Anda di halaman 1dari 2

MUHAMMADIYAH DAN PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL

Dipublikasi pada Monday, 07 July 2008 oleh hermana


Penulis : almisar Pembangunan Kesejahteraan sosial sebagai bagian dari pembangunan nasional untuk
memperbaiki taraf kesejahteraan sosial masyarakat, tidak hanya menjadi kewajiban negara / pemerintah. Akan
tetapi, masyarakat, organisasi atau lembaga-lembaga non negara/pemerintah dituntut ikut berpartisipasi. Hal itu
dapat dilihat dalam UU No.6 tahun 1974 Tentang ketentuan – ketentuan pokok kesejahteraan sosial pada Bab III
pasal 8 yang berbunyi: Masyarakat mempunyai kesempatan seluas-luasnya untuk mengadakan usaha-usaha
kesejahteraan sosial dengan mengindahkan garis kebijaksanaan dan ketentuan-ketentuan sebagaimana ditetapkan
dengan Peraturan Perundang-undangan.

Terkait dengan itu, salah satu organisasi sosial keagamaan yang cukup berperan dalam pembangunan kesejahteraan
sosial adalah Muhammadiyah. Apa dan bagaimana usaha-usaha kesejahteraan sosial di kelola oleh
Muhammadiyah ?

Usaha Kesejahteraan Sosial sebagaimana tertuang pada UU No.6 tahun 1974, pada pasal 2 ayat 2 ialah semua
upaya, program dan kegiatan yang ditujukan untuk mewujudkan, membina, memelihara, memulihkan dan
mengembangkan kesejahteraan sosial.

Terkait dengan itu, usaha kesejahteraan sosial yang dikelola Muhammadiyah sebagai organisasi dakwah/sosial,
didasarkan pada Al Qur’an surat Al Maaun yang isinya menganjurkan supaya kaum muslimin peduli akan
penderitaan kaum muslimin lainnya yang mengalami masalah-masalah kesejahteraan sosial seperti kemiskinan,
kekurangan gizi, yatim piatu dan lain-lain.

Berdasarkan surat Al Maaun itu, untuk mengelola usaha-usaha kesejahteraan sosial, Muhammadiyah sebagai
organisasi mengembangkan dakwahnya pertama kali dengan mendirikan Majelis Pembina Kesejahteraan Umat
(PKU Muhammadiyah). Di masa kepemimpinan Din Syamsudin (2005-2010) Majelis ini bernama Majelis
Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat di mana usaha bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial bergabung di
dalamnya.

Melihat usaha-usaha kesejahteraan sosial yang menonjol di kelola oleh Muhammadiyah adalah mendirikan panti-
panti sosial buat anak-anak yatim dan anak-anak terlantar. Di samping panti ada juga usaha non panti atau berbasis
masyarakat, tetapi skopnya masih kecil.

Melihat hasil yang dicapai oleh Muhammadiyah dalam pengelolaan usaha kesejahteraan sosial, hingga saat ini
terdapat lebih dari 300 panti sosial dimiliki organisasi ini dan tersebar di seluruh Indonesia. Untuk memperbaiki
kenerja pelayanan sosial pada setiap panti, saat ini Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui Majelis Kesehatan dan
Kesejahteraan Masyarakat - semacam Departemen dalam pemerintahan - membentuk Forum Panti Sosial
Muhammadiyah dan Aisyiyah. Forum panti inilah yang meneruskan komunikasi dengan Departemen Sosial
mewakili majelis Kesehatan dan Kesejahteraan Masyarakat PP Muhammadiyah. Melalui forum ini dapat dipantau
kekuatan dan kelemahan panti-panti sosial Muhammadiyah ini untuk diperbaiki kinerja pelayanannnya. Ke depan,
yang perlu dikembangkan oleh Muhammadiyah adalah usaha-usaha non panti atau usaha-usaha kesejahteraan sosial
yang berbasis masyarakat. Mengapa ini perlu dikembangkan ? Disamping lebih dekat dengan budaya Islam dan
budaya bangsa Indonesia, juga tidak memerlukan bangunan gedung karena anak asuh ditempatkan di dalam
keluarga atau di masyarakat.

(Almisar Hamid, pengurus Forum Panti Sosial Muhammadiyah/Aisyiyah (Forpama) dan dosen pada jurusan Ilmu
Kesejahteraan Sosial FISIP Univ Muhammadiyah Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai