)





TUTOR
KELOMPOK TUTORIAL 1

Drg. Hj. Ekiyantini Widyowati
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME atas rahmat, taufik serta hidayahnya
sehingga penyusunan laporan tutorial RESTORASI PLASTIS dapat terselesaikan
dengan baik. Laporan tutorial ini merupakan tugas yang diberikan pada Blok Kuratif
dan Rehabilitatif II sebagai syarat untuk memenuhi tugas dari dosen yang
bersangkutan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. drg. Hj. Ekiyantini Widyowati selaku tutor atas masukan dan bimbingan yang
telah diberikan pada penulis selama ini.
2. Para dosen pemateri Blok Kuratif dan Rehabilitatif II yang telah memberikan
ilmu.
3. Teman-teman kelompok tutorial 1 dan semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan tutorial ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu, Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diperlukan dalam penyusunan yang akan datang. Harapan penulis semoga laporan ini
bermanfaat bagi pembaca.


Jember, 11 Oktober 2010


Penulis


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seorang anak bernama Syahrini ( usia 8 th) satang bersama ibunya ke
tempat praktek drg. Anang Hermansyah dengan keluhan ingin menambal gigi
gerajaham kanan bawahnya yang lubang. Pasien merasa sakit jika gigi
tersebut digunakan untuk makan dan belum pernah ada keluhan spontan.
Setelah melakuka pemeriksaan, didapatkan gigi IV bawah kanan karies media
di bagian oklusal dan gigi 46 karies media di bagian oklusal melibatkan pit
dan fissure yang meluas ke arah mesial. Lalu drg. Anang memberikan
penjelasan bahwa gigi tersebut dapat ditambal menggunakan bahan restorasi
plastis dengan pilihan amalgam, semen ionomer kaca, dan komposit.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa sajakah kontraindikasi dari penggunaan tiap-tiap bahan restorasi plastis
(amalgam, semen ionomer kaca, komposit?
2. Bagaimana tahap-tahap pada preparasi, penumpatan, dan pemolesan dari tiap
kelas tumpatan?
3. Apa sajakah factor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari tindakan
penumpatan?
4. Bagaimana design outline dari tiap kelas kavitas ?




1.3 Tujuan

1. Mengetahui kontraindikasi dari penggunaan tiap-tiap bahan restorasi plastis
(amalgam, semen ionomer kaca, komposit.
2. Mengetahui tahap-tahap pada preparasi, penumpatan, dan pemolesan dari tiap
kelas tumpatan.

3. Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari tindakan
penumpatan.
4. Mengetahui design outline dari tiap kelas kavitas


















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Bahan restorasi merupakan salah satu bahan yang banyak dipakai dibidang
kedokteran gigi. Bahan restorasi berfungsi untuk memperbaiki dan merestorasi
struktur gigi yang rusak. Tujuan restorasi gigi tidak hanya membuang penyakit dan
mencegah timbulnya kembali karies, tetapi juga mengembalikan fungsinya. Bahan-
bahan restorasi gigi yang ideal pada saat ini masih belum ada meskipun berkembang
pesat. Syarat untuk bahan restorasi plastis yang baik adalah :
- Harus mudah digunakan dan tahan lama
- Kekuatan tensil cukup
- Tidak larut ileh saliva dalam rongga mulut serta tidak korosi di salam rongga
mulut
- Tidak toksik dan iritatif baik pada pulpa maupun pada gingival
- Mudah dipotong dan dipoles
- Derajat keausan sama dengan email
- Mampu melindungi jaringan gigi sekitar dari karies sekunder
- Koefisien muai termis sama dengan enamel / dentin
- Daya penyerapan airnya rendah
- Bersifat adhesive terhadap jaringan gigi
- Radiopaq
Untuk dapat diterima secara klinis, kita harus mengetahui sifat-sifat bahan
yang akan kita pakai sehingga jika bahan-bahan baru keluar di pasaran, kita dapat
segera mengenali kebaikan dan keburukan dibanding dengan bahan yang lama.
Dua sifat yang sangat penting yang harus dimiliki oleh bahan restorasi adalah
harus mudah digunakan dan tahan lama. Berikut adalah klasifikasi kavitas
menurut Black yang juga menentukan penggunaan dari bahan restorasi plastis
yang sesuai :
- Kavitas kelas I : kavitas meliputi pit dan fissure permukaan oklusal gigi
posterior, permukaan palatal / lingual gigi insisivus, groove bukal &
lingual/palatal gigi molar.
- Kavitas kelas II : kavitas pada permukaan proksimal gigi-gigi posterior
- Kavitas kelas III : Kavitas pada permukaan proksimal gigi anterior tanpa
mengenai bagian insisal
- Kavitas kelas IV : Kavitas pada permukaan proksimal gigi anterior yang
sudah mengenai insisal
- Kavitas kelas V : kavitas pada gingival third semua gigi bagian
bukal/labial/lingual
- Kavitas kelas VI : Kavitas pada insisal edge & cusp karena abrasi, atrisi, dan
erosi
. Secara garis besar bahan restorasi gigi dapat dibedakan menjadi dua
kelompok, yaitu bahan restorasi plastis dan non plastis atau rigid. Yang termasuk
dalam kelompok bahan plastis adalah amalgam, composite dan glass ionomer
cement (GIC), sedangkan kelompok non plastis (rigid) adalah inlay dan onlay,
mahkota full veneer, mahkota logam porselen, dan mahkotan jaket porselen.
Dari sekian banyak jenis bahan restorasi, bahan plastis seperti amalgam,
komposit dan GIC merupakan bahan restorasi yang paling banyak digunakan
dalam dunia kedokteran gigi.




2.1 Dental Amalgam
Merupakan bahan yang paling banyak digunakan oleh dokter gigi, khususnya
untuk tumpatan gigi posterior. Sejak pergantian abad ini, formulasinya tidak
banyak berubah, yang mencerminkan bahwa bahan tambalan lain tidak ada yang
seideal amalgam. Komponen utama amalgam terdiri dari liquid yaitu logam
merkuri dan bubuk/powder yaitu logam paduan yang kandungan utamanya terdiri
dari perak, timah, dan tembaga. Selain itu juga terkandung logam-logam lain
dengan persentase yang lebih kecil. Kedua komponen tersebut direaksikan
membentuk tambalan amalgam yang akan mengeras, dengan warna logam yang
kontras dengan warna gigi.

Kelemahan utama amalgam memang terletak pada warnanya dan tidak adanya
adhesi terhadap jaringan gigi. Walaupun sifat fisik dan kimia bahan tumpatan
amalgam sebagian besar telah memenuhi persyaratan ADA specification no. l,
perlekatannya dengan jaringan dentin gigi secara makromekanik seperti retention and
resistence form, dan undercut tidak dapat melekat secara kimia.
Prinsip retention and resistance form (dove tail, box form dan retention groove)
pada lesi karies daerah interproksimal, selain mengangkat jaringan karies juga
mengangkat jaringan yang sehat untuk memperoleh retensi pada kavitas. Pada kavitas
kelas II dengan isthmus dan garis sudut bagian dalam yang lebar, akan melemahkan
kekuatan terhadap beban kunyah. Akibatnya, pasien banyak yang mengeluh karena
seringkali adanya fraktur pada tumpatan kelas II, baik pada tumpatan MO (Mesial
Oklusal), DO (Distal -, Oklusal), maupun MOD (Mesial - Oklusal - Distal).
Kelebihan Amalgam :
Dapat dikatakan sejauh ini amalgam adalah bahan tambal yang paling kuat
dibandingkan dengan bahan tambal lain dalam melawan tekanan kunyah, sehingga
amalgam dapat bertahan dalam jangka waktu yang sangat lama di dalam mulut
(pada beberapa penelitian dilaporkan amalgam bertahan hingga lebih dari 15 tahun
dengan kondisi yang baik) asalkan tahap-tahap penambalan sesuai dengan
prosedur.
Ketahanan terhadap keausan sangat tinggi, tidak seperti bahan lain yang pada
umumnya lama kelamaan akan mengalami aus karena faktor-faktor dalam mulut
yang saling berinteraksi seperti gaya kunyah dan cairan mulut.
Penambalan dengan amalgam relatif lebih simpel dan mudah dan tidak terlalu
technique sensitive bila dibandingkan dengan resin komposit, di mana sedikit
kesalahan dalam salah satu tahapannya akan sangat mempengaruhi ketahanan dan
kekuatan bahan tambal resin komposit.
Biayanya relatif lebih rendah
Kekurangan Amalgam :
Secara estetis kurang baik karena warnanya yang kontras dengan warna gigi,
sehingga tidak dapat diindikasikan untuk gigi depan atau di mana pertimbangan
estetis sangat diutamakan.
Dalam jangka waktu lama ada beberapa kasus di mana tepi-tepi tambalan yang
berbatasan langsung dengan gigi dapat menyebabkan perubahan warna pada gigi
sehingga tampak membayang kehitaman
Pada beberapa kasus ada sejumlah pasien yang ternyata alergi dengan logam yang
terkandung dalam bahan tambal amalgam. Selain itu, beberapa waktu setelah
penambalan pasien terkadang sering mengeluhkan adanya rasa sensitif terhadap
rangsang panas atau dingin. Namun umumnya keluhan tersebut tidak berlangsung
lama dan berangsur hilang setelah pasien dapat beradaptasi.
Hingga kini issue tentang toksisitas amalgam yang dikaitkan dengan merkuri yang
dikandungnya masih hangat dibicarakan. Pada negara-negara tertentu ada yang
sudah memberlakukan larangan bagi penggunaan amalgam sebagai bahan tambal.

Gmbr. Tambalan amalgam yang kurang baik, di mana tepi-tepi tambalannya
terlihat sudah tidak intak dan membayang kehitaman.

Indikasi : Gigi molar (geraham) yang menerima beban kunyah paling besar, dapat
digunakan baik pada gigi tetap maupun pada anak-anak.
2.2 Komposit

Generasi resin komposit yang kini beredar mulai dikenal di akhir tahun enam
puluhan. Sejak itu, bahan tersebut merupakan bahan restorasi anterior yang banyak
dipakai karena pemakaiannya gampang, warnanya baik, dan mempunyai sifat fisik
yang lebih baik dibandingkan dengan bahan tumpatan lain. Sejak akhir tahun enam
puluhan tersebut, perubahan komposisi dan pengembangan formulasi kimianya
relatif sedikit. Bahan yang terlebih dulu diciptakan adalah bahan yang sifatnya
autopolimerisasi (swapolimer), sedangkan bahan yang lebih baru adalah bahan
yang polimerisasinya dibantu dengan sinar. Resin komposit mempunyai derajat
translusensi yang tinggi. Warnanya tergantung pada macam serta ukuran pasi dan
pewarna yang dipilih oleh pabrik pembuatnya, mengingat resin itu sendiri
sebenarnya transparan. Dalam jangka panjang, warna restorasi resin komposit
dapat bertahan cukup baik. Biokompabilitas resin komposit kurang baik jika
dibandingkan dengan bahan restorasi semen glass ionomer, karena resin komposit
merupakan bahan yang iritan terhadap pulpa jika pulpa tidak dilindungi oleh bahan
pelapik. Agar pulpa terhindar dari kerusakan, dinding dentin harus dilapisi oleh
semen pelapik yang sesuai, sedangkan teknik etsa untuk memperoleh bonding
mekanis hanya dilakukan di email perifer. 2.1.1 indikasi restorasi komposit
Resin komposit dapat digunakan pada sebagian besar aplikasi klinis.
Secara umum, resin komposit digunakan untuk:
1. Restorasi kelas I, II, III, IV, V dan VI
2. Fondasi atau core buildups
3. Sealant dan restorasi komposit konservatif (restorasi resin preventif)
4. Prosedur estetis tambahan
Partial veneers
Full veneers
modifikasi kontur gigi
penutupan/perapatan diastema
5. Semen (untuk restorasi tidak langsung)
6. Restorasi sementara
7. Periodontal splinting


Restorasi kavitas klas I komposit

The American Dental Association (ADA) mengindikasikan kelayakan
resin komposit untuk digunakan sebagai pit and fissura sealant, resin preventif,
lesi awal kelas I dan II yang menggunakan modifikasi preparasi gigi konservatif,
restorasi kelas I dan II yang berukuran sedang, restorasi kelas V, restorasi pada
tempat-tempat yang memerlukan estetika, dan restorasi pada pasien yang alergi
atau sensitif terhadap logam.
ADA tidak mendukung penggunaan komposit pada gigi dengan tekanan
oklusal yang besar, tempat atau area yang tidak dapat diisolasi, atau pasien yang
alergi atau sensitif terhadap material komposit. Jika komposit digunakan seperti
yang telah disebutkan sebelumnya, ADA menyatakan bahwa "ketika digunakan
dengan benar pada gigi-geligi desidui dan permanen, resin berbahan dasar
komposit dapat bertahan seumur hidup sama seperti restorasi amalgam kelas I, II,
dan V.
2.3 Semen Ionomer Kaca (SIK)
Semen Ionomer Kaca (SIK) merupakan salah satu bahan restorasi yang
banyak digunakan oleh dokter gigi karena mempunyai beberapa keunggulan,
yaitu preparasinya dapat minimal, ikatan dengan jaringan gigi secara khemis,
melepas fluor dalam jangka panjang, estetis, biokompatibel, daya larut rendah,
translusen, dan bersifat anti bakteri.

Komposisi semen ionomer kaca (SIK) terdiri atas bubuk dan cairan. Bubuk
terdiri atas kaca kalsium fluoroaluminosilikat yang larut asam dan cairannya
merupakan larutan asam poliakrilik. Reaksi pengerasan dimulai ketika bubuk kaca
fluoroaluminosilikat dan larutan asam poliakrilik dicampur, kemudian menghasilkan
reaksi asam-basa dimana bubuk kaca fluoroaluminosilikat sebagai basanya.

Pada proses pengadukan kedua komponen (bubuk dan cairan) ion hidrogen dari
cairan mengadakan penetrasi ke permukaan bubuk glass. Proses pengerasan dan
hidrasi berlanjut, semen membentuk ikatan silang dengan ion Ca2+ dan Al3+
sehingga terjadi polimerisasi. Ion Ca2+ berperan pada awal pengerasan dan ion Al3+
berperan pada pengerasan selanjutnya. Secara garis besar terdapat tiga tahap dalam
reaksi pengerasan semen ionomer kaca, yaitu sebagai berikut.
(1) Dissolution

Terdekomposisinya 20-30% partikel glass dan lepasnya ion-ion dari partikel glass
(kalsium, stronsium, dan alumunium) akibat dari serangan polyacid (terbentuk
cement sol).

(2) Gelation/ hardening

Ion-ion kalsium, stronsium, dan alumunium terikat pada polianion pada grup
polikarboksilat.
* 4-10 menit setelah pencampuran terjadi pembentukan rantai kalsium (fragile &
highly soluble in water).
* 24 jam setelah pencampuran, maka alumunium akan terikat pada matriks semen dan
membetuk rantai alumnium (strong & insoluble).


(3) Hydration of salts

Terjadi proses hidrasi yang progresive dari garam matriks yang akan meningkatkan
sifat fisik dari semen ionomer kaca.
Retensi semen terhadap email dan dentin pada jaringan gigi berupa ikatan fisiko-
kimia tanpa menggunakan teknik etsa asam. Ikatan kimianya berupa ikatan ion
kalsium yang berasal dari jaringan gigi dengan gugus COOH (karboksil) multipel
dari semen ionomer kaca.


Adhesi adalah daya tarik menarik antara molekul yang tidak sejenis pada dua
permukaan yang berkontak. Semen ionomer kaca adalah polimer yang mempunyai
gugus karboksil (COOH) multipel sehingga membentuk ikatan hidrogen yang kuat.
Dalam hal ini memungkinkan pasta semen untuk membasahi, adaptasi, dan melekat
pada permukaan email. Ikatan antara semen ionomer kaca dengan email dua kali
lebih besar daripada ikatannya dengan dentin karena email berisi unsur anorganik
lebih banyak dan lebih homogen dari segi morfologis.

Secara fisik, ikatan bahan ini dengan jaringan gigi dapat ditambah dengan
membersihkan kavitas dari pelikel dan debris. Dengan keadaan kavitas yang bersih
dan halus dapat menambah ikatan semen ionomer kaca. Air memegang peranan
penting selama proses pengerasan dan apabila terjadi penyerapan air maka akan
mengubah sifat fisik SIK. Saliva merupakan cairan di dalam rongga mulut yang dapat
mengkontaminasi SIK selama proses pengerasan dimana dalam periode 24 jam ini
SIK sensitif terhadap cairan saliva sehingga perlu dilakukan perlindungan agar tidak
terkontaminasi. Kontaminasi dengan saliva akan menyebabkan SIK mengalami
pelarutan dan daya adhesinya terhadap gigi akan menurun. SIK juga rentan terhadap
kehilangan air beberapa waktu setelah penumpatan. Jika tidak dilindungi dan
terekspos oleh udara, maka permukaannya akan retak akibat desikasi. Baik desikasi
maupun kontaminasi air dapat merubah struktur SIK selama beberapa minggu setelah
penumpatan. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal maka selama proses
pengerasan SIK perlu dilakukan perlindungan agar tidak terjadi kontaminasi dengan
saliva dan udara, yaitu dengan cara mengunakan bahan isolasi yang efektif dan kedap
air. Bahan pelindung yang biasa digunakan adalah varnis yang terbuat dari isopropil
asetat, aseton, kopolimer dari vinil klorida, dan vinil asetat yang akan larut dengan
mudah dalam beberapa jam atau pada proses pengunyahan.

Penggunaan varnish pada permukaan tambalan glass ionomer bukan saja bermaksud
menghindari kontak dengan saliva tetapi juga untuk mencegah dehidrasi saat
tambalan tersebut masih dalam proses pengerasan. Varnish kadang-kadang juga
digunakan sebagai bahan pembatas antara glass ionomer dengan jaringan gigi
terutama pulpa karena pada beberapa kasus semen tersebut dapat menimbulkan iritasi
terhadap pulpa. Pemberian dentin conditioner (surface pretreatment) adalah
menambah daya adhesif dentin. Persiapan ini membantu aksi pembersihan dan
pembuangan smear layer, tetapi proses ini akan menyebabkan tubuli dentin tertutup.
Smear layer adalah lapisan yang mengandung serpihan kristal mineral halus atau
mikroskopik dan matriks organik.

Lapisan smear layer terdiri dari 2 (dua) bagian yaitu lapisan luar yang mengikuti
bentuk dinding kavitas dan lapisan dalam berbentuk plugs yang terdapat pada ujung
tubulus dentin. Sedangkan plugs atau lapisan dalam tetap dipertahankan untuk
menutup tubulus dentin dekat jaringan pulpa yang mengandung air.

Bahan dentin conditioner berperan untuk mengangkat smear layer bagian luar untuk
membantu ikatan bahan restorasi adhesif seperti bahan bonding dentin. Hal ini
berperan dalam mencegah penetrasi mikroorganisme atau bahan-bahan kedokteran
gigi yang dapat mengiritasi jaringan pulpa sehingga dapat menghalangai daya adhesi.
Permukaan gigi dipersiapkan dengan mengoleskan asam poliakrilik 10%. Waktu
standart yang diperlukan untuk satu kali aplikasi adalah 20 detik, tetapi menurut
pengalaman untuk mendapatkan perlekatan yang baik pengulasan dentin conditioner
pada dinding kavitas dapat dilakukan selama 10-30 detik. Kemudian pembilasan
dilakukan selama 30 detik pembilasan merupakan hal penting untuk mendapatkan
hasil yang diinginkan, setelah itu kavitas dikeringkan.
Indikasi Semen Ionomer Kaca
a. Lesi erosi servikal
Kemampuan semen glass ionomer untuk melekatkan secara kimiawi dengan
dentin, menyebabkan semen glass ionomer saat ini menjadi pilihan utama
dalam merestorasi lesi erosi servikal. Bahan ini juga memiliki kekerasan yang
cukuo untuk menahan abrasi akibat sikat gigi.
b. Sebagai bahan perekat atau luting (luting agent)
Karena semen glass ionomer ini memiliki beberapa keunggulan seperti
ikatannya dengan dentin dan email. Aktivitas kariostatik, flow yang lebih
baik, kelarutan yang lebih rendah dan kekuatan yang lebih besar maka sebagai
luting agent semen ini diindikasikan untuk pasien dengan frekuensi karies
tinggi atau pasien dengan resesi ginggiva yang mememrlukan kekuatan dan
aktifitas kariostatik misalnya pada pemakai mahkota tiruan ataupun gigi tiruan
jembatan.
c. Semen glass ionomer dapat digunakan sebagai base atau liner di bawah
tambalan komposit resin pada kasus kelas I, kelas II, kelas III, kelas V dan
MOD. Bahan ini berikatan secara mikromekanik dengan komposit resin
melalui etsa asam dan member perlekatan tepi yang baik. Perkembangan
dentin bonding agents yang dapat member perlekatan yang baik antara dentin
dan resin hanya dapat digunakan pada lesi erosi servikal. Bila kavitasnya
dalam atau luas, bonding sering kali gagal. Untuk memperbaiki mekanisme
bonding dan melindungi pulpa dari irirtasi, semen glass ionomer digunakan
sebagaibahan sub bonding
d. Sebagai base yang berikatan secara kimiawi di bawahrestorasi amalgam
mempunyai kerapatan tepi yang kurang baik sehingga dengan adanya base
glass ionomer dapat mencegah karies sekunder terutama pada pasien dengan
insidens karies yang tinggi. Dalam keadaan sperti ini, proksimal box diisi
dengan semen cermet sampai ke dalam 2 mm dan sisanya diisi amalgam.
e. Untuk meletakkan orthodontic brackets pada pasien muda yang cenderung
mengalami karies melalui etsa asam pada email. Dengan adanya perlepasan
fluor maka semen glass ionomer dapat mengurangi white spot yang umumnya
nampak disekeliling orthondontic brackets.
f. Sebagai fissure sealant karena adanya pelepasan fluor. Rosedur ini memerlukan
perluasan fissure sebelum semen glass ionomer diaplikasikan.
g. Semen glass ionomer yang diperkuat dengan logam seperti semen cermet dapat
digunakan untuk membangun inti mahkota pada gigi yang telah mengalami
kerusakan mahota yang parah.
h. Restorasi gigi susu.
Penggunaan semen glass ionomer pada gigi susu sangat berguna dalam
mencegah terjadinya karies rekuren dan melindungi email gigi permanen.
i. Untuk perawatan dengan segera pasien yang mengalami trauma fraktur. Dalam
hal ini semen menyekat kembali dentin yang terbuk dalam waktu yang singkat
Kelebihan Semen Ionomer Kaca:
1. Bahan tambal ini meraih popularitas karena sifatnya yang dapat melepas fluor yang
sangat berperan sebagai antikaries. Dengan adanya bahan tambal ini, resiko
kemungkinan untuk terjadinya karies sekunder di bawah tambalan jauh lebih kecil
dibanding bila menggunakan bahan tambal lain
2. Biokompatibilitas bahan ini terhadap jaringan sangat baik (tidak menimbulkan
reaksi merugikan terhadap tubuh)
3. Material ini melekat dengan baik ke struktur gigi karena mekanisme perlekatannya
adalah secara kimia yaitu dengan pertukaran ion antara tambalan dan gigi. Oleh
karena itu pula, gigi tidak perlu diasah terlalu banyak seperti halnya bila
menggunakan bahan tambal lain. Pengasahan perlu dilakukan untuk mendapatkan
bentuk kavitas yang dapat memegang bahan tambal.


Kekurangan Semen Ionomer Kaca:
1. Kekuatannya lebih rendah bila dibandingkan bahan tambal lain, sehingga tidak
disarankan untuk digunakan pada gigi yang menerima beban kunyah besar seperti
gigi molar (geraham)
2. Warna tambalan ini lebih opaque, sehingga dapat dibedakan secara jelas antara
tambalan dan permukaan gigi asli
3. Tambalan glass ionomer cement lebih mudah aus dibanding tambalan lain












BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Mapping
























KLASIFIKASI
KAVITAS
BAHAN
TUMPATAN
RESTORASI
PLASTIS
FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI
INDIKASI & KONTRAINDIKASI
BAHAN TUMPATAN
TAHAP PREPARASI
KELAS TUMPATAN
TAHAP PENUMPATAN
DAN PEMOLESAN
3.2 Kontraindikasi Restorasi Plastis

KONTRAINDIKASI PENGGUNAAN AMALGAM

Berikut adalah kondisi-kondisi yang merupakan kontraindikasi digunakannya
amalgam sebagai bahan tumpatan :
- Jumlah karies dalam rongga mulut yang kompleks
- Karies yang luas dan melibatkan cusp
- Adanya kebutuhan estetik
- Gigi antagonis direstorasi dengan menggunakan logam yang tidak sejenis,
karena akan menyebabkan terjadinya arus galvanish yang bisa menimbulkan
rasa ngilu dan nyeri pada gigi. Karena pada kasus ini saliva berperan sebagai
mediator.

KONTRAINDIKASI RESTORASI KOMPOSIT

Kontraindikasi utama dari penggunaan resin komposit sebagai material
restorasi adalah berhubungan dengan faktor-faktor yang muncul seperti isolasi, oklusi
dan operator. Jika gigi tidak dapat diisolasi dari kontaminasi cairan mulut maka resin
komposit atau bahan bonding lainnya tidak dapat digunakan. Hal ini terjadi karena
resin komposit bersifat sangat sensitif dan memerlukan ketelitian. Bila
terkontaminasi cairan mulut, kemungkinan restorasi akan lepas (Summitt dkk., 2006).
Jika semua kontak oklusi terletak pada bahan restorasi maka resin komposit
sebaiknya tidak digunakan. Hal ini karena resin komposit kekuatan menahan tekanan
oklusi lebih rendah dibandingkan amalgam. Diperlukan memperkuat sisa struktur gigi
yang tidak dipreparasi dengan prosedur restorasi komposit. Adanya perluasan
restorasi hingga mencapai permukaan akar, menyebabkan adanya celah pada
pertemuan komposit dengan akar. Penggunaan liner pada area permukaaan akar dapat
mengurangi kebocoran, celah dan sekunder karies. Tumpatan menggunakan komposit
pada gigi posterior akan cepat rusak pada pasien dengan tenaga pengunyahan yang
besar atau bruxism, karena bahan komposit mudah aus. Pasien dengan insidensi
karies tinggi serta kebersihan mulut tidak terjaga juga dianjurkan untuk tidak
menggunakan tumpatan resin komposit (Baum, et al., 1995).

2.1.3 Faktor Isolasi
Agar restorasi komposit dapat berhasil (untuk memulihkan fungsi, tidak
mengganggu jaringan, dan retensi pada gigi), komposit harus berikatan dengan
struktur gigi, yaitu email dan dentin. Struktur gigi yang dibonding memerlukan
lingkungan yang terisolasi dari kontaminasi cairan mulut atau kontaminan lainnya.
Kontaminasi tersebut akan menghalangi pembentukan ikatan. Jika daerah operasi
dapat diisolasi dengan baik, maka prosedur bonding yang dilakukan akan berhasil.
Hal ini berlaku untuk penggunaan restorasi komposit, bonded amalgam, atau ionomer
kaca, serta bonding restorasi tidak langsung dengan penggunaan agen penyemenan
yang tepat. Jika daerah operasi tidak dapat sepenuhnya dilindungi dari kontaminasi,
maka yang digunakan adalah sebuah restorasi nonbonded amalgam, karena kehadiran
cairan mulut tidak menyebabkan masalah klinis yang signifikan dengan amalgam.

2.1.4 Faktor Oklusal
Material resin komposit kurang resisten dibandingkan dengan amalgam, namun
penelitian menyatakan bahwa daya resistensi resin komposit tidak jauh berbeda
dengan amalgam. Pada pasien dengan kekuatan oklusal yang besar, bruxism atau
restorasi pada seluruh permukaan oklusal penggunaan amalgam lebih baik
dibandingkan dengan resin komposit. Namun pada gigi dengan dengan tekanan
oklusal yang normal dan kontak oklusal normal pada struktur gigi penggunaan resin
komposit baik sebagai bahan restorasinya.


2.1.5 Kemampuan Operator
Preparasi gigi untuk restorasi dengan resin komposit relatif mudah dan tidak
kompleks apabila dibandingkan dengan amalgam, namun dalam hal isolasi gigi,
penempatan etsa, primer dan bahan adhesif pada struktur gigi, insersi, finishing dan
polishing dari resin komposit lebih sulit dari restorasi amalgam. Dan menurut Jordan
(1988), restorasi dengan komposit lebih sulit digunakan pada gigi posterior, prosedur
finishing yang lama, serta proteksi pulpa menjadi lebih faktor kritis dibandingkan
dengan amalgam karena komposit merupakan material yang bersifat toksik. Dan
waktu yang dibutuhkan untuk penambalan lebih lama dan operator harus lebih
berhati-hati (Baum, et al., 1995). Untuk itu operator harus memberikan perhatian
yang besar dan detail pada penyelesaian restorasi komposit secara sempurna.
Kemampuan dan pengetahuan dari penggunaan material dan keterbatasannya sangat
dibutuhkan oleh operator dalam menggunakan resin komposit sebagi bahan restorasi.

KONTRAINDIKASI SEMEN IONOMER KACA

a. Semen glass ionomer tidak dianjurkan digunakan pada kavitas yang dalam tanpa
menggunakan pelapis kalsium hidroksida. Walaupun semen glass ionomer tidak
berbahaya bagi pulpa, beberapa penelitian menunjukkan terjadinya patologi pulpa
akibat aplikasi semen glass ionomer.

b. Lesi erosi yang dangkal, karena duktilitas semen glass ionomer yang rendah
sehingga tidak dapat bertahan lama.

c. Semen glass ionomer tidak dapat digunakan bilamana control atas kekeringan
daerah kerja tidak terjamin, misalnya pada pasien yang hipersalivasi, semen sangat
peka terhadap hidrasi dan dehidrasi. Masuk atau keluarnya cairan ked an dari dalam
semen yang sedang mengeras akan sangat mempengaruhi kekuatannya.

d. Restorasi kelas IV dimana sering mendapat tekanan yang cukup besar sehingga
memerlukan bahan yang kuat.

3.3 Tahap-tahap pada preparasi, penumpatan, dan pemolesan dari tiap klas
tumpatan.

TUMPATAN AMALGAM KLAS I
Tahap preparasi kavitas:
1. Sebelum melakukan preparasi kavitas, dibuat suatu desain outline form
sesuai bentuk fissure gigi pada daearah oklusal gigi posterior yang akan
dipreparasi.
2. Outline formn dibuat dengan memperhatikan resistence form, tetention form,
extention for prevention, dan convenience form.
Extention for prevention kini dianggap sebagai penghancuran jaringan sehat
yang sia-sia dan tidak lagi dipraktikkan secara rutin (Pickard, 2002).
3. Preparasi dilakukan dengan contra angle hand piece dengan kecepatan tinggi.
4. Akses atau jalan masuk dibuat menggunakan bur bulat kecil sedalam 2 mm.
Semua karies lunak dan stain pada pertautan email-dentin dibuang. Selama
kavitas akses mungkin perlu dilebarkan untuk menghilangkan email dentin
yang menggaung, email yang tidak terdukung dentin, dan memperoleh medan
penglihatan yang bebas ke daerah pertautan email dentin (Pickard, 2002).
5. Setelah akses didapatkan, kemudian dilanjutkan pemakaian bur fissure
silindris kecil untuk membentuk dinding tegak lurus alas kavitas sesuai
dengan outline form nya.
6. Untuk menghaluskan dinding pulpa atau dasar kavitas digunakan bur inverted.
Kedalaman kavitas kurang lebih 2 mm dengan dinding tegak lurus bersudut
90 terhadap kavitas, membentuk bentukan box menurut teori Black.
7. Menurut teori lain bentukan resistensi (resistence form) pada tumpatan
amalgam ini dapat didapatkan pula dari bentukan konvergen atau mengerucut
ke arah oklusal. Perlu diperhatikan bahwa bentukan konvergen tersebut tidak
boleh lebih dari 5, atau kurang lebih 3-5 agar tidak terdapat enamel-enamel
rods yang tidak terdukung dentin (enamel menggaung) sehingga tumpatan
amalgam yang regas nantinya tidak mudah pecah / fraktur ketika menerima
beban kunyah.
8. Pada tumpatan plastis ini, sudut internal kavitas dibuat agak tumpul (tidak
tajam) untuk memudahkan kondensasi amalgam dan permukaan dinding-
dinding kavitas dibuat halus karena amalgam berikatan dengan dentin secara
fisiko-mekanik.
Tahap basis

1. Sebelum memeulai memberi basis, kavitas dibersihkan dengan air (akuades).
Sebaiknya pembersihan kavitas tidak dilakukan dengan alcohol atau H2O2
adar tidak terjadi dehidrasi pada dentin.
2. Kavitas kemudian dikeringkan dengan semprotan udara.
3. Jika pembuangan karies mengakibatkan lantai kavitas dekat sekali dengan
pulpa, diperlukan pemberian pelapik hidroksida kalsium. Pada kavitas yang
sangat dalam, lapisan pelapik kedua mungkin diperlukan. Semen ionomer
kaca atau OSE merupakan bahan yang cocok untuk maksud ini. Pelapisan
diaplikasikan sedemikian rupa sehingga msih terdapat cukup ruangan 2-2,5
mm amalgam di atasnya (Pickard, 2002).
4. Pemberian basis dapat pula diberikan dengan semen seng phospat (ZnPO4)
yang terdiri dari bubuk dan cairan.
5. Ambil bubuk semen satu sendok yang disediakan dan tetaskan cairan satu
atau dua tetes.
6. Arahkan bubuk ke cairan dengan spatula sediki demi sedikit, kemudian aduk
bubuk dan cairan ini dengan gerakan memutar sampai didapatkan konsistensi
dempul yang cukup kental.
7. Semen dimasukkan ke dalam kavitas dengan sonde, kemudian dan
dimampatkan dengan semen stopper.
8. Kelebihan semen bila belum mengeras diambildengan excavator dan bila
sudah mengeras diambil dengan bur inverted yang juga sekaligus untuk
meratakan dasar kavitas.
9. Bagian tepi enamel harus bersih dari semen agar daerah retensi amalgam tidak
tertutup.
Tahap penumpatan

1. Bubuk dan Hg ditimbang sesuai anjuran pabrik, kemudian dimasukkan ke
dalam mortal kemudian diaduk dengan pastle kurang lebih 60 kali putaran.
Bubuk dan cairan yang telah ditimbang dengan perbandingan yang sesuai
sengan anjuran pabrik dapat pula dicampur dengan alat amalgamator selama 5
detik.
2. Campuran yang telah homogen kelihatan mengkilat, diambil dengan spatula
semen, kemudian kelebihan Hg nya diperas, dibuang pada tempat yang
disediakan dengan kain putih ukuran 10 x 10 cm.
3. Campuran amalgam kemudian dimasukkan ke dalam pistol amalgam dan
dimasukkan pada dasara kavitas dengan tekanan. Lapisan amalgam yang
pertama sangat penting dan membutuhkan perhatian yang lebih dari lapisan
berikutnya. Kemudian dilakukan kondensasi (pemampatan) dengan amalgam
pluuger atau amalgam stopper.
4. Kelebihan bahan dibersihkan dengan kapas kecil (cotton pellet) dan permukan
oklusal dibentuk anatominya dengan carver. Penekanan dengan carver
dilakukan sejajar pada permukaan gigi (email) untuk mencegah alat
terperosok ke dalam bahan.
5. Kemudian dihaluskan dengan burnisher pada keadaan amalgam yang sudah
mengalami proses setting awal.


Tahap pemolesan

1. Pemolesan dapat dilakukan 24 jam setelah penumpatan.
2. Permukaan yang kasar diasah dan dibentuk anatominya dengan finishing
stone.
3. Dengan rubber cups merah dengan pasta poles (seng oksida dan alcohol)
permukaan malgam dipoles sampai tampak mengkilap kemudian dibersihkan
dengan brush dalam keadaan asah.
4. Pemolesan harus dalam keadaan basah untuk mencegah panas yang timbul
diteruskan ke dentin, dengan tekanan ringan dan merata.

TUMPATAN AMALGAM KLAS II

1. Outline Form Kavitas
- Outline form dibuat dengan sesuai dengan bentuk fissure gigi pada oklusal gigi
posterior yang akan dipreparasi
- Outline form dibuat dengan memperhatikan resistence form, retention form,
extention for prevention dan convinience form.
- Isthmus dibuat pada
1
/
3
buko-lingual dan mesio-distal.

2. Tahap Preparasi Kavitas
- Preparasi dimulai dengan menggunakan round bur no. 1 sedalam 2-2,5 mm
pada bagian oklusal kemudian dilebarkan ke arah proksimal dengan bur fisur
no. 3 menembus lingir tepi (ridge).
- Membentuk bentukan dovetail (ekor merpati) pada bidang oklusal gigi M1 RA.
- Dinding bukal dan dinding lingual dari kavitas proksimal (bentukan boks di
proksimal) diperluas sampai bebas kontak dengan gigi sebelahnya dengan bur
fisur atau bur pir panjang digerakkan seperti pendulum arah buko-lingual.
- Pembentukan boks sisi proksimal diusahakan tegak lurus permukaan luar gigi
(tampak pada bagian oklusal).
- Perluasan tepi bukal/lingual (celah antara sudut dan gigi yang berdekatan diukur
dengan ujung sonde atau hatchet email.
- Dinding gingival dibuat selebar 1,8 mm untuk gigi molar dan selebar
1,2mm untuk gigi premolar.
- Bevel dibuat pada axio-pulpa line angle.
- Sudut-sudut luar dinding bukal dan lingual pada bagian proksimal, dibulatkan
dengan fisur bur no. 3.

3. Tahap Basis
Sama dengan pembuatan basis pada tumpatan amalgam kelas I, hanya pada kelas
II dilakukan pada dinding pulpa dan dinding aksial.

4. Tahap Penumpatan
- Sebelum penumpatan, dilakukan pemasangan matriks band dan retainer.
- Matriks band disesuaikan bentuknya pada daerah oklusal agar tidak
mengganggu oklusi dan supaya bentuk tumpatan baik, pada bagian proksimal
dipasang wedge (dapat dibuat dari kayu korek api yang dipasang pada tepi
gingival).
- Amalgam terdiri dari bubuk (amalgam alloy) dan cairan merkuri (Hg)
- Pencampuran bubuk dan Hg dapat dilakukan dengan dua alat :
1. Pencampuran dengan amalgamator
Bubuk dan cairan yang telah ditimbang dengan perbandingan yang sesuai
dengan anjuran pabrik dimasukkan ke dalam kapsul kemudian dicampur
dengan alat amalgamator selama 5 detik.
2. Pencampuran dengan mortal dan pastle
Bubuk dan Hg ditimbang sesuai anjuran pabrik kemudian dimasukkan ke
dalam mortal, kemudian diaduk dengan pastle 60x putaran.
- Campuran yang telah homogen kelihatan mengkilat diambil dengan spatula
semen, kemudian kelebihan Hg-nya diperas, dibuang pada tempat yang telah
disediakan dengan kain putih ukuran 10 cm x 10 cm.
- Campuran amalgam kemudian dimasukkan ke dalam pistol amalgam dan
dimasukkan pada dasar kavitas dengan tekanan. Lapisan amalgam yang pertama
sangat penting dan membutuhkan perhatian yang lebih dari lapisan berikutnya.
Kemudian dilakukan kondensasi (pemampatan) dengan amalgam
plugger/amalgam stopper.
- Penumpatan dilakukan dari bagian proksimal, diisi amalgam sedikit demi
sedikit, dikondnsasi, kemudian baru pada bagian oklusal sampai padat. Kavitas
diisi amalgam sampai sedikit berlebih, kemudian dioklusikan untuk
mendapatkan oklusi yang baik. Kelebihan bahan dibersihkan dengan kapas kecil
dan permukaan oklusal dibentuk anatominya dengan carver. Penekanan carver
dilakukan sejajar pada permukaan gigi (luar email) untuk mencegah alat
terperosok ke dalam bahan.
- Kemudian dihaluskan dengan menggunakan burnisher pada keadaan amalgam
sudah mengalami proses setting awal.
- Setelah selesai, matriks dibuka dan dilepas secara hati-hati sebelum bahan
mengeras.
- Kelebihan amalgam dapat dibuang dengan amalgam carver atau dengan plastic
filling instrument.

5. Tahap Pemolesan
- 24 jam setelah penumpatan dapat dilakukan pemolesan.
- Permukaan yang kasar diasah dan dibentuk anatomi dengan finishing stone.
- Bagian proksimal dihaluskan dengan polishing strip (jika perlu).
- Dengan rubber cups merah dan pasta poles (seng oksida + alkohol) permukaan
amalgam dipoles sampai tampak mengkilap kemudian dibersihkan dengan
brush dalam keadaan basah.
- Untuk mengkilapkan dapat digunakan rubber cups hijau dan pasta poles (seng
oksida + alkohol) kemudian dibersihkan dengan brush dalam keadaan basah.
- Pemolesan harus dalam keadaan basah, dengan tekanan ringan dan tidak boleh
pada satu tempat.


TUMPATAN SEMEN IONOMER KACA KLAS III

Tahap Preparasi Klas III Glass Ionomer
Desain preparasi sama dengan desain untuk Tumpatan komposit Klas III
tetapi tidak menggunakan bevelpada cavo surface enamel Margine\
Dimulai dengan Fisure Bur untuk membuat Outline form
Retention form didapatkan dengan membuat undercut pada 3 bagian yaiyu
labial, palatal dan Insical point angle kemudian dengan Round bur no atau
no 1 sebagai retensi utama
Idealnya enamel margine didukung oleh dentin yang sehat, namun apabila
terdapat perubahan warna karena karies di dinding labial maka bagian ini
harus diambil terlebih dahulu
Semua dinding Kavitas dihaluskan
Bila memungkinkan, preparasi harus didesain dari bagian Lingual

Tahap Penumpatan Semen Glas Ionomer
Setelah gigi dipreparasi dan diber Basis dan Liner lalu disiapkan Matriks
Insical dan pemasangan Wedge
Disiapkan bubu dan cairan glass Ionomer tipe II/IX pada paper pad dengan
perbandingan sesuai dengan petunjuk pabrik
Cara mencampur dengan gerakan melipat dan memakai Agate Spatle. Setelah
didapatkan konsistensi cukup (kental mengkilap), campuran dimasukkan ke
dalam kavitas dengan sonde atau eskavator dan ditekan dengan stopper semen
yang kecil ( dari bahan logam atau plastik) dibentuk dengan plastis filling
instrumen mulai pencmpuran sampai setting kurang lebih 4 menit
Setelah mengeras tumpatan diulasi varnish dan vaseline, bila ada kelebihan
tumpatan dimabil dngan menggunakan hand cutting instrumen scalpel blade
kemudian diulas dengan menggunakan varnish dan vaseline lagi
Pemolesan dilakukan pada kunjungan berikutnya

Tahap Pemolesan
Pemolesan dilakukan dengan Arkansas yang diolesi dengan Vaseline
Kemudian dengan Fine Finishing yaitu menggunakan Long Shank halus
bentuk mengerucut untuk menghilangkan kelebihan komposit
Kemudian bisa menggunakan Sogo tetapi ini hanya satu kali pakai

TUMPATAN KOMPOSIT KLAS IV

1. Pembersihan gigi
- Gigi dibersihkan denganmrubber cups dan pumice yang dicampur dengan air.
- Bila ada karang gigi dibersihkan terlebih dahulu.
2. Tahap preparasi
- Gigi fraktur Karena trauma dibuat bavel pada seluruh tepi enamel selebar 2-3
mm dari tepi kavitas dengan diamond fissure bur dengan sudut 45
0

- Gigi dengan karies dibersihkan dengan diamond fissure bur atau excavator,
kemudin dibuat bevel seperti diatas.
3. Tahap etsa asam
- Ulaskan bahan etsa (asam Phospat 30%-50%) dalam bentuk gel/cairan dengan
pinset dan gulungan kapas kecil (cutton pellet) pada permukaan enamel
sebatas 2-3 mm dari tepi kavitas (pada bagian bevel).
- Pengulasan dilakukan selama 30 detik dan jangan sampai mengenai gusi.
- Dilakukan pencucian dengan air sebanyak 20 cc, menggunakan syiring.
- Air ditampung dengan tampon atau cotton roll.
Setelah pencucian gigi dikeringkan dengan semprotan udara sehingga
permukaan tampak putih buram.

TUMPATAN KOMPOSIT KLAS V
Tahap Preparasi
Tipe kavitas semacam ini paling baik dipreparasi dengan bur bulat kecil
(round bur kecil) mengingat akses bur fisur seringkali sukar karena terhalangnya
kepala bur oleh ramus mandibula atau pipi, atau oleh prosesus koronoid jika gigi atas
yang dirawat. Dalam keadaan demikian, bur fisur dapat mengakibatkan pemotongan
ggi terlalu banyak. Ukuran kavitas awal dibatasi hanya seluas besar karies email dan
kedalamannya sebatas mencapai dentin. Hal ini akan mengungkapkan seberapa
banyak daerah DEJ telah terkena karies.
Preparasi kavitas selanjutnya menggunakan henpis kecepatan rendah karena
operator akan lebih bisa mengendalikan pengambilan kariesnya dan lebih bisa
merasakan sampai dimana pengambilannya dibanding menggunakan henpis dengan
kecepatan tinggi. Kavitas dilebarkan sesuai dengan banyaknya pembuangan karies di
DEJ. Di daerah gingival (gingival wall) kedalaman kavitas tidak boleh kurang dari 1
mm dari permukaan karies karena email di daerah servikal tipis. Pada tahap ini, hanya
di dinnding aksial saja yang masih boleh ditingalkan.
Retensi diperoleh dengan membuat alur retensi di seluruh dentin sepanjang
dinding gingival dan dinding oklusal memakai bur bulat kecil kecepatan rendah.
Walaupun begitu, email tak terdukung jangan sampai terbentuk, dank arena alasan
inilah alur retensi di dinding mesial atau distal dari suatu kavitas yang lebar tidak
boleh dibuat.
Berikutnya, untuk membuang prisma-prisma yang tak terdukung dinding
email harus dihaluskan dengan pahat email berbilah ganda; tindakan ini akan
menyebabkan melebarnyadinding oklusal dan dinding gingival.
Dinding mesial dan dindng distal hendaknya dibuat tegak lurus pada garis singgung
permukaan gigi.
Dinding gingival sebisa mungkin diletakkan di daera supra-gingiva sehingga
tepi kavitas yang merupakan daerah tempatberakumulasinya plak tidak akan ikut
menimbulkan peradangan pada gingival.posisi dinding gingival yang tepat ditentukan
oleh perluasan karies di DEJ.
Tahap yang beum dilakukan sekarang adalah tahap membuang karies yang
terdapat di dinding aksial dengan menggunakan bur bulat kecepatan rendah.
Pembuangan dentin sehat dari dinding aksial merupaka kontra indikasi karena
membahayakan pulpa berhubung letaknya sudah di dekat pulpa.
Setelah itu kavitas hendaknya dicuci dan dikeringkan sehingga dapat dilihat
apakah dentin karies sudah terbuang semua apakah retensi bagi restorasinya sudah
baik. Pembuatan alur retensi pada penumpatan amalgammerukana hal yang sangat
penting karena kavitas umumnya dangkal. Kini, kavitas semacam ini sudah lazim
ditumpat dengan semen ionomer kaca aau resin komposit. Pada penumpatan dengan
resin komposit, bevel sering dibuatkanpada tepi oklusal dengan bur fisur pada henpis
turbin untuk menyediakan retensi melalui etsa email.

Tahap Penumpatan
Cara penumpatan kavitas di servikal gigi serupa dengan penumpatan kavias
oklusal. Walaupun tumpatannya nanti tidak akan menerima tekanan kunyah oklusal,
tekanan kondensasi tetap harus memadai agar alur-alur retensi terisi dengan baik,
sehingga tumpatan dapat bertahan lama. Pengukiran pada tahap yang dini dapat
dilakukan dengan sonde, kalau sudah terlambat dengan alat Ward atau Hollenbach.
Hendaknya bentuk anatomi permukaan servikal dapat dikembalikan, dan
untuk itu dapat degunakan dengan pengukir dengan bilah cembung misalnya
pengukir Ward atau Hollenbach. Pengukiran dilakukan dengan jalan mengukir tepi
oklusal dan tepi gingival sendiri-sendiri sehingga terbentuknya permukaan yang
cekung dapat dicegah. Tumpatan lebih baik dibuat sedikit cekung daripada
overkontur kea rah gingival sebab hal ini akan menyebabkan akumulasi plak dan
merangsang timbulnya gingivitis.

Tahap Pemolesan
Finishing meliputi shaping, contouring, dan penghalusan restorasi. Sedangkan
polishing digunakan untuk membuat permukaan restorasi mengkilat. Finishing dapat
dilakukan segera setelah komposit aktivasi sinar telahmengalami polimerisaasi atau
sekitar 3 menit setelah pengerasan awal. Alat-alat yang biasa digunakan antara lain :
1. Alat untuk shaping : sharp amalgam carvers dan scalpel blades, seperti 12
atau12b atau specific resin carving instrument yang terbuat dari carbide, anodized
aluminium, atau nikel titanium.
2. Alat untuk finishing dan polishing : diamond dan carbide burs, berbagai tipe
dari flexibe disks, abrasive impregnated rubber point dan cups, metal dan plastic
finishing strips, dan pasta polishing.

Diamond dan carbide burs
Digunakan untuk menghaluskan ekses-ekses yang besar pada resin komposit dan
dapat digunakan untuk membentuk anatomi pada permukaan restorasi.
Discs
Digunakan untuk menghaluskan permukaan restorasi. Bagian yang abrasive dari disk
dapat mencapai bagian embrasure dan area interproksimal. Disk terdiri dari beberapa
jenis dari yang kasar sampai yang halus yang bisa digunakan secara berurutan saat
melakukan finishing dan polishing.
Impregnated rubber points dan cups
Digunakan secara berurutan seperti disk. Untuk jenis yang paling kasar digunakan
untuk mengurangi ekses-ekses yang yang besar sedangkan yang halus efektif untuk
membuat permukaan menjadi halus dan berkilau. Keuntungan yang utama dari
penggunaan alat ini adalah dapat membuat permukaan yang terdapat ekses
membentuk groove, membentuk bentuk permukaan yang diinginkan serta
membentuk permukaan yang konkaf pada lingual gigi anterior
Finishing stips
Digunakan untuk mengcontur dan memolish permukaan proksimal margin gingival
untuk membuat kontak interproksimal. Tersedia dalam bentuk metal dan plastik.
Untuk metal biasa digunakan untuk mengurangi ekses yang besar namun dalam
menggunakan alat ini kita harus berhati-hati karena jika tidak dapat memotong
enamel, cementum, dan dentin. Sedangkan plastic strips dapat digunakan untuk
finishing dan polishing. Juga tersedia dalam beberapa jenis dari yang kasar sampai
halus yang dapat digunakan secara berurutan.

Prosedur finishing dan polishing resin komposit:
1. sharp-edge hand instrument digunakan untuk menghilangkan ekses-ekses di
area proksimal, dan margin gingival dan untuk membentuk permukaan proksimal dari
resin komposit.
2. 12b scalpel blade digunakan untuk menghilangkan flash dari resin komposit
pada aspek distal
3. alumunium oxide disk digunakan untuk membentu kontur dan untuk polishing
permukaan proksimal dari restorasi resin komposit.
4. finishing diamond digunakan untuk membentuk anatomi oklusal
5. Impregnated rubber points dengan aluminium oxide digunakan untuk
menghaluskan permukaan oklusal restorasi
6. Aluminum oxide finishing strips untuk conturing atau finishing atau polishing
permukaan proksimal untuk membuat kontak proksimal.

Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :
1. untuk membuat contur yang baik, kita harus menyesuaikan bentuk restorasi
sesuai dengan anatomi gigi yang benar dan tepat agar diperoleh hasil yang maksimal.
2. kita harus berhati-hati dan senantiasa memperhatikan hal-hal seperti tactil,
kontak dengan gigi di samping nya, serta kontak oklusal dengan gigi antagonisnya.
Finishing dan polishing sangatlah mempengaruhi hasil akhir restorasi seperti warna
permukaan, akumulasi plak, dan karakteristik resin komposit.

3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari tindakan
penumpatan

Berikut adalah beberapa factor yang berpengaruh terhadap keberhasilan Restorasi
plastis, diantaranya yaitu :
1. Teknik isolasi yang baik.
Teknik isolasi yang baik akan dapat membantu terciptanya
keberhasilan restorasi yang dilakukan. Isolasi yang baik akan memberikan
wilayah kerja yang tepat, tanpa mengganggu daerah gigi tetangga, dan
memberikan batas yang baik agar daerah yang dipreparasi tidak
terkontaminasi dengan saliva. Bila terdapat kontaminasi air sebelum setting
pada bahan yang mengandung zinc, akan timbul reaksi antara zinc (anoda)
dan bahan logam lain yang bersifat katoda dan air sebagai elektrolit, hydrogen
terlepas sebagai hasil reaksi ini serta tekanan uap hydrogen dapat
menyebabkan pergeseran amalagam sehingga terjadi ekspansi yang mungkin
tidak kelihatan dalam 24 jam tetapi dapat muncul beberapa hari setelah
penambalan.
2. Pemilihan bahan tumpatan yang tepat.
Bahan tumpatan dipilih berdasarkan kebutuhan dan pertimbangan
yang melibatkan posisi restorasi. Apabila bahan tumpat yang biasa digunakan
untuk restorasi kavitas di bagian anterior dipakai untuk restorasi kavitas
posterior, maka, tentunya bahan tersebut tidak akan mampu menahan beban
mastikasi di bagian posterior dan sebaliknya.

3. Design cavitas yang sesuai.
Design kavitas yang baik hendaknya mempertimbangkan segi retensi,
resistensi, convenience, dan ekstension for prevention. Apabila keempat hal
tersebut terpenuhi, maka karies sekunder sulit sekali timbul, dan daya tahan
restorasi akan menjadi semakin lama. Karies sekunder biasanya disebabkan
oleh preparasi yang tidak memenuhi criteria ekstension for prevention, yaitu
pit dan fissure yang dalam harus diikutsertakan pada preparasi walaupun tidak
terkena karies. Juga criteria removal of caries, yaitu penghilangan jaringan
yang terinfeksi. Apabila kedua criteria tersebut tidak terpenuhi maka akan
terjadi karies sekunder.

4. Teknik manipulasi bahan restorasi plastis.
Cara manipulasi bahan restorasi plastis berbeda-beda untuk tiap bahan,
dengan berbagai ketentuan tertentu. Apabila hal ini tidak diikuti dengan baik,
maka akan berpengaruh terhadap kekuatan sifat mekanisnya, ekspansifnya,
dan dikhawatirkan akan menyebabkan mikroporositas yang menjadi penyebab
karies sekunder. Pengetahuan akan teknik manipulasi beserta cara
pengaplikasian bahan menjadi syarat utama dalam keberhasilan restorasi yang
dilakukan.

5. Proses polishing.
Proses polishing dilakukan sesuai dengan waktu pengerasan sempurna
tiap-tiap bahan. Polishing pada GIC boleh dilakukan setelah 5 menit, namun
polishing pada amalgam tidak boleh dilakukan sebelum tumpatan mencapai
24 jam karena reaksi pengerasan amalgam terjadi secara sempurna setelah 24
jam atau lebih, apabila polishing dilakukan kurang dari 24 jam maka akan
mempengaruhi kekuatan amalgam. Kekuatan amalgam akan turun dan ketika
dilakukan polishing kemungkinan bisa pecah.
6. Teknik finishing.
Untuk stone hijau digunakan untuk finishing tumpatan amalgam
sedangkan stone putih digunakan untuk finishing tumpatan GIC atau
komposit. Apabila tidak dilakukan finishing maka permukaan amalgam
menjadi kasar sehingga adanya penumpukan makanan dan menyebabkan
suasana asam yang dapat menyebabkan karies sekunder pada gigi sekitar
tumpatan dan dapat menyebabkan tarnish (pada permukaan dan tidak merusak
restorasi) dan korosi (hasil dari reaksi kimia yang dapat berpenetrasi ke dalam
tumpatan amalgam sehingga menjadi rusak).

3.5 Design Outline Kavitas

Kavitas Klas I



Pit & fissur permukaan oklusal molar; pit permukaan bukal & lingual semua gigi

Preparasi Kavitas Klas I



Outline
Outline mengikuti pola fissure untuk mencegah karies sekunder pada tepi restorasi.
Outline yang smooth dan mengikuti alur fissure menurunkan tekanan dan packing
amalgam dapat lebih baik.





Outline kavitas klas I pada molar sulung pertama RB. Bila perlu melintasi central
ridge


Kavitas Klas II



Semua permukaan proximal gigi molar dgn akses dari permukaan oklusal

Preparasi Kavitas Klas II







1. Proksimal Box
Anatomi servikal gigi sulung yang menyempit meningkatkan resiko rusaknya
gingiva di bagian interproksimal. Juga bila gingival wall terlalu dalam dapat
membahayakan pulpa

2. Gingival wall
Lebar gingival wall sekitar 1 mm. Pastikan dinding enamel didukung oleh
dentin yang sehat
3. Axial wall
Pada restorasi kecil, axial wall harus flat. Tetapi untuk restorasi yang luas
axial wall dibentuk pararel dengan kontur gigi aslinya. Kegagalan preparasi
axial wall menyebabkan pulpa terbuka
4. Konvergen
Dinding dan proximal box line angles dibentuk konvergen ke arah oklusal,
mengikuti permukaan bukal dan lingual gigi. Sudut cavosurface angle tetap
dipertahankan 90



5. Line angle
Bucco-gingival dan linguo-gingival line angle dibuat sedikit membulat


I nternal angles
Semua internal angles harus membulat untuk mengurangi tekanan dan supaya
amalgam dapat di-pack dengan mudah pada regio ini

6. Cavosurface
Bukal dan lingual cavosurface angle jangan terlalu melebar. Preparasi cukup
untuk akses hand instrumen, tidak terlalu divergen untuk menghindari daerah
yang rapuh

7. Cervical enamel rod
Tidak perlu membentuk bevel pada tiap dinding kavitas untuk menghindari
terbentuknya enamel rod yang unsupported. Inklinasi cervical enamel rod
sedikit mengarah ke oklusal
8. Retensi
Grove tambahan diletakkan pada bucco-axial dan lingual-axial line angle,
tanpa mengurangi enamel wall
9. Lebar isthmus
Lebar isthmus sekitar sepertiga lebar cusp bukal dan lingual. Fraktur isthmus
sering terjadi karena kontak prematur amalgam di daerah marginal ridge
dengan gigi antagonis. Cek kontak marginal ridge dengan articulating paper
sebelum restorasi untuk menghindari fraktur
10. Axio-pulpal line angle
Dibulatkan dengan bur atau ekskavator yang tajam
11. Pulpal wall
Sebaiknya flat atau sedikit membulat, 0.5mm dibawah dentin. Hindari
perluasan berlebihan di daerah mesial

12. Occlusal wall
Preparasi dibuat sedikit konvergen ke arah oklusal
13. Dovetail
Diperluas hingga daerah yang terkena karies atau fissure yang dalam.
Bentuknya membulat, halus dengan retensi yang baik pada oklusal



Kavitas Klas III



Semua permukaan proximal gigi anterior dgn kemungkinan perluasan ke arah labial
atau lingua.

http://www.dentportfolio.com/sample.html#class3prep


http://www.dentportfolio.com/sample.html#class3prep

Kavitas Klas IV



Restorasi proximal gigi anterior yang melibatkan incisal angle
Kavitas Klas V
Restorasi pada sepertiga servikal semua gigi, termasuk permukaan proximal
marginal ridge tidak termasuk










BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Kontraindikasi dari penggunaan bahan restorasi plastis berbeda-beda sesuai
dengan kebutuhannya. Untuk amalgam kontraindikasinya adalah gigi dengan
karies yang luas, kompleks, melibatkan cusp, serta adanya kebutuhan estetik.
Sedangkan untuk kontraindikasi penggunaan komposit adalah untuk pasien
yang mengalami hipersalivasi dan dengan pasien dengan tekanan oklusal yang
besar (bruxism). Untuk GIC, kontraindikasinya adalah untuk kavitas yang
dalam tanpa menggunakan pelapik kalsium hidroksida, untuk pasien
hipersalivasi dimana kontaminasi saliva tidak dapat dikontrol, dan pada karies
kelas IV.
2. Tahap preparasi, penumpatan, dan pemolesan berbeda-beda tergantung pada
klasifikasi kavitas dan bahan tumpat yang digunakan
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dari restorasi plastis adalah
1. Teknik isolasi yang baik
2. Pemilihan bahan tumpatan yang tepat.
3. Design cavitas yang sesuai.
4. Teknik manipulasi bahan restorasi plastis.
5. Proses polishing.
6. Teknik finishing.
4. Design outline pada setiap kavitas pun berbeda-beda sesuai dengan klasifikasi
kavitasnya.



DAFTAR PUSTAKA

Ford, T.R. Pitt. 1993. Restorasi Gigi. Alih bahasa, Narlan Sumawinata; editor, Narlan
Sumawinata dan LIlian Yuwono. Ed.2. Jakarta: EGC

Buku Petunjuk Praktikum Tumpatan FKG UNEJ, 2009

Pickard, H.M., Kidd, E.A.M., Smith, B.G.N 2002. Manual Konservasi Restoratif
Menurut Pickard. Edisi 6. Alih bahasa: Narlan Sumawinata. Jakarta : Widya Medika.

Ali Nurdin, Penggunaan semen Glass Ionomer sebagai upaya meningkatkan
perlekatan tumpatan amalgam dengan jaringan gigi,Majalah Kedokteran Gigi
Universitas Airlangga, vol 34 nomor 3a, Agustus, 2001.

Cecilia G. J. Lunardi, Soeyatmi Iskandar, Sri Kunarti Prijambodo, Resin komposit
untuk restorasi gigi posterior simposium sehari Mempertahankan Gigi Selama
Mungkin, Surabaya: FKG, 1989.

Narlan Sumawinata, Restorasi Gigi, edisi 2, Jakarta Kedokteran EGC, 1993

http://www.juniordentist.com/outline-form-cavity-preparation.html

http://www.scribd.com/doc/35130814/Sifat-Sifat-Dental-Amalgam

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1154/1/10E00020.pdf

http://galinggih.wordpress.com/2010/04/03/semen-ionomer-kaca/

http://dentistrymolar.wordpress.com

http://www.tpub.com/content/medical/14275/css/14275_123.htm

Anda mungkin juga menyukai