Anda di halaman 1dari 6

TENTANG SESUATU YANG DIHARAP DARI RAHMAT ALLAH SWT

Orang yang mendapat rahmat Allah SWT, maka ia dicintai-Nya. Jika Allah sudah cinta,
maka apapun yang hamba-Nya inginkan, akan dikabulkan. Sedikit amalan pun, jika
Allah sudah cinta, maka surga pun jaminannya

Apa itu rahmat?
Limpahan Rahmat atau kasih sayang Allah adalah satu anugerah Allah kepada hamba-
hamba-Nya yang terpilih. Ia satu anugerah yang paling besar di dunia dan di akhirat
kerana dengan rahmat ini seseorang akan terpilih untuk memasuki syurga-Nya.
1

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: Awal bulan
Ramadan adalah Rahmah, pertengahannya Maghfirah, dan akhirnya Itqun Minan Nar
(pembebasan dari api neraka).

Hari ini, hari keempat di bulan Ramadlan, masuk ke dalam bagian sepuluh hari pertama.
Pada hari-hari tersebut, Allah SWT menurunkan rahmat yang sangat besar. Allah
melimpahkan kasih sayang-Nya kepada siapa saja yang berpuasa pada sepuluh hari
pertama di bulan ini. Bahkan, Allah membukakan pintu surga yang hanya ditujukan
untuk orang yang berpuasa.

Dari Sahal bin Saad RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya di Surga ada
salah satu pintu yang dinamakan Rayyan; masuk dari pintu tersebut ahli shaum (puasa)
di hari kiamat, tidak ada yang masuk dari pintu itu selain ahli shaum, lalu diserukan
Manakah para ahli shaum?, maka berdirilah para ahli shaum dan tak ada seorangpun
yang masuk dari pintu itu kecuali mereka yang tergolong para ahli shaum, dan apabila
mereka sudah masuk, maka pintu surga tersebut segera tertutup, dan tak ada satupun
yang diperbolehkan masuk setelah mereka .(H.R. Bukhari dan Muslim).

Betapa terasa rahmat Allah bagi orang yang berpuasa. Ia merasakan nikmat perjuangan
melawan lapar, haus, dan dahaga, juga nafsu dunia yang memesona. Bahkan, hal-hal
sederhana seperti kesempatan berbuka puasa bersama keluarga, merasakan perihnya
rasa lapar dan dahaga, dan amal shaleh yang mendadak rajin dikerjakan, itu semua
hanya dirasakan bagi orang yang berpuasa di bulan Ramadlan. Padahal, di bulan-bulan
biasanya (selain Ramadhan), kesempatan untuk berkumpul bersama keluarga untuk
beberapa orang, mungkin jarang bahkan tidak sama sekali. Lapar dan dahaga dirasakan
sangat berarti hanya pada bulan Ramadlan. Pun dalam melakukan amal, terkadang
semangat itu muncul hanya pada saat Ramadlan.


Untuk siapa rahmat Allah?

Dalam khazanah tasawuf, rahmat terbagi menjadi dua. Pertama, Rahmat Dzaatiyyah,
yaitu Rahmat dan Anugerah yang diberikan Allah SWT kepada semua mahluk-Nya tanpa
terkecuali dan diskriminasi. Kedua, Rahmat Khushushiyyah, yaitu Rahmat dan kasih
sayang yang Allah hanya berikan kepada hamba-hamba pilihan-Nya.
2


Berbicara tentang Rahmat merupakan hal yang paling penting dalam hidup. Mengapa
dunia ini diciptakan, mengapada ada surga dan neraka, mengapa pula kita berada di
muka bumi, semuanya terjadi atas rahmat Allah SWT. Allah SWT Maharahman, kasih-
Nya meliputi semua makhluk-Nya. Allah SWT Maharahim, sayang-Nya hanya itujukan
pada hamba-Nya yang shaleh.

Lebih jauh lagi tentang rahmat, berikut penulis mengambil berbagai dalil dari kitab
Tanbihul Ghafilin karangan Al-Imam Al-Faqih Abu Laits As-Samarqandi. Dalam bab tujuh
kitab ini, dijelaskan tentang sesuatu yang diharap dari rahmat Allah SWT.

Al-Faqih meriwayatkan dengan sanadnya dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW
bersabda: Allah menjadikan rahmat 100 bagian, lalu 99 bagian di bumi saling berkasih
sayang satu dengan yang lainnya, sampai-sampai kuda menjunjung kakinya,
mengkhawatirkan anaknya terinjak.

Firman Allah SWT:
Bahwasanya rahmat Allah sangat dekat bagi orang-orang yang berlaku baik. (QS Al-
Araf 56).
Pertama, Allah pasti memberikan rahmat-Nya kepada orang yang berlaku baik (muhsin).
Selain dicintai oleh sesama manusia, orang yang selalu berbuat kebaikan tidak akan
pernah lepas dari rahmat Allah. Sungguh, Allah menyayanginya dengan syarat ia
mengerjakan kebaikan (amal shalih) dengan ikhlas.
Allah berfirman:
Barangsiapa mengharapkan rahmat dan bertemu Tuhannya, maka lakukanlah amal
shalih dengan ikhlas, jangan mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada
Tuhannya. (QS. Al-Kahfi 110).
Lalu, apakah rahmat Allah pun berlaku bagi orang-orang yang tidak beriman kepada
Allah?
Al-Quran surat Al-Araf ayat 156 menjelaskan,
Rahmat-Ku meliputi segala sesuatu......
Ibnu Abbas berkata bahwa ketika ayat tersebut turun, lalu Iblis menyahut: Saya bagian
dari itu, demikian pula Yahudi dan Nasrani. Kemudian turunlah lanjutan ayat tersebut.
Lalu rahmat tersebut Ku-tetapkan khusus untuk orang-orang yang bertakawa tidak
syirik, mengeluarkan zakat dan hartanya, dan yang beriman pada ayat-ayat Kami. (QS
Al-Araf 156).
Maka dengan lanjutan tersebut, Iblis berputus asa, tidak mengharap rahmat-Nya.
Sedangkan Yahudi dan Nasrani tidak mengakui kesalahannya. Kemudian turunlah ayat
berikutnya:
Yaitu orang-orang yang beragama Islam (mengikuti Rasulullah), Nabi Ummi yang
namanya tertulis di dalam kitab Taurat dan Injil. (QS. Al-Araf 157).
Sesudah ayat tersebut turun (Al-Araf 157), maka Yahudi dan Nasrani tidak lagi berani
mengharap rahmat Allah SWT dan yang pantas mengharap rahmat terbesar adalah
khusus orang-orang mukmin.
Ada suatu kisah tentang luasnya rahmat Allah SWT. Dari Muhammad bin Munkadir, dari
Jabir pula, katanya: Rasulullah SAW datang kepada kami lalu bersabda: Baru saja Jibril
datang kepadaku tadi, katanya: Hai Muhammad, demi Allah bahwasanya ada seseorang
yang melakukan ibadat kira-kira 500 tahun di atas puncak sebuah gunung, yang luas,
panjangnya 30 x 30 hasta, dan laut melingkar di sekitarnya seluas 4000 farsakh dari
setiap penjuru, di bawah gunung tersebut terdapat sumber air jernih kira-kira satu jari
lebarnya, dan terdapat pula pohon buah delima yang sengaja disediakan Allah untuknya
(setiap hari mengeluarkan buahnya satu biji), setiap sore sesudah berwudhu buah
tersebut diambil dan dimakan, kemudian ia lakukan salat seraya berdoa mohon diambil
nyawanya di tengah-tengah melakukan sujud, dan agar tubuhnya tidak tersentuh bumi
atau lainnya hingga ia bangkit di Hari Kiamat tengah bersujud kepa Allah.
Maka permohonannya dikabulkan Allah SWT. Kare itu, setiap kami lewat (naik-turun
langit) pasti dia tengah bersujud. Sahut Jibril, Kami temukan tulisannya di lauhil
mahfuzh bahwa ia akan dibangkitkan kelak di Harii Kiamat dan diajukan kepada Allah
SWT. Firman-Nya: Masukkan hamba-Ku ini ke surga kerena rahmat-Ku. Tetapi ia
menjawab, Melainkan karena amalku semata.
Lalu Dia tugaskan malaikat untuk menghitung nikmat mata saja sudah melebihi pahala
ibadatnya sepanjang 500 tahun, padahal nikmat-nikmat lainnya jauh lebih besar dan
berharga. Lalu firman-Nya: Lemparkan ia ke neraka!. Tetapi di tengah perjalanan
menuju neraka, ia menyadari kekeliruannya dan menyesal seraya berkata: Yaa Allah,
masukkanlah aku ke surga karena rahmat-Mu. Akhirnya firman-Nya kepada malaikat:
Kembalikanlah dia.
Lalu ditanya Allah: Siapakan yang menciptakan kamu dari asalnya (tiada)?.
Jawabnya: Engkau, yaa Allah.
Kata Allah, Lalu hal itu dikarenakan amalmu ataukah rahmat-Ku?.
Jawabnya: Karena Rahmat-Mu.
Siapakah yang menguatkan kamu beribadat sepanjang 500 tahun?
Jawabnya: Engkau, yaa Allah.
Dan siapakah yang menempatkan kamu di atas gunung, dikelilingi laut sekitarnya, di
kaki gunung tersebut memancar sumber air tawar dan tumbuh pohon delima yang
buahnya kau petik setiap sore padahal menurut hukum adat, delima hanya dapat
berbuah setahun sekali, lalu kau minta mati dalam keadaan bersujud, siapakah yang
melakukan itu semua?.
Jawabnya: Engkau, yaa Allah.
Firman-Nya: Maka sadarlah kamu bahwa semua itu semata karena rahmat-Ku dan
sekarang Aku masukkan kamu ke surga semata kerena rahmat-Ku.
Kemudian sahut Jibril: Segalanya (di alam ini) bisa ada atau terjadi, semata hanya
karena rahmat Allah SWT.
Dari kisah tersebut, kita harus yakin bahwa rahmat-Nya sangat luas, melebihi segala
amal yang dilakukan sebanyak apapun. Oleh karena itu, manusia tidak bisa
mengandalkan amalnya sendiri. Manusia seluruhnya ada dalam kebergantungan pada-
Nya.
Kata Hasan RA, Nabi SAW bersabda: Ketika seorang Muslim menjelang matinya
(hatinya selalu mengharap rahmat Allah dan takut atau khawatir siksaan-Nya, pasti Allah
memenuhi harapannya dan menjauhkan rasa takut atau khawatirnya.
Sabda beliau pula: Tiada seorangpun dan kamu yang selama ini hanya mengandalkan
amalnya sendiri. Mereka (para sahabat) bertanya, Engkau juga tidak ya Rasulullah?
Jawab beliau: Akupun tidak, kecuali jika Allah mencurahkan rahmat-Nya. Oleh karena
itu berlaku sedanglah kalian, lakukanlah secara langgeng semua ibadah atau amalmu,
baik pagi atau sore hari, dan sedikit malam, berlaku sedanglah agar kamu selamat.
(Hadits Riwayat Abu Said Al-Maqbari, dari Abu Hurairah).
Apa keuntungan bagi orang yang mendapat rahmat Allah?
Daripada Abdullah bin Umar, bahawa Rasulullah SAW bersabda: Barangsiapa yang
dibukakan baginya pintu doa, maka dibukakanlah baginya pintu rahmat, tidak ada
permintaan yang lebih disukai daripada seorang meminta kesehatan dan bahwasanya
doa bermanfaat untuk perkara yang sudah terjadi maupun yang belum terjadi dan tidak
ada yang menolak ketetapan selain doa, maka berdoalah kamu wahai hamba Allah.
(Hadis Riwayat Abdullah bin Umar).
Orang yang mendapat rahmat Allah SWT, maka ia dicintai-Nya. Jika Allah sudah cinta,
maka apapun yang hamba-Nya inginkan, akan dikabulkan. Sedikit amalan pun, jika Allah
sudah cinta, maka surga pun jaminannya.
Itulah sedikit tentanhg sesuatu yang diharap dari rahmat Allah. Rahmat Allah lebih besar
daripada amalan kita. Rahmat Allah tidak akan pernah terbalas oleh ama sebesar
apapun. Oleh karena itu, mari kita raih rahmat-Nya di sepuluh hari pertama bulan
Ramadlan ini. Yuk kita berpuasa dengan sebenar-benarnya puasa. Dan ingtalah bahwa,
kita mendapat kemenangan hanya karena Rahmat-Nya, bukan semata-mata amal kita.
Wallahualam bishshawab.

Referensi
1
http://www.rahmatallah.com/
2
http://ustadchandra.wordpress.com/

4 Ramadlan 1435 H
Hanifah Nurawaliah

Anda mungkin juga menyukai