Anda di halaman 1dari 2

Iman Dan Tujuan Hidup Seorang Mukmin

‫خصلتان ال شيء افضل منهما االيمان باهلل و النفع للمسلمين‬.

“Dua yang paling utama: iman kepada Allah dan berguna bagi kaum muslimin. Dua yang
paling buruk: menyekutukan Allah dan membahayakan kaum muslimin.” (Rasulullah
Saw)

Iman kepada Allah dan mentauhidkan-Nya merupakan esensi Islam dan landasan bagi
totalitas kehidupan manusia. Ia adalah pengakuan dan penyaksian akan keesaan Allah
Swt sebagai prinsip tertinggi dari seluruh ciptaan, semua wujud, dan kehidupan.

Dengan iman dan tauhid tata kehidupan dibersihkan dari berbagai jenis keraguan yang
menyangkut trandensi Tuhan dan keesaan-Nya; yang menyangkut tujuan hidup dan
identitas peradaban; dan yang menyangkut seluruh nilai-nilai kehidupan.

Tingkat dan ketinggian keimanan dan ketauhidan seseorang tergantung kepada tingkat
ma'rifat, keyakinan, dan kesaksiannya bahwa "tidak ada Tuhan yang patut disembah
selain Allah dan Muhammad adalah utusan-Nya".

Refleksi otentiknya wujud dalam penghambaan yang tulus hanya kepada Allah dan
kecintaan kepada-Nya yang melebihi kecintaannya kepada siapapun selain-Nya. Dalam
diri hamba-Nya yang sejati bertahta kultur spiritual-ideologis yang memberikan panduan
bagi amal shalih, amal yang dimotivasi oleh kesadaran penghambaan yang tulus yang
ditujukan semata-mata kepada Allah demi meraih ridha-Nya dan dilakukan dengan benar
sesuai dengan hukum-hukum Allah yang tertuang dalam wahyu dan sunnatullah.

Terbebas dari rasa takut dan gundah adalah implikasi psikologis beriman dan beramal
shalih. "Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan
shalat dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (QS, al-Baqarah
[2]: 277).

Sedangkan implikasi sosialnya adalah kehidupan yang baik yang kebaikannya dapat
menembus segala dimensi, ruang, dan waktu. "Barangsiapa yang mengerjakan amal
saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya
akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri
balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka
kerjakan." (QS, al-Nahl [16]: 97)

Sedangkan syirik (menyekutukan Allah) dan segala derifasinya merupakan refleksi dari
kekacauan paradigma dan persepsi tentang Tuhan dan alam. Kekacauan persepsi tentang
dua realitas yang sama sekali mutlak berbeda dalam wujud atau eksistensinya: Tuhan dan
bukan Tuhan, Khalik dan makhluk.
Syirik suatu konsep yang coba menyatukan atau menyamakan, memasukan, dan bahkan
mengacaukan dua realitas yang mutlak berbeda itu. Maka secara obyektif syirik diartikan
menuhankan sesuatu yang bukan Allah, dan secara subyektif diartikan memberikan
kekuasaan-kekuasaan (otoritas) dan kualitas-kualitas setengah tuhan kepada benda, para
pendeta, atau para pemimpin sekuler untuk mengatur segala urusan.

Dalam Islam, pengetahuan dan tindakan syirik diyakini sebagai bentuk kezhaliman
terbesar yang implikasi buruknya sangat luas. Secara psikologis syirik hanya
membiakkan kebimbangan, kegelisahan, dan tragedi kemanusiaan.

"Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut, disebabkan mereka
mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan
keterangan tentang itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk
tempat tinggal orang-orang yang zalim." (QS, Ali 'Imran [3]: 151).

Oleh sebab itu Imam Ghazali memandang syirik sebagai penyakit hati yang paling buruk.
Implikasinya sangat serius bagi kehidupan manusia itu sendiri, baik kehidupan di dunia
sekarang ini lebih-lebih bagi kehidupan di akhiratnya nanti. "Dan (ingatlah) ketika
Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai
anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) karena sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (QS, Luqman
[31]: 13).

Sedangkan kezhaliman itu adalah kegelapan yang akan meneggelamkan seluruh tatanan
yang berakibat membiaknya kerusakan, anarkhisme, dan kekacauan.

Sepanjang sejarah manusia kezhaliman terbukti menyeret seluruh kehidupan manusia ke


dalam lorong-lorong kegelapan yang mengerikan. Fitnah dan kesengsaraan yang
ditimbulkannya tidak hanya menimpa pelaku kezhaliman melainkan juga orang-orang
yang tidak melakukannya.

"Dan peliharalah dirimu daripada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang
yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya."
(QS, al-Anfal [8]: 25). Maka "Jauhilah syirik karena syirik itu kegelapan yang berlapis-
lapis di hari Kiamat." (HR, Bukahri).

Anda mungkin juga menyukai