Anda di halaman 1dari 1

---- Ini l ah 10 pohon Ramadhan, Si apa menanamnya i a

akan menuai , bi i dzni l l ah. Al l ahu a' l am ----


Ibarat sebuah tanaman, maka amaliyah Ramadhan adalah pohonnya.
Mediumnya adalah bulan Ramadhan. Pohon apa yang kita tanam di
medium Ramadhan, itulah yang akan kita petik, itulah yang akan kita
nikmati. Karena siapa menanam dia yang menuai.
Pertanyaannya; Pohon apa saja yang perlu kita tanam di bulan suci
ini?
Paling tidak ada 10 pohon Ramadhan yang mesti kita tanam di
medium bulan Ramadhan ini:
Pohon pertama, shaum.
Tidak sekedar menahan hal yang membatalkan shaum makan,
minum dan berhubungan biologis- dari terbit fajar sampai
terbenamnya matahari saja. Karena, kalau hanya sekedar menahan
yang demikian, boleh jadi anak kecil, usia SD bisa melakukannya.
Betapa anak-anak kita sudah belajar shaum semenjak dibangku
sekolah bukan?
Nah, kalau demikian, apa bedanya shaumnya kita dengan mereka?
Harus ada nilai lebih, yaitu menjaga dari yang membatalkan nilai dan
pahala shaum. Apa yang membatalkan nilai shaum. Di antaranya
bohong, ghibah, namimah, mengumpat, hasud dan penyakit hati
lainnya. Dengan demikian, mata, telinga, lisan, tangan, kaki dan
anggota badan kita ikut serta shaum.
Betapa banyak orang yang shaum, tidak mendapatkan sesuatu
kecuali hanya rasa lapar dan dahaga semata. Begitu penegasan
Rasulullah saw.
Pohon kedua, sahur.
Sahur tidak pengganti sarapan pagi, bukan juga penambah makan
malam. Namun sahur yang penuh berkah, yang dilakukan diakhir
jelang waktu fajar. Di sinilah waktu-waktu yang sangat mahal, doa
dikabulkan, permintaan dipenuhi. Sehingga ketika melaksanakan
sahur tidak tidak sambil nonton hiburan, tayangan yang melenakan,
oleh media elektronik. Sibukkan diri dan keluarga kita dengan
mensyukuri nikmat Allah dengan bersama-sama melaksanakan
sunnah sahur ini dengan penuh hikmat dan kekeluargaan.
Sahurlah, karena dalam sahur itu ada keberkahan. Begitu sabda
Rasulullah saw. mengajarkan.
Pohon ketiga, ifthar.
Buka . Sunnah buka puasa itu disegerakan. Ketika dengar
kumandang adzan Maghrib, segera lakukan buka puasa. Jangan
tunda, jangan sok kuat, nanti bakda tarawih saja, bukan.
Dengan apa kita ifthar? Sunnahnya dengan ruthab atau kurma muda.
Berapa biji? Bilangan ganjil satu atau tiga biji. Kalau tidak ada, seteguk
air putih. Itu yang dilakukan Rasulullah saw. bukan dengan memakan
aneka hidangan, ragam makanan, bukan. Dan Rasulullah saw. pun
baru makan besar setelah shalat tarawih.
Ifthar bukan ajang balas dendam, seharian manahan lapar, ketika
bedug Maghrib, seakan ingin melampiaskan rasa laparnya dengan
memakan semua yang ada. Perilaku ini tentu tidak akan membawa
dampak perubahan dalam kehidupan pelakunya. Justeru dengan
puasa
berlapar-lapar sambil merenungkan hikmah shaum dan menjadi bukti
kesyukuran adalah sebagian dari target berpuasa. Sehingga dengan
sadar dan hikmat kita berdoa saat berbuka:
Yaa Allah, kepada-Mu aku shaum, dengan rizki-Mu aku berbuka, telah
hilang rasa haus-dahagaku, kerongkongan telah basah, karena itu
tetapkan pahala bagiku, insya Allah.
Pohon keempat, tarawih.
Tarawih berasal dari akar kata raaha-yaruuhu-raahatan-
watarwiihatan- yang artinya rehat, istirahat, santai. Sehingga shalat
tarawih adalah shalat yang dilaksanakan dengan thuma'ninah, santai,
khusyu' dan penuh penghayatan, bukan hanya sekedar mengejar
target bilangan rekaatnya saja, mau delapan, dua puluh, empat puluh,
silahkan dikerjakan, asal memperhatikan rukun, wajib, dan sunnah
shalat.
Kalau kita disuruh memilih, apakah shalat tarawih di masjid yang
dalamnya dibaca idzaa jaa'a nashrullahi wal fathu atau shalat tarawih
di masjid yang baca idzaa jaa'akal munaafiquna qaaluu nasyhadu
innaka larasuuluh Pilih mana?
Kita tidak dalam posisi membandingkan surat yang dibaca, semua
adalah surat dalam Al-Qur'an, namun kita ingin membandingkan sikap
kita, apa kita pilih yang panjang-panjang namun khusyu' atau pilih yang
pendek-pendek namun secepat kilat.
Umat muslim harus berani mengevaluasi diri dalam hal pelaksanaan
shalat tarawih ini.
Pohon
Ramadhan
10

Anda mungkin juga menyukai