Anda di halaman 1dari 24

Adab Berpakaian Bagi Laki-Laki Muslim

Segala puji hanya bagi Allah yang memiliki seluruh pujian. Saya
bersaksi bahwa tidak ada yang disembah dengan benar selain
Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Dan saya bersaksi bahwa
Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Semoga shalawat dan
salam terlimpahkan kepada beliau, keluarga dan para shahabat
beliau, dan orang-orang yang mencintai beliau hingga hari
pembalasan.
Saudaraku seislam, kewajiban setiap muslim yang beriman
kepada Allah dan hari akhir adalha mencintai dan mentaati
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam denga mengikuti per
intahnya dan menjauhi larangannya, da n membenarkan ucapan
yang beliau sampaikan, baik dalam ucapan yang beliau
sampaikan, baik masalah kecil maupun besar. Dengan itulah kita
merealisasikan persaksian bahwa sesungguhnya tidak ada
sesembahan yang berhak disembah kecuali allah saja dan
Muhammad adalah utusan Allah. Dengna itu pula kita berhak
mendapatkan pahala dari Allah dan selamat dari hukuman dunia
dan akhirat.
Salah satu perintah syariat yang haruis kita sikapi dengan
mendengar dan mentaati. Adalah berpakaian di atas mata kaki
bagi laki-laki karena menaati Allah dan Rasul-Nya,
mengharapkan pahala, dan khawatir terhadap siksanya.
Kondisi kebanyakan umat islam saat ini yang menjuraikan
pakaian mereka di bawah mata kaki, bahkan menyeretnya,
merupakan hal yang perlu mendapat perhatian. Untuk umat ini
nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah menetapkan ketentuan
berkaitan dengn pkaian yang biasa dipergunakan untuk
membedakan umat ini dengan umat-umat yang lain. Allah
Taala berfirman:
Berilah peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu
bermanfaat bagi orang-orang yang beriman. (QS. Adz-Dzariyat
51: 55)
Allah Subhanahu wa Ta'ala menghalalkan pakaian sebagai
penutup aurat, juga sebagai perhiasan, tetapi penghalalan
tersebut mempunyai batasan-batasan tertentu yang tidak boleh
dilanggar. Berlebihan dalam memanjangkan pakaian bagi laki-
laki tidak dibenarkan dalam Islam. Maka kita sebagai orang
yang mengaku muslim tidak selayaknya sengaja mengulurkan
lengan baju atau pakaian bawah kita dari batas yang ditentukan.
Unsur kesengajaan inilah yang dilarang, baik disertai
kesombongan (kebanggaan atas mode) ataupun tidak, karena
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melarangnya.
Dalam pembahasan ini ada dua istilah yang sering diulang-ulang
pertama isbal dan kedua kabain. Isbal menurut bahasa adalah
asbala izaarahu artinya menjurikannya. Jika dikatakan asbala
fulanun tsiyabahu artinya orang tersebut memanjangkan dan
menjuraikan pakaiannnya sampai ketanah. Sedangakan menurut
istilah adalah adalah menurunkan pakaian/ menjuraikan dan
melabuhkan pakaian melewati batas yang telah ditetapkanm
dalam nas-nas syarI, baik itu dilakukan dengan disertai rasa
sombong ataupun tidak disertai dengan rasa sombong. Kabain
adalah dua buah tulang yang menonjol pada dua sisi persendian
antara tulang betis dengan tulang telapak kaki. Dua tulang ini
merupakan batas basuhan kaki ketika wudhu.
Inilah sabda-sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang
menegaskan masalah isbal:
1. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Allah
tidak melihat (dengan disertai rahmat) di hari kiamat kepada
orang yang menyeret kain sarungnya dengan sombong."
(HR.Bukhari-Muslim)
2. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Barangsiapa menyeret (mengulurkan) pakaian dengan
kesombongan, maka Allah tidak akan melihatnya
(memperhatikan) di hari kiamat"(Shahih riwayat Abu Daud &
At-Tirmidzi) Ungkapan (pakaian) mencakup semua jenisnya,
baik kemeja, sarung, celana panjang, atau jenis lainnya.
(Subulus Salam 4 : 159)
3. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Isbal itu
ada pada sarung, gamis, dan sorban. Barangsiapa menyeret
sebagian darinya dengan sombong, maka Allah tidak akan
melihatnya di hari kiamat." (Shahih riwayat Abu Daud & An-
Nasai)
Ketiga hadits di atas memakai taqyid (batasan) dengan
kesombongan, tetapi ada juga larangan isbal meskipun tidak
disertai kesombongan, (bahkan Isbal itu sendiri sebenarnya
sudah mengandung unsur kesombongan (kebanggaan) baik
bermaksud sombong atau tidak, apalagi kalau sudah mengikuti
trend (mode). Bisa kita simak hadits-hadits berikut ini:
1. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tiga kelompok
orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah di hari kiamat,
dan tidak akan dilihat oleh-Nya, juga tidak akan di bersihkan
dan bagi mereka adzab yang pedih." Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam mengulang-ulang perkataan itu tiga kali. Abu
Dzar berkata, "Sungguh celaka dan rugi mereka itu! siapa
gerangan mereka itu, wahai Rasulullah?" Rasul bersabda:
"(1)Al-Musbil (orang yang memanjangkan pakaiannya sampai
menutupi mata kaki). (2)Al Mannan (orang yang suka memberi
sesuatu, tapi sering mengungkit-ungkit pemberian-nya). (3)Dan
orang yang melariskan barang dagangannya dengan sumpah
bohong." (HR. Muslim)
2. Abu Hurairah radhiyallah 'anhu berkata: Tatkala seorang laki-
laki shalat dengan meng-isbalkan kain sarungnya, Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepadanya: "Pergi
berwudhulah kamu!" Diapun pergi berwudhu, kemudian datang,
Rasul berkata: "Pergilah kamu berwudhu!" Seorang laki-laki
bertanya kepada Rasulullah, "Wahai Rasulullah, kenapa engkau
menyuruhnya berwudhu kemudian engkau membiarkanya?"
Rasul Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata:"Sesungughnya dia
itu shalat dengan mengisbalkan kain sarungnya dan
sesungguhnya Allah tidak menerima shalat laki-laki yang
Isbal."(Shahih Riwayat Abu Daud)
Jika seorang berkata : "Saya Isbal tanpa kesombongan". Kita
katakan bahwa Isbal itu sendiri meski tanpa niat sombong
merupakan kesombongan, karena mode itu penuh dengan unsur
ini, apalagi jika mengikuti trend mode orang kafir.
3. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Dan
hindarilah mengisbalkan kain, karena hal itu termasuk
kesombongan, dan sesungguhnya Allah tidak suka
kesombongan." (Hadits Shahih Riwayat Abu Daud & At-
Tirmidzi)
Anda mengatakan isbal itu tidak haram jika tanpa kesombogan,
tapi Rasulullah mengatakan bahwa isbal itu sendiri merupakan
madzhar (fenomena) kesombongan, meskipun hati kita tidak
bermaksud begitu. Mana yang lebih kuat, pendapat anda atau
perkataan Rasul? Sedang Rasulullah berbicara berdasar wahyu
Allah Ta'ala.
4. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan : "Kain
yang di bawah kedua mata kaki tempatnya di neraka" (Shahih
Riwayat Abu Daud) Jadi, panjang maksimal pakaian (bawah)
laki-laki muslim adalah sampai mata kaki saja, tidak boleh lebih
dari itu.
5. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Apa yang
turun melewati mata kaki dari pakaian maka (tempatnya)di
neraka (HR. Al-Bukhari)
6. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Kain laki-
laki muslim itu (batasnya) sampai setengah betis dan tidak ada
dosa dalam (jarak pemakaian) antara betis dan kedua mata
kaki." (HR. Abu Daud dengan Sanad yang shahih)
Ada sebagian orang yang suka isbal dengan berdalil pada kisah
Abu Bakar, beliau berkata: "Wahai Rasulullah, sesungguhnya
sarung saya mengulur (dengan sendiri-nya) keculai kalau saya
terus memper-hatikan (dengan) memeganginya." "Maka
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata kepadanya,
"Sesungguhnya engkau bukan termasuk orang yang
melakukannya dengan disertai kesombongan." (HR. Al Bukhari)
Berdalil dengan hadits ini untuk membolehkan perbuatannya
adalah keliru, dia entah lupa atau tidak tahu makna . Makna
adalah mengulur dengan sendirinya. Beliau (Abu Bakar) tidak
sengaja mengulurkan kain sarungnya, ini tentu saja berbeda
dengan yang membuat atau memesan pakaian yang melebihi
mata kaki. Janganlah kita mencari alasan-alasan dengan
meninggalkan dalil-dalil yang jelas dan shahih.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tatkala melihat orang
yang isbal untuk menutupi aib kakinya, beliau langsung
memegang ujung kain bajunya serta bertawadhu' karena Allah
sambil berkata: "Hamba-Mu " lalu berkata kepada orang yang
mengulurkan kain karena untuk menutup cacat kakinya itu:
"Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang yang isbal." (HR.
At-Thabrani, para perawinya tsiqat).
Suatu hari Rasul melihat Ubaid Ibn Khalid mengenakan kain
panjang dengan melebihi kedua mata kakinya, Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam langsung mengatakan kepadanya,"
Apakah kamu tidak mendapatkan contoh dalam diri saya?" (HR.
At Tirmidzi & An-Nasa'i)
Jika kita mencintai Rasul, kita harus mengikuti petunjuknya dan
jangan mencari-cari alasan yang tidak syari'i. Ingatlah, seorang
sahabat yang memanjangkan pakaian bawahanya, ketika
dikatakan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam.
"Sebaik-baik laki-laki adalah Khuraim Al-Asadiy, seandainya
tidak terlalu panjang rambut dan tidak isbal kainnya." Maka
tatkala perkataan itu sampai kepada Khuraim, dia langsung
memotong rambut (depannya) dan mengangkat kainnya. (HR.
Abu Daud, dengan sanad hasan, keculai Qois Ibn Bisyr yang
masih diperselisihkan, tapi Imam Muslim telah meriwayatkan
hadits lewat beliau)
Itulah kepatuhan Khuraim, dia langsung menanggapi ungkapan
Rasul dengan pelaksanaan tanpa mengata-kan "Saya Isbal bukan
karena sombong"Inilah ciri muslim sejati. Akhirnya, marilah
kita renungkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
adalah manusia yang paling taqwa dan yang paling jauh dari
kesombongan. Beliau orang paling tawadhu', tapi beliau
menaikkan atau memendekkan pakaiannya di atas mata kakinya
bahkan sampai separuh betis ("Bahwasanya pakaian beliau
sampai setengah betis." HR Ahmad, At-Tirmidzi dalam Asy-
syama'il dan selain keduanya, hadits ini shahih).
Nah, bagaimana dengan kita? "Maka hendaklah orang-orang
yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau
ditimpa azab yang pedih." (QS. 24:63)
Maka perhatikanlah hadis-hadis tersebut di atas wahai saudaraku
muslim, di dalamnya terdapat perintah dan larangan dari
Rasulullah yang mulia. Sedangkan kaedah mengatakan Al
ashlu fiil amril wujuub (asal dari perintah hukumnya adalah
wajib). Sedangkan asal hukum larangan adalah haram. Dalilnya
adalah sabda Rasulullah:
Apa saja yang aku perintahkan kepada kalian, maka
laksanakanlah semampu kalian, dan apa yang aku larang maka
jauhilah. (muttafaq Alaih)
Maka dari sini saudaraku muslim kita melihat bahwa bentuk-
bentuk dan uslub-uslub larangan dan pengingkaran itu
bermacam-macam, terkadang ada yang berbentuk zajr (celaan),
demikian juga cara dan ushlub perintah. Disamping hadis-hadis
tersebut, saya juga akan mengemukakan perkataan ahli ilmu
yang dapat menghibur orang-orang beriman, sehingga tidak ada
Hujjah (alasan) bagi seseorang untuk melakukan isbaldan
supaya orang-orang yang berakal dapat mengambil pelajaran.
Al-hafidz Ibnu Hajar Rahimahullah mengatakan dalam kitab
Fathul Baary setelah menyebutkan hadis-hadis tentang isbal:
Hadis-hadis ini menunjukkan bahwa melakukan isbal yang
disertai dengan rasa sombong, merupakan salah satu dari dosa-
dosa besar. Adapun jika dilakukan dengan tidak disertai dengan
rasa sombong, maka sesuai dengan zhahir hadis-hadis tersebut
juga diharamkan. (LIHAT Fathul Baary 10/263)
Syekh ibnu Utsaimin Hafizahullah berkata:
Sesungguhnya isbal pakaian yang dilakukan dengan tujuan
menyombongkan diri, maka hukumannya adalah tidak akan
dipandang oleh Allah di hari kiamat nanti, dan tidak akan di ajak
bicara, dan tidak akan disucikan dan ia akan mendapatkan azab
yang pedih. Adapun jika dilakjukan dengna tidak bermaksud
sombong, maka hukumnya adalah bahwa bahagian yang turun
melewati mata kaki (dari pakaiannya) itu akan disiksa dengan
api neraka.
Saudaraku seislam, jangan ada lagi kita yang mengatakan
sesuatu dengan hawa nafsu kita. Allahkan indah dan menyukai
keindahan yang pentingkan udah nutup aurat. Benar
saudaraku, Allah itu indah dan menyukaian keindahan. Namun
dalam hal ini keindahan yang dimaksud dalam agama ini tentu
harus sesuai dengan apa yang ditetapkan oleh Allah dan rasul-
Nya. Jiak itu menyelisihi Allah dan Rasul-Nya, maka itu tidak
dapat diterima sama sekali.
Kaum laki-laki memiliki jenis pakaian dan tata cara berpakain
yang khusus berlaku untuk mereka. Begitupun dengan
perempuan. Mengenai pakaian muslim laki-laki Rasulullah
bersabda kain seorang mukmin hingga otot betis, kemudian
separoh betis, kemudian hingga kabain (dua mata kaki). Kain
yang ada di bawah iu berada dalam neraka. (HR. Ahmad 2/255,
shahih)
Akan tetapi, setelah menyadari bahwa hal itu memberatkan umat
Islam beliau bersabda:
Sampai mata kaki. Tidak ada kebaikan untuk kalian yang lebih
dari itu (HR. Ahmad 3/140, shahih)
Maka saudaraku, ini adalah sebuah keringanan yang diberikan
rasulullah. Jadi marilah kita amalkan. Jika kita tidak sanggub
melakukan sampai pertengahan betis, cukuplah bagi kita
melakukannya jangan sampai melebihi mata kaki. Artinya cukup
sampai batas diatas mata kaki kita sedikit, seperti tetuang dalam
hadis di atas.
Di satu sisi, terdapat sekelompok orang yang meremehkan
syariat. Mereka adalah orang-orang yang meninggikan pakaian
melebihi lutut sehingga paha atau sebahagian paha mereka
tampak jelas. Perbuatan ini dilakukan oleh beberpa klub olah
raga, juga dilakukan oleh beberap orng buruh, padahal kedua
paha termasuk aurat yang harus ditutupi dan haram di
tampakkan.
Dan di akhir tulisan ini saya meyampaikan firman Allah:
"Dan barangsiapa menta'ati Allah dan Rasul-Nya, maka
sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar." (QS.
Al-Ahzab 33:71)
Penulis:
Dafrizal Al Qathani bin Syabri Al Batangkapasi
Rujukan:
1. Jenggot yes, isbal no, di tulis oleh Abdullah bi abdul hamid,
Abdulla Karim Al Juhaiman, Abdullah bin Jarullah Alu
Jarullah, diterbitkan oleh Media Hidayah.
2. Larangan Berpakaian Isbal, ditulis oleh Walid bin
Muhammad Nabih bin saifur Nashr, diterbitkan oleh Pustaka At-
Tibyan.



Adab Berpakaian Lelaki
Muslim
29 January 2014, 8:00 pm
adab, adab muslim, aurat, baju muslim, Dzikir, Isbal,
pakaian, syuhrah
Bismillaah..
Pakaian merupakan nikmat agung yang
telah Allah anugerahkan kepada hamba-
hamba-Nya, supaya mereka menutup aurat mereka dengannya.
Kemudian, Allah menambahkan kenikmatan tersebut dengan
menganugerahkan riyaasy (pakaian indah) sebagai perhiasan.
Allah Taala berfirman yang artinya, Hai anak Adam,
sesungguhnya Kami telah menurunkan kepada kalian pakaian
untuk menutupi aurat kalian dan pakaian indah untuk
perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang lebih baik. Hal itu
semua merupakan ayat-ayat Allah, supaya mereka berdzikir
mengingat-Ku. (QS. al-Araf : 26).
Oleh karena itu, seorang Muslim hendaknya memperhatikan
ada-adab yang berkaitan dengan pakaian, diantaranya :
Wajib menutup aurat
Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan dalam tafsirnya
terhadap ayat di atas, Allah telah memberikan kenikmatan
kepada hamba-hamba-Nya berupa pakaian dan raisy (pakaian
indah). Pakaian digunakan untuk menutup aurat, dimana hal ini
merupakan perkara yang wajib; sedangkan raisy digunakan
untuk perhiasan, dimana hal ini merupakan penyempurna dan
tambahan. (Tafsirul Quranil Adziim).
Menutup aurat merupakan adab mulia yang diperintahkan dalam
agama islam. Bahkan, seseorang dilarang melihat aurat orang
lain, karena hal tersebut dapat menimbulkan kerusakan, dimana
syariat menutup semua celah terjadinya kerusakan. Rasulullah
shallallaahu alaihi wa sallam bersabda, Janganlah seorang
laki-laki melihat aurat laki-laki lainnya. . (HR. Muslim, 338)
Jumhur ulama mengatakan bahwa aurat laki-laki ialah dari lutut
hingga pusar.
Mengenakan pakaian sederhana
Hendaknya seorang muslim meninggalkan pakaian mewah dan
mahal. Hal ini dapat menjauhkannya dari sifat sombong, dan
menjadikannya dekat dengan orang-orang sederhana dan miskin.
Selain itu, Allah akan menjauhkannya dari sifat suka berfoya-
foya, serta perasaan iri dan dengki dari sesama muslim.
Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda,
Barangsiapa meninggalkan suatu pakaian dengan niat
tawadhu karena Allah, sementara ia sanggup mengenakannya,
maka Allah akan memanggilnya pada hari kiamat di hadapan
seluruh makhluk, lantas ia diperintahkan untuk memilih
perhiasan iman mana saja yang ingin ia pakai. (HR. Ahmad,
dan Tirmidzi, lihat Silsilatul Ahaadist ash-Shahiihah : 718)
Memulai dari sebelah kanan
Ummul mukminin, Aisyah radhiyallahu anha berkata,
Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam suka mendahulukan
bagian kanan daripada bagian yang kiri ketika mengenakan
sandal, bersisir, bersuci, dan dalam semua urusannya (yang
mulia). (Muttafaqun alaih)
Imam an-Nawawi rahimahullah mengatakan, Kaidah dalam
syariat bahwasanya disunnahkan memulai dengan kanan dalam
semua urusan yang berkaitan dengan kemuliaan dan keindahan.
(Syarh Muslim : 1/3/160)
Memakai pakaian Putih
Pakaian berwarna putih lebih baik dari pakaian berwarna lain,
walaupun itu tidak terlarang. Rasulullah shallallaahu alaihi wa
sallam bersabda, Pakailah pakaian berwarna putih, karena
pakaian berwana putih lebih suci dan lebih baik. Kafankanlah
jenazah kalian dengan kain putih (HR. Ahmad, an-Nasaai, dan
selain keduanya, lihat Shahiihul Jaami : 1235)
Tidak mengenakan pakaian syuhrah (sensasional)
Dikatakan pakaian syuhrah karena pakaian tersebut membuat
pemakainya menjadi pusat perhatian, baik karena jenis pakaian
tersebut sangat mewah, atau sangat berbeda dengan kebanyakan
orang, atau pakaian tersebut sudah sangat lusuh dan compang-
camping, atau pakaian tertentu yang dipakai agar menjadi
terkenal.
Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda,
Barangsiapa memakai pakaian syuhrah, maka Allah akan
memakaikan pakaian yang serupa pada hari kiamat nanti.
Kemudian, dalam pakaian tersebut akan dinyalakan api
Neraka. (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah, lihat Shahiihul
Jaami : 6526)
Tidak memanjangkan pakaian hingga melewati mata kaki
(isbal)
Hadis-hadis yang melarang isbal (bagi laki-laki) sangat banyak,
bahkan mencapai batas hadis mutawatir maknawi. Hadits-hadits
dalam masalah ini diriwayatkan dari banyak shahabat, seperti :
Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Ibnu Masud, Abu Huraira, Anas, Abu
Dzar, dan selain mereka radiyallahu anhum ajmaiin.
Diantara hadis-hadis tersebut ialah
Sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam, Kain
sarung yang terjulur di bawah mata kaki tempatnya ialah
di neraka. (HR. Bukhari : 5787)
Beliau juga bersabda, Tiga macam orang yang pada hari
kiamat nanti Allah tidak akan mengajak bicara, tidak
melihat mereka, tidak menyucikan mereka, dan bagi
mereka adzab yang pedih. Kemudian beliau melanjutkan,
(Yaitu) musbil (orang yang isbal), mannaan (orang yang
mengungkit-ungkit pemberian), dan orang yang melariskan
barang dagangannya dengan sumpah palsu. (HR. Abu
Dawud, dan dishahihkan oleh al-Albaaniy)
Oleh karena itu, pengharaman isbal secara umum bagi laki-laki
merupakan perkara yang disepakati oleh para ulama.
Isbal dan kesombongan
Isbal merupakan dosa besar jika disertai dengan kesombongan.
Isbal juga tetap diharamkan, menurut pendapat yang paling kuat,
walaupun tanpa disertai kesombongan, karena isbal itu sendiri
merupakan kesombongan. Rasulullah shallallaahu alaihi wa
sallam bersabda, Hati-hatilah kamu dari isbal, karena
sesungguhnya isbal merupakan kesombongan. (HR. Ahmad
dan Abu Dawud, lihat Shahiih Abi Dawud : 3442)
Dimanakah sebaiknya ujung sarung / celana?
Dalam hal ini, terdapat tiga keadaan dimana semua keadaan
tersebut merupakan sunnah dari Nabi shallallaahu alaihi wa
sallam.
1. Tepat di tengah betis. Utsman bin Affan radhiyallahu
anhu berkata, Sarung Rasulullah shallallaahu alaihi wa
sallam ialah sampai di tengah betis beliau shallallaahu
alaihi wa sallam. (HR. Tirmidzi). Ibnu Umar
radhiyallahu anhuma berkata, Sarung seorang mukmin
ialah sampai di tengah betis. (HR. Muslim)
2. Sedikit di atas tengah betis. Rasulullah shallallaahu alaihi
wa sallam bersabda, Sarung seorang mukmin ialah
sampai sedikit di atas tengah betis, kemudian sampai
tengah betis, kemudian sampai dua mata kaki. Maka
barangsiapa di bawah kedua mata kaki, maka dia di
Neraka. (HR. Ahmad dan Abu Awwaanah)
3. Di antara tengah betis, hingga mata kaki. Batasan ini bisa
diambil dari hadis di atas.
Untuk mendapatkan penjelasan lebih rinci dalam masalah ini,
silahkan meruju ke kitab Hadduts Tsaub wal Uzroh, wa
Tahriimul Isbaal wa Libaasu Syuhrah karya Syaikh Bakr Abu
Zaid rahimahullah.
Tidak memakai emas dan pakaian sutra
Emas dan pakaian sutra haram dipakai oleh kaum laki-laki,
tetapi boleh bagi kaum wanita. Rasulullah shallallaahu alaihi
wa sallam bersabda, Emas dan sutra dihalalkan bagi kaum
wanita dari umatku, dan diharamkan bagi kaum laki-laki. (HR.
Ahmad dan Nasaai, lihat Shahiihul Jaami : 209)
Tidak menyerupai pakaian orang kafir
Diantara sikap yang seharusnya dimiliki seorang muslim ialah
berusaha menyelisihi setiap urusan orang-orang Yahudi,
Nashrani, dan orang-orang Musyrik (hindu, budha, dan
selainnya). Penyelisihan ini mencakup juga penyelisihan dalam
hal berpakaian.
Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam bersabda,
Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk
golongan mereka. (HR. Abu Dawud, Syakh al-Albani
mengatakan, hasan shahiih)
Tidak menyerupai wanita
Disadari atau tidak, perkara ini telah tersebar di zaman sekarang
ini. Kita banyak mendapatkan sebagian pemuda yang
menyerupai kaum wanita dalam berpakaian, berhias, dan
memilih warna. Padahal, perkara itu merupakan perkara yang
dilaknat oleh Allah Taala. Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda, Allah melaknat wanita yang menyerupai laki-
laki, dan laki-laki yang menyerupai wanita. (HR. Bukhari
5885)
Beliau juga bersabda, Allah melaknat laki-laki yang memakai
pakaian wanita, dan wanita yang memakai pakaian laki-laki.
(HR. Abu Dawud dan Hakim, lihat Shahiihul Jaami : 5095).
Bersyukur dan mengamalkan doa-doa yang berkaitan
dengannya
Segala kenikmatan yang diperoleh oleh seseorang merupakan
karunia dari Allah Taala semata. Demikian juga dengan
pakaian, dimana hal tersebut merupakan kenikmatan yang
sangat agung, juga merupakan karunia dari Allah Taala. Dia
Taala berfirman yang artinya, Hai anak Adam, sesungguhnya
Kami telah menurunkan kepada kalian pakaian untuk menutupi
aurat kalian dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian
takwa itulah yang lebih baik. (QS. al-Araf : 26)
Oleh karena itu, sudah seharusnya kita bersyukur atas itu semua,
baik dengan hati, lisan, dan anggota badan kita.
Di sisi lain, sebagai bentuk kasih sayang Rasulullah shallallaahu
alaihi wa sallam kepada kita, beliau telah mengajarkan doa-doa
khusus yang berkaitan dengan pakaian, mulai dari doa ketika
kita memakai pakaian baru, doa kepada orang yang memakai
pakaian baru, dan doa-doa lainnya. Maka, hendaknya seorang
muslim bersemangat dalam menghafal dan mengamalkan doa-
doa tersebut. Silahkan meruju ke kitab-kitab doa untuk melihat
secara rinci tentang hal ini, misal kitab Hisnul Muslim karya
Syaikh Said bin Wahf al-Qahthaaniy hafidzahullaah.
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan pakaian kepada
kita sebagai rezeki dari-Nya, tanpa daya dan kekuatan dari kita.
Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Nabi
Muhammad, keluarga, shahabat, dan orang-orang yang
mengikuti jalan mereka hingga hari kiamat nanti.

Maraji Utama :
Kitaabul Aadaab, karya Fuad bin Abdul Aziiz Syalhub
rahimahullah
Mausuuatul Aadaab al-Islaamiyah (edisi terjemahan),
karya Abdul Aziiz bin Fathi rahimahullah
Hadduts Tsaub wal Uzroh, wa Tahriimul Isbaal wa
Libaasu Syuhrah karya Syaikh Bakr Abu Zaid
rahimahullah

Anda mungkin juga menyukai