Hadirin para jamah sholat Insya, Tariwih dan Witir yang dirahmati Allah..
Baiklah pada malam yang berbahagia ini, saya mencoba memenuhi giliran sesuai dengan
jadwal yang telah ditetapkan pengurus mushalla untuk menyampaikan sepatah dua kata,
mengisi waktu sebelum kita melaksanakan sholat tarawih dan witir. Meskipun saya bukanlah
penceramah, dan sejatinya hanyalah seorang pendengar ceramah dan masih butuh
diceramahin. Mudah-mudahan apa yang tersampaikan menjadi bahan renungan terutama
untuk saya sendiri dan kita semua.
Suatu ketika di bulan Ramadhan, Rasulullah SAW melihat seorang wanita sedang memaki-
maki budaknya (pembantunya). Melihat kejadian itu, Nabi meminta salah seorang
sahabatnya untuk mengambilkan makanan dan menghampiri wanita tadi. Lalu Nabi
mengulurkan makanan kepada wanita itu dan berkata, ”kuliy”, makanlah. Wanita itu
menjawab, ”Inni shaa’imah (saya sedang berpuasa)”. Nabi berkata lagi, ”ayo makanlah”.
Wanita itu menjawab lagi , ”ya Nabi, saya sedang berpuasa”. ”Bagaimana mungkin engkau
berpuasa, kalau engkau berkata buruk seperti itu?”, sergah nabi. Kemudian nabi bersabda
kepada sahabatnya :
Hadirin dan hadirat..., ini perlu kita renungkan. Jangan sampai kita sudah melaksanakan
ibadah puasa bertahun-tahun, hanya yang kita peroleh lapar dan dahaga. Karenanya
terkadang jangan heran bila ada orang selesai puasa bukannya bertambah baik. Malah
sebaliknya.
Dari riwayat yang kita ceritakan tadi, sepertinya wanita tersebut merasakan bahwa yang
bersangkutan telah sempurna berpuasa karena sudah tidak makan dan minum. Bisa saat ini
banyak juga orang-orang yang mungkin merasakan seperti itu. Telah merasa sempurna
berpuasa karena sudah tidak makan dan minum di siang hari pada bulan Ramadhan. Bila ada
yang seperti ini, berati mereka belum sepenuhnya memahami puasa itu apa, untuk apa
berpuasa, hakekatnya apa, tujuannya apa dan hikmahnya apa.
Puasa itu, sebagaimana yang pernah dijelaskan oleh Ust. Muslim Usman pada malam ke-3
beberapa waktu lalu, secara bahasa disebut al-imsak. Al-imsak itu artinya menahan atau
menahan diri. Menahan diri dari hal-hal yang bisa membatalkan puasa, mulai subuh sampai
maghrib. Inilah puasa secara istilah.
Berarti puasa itu menahan. Kalau naik kenderaan menahan berarti menginjak rem atau
mengerem. Maka oleh karena itu Puasa melatih kita untuk ngerem. Dan disiplin dalam
mengerem. Waktunya ngerem ngerem waktunya menginjak gas, injak gas.
Makanya ketika berpuasa disiplin banget mengerem. Ketika azan subuh, atau kalau kita di
Aceh ketika suara sirene di Radio Baiturahman terdengar, walaupun makanan masih banyak.
Pasti berhenti makan. Distop..., untuk menahan diri, ngerem dari makanan.
Termasuk ketika berbuka. Kita tunggu,tunggu, betul2 kita tunggu sampai tibanya suara sirena
di radio Baiturahman atau suara azan maghrib. Padahal menjelang maghrib makanan sudah
siap di depan kita. Berbagai jenis makanan yang enak-enak dan kesukaan sudah ada di depan
mata kita. Akan tetapi kita tetap bertahan, tidak akan korupsi setengah menitpun atau bahkan
seperempat menitpun. Kita tetap berusaha untuk menahan diri (ngerem) tidak makan sebelum
saatnya berbuka puasa.
Ini merupakan pembentukan karakter yang sangat dahsyat. Sangat dahsyat. Kalau misalnya
kita praktekan bukan hanya menahan diri dari makan dan minum. Tetapi sayangnya banyak
diantara kita mempraktekkan ngerem itu cuma dalam makan dan minum tok.
Bila kita ambil contoh PNS. Saat ini berdasarkan edaran menpan, waktu pulang PNS dalam
bulan Ramadhan, yang berkerja lima hari seminggu pulangnya pukul 15.00 WIB. Bagi yang
kerja 6 hari seminggu pulangnya pukul 14.00 WIB. Kalau belum jam pulang, betul ngerem
keinginan untuk pulang meskipun 1 menit lagi dari waktu yang ditentukan baru pulang.
Pokoknya sebelum pukul 15 wib tak akan pulang. Seandainya kita praktekkan dalam seluruh
kehidupan kita sehari-hari. Hebat! Indonesia akan betul-betul menjadi negara hebat. Cuma
sayangnya banyak diantara kita, ngeremnya itu Cuma dari makan dan minum saja.
Makan dan minum itu halal! Namun dalam bulan ramadhan pada siangnya makan dan minum
jadi haram dimakan. Tetapi korupsi, mencuri dsbnya adalah asli haram. Bukan hanya dibulan
ramadhan saja. Apalagi bulan ramadhan. Lebih haram lagi.
Kalau seandainya kita bisa ngerem dari yang aslinya halal. Kenapa kita tidak ngerem dari
sesuatunya yang aslinya haram. Maka aneh, orang yang puasa dari yang halal-halal, tetapi
tidak puasa dari yang haram-haram.
Kemudian banyak diantara kita di bulan puasa hari-harinya nonton tv terus (ini biasanya ibu-
ibu tapi tak kecuali juga bapak-bapak). Atau nonton tiktok di HP. Dia tidak makan dan
minum yang aslinya halal akan tetapi matanya dibiarkan untuk nonton sesuatu yang haram.
Dia tidak makan dan minum akan tetapi telinga dibiarkan untuk memasukkan sesuatu yang
haram. Ini puasa model apa? Orang2 yang puasa seperti inilah yang biasanya tidak akan
menghasilkan taqwa seperti yang diingin oleh Allah SWT dalam surat Albaqarah ayat 183.
Makanya Rasulullah SAW bersabda yang diriwayatkan Imam Ibnu Khuzaimah: “Laisash
Shiyaamu Minal Akli wasy Syarb (Puasa itu bukanlah sekadar menahan diri dari makan dan
minum). Tidak cukup.., Terus puasa itu apa kata Rasullah SAW: Innamash Shiyaamu
Minal Lagwi war Rafats.” Puasa itu adalah mencegah diri dari segala perbuatan sia-sia
(lagw) serta menjauhi perbuatan yang kotor (rafats). Jadi, puasa itu bukan hanya sekedar
menahan diri dari makan dan minum tetapi mampu menahan diri dari hal-hal yang bersifat
maksiat.