Ekonomi
Sejak tahun 1900-an perekonomian USA berkembang sangat pesat dan bahkan mulai menggeser
dominasi perekonomian negara-negara Eropa. Titik balik terjadi pasca Perang Dunia II, di mana
perekonomian negara-negara Eropa mengalami kontraksi hebat akibat perang, sementara posisi
US Dollar kemudian mampu menggeser Pounsterling sebagai mata uang utama dunia. Dominasi
perekonomian USA di dunia semakin tidak terbendung ketika satu per satu dari puluhan negara
bekas koloni Inggris merdeka satu per satu pasca PD II.
Perang dingin membawa rivalitas antara US dan Uni Soviet, tidak saja dari sisi kekuatan alat-alat
perang dan teknologi ruang angkasa, namun juga upaya memperebutkan hegemoni ekonomi.
Keruntuhan tembok Berlin di tahun 1989 menandai ketuntuhan perekonomian Uni Soviet dan
bekas negara-negara komunis di Eropa Timur. Sejak saat itulah dominasi perekonomian USA
seakan-akan hampir tak terbendung dan ketergantungan perekonomian dunia terhadap
perekonomian USA semakin dirasakan.
Meski peran pemerintah diperlukan saat terjadi market failure, tidak berarti bahwa pemerintah
tidak memiliki kegagalan (government failure). Inefisiensi birokrasi dan BUMN, korupsi,
kelambanan pemerintah dalam bereaksi relatif terhadap perkembangan sektor swasta adalah
sebagian dari deretan kegagalan pemerintah.
Austrian Economics dan Public Choice Theory adalah dua teori besar yang menjelaskan
kegagalan pemerintah dalam mengatur perekonomian. Menurut Austrian Economics,
perekonomian selalu dinamis dan berubah setiap waktu. Terdapat time lag antara identifikasi
masalah ekonomi, perumusan kebijakan, implementasi kebijakan dan dampak kebijakan terhadap
perekonomian. Secara umum, diperlukan waktu antara 2-3 tahun bagi pemerintah untuk
mengidentifikasi masalah ekonomi dan mulai mengimplemtasikan kebijakannya. Diperlukan
waktu paling cepat 1-2 tahun tambahan untuk mengetahui dampak dari kebijakan yang telah
ditetapkan tadi. Permasalahannya, karena perekonomian berkembang dinamis, seringkali
kebijakan yang diterapkan tidak lagi sesuai dengan permasalahan yang dihadapi perekonomian
ketika itu (Kirzner, 1992).
Didasarkan pada Public Choice Theory, dalam sebuah negara demokrasi, keputusan merupakan
hasil interaksi kolektif antar berbagai elemen dalam sistem demokrasi tersebut. Di dalam sebuah
negara demokrasi ada lima pihak yang berperan dan masing-masing memiliki tujuan yang
berbeda yaitu:
Tabel 1: Pelaku dan Tujuan Pelaku pada Teori Public Choice
Pelaku Tujuan
Voters atau pemilih Memaksimumkan utilitas. Pemilih yang oportunis
akan mendukung partai politik/politisi yang
menguntungkannya
Partai Politik Memenangkan pemilu. Mereka tidak segan
menggunakan political business cycle (obral janji
sebelum pemilu dan menjadi ‘buta tuli’ terhadap
voters pasca pemilu).
Politisi Bisa terpilih lagi duduk di legislatif. Political
business cycle juga sering digunakan oleh para
politisi.
Birokrat Maksimumkan budget atau anggaran belanja
pemerintah
Interest groups Berusaha memenuhi tujuan organisasi, antara
lain:
<!--[if !supportLists]-->• <!--[endif]-->Tujuan
yang bersifat meningkatkan distibusi welfare
masyarakat
<!--[if !supportLists]-->• <!--[endif]--
>Mengejar keuntungan kelompok
Dalam suatu negara demokrasi, kebijakan pemerintah adalah hasil interaksi dari kelima unsur
demokrasi tersebut dan sayangnya para aktor tersebut memiliki tujuan yang berbeda-beda dan
tidak jarang bertentangan satu dengan yang lain. Adalah wajar jika terjadi bargaining dan tarik
ulur dari masing-masing pihak selama proses penetapan kebijakan tersebut. Tak pelak bahwa
kebijakan yang dihasilkan akan cenderung suboptimum, karena apapun kebijakan yang dibuat
harus memuaskan semua pihak (Mueller, 1978).
Untuk mengatasi market failure dan government failure, diperlukan pemetaan yang mampu
meminimumkan keduanya. Secara sederhana interaksi optimum antara mekanisme pasar dan
peran pemerintah bisa dijelaskan melalui tabel berikut:
Jika bangsa ini memang bertekat bulat untuk mencari alternatif sistem ekonomi yang sesuai
dengan jati diri dan budaya bangsa, maka pekerjaan berat ini harus dilakukan sekarang dan
mungkin diperlukan waktu puluhan tahun untuk menyelesaikannya. Selama proses ini, tentunya
banyak shock yang akan terjadi pada perekonomian, banyak kebijakan dan struktur ekonomi yang
mungkin berubah, dan juga perubahan tantangan yang muncul. Untuk mengatasi hal ini
diperlukan dua tim perumus yang bekerja secara simultan dan saling berkomunikasi secara
intensif, yaitu:
1. Tim Jangka Panjang. Tim ini berorientasi untuk merumuskan sistem ekonomi dan
outcome yang akan diinginkan dicapai dalam jangka panjang (300-400 tahun ke depan).
Tim ini merumuskan berbagai landasan pemikiran filosofis, menetapkan tujuan jangka
panjang dan strategi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.
2. Tim Jangka Pendek. Orientasi tim ini adalah untuk mengatasi berbagai masalah untuk
kurun waktu 30-40 tahun ke depan. Tim ini dibutuhkan untuk menciptakan transisi yang
diharapkan mulus antara sistem ekonomi yang sekarang ini digunakan dengan sistem
ekonomi alternatif yang akan digunakan. Diperlukan berbagai penyesuaian selama masa
transisi ini, dan tentunya waktu yang diperlukan mungkin berkisar antara 20-30 tahun.
Berkaitan dengan sistem ekonomi alternatif, perkenankan saya memberikan sedikit pemikiran.
Saya berpendapat bahwa tujuan utama dari sistem ekonomi alternatif adalah untuk meningkatkan
economic sovereignity (kedaulatan ekonomi) bangsa Indonesia . Konsekuensinya adalah bahwa
apapun strategi yang digunakan, harus bertujuan untuk meningkatkan kedaulatan ekonomi. Meski
demikian, patut disadari bahwa kedaulatan ekonomi tidak bersifat mutlak, karena kemutlakan
kedaulatan ekonomi bisa menjerumuskan bangsa kepada sikap chauvinisme.
Berkaitan dengan upaya untuk menuju tujuan tersebut, saya mencoba menawarkan 8 pilar
strategi, yaitu:
1. Proses pembangunan ekonomi menitik beratkan pada pembangunan rakyat Indonesia, dan
redefinisi rakyat sebatas pada buruh (pekerja), petani dan nelayan . Strategi ini sejalan
dengan peribahasa ‘Kecepatan kereta kuda ditentukan oleh kuda terlemah’. Implikasinya
adalah jika kita menginginkan kereta melaju cepat, maka yang diperlukan adalah
meningkatkan kecepatan lari kuda terlemah, atau menempatkan kuda terlemah di posisi
yang tepat sejalan dengan bentuk dari lintasan.
2. Menggali jati diri bangsa Indonesia. Menurut pendapat saya, penggalian jati diri bangsa
Indonesia tidak terbatas pada Pancasila dan UUD 45. Pemahaman akan jati diri bangsa
akan sangat penting dalam merumuskan strategi-strategi pembangunan pada dataran yang
lebih operasional. Upaya mencari jati diri ini bisa dilakukan dengan melihat kembali
sejarah negara-negara yang pernah jaya dan Nusantara beserta faktor-faktor yang
menyebabkan keberhasilan mereka. Ketika jati diri bangsa ini telah dapat dirumuskan,
maka berbagai strategi pembangunan hendaknya bisa disesuaikan dengan budaya dan
nilai-nilai kearifan lokal.
3. Menjamin pemerataan dan keadilan distribusi akses pendidikan dan kesehatan kepada
semua rakyat. Pendidikan adalah hal yang memungkinkan setiap orang untuk melakukan
mobilitas sosial, sementara jaminan kesehatan adalah modal utama untuk meningkatkan
produktivitas dan kesejahteraan rakyat.
4. Menggunakan metoda berfikir yang rasional dan strategis. Hal ini bisa dilakukan dengan
memberikan porsi besar terhadap sektor pendidikan. Prasyarat penggunaan strategi ini
adalah adanya meningkatkan tradisi keilmuan di negara ini. Perbedaan pendapat bukanlah
hal yang tabu, dan para pemikir harus mampu menarik batas antara hubungan pribadi
dengan perdebatan ideologi maupun pemikiran dengan pemikir yang lain. Dari sisi
pemerintah, government failure bisa diminimasi dengan menerapkan Evidence-Based
Policy dalam pengambilan keputusannya. Basis dari Evidence-Based Policy adalah
penggunaan rigourous economic evaluation untuk merancang dan sekaligus mengevaluasi
kebijakan-kebijakan pemerintah. Diharapkan dalam jangka panjang, pemerintah sebagai
lembaga bisa ‘belajar’ baik dari kebijakan yang diterapkan di masa lampau maupun dari
kebijakan yang telah diterapkan oleh negara lain. Evidence-Based Policy akan
memisahkan mitos dari realitas, sehingga alokasi anggaran pemerintah bisa dilakukan
lebih efektif dan efisien.
Daftar Pustaka
Hartley, Keith, and Hooper, Nick, (1997), Industrial and Policy I: Theory and Competition
Policy, in Curwen, Peter, Understanding the UK Economy, fourth edition, Macmillan, 1997.
Mueller, D, (1978), Public Choice; second edition, Cambridge UP.
Pardede, R (2008), Asal Usul Krisis Keuangan 2007/8 Dampak dan Respond, Disampaikan pada
Seminar ISEI, 5 November 2008.