Anda di halaman 1dari 8

Pelayanan Sidang Tilang di Pengadilan Negeri Bekasi

Hari jumat pagi tanggal 16 Desember 2011, saya dan teman saya harus datang sidang tilang di
pengadilan negeri bekasi. Sebelumnya saya sudah pernah mengalami kasus sama dan harus urus
disini. Seperti biasa disini sudah banyak calo yang menyediakan jasa untuk menggantikan
orangnya dalam sidang. Tarif calo tergantung dari kasusnya. Paling mahal dua ratus ribu rupiah.
Menurut saya, calo ini membantu bagi orang pada hari itu ada kegiatan. Apalagi sidangnya tidak
bisa ditentukan jam beberapa selesainya. Akan tetapi, tarifnya terlalu mahal. Karena denda yang
diberikan Rp 60.000 sampai Rp 100.000. Jadi, Si Calo bisa untung Rp 100.000 sampai Rp
140.000. Belum lagi Si Calo ini bisa tanganin sampai sepuluh orang. Bisa dibayangkan
keuntungan hari itu.
Namun, saya bukan membicarakan tentang calo. Melainkan sistem penanganan sidang tilang.
Untuk kali ini saya melihat ada sedikit kemajuan daripada sebulumnya saya kesini. Sudah
pemisahan lokasi tempat sidang tilang. Untuk tilang Kota Bekasi lokasinya di Pengadilan Negeri
Bekasi dan untuk tilang Kabupaten Bekasi lokasinya di Kalimas. Itu kemajuan yang sangat
bagus untuk mengurangi kepadatan antrian. Yang menjadi masalah adalah informasi yang tidak
jelas. Informasi kapan dimulainya pengambilan nomor dan waktu masuk diruang sidang,
Informasi yang beredar pada saat itu pukul 08.00. Informasi ini didapat pada saat polisi
memberikan surat tilang. Selain itu juga, lokasi pengambilan nomor antrian. Ada yang bilang di
belakang gedung pengadilan negeri bekasi. Ada juga bilang di gedung BNK. Akhirnya saya
menunggu di gedung BNK. Setelah setengah jam menunggu, baru ada kepastian pengambilan
nomor itu di belakang gedung pengadilan negeri bekasi, Semua orang yang ada di gedung BNK
berlarian ke gedung belakang pengadilan bekasi.
Di gedung belakang pengadilan terjadi keributan sampai pembagian nomor dihentikan. Biasa
akibat dari dorong dan berebutan nomor. Selanjutnya, saya dapat nomor 53 dan disuruh petugas
ke ruang sidang. Di depan ruang sidang dibagi menjadi dua kelompok, ganjil dan genap.
Namun, saya harus menunggu lagi. Karna pada saat itu pegawai pengadilan punya acara senam
pagi. Tidak lama kemudian mungkin sekitar satu jam menunggu sidang pun dimulai. Akan
tetapi, ada perubahan tempat sidang bagi nomor antrian ganjil Antrian nomor ganjil dipindahkan
ke gedung BNK. Sampainya di sana saya harus menunggu lagi sekitar setengah jam untuk mulai
sidang. Karna disana belum ada hakim dan petugas. Sedangkan di antrian genap sudah dimulai
sidangnya.
Singkat cerita, saya baru menyelesaikan sidang jam setengah dua belas. Sedangkan saya sudah
datang dari jam tujuh pagi. Ini sangat ironis. Jadwalnya seharusnya jam delapan sesuai
keterangan dari pihak polisi. Mungkin sebaiknya pihak pengadilan membuat sebuah bagan alur
sidang dan menempelkan jadwal sidang. Supaya tidak ada kerancuan dan keributan. Selain itu,
memudahkan orang untuk mengatur waktunya.

Alamat: Jalan Pramuka No. 81, Bekasi, Jawa Barat 17141
Telepon:(021) 88955971



Prosedur Pengurusan Surat Tilang
Blog - Story
0 Comments
Kalau sudah sering berkendara di Kota Jakarta pasti pernah
mengalami peristiwa dimana polisi memberhentikan kita di
jalanan. Entah itu karena hanya pemeriksaan biasa, ataupun
karena kita melakukan pelanggaran lalu lintas. Awalnya
saya agak nervous kalau ketemu polisi, dan memang saya
sempat beberapa kali kena tilang dan seperti biasa saya
berusaha pake cara damai aja.

Nah terakhir saya mengalami nasib yang kurang lebih apes,
baru pulang dari ketemu client di Jl. Panjang. Karena mobil agak padat, jadi saya gunakan jalur
busway, dan seorang polisi udah menunggu di depan sana.

"Yah apes..."

STNK dan SIM saya diambil, lalu di ajak ke pondokan...

"Ini saya tilang ya pak...", ucap si polisi.

Dalam hati saya mikir, "Ya emang kalau kena pelanggaran harus ditilang kan..."

Lalu saya bilang, "Iya pak tilang aja, saya gak bawa duit. Kebetulan saya lagi gak sibuk."

Si polisi keliatan agak kebingungan, tapi akhirnya dia mulai nulis juga di surat tilang.
Berdasarkan informasi yang saya terima dari seorang teman saya, kita sebaiknya mengambil
struk yang biru, karena struk biru menyatakan bahwa kita mengakui kita bersalah, sehingga tidak
akan dipersulit nantinya di pengadilan atau pengambilan SIM/STNK kita yang ditahan.

Lalu sengaja saya tanyain tuh polisi yang keliatannya masih muda, saya tanya dia panjang lebar.

"Pak ini nantinya saya harus bayarkan dendanya kemana? Pak bisa lewat tranfer BCA gak?
Tolong minta alamat lengkap pak saya harus bayar kemana? Bedanya struk yang biru dan putih
apa pak?"

Cecar pertanyaan banyak-banyak deh... Katanya bedanya kalau struk yang putih, pengambilan
SIM/STNK yang ditahan baru bisa 7 hari kemudian setelah tilang, dan pembayaran langsung di
kantor polisi yang ditunjuk. Sementara struk yang biru bisa 3 hari kemudian setelah tilang,
pembayaran harus lewat BRI, dan pengambilan SIM/STNK yang disita di kantor polisi yang
ditunjuk.

Ini bagian yang PALING LUCU...

"Pak, berapa denda yang harus saya bayar? Ditulis ya pak..."

Dengan cengir-cengir si polisi menjawab, "Oh kalau itu nanti di tanya ke BRI aja pak,
MUNGKIN sekitar 40ribuan..."

"Yakin pak gak perlu ditulis di surat tilang ini pak? Jadi saya nanti tinggal bawa ke BRI saja dan
kasir udah tau berapa saya harus bayar?"

"Iya pak", jawab si polisi dengan cengar cengir lagi...

Berdasarkan yang tertulis di surat tilang, nama polisi tersebut adalah SUPRI, yang masih
berpangkat BRIPTU, dari kesatuan GATUR.


Nah 3 hari kemudian saya bawa deh surat tilang saya ke BRI, hendak membayar dan yang tidak
saya duga ternyata pihak BRI tidak mau menerima pembayaran saya karena tidak jelas berapa
nominal yang harus saya bayar berdasarkan pelanggaran yang saya lakukan. Jadi saya diminta
untuk mencari polantas mana saja yang ada di jalan untuk mengisikan berapa nominal yang
harus saya bayar berdasarkan pelanggaran yang saya lakukan. Ya ampun, udah mengikuti
peraturan yang berlaku dan menaati hukum masih aja direpotin kayak begini, entah itu disengaja
supaya merepotkan saya, ataukah polisi mudanya masih ijo ya? Gak ngerti dan gak pernah
menilang pelanggar lalu lintas. Mungkin sering memberhentikan orang kali, tapi semuanya
damai, jadi gak ada pengalaman nulis surat tilang. Dengan hati dongkol saya berusaha
memaklumi, tapi jujur saya kecewa sekali dengan sistem yang gak jelas ini. Alhasil saya nyari-
nyari di jalanan dan menemukan seorang polantas bermotor, dan beliau membantu dengan
menuliskan berapa nominal yang harus saya bayar. Dan ketika saya kembali ke BRI, setelah
mengarungi jalanan yang macet minta ampun, sampai sana BRI udah tutup...

Great!! Mudah-mudahan besok-besok saya bisa ketemu lagi dengan PAK SUPRI, BRIPTU
GATUR yang ganteng, supaya saya bisa menegaskan lagi, "PAK KOK GAK DITULIS
NOMINALNYA DENDA SAYA!!??"

So buat sharing para pembaca, next time kena tilang, gak apa apa, buat pengalaman, kalau gak
sibuk ngurusinnya, tegaskan beberapa hal di bawah ini kepada si polisi :
1. Berapa denda yang harus dibayar, harus tertulis dengan jelas
2. Siapa nama polisi dan dari kesatuan mana
3. Minta no hp si polisi, jadi kalau ada masalah bisa langsung contact, coba misscall dulu
supaya meyakinkan kalau tuh polisi gak asal kasih nomor
4. Tanya kemana harus membayar
5. Tanya kemana bisa mengambil kembali STNK/SIM yang disita
6. Kasih dia sita SIM aja, STNK lebih penting karena kalau parkir kan kita sering harus
nunjukin STNK
7. Ambil struk biru aja, lebih cepet beresnya, tinggal transfer denda di Bank BRI dan ambil
SIM/STNK ke kantor polisi yang ditunjuk

So sebetulnya ngurus tilang itu gak terlalu sulit asalkan kita tau prosedurnya yang benar. Toh
kita gak sering-sering amat pake SIM kita kan? Cuma kalau di razia aja, untuk ditunjukin ke
polisi. Biasakan mengikuti peraturan dan hukum yang berlaku dengan baik dan benar aja.


Kena Tilang? Jangan Asal Minta Slip Biru
13 Replies
Pemakai smartphone BlackBerry pasti sampai bosen dapat BM tentang Slip Biru Saat Kena
Tilang. Berita ini tidak akan pernah basi tidak akan pernah tertimbun berita lainnya selama
pengguna kendaraan bermotor masih berjuta banyaknya. Selama masyarakat belum paham arti
masing-masing warna lembaran surat tilang.
Ditulis ulang dari Radar Malang edisi hari Selasa, 29 Januari 2013, berikut beberapa info tentang
surat tilang yang perlu kita ketahui sebagai pemakai jalan.
Mohon dibaca dengan teliti.
Prosedur penindakan tilang ada dua. Saat pelanggar ditilang akan diberi surat tilang warna merah
atau biru. Jika blanko merah yang diterima berarti pelanggar mengakui telah melakukan
kesalahan dan akan mengikuti sidang pelanggaran tilang di pengadilan negeri setempat. Di situ
telah ada keterangan waktu dan tempat sidang. Setelah mengikuti sidang, maka pelanggar akan
divonis membayar berapa. Setelah membayar ke panitera, baru barang bukti diserahkan. Barang
bukti yang disita mulai SIM, STNK hingga kendaraan.
Blanko biru adalah surat tilang untuk mereka yg tidak mampu mengikuti sidang. Misalnya
untuk pelanggar jarak jauh, mereka bisa membayar lewat BRI sebagai bank yg ditunjuk
kepolisian. Setelah membayar disertai tanda bukti pembayaran kemudian diserahkan ke polisi.
Nantinya polisi yang akan mewakili sidang di pengadilan. Setelah vonis dan membayar denda
maka polisi akan menyerahkan barang bukti dan uang lebih jika ada sisa pembayaran.
Masyarakat sering memaksa meminta surat tilang warna biru tanpa mengerti bahwa
mereka harus membayar denda maksimal tanpa melalui proses persidangan. Sayangnya, di Kota
Malang sendiri masih memberlakukan sidang di pengadilan negeri, sidang di tempat belum ada.
Sehingga pelanggar tetap diberi surat tilang warna merah.
update dari @gilamotor: jika slip/blanko biru yang dipaksakan diminta, pelanggar bisa kena
denda maksimal.
Surat tilang blanko hijau diserahkan di pengadilan sebagai dokumen Pengadilan Negeri.
Lembar blanko kuning sebagai dokumen untuk arsip polisi.
Warna putih untuk dokumen di Kejaksaan.
Jadi, masih mau ribet kena tilang? Kalau ngga mau, caranya gampang kok. Lengkapi kendaraan
sesuai dengan syarat yang diberlakukan. Jangan lupa bawa SIM dan STNK sebelum bepergian.
Dan pakailah selalu helm kamu agar kepalamu aman





Slip Tilang Merah Versus Slip Tilang Biru
REP | 06 March 2013 | 14:18 Dibaca: 11918 Komentar: 14 1

Dokumen pribadi
Saya pernah membaca sebuah artikel di blog dan milis terkait slip tilang biru yang dikeluarkan
oleh Bapak Polisi lalu lintas yang menandakan bahwa kita mengakui kesalahan dan diminta
membayar ke Bank BRI dengan membawa Bukti tilang dari Pak Polisi tersebut. Setelah
membayar ke BRI kita diminta mengambil STNK/ SIM yang sebelumnya ditahan dengan
menyerahkan bukti setoran dari BRI. Setelah itu perkara selesai, dalam artian kita tidak akan
terlibat dengan kepolisian lagi karena sudah mmbayar kewajiban tilang dan surat-surat kitapun
bisa langsung kita ambil. Mudah bukan.
Bagi orang yang anti memberi jajan kepada Pak Polisi atau Orang yang sedang perjalanan ke luar kota
mungkin kalau melihat cerita di atas akan memilih cara tadi ketimbang kita ikut sidang dengan jumlah
terdakwa (peserta) diatas lima ratus orang lebih pada hari tersebut. Berdasarkan pengalaman pribadi,
ternyata kenyataannya tidak seindah cerita di atas.
Kejadian sebenarnya adalah sebagai berikut ;
Ketika kita kena tilang, maka polisi yang baik akan menawarkan 3 pilihan. Pilihan pertama kita di
tawarkan slip tilang warna merah, pilihan kedua ditawari slip tilang warna biru dan tawaran terakhir
adalah tanpa slip tilang (damai ditempat).
Jika kita memilih opsi pertama (slip tilang warna merah) maka untuk mengambil STNK/SIM
yang ditahan Bapak Polisi yang terhormat maka kita harus mengikuti sidang Pelanggaran lalu
lintas di Pengadilan Negeri setempat. yang jangka waktunya paling cepat 2 pekan dan paling
lama satu bulan setelah kita menerima slip tilang. Undangan yang tertera di slip tilang biasanya
jam 08.00, tetapi setelah 2 kali mengikuti Sidang tersebut, persidangan baru dibuka pukul 09.00
WIB. Jika kita mendapat nomer urut 500 keatas, maka disarankan untuk datang jam 10.00 WIB
agar tidak menunggu terlalu lama. untuk nomer urut yang lain bisa diperkirakan sendiri.
Untuk mendapatkan nomor urut, kita harus mencocokan nomor tilang terlebih dahulu di papan
informasi tilang yang sudah disediakan oleh panitia setempat. Ketika kita datang pagi-pagi maka kita
harus bergelut untuk mendapat nomor tersebut dengan ratusan orang lainnya. Kalau kita tidak ingin
repot, biasanya ada orang yang menawarkan jasa agar kita mendapat nomor urut dengan tidak ikut
berdesakan, cukup dengan mengeluarkan Rp 2000,-. Setelah orang yang menawarkan jasa itu mendapat
nomor urut untuk kita, maka dia akan segera melapor ke kita dan akan mengarahkan kita pada ruangan
tempat persidangan. Duduk yang manis jika masih tersedia kursi, kalau sudah kehabisan kursi berarti
bersabar berdiri sembari nunggu panggilan dari Pak Hakim.
Panitia biasanya menyebutkan range nomer urut yang akan dipanggil oleh Pak Hakim. Jika
nomor kita masuk dalam range tersebut maka bersiaplah maju ke dapan dengan mempersiapkan
bukti tilang yang sudah kita bawa. Setelah dipanggil maka Pak Hakim langsung menjatuhkan
vonis berapa nominal rupiah yang harus dibayarkan ke pangadilan dengan melihat keterangan
pelanggaran yang ada pada slip tilang. kisaran nomilal dendanya Rp 30.000,- s.d Rp 40.000,-
bagi pemegang slip merah. Tarif ini untuk wilayah kota semarang tertanggal 7 Desember 2012.
Untuk perbandingan saja, tarif denda slip merah kota semarang Oktober 2008 sebesar Rp
16.500,-.
Setelah nomilal denda sudah kita ketahui makan kita diarahkan untuk kekasir untuk membayar
denda dan mengambil STNK/SIM yang ditahan sebelumnya. setelah SIM/ STNK sudah ditangan
maka aktifitas persidangan selesai.
Pilihan ke dua adalah dengan memilih slip biru.
Ketika kita memilih slip biru maka kita diminta membayar denda ke BRI terlebih dahulu jika
mengingingkan STNK/ SIM kita kembali lebih cepat tanpa menunggu waktu yang cukup lama untuk
sidang. Uang tersebut lebih tepatnya digunkan sebagai titipan sidang yang besarnya adalah denda
maksimal yang harus dibayarkan. Meski pada kenyataanya tidak akan sampai pada denda maksimal.
Pilihan nominal denda titipan yang ada pada slip tilang adalah Rp 100.000,- ; Rp 250.000,- ; Rp 500.000,-
dan Rp 1.000.000,- Tergantung kita bisa nego sama pak polisi mau diceklis diangka berapa. untuk sepeda
motor umumnya adalah Rp. 500.000,-
Setelah ditetapkan nominalnya, kita diminta untuk menyetorkan sejumlah uang tersebut ke BRI
atas nama titipan tilang. Wilayah Semarang biasanya di BRI Patimura. tapi bisa juga di bayarkan
ke bank BRI terdekat jika kita mengetahui nomor rekening titipan tilang tersebut, atau minta
tolong ke customer servis (CS) untuk lebih mudahnya.
Setelah uang kita setor maka, slip setoran dan slip tilangnya kita fotokopi untuk arsip kita guna
mengambil lebihan (selisih) antara uang awal yang disetor ke bank dan denda seharusnya yang
kita keluarkan saat persidangan. Bukti pembayaran asli kita serahkan kepada Pak Polisi dan kita
bisa mengambil langsung STNK/ SIM kita yang sempat ditahan Pak Polisi.
Ternyata urusannya belum selesai sampai disini. Masih ada uang lebihan denda di bank yang
menjadi hak milik kita yang bisa kita ambil jika kita membawa slip/ kwitansi nominal tilang saat
persidangan. Berarti mau tidak mau kalau kita menginginkan uangnya kembali harus mengikuti
persidangan. Kecuali kalau kita mengikhlaskan sisanya untuk shodaqoh.
Kita harus mengikuti persidangan yang sudah terjadwal di slip tilang yang kita fotokopi tadi.
Karena slip biru asli dan bukti setoran bank akan dibawa pak polisi untuk keperluan persidangan.
Prosedur selanjutnya hampir sama seperti prosedur slip merah. Perbedaannya adalah,
berdasarkan hasil observasi/ pemantauan lapangan, yang menggunakan slip biru (sudah
membayar dibank) mendapat vonis rata dan nominalnya adalah nominal tertinggi yang
dikeluarkan hakim saat persidangan roda dua yaitu Rp 50.000,-. sedangkan yang menggunakan
slip merah kisarannya Rp.30.000 s.d Rp. 40.000,-.
Setelah mengetahui nominal kita diminta ke kasir untuk mengambil kwitansi. Sebelumnya oleh
kasir, kita diminta menfotokopi berkas-berkas yang ada seperti slip kwitansi, slip setoran bank
dan slip tilang. Setelah mendapatkan kwitansi maka untk mengambil kembalian tilang kita harus
ke BRI Patimura, tidak boleh diambil di cabang lainnya. Batas waktu pengambilan tidak terbatas,
asalkan kita masih mempunyai kwitansi tilang dan slip setoran dari BRI. jika salah satunya
hilang kemingkinan prosedurnya akan lebih lama dan bisa jadi hangus.
Pengambilan kembalian melalui CS BRI seperti biasa dengan mengambil nomor antrian terlebih
dahulu. setelah dipanggil kita mengutarakan maksud dan tujuannya maka petugas CS akan
merespon cepat dan membantu kita. Untuk kelancaran administrasi keuangan maka pengambilan
uang harus menggunakan perjanjian materai Rp 3000,- dan memperlihatkan identitas diri asli
dan menyerahkanentitas fotokopian identitas diri. Maka beberapa menit uang kita kembali dan
yang menandakan urusan kita terkait penilangan dari awal hingga akhir sudah selesai.
Pilihan ketiga adalah tilang ditempat atau tanpa surat tilang alias damai. mungkin prosedur ini
sudah sangat familiar ditelinga sehingga tidak perlu diceritakan lagi. ingat-ingat saja nominal
denda diatas agar kita tidak terlalu besar memberi jajan Bapak Polisi yang terhormat.

Anda mungkin juga menyukai