Anda di halaman 1dari 4

Khutbah 'Idul Fitri 1429 H

Oleh: Zulfan Syahansyah


ESENSI KEMENANGAN BERPUASA
‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬
‫ ال إله إال هللا وهللا أكبر‬.‫× هللا أكبر كبيرا والحمد هلل كثيرا وسبحان هللا بكرة وأصيال‬٣ ‫ هللا أكبر‬،‫ هللا أكبر‬،‫هللا أكبر‬
.‫هللا أكبر وهلل الحمد‬
.‫ وضاعف للمطيعين جزيل األجور‬،‫الحمد هلل الذي جعل األعياد باألفراح والسرور‬
‫ الحمد هلل الذي أتم علينا نعمة الطاعة واإلقبال عليه جل وعال فى‬،‫والحمد هلل الذي أتم علينا نعمة الصيام والقيام‬
"َ ‫ "اليو َم أَ ْك َم ْلتُ لَ ُك ْم ِد ْي َن ُك ْم َوأَ ْت َم ْمتُ َعلَ ْي ُك ْم ن ِْع َمتِي َو َرضِ ْيتُ لَ ُك ُم اإلِ ْسالَ َم ِد ْينا‬:‫ قال هللا تعالى‬.‫شهر رمضان‬
،‫ أن سيدنا محمدا عبده ورسوله الحبيب الشكور‬d‫وأشهد‬.‫أشهد أن ال إله إال هللا وحده ال شريك له العفو الغفور‬
.‫وصلى هللا عليه وسلّم وعلى آله وصحبه الذين يرجون تجارة لَنْ َت ُب ْو َر‬
.‫ واصبروا وصابروا ورابطوا لعلكم تفلحون‬،‫ أوصيكم وإياي نفسي بتقوى هللا‬،‫ فيا عباد هللا‬:‫أما بعد‬

Hadirin wal hadirat, jama’ah solat id yang berbahagia….


Di pagi hari yang mulia, khidmat, dan penuh barakah ini, mari bersam-sama kita
perbanyak rasa syukur ke hadirat Allah SWT, seraya terus meningkatkan
kualitas ketaqwaan: bermuajahadah untuk selalu melaksanakan segala perintah-
Nya, dan menjahui segala larangan-Nya. Pada momentum ini juga, kita
agungkan asma Allah, dengan memperbanyak bertakbir, tahmid, tahlil dan
tasbih, sebagi ungkapan rasa syukur dan suka cita; menenggelamkan diri dalam
suasana kemenangan, setelah sebulan lamanya kita laksanakan ibadah puasa,
sebagai manifestasi ketaqwaan kita. Mudah-mudahan kita termasuk hamba-
hamba yang dikaruniai kefitrahan baik dahir serta batin. Amin ya rabbal alamin.

Hadirin, hadirat sekalian, rahimakumullah…


Bulan Ramadhan baru saja meninggalkan kita. Ia banyak menyisakan kenangan
yang tak mudah untuk dilupakan. Ramadhan telah menjadi salah satu sarana
latihan baik jasmaniyah, nafsaniyah, serta ruhaniyah, agar bisa kita menakar
kesiapan menjalani kehidupan yang akan datang.
Dan ketahuilah, keniscayaan menjadi orang-orang yang bertaqwa adalah
predikat bagi mereka yang lulus seleksi ”ujian” Ramadhan, karena memang
tujuan akhirnya adalah ketaqwaan. Sebagaimana Allah tegaskan dalam al-
Qur’an:
"‫"يا أيها الذين آمنوا كتب عليكم الصيام كما كتب على الذين من قبلكم لعلكم تتقون‬
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”
Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia…
Sebelum kita ditinggalkan jauh oleh bulan Ramadhan, dan mumpung suasana
kekhidmatan puasa masih bisa kita rasakan, ada baiknya jika pada kesempatan
kali ini, kita telaah kembali apa sebenarnya esensi atau hakekat ibadah yang
diwajibkan atas seluruh umat Islam di muka bumi ini? Yakni puasa Ramadhan!
Puasa, yang di dalam idiom al-Qur’an disebut al-shiyâm, bersinonim arti dengan
kata al-imsak: menahan diri. Maka, subsatnsi dari ajaran puasa adalah latihan
menahan atau menguasai diri. Untuk memperjelas pembahasan esensi ajaran
”al-shiyâm”, mari kita kaji bersama tiga jenjang pembagian puasa.
Sebagaimana yang kita maklumi bersama, ibadah puasa Ramadhan itu terdiri
dari tiga jenjang, yakni rahmah; magfirah; dan itqun minan naar. Serupa meski
tak sama dengan pembagian tersebut, kalangan sufi membagi puasa Ramadhan
ke dalam tiga jenjang: shiyâm jasmani, nafsani, dan ruhani (fisik, psikologi atau
kejiwaan dan ruh).

Ayyuhal mustami’unal kiram....


Pada sepuluh hari pertama puasa, kita dituntut menyesuaikan diri dengan
kebiasaan baru menyangkut makan, minum dan lain-lain yang biasanya
dibolehkan pada hari-hari selain Ramadhan. Jika kita mampu menahan segala
hal yang bisa membatalkan puasa sejak waktu imsak hingga saat berbuka,
berarti kita sudah berpuasa. Di sinilah shiyâm da¬lam arti menahan diri terwujud
melalui tindakan-tindakan lahiriah, itu sebabnya, ia dinamai shiyâm jasmani.
Puasa model seperti ini menjadi garapan para ulama fiqih: meliputi persoalan
batal atau ti¬daknya ibadah puasa tersebut.
Pada jenjang selanjutnya, shiyâm nafsani (puasa Psikologi atau kejiwaan), yakni
menahan diri dari segala hawa nafsu. Dalam kajian ilmu fiqih, mengikuti ha¬wa
nafsu memang tidak memba¬tal¬¬kan puasa, misalnya marah-ma¬rah,
menggunjing saat berbuasa. Tetapi kandungan nilai spiritualitas puasa, tak akan
dapat diraih. Maka tak heran, dalam hal ini, Rasulullah mengingatkan kita
dengan sabdanya SAW: “Barang siapa yang tidak bisa me¬ninggalkan
perkataan kotor dan (tak bisa meninggalkan) perbuatan ko¬tor maka Allah tidak
punya ke¬pentingan apa-apa meski orang itu me¬ninggalkan makan dan minum”
(HR Bukhari). Senada dengan hadis Rasul, khalifah Umar bin Khattab juga
menegaskan: “Betapa banyak orang puasa namun tidak men¬dapatkan dari
puasanya kecuali lapar dan dahaga”. Maka, untuk bisa tergolong sebagai
pelaksana puasa Ramadhan, dengan jenjang kedua ini; maka, bersikap sabar,
tawadu’, menjaga kepercayaan, adalah keniscayaan yang mesti ditonjolkan.

Kaum muslimin wal muslimat rahimakumullah


Selanjutnya, pada sepuluh hari ketiga, kita harus meningkat pada jenjang shiyâm
ruhani. Dalam bagian ini, kita memasuki sesuatu yang susah sekali diterangkan,
karena memang masalah ruh, dan tidak ada ilmunya. Kita mengetahuinya hanya
dari berita atau yang dalam bahasa Arab disebut anba’, dan pembawanya
adalah Nabi. Dari Nabilah kita mengeta¬hui apa yang bisa kita peroleh dari
puasa jenjang ketiga ini, karena memang tidak bisa diterangkan, sehingga
diungkapkan melalui simbol-simbol, kiasan-kiasan, termasuk masalah Lailatul
Qadar yang turun di satu dari sepuluh malam babak akhir puasa.

Hadirin wal hadirat sekalian...


Baik, jasmani, nafsani, serta ruhani, di dalam ibadah puasa, kita dilatih untuk
bisa menahan dan mengendalikan ketiga-tiganya, hingga menjadi satu kesatuan
yang kita kenal dengan istilah ”menahan atau mengendalikan diri”. Pertanyaan
selanjtnya adalah, kenapa upaya pengendalian diri menjadi esensi dari ibadah
puasa kita?
Benar, bahwa dari segi inti ajarannya—yakni substansinya—ibadah puasa
difungsikan sebagai latihan pengendalian diri agar selamat secara moral dan
spiri¬tual. Karena, menahan atau mengendalikan diri, ternyata merupakan
masalah mendasar, dan kuno dalam problematik kemanusiaan secara umum,
bahkan pada zaman modern sekalipun.
Masalah keti¬dak¬mampuan menahan diri, seba¬gaimana diilustrasikan Al-
Quran, juga menjadi titik awal terjadinya drama kosmis atau kejatuhan manusia
dari surga ke bumi ini. Dalam idiom Al-Quran disebut drama al-hubût atau
doctrine of fall. Nabi Adam dan Hawa, sebagai simbol nenek moyang manusia,
menjadi contoh ketidakmampuan menahan dan mengendalikan diri dari godaan
setan sehingga tergelincir ke dalam perbuatan yang dilarang oleh Allah Swt, dan
akhirnya diturunkan ke bumi.

Hadirin sekalian.....
Realita hidup kemudian, bahwa sumber segala potensi yang mendorong
manusia melakukan pelanggaran adalah godaan berupa kesenangan sesaat:
makan, minum, dan seks, serta harga diri. Permasalahan tersebut kemudian
disim¬bolisasikan dalam ajaran berpuasa sebagai hal-hal yang harus ditahan
atau dinyatakan dapat membatal¬kan puasa, sebagaimana sudah menjadi
konsensus para ulama fiqih.
Perlu juga untuk diketahui, bahwa pada kenyataannya hampir seluruh masalah
kemanusiaan yang ada sekarang pun terjadi akibat ketidak¬mampuan manusia
menahan diri dari godaan-godaan tersebut. Julukan ’penjaha’ diberikan kepada
manusia yang tak mampu mengekang prilaku dan kecondongan jahat; atau
’koruptor’, disandangkan kepada pejabat yang tak kuasa menahan godaan
materi, hingga menyalahgunakan kewenangan. Perampok, maling, pembunuh,
pemerkosa adalah julukan-julukan bagi hamba Allah yang pada dasarnya tidak
mampu menahan diri dari godaan-godaan yang akan menyesatkannya. Maka,
dengan puasa Ramadhan, diharapkan kita mampu melatih diri, menahan dan
mengedalikannya.

Saudara-saudara sekalian yang berbahagia....


Untuk mengetahui, apakah kita lulus dalam pendidikan Ramadhan kali ini?
Maka, hanya diri kita yang pertama kali mengetahuinya. Bagaimana kemampuan
kita menahan dan mengendalikan diri pada hari-hari setelah bulan Ramadhan
ini. Sekali lagi, hanya kita yang mengetahuinya...
Semoga kita termasuk orang-orang yang bisa kembali pada fitrahan manusia,
dan terlatih mengendalikan diri setelah kepergian bulan Ramadhan tahun ini;
tetap menempati kehormatan sebagai sebaik-baik makhluk dan tidak akan
merosot menjadi makhluk yang paling rendah akibat tak kuasa menahan godaan
yang selalu mengintai. Akhirnya, minal âidzîn wal fâizîn, selamat Hari Raya Idul
Fitri tahun 1429 Hijriyah.

‫ ونعفنا بما فيه من اآليات والذكر‬.‫ وبارك لنا فى القرآن العظيم‬،‫جعلنا هللا وإياكم من العائدين والفائزين المقبولين‬
‫ إنه هو البر الرؤوف الرحيم‬،‫الحكيم‬،
ْ ‫ َو َذ َك َر‬،‫ " َقدْ أَ ْفلَ َح َمنْ َت َز َّكى‬:‫"أعوذ باهلل من الشيطان الرجيم‬
َ ‫اس َم َر ِّب ِه َف‬
‫صلَّى‬
‫وقل رب اغفر وارحم وأنت خير الراحمين‬.
‫الخطبة الثانية لعيد الفطر‬
‫هللا أكبر ×‪ ٧‬هللا أكبر كبيرا والحمد هلل كثيرا وسبحان هللا بكرة وأصيال الإله إال هللا وهللا‬
‫‪.‬أكبر وهلل الحمد‬
‫اللهم لك الحمد كله ولك الشكر كله وإليك يرجع األمر كله عال نِي ُت ُه وسِ ُّر ُه‪ ،‬فأهل ٌ أنت أن‬
‫أنت أن ُتع َبد وأنت علي كل شيئ قدير اللهم فلك الحمد يا هللا حتي ترضي‪،‬‬ ‫ُتح َمد وأهل ٌ َ‬
‫ولك الحمد إذا رضيت ولك الحمد بعد الرضا‬
‫أشهد أن ال إله إال هللا وحده ال شريك له وأشهد أن سيدنا محمدا عبده ورسوله الداعي‬
‫إلى رضوانه‪ .‬اللهم صل على عبدك ورسولك سيدنا وشفيعنا وموالنا محمد وعلى آله‬
‫‪.‬وأصحابه وسلم تسليما‪ d‬كثيرا‬
‫أما بعد‪ :‬فيا أيها الناس اتقواهللا فيما أمر وانتهوا فيما نهى وزجر‪ ،‬واعلموا أن هللا أمركم‬
‫بأمر بدأ فيه بنفسه و َث َّنى بمالئكته بقوله عز من قائل‪ :‬إن هللا ومالئكته يصلون على‬
‫‪.‬النبي‪ ،‬ياأيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما‬
‫اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى أنبيائك ورسلك ومالئكتك المقربين‪ ،‬وارض‬
‫اللهم عن الخلفاء الراشدين ال ُم ْه ِد ِّي ْينَ ‪ :‬أبي بكر وعمر وعثمان و علي وعن بقية‬
‫الصحابة والتابعين وتابعي التابعين لهم بإحسان إلى يوم الدين وارض عنا معهم برحمتك‬
‫‪.‬يا أرحم الراحمين‬
‫اللهم اغفر للمؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات األحياء منهم واألموات إنك‬
‫سميع قريب مجيب الدعوات يا قاضي الحاجات‬
‫واخ ُذل من خذل دينه اللهم انصر اإلسالم والمسلمين‬ ‫ص ْر َمنْ نصر دين محم ٍد ْ‬ ‫اللهم ا ْن ُ‬
‫وأَهْ لِكِ ال َك َف َر َة والظالمين اللهم اعصمنا واحفظنا من جميع الفتن وعافنا وسلمنا من‬
‫الباليا والمحن والوباء والفحشاء والمنكر والبغي والسيوف المختلفة‪ d‬والشدائد ما ظهر‬
‫منها وما بطن من بلدنا هذا إندونيسية خاصة ومن بلدان المسلمين عامة يا ذاالجالل‬
‫سن َع َم ٍل وسع ِة‬
‫عمر في ُح ِ‬ ‫واإلكرام ِب ُح ْرمة َو ْج ِه َك الكريم أَ ْعطِ نا صِ َّح ًة في التقوي َو ُطول َ ٍ‬
‫رزق وال ُت َع ّذبنا عليه إ ّنك علي كل شيئ قدير‬ ‫ٍ‬
‫ربنا اغفر لنا وإلخواننا الذين سبقونا باإليمان وال تجعل في قلوبنا غال للذين آمنوا ربنا‬
‫إنك رؤوف رحيم‬
‫عباد هللا إن هللا يأمر بالعدل واإلحسان وإيتاء ذى القربى وينهى عن الفخشاء والمنكر‬
‫والبغي يعظكم لعلكم تذكرون فاذكروا هللا يذكركم واشكروه علي نعمه يزدكم واسألوه من‬
‫‪.‬فضله يعطكم ولذكر هللا أعز وأكبر وهللا يعلم وأنتم ال تعلمون‬

‫والسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


‫‪Diposting oleh Zulfan Syahansyah di 04:09‬‬

Anda mungkin juga menyukai