Anda di halaman 1dari 51

Ceramah Ramadhan Hari Ke-1: Puasa Dalam Perspektif Islam Dalam menyambut Bulan Suci

Ramadhan 1436 H atau tahun 2015, CeramahPidato.Com akan update contoh ceramah-ceramah Islami
seputar bulan puasa, yang bisa dibawakan pada ceramah sebelum shalat Tarwih. Pada kesempatan
pertama ini, Judul ceramah puasa pada hari ke-1 ramadhan yang akan saya bagikan adalah Puasa
dalam Persfektif islam.
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena pada kesempatan yang kesekian kalinya kita dipertemukan lagi
dengan bulan ramadhan 1436 H, marilah kita sambut bulan suci ramadhan ini dengan ucapan Marhaban
ya Ramadhan 1436 H. Sambutan ini menunjukkan bahwa bahwa tamu disambut dengan lapang dada,
penuh kegembiraan, serta dipersiapkan baginya ruang yang luas untuk melakukan apa saja yang
diinginkannya; tidak menggerutu dan menganggap kehadiarannya mengganggu ketenangan atau
suasana nyaman kita.

Jamaah
Tarwih
yang
berbahagia

Untuk itu kita perlu mempersiapkan bekal dan tekad yang membaja guna mennelusuri jalan, memerangi
nafsu, agar kita mampu menghidupkan malam ramadhan dengan salat dan tadarrus, serta siangnya
dengan
ibadah
kepada
Allah
SWT.
Al-quran menggunakan kata shiyam dalam arti puasa menurut hukum syariat. Secara bahasa, kata
shiyam yang berakar dari huruf-huruf sha-wa-ma berarti menahan dan berhenti atau tidak bergerak.
Manusia yang berupaya menahan diri dari suatu aktifitas apapun aktifitas itu dinamai shaim
(berpuasa). pengertian kebahasaan ini dipersempit maknanya oleh hukum syariat, sehingga puasa
(shiyam) hanya digunakan untuk menahan diri dari makan, minum dan upaya mengeluarkan sperma dari
terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari.
Jamaah
Tarwih
yang
dirahmati
Allah
SWT
Namun Al-Quran menginformasikan bahwa kata shiyam tidak hanya membatasi padamenahan makan,
minum dan berhubungan suami-istri, tetapi juga digunakan dalam arti manahan bicara (Qs. Maryam
19:26). Bahkan, kaum sufi, merujuk kepada hakikat dan tujuan puasa, menambahkan bahwa kegiatan

yang harus dibatasi selama melakukan puasa mencakup pembatasan atas seluruh anggota tubuh, hati,
dan
pikiran
dari
melakukan
segala
macam
dosa.
Hakikat shiyam atau shaum bagi manusia adalah menahan atau mengendalikan diri, karena itupula
puasa disamakan dengan sikap sabar. Hadis Qudsi yang menyatakan antara lain bahwa: Al-Shaumu liy
wa Ana Ajziy yang aritnya Puasa untuk-Ku, dan Aku yang memberi ganjaran (HR. al-bukhari)
dipersamakan oleh banyak ulama dengan firman-Nya dalam QS. az-Zumar 39:10




Yang artinya:
Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. bertakwalah kepada Tuhanmu. Orang-orang yang
berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya
orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.
Orang sabar yang dimaksud di sini adalah orang yang berpuasa. Ada beberapa macam puasa dalam
pengertian syariat / hukum sebagaimana di singgung diatas, yakni:

Puasa wajib sebulan ramadhan.


Puasa kafarrat, akibat pelanggaran, atau semacamnya.
Puasa Sunnat.

Jamaah
tarwih
yang
berbahagia

Uraian Al-Quran tentang puasa ramadhan, ditentukan dalam Qs. al-baqarah 2:183-185 dan 187. Ini
berarti bahwa puasa ramadhan baru diwajibkan setelah Nabi SAW hijrah ke madinah, yakni pada 10
Syaban tahun ke-2 hijriah. Berikut ayat-ayatnya:












Yang Artinya:
183. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,
184. (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka Barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau
dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu
pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak
berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi Makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan
kerelaan hati mengerjakan kebajikan, Maka Itulah yang lebih baik baginya. dan berpuasa lebih baik
bagimu
jika
kamu
mengetahui.

185. (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu
dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri
tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau
dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang
ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu
mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
187. Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka
adalah Pakaian bagimu, dan kamupun adalah Pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya
kamu tidak dapat menahan nafsumu, Karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf kepadamu.
Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang Telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan
minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah
puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beritikaf
dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.
Jamaah
tarwih
yang
dirahmati
Allah
SWT
Berdasarkan Ayat-ayat diatas dapat disimpulkan beberapa point, antara lain: kewajiban puasa di bulan
Ramadhan yang diawali dengan panggilan mesra wahai orang-orang yang beriman,. dimaksudkan
agar dapat mendorong umat Islam untuk melaksanakannya dengan baik, tanpa kesalahan. Bahkan,
tujuan puasa tersebut adalah untuk kepentingan yang berpuasa sendiri, yakni agar kamu bertaqwa atau
terhindar
dari
siksa
api
neraka;
Kewajiban puasa tersebut hanya beberapa hari, itu pun hanya diwajibkan bagi yang berada dikampung
halaman tempat tinggalnya, dan dalam keadaan sehat wal afiat, sehingga barangsiapa yang sakit atau
dalam perjalanan maka dia boleh tidak berpuasa dan menggantinya pada hari yang lain. sedang yang
merasa sangat berat berpuasa, maka dia harus membayar fidyah, yaitu memberi makan seorang miskin.
Sekalipun puasa adalah kewajiban bagi umat Islam, tetapi Allah menghendaki kemudahan untuk kamu
bukan
kesulitan.
Pelaksanaan puasa dalam arti menahan makan, minum dan hubungan suami-istri dimulai sejak terbitnya
fajar hingga terbenamnya matahari. karena itu, makan, minum dan berhubungan suami-istri dapat
dilakukan sejak terbenam matahari sampai terbit fajar. namun puasa harus disempurnakan dan jangan
dinodai dengan perbuatan melanggar norma agama, sempurnakanlah puasa itu sampai malam.
Jamaah
tarwih
yang
berbahagia

Secara jelas Al-quran menyatakan bahwa tujuan puasa adalah untuk mencapai ketaqwaan, laallakum
tattaqun. Menahan diri dari lapar bukanlah tujuan utama puasa. Hal ini disyaratkan di dalam hadis Nabi,
yang artinya Banyak diatara orang yang berpuasa tidak memperoleh sesuatu dari puasanya, kecuali
rasa
lapar
dan
dahaga.
Taqwa, secara bahasa berarti menghindar, mejauhi, menjaga diri. Kalimat perintah ittaqullah, secara
harfiah berarti hindarilah, jauhilah atau jagalah dirimu dari Allah, makna ini mustahil dapat dilakukan oleh
mahluk. Bagaimana mungkin menghindarkan diri dari Allah atau menjauhi-Nya, sedangkan Allah bersama
kamu dimanapun kamu berada. Oleh karena itu perlu disiapkan kata atau kalimat untuk meluruskan

maknanya. Misalnya, kata siksa atau yang semakna dengannya, sehingga perintah bertaqwa
mengandung arti perintah untuk menghindarkan diri dari siksa Allah.
Jamaah
tarwih
yang
berbahagia

Dengan demikian, puasa dibutuhkan oleh semua manusia, kaya ataupun miskin, pandai ataupun bodoh,
untuk kepentingan pribadi atau masayarakat, yakni pengendalian diri. hal ini mengisyaratkan bahwa
dengan berpuasa, manusia berupaya dalam tahap awal dan minimal meneladani sifat-sifat Allah. nabi
bersabda: Takhallaqu bi akhlaq Allah Teladanilah sifat-sifat Allah. Manusia mempunyai kebutuhan
beraneka ragam, dan yang terpenting adalah kebutuhan faali, yaiut makan, minum, dan hububgab
suami-istri.
ketiga
kebutuhan
itu
tidak
dibutuhkan
oleh
Allah
SWT.
Disamping itu puasa bertujuan mempertinggi rasa persaudaraan dan kepedulian sosial, ibadah puasa
mengasah
dan
mengasuh
manusia
agar
memiliki
sifat
sabar
dan
jujur.
Semoga Ibadah puasa dan ibadah-ibadah lainnya di bulan ramadhan ini nantinya dapat melahirkan nilainilai ketaqwaan, nilai-nilai persaudaraan, kebaran dan kejujuran. Wa Allah Alam bi al-Shawab.[cp]

Ceramah Ramadhan Hari Ke-2: Fadhilah Ramadhan Sahabat Cerpi Pada ceramah hari ke2 ini akan diangkat tema, fadilah Ramadhan 2016. Penciftaan dan pemilikan terhadap apa-apa
yang dikehendaki oleh Allah SWT (Qs. al-Qashash 28:68) diyakini mengandung hikmah dan
keutamaan tersendiri. Misalnya, Allah memilih mekkah untuk tempat bangunan Kabbah, sedang
kabbah ditetapkan sebagai kiblat kaum muslimin. Demikian pula halnya bulan ramadhan dipilih
oleh Allah SWT sebagai bulan yang penuh kemuliaan dan keutamaan yang tidak dimiliki bulanbulan lainnya.
Jamaah
Tarwih
yang
dirahmati
Allah
SWT

Apabila seseorang menelusuri kasus-kasus yang telah terjadi di bulan ramadhan serta mengkaji
ayat-ayat Al-Quran maupun hadish-hadis nabi SAW, yang ada kaitan dengannya niscaya akan
dijumpai bahwa telah terjadi banyak peristiwa penting didalamnya. Disini lain, beribadah dan
beramal saleh didalam bulan ramadhan mempunyai penilaian yang istimewa dari Allah SWT.
Peristiwa-peristiwa penting dan keutamaan beramal kebaikan dalam bulan ramadhan antara lain:
Bulan yang dipilih oleh Allah untuk menurunkan permulaan al-Quran. Penuturan Al-Quran
bahwa keberadaanya untuk menjadi petunjuk, pembeda antara yang hak dan yang bathil. Qs. alBaqarah 2:185




Yang Artinya:
Beberapa hari yang ditentukan itu ialah bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara

kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan
itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya
berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki
kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu
mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang
diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.

Dan Pemberi peringatan kepada seluruh alam. Qs. Al-Furqan 25:1,


Yang artinya:
Maha suci Allah yang telah menurunkan Al Furqaan (Al-Quran) kepada hamba-Nya, agar dia
menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam
Jamaah tarwih yang berbahagia
Oleh karena itu, malam permulaan turun Al-Quran disebut malam kemuliaan, malam yang lebih
baik dari 1000 malam, di indonesia dikenal dengan lailatul Qad. Qs. al_Qadr 97:1-5,




Yang artinya:
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah
kamu apakah malam kemuliaan itu?. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada

malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur
segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar
Bulan yang dipilih untuk saat terjadinya perang Badar al-Qubra sebagai perang yang pertama
sejak pengangkatan nabi Muhammad SAW menjadi Rasul yang terakhir dengan kemenangan
kaum Muslimin. Dengan peristiwa itu nampaklah ketinggian kalimat tauhid dan awal keruntuhan
kekuasaan Musyirikin dan mulainya nyata sinar Risalah Islam. Qs Ali-Imran 3:155,




Yang artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antaramu pada hari bertemu dua pasukan itu [244],
hanya saja mereka digelincirkan oleh syaitan, disebabkan sebagian kesalahan yang telah mereka
perbuat (di masa lampau) dan sesungguhnya Allah telah memberi maaf kepada mereka.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun.
Dan Qs. Al-Anfal 8:41,




Yang artinya:
Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka
sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin
dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang kami turunkan kepada
hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan , yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Bulan yang dipilih untuk kaum muslimin menunaikan ibadah shiyam (puasa) dengan tujuan
memperoleh derajat taqwa. Qs. al-Baqarah 2:197,




Yang artinya:
(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi , barangsiapa yang menetapkan niatnya
dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats , berbuat fasik dan berbantahbantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan,
niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa
dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.

Pada sisi lain, Allah SWT berfirman didalam Qs. Al-Nahl 16:128,

Yang Artinya:
Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan.
Bulan yang telah dipilih bagi kaum muslimin untuk lebih mengintensifkan aktifitas-aktifitas
ibadah dan amal saleh lainnya.
Jamaah
tarwih
yang
dirahmati
Allah
SWT

Diperolehnya beberapa riwayat dari nabi SAW yang menunjukkan keutamaan beribadah dan
beramal Saleh dalam bulan Ramadhan, antara lain:

Imam al-Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Huraira bahwa Nabi SAW
bersabda, yang artinya: Jika tiba bulan puasa terbuka semua pintu langit dan tertutup
pintu-pintu neraka jahannam dan dirantai syaitan.
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan dari Ibnu abbas, bahwa: Adalah
rasulullah SAW lebih pemurah kepada semua orang, lebih-lebih jika bulan Ramadhan,
dimana ia selalu dihubungi oleh Jibril dan hampir setiap malam Jibril datang untuk
tadarrus Al-Quran. Dan rasulullah SAW jika bertemu dengan Jibril, maka ia lebih
pemurah lagi melebihi dari angin yang berhembus.

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadist dari Aisyah bahwa: bahwasanya
rasulullah SAW beritikaf disepuluh yang terakhir bulan Ramadhan sampai diwafatkan
oleh Allah SWT.

Imam Muslim meriwayatkan hadis Qudsi dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW,
berkata: Semua amal anak adam berlipat ganda (pahalanya), setiap kebaikan 10 x lipat
hingga 700 x lipat. Firman Allah kecuali puasa, maka hanya aku sendiri yang
membalasanya karena ia meninggalkan syahwat dan minum-minumannya semata-mata
untuk-Ku.

Jamah
Tarwih
yang
berbahagia

Disamping itu, bulan Ramadhan yang sangat agung (Syahrun azhom) ini, selayaknya menjadi
saat-saat paling pas bagi kita untuk berfikir dan merenung kembali lebih dalam, terhadap
berbagai aktifitas yang telah kita lakukan. Ramadhan adalah bulan untuk saling tolongmenolong. Pada bulan ini kita sangat dianjurkan untuk engulurkan tangan kepada kepada
golongan yang mengalami krisis ekonomi, mereka yang fakir miskin, yatim piatu, ibnu sabil dan
orang-orang yang mengalami kesusahan. Pada bulan suci ini sikap kepedulian sosial kita diuji
serta disadarkan bahwa didalam harta kita terdapat hak bagi golongan ekonomi lemah. Bulan
ramadhan dikatakan pula sebagai bulan kesabaran (syahru al-shabri). Dalam berpuasa di bulan
ramadhan, kaum muslimin berlatih untuk bersabar untuk menahan penderitaan dengan tidak
menikmati
sebagian
perkara
yang
diperbolehkan.

Jamaah
Tarwih
yang
dirahmati
oleh
Allah
SWT
Dan apa-apa yang telah dikemukakan terdahulu, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Bahwa Bulan Ramadhan telah dipilih oleh Allah untuk saat turun permulaan Al-Quran,
terjadi perang badar al-Kubra dan untuk menunaikan ubadah shiyam;
2. Bulan Ramadhan adalah bulan yang diharapkan kaum muslimin lebih mengintensifkan
aktifitas-aktifitas ibadah di dalamnya, sperti shalat lail, tadarrus Al-Quran, berinfaq,
beritikaf dan amal kebaikan lainnya sebab beramal ibadah di dalamnya, dilipat-gandakan
pahalanya;
3. Ibadah shiyam yang dilaksanakan karena iman dan mengharapkan pahala, maka
pahalanya akan diserahkan langsung oleh Allah SWT kepada yang bersangkutan.[cp]

Ceramah Ramadhan Hari Ke-3: Fadhilah Shalat Lail Sahabat Cerpi pada kesempatan kali ini
CeramahPidato.Com akan share artikel mengenai teks ceramah ramadhan 1437 H/2016 M hari
ke tiga. Judulnya adalah Fadhillah Shalat lail, simaklah:
Berbicara tentang fadhillah shalat lail, terlebih dahulu kita berbicara tentang macam-macam
shalat lail dan dasar dasar perintah untuk itu. Shalat lail adalah shalat sunat yang dilakukan
diwaktu malam sesudah shalat Isya dan seterusnya pada perkiraan sepertiga, atau seperdua, atau
sepertiga di akhir malam. Sesuai dengan firman Allah SWT. Dalam surah al-Muzammil (73): 20,
berbunyi:











Yang Artinya:
Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri shalat (lail) kurang dari 2/3
malam atau malam atau 1/3-nya.
Waktu-waktu itu dapat kita gunakan sesuai dengan kemampuan dan kesediaan kita. Ada yang
mampu berjaga tidak tidur sampai waktu shalat itu. Ada yang tidur kemudian bangun shalat pada
pertengahannya ada pada sepertiga akhir malam. Shalat malam yang kita lakukan dalam bulan
suci Ramadhan ini juga shalat malam yang diberi nama shalat tarwih yang diakhiri dengan shalat
witir sebagai penutup shalat malam (lail).
Pada ayat yang lain Allah berfirman dalam surat al-Sajadah (32):16, berbunyi:

Yang Artinya:
Mereka itu meninggalkan tempat tidurnya mereka tidak tidur karena menunggu waktu untuk
melaksanakan shalat lail, sedang mereka menyerah kepada Tuhannya dengan perasaan takut dan
penuh harapan. Dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepadanya.

Dalam ayat lain surah al-Furqan (25):64, berbunyi:



Yang Artinya:
Hamba-hamba yang berbakti itu diwaktu malamnya suka sekali menyembah Tuhannya dengan
bersujud dan berdiri.
Dalam keheningan malam mereka merasakan nikmat dan syahdunya menghadapkan diri
bermunajat kepada Tuhan Rabbul Alamin.
Dalam surah adz-Dzariyat (51): 17, 18, 19, berbunyi:



Yang Artinya:

Orang-orang yang bertaqwa itu sedikit sekali tidurnya diwaktu malam. Diwaktu menjelang fajar
pagi (sahur), mereka itu berdoa memohonkan pengampunan dan dari sebahagian hartanya
diberikan kepada orang yang meminta dan yang kekurangan.
Maksid ayat bahwa selain mereka taat mendirikan shalat (lail) diwaktu malam dia juga
mengeluarkan sebahagian hartanya kepada yang berhak (mustahak).
Bermacam-macam pengalaman dan kisah terhadap ahli shalat (lail). Nabi Muhammad SAW.
Berdiri shalat tiap malam dengan bacaan-bacaan surah terpanjang, sehingga kaki beliau
membengkak. Beliau ditegur oleh sahabat dan Saidat Aisyah sendiri, berkata: wahai Rasul
bukankah engkau telah mendapat pengampunan segala dosamu dan orang yang dikasihani dan
pasti ahli surga, kenapa engkau tidak mengetahui bahwa dengan shalatku yang seperti ini adalah
saya menyatakan kesyukuranku pada nikmat-nikmat Allah yang telah dikaruniakannya
kepadaku. Para sahabat mengikuti amalan-amalan Rasul tersebut. Bukankah Tuhan Allah SWT.
Telah menyatakan dalam firmannya pada surah Ibrahim (14):7, berbunyi:

Yang Artinya:
Jika engkau mensyukuri nikmat pemberianku maka akan kutambah nikmat itu namun jika
kamu mengingkari; maka siksaku amat pedih.
Ali Bin Biker berkata:
selama 40 tahun tidak ada satupun yang menyusahkan hatiku selain menyingsingnya fajar
diwaktu pagi. Fudail bin Iyyad berkata: Jikalau matahari sudah terbenam, maka saya pun
bergembira sebab dapat berhalwat dengan Tuhanku. Tetapi apabila matahari terbit, maka
sedihlah hatiku sebab saya akan berhadapan dengan orang banyak.
Abu Sulaiman berkata:
Ahli bangun malam diwaktu malamnya dapat merasakan kelezatan beribadah lebih dari semua
kelezatan hidangan pesta disiang hari; andaikata tidak ada malam, maka rasanya saya tidak
ingin menetap didunia ini.
Sebahagian ulama mengatakan:
di dunia ini tidak ada satu waktupun yang menyerupai kenikmatan ahli surga, melainkan apa
yang dirasakan oleh ahli yang mencintai waktu malam sebab dapat mengenyampingkan
manisnya bermunajat dengan Tuhannya.
Demikian kisah yang termuat dalam kitab Mauzatul Mukminin, ikhtisar Ihya Ulumuddin
karangan Iman Al Ghazali.

Mengenai Fadhilah atau keutamaan shalat Lail: rasul SAW bersabda dalam hadisnya yang
diriwayatkan oleh Muslim dari abu hurairah yang berbunyi:
Semulia-mulia shalat sesudah lima waktu ialah Shalat lail.
Hadis yang diriwayatkan oleh Adam bin Abu Iyas, Nabi Bersabda:
Dua rakaat yang dilakukan oleh seorang hamba di tengah malam itu adalah lebih baik baginya
dari dunia ini serta lainnya.
Selanjutnya Nabi Bersabda:
Sesungguhnya dari sebahagian waktu malam itu ada suatu saat yang tiada menyamai
kebaikannya bagi seorang muslim untuk memohonkan dikabulkannya, demikian itu ada pada
setiap malam. (HR. Muslim).
Didalam hadis lainnya dinyatakan:
Hendaklah kamu sekalian menetapi shalat malam, sebab yang demikian itu adalah prilaku
orang-orang yang shaleh sebelumnya. (HR. Muslim).
Shalat malam yang khusus dinamai dengan shalat Tahajjud, Allah SWT Berfirman dalam surah
Bani Israil (17): 79, berbunyi:
Dan pada sebagian malam dirikanlah shalat Tahajjud sebagai suatu ibadah tambahan bagimu;
mudah-mudahan Allah mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.
Dan surah al-Muzzammil (73): 6, berbunyi:

Yang Artinya:
Sesungguhnya bangun diwaktu malam adalah lebih tepat, (untuk khusyuk dan bacaan itu lebih
berkesan).
Maksud ayat bahwa di malam hari ibadah-ibadah yang dilakukan dapat lebih khusyuk dan
bacaan ayat-ayat lebih mantap dibanding dengan siang hari.
Dalam Hadis Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah:
Pada waktu 1/3 malam Allah SWT berfirman: Siapakah dari hambaku berdoa pada malam ini;
maka akan kukabulkan permohonannya, siapa yang meminta sesuatu akan kuberikan
permintaannya, siapa yang memohon ampun akan kuampuni dia.

Pernah Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW yang perlu diikuti oleh ummatnya yang dalam
al-Quran Surah Al-Muzzammil (73): 1-5, berbunyi:






Yang artinya:
Hai orang-orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah untuk sembahyang di malam hari
seperdua malam atau sepertiganya atau kurang dari itu dan bacalah Alquran itu dengan
perlahan-lahan, Sesungguhnya kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat.
Maksud ayat bahwa Allah SWT akan menurunkan wahyunya yang penuh dengan perintah yang
dipatuhi dan larangan-larangan yang harus di tinggalkan.
Fadhilah shalat Lail sangat luar biasa apalagi yang bertepatan dengan lailatul Jumat. Dan pada
tiap malam ada shalat lail khusus sesuai dengan penjelasan kitab Zinatul Asrar dan
menganjurkan kepada kita agar dalam permohonan kita tersebut disesuaikan dengan perintah
Allah SWT:
Jadikanlah shalat dan sabar sebagai penolongmu.
Kita shalat disertai kesabaran dalam bermohon kehadirat Allah SWT. Demikian, Wa Allah alam
bi al-shawab.[cp]

Ceramah Ramadhan Hari Ke-4: Aktualisasi Nilai Nilai Shalat Sahabat Cerpi pada
kesempatan kali ini Ceramah Pidato akan share artikel mengenai teks
ceramah ramadhan 1437 H/2016 M hari ke tiga. Judulnya adalah Aktualisasi
Nilai
Nilai
Shalat,
simaklah:
Salah satu hadiah Rasulullah SAW di dalam perjalan isra dan mirajnya
adalah shalat lima waktu. Hal tersebut diertegas oleh Rasulullah di dalam
sebuah hadis shahih yang diriwayatkan, antara lain, al-Iman Muslim yang
berbunyi:
Dari Murra, dari Abdullah beliau berkata bahwa ketika rasulullah diisrakan
oleh Allah beliau tertahan (hanya bisa sampai) di Sidratil Muntaha maka

(pada saat itu) beliau dianugerahkan 3 hal; shalat lima waktu, ayat-ayat
terakhir al-Baqarah, dan ampunan bagi orang yang tidak mempersekutukan
Allah
dengan
sesuatu.
Di dalam Alquran ditemukan sejumlah ayat yang memerintahkan
pelaksanaan shalat . ayat ayat tersebut pada umumnya diawali dengan
kata terambil dari kata yang berarti berdiri, padahal tidak demikian. Para
ulama berbeda pendapat tentang makna asal kata tersebut. Ada yang
berpendapat ia terambil dari kata yang digambarkan tertancapnya tiang
sehingga ia tegak lurus dan mantap. Ada juga yang mengatakan bahwa ia
terambil dari kata yang melukiskan pelaksanaan sesuatu dengan giat dan
benar. Betapapun beraneka pendapat tentang asal maknanya, tetapi tidak
ditemukan seorang ulama pun yang memahaminya dalam arti berdiri atau
mendirikan. Bahkan, kitab tafsir yang paling singkat dan sederhana pun, aljalalin, menjelaskan kata dengan melaksanakan shalat berdasarkan hakhaknya, yakni dengan khusyuk sesuai syarat, rukun, dan sunnahnya,
sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah SAW.

Hanya saja, jika kita mencoba mengkaji istilah khusyuk baik di dalam
alquran maupun dalam hadis-hadis rasullah SAW, tidak dikemukakan
penjelesan makna kata tersebut. Bahkan penjelasan khusyuk di dalam
shalat juga tidak ditemukan di dalam kitab-kitab fikih yang telah ditulis oleh
para fuqaha. Padahal, kita tentu sepakat bahwa shalat yang dinilai dan
diterima oleh Allah adalah Shalat yang khusyuk.
Khusyuk sebagai dikemukakan oleh ahli tasawwuf, tidak lain kecuali dzikir di
dalam shalat. Sebab tidak bernilai apa apa kecuali dzikir, seperti firman Allah
SWT dalam QS. Thaha 20:14:




Yang Artinya:
Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak) selain
Aku, maka sembahlah Aku dan dirikianlah shalat untuk mengingat aku.
Ayat diatas dengan jelas menyebutkan bahwa tujuan shalat sebenarnya
hanyalah untuk mengingat atau dzikir kepada Allah SWT. Kata Dzikir dari
segi bahasa berarti menyebut atau mengingat. Atas dasar ini, para
agamawan memperkenalkan dua macam dzikir, yaitu dengan lidah / bi allisan dan dengan hati / bi al-qalb. Disamping itu, dzikir juga mempunyai dua
sisi, sisi pasif san sisi aktif. Yang pertama berfungsi mengosongkan hati dari
segala yang menggundahkannya, dan yang kedua menghiasi jiwa dengan
kehadiran Allah SWT.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa orang yang melaksanakan shalat
dengan khusyuk, yaitu dengan dzikir, interaktualisasi didalam dirinya hati
yang tenang, pikiran yang cerah, positif thingking. Dan berlapang dada.
Ingatannya kepada Allah menjadikan ia terhindar dari dengki, kikir, riya,
angkuh dan berkesinambungan. Betapa tidak, bukankah ia hidup bersama
allah, merasa kuat dengan-Nya sambil menyerahkan diri kepada-Nya setelah
melakukan segala upaya.
Inilah antara lain kandungan janji Allah dalam QS Al-Rad 13:28:



Yang Artinya:
(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan Allah-Lah hati menjadi
tenteram.
Hati yang damai, tenteram dan berbagai sifat yang baik tentu akan
mencerminkan dalam kehidupan pribadi seorang mushalli yang khusyuk.
Mereka tidak akan melakukan sesuatu aktifitas yang melanggar syariat
karena hatinya selalu berdzikir kepada Allah. Sebaliknya, orang
melaksanakan shalat hanya untuk melepaskan kewajiban dan bukan sebagai
kebutuhan rohaniah, maka nilai shalatnya akan minim dan mungkin bahwa
tidak bernilai apa-apa di sisi Allah. Itulah, antara lain dari diri Allah
mengingatkan kepada kita untuk senantiasa menjaga shalat dan jangan
bersifat lalai didalam melaksanakannya. Hal tersebut dipertegas oleh Allah di
dalam QS Al-Maaun 107:1-5:





Yang Artinya:
Maka kecelakaan bagi orang-orang yang shalat, (Yaitu) orang orang yang
lalai dari shalatnya.
Menurut al-Imam al-Qurthubi di dalam tafsirnya al-Jami li Ahkam al-Quran
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kata sahun lalai adalah:
Tidak ada rasa penyesalan dan rasa takut ketika ia meninggalkan
shalat;
Tidak shalat tepat waktu;
Tidak menyempurnakan rukuk dan sujudnya.
Ketiga kriteria yang dikemukakan diatas memang sangat memungkinkan
seseorang untuk tidak khusyuk di dalam shalat . orang yang shalat pada
akhir waktu umpamanya, akan selalu terburu-buru bagaikan orang dikejar.
Itulah sebabnya Rasul SAW menganjurkan untuk shalat pada awal waktu
karena juga akan berpengaruh terhadap penyempurnaan ruku dan sujud
seseorang.

Ada dua perintah Allah yang sering disebutkan secara bergandengan, yaitu
perintah untuk menegakkan shalat dan perintah untuk mengeluarkan zakat.
Perintah pertama lebih menekankan hubungan kepada Allah, sedangkan
yang kedua lebih menekankan hubungan kepada sesama manusia. Akan
tetapi, tidak berarti kedua perintah tersebut hanya memiliki satu bentuk
hubungan. Shalat tidak berarti jika hasilnya hanya akan melepaskan
kewajiban kepada Allah. Shalat itu dianggap berarti jika dapat berpengaruh
di dalam pergaulan kepada sesama manusia. Ini juga dapat berarti bahwa
shalat memiliki dimensi sosial. Seseorang yang melakukan kedzaliman
begitu pula mereka yang tidak peduli kepada orang-orang yang ada disekitar
mereka dapat disebutkan bahwa nilai-nilai shalatnya belum teraktualisasi di
dalam kehidupan mereka.
Apa yang digambarkan diatas tampaknya menunjukkan bahwa dzikir di
dalam shalat yang merupakan inti kekhusyukan sangat susah untuk
dilakukan. Tetapi hal itu tidak berarti tidak bisa dilakukan. Olehnya itu,
menurut CeramahPidato.Com, untuk mendapatkan kekhusyukan di dalam
shalat, salah satu cara yang harus ditempuh adalah dengan membiasakan
diri melaksanakannya. Mungkin pada awalnya masih susah untuk khusyuk,
tetapi jika dilakukan secara berkelanjutan maka dengan sendirinya akan
muncul. Inilah mungkin salah satu rahasia mengapa Rasullullah SAW

menganjurkan kepada orang tua untuk mengajarkan shalat kepada anakanaknya sejak dini.
Yang jelas bahwa kita shalat harus dikerjakan sebagai washillah kepada
Allah SWT apabila washillah tersebut terputus maka hubungan kepada Allah
menjadi terputus. Apabila hal tersebut terjadi maka sangat memungkinkan
hubungan sosial kepada sesama manusia juga terputus karena orang seperti
ini tidak mendapat hidayah dari Allah SWT. Untuk mendapatkan hidayah
darinya, jalan yang paling ampuh adalah melalui media shalat, karena
didalamnya diajarkan bagaimana memaksimalkan ingatan kepada-Nya. Dan
selanjutnya orang yang banyak mengingat Allah tentu dengan sendirinya
selalu terhindar dari perbuatan yang fakhsya dan mungkar, baik kepada
Allah juga kepada sesama manusia, bahkan kepada mahluk Allah yang lain.
[cp]

Ceramah Ramadhan Hari Ke-5: Optimalisasi Peran dan Fungsi MasjidOptimalisasi Peran
dan Fungsi Masjid Sahabat Cerpi pada kesempatan kali ini CeramahPidato.Com akan share
artikel mengenai teks ceramah ramadhan 1437 H/2016 M hari ke tiga. Judulnya adalah
Optimalisasi peran dan fungsi Masjid, simaklah:
Ada seorang Gubernur yang sangat prihatin melihat masjid yang belum berfungsi optimal di
wilayahnya. Ia mengatakan bahwa ummat Islam telah melanggar perintah Tuhan secara tidak
disengaja, yaitu melakukan perbuatan mubazzir dengan tidak memfungsikan masjid secara
optimal. Ia melihat masjid hanya digunakan lima kali sehari semalam atau kira-kira hanya satu
jam dalam 24 jam. Itu pun terbatas sebagai fungsi ibadah. Selebihnya ditutup, artinya ummat
telah mubazir 23 jam dengan ruangan luas tidak dimanfaatkan. Karena itu ia menganjurkan agar
ruangan masjid yang luas itu difungsikan secara optimal, baik fungsi ibadah ataupun fungsi
kebudayaan, seperti pendidikan, pengajian, diskusi, ruangan bacaan atau perpustakaan dan
sebagainya. Dengan latar belakang itulah sehingga dibangunlah SMP Islam di Masjid Raya
Wilayahnya sebagai lembaga pendidikan yang berlokasi di Masjid.

Fungsi utama masjid adalah beribadah. Lima kali sehari semalam ummat Islam dianjurkan
mengunjungi masjid untuk melaksanakan shalat lima waktu. Masjid merupakan tempat yang
paling banyak dikumandangkan nama Allah; azan, qaamat, takbir, tahmid, tasbih, tahlil, istigfar,
dan zikir lainnya dianjurkan di baca dalam masjid. Jadi, tepat jika masjid disebut Baitullah
artinya rumah Allah yang didalamnya selalu bergema lafadz Allah, sebagai tersebut dalam QS alHajj 22:44, berbunyi:

Yang artinya:
dan masjid-masjid yang didalamnya banyak disebut nama Allah.
Fungsi kedua masjid adalah pembinaan umat atau fungsi kebudayaan, yaitu:
1.Pembinaan Ukhuwah atau persaudaraan
Pada hakekatnya masjid adalah umat. Siapapun bisa masuk kedalam masjid, asal ia muslim;
tanpa memandang perbedaan latar belakang paham keagamaan dan mazhab. Perbedaan demikian
tidak menjadi halangan untuk menjalin rasa persaudaraan. Ketika mendirikan masjid hendaknya
menjadi pertimbangan utama latar belakang jamaah datang dari berbagai paham keagamaan.
Seorang individu atau organisasi bisa saja mendirikan sebuah masjid tetapi setelah masjid itu
difungsikan, maka berarti sudah menjadi milik jamaah. Masjid haruslah bersifat inklusif bagi
umat Islam. Persaudaraan adalah merupakan hal yang prinsip dalam islam, sehingga kita bisa
memahami kebijakan seorang ulama ketika hendak menfungsikan Masjid beliau berusaha
menghindari hal-hal yang bersifat furuiyyah dan mengutamakan masalah ukhuwwah.
2.Pembinaan Pemdidikan

Fungsi masjid yang perlu mendapat perhatian adalah fungsi pendidikan. Para pemuda dan remaja
yang tergabung dalam Ikatan remaja Masjid sedang mengembangkan TPA-TPA (Taman
Pendidikan AlQuran). Alhamdulillah lembaga ini sudah memperlihatkan hasil yang patut
dibanggakan. Bahkan sebagian pengamat sosial berepndapat bahwa kontribusi yang paling besar
kepada pembangunan bangsa setelah kemerdekaan adalah pembebasan buta huruf Alquran
melalui TPA. Lembaga TPA digerakkan oleh remaja masjid yang umumnya dilaksanakan di
dalam Masjid. Pendidikan TPA ini perlu dipikirkan pengembangannya dengan membangun SD
dan SMP bagi masjid yang memungkinkan. Sehingga optimalisasi peran dan fungsi masjid
sebagai lembaga pendidikan dapat berlangsung dengan baik.
3.Pembinaan Ekonomi Umat
Krisis ekonomi yang kadang datang melanda bangsa ini berdampak kepada tidak stabilnya
ekonomi umat. Karena itu masjid sebagai pusat pembinaan ummat perlu diberikan fungsi baru,
yaitu tempat pemberdayaan ekonomi umat. Salah satu diantaranya dengan merancang bangunan
masjid sama dengan masjid Al Markaz Al islami Makassar dengan menjadikan pekarangannya
sebagai pasar Jumatan. Terdapat keuntungan ganda yang diperoleh dari pasar Juamatan itu dilihat
dari segi dakwah. Pertama: pajak keuntungan yang diperoleh dari pasar itu dapat digunakan
untuk memakmurkan masjid. Kedua, para pedagang yang berjualan dipasar jumatan itu, jika
biasanya mereka malas melaksanakan shalat, dengan sendirinya ia akan menyesuaikan diri untuk
ikut berjamaah.
Kegiatan kemasyarakatan lain yang perlu dipikirkan adalah di masa depan adalah bangunan
masjid yang memiliki aula. Hal itu juga memiliki keuntungan ganda, yaitu keuntungan untuk
pendanaan masjid yang sekaligus menjadi keuntungan dari segi pengembangan dakwah Islam,
sebab pengunaan aula dalam masjid akan menyesuaikan diri kepada kesucian masjid.
Peran dan fungsi masjid tersebut, sudah tentu dapat dikembangkan lebih jau. Sebab seperti
diketahui bahwa pada zaman Rasulullah SAW masjid satu-satunya menjadi pusat aktivitas umat.
Masjid ketika itu menjadi pusat ilmu pengetahuan dan pemerintahan, pusat dakwah dan
penyiaran Islam, pusat pelatihan dan penyusunan strategi perang, dan aktivitas kebudayaan
lainnya. Semoga artikel ini memberikan manfaat dalam rangka optimalisasi peran dan fungsi
masjid.[cp]

Ceramah Ramadhan Hari Ke-6: Kepemimpinan Nabi Muhammad Sahabat Cerpi pada
kesempatan kali ini CeramahPidato.Com akan share artikel mengenai teks ceramah ramadhan
1437 H/2016 M hari ke tiga. Judulnya adalah Kepemimpinan Nabi Muhammad, simaklah:
Adalah Muhammad SAW sosok manusia yang memiliki sejarah paling sukses dalam
menjalankan amanah yang diberikan kepadanya dan paling besar pengaruhnya bagi ummat
manusia. Sukses dan pengaruh Muhammad bagi dunia sampai dewasa ini dapat dilihat dari
agama islam yang dibawanya. Ciri kesuksesan yang diperlihatkan oleh agama yang dibawahnya
itu adalah pertama: agama ini terus berkembang baik segi kualitas maupun kuantitas, kedua: ia

menjagkau semua bangsa di berbagai belahan bumi, dan ketiga: ia menjadi sistem bukan saja
sebagai sistem ritual tetapi menjadi sistem bermasyarakat dan berbangsa. Tidak semua agama
memiliki keadaan kondisi seperti dewasa ini. Ada agama besar dunia yang tidak menjangkau
semua bangsa; dan juga ada agama yang sekarang penganutnya sudah tidak bertambah bahkan
semakin berkurang, bahkan ada agama yang dulu tergolong agama besar, sekarang tinggal
kenangan sejarah.
Tumbuh dan berkembangnya agama Islam seperti ini, tentu saja selain karena keluhuran pesan
kandungannya juga karena sosok pembawanya yang memiliki kemampuan untuk menyampaikan
agama ini kepada manusia sehingga dapat diyakini dan diterima serta diteruskan dari generasi ke
generasi.

Muhammad lahir sekitar 14 abad yang lalu, tepatnya 751 masehi. Dan meninggal pada tahun
dengan usia sedang sedang saja (63 tahun) dibanding usia rata-rata manusia, bahkan relatif
singkat dibanding dengan usia nabi-nabi terdahulu, bandingkan usia nabi Adam 930 tahun, Nuh
950 tahun, Ibrahim 175 tahun. Meskipun masa hidupnya hanya 63 tahun, dan mengemban
dakwahnya hanya 23 tahun, namun beliau dapat menyaksikan sendiri keberhasilannya sebelum
dia meninggal dunia, yaitu:

berhasil mengubah pahan paganisme yang kental dimiliki oleh masyarakatnya menjadi
monoteisme, menyembah Allah Yang Satu.
berhasil membangun satu kesatuan masyarakat dalam satu negara yang tadinya memiliki
cara hidup bersuku-suku yang antara satu dengan lainnya selalu terjadi permusuhan.
berhasil mengubah pola pikir masyarakatnya dan masyarat yang tertinggal menjadi
masyarakat maju, sehingga dapat berpacu dengan kemajuan yang dicapai oleh
masyarakat non arab pada saat itu.

Atas sukses yang dicapainya dan pengaruhnya yang sangat besar dalam kehidupan umat manusia
dalam perjalanan sejarah, maka para pakar sosiologi dan sejarawan, baik muslim maupun non
muslim selama menggunakan referensi yang valid dan analisa yang objektif pasti akan
mengakui sukses dan pengaruhnya itu. Tentu saja keberhasilan Muhammad itu, selain karena
beliau memiliki akhlakul karimah yang patut dicontoh dan diteladani, juga faktor
kepemimpinannya yang simpatik sehingga orang-orang yang menggunakan nalar rasional pasti
akan tertarik mengikuti dakwahnya. Ceramah singkat ini Akan mencoba menguraikan beberapa
ciri kepemimpinan Muhammad SAW yang simpatik itu. Ciri ciri tersebut antara lain:
Kejujuran
Nabi Muhammad menjadikan kejujuran sebagai tonggak utama ciri kepemimpinannya. Dalam
salah satu hadisnya, beliau mengatakan: kejujuran itu baik akan tetapi paling baik kejujuran bila
dimilki oleh pemimpin. Karena kejujuran itu maka beliau digelar al-Amin yang artinya Sang
Jujur. Beliau Jujur membuka kesalahannya kepada ummatnya ketika beliau mendapat teguran
dari Allah seperti yang terdapat dalam Alquran surah Abasa.
Dalam surat itu dikemukakan bahwa ketika nabi Muhammad berbicara dihadapan pemuka
Quraisy Mekah lalu didatangi oleh seorang orang buta yang bernama Abdullah ibn Maktum,
Muhammad ketika itu bermuka masam seraya memalingkan mukanya dari Ibn Maktum itu.
sikap Muhammad itu ditegur oleh Allah dan dengan jujur teguran itu dibuka kepada kita semua.
Kita memperoleh pelajaran dari kejujuran Muhammad itu, bahwa seorang pemimpin janganlah
takut dikritik dan jangan segan-segan mengakui kekhilafan dan kesalahannya bila benar-benar
bersalah dan keliru.
Dengan kejujuran NAbi Muhammad pula sehingga ia tidak segan-segan menghukum orang yang
bersalah meskipun anggota keluarganya dengan dilandasi sikap yang bijak dan simpatik. Ketika
ia dihadapkan pada satu isu yang melibatkan istri yang dicintainya, Aisyah, ia bersedia
menceraikannya bila benar-benar Aisyah bersalah. Tetapi Aisyah ternyata tidak bersalah, hanya
menjadi korban isu dari orang lain, maka beliau tidak menceraikan istrinya.
Sebagai komitmen kejujurannya untuk menegakkan hokum, maka Nabi SAW bersabda:
Sekiranya Fatimah mencuri, maka ia pun aku potong tangannya.
Seperti kita ketahui, Fatimah adalah puteri kesayangan Beliau. Dengan komitmen kejujuran pula,
maka beliau tida meninggalkan harta yang bertumpuk ketika ia meninggal dunia kecuali uang 7
dinar dan pakaian yang melekat di badannya. Ia dapat menjadi kaya raya sekiranya mau berlaku
tidak jujur untuk menyerahkan harta rampasan yang bertumpuk kepada orang yang berhak
memilikinya. Tetapi karena jujur, maka harta yang bertumpuk semuanya dibagi-bagikan kepada
pemiliknya. Kejujuran seperti ini yang harus dimiliki oleh pemimpin dewasa ini, kejujuran untuk
tidak mengambil sesuatu jika bukan haknya. Perilaku jujur Muhammad ini menjadi salah satu
daya tarik sehingga beliau sukses dalam kepemimpinannya.
Toleran

Gaya Toleran adalah menjadi gaya kepemimpinan Muhammad SAW karena toleransinya, maka
ia mendapatkan simpatik bak terhadap pengikutnya ditunjukkan ketika ia menerima aduan dua
sahabatnya (ia memanggil pengikutnya dengan istilah sahabat demikian toleransinya) yang
kembali dari perjalanan. Keduanya melaporkan bahwa saat waktu shalat masuk dan tidak ada air,
keduanya melakukan tayammum lalu melaksanakan shalat. Tetapi waktu shalat yang
bersangkutan belum selesai , tiba-tiba keduanya menemukan air. Sikap keduanya berbeda, yang
satu tidak melakukan shalat lagi, karena sudah merasa memadai dengan shalat tadi, tetapi
satunya menggunakan air untuk wudlu dan mengulangi shalatnya, setelah dilaporkan kepada
Nabi Muhammad SAW beliau tidak menyalahkan satu diantara keduanya. Beliau mengatakan
kepada yang tidak mengulangi shalatnya, engkau benar dan telah melaksanakan sunnah. Dan
kepada yang mengulangi shalatnya beliau mengatakan: engkau tidak salah dan bagimu dua
pahala.
Toleransi yang tinggi membuatnya selalu menerima pandangan sahabatnya bila menetapkan
sesuatu dalam urusan sosial kemasyarakatan. Dan bilamana ia bermusyawarah ia dengan terbuka
selalu menerima pandangan dan pendapat lawan musyawarahnya selama saran itu tidak merusak
sendi-sendi aqidah dan kehidupan sosial kemasyarakatan. Suatu ketika saat ia menempatan
pasukan muslim dalam menghadapi musuhnya di Badar, lalu bertanya seorang sahabatnya yang
bernama Hubab bin Munzir tentang mengapa Rasulullah memilih tempat itu, menurut Hubab
tempat itu tidak strategis Hubab selanjutnya menyarankan pindah ke tempat yang lain. Kemudian
beliau menerima saran tersebut dan memiondahkan pasukannya ketempat yang disarankan
Hubab itu.
Pada perjanjian di Hudaibiah yang dilakukan antara Nabi Muhammad dan shabat-sahabatnya
dengan utusan Quraisy. Pihak Quraisy melarang umat Islam meneruskan perjalanannya masuk ke
kota Mekah untuk melakukan ibadah umrah. Dengan semangat toleransi yang sangat tinggi, Nabi
menerima usl mereka untuk menunda perjalanannya sampai tahun berikutnya. Dalam perjanjian
tersebut juga, beliau rela menerima usul utusan Quraisu untuk mencantumkan dalam teks
perjanjian kata kata Muhammad Rasulullah tetapi cukup dengan Muhammad Ibn Abdullah.
Sikap toleransi Nabi diperlihatkan pula ketika beliau bernegosiasi dengan tamunya dari Thaif
yang mau menerima islam dengan syarat yang diajukan kepadanya. Dalam negosiasi tersebut,
Nabi menolak sebagian permintaan mereka, yaitu: 1. Mereka tetap mau melakukan perzinahan;
2. Mereka masih ingin praktek riba tetap dijalankan, 3. Mereka tetap ingin mengkonsumsi
minuman keras. Sementara permintaan mereka ditolerir oleh Nabi untuk sementara waktu
adalah: mereka tidak ingin meninggalkan tradisi sesembahan berhala Al-Lata selama 3 tahun;
mereka ingin bebas dari pembayaran Zakat; dan mereka tidak ingin ikut berjihad.
Sikap toleransi nabi juga ditunjukkan saat ia didatangi tamu yang beragama Kristen dari najra,
lalu Nabi bersama sahabatnya menyambut mereka di Masjid Nabawi. Ketika ibadah ritual
mereka tiba, nabi mengizinkan mereka melaksanakannya di Masjid. Beliau berkata kepda
mereka: lakukanlah ritual kalian dalam masjid ini, tempat ini adalah tempat ibadah kepada Allah.
Praktek toleransi yang dierlihatkan oleh Nabi dinyatakan dalam ungkapan: Aku diutus dengan
sifat penyantun dan toleransi.
Pemaaf

Sejalan dengan sifat toleransi yang tinggi baik kepada kawan maupun kepada lawan, sifak yang
menonjol dari pribadi Nabi SAW adalah sifat pemaaf. Dari ajaran-ajarannya, baik yang
tercantum di dalam Quran maupun di Al Hadis, sejumlah anjuran bahkan perintah untuk
memberi maaf, bukan minta maaf. Hal itu menunjukkan betapa mulia kedudukan orang pemaaf
dalam islam. Salah satu faktor keberhasilan Nabi dalam menjalankan risalahnya adalah sifat
pemaaf itu.
Pernah suatu ketika, saat nabi sedang beristirahat di bawah sebatang pohon, tiba-tiba didatangi
oleh Datsur dengan pedang terhunus dan akan membunuh beliau. Entah kenapa pedang itu jatuh
dan diambil alih oleh Nabi. Seketika itu kesempatan bagi Nabi SAW untuk membunuh DaTsur,
tetapi tidak dilakukannya dan bahkan beliau memaafkannya. Datsur kemudian kembali ke
sukunya dan mendakwahkan Islam.
Jiwa pemaaf yang paling tinggi diperlihatkan nabi Muhammad pada saat Fath al-Makkah
(penaklukan kota Mekah). Ketika itu dia tampil sebagai pemenang yang dapat melakukan
pembalasan terhadap penduduk mekah yang pernah mengusir Beliau dari kampung halamannya;
menyakitinya dan merampas hak miliknya dahulu. Lalu hijrah ke Madinah bersama pengikutpengikutnya. Namun, semuanya itu dilupakan Nabi dan tidak melakukan pembalasan. Tetapi
beliau memberikan amnesti (pengampunan) secara menyeluruh kepada orang-orang yang pernah
berbuat salah kepadanya. Karena sifat pemaaf itu, maka mereka dengan kesadaran mengikuti
kepemimpinannya dan menganut agama Allah yang didakwahkannya. Allah SWT berfirman
dalam QS al Nashr 1-3:




Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu liat manusia masuk agama
Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbilah dengan memuji Tuhanmu dan
memohonlah ampun kepada-nya sesungguhnya ia adalah mahpenerima taubat.
Dengan demikian, jujur dan tolerans yang disertai dengan sifat pemaaf merupakan ciri pemimpin
Nabi Muhammad saw. Yang patut dicontoh oleh umatnya terutama yang mendapat amanah
menjadi pemimpin, baik formal maupun non formal. Wallah al-muwafiq ila aqwam al-thariq.[cp]

Ceramah Ramadhan Ke-10: Urgensi Pembinaan Generasi Muda Islam Sahabat Cerpi
pada kesempatan kali ini CeramahPidato.Com akan share artikel mengenai ceramah ramadhan
atau pidato puasa 2016, yang bisa menjadi referensi anda dalam berceramah sebelum shalat
Tarwih tentunya. Judulnya adalah Urgensi Pembinaan Generasi Muda islam, simaklah:

Sesungguhnya wajah masyarakat Islam 30 sampai 50 tahun di masa mendatang dapat dilihat atau
ditentukan oleh seberapa handalnya pembinaan generasi muda Islam saat ini. Pemuda adalah
jelas merupakan pilar dari semua kebangkitan umat di dunia ini. Juga Sejarah Islam telah
membuktikan bahwa pendukung-pendukung awal penyampaian risalah Islam ini oleh Rasulullah
SAW, adalah para pemuda yang dengan tegar menjadi penyokong bagi penyampaian Risalah
Islam. Di Negara kita sejarah telah mencatat momentu-momentu pergerakan bangsa yang telah
diukir dengan peluh dan keringat kaum muda bangsa ini.
Potensi ini telah dipahami sepenuhnya oleh orang-orang yang memiliki kepentingan penguasaan
terhadap suatu bangsa dalam jangka panjang, sehingga kalangan yang mengingingkan
penguasaan tersebut sering menggunakan metode penghancuran generasi muda dari suatu bangsa
yang ingin mereka kuasai. Hamtaman dan cobaan seperti ini telah dirasakan oleh generasi Islam
di seluruh dunia. Tawaran-tawaran yang berbau hedonis telah disuguhkan kepada generasi muda
kita yang dapat menyebabkan mereka lupa terhadap harapan umat dan harapan bangsa yang
digantungkan kepada mereka. Merajalelanya peredaran narkotika dan fornografi dalam
lingkungan masyarakat kita adalah merupakan indikasi yang sangat besar mengenai program
penghancuran generasi muda kita.

Potensi Generasi Muda


Apa yang sebenarnya dimiliki oleh pemuda sehingga mereka selalu memberikan kontribusi yang
besar dalam kebangkitan sebuah peradaran? Dalam kaita tersebut Hasan Al-Banna, toko
pergerakan Al Ikhwan Al Muslimin di Mesir mengngambarkan sosok pemuda dengan kalimat
berikut: Allah SWT berfirman dalam QS Al-Kahfi 18:13:


Yang artinya:

Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah
pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka
petunjuk.
Potensi-potensi iman, keikhlasan, semangat dan amal yang ada dalam diri pemuda, terutama
pemuda Islam harus dipupuk dan ditumbhkan melalui proses tarbiyah (pendidikan) yang benar,
pembinaan jiwa dan akhlak serta pembentukan generasi muda yang tangguh, sehingga mereka
dapat bertahan menang dalam menghadapi segala tantangan.
Realitas Generasi Muda Harapan Umat
Kindisi generasi muda bangsa kita yang sangat memprihatinkan dalam beberapa tahun yang lalu
tentunya bukanlah sebuah potret generasi yang kita ingingkan. Alhandulillah, dalam awal
milenium ketiga ini dimana terpaan budaya barat yang menawarkan pola-pola pergaulan yang
tidak Islami semakain besar, justru terjadi perubahan yangsangat besar dalam perkembangan
pergaulan remaja Islam.
Saat ini remaja-remaj Islam sudah tidak malu-malu lagi untuk menunjukkan identitas
keislamannya dengan membawa Al-Quran ke sekolah-sekolah dan tempat-tempat aktifitas
mereka.sehingga, Dr. Yusuf Al-Qaradhawi dalam kunjungannya ke Indonesia mensinyalir bahwa
kebangkita Islam akan segera tiba dengan melihat indikasi semangat pemuda-pemuda Islam
untuk kembali mempelajari agama mereka.
Pola Pembinaan Generasi Muda
Islam telah memberikan tuntunan kepada kita mengenai proses pembinaan anak dan genersai
muda yang benar dengan memperhatikan semua faktor yang dapat mempengaruhi proses
perkembangan jiwa dan mentalitas pemuda. Proses pembinaan tersebut harus dilakukan dalam
berbagai lingkungan.
Pembinaan di Lingkungan Keluarga
Keluarga adalah lingkungan pertama yang dikenal pleh seorang anak. Pengaruh yang
dimunculkan dan lingkungan keluarga ini sangant besar bagi kehidupan sang anak. Dalam
lingkungan keluargalah seorang bayi dalam fitrahnya adalah muslim dapat makin berkembang
menjadi muslim yang tangguh atau menjadi menjadsi kafir berandalan.
Dalam hal ini orang tua harus dapat menciptakan keluarga yang sakinah, damai, tenteram, dan
memiliki tanggung jawab yang besar dalam pembinaan anak dan menjadi teladan yang baik bagi
sang anak, mewariskan keimanan yang kokoh kuat kepada keturunannya. Q.S.Ath Thuur 52:21:

Yang artinya:

Dan orang-oranng yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam
keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi
sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya.
Orang tua juga harus mampu mempersiapkan anaknya dalam keadaan yang tidak lemah kondisi
mental dan fisiknya lemah dalam bidang pendidikan dan lemah dalam kemampuan
materi.Q.S.An-Nisa 4:9:


Yang artinya:
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang
mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh
sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar.
Proses pembinaan anak dalam keluarga harus dimulai dengan pembinaan ketauhidan, pembinaan
ibadah, pembinaan ahlak, dan pembinaan metalitas kepemimpinan, Q.s. Luqman 31:
13,17,18,19:











Yang artinya:
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah
(mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu
berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
sombong lagi membanggakan diri.
Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk
suara ialah suara keledai.

Dengan demikian lingkungan keluarga harus dapat mendorong agar si anank bergaul dalam tata
pergaulan yang baik, dengan menghindari diri dari lingkungan pergaulan yang tidak kondusif
bagi perkembangan si anak.
Perkembangan Peranan Pribadi
Seorang remajah yangtelah memasuki masa mida juga harus dapat melakukan proses pembinaan
dirinya sendiri. Tentunya bekas-bekas pembinaan keluarga yang telah dia lalui sangat besar
artinya dalam mendorong pembinaan pengembangan pribadi remajaini.
Seorang pemuda harus mempersiapkan dirinya baik secara fikriyah, ruhaniyah dan jasadiyah.
Sehingga dengan demikian mereka akan menjadi pemuda yang tangguh. Kuat pisik, kuat
ruhaninya dan kuat terarah daya pikirannya.
Pembinaan di Lingkungan Masyarakat
Dalam masyarakat sendiri, harus tercipta kondisi yang positif dalam menciptakan lingkungan
pergaulan yang baik bagi seorang remaja dan pemuda untuk menguji ketangguhan pribadi
mereka. Lembaga-lembaga seperti organisasi-organisasi kepemudaan, kemahasiswaan, ikatan
remaja mesjid, dan lembaga lain.
Eksistensi berbagai organisasi kemasyarakatan Islam ini sangan positif untuk wadah
pengkaderan menyeluruh semua lapisan generasi muda Islam. Hal seperti inilah termasuk yang
diistilahkan para intelektual sebagai penguatan civil society. Tegasnya, bahwa komunitas
masyarakat Islam itu sangat kuat, termasuk pemuda dan remajanya. Dan perlu kita tekankan
betul atau garis bawahi betul bahwa berbilang dan berbagai macam organisasi kemasyarakatan
Islam itu adalah sekedar wadah pengkaderan, wadah perjuangan dan bukan untuk mensekat atau
memecah kekuatan dan persatuan umat Islam.
Lembaga-lembaga Pendidikan formal
Lembaga-lembaga pend idikan yang dibangun untuk membina generasi muda, apakah itu milik
negara atau swasta, harus memahami benar peran, dan amanah yang mereka jalankan. Dalam
lembaga pendidikan formal inilah seorang anak akan digembleng dalam jangka waktu yang
cukup lama bertahun-tahun.
Jika lembaga pendidikan formal ini dikelolah tidak dengan serius dengan kata lain bila ada
lembaga pendidikan formal yang dikelola asal-asalan, maka lembaga pendidikan yang demikian
bukan menolong pembina generasi muda Islam, malah menghancurkan generasi. Mengapa?
Karena mereka menghabiska usia 3 sampai 6 tahun di lembaga itu tapi mereka tidak
mendapatkan pendidikan yang baik. Waktu generasi tersebut terbuat dengan sia-sia.
Penyelenggara pendidikan formal harus benar-benar menonjolkan education oriented, bukan
businees oriented, bukan mengejar keuntungan materi.
Sejarah telah mencatat betapa dengan semangat keikhlasan dalam mendidik dari beberapa Ulama
besar di pesantren dan beberapa lembaga pendidikan Islam, telah melahirkan banyak pribadi-

pribadi pemimpin ummat yang tangguh.semangat keikhlasan seperti ini dapat juga dilaksanakan
oleh penyelenggara pendidikan dilembaga pendidikan milik pemerintah, mulai dari
SD,SLTP,SLTA dan pendidikan Tinggi.
Target pembinaan Generasi Islam
Tantangan perkembangan dunia yang sangat cepat harus dapat diantisipasi dengan perbaikanperbaikan dalam pola pembinaan generasi muda Islam. Pembinaan generasi muda Islam dengan
mencapai target generasi muda yang terlatih dan terdiri secara terluas adalah sebuah keharusan
karena perkembangan dunia menuntut situasi tersebut. Generasi muda Islam harus dapat
bersaing, bahkan menjadi yang terbaik disetiap aspek kehidupan ini. Dipemenuhan lapangan
kerja misalnya.
Islam adalah agama yang mendukung kemajuan dan kemodernan. Rasululluah SAW telah
menberikan dorongan bagi kita untuk mengikuti perkembangan zaman yang terjadi. Hadis
Rasulullah: kamulah semua yang lebih tahu tentang urusan keduniaanmu. Hadis rasulullah
yang lain: siapa yang menghendaki kesuksesan didunia harus dengan ilmu, dan siapa yang
menghendaki kesuksesan di akhirat harus dengan ilmu, dan siapa yang menghendaki keduanya
harus dengan ilmu.
Oleh sebab itu seperti saat ini, dimana kita berada pada abad globalisasi, serta abad informasi
dan teknologi modern, maka generasi muda Islam harus didorong dan berjuang untuk menguasai
perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan sehingga kita tidak lagi tertinggal dalam
penguasaan-penguasaan IPTEK tersebut.
Kesimpulan
Pembinaan generasi muda Islam yang tangguh adalah hal mutlak atau absolut yang harus
diperhatikan oleh semua pihak. Tugas amat besar ini harus ditangani secara serius dan penuh
keikhlasan.
Arahnya adalah terbinanya generasi muda Islam yang kokoh keimanannya, kuat ibadahnya,
indah akhlaknya, teguh pendiriannya, berjiwa pejuang, kuat fisiknya, terdidik dan terlatih, dan
tidak tertinggal bahkan pelopor dalam penguasaan IPTEK.
Implementasi atau pengamalan yang tegas, totalitas atau kaffah ajaran Islam seperti kejujuran,
keadilan, bertanggung jawab, semangat kerja keras, berbudaya ilmu harus ditanamkan sejak dini
pada generasi kita dalam rumah tangga, di pendidikan formal dan masyarakat. Inilah kunci
utama masa depan bangsa, negara dan ummat Islam akan gemilang. Wallahu Muwaffiq ila
aqwamittarieq. Fastabiqul khaerat.[cp]

Ceramah Ramadhan ke-15: Makna Jihad Sahabat Cerpi pada kesempatan kali ini
CeramahPidato.Com akan berbagi artikel mengenai Ceramah Puasa 2016 atau Ceramah
Ramadhan 1437 H, judulnya adalah Makna Jihad, simaklah.
Akhir-akhir ini, masalah jihad sering dibicarakan terhubung pengalaman kita bermasyarakat dan
berbangsa sekarang ini yang banyak diwarnai oleh konflik horizontal yang dikatakan bernuansa
agama, disamping nuansa lainnya, seperti etnik, ekonomi dan lainlain. Selain itu, fonomena
kelompok-kelompok muslim mengindetikkan diri dengan jihad, dengan memberi nama diri
dengan kata jihad, misalnya, Laskar jihad. Apakah kalangan muslim yang tidak menamakan diri
dengan kata jihad tergolong mereka yang tidak berjihad? Jawabanya, bisa ya, bisa tidak,
atau belum tentu; karena jawabanya tergantung pada siapa atau kelompok mana yang
menjawab.
Dalam berbagai bentuknya di dalam Alquran, kata jihad tersebut sebanyak 41 kali. Dalam bentuk
persis masdarnya, jihad, hanya ada empat kata tersebut di dalam Alquran. Dikenal juga, bentuk
masdar yang lain dari akar kata yang sama dengan jihad, dan dengan pengertiannya yang
berbeda, yaitu ijtihad dan mujahada. Ijtihad pada awalnya berarti pekerjaan para serjana/ahli
hukum dalam mencari jalan keluar dari masalah-masalah hukum.Namun, pada masa sekarang
ini, karena semakin kompleksnya ilmu pengetahuan dan masalah-masalah yang dihapi
masyarakat, maka ijtihad juga bisa dikaitkan dengan masalah keras yang dilakukan untuk
mencari jalan keluar dari masah-masalah yang bukan hukum, misalnya, ijtihad politik, ijtihad
ekonomi dan lain-lain. Sedang makna mujahadah adalah usaha keras yang dilakukan untuk
mencapai kesempurnaan moral, agama, dan hidup kerohanian secara hukum. Tulisan ini
membatasi diri untuk pembahasan pengertian jihad.

Jihad yang berasal dari kata juhd dan jahd, berarti kekuatan,kemampuan, kesulitan, dan
kelelahan. Dari pengertian bahasa itu dipahami bahwa jihad memerlukan kekuatan dan
kemampuan dalam arti seluas-luasnya, meliputi kekuatan penelaran (pikiran), pisik/tenaga, dan

materi. Dari pengertian itu juga dipahami bahwa jihad mengandung konsekuensi dan resiko,
searti kesulitan dan kekalahan.Berikut ini kita mencoba untuk membahas pengertian jihad diluar
pengertian bahasanya.
Bila ayat-ayat Alquran dibagi kepada dua kategori besar, maka dikenal yat-ayat berkategori
makkiyah dan madaniyah. Ternyata kata jihad dalam berbagai bentuknya dalam Alquran, juga
terbelah kepada kedua kategori tersebut, masing-masing 8 ayat makkiyah dan 33 ayat
madaniyah. Samakah maksud kata jihad dalam ayat-ayat Alquran pada kedua kategori tersebut ?
bila diamati, ternyata terdapat pengertian yang berbeda antara kata jihad pada ayat-ayat
makkiyah dan kata jihad pada ayat-ayat madaniyah. Dibawah ini ditemukan ayat-ayat jihad
katergori makkiyah.Q.s. al-Nah 16:110:

Yang artinya:
Dan sesungguhnya Tuhanmu (pelindung) bagi orang-orang yang berhijrah sesudah menderita
cobaan, kemudian mereka berjihad dan sabar; sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Q.s. al-Ankabut 29:69:


Yang artinya:
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami
tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orangorang yang berbuat baik.
Semua ayat-ayat jihad kategori makkiyah, berarti bersungguh-sungguh. Jadi, lebih ditekankan
pada pengertian bahasanya. Ayat-ayat jihad kategori makkiyah tersebut menunjukkan bahwa
jihad yang dimaksud adalah mengarahkan segenap kemampuan guna mencapai ridhaTuhan.
Diantara ayat-ayat ,makkiyah yang telah disebutkan diatas, sekalipum secara tegas
memerintahkan jihad terhadap orang-orang kafir dengan jihat yang besar, namun ayat ini tidak
mungkain sama sekali dipahami jihad dalam bentuk kontak senjata (perang), berhubung bula
diingat bahwa sewaktu periode Mekah belum ada perang yang di lakukan Nabi Muhammad saw.
Dalam kondisi terburuk pun dalam periode makkiyah, ketika tekanan dan penyiksaan ditimpakan
kepada kaum muslimin, mereka menghadapi kondisi buruk itu tidak dengan perang.bahkan, Nabi
saw.dalam menghadapi sabdanya: bersabarlah kalian kerena aku belum mendapat perintah
untuk perang. Bahkan, ada ulama/pakar yang berpendapat bahwa hanya beberapa ayat jihad
katergori madaniyah yang berarti qital atau perang. Contoh ayat jihad kategori madaniyah
yang berarti perang adalah berikut ini: Q.s. al-Taubah 9:73:

Yang artinya:
Hai Nabi, berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik itu, dan bersikap
keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah jahannam. Dan itu adalah tempat kembali yang
seburuk-buruknya.
Baik juga untuk diketahui, bahwa penggunaan kata yang seakar dengan kata jihad dalam
Alquran, yang berarti bersungguh-sungguh, tidak semua menunjukkan kesungguhan berjuang
di jalan Allah karena ada juga ayat yang menggunakan kata tersebut, namun menunjukkan suatu
upayah sungguh- sunggguh untuk suatu hal yang tidak benar. Ankabut 29:8 dan surah
Lukman31:15. Kata jahada pada kedua ayat tersebut berarti mendesak atau memaksa,
yaitu kedua orang tua yang mendesak atau memaksa anak untuk mempersekutukan Allah. Dari
41 ayat yang berbicara tentang jihad, 33 di antaranya memang mengandung arti berjuang di jalan
Allah.
Jelaskan kiranya bahwa ayat-ayat jihad dalam Alquran pada umumnya berarti bersungguhsungguh, hanya beberapa diantaranya yang berarti perang. Karena itu, kalau pengertian
jihad dipahami lebih pada semangat perang, jelas pemahaman itu tidak sepenuhnya bersifat
qirani (Islam). Bahkan, dapat keliru jika dikatakan semangat berperang itu lahir dari sekian
banyak ayat-ayat jihad dalam Alquran. Juga, kalau diperhatikan, jihad dalam Alquran yang
berarti perang sifatnya kondisional. Ringkasnya, dalam perspektif Alquran, jihad mencakup
pengertian yang sangatluas, pisik dan non pisik, harta (materi) dan jiwa (non materi). Karena itu,
jiha memang meliputi harta, barang, tenaga, nyawa, emosi, pikiran, pengetahuan, waktu, tempat,
dan sebagainya.
Ada kata atau istilah lain dalam Quran yang justru lebih langsung memberikan pengertian
perang. Kata itu adalah pokok kata qatala, bentuk masdarnya adalah qital. Dibawah ini
dikemukakan contoh ayat yang memuat Kata tersebut yang berarti perangQ.s. al-Hajj 22:3940:











Yang artinya:
Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah
dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu,
(yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar,
kecuali karena mereka berkata: Tuhan kami hanyalah Allah. Dan sekiranya Allah tiada
menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan
biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di
dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang
menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa,

Dan Q.s. al-Baqarah 2:190-193:











Yang artinya:
Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu
melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui
batas.
Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka
telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan
janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di
tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikanlah
balasan bagi orang-orang kafir.
Kemudian jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.
Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya
semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada
permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim.
Sekalipun kedua ayat diatas menegaskan pengertian perang, namun ada isyarat-isyarat yang
harus diperhatikan menyangkut isin atau kebolehan berperang tersebut, yaitu:

Dari surah al-Hajj tersebut, dipahami bahwa perang diizinkan karena sebalumnya ada
perlakuan aniaya atau kesewenag-wenang dan keharusan menjaga kehormatan rumahrumah ibadah di mana nama Allah disebut berulang-ulang.
Sedang dari surah al-Baqarah di atas, dipahami bahwa sekalipun perang dibolehkan,
namun kaum muslimin yang melakukang perang jangan melampaui batas, menghormati
lawan yang sudah menghentikan perlawanannya, dan menghindari bahaya fikna yang
lebih besar dari pembunuhan.

Setelah pengertian jihad mencakup banyak hal, termasuk mencakup pengertian perang,
khususnya setelah kata qital menegaskan pengertian perang, maka Nabi saw, dan para
sahabatnya sejak saat itu memakai kata jihad untuk pengertian yang banyak itu. Suatu ketika,
seorang laki-laki berbadang tegap lewat dihadapan Nabi yang sedang duduk bersama beberapa
sahabat. Salah seorang sahabat berkata: alangkah baiknya badan yang begitu tegap

dimanfaatkan dalam perang (jihad) di jalan Allah.mendengar itu Nabi berkata kalau laki-laki
itu keluar mencari nafka untuk anak-anaknya yang masih kecil, maka perjalanan itu jihad di jalan
Allah. Apa bila dia berjalan untuk kepentingan dirinya sendiri agar kehormatan dirinya terjaga,
maka itu juga satu jihad di jalan Allah. Namun, bila dia keluar untuk kemegahan dan ria, maka
langkahnya itu menempuh jalan syaitan. (H.R. Thabrani)
Tampak di dalam hadis yang diriwayatkan Thabrani, sahabat Nabi menggunakan kata jihad
untuk arti perang di jalan Allah, sementara Nabi sendiri menerangkan secara gamblang beberapa
contoh jihad yang bukan berarti perang. Jadi, dalam perspektif Alquran dan teladan Nabi
Muhammad saw, jihad yang berarti perang dipahami secara sangat terbatas; sedang jihad dalam
arti yang sangat luas dipahami secara umum pada masa itu. Penegrtian jihad secara terbatas
menunjukkan bahwa perang yang dikenal dalam sejarah Nabi saw. Dilakukan secara propesional
dan dengan syarat-syarat yang ketat seperti sudah dijelaskan. Begitu pula, pengertian yang
demikian luas cakupannya sebgai telah diteladankan Nabi, telah membuka peluang dan ruang
yang begitu lapang bagi kaum muslimin untuk kelak membawa mereka kepada komunitas
manusia yang membangun dan memiliki kebudayaan berkualitas tinggi.
Apa yang dapat dilakukan sekarang untuk masa kedepan dalam kerangka membangun hubungan
postif dan konstruktif antara jihad dan kerukunan umat agama. Dalam pandanganpenulis,
pertama menumbuhkan kesadaran akan perbedaan ruang dan waktu kita dengan ruang dan waktu
dari masa-masa sebelumnya, termasuk masa kenabian. Kedua, menginventarisasi tantangan masa
kini dan masa hadapan guna meluhat kemungkinan bagaimana teks wahyu menawarkan
solusinya. Ketiga memulai suatu pekerjaan besar, dan ini jiga merupakan jihad (intelektual),
yaitu melakukan evaluasi, mengoreksi, dan memberi penafsiran baru terhadap tafsir dan
terjemahan Alquran yang ada dan dimiliki umat Islam sekarang ini, menyangkut ayat-ayat yang
berbicara tentang kerukunan umat tersebut dan ayat-ayat yang berkaitan dengannya. Setidaknya,
yang segera bisa dilakukan adalah koreksi terjemahan Alquran Departemen Agama yang ada
sekarang.Wa Allah Alam bi-Shawab.[cp]

Ceramah Ramadhan ke-17: Masyarakat Madani Dalam Perspektif Quran Sahabat Cerpi
pada kesempatan kali ini CeramahPidato.Com akan berbagi artikel mengenai Ceramah Puasa
2016 atau Ceramah Ramadhan 1437 H, judulnya adalah Masyarakat Madani Dalam
Perspektif Quran, simaklah.
Seperti halnya term ilmia lainnya, istilah dan konsep masyarakat madani (MM) menjadi objek
pembahasan kontroversial. Di antara pakar muslim memandang bahwa masyarakat madani awal
(zaman Rasul dan Khulafa Rasyidin). Misalnya, Munim A. Sirry yang mengindentikkan
masyarakat Madani dengan menerjemahkan karya Dr. Akram Dhiyauddin Umar yang berjudul
Madinan society at the Time of the prophet, In Charcteristic and Organisation dengan judul
masyarakat madani.demikian pula Nurcholish Madjid yang juga memandangkan MM dengan
civil society. Beberapa penulis lainnya membedakan antara keduanya secara tajam. Misalnya
Muhammad Hikam As.

Untuk memperoleh tambahan gambaran yang mungkin lebih memperluas, berikut beberapa
aspek kajian konsep masyarakat Madani.
Madani dan Madinah
Di antara Alquran kata madinah dipergunakan 17 kali. Dengan menelusuri ayat-ayat tersebut
dapat diketahui bahwa kata ( )tidaklah khusus merujuk kepada kota Madinah Rasul saw.
(QS. Al-Taubah: 101,120:QS. Al-Ahzab: 60;QS Al-Munafiqun:8), tetapi juga merujuk kepada
ibu kota Mesir zaman Musa (QS Al-Araf:123; QS Al-Qashash: 15,18 dan 20;QS Al-Hijr:67);
kota Diksus atau Antakiah (QS Al-Kahf:82); ibu kota Tsamud (QS Al-Naml:48); ini memberikan
isyarat bahwa makna madaniah dapat ditelusuri lebuh jauh dengan memperhatikan makna
dasarnya. Dalam Alquran ditemukan pula kata madyan yang berakar kata dari kata yang
bermakna menaati, melayani, mambalas, memberi utang dan menjadi sumber kata din (aturan
agama) dan dayn (utang). Menilik bentuknya, kata tersebut adalah isim makan (nama yang
menunjukkan tempat), dan hal ini dapat diartikan dengan makna tempat komunitas yang
mengikuti dan menaati aturan-aturan atau agama. Kata Din sendiri dalam Alquran tidak
dikhususkan dengan konsep Islam, tetapi juga mencakup aturan-aturan yang hidup dan ditaati
dalam masyarakat.

Dari sini dapat dikemukakan bahwa identifikasi masyarakat Madani dengan masyarakat Yasnrib
zaman Rasulullah saw atau zaman Khulafa Rasyidin masih perlu dipertanyakan akurasinya.
Demikian pula halnya penegasan bahwa negara Madani wujud nyata untuk pertama kalinya
dalam sejarah Umat manusia merupakan hasil usaha utusan Tuhan untuk Akhir Zaman, Nabi
Muhammad saw. Meskipun begitu, masyarakat Yasrib tersebut dapat diterima sebagai
masyarakat Madani yang paling baik (ideal) dan yang teburuk adalah masyarakan jahiliyah
seperti masyarakat di bawah pemerintahan Firaun zaman Musa as. Juga masyarakat arab praIslam. Ini berimplikasi bahwa masyarakat Madani bukanlah suatu masyarakat statis, tetapi
mengalami dinamika perkembangan dan kemunduran. Perkembangan terjadi melalui reformasi

yang dilaksanakan oleh para Rasul dan mencapai titik ideal pada masa Nabi Muhammad saw.
Masyarakat ideal tersebut mengalami kemunduran menjelang berakhirnya pemerintahan Khulafa
Rasyidin.
Pada sisi lain, masyarakat madani juga disamakan dengan civil society yang bermakna
masyarakat berperadaban. Dalam hal ini, madaniah diartikan bahwa peradaban (al-hadharah).
Konsep civil society diketahui bersumber dari Yunani, khususnya negara Athera yang diperintah
secara demokrasi oleh warga sipil dan ini berhadapan dengan negara Spata yang diperintah
kekuatan militer. Dengan begitu tentu sajaa konsep sivil society dapat disamakan secara mutlak
dengan masyarakat madani.
Hubungan antar civil society dalam arti masyarakat berperadaban (madani) dengan masyarakat
madani dapat dipahami jika kata din diartikan ketaatan pada aturan-aturan yang hidup dalam
masyarakat seperti dikemukakan. Konsep-konsep yang terkandung di sini adanya tertib sosial
politik dan masyarakat yang disiplin berdasarkan kesadaran bukan karena tekanan kekuasaan
penguasa.
Dalam istilah Alquran, masyarakat madani-seperti yang dikehendaki Islam-adalah masyarakat
sentosa dan sejahtera atau tatatentram kartaraharja. Ungkapan ini ditemukan dalam Q.s
Sabba34:15 dan memberikan gambaran keadaan negara Saba yang di perintah oleh Nabi
Sulaiman bersama permainsurinya. Namun, setelah pemerintahan mereka berlalu, masyarakat
meninggalkan aturan-aturan dan ajaran agama sehingga kemudian mereka dihancurkan Tuhan.
Indikator masyarakat tersebut adalah keserasian kehidupan, kebajikan dan keadilan. Allah swt.
Berfirman di dalam Q.s Al-Nahl 16:90-95














Yang artinya:
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada
kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.

Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan
sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai
saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu
perbuat.
Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah
dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian)mu
sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya
dari golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. Dan
sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu
perselisihkan itu.
Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Allah
menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan.
Dan janganlah kamu jadikan sumpah-sumpahmu sebagai alat penipu di antaramu, yang
menyebabkan tergelincir kaki(mu) sesudah kokoh tegaknya, dan kamu rasakan kemelaratan (di
dunia) karena kamu menghalangi (manusia) dari jalan Allah; dan bagimu azab yang besar.
Dan janganlah kamu tukar perjanjianmu dengan Allah dengan harga yang sedikit (murah),
sesungguhnya apa yang ada di sisi Allah, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
Ayat-ayat di atas menunjukkan bahwa allah menegaskan empat perintah dan empat laranganNya, yaitu 1) perintah berbuat adil berhadapan larangan berbuat kekejian, 2) perintah berbuat
kebajikan terhadap larangan berbuat kemungkaran,3) perintah memenuhi hak-hak kerabat
terhadap larangan pembangkangan dan 4). Perintah memenuhi perintah Tuhan berhadapan
larangan merusak perjanjian tersebut dengan jalan merusak sumpah yang dikuatkan dengan
nama Allah; merusak persatuan yang telah dikokohkan dan menjual perjanjian Tuhan dengan
harga murah (kehidupan duniawi).
Lebih lanjut, tujuan yang hendak dicapai dapat terwujud dengan tiga langkahstrategis: 1)
tegaknya pemerintahan yang stabil dan 2) aktualisasi kehidupan beragama dan 3) mewujudkan
dan memelihara kedamaian. Hal ini dapat dilihat di dalam Q.s . al-Nur 24:55, berbunyi:




Yang artinya:
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan
amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka
bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh
Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benarbenar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa.
Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku.

Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang
fasik.
Di sini Allah memberikan janji kepada orang-orang beriman dan beramal saleh untuk
memperoleh istikhlaf di bumi, dan kemantapan kehidupan beragama serta kedamaian. Dari ayat
ini dipahami bahwa ketiga unsur tersebut merupakan strategi untuk mencapai asasi dan kodrati
kehidupan manusia, yakni beribadah kepada Allah tanpa menyekutukannya dengan sesuatu.
Dengan kata lain ketiga langkah strategis ini sekaligus merupakan tujuan antara bagi kehidupan
manusia.
Hal lain yang perlu ditegaskan adalah adanya anggapan bahwa dalam konsep ini, masyarakat
bersifat majemuk (pluralisme), tidak berkaitan dengan negara dan berada di liar sistem
pemerintahan/negara. Dengan begitu ia sebagai obyek dan juga pengawas yang berdiri di
hadapan pemerintah. Tentu saja hal ini perlu diklarifikasi. Kare apa yang terlihat dalam
masyarakat Yasrib (medinah) tidak mendukungnya.
Bagaiman struktur masyarakat madinah dapat diketahui dari dua klausu; pertama piagam
madinah. Klausul berdasarkan aturan-atiran yang di sampaikan oleh Rasulullah saw. Mere itu
terdiri atas kaum muslimin Quraisy dan Anshar serta orang-orang (Yahudi) yang bergabung
dengan mereka. Sedangkan klausul 2 menyatakan bahwa warga masyarakat madinah adalah satu
umat (komunitasi) berhadapan umat lainnya.
Kedua klusul ini ternyata mengandung dua asas kemasyarakatan: asas kesatuan dan asas
keragaman. Asas kesatuan bertumpu pada aturan-aturan agama yang dibawah oleh Rasulullah
saw. Sedangkan asas keragaman berdasarkan keragaman etnis dan kultur mereka. Dengan
ungkapan lain berhadapan dengan dunia luar warga masyarakat madinah adalah satu kesatuan,
tetapi ke dalam, keberadaan kelompok-kelompok etnis dan kultur tetap diakui. Di antara kedua
asas tersebut, maka asas kesatuan yang lebih mendasar dibanding dengan asas keragaman. Hal
itu terlihat ketika kau Yahudi menyalahi perjanjian, dalam hal ini ketaatan kepada tertib hukum
yang ada, maka Rasulullah mengusir mereka keluar lingkungan madinah.
Di dalam Alquran asas kesatuan-dengan ungkapan persaudaraan-ditemukan dalam Q.s. AlHujurat 49:10, berbunyi:


Yang artinya:
Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah
hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat
rahmat.
Ayat tersebut menegaskan bahwa orang-orang beriman itu bersaudara, karena itu wajib sesama
mereka memelihara dan memperbaiki hubungan yang ada di antara mereka. Dalam ayat yang
lain ditegaskan larangan memushui orang-orang yang beriman, shalat dan menunaikan zakat
karena mereka itu adalah saudara sendiri.

Sedangkan asas beragama bertumpuk pada etnis ditemukan dalam Q.s. al-Hujurat 49;13,
berbunyi:




Yang artinya:
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang
yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Ayat ini menegaskan pengakuan Alquran atas adanya kebangsaan dan kekuatan yang berbeda
agar manusia dapat bergaul satu sama lain dengan baik. Meskipun begitu kedudukan yang mulia
dalam pandangan dan hukum Tuhan adalah ketakwatan.
Penutup
Sebagai penutup tulisan ini, beberapa kesimpulan dapat dikemukakan sbb:
Masyarakat madani sebagai istilah masih perlu di kaji ulang untuk kepentingan operasionelisasi
ke dalam wujud nyata. Kenyataan menunjukkan istilah tersebut dipergunakan dala berbagai
konsep yang berbeda, bahkan kontradik. Lebih-lebih lagi jika istilah masyarakat madani
dipadankan dengan civil society, yang meskipun memiliki kemiripan tetapi juga memiliki
perbedaan.
Masyarakat madani-sepanjang kajian ini adalah masyarakat yang prikehidupannya bertujuan
kesejahteraan dan kesentosan bagi warganya. Untuk mencapai tujuan tersebut masyarakat
madani memiliki kemandirian, bebas dari penguasaan masyarakat lainnya dan berupa
menegakkan tertib hukum secara mantap dan dinamis.
Masyarakat madani yang ideal diatur berdasarkan norma-norma agama dan hukum qanuni.
Karena itu ia adalah sebuah kesatuan umat. Meskipun begitu, Islam mengakui dan menghargai
keragaman (pluralitas) dan memberikan kedudukan dan hak seimbang dengan kewajiban
masing-masing warga.
Untuk mewujudkan masyarakat madani seperti yang diidamkan Indonesia Baru perlu kesediaan
pimpinan umat untuk tampil sebagai rabbani, pemimpin yang mengendalikan masyarakat dengan
memiliki dua kriteria: a) kemampuan ilmiah yang utuh (kognitif,afektif dan motoris) dan b)
komitemen terhadap kesejahteraan rakyat; dan dengan meninggalkan sifat-sifat yang bukan saja
tidak sejalan tetapi bertentangan dengan Alquran dan hadis sehingga mamiliki akhlak katakwaan
dan menjauhi kedurhakaan.[cp]

Ceramah Ramadhan ke-20: Membumikan Alquran dan As-Sunnah Harapan dan


Tantangan Sahabat Cerpi pada kesempatan kali ini CeramahPidato.Com akan berbagi artikel
mengenai Ceramah Puasa 2016 atau Ceramah Ramadhan 1437 H, judulnya adalah
Membumikan Alquran dan As-Sunnah Harapan dan Tantangan , simaklah.
Segala puji da puji hanya kepada Allah, Tuhan semesta alam. Semoga salam dan salawat dan
shalawat dilimpahkan kepada Rasul-Nya sebagai Nabi terakhir, mahluk termulia, juga keluarga,
sahabat, dan segenap pengikutnya sampai pada hari akhir.
Sebagai seorang muslim, harus memiliki tanggung jawab tidak sekedar pengakuan sebagai
muslim dengan beraksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan beraksi bahwa Muhammad
adalah Rasul Allah, tetapi setelah mengakui Allah sebagai satu-satunya Tuhan, Muhammad
adalah Rasul-Nya dan Islam sebagai pedoman hidup, maka sejak itu kita telah memikul tugastugas dan kewajiban.
Apa saja kewajiban itu? Kewajiban seorang muslim tidak hanya terbatas pada pengakuan iman
kepada Allah, malikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, serta hari pembalasan
saja.tidak pula hanya mendirika Shalat, melakukan shiyam, membayar zakat dan menunaikan
haji. Kewajiban itu tidak pula berakhir hanya dengan menjalankan ajaran-ajaran Islam yang
berhubungan dengan kelahiran, pernikahan, perceraian, kematian dan warisan belakan.

Namun, selai itu semua tugas-tugas dan kewajiban itu, masih ada hal yang sangat penting yaitu:
harus meyakini dengan sebenar-benarnya iman, kebenaran dari apa yang telah diperintahkan dan
dilarang oleh Allah Swt. Dan Rasul-Nya, kemudian menegakkan dengan cara mengamalkan dan
memperjuankan terus-menerus tanpa henti; sebagai firman-Nya: (QS. Al-Anam 6:153:

Yang artinya:
dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan
janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu
dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.
Qs. Al-Maidah 5: 8:







Yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan
(kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu
terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil
itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
QS. Ar-Rad 13: 1:


Yang artinya:
Alif laam miim raa. Ini adalah ayat-ayat Al Kitab (Al Quran). Dan Kitab yang diturunkan
kepadamu daripada Tuhanmu itu adalah benar: akan tetapi kebanyakan manusia tidak beriman
(kepadanya).
QS. Al-Maidah 5:67:



Yang artinya:
Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika tidak kamu
kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah
memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang kafir.
Setiap muslim, tidak hanya sebagai individu, harus menegakkan Islam dalam kehidupan
pribadinya, tapi juga sebagai anggota masyarakat, harus menerapkan dan memperjuangkan Islam
dalamkehidupan sosial mereka. Dienul Islam harus dijalankan pada etiap tempat dan waktu,
apakah di lingkungnan rumah tangga, dalam masyarakat, bangsa, bernegara, dan dalam seluruh
kebijakan pemerintah.

Islam memberikan pedoman kepada umat manusia dalam bidang pemikiran dan keyakinana,
moralitas dan tingkah laku, kebudayaan dan peradaban,ilmu ekonomi dan bisnis perdagangan.
Selai itu juga diberi pedoman dalam bidang yurisprudensi dan yuridis, politik, dan administrasi.
Itulah yang dimaksud dengan syariat Islam, jadi syariat Islam atau syariatullah adalah Alquran
dan Sunah Rasull-nya. Islam bukan sekedar way life saja, tetapi bahkan mencakup totalitas
kehidupan manusia, berupa tuntunan Allah terhadap hamba-Nya yaitu Alquran yang
diaplikasikan atau dijabarkan oleh Rasul-Nya dalam Sunnahnya dan hal ini merupakan tugas dan
tantangan yang harus disampaikan kepada umat.
Perlu diketahui bahwa tugas meyakini kebenaran, mengamalkan dan memperjuangkan atau
membumikan Alquran dan As-Sunnah tetap dibebankan kepada seluruh umat dan merupakan
kewajiban bagi setiap anggotanya sebagaimana Firman Allah Swt. Berikut. QS. Al-Hujurat
49:15:




Yang artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman)
kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad)
dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.
QS. Ali-Imran 3:110:




Yang artinya:
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang maruf,
dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman,
tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka
adalah orang-orang yang fasik.
Disamping kewajiban menyampaikan syariat Allah ini atas umat secara keseluruhan, juga
diwajibkan agar ada satu kelompok/ organisasi diantara mereka yang harus memikul tugas ini.
Allah Swt berfirman.QS. Al-Imran 3:104:

Yang artinya:
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang maruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.

Untuk itu perlu diinformasikan dan ditegaskan betapa pentingnya perjuangan adanya formalitas
atas penegakan syariat Islam, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya di Sulawesi
Selatan karena tanpa adanya undang-undang negara yang mengatur tentang pengakuan atas
pemberlakuan syariat Islam di negeri i ni, maka tidak mungkin kita dapat menjalankan Alquran
dan as-Sunnah secara keseluruhan (kaffah), itu hal mustahil. Sedang Allah swt. Telah
memerintahkan kita memasuki Islam secara keseluruhan
Sebagai firman-Nya: QS. Al-Baqarah 2:208:

Yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah
kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.
Sebagai orang muslim, maka menjadi satu keharusan untuk menerima segala ketentuan (sistem)
Agama Islam secara keseluruhan atau secara kaffah, tidak ada istilah segian yang dan sebagian
nanti dulu, tapi mutlak harus melaksanakan segala yang diperintahkan dan menjauhi segala yang
dilarang sesuai dengan tuntunan dan tuntunan Alquran dan As-Sunnah. QS. Al-Maidah 5:92:


Yang artinya:
Dan taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul-(Nya) dan berhati-hatilah. Jika
kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kewajiban Rasul Kami, hanyalah
menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.
Dan Allah swt. Telah menawarkan, bagi orang-orang yang bersedia menyambut seruan-Nya,
yaitu menegakkan hukum Allah Swt, agar dapat selamat baik di dunia maupun di akhirat dengan
firman_Nya: Qs. Ash-Shaff 61: 10,11 dan 12.





Yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat
menyelamatkanmu dari azab yang pedih?. (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagimu, jika kamu
mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam

jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal
yang baik di dalam jannah Adn. Itulah keberuntungan yang besar.
Umat Islam bangsa Indonesia sebagian masih belum yakin kepada hukum Allah yang maha adil,
maka marilah kita meyakini bahwa satu-satunya solusi untuk memecahkan kebutuhan masalah
masyarakat di bumi Indonesia ini adalah hukum Allah Swt, setelah meyakini mar, kita amalka
dan perjuangkan kemudian bertawakal kepada-Nya, pasti Allah akan menolong dan menurunkan
rahmat-Nya kepada bangsa dan negara ini sesuai firman-Nya: QS. Muhammad 47: 7:


Yang artinya:
Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu
dan meneguhkan kedudukanmu.
QS. Al-Araf 7: 96:




Yang artinya:
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat
Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
QS. Ath-Thalaq 65:2 dan 3:








Yang Artinya:
Apabila mereka telah mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah mereka dengan baik atau
lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil di antara
kamu dan hendaklah kamu tegakkan kesaksian itu karena Allah. Demikianlah diberi pengajaran
dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada
Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang
tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang
(dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.
Itulah jaminan dari Allah Rabbul Alamin. Siapa yang dengan sungguh-sumgguh meyakini
jaminan dari Allah ini, bahwa jika kamu bertakwa dan bertawakkal, Allah akan memberikan

jalan keluar dari seluruh krisis yang kamu hadapi, dijamin kemana serta katentraman hidupnya
dan akan dipulihkan situasi ekonominya yang morat-marit, selain itu Allah berjanji akan
memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Syaratnya yakin akan kebenaran
syariatNya kemudian bertakwat kepada Allah, serta menjalankan Alquran dan as-Sunnah
dengan sungguh-sungguh secara keseluruhan, totakitas atau secara kaffah.
Sebab keyakinan dan ketakwaan itulah yang mampu membangkitkan kesadaran di dalam hati,
sehingga siap menunaikan kewajiban demi menaati Allah dan memperoleh keridhaan-Nya.
Ketakwaan itu pula yang mampu menciptakan sensivitas hati, kepekaan rasa, responsif dan hatihati untuk menjaga manusia dari duri-duri kehidupan yang penuh kesenangan, ambisi serta
harapan-harapan palsu.
Apa bila bangsa Indonesia benar-benar ingin terbebas dari segala akibat bencana yang telah
menimpa negeri ini, tidak ada cara lain kecuali bertakwa kepada Allah denagn cara
melaksanakan hukum Allah, memberlakukan syariat-Nya dalam kehidupan pribadi, masyarkat,
bangsa dan negara.
Untuk itu mari bersatu, rapatkan barisan, leruskan shaf, satukan niat, satukan visi dan misi untuk
melaksanakan syariat Islam, khusus di bumi Sulawesi selatan yang dikenal sebagai Serambi
Madinah dengan menuntut Otomoni Khusus Tentang Pemberlakuan Syariat Islam. Mari mencari
ridha Allah, janganlah terlena dengan keindahan, kegemerlapan dan kecemerlangan dunia yang
dapat menyebabkan kita kekal di dalam neraka, tapi sebaliknya semoga dengan perjuangan ini
mengantarkan cita-cita dan harapan bangsa ini ke dalam masyarakat adil dan makmur yang
diridhai oleh Allah Swt. Dan di akhirat mengantarkan kita ke dalam surga-Nya[cp]

Ceramah Ramadhan Ke-28: Zakat dan Pajak Sahabat Cerpi pada kesempatan kali ini
CeramahPidato.Com akan berbagi artikel mengenai Ceramah Puasa 2016 atau Ceramah
Ramadhan 1437 H, judulnya adalah Zakat Dan Pajak, simaklah.
Istilah yang merupaka nama dari salah satu bentuk ibadah dalam Islam, berasal dari huruf dan
yang berarti penyician atau pembersihan dan pertumbuhan. Pertumbuhan disini, menurut AlRaghib al-Asfahaniy dimaksudkan bahwa zakat itu menumbuhkan ekonomi umat karena adanya
berkat Allah. Secara termonilogi zakat adalah meng eluarkan sejumlah tertentu dari harta yang
hukumnya wajib untuk diserah kepada sejumlah pihak tertentu yang disebut mustahik sesuai
dengan ketentuan Syariat yang diatur dalam alquran dan Sunnah.
Kata zakat dan segala bentuk jadiannya di dalam Alquran ditemukan sebanyak 59 kali, baik
dalam ayat-ayat Makkiyah (11 kali) maupun dalam surah-surah Madaniyah (21 kali). Jadi
sebenarnya, konsep zakat sudah dikenal dalam Islam sejak sebelum Rasulullah saw. Hijrah.
Bahkan, menurut Alquran dapat pula dikatakan bahwa kewajiban zakat terdapat dalam syariat
terdahulu. Ini dapat dipahami misalnya dari Q.S. Al-Bayyinah (98): 5, berbunyi:




Yang Artinya:
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan
menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.

Fungsi-fungsi zakat
Islam secara prinsipil mengajarkan umatnya untuk dapat hidup bahagia dunia dan akhirat. Itu
berarti, Islam menghendaki umatnya menbangun peradaban yang makmur dan bermoral, jauh
dari kesan kemiskinan.Dalam Islam diajarkan kegiatan dan ibadah tertentu yang mempunyai
dampak langsung dan tidak langsung terhadap pengentasan kemiskinan. Di antara ialah ajaran
mengenai zakat, infaq dan shadakah (ZIS). Selain itu, Islam juga mengaruskan umatnya bekerja
keras dan meningkatkan etos kerjanya; mengharapkan agar penguasa (pemerintah) Islam
memberi kemungkinan berkembangnya tatanan kehidupan yang menguntungkan rakyat banyak;
dan mengajak agar setiap orang meninggalkan kebiasaan buruk yang menjatuhkannya kejurang
kemiskina , misalnya boros (mubazzir) dan judi.
Pemanfaatan Zakat secara Umum
Zakat mempunyai fungsi sosial yang sangat berat artinya bagi pengentasan kemiskinan. Ciri
utama suatu kelompok miskin ialah ketidak mampun mereka memenuhi kebutuhan pokok
makanannya. Maka dalil yang paling tegas menyebut penggunaan zakat sebagai makanan pokok
adalah menyangkut zakat fitri, yakn i riwayat yang ai sampaikan oleh Ibnu Abbas yang
menyatakan dua hal, yakni thuhrat li as-shaim dan thumat li al-masakin (pemberisan bagi orang
yang berpuasa dari ucapan tak benar dan kotor dan bagian makana bagi orang-orang miskin).
Secara lengkap, hadis itu berbunyi:
saja berguna sebagai makanan bagi orang-orang miskin, tetapi juga seharusnya di bagi kepada
delapan ashnaf yang disebutkan dalam Al-Quran:Sesungguhnya sakat-sakat itu, hanyalah untuk
orang-orang fakir, miskin, pengurus-pengurus zakat, para muaallaf (yang dinujuk hatinya),

untuk memerdekakan budak, untuk jalan Allah dan ibn sabil, sebagai ketentuan yang diwajibkan
Allah; dan Allah maha mengetahui dan maha bijaksana.
delapan ashnaf. Pandangan ini juga dianut oleh Sayyid Sabiq, penulis kitab Fiqh al-Sunnah;
bahwa lebih dari itu ia mengungkapkan bahwa Al-Zuhriy, Abu Hanifa, Muhammad dan Abu
Syabramah menbolehkan zakat fitri itu dibagikan kepada kaum zimmi berdasarkan pengertian
umum dari Q.s. al-Mumtahanah/60: 8, berbunyi:


yang artinya:
Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada
memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.
Sehubungan dengan ini Al-Syaikh Ali Ahmad Al-Jarjawiy, penulis kitab Hikmat al-Tasyri wa
Falsafatuh, juga menerima pandangan yang menbolehkan pembahagian zakat fitri kepada orang
zimmi. Namun, ia kembali menegaskan bahwa ayat 8 dari surah Al-Mumtahanah di atas,
meskipun membuka jalan untuk bagian kaum zimmi, harus diakui bahwa zakat itu selayaknya
diperuntuhkan kepeda orang-orang Muslim saja. Alasannya ialah hadis dari Muaz, yakni sabda
Rasulullah SAW:Ambillah zakat dari orang-orang kaya mereka (orang muslim), dan kembalikan
pula kepada orang-orang miskin mereka (orang muslim).
Yang jelas bahwa adanya jalan untuk memberi zakat kepada kaum zimmi menunjukkan bahwa
upaya mengentasan kemiskinan dalam Islam tidaklah bersifat eksklusif; tidak hanya untuk umat
Islam, tetapi segenap bahagian masyarakat yang pantas menerimanya. Golongan yang
membolehkan kaum zimmi menerima zakat firti disamping berdasar pada arti umum Q>S> AlMumtahannah: 8 juga surah Al-Tawbah: 160, tentang sasaran zakat, yang salah satu di antaranya
ialah al-mu;allafat qulubuhun (kaum mualaf).
Kata mualaf, yang biasa di pahami dalam arti orang-orang yang baru masuk Islam dan perlu
dujinakkan agar tidak menimbulkan fitnah (ancaman) terhadap Islam dan dengan harapan agar
mereka dapat menganut agama Islam.
Aspek Sosial Pemanfaatan Zakat Fitridipahami dari redaksi yang menyangkut zakat fitri
khususnya, yang menekankan oada kalimat thaam (thumah) dan masakin atau fuqara yang
semunya mengacu kepada perlunya pembnerian makanan bagi orang miskin, dan terangkum
dalam satu kata yakni fithr (berbuka) yang menjadi nama khas dari zakat tersebut.
Berdasarkan hadis Ibnu Umar yang diriwayatkan oleh Bukhari bahwa zakat fitri harus ditunaikan
sebelum shalat Id, ad alah bertujuan agar para orang kafir tidak lagi berkeliaran mencari
makanan pada hari itu, sebagaimana yang diharapkan Nabi SAW menurut riwayatnya Ibn Ady
danAl-Darquthni dari hadis Ibn Unar, dengan menegaskan: cukupkanlah makannya, sehingga
tidak lagi berkeliling mencari makanan pada hari Raya Id ini.

Dari sini kita dapat mengerti bahwa orang miskin adalah orang-orang yang susah memperoleh
makanan, sehingga diantara mereka ada yang terpaksa menjadi pengemis. Keadaan seperti ini
juga, diisyaratka oleh firman Allah swt. Di dalam Q.s. al-Hajj/22:28, berbunyi:



Yang artinya:
Danupaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut
nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka
berupa binatang ternak. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi)
berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir.
Adanya kaum miskin dan fakir dalam pengertian di atas, secara historis diduga keras terdapat
dan masih merajalela dizaman permulaan Islam. Hipotesis ini menjadi kuat jika kita ingat
bahwa perintah menbayar zakat fitri itu telah ada sejak tahun kedua Hijriyah, mendahului
kewajiban zakat lain. Mungkin saja sesudah itu, seiring dengan kemajuan Islam itu sendiri, orang
miskin dalam arti sudah memperoleh makanan sudah tidak ditemukan, dan karena itu pula sudah
jarang dari mereka ditemukan menjadi pengemis. Akibatnya, engertian miskin sudah berubah
pula. Perkataan tersebut tidak lagi dikenakan secara khusus terhadap orang-orang yang susah
memperoleh makanan, tapi sudah mencakup pula orang-orang yang yang memiliki harta, namun
belum memenuhi kebutuhan primernya yang lain. Hadis riwayat Bukhari menegaskan: yang
disebut miskin bukanlah orang-orang yang mendatangi manusia dan meminta sesuap atau dua
suap makanan, sebiji atau dua biji kurma, tetapi yang disebut miskin ialah orang yang tidak
memiliki harta yang mencukupi hidupnya, orang lain tidak memberikan perhatian untuk
bersedekah kepadanya, dan tidak pula ia meminta orang lain untuk itu.
Sejalan dendan hadist tersebut, Al-Syafiiy kemudian memahami pengertian miskin bebbeda
dengan pengertian faqir. Baginya, fakir ialah orang yang tidak punya harta dan tidak punya
pekerjaan yang menghidupinya, baik mengemis maupun tidak, sedangkan miskin ialah orang
yang punya harta atau pekerjaan namun tidak mencukupi hidupnya, baik meminta atau tidak.
Pengertian miskin, ternyata mengalami perkembangan dari zaman ke zaman. Masalahnya,
apakah tujuan zakat fitri juga bergeser dari sifatnya sebagai thumah (makanan) menjadi alat
pemenuhan kebutuhan lain di luar makanan itu? Tujuan utama zakat fitri sebagai makanan bagi
orang miskin, tidak dapat dihapus, akan tetapi tidak berarti tujuan zakat fitri terpaku pada soal itu
saja. Pengertian kata thumah yakni makanan untuk memenuhi kebutuhan perut yang sedang
lapar, mungkin masih cocok bagi masyarakat yang masih sangat melarat. Namun, dalam
masyarakat yang sudah berkembang atau yang sudah maju, pengertian demikian tidak relevan
lagi. Perkataan tumah dalam kontes masyarakat yang sudah maju, lebih tepat jika diartikan
menjadi komsumsi secara luas, mencakup segala hajat hidup orang miskin (ekonomi lemah) di
luar pangan.
Dalam pembendaharaan bahasa syariat, perkataan makan selai diungkap dengan kata-kata
thumah atau thaam, juga terkadang diungkap dengan kata akala (al-akl) dalam kata jadian:
takul atau yakul. Misalnya larangan memakan harta anak yatim diungkap dengan kata

tersebut:mereka itu menelan api sepenuh perutnya, dan mereka itu akan masuk ke dalam api
neraka. Larangan makan riba juga diungkap dengan kata tersebut: hai orang-orang beriman,
janganlah kamu memakan riba dengan terlipat ganda.
Kata yakulun dan takulun yang berarti memakan, tidaklah berarti bahwa pemanfaatan
harta anak yatim dan perolehan riba hanya berlaku dalam proses makan (dalam arti mengisi
perut). Larangan mengkonsumsi dalam arti luas, mencakup pemanfaatan harta anak yatim dan
segala jenis peroleh riba. Dalam kontes pengertian konsumsi secara luas itulah, kita mencoba
memahami makna yang terkandung dalam thumah. Bahwa untuk ukurang masyarakat yang
sudah berkembang dan maju, zakat fitri dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan golongan
ekonomi lemah, diluar kebutuhan makan (pangan) mereka. Maka dengan sendirinya zakat fitri
juga tidak mesti di bayar dalam bentuk bahan makanan sepeti gandung, tamar dan anggur (di
zaman Nabi SAW) atau beras dan jagung (bagi masyarakat Indonesia dan Asia Tenggara pada
umumnya). Dalam kontes ini, terasa ada benarnya pendapat Abu Hanifah yang membolehkan
pembayaran zakat dalam bentuk qimah (nilai) yang sesuai dengan kadar zakat yang wajib
baginya. Baginya, tradisi kita di Indonesia, cara ini tidak menjadi asing lagi. Meskipun diketahui
bahwa sebahagiaan besar umat Islam di Indonesia mengaku bermaszhab Al-Syafiiy, ternyata
cara pembayaran zakat fitri dengan uang, menurut jaln yang di anjurkan Abu Hanufah, semakin
populer.
Hal yang perlu dipahami disini, ialah apa yang mendorong cara tersebut menjadi semakin
populer. Ternyata hal yang mendoromg kearah itu adalah tingkat kehidupan masyarakat Islam di
Indonesia, yang tidak lagi susah makan, tetapi miskin dalam arti belum mampu memenuhi
kebutuhan hidupnya secara layak, seperti yang diisyaratkan oleh hadis Bukhari yang telah di
kutip di muka. Dalam skala yang lebih luas, konsep miskin tidak lagi berorientasi pada
individu, tetapi lebih bersifat kolektif. Dari sinilah timbulnya istilah masyarakat miskin, atau
negara-negara miskin, yang artinya mengacu kepada negara atau masyarakat yang terkebelakang.
Dalam masyarakat atau negara miskin, mungkin saja masalah kekurangan pangan tidak lagi
menjadi isu, tetapi digantikan oleh kekurangan lapangan kerja. Dengan demikian sumber zakat,
termasuk zakat fitri sudah layak jika pengunaannya ditujukan kepada aspek kehidupan lain
dalam proses pembangunan umat, dengan tetap mengingat sasaran pendayagunaan zakat yang
mencakup delapan ashnaf.
Membangkitkan Solidaritas Islam
Pembayaran ZIS hendaknya tidak dipahami sebagai perintah ubudiyah semata, tetapi sangat jelas
efek solidaritasnya antara sesama umat Islam. Bahwa menurut Ibn Khaldun, stata sosial
masyarakat yang paling atas menjadi lapisan yang paling rawan, sebab secara sosiologis,
masyarakat tingkat atas itu tidak lagi mempunyai rasa solidaeitas yang kuat, akibat kepedulian
sosialnya semaking kurang. Bagi masyarakat Islam, prediksi Ibn Khaldun itu dapat ditangkal
dengan tetap tumbuhnya solidaritas orang-orang yang sudah berkehidupan makmur (masyarakat
hadharah), tidak akan mudah kehilangan rasa solidaritas, asal saja tetap menngamalkan dan
menghayati makna ibadah zakat yang mengandung pesan untuk membantu mereka yang dilanda
penderitaan. Dengan demikian, kita tidak perlu takut mengejar kemajuan dan mewujudkan
masyarakat makmur sebab kemakmuran yang dijanjikan Islam bukanlah kemakmuran
kapitalistik yang mengunakan kekayaan menindas orang miskin agar semakin miskin,

melainkam kemakmuran yang membawah berkah bagi orang-orang miskin sekitarnya. Salah satu
hikmah ajaran zakat adalah agar harta itu tidak hanya dinikmati oleh orang-orang kaya,
sebagaimana firman Tuhan dalam Q.S. Al-Hasyr I(59):7:






Yang Artinya:
Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang
berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak
yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan
beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu,
maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.
Dewasa ini, sebahagian umat kita terjebak oleh kemiskinan struktural. Mereka miskin bukan
hanya karena kemalasannya, melainkan karena kondisi sosial yang menepatkan mereka
beradadalam stata paling bawah, kurangnya lapangan kerja, serakahnya orang-orang berada,
penekanan yang berlebihan pada sektor pertumbuhan ekonomi. Hal demikian dimanfaatkan oleh
orang-orang tertentu untuk bersaing dalam mengaadakan kolusi memperoleh proyek-proyek
raksasa, walaupun rakyat kecil harus digusur, ditambah lagi dengan belum maksimalkan
pemerataan yang ditimbulkan kecemburuan sosial yang terpendam.
Maka untuk melepaskan umat dari kondisi yang demikian diperlukan pemikiran yang mendasar
dan langkah konkret dengan menggalang solidaritas di antara mereka serta diperlukan adanya
keberanian dan kearifan dari pemerintah yang menyusun kebijakan dari atas untuk lebih
memperhatikan nasib orang kecil; mengajak secara bijaksana para konglomerat untuk lebih
bersifat manusiawi, mengelolah bisnis untuk kepentingan bersama, bukan bisnis untuk kerajaan
bisnis semata-mata.
Mendorong Etos Kerja Umat
Sebenarnya, sebhagian orang-orang miskin itu mengalami kemiskinannya adalah disebabkan
oleh perilakudan pola hidupnya sendiri ang cenderung malas, pemboros, tanpa perhitungan.
Untuk mereka yang keadaannya demikian, kita perlu membangkitkan semangat kerja. Pada
dasarnya Islam lebih menyenangi orang-orang yang tangannya diatas (suka memberi) dari pada
yang tangannya di bawah (hanya tau minta tolong). Untuk itu Islam sangat menganjurkan kerja
keras agar hidup seseorang semakin baik. Dalam salah satu hadis Riwayat Al-Bukhariy,
Rasulullah SAW menegaskan: tidaklah seseorang itu memakan makanan yang lebih baik dari
hasil usahanya sendiri dan sesungguhnya Daud AS memakan dari hasil kerja tangannya.
Dalam mendorong umatnya untuk bekerja keras, kama Rasulullah SAW pernah pula menyatakan
bahwa tiap petani yang tanamanya dapat dinikmati oleh burung atau hewang ternak dan apalagi
manusia, akan dicatat sebagai sedekah baginya. Teks hadist itu berbunyi: Hadis ini bermaksud

untuk mendorong etos kerja di kalangan petani agar tiap jengkal tanah pertanian diusahakannya
menjadi lahan yang produktif.
Kemalasan dikalangan umat juga disebabkan oleh adanya paham bahwa semakin kaya seseorang
semakin sulit masuk sorga,sebab ia harus lebih banyak mempertanggung jawabkan harta
kekayaannya. Apa lagi, jika dikaitka dengan riwayat yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW
akan masuk sorga bersama dengan orang-orang miskin. Paham seperti ini hendaknya diperbaiki,
jangan disalahgunakan. Sebaiknya jika kita baik, bahwa sebenarnya Islam mewajibkan kita
berusaha menjadi kaya sebab hanya orang kaya lah yang dapat memenuhi perintah Tuhan untuk
menbayar zakat. Hanya orang kayalah yang dapat berjihad fi sabilillah di zaman modern ini
untuk menegakkan dawah Islam yang semakin menbutuhkan fasilitas dan dana yang banyak.
Meningkatkan Kualitas Pendidikan
Kemalasan akan semakin sempurna jika sebahagian masyarakat masih dilanda kebodohan.
Kebodohan menyebabkan seseorang menjadi tidak tahu apa yang ia hharus perbuat demi
kehidupannya. Karena itu, umat Islam sekarang sangat membutuhkanperbaikan dan peningkatan
kualitas pendidikan. Untuk itu, harapan agar lembaga-lembaga dawah dan pendidikan Islam
mau berupaya untuk mencurahkan perhatiannya pada pemberian kesempatan yang lebih luas
bagi generasi muslim untuk mengecap pendidikan, antara lain dengan memberikan bea siswa
sebagai upaya konkret mengentaskan kemiskinan. berilah kail, dan jangan hanya memberikan
ikan. Untuk menberikan beasiswa maupun perbaikan sarana pendidikan, maka umat Islam
dapat memanfaatkan zakat sebagai sumber dana pembiayaan. Upaya untuk itu memang telah
dilakukan pemerintah, tapi umat Islam harus sadar bahwa tanpa menggali potensi umat sendiri
berupa zakat disertai kesadaran untuk membantu sesama, nasib sebagai generasi muslim yang
cerdas dan berprestasi akan kandas karena kelemahan ekonomi.
Pajak dan Pelaksanaannya menurut Hukum Ialam
Dalam Islam, istilah yang relevan dengan pajak adalah jizyah atau kharaj. Dua istilah ini masigmasing terdapat dalam nash sebagai brikut: pangilang orang-orang yang tidak beriman kepada
Allah dan tidak (pula)kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah
diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama
Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan al kitab kepada mereka, sampai mereka membayar
jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk. atau kamu meminta upah kepada
mereka?, maka upah dari Tuhanmu adalah lebih baik, dan Dia adalah pemberi rezki yang paling
baik.
Dua ayat di atas digunakan oleh Al-Mawardi dalam kitabnya Al-Ahkam al-Sulthaniyah untuk
mengambarkan adanya pungutan pembayar di luar zakat. Bedanya dengan zakat ialah bahwa
zakat dipungut dari umat Islam, sedang jizyah dipungut dari kalangan non muslim. Adapun
kharaj dipungut dari non muslim dan muslim yang mengerjakan lahan tertentu. Jizyah adalah
pungutan yang khusus diambil dari kaum musyrikin (non muslim atau dzimmi), dan sama sekali
tidak dipungut dari mereka yang sudah muslim. Hal ini di sebut dalam Hadis Riwayat Abi
Dawud sbb:. dari Ibni Abbas berkata, sabda Rasulullah Saw: tidak ada kewajiban jizyah atas

umat Islam; telah memberikan kepada kami Ibn Katsir berkata, Sufyan ditanya tentang
pemahaman soal ini, lalu ia berkata: jika ia telah masuk Islam maka tidak berlaku ada jizyah.
Dan tebih tegas lagi hadis riwayat Al-Turmudzi sebagai berkut:yahya Ibn Aktam memberitakan
kepada kami, telah memberitakan kami Qabus bin Abi Zhubyan dari bapaknya dari Ibn Abbas
berkata, bersabda Rasulullah SAW tidaak pantas dua kiblat pada satu biumi, dan tidak pantas
kaum Muslimin dikenakan jizyah (upeti)..dan pengamalan soal ini di
kalangan ulama bahwa kaum Nashrani, jika memeluk Islam maka lepaslah kewajiban membayar
jizyah, dan perkataan Nabi saw.: tidak ada kewajiban membayar persepuluh yakni jizyah
(semacan pajak), dan dalam hadis dipahami hal ini ketika ia berkata pajak (persepuluh) itu hanya
atas Yahudi dan Nahrani, dan tidak ada kewajiban usyur atas umat Islam. Adapun kharaj (jenis
pajak lain) biasanya dikenakan atas diri seorang yang diserani mengelola lahan pertanian. Lahan
ini akan kalanya direbut dari tangan non muslim secara paksa atau tidak. Tanah yang direbut dari
non muslim kemudian pengelolaannya diserahkan kepada non muslim tadi, dikenakan pembayar
pajak (usyur) yang sekaligus merupakan jizyah. Tetapi jika ia memeluk Islam, maka jizyahnya
gugur kemudian hanya dikenakan kharaj (pajak)yang jumlahnya tidak sebesar jizyah tadi.
Penerapan Zakat dan Pajak atas Umat Islam
Dalam zaman modern, khususnya di negara kita Indonesia, setiap warga yang memenuhi
perhitungannya diwajibkan membayar pajak. Dengan demikian, umat Islam mengalami
pembayaran dua jenis, yakni pajak dan zakat sekaligus, sehingga terkesan agak memberatkan.
Banyak orang yang berusaha menemukan jalan agar umat islam tidak terkena beban pembayaran
yang memberatkan tersebut.

Untuk memecahkan masalah ini, kita dapat memilih salah satu dari empat alternatif
berikut:
Umat Islam di sampin membayar pajak sesuai perhitungannya, juga harus membayar
zakat sesuai dengan perhitungan nisabnya.
Umat Islam hanya membayar zakat dan dibebaskan dari pembayarak pajak sama sekali;

Jika pajaknya lebih besar dari zakat, maka pajak yang dibayar adalah selisih lebih dari zakat
yang sudah dibayarkan sebelumnya. Tetapi jika zakat lebih besar dari pajak, maka zakat yang
dibayar adalah selisih lebih dari jumlah pajak yang sudah dibayar sebelumnya.
Umat Islam membayar pajak dari harta yang sudah dizakati, atau hanya membayar zakat dari
harta yang sudah dibayar pajaknya. Alternatif pertama merupakan alternatif yang menarik dana
pembangunan umat dan bangsa sebesar mungkin, tetapi terasa memberatkan dan rasanya tidak
memecahkan persoalan. Meskipun demikian, terserah kepada setiap warga negara muslim, jika
mereka ingin memberikan dana yang lebih besar bagi pembangunan bangsa dan umat.
Alternatif kedua merupakan contoh model yang menyamai medol pemungutan dana sesuai yang
disebutkan dalam sejarah Islam. Tetapi kita harus memahami secara arif bahwa kita hidup dalam
negara yang warganya cukup heterogen, bercampur antara umat Islam dengan non Muslim. Jika
umat Islam dibebaskan dari pajak, dan hanya membayar zakat, maka dibutuhkan suatu undang-

undang yang mengharuskan negara yang mengelola zakat itu sebagai dana pembangunan untuk
semua warganya. (Lihat UU No. 38 tahun 1999).
Barangkali jalan yang moderat yang dapat ditempuh ialah memilih antara alternatif ketiga atau
ke empat diatas. Alternatif ketiga menunjukkan bahwa pembayaran dilakukan secara inklusif
(qiran), sehingga setiap orang pembayarannya berfungsi sebagai zakat dan pajak sekaligus.
Sedangkan alternatif keempat menunjukkan bahwa umat Islam membayarkan zakatnya,
kemudian pembayarak pajak hanya diperhitungkan dari harta yang benar-benar telah bersih dari
zakat. Atau sebaliknya, umat Islam terlebih dahulu membayar pajaknya, dan setelah itu barulah
dihitung zakat dari harta yang bersih dari pajak itu.
Untuk menetapkan mana alternatif yang layak dipilih perlu upaya memproduk undang-undang
atau peraturan yang mendukungnya. Wallahu alam bi al-Shawab.[cp]

Anda mungkin juga menyukai