Anda di halaman 1dari 122

Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A





Sekenario 2
JATUH DARI ETERNIT
Seorang pekerja bangunan, laki-laki, berusia 30 tahun dibwa ke UGD setelah terjatuh
pada saat memasang eternit, setinggi 4 meter. Penderita mengeluh nyeri hebat pada paha kaki
kiri dan sulit untuk digerakkan, selain itu sendi bahu kirinya juga terasa nyeri dan tidak bisa
digerakkan. Penderita juga mengeluhkan punggungnya terasa nyeri. Pada pemeriksaan
didapatkan vital sign normal, memar pada regio femur sinistra, dan edema pada articulatio
glenohumeri (shoulder) sinistra, tidak ada jejas pada punggung, serta hasil pemeriksaan
neurovaskuler normal. Setelah diberikan pertolongan pertama pada kaki dan bahu penderita
tersebut, dokter segera melakukan pemeriksaan penunjang.

















Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



TUJUAN BELAJAR
FRAKTUR DAN DISLOKASI
FRAKTUR
A. FRAKTUR SECARA UMUM
1. Definisi dan Etiologi
2. Klasifikasi
3. Diagnosis
4. Proses Penyembuhan Fraktur
5. Prinsip Pengobatan Fraktur dan Terapi
6. Komplikasi

B. FRAKTUR PADA ANAK-ANAK
Fraktur ekstremitas Superior

1. FRAKTUR SKAPULA
2. FRAKTUR CLAVIKULA
3. FRAKTUR HUMERUS
4. FRAKTUR RADIUS ULNA
5. FRAKTUR METAKARPAL DAN FALANGS
Fraktur ekstremitas Inferior
1. FRAKTUR PELVIS DAN FEMUR
2. FRAKTUR PATELA
3. FRAKTUR TIBIA-FIBULA
4. FRAKTUR TULANG TARSAL

C. FRAKTUR PADA ORANG DEWASA
Fraktur ekstremitas Superior

1. FRAKTUR SKAPULA
2. FRAKTUR CLAVIKULA
3. FRAKTUR HUMERUS
4. FRAKTUR RADIUS ULNA
5. FRAKTUR METAKARPAL DAN FALANGS
Fraktur ekstremitas Inferior
1. FRAKTUR PELVIS DAN FEMUR
2. FRAKTUR PATELA
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



3. FRAKTUR TIBIA-FIBULA
4. FRAKTUR TULANG TARSAL

Fraktur tulang belakang
DISLOKASI
A. DISLOKASI SIKU
B. DISLOKASI BAHU
C. DISLOKASI PANGGUL
D. DISLOKASI LUTUT
E. DISLOKASI PERGELANGAN KAKI




























Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



PEMBAHSAN

FRAKTUR
A. . FRAKTUR SECARA UMUM

1. Definisi dan Etiologi
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan
epifisis, baik yang bersift total maupun parsial. Kebanyakan fraktur terjadi karena
kegagalan tulang menahan tekanan terutama tekanan membengkok, memutar dan
tarikan. Trauma bisa bersifat :
a. Trauma Langsung : menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi
fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat komunitif dan
jaringan lunak ikut mengalami kerusakan.
b. Trauma Tidak Langsung : Apabila trauma diarahkan ke daerah yang lebih jauh
dari daerah fraktur, missal jatuh dengan tangan ekstensi menyebabkan fraktur
klavikula.
Tekanan pada tulang dapat berupa :
a. Tekanan berputar yang menyebabkan fraktur bersifat spiral atau oblik
b. Tekanan membengkok (fraktur transversal)
c. Tekanan sepanjang aksis tulang (fraktur impaksi, dislokasi atau fraktur dislokasi)
d. Kompresi vertical (Fraktur kominutif/ memecah / fraktur buckle pada anak)
e. Trauma langsung disertai resistensi pada satu jarak tertentu (fraktur oblik atau Z)
f. Fraktur karena remuk
g. Trauma karena tarikan ligament atau tendon (menarik sebagian tulang)

2. Klasifikasi

KLASIFIKASI BERDASARKAN ETIOLOGI
1. Fraktur traumatic
Terjadi karena trauma yang tiba-tiba.
Etiologi : kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan
Kekuatan yang langsung jaringan lunak pasti rusak.
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Kekuatan yang tidak langsung jaringan lunak mungkin tidak ada.
Kekuatan dapat berupa :
1. pemuntiran : fraktur spiral
2. penekukan : fraktur melintang
3. penekukan dan penekanan : sebagian melintang disertai fragmen kupu-kupu.
4. kombinasi pemuntiran, penekukan, dan penekanan : fraktur oblik pendek
5. penarikan : tendon dan ligament akan menarik tulang sampai terpisah fraktur
avulsi.
2.Fraktur patologis
Terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan patologis di dalam
tulang. Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah karena
tumor primer metastasis atau tulang yang rapuh misalnya penyakit Paget
3. Fraktur stress
Retak yang terjadi pada tulang karena tekanan yang berulang-ulang( baru saja
menambah tingkat aktivitas). Sering ditemukan pada tibia, fibula, metatarsal terutama
pada atlet, penari dan calon tentara yang jalan berbaris jarak jauh. Pada awitan gejala,
radiogram mungkin tidak menunjukkan daerah fraktur tetapi setelah 2 minggu timbul
garis radiopak linear tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang. Biasanya timbul
nyeri berat setelah aktivitas maka seharusnya diproteksi dengan memakai tongkat
atau bidai gips yang tepat.

KLASIFIKASI KLINIS
1.Fraktur tertutup (simple fracture)
Fraktur tertutup (simpel) fraktur dengan kulit yang tidak tertembus oleh
fragmen tulang sehingga tempat fraktur tidak tercermar oleh lingkungan.
2.Fraktur terbuka (compound fractur)
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit
dan jaringan lunak, dapat berbentuk form within( dari dalam) atau from without (
dari luar). Dalam hal ini fraktur biasanya terkontaminasi dengan lingkungan. Untuk
terapinya perlu operasi untuk irigasi, debridement dan pemberian antibiotika secara
IV untuk mencegah osteomielitis. Operasi irigasi dan debridement ini harus
dilakukan dalam 6 jam setelah terjadi cedera untuk mencegah kemungkinan infeksi.
3.Fraktur komplikasi (complicated fracture)
fraktur disertai dengan komplikasi misalnya malunion, delayed union, nonunion,
infeksi tulang.

KLASIFIKASI RADIOLOGI
Klasifikasi berdasarkan atas:
1. Lokalisasi
Diafisial
Metafisial
intra-artikular
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



fraktur dengan dislokasi


2. konfigurasi
fraktur transversal
fraktur transversal fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu
tulang. Biasanya segmen tulang yang patah akan direposisi / direduksi
kembali ke tempatnya maka segmen itu akan stabil dan mudah dikontrol
dengan bidai gips.
fraktur oblik
Fraktur oblik garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang. Fraktur ini
tidak stabil.
fraktur spiral
Fraktur spiral timbul karena torsi pada extremitas.
fraktur Z
fraktur segmental
Fraktur segmental 2 fraktur berdekatan pada 1 tulang menyebabkan
terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya.
fraktur kominutif
Fraktur kominuta serpihan-serpihan atau terputusnya keutuhan jaringan
dengan lebih dari 2 fragmen.
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



fraktur baji biasanya pada vertebra karena trauma kompresi
Fraktur kompresi
Terjadi ketika 2 tulang menumbuk (akibat tubrukan) tulang ke-3 yang ada
diantaranya seperti pada vertebra. Biasanya didiagnosis dengan radiogram.
Pada orang muda dapat disertai perdarahan retroperitoneal yang cukup berat.
Seperti pada fraktur pelvis dapat meninggal karena syok hipovolemik jika
tidak diperiksa denyut nadi, tekanan darah, dan pernapasan secara akurat
dalam 24 jam sampai 48 jam.
fraktur avulsi,
fragmen kecil tertarik oleh otot atau tendo misalnya fraktur epikondilus
humeri, fraktur trochanter mayor, fraktur patella.Biasanya terjadi karena
ketidakstabilan sendi. Maka perlu pembedahan untuk membuang atau
meletakkan kembali fragmen tulang.
fraktur depresi
Karena trauma langsung misalnya pada tulang tengkorak
fraktur impaksi
fraktur pecah (burst)
Fragmen kecil yang berpisah misalnya fraktur vertebra, patella, talus,
kalkaneus.
fraktur epifisis

Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A




3. Menurut ekstensi
fraktur total
fraktur tidak total (fraktur crack)
fraktur buckle atau torus
fraktur garis rambut
fraktur green stick
Fraktur greenstick fraktur yang tidak sempurna dan sering timbul pada
anak-anak. Kortex tulangnya sebagian masih utuh, demikian denmgan
periosteumnya. Fraktur ini segera sembuh dan segera mengalami remodeling
ke bentuk dan fungsi normal.

Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A





4. Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya
tidak bergeser (undisplaced)
bergeser dapat terjadi dalam 6 cara :
a. Bersampingan
b. Angulasi
c. Rotasi
d. Distraksi
e. Over riding
f. Impaksi
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A






3. Diagnosis

Anamnesis
Biasanya penderita datang dengan suatu trauma (trauma fraktur), baik yang hebat
maupun trauma ringan dan diikuti dengan ketidakmampuan untuk menggunakan anggota
gerak. Anamnesis harus dilakukan dengan cermat, karena fraktur tidak selamanya terjadi
di daerah trauma dapat terjadi karena kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian atau
jatuh dari kamar mandi, penganiayaan, tertimpa benda berat, kecelakaan pada pekerja
oleh karena mesin atau karena trauma olah raga. Penderita biasanya datang karena adanya
nyeri, pembengkakan, gangguan fungsi anggota gerak, deformitas, kelainan gerak,
krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:
1. Syok, anemia, atau perdarahan
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



2. Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang belakang atau
organ-organ dalam toraks, panggul, dan abdomen
3. Faktor predisposisi, misalnya fraktur patologis
Pemeriksaan Lokal
1. I nspeksi (Look)
Bandingkan dengan bagian yang sehat
Perhatikan posisi anggota gerak
Keadaan umum penderita secara keseluruhan
Ekspresi wajah karena nyeri
Lidah kering atau basah
Adanya tanda-tanda anemia karena perdarahan
Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan fraktur
tertutup atau terbuka
Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam sampai beberapa hari
Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi, dan kependekan
Lakuakan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada organ-organ lain
Perhatikan kondisi mental pendrita
Keadaan vaskularisasi
2. Palpasi (Feel)
Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya mengeluh
sangat nyeri. Hal-hal yang perlu diperhatikan:
Temperatur setempat yang meningkat
Nyeri tekan, nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya disebabkan oleh
kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang
Krepitasi, dapat diketahui dengan rabaan dan harus dilakukan secara hati-hati
Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri radialis,
arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior seseai dengan anggota gerak yang
terkena. Refilling (pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada bagian distal
daerah trauma, temperatur kulit.
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk mengetahui adanya
perbedaan panjang tungkai
3. Pergerakan (Move)
Pergerakan dengan mengajak penderita untuk menggerakkan secara aktif dan
pasif sendi proksimal dan distal dari daerah yang mengalami trauma. Pada penderita
dengan fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan nyeri hebat sehingga uji
pergerakan tidak boleh dilakukan secara kasar, disamping itu juga dapat
menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak seperti pembuluh darah dan saraf
4. Pemeriksaan Neurologis
Pemeriksaan neurologis berupa pemeriksaan saraf secara sensoris dan motoris
serta gradasi kelainan neurologis yaitu neuropraksia, aksonotmesis, atau neurotmesis.
Kelaianan saraf yang didapatkan harus dicatat dengan baik karena dapat
menimbulkan masalah asuransi dan tuntutan penderita serta merupakan patokan
untuk pengobatan selanjutnya
5. Pemeriksaan Radiologis
Foto polos
Pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan keadaan, lokasi, serta
ekstensi fraktur. Untuk menghindarkan nyeri serta kerusakan jaringan lunak
selanjutnya, maka sebaiknya kita menggunakan bidai yang bersifat radiolusen untuk
imobilisasi sementara sebelum sebelum dilakukan pemeriksaan radiologis.
Tujuan:
Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi
Untuk konfirmasi adanya fraktur
Untuk melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen serta
pergerakannya
Untuk menentukan teknik pengobatan
Untuk menentukan apakah fraktur itu baru atau tidak
Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-artikuler
Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Untuk melihat adanya benda asing, misalnya peluru
Pemeriksaan radiologis dilakukan dengan beberapa prinsip dua:
Dua posisis proyeksi pada antero-pasterior dan lateral
Dua sendi pada anggota gerak dan tungkai harus difoto, di atas dan di
bawah sendi yang megalami fraktur
Dua anggota gerak. Pada anak-anak sebaiknya dilakukan foto pada kedua
anggota gerak terutama pada fraktur epifisis
Dua trauma
Dua kali dilakuakan foto. Pada fraktur tulang skafoid foto pertama
biasanya tidak jelas, biasanya diperlukan foto berikutnya 10-14 hari
kemudian.

Pemeriksaan radiologis lainnya
Pemeriksaan khusus dengan:
Tomografi, misalnya pada fraktur vertebra
CT-scan
MRI
Radioisotop scanning

Lewis (2006) menyampaikan manifestasi klinik fraktur adalah sebagai berikut:
A. Nyeri
Nyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini dikarenakan
adanya spasme otot, tekanan dari patahan tulang atau kerusakan jaringan
sekitarnya.
B. Bengkak / edema.
Edema muncul lebih cepat dikarenakan cairan serosa (protein plasma)
yang terlokalisir pada daerah fraktur dan extravasi daerah di jaringan
sekitarnya.
C. Memar / ekimosis
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat dari extravasi daerah di
jaringan sekitarnya.
D. Spame otot
Merupakan kontraksi otot involunter yang terjadi disekitar fraktur.
E. Penurunan sensasi
Terjadi karena kerusakan syaraf, tertekannya syaraf karena edema.
F. Gangguan fungsi
Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang fraktur, nyeri atau spasme otot,
paralysis dapat terjadi karena kerusakan syaraf.
G. Mobilitas abnormal
Adalah pergerakan yang terjadi pada bagian-bagian yang pada kondisi
normalnya tidak terjadi pergerakan. Ini terjadi pada fraktur tulang panjang.
H. Krepitasi
Merupakan rasa gemeretak yang terjadi jika bagian-bagaian tulang
digerakkan.
I. Deformitas
Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari kecelakaan atau trauma
dan pergerakan otot yang mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal,
akan menyebabkan tulang kehilangan bentuk normalnya.
J. Gambaran X-ray menentukan fraktur
Gambaran ini akan menentukan lokasi dan tipe fraktur


4. Proses Penyembuhan Fraktur

Proses penyembuhan fraktur beragam sesuai dengan jenis tulangnya dan
jumlah gerakan di tempat fraktur . pada tulang tubuler bila tak ada fiksasi yang kaku
penyembuhan dimulai dalam 5 tahap :

Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



1. Kerusakan jaringan dan pembentukan hematoma
Setelah trauma terjadi, maka pembuluh darah akan robek dan terbentuk hematoma
di sekitar dan di dalam fraktur. Tulang di permukaan fraktur yang tidak mendapat
ersediaan darah akan mai sepanjang 1-2milimeter



2. Radang dan priliferasi seluler
Dalam 8 jam setelah fraktur terdapat reaksi radang akut disertai proliferasi sel
di bawah periosteum dan di dalam saluran medulla yang tertembus. Ujing
fragmen dikelilingi oleh jaringan sel yang menghubungkan tempat fraktur.
Hematoma yang membeku perlahan lahan diabsorpsi dan kapiler baru yang halus
berkembang ke daerah tersebut.

3. Pembentukan kalus
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Sel yang berproliferasi memiliki potensi kondrogenik dan osteogenik, lalu sel
tersebut akan mulai membentuk tulang dan kartilago. Populasi sel sekarang sudah
mencakup osteoklas yang mulai membersihkan tulang tulang yang mati.
Kemudian kalus terbentuk di permukaan periosteal dan endosteal, sementara itu
tulang fibrosa yang imatur menjadi lebih padat serta pergerakan pada tempat
fraktur pun semakin berkurang. Setelah itu dalam 4 minggu cedera fraktur akan
menyembuh.

4. Konsolidasi
Bila aktivitas osteoklastik dan osteoblastik berlanjut anyaman tulang berubah
menjadi tulang lamellar. Sistem tersebut sudah cukup kaku untuk memungkinkan
osteoklas menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur dan osteoblas di
belakangnya mengisi celah celah yang tersisa antara fragmen dengan tulang yang
baru. Ini adalah proses yang lambat dan perlu beberapa bulan sebelum tulang
menjadi cukup kuat untuk membawa beban yang normal.

5. Remodeling
Fraktur saat ini telah dijembatani oleh suatu manset tulangyang padat. Dalam
beberapa tahun dan beberapa bulan pengelasan kasar ini dibentuk melalui proses
reabsorpsi dan pembentukan tulang yang terus menerus. Akhirnya nanti tulang
akan memperoleh bentuk yang mirip dengan bentuk normalnya.
Kalus merupakan suatu reaksi terhadap gerakan di tempat fraktur yang berfungsi
menstabilkan fragmen secepat mungkin suatu syarat yang diperlukan untuk proses
pembentukan jembatan tulang. Tapi jika tempat fraktur benar benar tidak bergerak
(contohnya fraktur yang terimpaksi atau yang diimobilisasi dengan plat logam) maka
kalus tidak diperlukan.
Penyembuhan dengan kalus meskipun tidak begitu langsung, mempunyai keuntungan
yang berbeda yaitu : menjamin kekuatan mekanik sementaraujung ujung tulang
menyembuh serta dengan meningkatnya tekanan kalus sakan tumbuh semakin kuat
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A




Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A




5. Prinsip Pengobatan Fraktur dan Terapi
Penatalaksanaan Awal
Pertolongan Pertama
Dengan membersihkan jalan napas, menutup luka dengan verban yang bersih dan
imobilisasi fraktur pada anggota gerak yang terkena. Bila terdapat perdarahan segera
dilakukan pertolongan juga.
A = Airway saluran napas
Untuk mengetahui adanya obstruksi saluran napas, seperti adanya benda asing,
fraktur mandibula atau kerusakan mandibula/laring. Harus diperhatikan pula
mengenai kelainan yang terdapat pada vertebra servikalis dan apabila ditemukan,
harus dicegah gerakan yang berlebihan dan dapat diberikan alat bantu, seperti polar
leher alat penyangga.
B = Brithing pernapasan
Perlu diperhatikan & dilihat secara keseluruhan daerah thoraks untuk menilai
ventilasi. Jalan napas yang bebas bukan berarti ventilasi cukup. Beberapa kelainan
yang dapat memberikan gangguan pernapasan, yaitu :
1. pneumothoraks tekanan
2. kontusi pulmoner dengan flail chest
3. pneumothoraks terbuka
4. hemothoraks masif
C = Circulation sirkulasi
Sirkulasi dan kontrol perdarahan melalui dua hal, yaitu:
1. Volume darah perdarahan merupakan penyebab utama kematian pada
trauma, misalnya menyebabkan hipotensi pada trauma.
Tiga tanda klinis hipovolemik:
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



a. Kesadaran apabila terjadi kehilangan volume darah lebih dari
volume darah total, maka terjadi gangguan darah perfusi pada otak dan
akhirnya terjadi kehilangan kesadaran.
b. Warna kulit pucat & kelabu bisa menandakan adanya kehilangan
darah bisa sampai 30% dari volume darah total.
c. Nadi perabaan nadi tidak dilakukan pada pergelangan tangan, tapi
pada A. carotis / A. femoralis dengan membandingkan kiri & kanan,
kualitas, jumlah denyut & regulasinya.
2. Perdarahan harus diatasi bebat tekan ( perdarahan luar ). Jangan
melakukan pengikatan dengan bahan karet, perban, dsb karena dapat
menyebabkan kematian anggota gerak setelah waktu tertentu.
Keadaan hipovolemik yang sering memberilan kesalahan diaknosis, yaitu:
a. Perdarahan abdominal / intrathorakal
b. Fraktur femur / panggul.
c. Trauma tembus pada arter / vena.
d. Perdarahan keluar dari salah satu sumber.
D = Disability evaluasi neurologis
Merupaksn elevaluasi neurologis secara cepat setelah survei awal kita dapat
menilai tingkat kesadaran, besar dan reaksi pupil. Evaluasi ini menggunakan metode
AVPU, yaitu:
A = Alert, sadar
V = Vokal, respon terhadap stimulli vokal
P = Painfull, repon hanya pada rangasang nyeri
U = Unrensponsif, tidak ada respon sama sekali
E = Exposure kontrol lingkungan untuk melakukan secara teliti, pakaian
penderita harus dilepas, selain itu perlu dihindari terjadinya hipovolemik.

Penilaian Klinis
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Sebelum menilai fraktur itu sendiri, perlu dilakukan penilaian klinis, apakah luka
tembus tulang, adakah trauma pembuluh darah/saraf ataukah ada trauma alat-alat
dalam yang lain.
Resusitasi
Kebanyakan penderita dengan fraktur multiple dating ke rumah sakit dalam keadaan
syok, sehingga diperlukan resusitasi sebelum diberikan terapi pada frakturnya.

PrinsipUmum Pengobatan Fraktur
1. Jangan mengubah keadaan lebih jelek
Beberapa komplikasi fraktur terjadi akibat trauma yang antara lain disebabkan karena
pengobatan yang diberikan disebut sebagai iatrogenic. Hal ini perlu diperhatikan oleh
karena banyaknya kasus terjadi akibat penanganan dokter yang menimbulkan
komplikasi atau memperburuk keadaan fraktur. Hal ini dapat dihindari dengan
melakukan tindakan yang memadai dan sesuai prosedur.
2. Pengobatan berdasarkan atas diagnosis dan prognosis yang akurat
Dengan melakukan diagnosis yang tepat pada fraktur kita dapat menentukan
prognosis trauma sehingga dapat dipilih pengobatan yang tepat. Perlu ditetapkan
apakah fraktur ini memerlukan reduksi dan apabila perlu apakah bersifat tertutup
atau terbuka
3. Seleksi pengobatan dengan tujuan khusus
Menghilangkan nyeri
Nyeri timbul karena trauma pada jaringan lunak termasuk periosteum dan
endosteum. Nyeri bertambah bila ada gerakan pada daerah fraktur disertai
spasme otot serta pembengkakan yang progresif dalam rungan yang tertutup.
Nyeri dapat diatasi dengan imobilisasi fraktur dan pemberian analgetik.
Memperoleh posisi yang baik dari fragmen
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Beberapa fraktur tanpa pergeseran fragmen tulang atau dengan pergeseran
yang sedikit tidak memerlukan reduksi. Reduksi tidak perlu akurat secara
radiologic.
Mengusahakan terjadinya penyambungan tulang
Umumnya fraktur yang telah ditangani, dalam waktu singkat dapat terjadi
proses penyembuhan. Pada fraktur tertentu bila terjadi fraktur yang hebat pada
periosteum/jaringan lunak sekitarnya mungkin diperlukan usaha agar terjadi
union, misalnya dengan bone graft.
Mengembalikan fungsi secara optimal
Penyembuhan fraktur dengan imobilisasi harus dipikirkan pencegahan
atrofi pada anggota gerak, sehingga perlu diberikan latihan yang bersifat aktif
dinamik (isotonic). Dengan latuhan dapat pula dipertahankan kekuatan otot dan
sirkulasi darah.
4. Mengingat hukum-hukum penyembuhan secara alami
Jaringan musculoskeletal bereaksi terhadap suatu fraktur sesuai dengan hukum alami
5. Bersifat realistic dan praktis dalam memilih jenis pengobatan
Dalam memilih pengobatan harus dipertimbangkan pengobatan yang realistic dan
praktis.
6. Seleksi pengobatan sesuai dengan penderita secara individual
Setiap fraktur memerlukan penilaian pengobatan yang sesuai dengan
mempertimbangkan factor umur, jenis fraktur, komplikasi dan factor social ekonomi
pasien.

Prinsip Pengobatan (4R)
1. Recognition; diagnosis dan penilaian fraktur
Prinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan
anamnesis, pemeriksaan klinik dan radiologis. Pada awal pengobatan perlu
diperhatikan lokasi fraktur, bentuk fraktur, menentukan teknik yang sesuai untuk
pengobatan, komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatan
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



2. Reduction; reduksi fraktur apabila perlu
Restorasi fragmen fraktur dilakukan untuk mendapatkan posisi yang dapat
diterima. Posisi yang baik adalah aligment dan aposisi yang sempurna. Fraktur
seperti fraktur klavikula, costae dan fraktur impaksi dari humerus tidak memerlukan
reduksi. Angulasi <5
0
pada tulang panjang anggota gerak bawah dan lengan atas dan
angulasi sampai 10
0
pada humerus dapat diterima. Terdaat kontak sekurang-
kurangnya 50% dan over-riding tidak melebihi 0,5 inchi pada fraktur femur. Adanya
rotasi tidak dapat diterima dimanapun lokasi fraktur.
3. Retention; imobilisasi fraktur
4. Rehabilitation; mengembalikan aktivitas fungsional seoptimal mungkin

Metode Pengobatan Fraktur
Fraktur Tertutup
Metode pengobatan farktur tertutup pada umumnya dibagi dalam:
1. Konservatif
Terdiri atas:
Proteksi semata-mata (tanpa reduks atau imobilisasi)
Terutama untuk mencegah trauma lebih lanjut misalnya dengan memberikan
mitela pada anggota gerak atas atau tongkat pada anggota gerak bawah
Imobilisasi dengan bidai eksterna (tanpa reduksi)
Hanya memberikan sedikit imobilisasi, biasanya mempergunakan plaster of
Paris (gips) atau dengan bermacam-macam bidai dari plastic atau metal.
Reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi eksterna menggunakan gips
Dilakukan dengan pembiusan umum ataupun local. Reposisi yang dilakukan
melawan kekuatan terjadinya fraktur. Penggunaan gips untuk imobilisasi
merupakan alat utama pada teknik ini
Reduksi tertutup dengan traksi berlanjut diikuti dengan imobilisasi
Dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu traksi kulit dan traksi tulang.
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi
Dengan mempergunakan alat-alat mekanik seperti bidai Thomas, bidai
Brown Bohler, bidai Thomas dengan Pearson knee flexion attachment.

2. Reduksi tertutup dengan fiksasi eksterna atau fiksasi perkutaneus dengan K-
wire
Dilakukan dengan anastesi yang tepat dan relaksan otot, fraktur dapat direduksi
dengan maneuver 3 tahap :
1. Bagian distal tungkai ditarik ke garis tulang
2. Fragmen direposisi
3. Penjajaran disesuaikan ke setiap bidang
Cara ini paling efektif periosteum dan otot pada satu sisi fraktur tetap utuh.
Reduksi tertutup digunakan untuk semua fraktur dengan pergeseran minimal,
sebagian besar pada fraktur anak-anak dan fraktur yang stabil setelah reduksi.
Setelah dilakukan reduksi tertutup pada fraktur yang bersifat tidak stabil, maka
reduksi dapat dipertahankan dengan memasukkan K-wire perkutaneus misalnya pada
fraktur suprakondiler humeri pada anak-anak atau fraktur Colles. Teknik ini biasanya
memerlukan bantuan alat rontgen image intensifier (Garm).
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A





3. Reduksi terbuka dengan fiksasi interna atau fiksasi eksterna tulang
Reduksi bedah pada fraktur dengan penglihatan langsung diindikasikan :
1. Bila reduksi tertutup gagal, baik karena kesukaran mengendalikan fragmen atau
karena terdapat jaringan lunak diantara fragmen-fragmen
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



2. Bila terdapat fragmen artikular besar yang perlu ditempatkan secara tepat
3. Bila terdapat fraktur traksi yang fragmennya terpisah.
Tetapi, biasanya reduksi terbuka hanya merupakan langkah pertama untuk fiksasi
internal.
4. Eksisi fragmen tulang dan penggantian dengan protesis
Pada fraktur leher femur dan sendi siku pada orang tua biasanya terjadi nekrosis
avaskuler dari fragmen atau non-union oleh karena itu dilakukan pemasangan
protesis yaitu alat dengan komposisi metal untuk menggantikan bagian yang
nekrosis.
MEMPERTAHANKAN REDUKSI
Pembatasan gerakan tertentu diperlukan untuk membantu jaringan lunak dan
untuk memungkinkan gerakan bebas pada bagian yang tak terkena. Metode yang
tersedia untuk mempertahankan reduksi adalah :
1. Traksi terus menerus
2. Pembebatan dengan gips
3. Pemakaian penahan fungsional
4. Fiksasi internal
5. Fiksasi eksternal


Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A




Keterangan :
TRAKSI TERUS MENERUS
Dilakukan pada tungkai di bagian distal fraktur sangat berguna untuk fraktur oblik
dan fraktur spiral yang mudah bergeser karena kontraksi otot.
Kekurangan : traksi tidak dapat menahan fraktur tetap diam, traksi dapat menarik
tulang panjang secara lurus dan mempertahankan panjangnya tetapi pada reduksi
yang tepat kadang sukar dipertahankan.
Kelebihan : pasien dapat menggerakkan sendi dan melatih otot-ototnya.
Traksi dengan gaya berat
Hanya berlaku pada cedera tungkai atas ketika memakai penggendong lengan,
lengan atas akan memberikan traksi terus menerus pada lengan bawah.
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Traksi Kulit
Traksi dapat menahan tarikan dengan berat tidak lebih dari 4-5 kg. plaster
ditempelkan pada kulit dan dipertahankan dengan suatu pembalut.
1. Traksi kulit
Menggunakan plaster yang direkatkan sepanjang ekstremitas lalu dibalut, ujung
plaster dihubungkan dengan tali lalu ditarik beban < 5kg, traksi ini banyak dilakukan
pada anak-anak
2. Traksi skelet
digunakan pin steinmann atau kawat Kirschener
kawat ditusukkan pada tulang lalu ditarik dengan tali dan katrol
untuk femur dewasa 5-7kg, pada dislokasi panggul lama 15-20kg
traksi sementara untuk imobilisasi selama beberapa hari, traksi untuk reposisi
dan imobilisasi seseai dengan lamanya terbentuj kalus fibrosa, setelah
terbentuk, ekstremitas dimobilisasi dengan gips.
Traksi Kerangka
Pen steinman atau pen Denham dimasukkan pada bgian dari tulang, misalkan di
tuberculum majus nya, dipasang kait yang bisa berputar dengan bebas, dan tali
dipasang pada kait untuk menerapkan traksi.Kawat ditusukkan pada tulang lalu
ditarik dengan tali dan katrol. Untuk femur dewasa 5-7kg, pada dislokasi panggul
lama 15-20kg.
Traksi jenis yang lainnya adalah : traksi tetap, traksi berimbang, traksi kombinasi
Plester pada Traksi dapat menghambat sirkulasi sehingga dapat
mengakibatkan sindroma kompartemen dan cedera saraf, terutama n.peroneus.

PEMBEBATAN DENGAN GIPS
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Gips atau nama lain dari plester of paris adalah metode mempertahankan
reduksi secara tertutup. Gips tidak seperti traksi yang hanya membuat tulang lurus
pada suatu posisi dengan tarikan, gips dipasang disesuaikan dengan bentuk tangan
individu yang cedera fraktur dan mempertahankan posisi setelah reduksi. Namun,
kerugian memakai gips adalah rentan menyebabkan penyakit fraktur atau kekakuan
sendi, hal ini terjadi karena sendi sendi yang terbungkus dalam gips tidak dapat
bergerakj dan cenderung kaku selama dipasangnya gips.
Kekakuan pemaiakaian gips dapat diminimalkan dengan
1. Pembebatan tertunda, gips yang dipasang setelah pasien terlebih dahulu
diterapi dengan metode traksi
2. Gips bisa dipakai terlebih dahulu, kemudian metode ini dilanjutkan dengan
metode mempertahankan reduksi dengan branching fungsionlal.
Imobilisasi dengan gips sesuai dengan posisi faali ;
1. Bahu abduksi 40%, siku flexi >90, pergelangan tangan doso flexi 30, posisi
tangan tengah antara pro- dan supinasi, jari-jari flexi ringan, ibu jari aposisi
2. Siku kiri extensi hampir sempurna (untuk kep. Hygiene toilet), sendi tangan
dan bahu sperti di atas
3. Sendi paha flexi 10, lutut flexi 10, pergelangan kaki posisi netral valgus
ringan

Gerakan minimal merangsang kalus, dengan syarat tidak boleh dipaksakan,
latihan persendian tidak boleh menimbulkan nyeri, pada patah tulang intraartikuler
akan memuaskan apabila disertai latihan gerakan aktif pada tahap dini pada hari ke-1
Gerakan bebas menurunkan pembentukan kalus dan menimbulkan
pseudoarthrosis imobilisasi mutlak tidak terbentuk kalus
Bahaya pemasangan gips yang salah gangguan peredaran darah yang salah
tekanan berlebihan pada beberapa bagian yang menonjol decubitus
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



1. Untuk mencegah kontak langsung gips dengan kulit, pasang pembalut stockinet
atau pembalut krep
2. Pada bagian yang menonjol, diletakkan penahan berupa kapas untuk
menghindari decubtus
3. Tidak boleh menyangga gips yang masih lembek, karena bisa terbentuk lekukan
decubitus, terutama pada tendo Achilles

BRANCHING FUNGSIONAL
Adalah pemasangan suatu metode dimana gips dipasang hanya di distal dan
proksimal tulang yang fraktur, sedangkan pada sendi di distal dan proksimal fraktur,
dipasang suatu engsel yang berasal dari logam atau plastic yang memungkankan
gerakan pada satu bidang.
Biasanya digunakan setelah tulang menyatu atau 3-6 minggu setelah traksi atau
gips fungsional. Keuntungan dari pemakaina branching fumgsonal adalah :
1. Fraktur dapat dipertahankan cukup baik
2. Sendi-sendi dapat digerakkan
3. Fraktur akan menyatu pada kecepatan normal
4. Metode aman.

Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A




FIKSASI INTERNAL
Adalah metode mempertahankan reduksi dengan cara mnegikat fragmen tulang
yang mengalami diskontinuitas dengan sekrup, pen, paku pengikat, plat logam, paku
intramedular, circumferensial band, dll.
Indikasi :
1. Fraktur yang tidak dapat direduksi kecuali dengan cara operasi
2. Fraktur yang tidak stabil secara bawaan dan cenderung mnegalami pergeseran
kembali setelah reduksi, fraktur yang cenderung ditarik oleh kerja otot.
3. Fraktur yang penyatuannya kurang baik dan perlahan lahan.
4. Fraktur patologik
5. Fraktur multiple
6. Fraktur pada pasien yang sulit perawatannya.
Komplikasi : Infeksi, malunion, kegagalan implant, fraktur ulang. Untuk mengatasi
atau meminimalisir hal tsb, pelepasan implant paling cepat 1 tahun, lebih aman lagi
antara 18 sampai 24 bulan.
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A




FIKSASI EKSTERNAL
Fraktur dipertahankan dengan sekrup pengikat atau kawat penekan yang melalui
tulang diatas dan dibawah fraktur dan dilekatkan pada suatu kerangka luar.
Indikasi :
1. Fraktur yang disertai dengan kerusakan jaringan lunak yang hebat dimana luka
dapat dibiarkan terbuka untuk pemeriksaan, pembalutan dan skin graft.
2. Fraktur yang disertai kerusakan saraf dan pembuluh
3. Fraktur yang sangat komunitif dan unstable
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



4. Fraktur yang tidak menyatu
5. Fraktur pada pelvis
6. Fraktur yang terinfeksi
7. Cedera multiple yang berat, bila stabilisasi lebih awal maka dapat menurunkan
risiko komplikasi yang berbahaya.
Komplikasi : overdistraksi fragmen, infeksi di tempat pen, berkurangnya penyaluran
beban melalui fragmen (6-8 minggu harus dilepas)


Fraktur Terbuka
Beberapa prinsip dasar pengelolaan fraktur terbuka:
1. Obati fraktur terbuka sebagai satu kegawatan
2. Adakan evaluasi awal dan diagnosis akan adanya kelainan yang dapat menyebabkan
kematian
3. Berikan antibiotic dalam ruang gawat darurat, di kamar operasi dan setelah operasi
4. Segera dilakukan debridement dan irigasi yang baik
5. Ulangi debridement 24-72 jam berikutnya
6. Stabilisasi fraktur
7. Biarkan luka terbukan antara 5-7 hari
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



8. Lakukan bone graft autogenous secepatnya
9. Rehabilitasi anggota gerak yang terkena

Tahap-tahap pengobatan fraktur terbuka
1. Pembersihan luka
Dilakukan dengan cara irigasi cairan NaCl fisiologis secara mekanis untuk
mengeluarkan benda asing yang melekat
2. Eksisi jaringan yang mati dan tersangka mati (debridement)
Semua jaringan yang kehilangan vaskularisasinya merupakan daerah tempat
pembenihan bakteri sehingga perlu eksisi secara operasi pada kulit, jaringan
subkutaneus, lemak, fasia, otot, dan fragmen-fragmen yang lepas.
3. Pengobatan fraktur itu sendiri
Fraktur dengan luka hebat memerlukan suatu traksi skeletal atau reduksi terbuka
dengan fiksasi eksterna tulang. Fraktur grade II dan III sebaiknya difiksasi dengan
fiksasi eksterna.
4. Penutupan kulit
Apabila fraktur terbuka diobati dalam waktu periode emas (6-7 jam mulai dari
terjadinya kecelakaan) maka sebaiknya kulit ditutup. Hal ini tidak dilakukan apabila
penutupan membuat kulit sangat tegang. Dapat dilakukan split thickness skin-graft
serta pemasangan drainase isap untuk mencegah akumulasi darah dan serum pada
luka yang dalam. Luka dapat dibiarkan terbuka selama beberapa hari tapi tidak lebih
dari 10 hari. Kulit dapat ditutup kembali disebut delayed primary closure.
5. Pemberian antibiotik
Bertujuan untuk mencegah infeksi. Antibiotic diberikan dalam dosis yang adekuat
sebelum, pada saat dan sesudah tindakan operasi
6. Pencegahan tetanus
Semua penderita dengan fraktur terbuka perlu diberikan pencegahan tetanus. Pada
penderita yang telah mendapat imunisasi aktif cukup dengan pemberian toksoid
tetapi bagi yang belum, dapat diberikan 250 unit tetanus immunoglobulin (manusia)
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A




6. Komplikasi
Komplikasi umum
Syok dan Gangguan Fungsi Pernafasan
Syok dan gangguan fungsi pernapasan terjadi selama 24 jam pertama setelah
cedera. Juga terdapat reaksi metabolik yang terjadi secaralambat dlm beberapa hari
atau minggu, ini mencakup pningkatan katabolisme dan membutuhkan dukungan
gizi. Syok yang biasa terjadi adalah syok hipovolemik karena berkurangnya pasokan
darah (volume) dalam tubuh/pembuluh darah. Terapinya berupa perbaikan cairan
dengan NaCl
Crush syndrome
Terjadi jika sejumlah beasar masa otot remuk, ex: pemasangan turniket yang
terlalu lama. Asam miohematin (sitokrom c), akibat pemecahan otot, bibawa oleh
darah ke ginjal dan menyumbat tubulus. Ada juga yang menyebutkan bahwa terjadi
penyumabatan arteri renalis dan sel tubulus yang anoksia mengalami nekrosis.
Syok hebat. Tungkai tak memiliki nadi dan kemudian menjadi merah,
bengkak dan melepuh; sensasi dan tenaga otot dapat menghilang. Sekresi ginjal
berkurang dan terjadi uremia dengan asidosis, sebagian besar penderita menjadi
semakin mengantuk da mati dalam 14 hari kecuali kalau diterapi dengan dialisis
ginjal.
Tungkai yang remuk hebat belum ditangani dalam beberapa jam harus
diamputasi.
DVT (deep venous thrombosis)
Merupakan komplikasi paling sering ditemukan pada cidera dan operasi.
Trombosis paling sering terjadi pada vena-vena betis dan jarang pada vena proksimal
di paha dan pelvis. Penyebab utama DVT pada pasien pembedahan adalah
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



hiperkoagulabilitas darah, terutama aktivitas faktor X oleh tromboplastin yang
terlepas dari jaringan yang rusak. Statis dapat diakibatkan oleh turniket atau
pembalut yang ketat, tekanan terhadap meja bedah atau kasur, dan imobilitas yang
lama; kerusakan endotel dan peningkatan jumlah dan kelengketan trombosit dapat
diakibatkan oleh cedera atau operasi. Secara khas, jika terjadi trombosis pada betis
maka akan terjadi peningkatan nyeri pada dorsofleksi kaki (tanda HOMANS)
Diagnosis dan tempat trombosis yang tepat dapat ditetapkan dengan
venografi ascenden: yang harus dilakukan secara bilateral. Pencegahan dapat
dilakukan dengan tindakan fisik yang sederhana antaralain dengan paninggian kaki
tempat tidurpenggunaan kaus kaki elastis atau kaus kaki pembagi tekanan, dan
berjalan sesegera mungkin, lebih efektif jika dikombinasikan dengan terapi
antikoagulan pada pasien yang beriko tinggi, kontraindikasi pada pasien lanjut usia.
Untuk terapi DVT lokal dapat hanya dilakukan dengan mamasang kaus kaki elastis
dan memberikan heparin subkutan dosis rendah(5000 unit 3x/hari).
Tetanus
Disebabkan oleh clostridium tetani (organisme anaerob yang tumbuh pada
jaringan nekrosis yang menghasilkan neurotoksin)neurotoksin diangkut oleh
kelenjar limfe dan aliran darah menuju sistem saraf pusat dan terikat pada kornu
anterior yang tidak dapat dinetralisir dengan antitoksinkejang tonik kemudian
klonik,kontraksi otot skeletal (spasme tetanik).
Organisme tetanus hanya berkembang dalam jaringan mati. Tetanus ditandai
dengan kontraksi tonik, dan belakangn klonik. Pada akhirnya, diafragma dan otot
interkostal kejang dan pasien mati karena asfiksia. Pencegahan pada pasien yang
sudah imunisasi, dosis booster toksoid diberikan betapapun sepelenya luka itu. Pada
setiap luka sebaiknya diberikan toksoid antitetanus apabila sudah memperoleh
imunisasi dasar dan apabila tidak memperoleh imunisasi dasar maka diberikan serum
anti tetanus.

Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Emboli lemak
Sumber emboli lemak kemungkinan adalah sumsum tulang, dan keadaan ini
sering ditemukan pada pasien fraktur multiple yang tertutup. Tanda-tanda peringatan
dini (72 jam setelah cedera) adalah sedikit kenaikan suhu dan denyut nadi, pada
kasus yang lebih berat terjadi sesak napas dan kekecauan mental/kegelisahan. Pada
keadaan lebih berat tejadi gangguan pernapasan yaitu ARDS tanda-tandanya yaitu
hipoksemia. Pada kasus ini tidak dierlukan terapi kecuali apabila terdapat tanda-
tanda hipoksia oksigeen harus segera diberikan. Selain itu jg perlu diperhatikan
keseimbangan cairannya dan diberikan heparin, steroid, dan aprotinin.
Terjadi pada fraktur yang mengenai orang dewasa,jarang ditemukan pada
anak.Komplikasi ini merupakan komplikasi yang fatal dan menyebabkan kematian
sebesar 20% dari seluruh kematian akibat fraktur.
Etiologi dan patogenesis
Emboli berasal dari lemak sumsum tulang dan jaringan lemakmelalui
robekan venamasuk ke sirkulasi vena paru-paru melewati kapiler parumasuk ke
sirkulasi sistemik dan menuju otak,ginjal,jantung dan kulit.
Pada trauma yang luas juga terjadi penurunan karbohidrat dan lemak berupa
lipolisis pada jaringan lemakasam lemak bebas meningkatasam lemak ini
ditranspor ke sirkulasi hati terjadi sintesis dan sekresi lipoprotein densitas rendah
di dalamnyalipoprotein hati mengalami agregasi dengan kalsium dan
kolesterolmenarik plateletperlambatan aliran darahemboli.
Penanganan
Dapat diberikan heparin untuk menambah hidrolisis dan menghilangkan emboli
Kortikosteroid dapat mengurangi trauma jaringan paru
Infus dekstran membantu memperbaiki mikrosirkulasi pada organ
Bila terjadi kesulitan pernafasan bisa dipasang intubasi endotrakeal dan bila perlu
dapat dilakukan trakeostomi yang diikuti hiperventilasi pada penderita yang
mengalami anoksia otak.
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Monitoring PO2,PCO2 dan pH arteri penilaian status metabolik yang terbaik
dan membantu menunjukkan hasil pengobatan.

Komplikasi lokal
Komplikasi lokal dapat terjadi lebih dini (beberapa minggu pertama setelah
cedera) atau belakangan (minggu sampai tahun setelah fraktur).
I nfeksi
Infeksi lebih sering terjadi pada fraktur terbuka dibanding dengan fraktur tertutup.
Jadi ketika terjadi suatu fraktur terbuka maka harus dianggap berpotensi terkena
innfeksi dan diterapi dengan antibiotik dan dilakukan debridemen. Pada infeksi akut,
jaringan disekitar fraktur harus dibuka dan didrainase.
Non-union
Non union atau tidak terjadinya penyatuan tulang pada fraktur, dapat terjadi
akibat celah pada fraktur yang terlalu lebar dan interposisi non union. Gambaran
klinikya adalah gerakan yang tidak nyeri pada pasien fraktur dari penyatuan yang
terlambat. Ada 2 jenis non union, 1) bersifat hipertrfik, jika ujung-ujung tulang
membesar, menunjukkan aktivitas osteogenik. 2) bersifat atrofik, jika tidak ada
perkapuran di sekitar ujung tulang. Pada kelainan ini dapat diterapi, jika tidak
terdapat gejala maka tidak perlu diterapi, pada non union hipertrofik pemberian
bracing fungsional cukup untuk menginduksi penyatuan. Pada non union atrofik,
fiksasi saja tidak cukup dan cangkokan harus ditambahkan, juga dapat dilakukan
dengan mengeksisi setiap jaringan yang berserat yang berada diantara ujung-ujung
tulang, dan setiap deformitas juga perlu dikoreksi
Malunion
Malunion (posisi yangg tak memuaskan) dapat sisebabkan karena tidak
tereduksinyafraktur secara cukup, kegagalan mempertahankan reduksi ketika terjadi
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



penyembuhan, atau kolaps berangsur-angsur pada tulang yang osteoporotik atau
kominutif. Sinar_x untuk mengecek posisi fraktur ketika terjadi penyatuan. Ini
terutama dilakukan selama 3 minggu pertama ketika keadaan dapat beruba tanpa
tanda-tanda sebelumnya. Terapi dapat dilakukan dengan remanipulasi.

Kekakuan sendi
Kekekuan sendi ini dapat terjadi akibat edeme dan fibrosis pada kapsul, ligamen
dan otot di sekitar sendi, atau perlekatan dari jaringan lunak satu sama lain atau ke
tulang yang mendasari. Hal ini diperburuk dengan imobilisasi yang terlalu lama.
Terapi terbaik adalah pencegahan-dengan latihan yang mempertahankan sendi-sendi
tetap mobil sejak permulaan.

Ulkus dekubitus
Ulkus dekubitus ini terjadi kebanyakan pada manula atau pasien yang kumpuh.
Perawatan yang cermat dan pergerakan yang lebih awal dapat mencegah ulkus
dekubitus. Untuk terapinya sukar dilakukan karena mungkin diperlukan eksisi
jaringan nekrotik dan pencangkokan kulit.




Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Tendinitis
Tendinitis dapat menyerang tendon posterior tibialis setelah fraktur maleolus
medialis. Tendinitis dapat dicegah dengan reduksi yang tepat, kalau perlu dengan
operasi terbuka.

Ruptur tendon
Ruptur tendon ekstensos polisis longus dapat terjadi 6-12 minggu setelah fraktur
radius bagian bawah. Penjahitan langsung jarang berhasil, dan ketidakstabilan yang
diakibatkan dapat diterapi dengan memindahkan tendon ekstensos polisis longus ke
ujung distal tendon ibu jari yang robek. Ruptur belakangan pada kaput bisep panjang
setelah fraktur leher humerus biasanya tidak memerlukan terapi.

Kompresi saraf
Kompresi saraf dapat merusak saraf poplitea lateral kalau seorang lansia atau
pasien yang kurus berbaring dengan kaki posisi luar penuh. Kelumpuhan radialis
dapat terjadi akibat kesalahan dalam penggunaann penopang. Kedua keadaan itu
adalah akibat kurangnya pengawasan.









Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



B. FRAKTUR PADA ANAK-ANAK

Fraktur ekstremitas Superior

1. FRAKTUR SKAPULA
Fraktur scapula terjadi karena trauma langsung pada daerah scapula. Dislokasi
sendi bahu jarang ditemukan pada anak-anak, umumnya pada orang dewasa.
Gambaran Klinis
Ditemukan pembengkakan dan nyeri di daerah scapula
Pengobatan
Konservatif

2. FRAKTUR CLAVIKULA
Klavikula merupakan tulang yang pertama kali mengalami osifikasi pada
embrio dan paling sering mengalami fraktur pada anak-anak.
Dapat terjadi karena trauma kelahiran atau trauma yang lain misalnya
kecelakaan lalu lintas.
Mekanisme trauma
Trauma dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung pada posisi lengan
terputar / tertarik keluar ( outstretched hand ), dimana trauma dilanjutkan dari
pergelangan tangan sampai klavikula,
Gambaran Klinis
Pembengkakan pada daerah klavikula yang terjadi beberapa hari setelah trauma. Hal
ini terjadi setelah pembentukan kalus.
Pemeriksaan radiologis
Fraktus di bagian tengah klavikula paling sering ditemukan, bagian ini paling sering
mengalami fraktur greenstick atau fraktur total.
Pengobatan
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Pada anak-anak tidak memerlukan tindakan khusus, cukup dengan memasang mitela
selama 23 minggu dan akan sembuh secara sempurna.

3. FRAKTUR HUMERUS
Fraktur epifisis humerus
Fraktur epifisis humerus adalah fraktur lempeng epifisis tipe II
Mekanisme trauma
Biasanya terjadi pada anak-anak yang jatuh dalam posisi hiper-ekstensi. Hampir
70 % fraktur lempeng epifisis adalah grade I (pergeseran fraktur kurang dari 5
mm) dan II ( pergeseran epifisis 1/3 terhadap fragmen distal )
Pemeriksaan Radiologis
Adanya pemisahan epifisis dan metafisis, dimana epifisis bersama-sama dengan
sebagian metafisis yang tetap terletak dalam ruangan sendi, sedangkan bagian
distal tertarik ke proximal.
Pengobatan
Fraktur yang masih batu terutama grade I tidak memerlukan reposisi. Pada grade
II reposisi dapat dilakukan dengan mudahdengan pembiusan umum kemudian
dipasang mitela, pada fraktur grade III dan IV harus dilakukan reposisi dengan
pembiuasan umum apabila tidak berhasil dilakukan operasi terbuka dengan fiksasi
interna.

Fraktur metafisis humerus
Biasanya tidak mengalami pergeseran. Terapi yang pas adalah konservatif.
Fraktur metafisis dengan pergeseran yang jauh biasanya bagian distal menembus
kea rah muskulus deltoid sampai subkutan, pada keadaan ini dibutuhkan operasi.

Fraktur diafisis humerus
Bisa terjadi karena trauma langsung atau trauma putar pada daerah
humerus.
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Gambaran klinis
Terdapat pembengkakan dan nyeri pada daerah humerus. Harus diperhatikan apakah
fraktur humerus ini disertai kelumpuhan nervus radialis yang jarang ditemukan pada
anak-anak
Pengobatan
Dengan pemasangan gips sirkuler atau gips U selama beberapa minggu

Fraktur suprakondiler humeri
Sangat sering ditemukan pada anak-anak setelah fraktur antebraki. Ada 2 tipe :
a. Tipe posterior (tipe ekstensi)
99% dari seluruh jenis fraktur suprakondiler humeri. Pada tipe ini fragmen distal
bergeser kearah posterior.
b. Tipe anterior ( tipe fleksi )
Hanya merupakan 1-2 %. Disini fragmen distal bergeser kea rah anterior.
Mekanisme trauma
Tipe ekstensi Terjadi pada saat sendi siku hiperekstensi atau sedikit fleksi serta
pergelangan tangan dalam keadaan dorsofleksi.
Tipe fleksi bila penderita jatuh dan terjadi trauma langsung sendi siku pada distal
humeri
Klasifikasi
Tipe 1 : terdapat fraktur tanpa pergeseran hanya retak berupa garis
Tipe 2 : tidak ada pergeseran, terjadi perubahan sudut antara humerus dan
kondilus lateralis (normal 40)
Tipe 3 : terdapat pergeseran tetapi korteks posterior utuh serta masih ada
kontak antara kedua fragmen
Tipe 4 : pergeseran fragmen tanpa ada kontak sama sekali
A. Tipe ekstensi
Pergeseran fragmen distal dapat bergerak kearah :
- Posterior
- Lateral atau medial
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



- Rotasi
Gambaran klinis
Terdapat pembengkakan pada sendi siku
Pengobatan
Tipe 1 : dengan mitela akan sembuh10 hari 2minggu
Tipe 2 : reposisi tertutup
Tipe 3 dan 4 : reposisi tertutup, apabila tidak berhasil dianjutkan untuk operasi
terbuka.

4. FRAKTUR RADIUS ULNA

Lengan bawah dimana radius dan ulna dihubungkan dengan kuat oleh membrane
interosea, merupakan kesatuan yang utuh. Ligament anulare menahan dan
memperkuat sendi radio ulna proximal, sedangkan bagian distal radio-ulna dan sendi
radio-karpal dihubungkan dengan ligament radio-karpal dorsal dan volar.
Fraktur ulna dan radius dapat terjadi pada 1/3 proksimal, 1/3 tengan, dan 1/3 distal.
Mekanisme trauma
Biasanya terjadi sewaktu tangan dalam keadaan out-stretched
Klasifikasi
Fraktur dapat berupa green-stick, kompresi atau total
Gambaran klinis
Ditemukan nyeri, pembengkakan atau adanya krepitasi serta deformitas pada daerah
lengan bawah.
Pengobatan
Fraktur pada ulna dan radius merupakan suatu jenis fraktur yang sulit diobati.
Pengbatan berdasarkan jenis fraktur. Prinsip pengobatan adalah reposisi tertutup.

Fraktur kaput radius dan leher radius
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Biasanya terjadi pada anak umur 10 tahun (5-13 tahun). Mekansme terjadinya fraktur
adalah tangan dalam keadaan out-stretched hand, sendi siku dalam posisi ekstensi dan
lengan bawah dalam posisi supinasi.
Fraktur ini dibagi menjadi 3 tipe :
Tipe 1 : pergeseran 0-30 derajat
Tipe 2 : pergeseran 31-60 derajat
Tipe 3 : pergeseran 61-90 derajat
Diagnosis
Ditemukan pembengkakan dan nyeri daerah kaput radialis pada daerah aspek lateral
sendi siku.
Pengobatan
Fraktur tipe 1 pada anak umur di bawah 10 tahun dilakukan pengobatan konservatif
dengan pemasangan mitela. Pada anak yang lebih besar perlu dilakukan manipulasi
dengan pembiusan umum
Fraktur tipe 2 memerlukan manipulasi dengan pembiusan umum. Pasien tipe 3 perlu
dilakukan operasi terbuka dengan fiksasi interna.
Komplikasi
Malunion
Fusi dini epifisis radius
Nekrosis avaskuler
Pembentukan tulang baru yang mengganggu pergerakan sendi siku
Sinostosis antara radius prox dan ulna

Fraktur 1/3 proximal ulna ( fraktur Monteggia )
Fraktur 1/3 prox ulna disertai dengan dislokasi radius proximal disebut sebagai fraktur
Monteggia. Ditemukan lebih sering pada anak-anak daripada dewasa, dengan
perbandingan 2:1. Fraktur dapat bersifat terbuka maupun tertutup. Biasanya ditemukan
pada usia termuda 4 tahun, laki-laki 5 kali lebih sering daripada perempuan.
Mekanisme trauma
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Dapat terjadi karena trauma langsung atau terjadi karena hiperpronasi dengan tangan
dalam keadaan outstretched.

Gambaran klinis
Penderita biasanya mengeluh nyeri, dan bengkak pada lengan bawah dan datang dengan
tangan dalam posisi fleksi dan pronasi.
Pengobatan
Pada fraktur terbuka sebaiknya dilakukan tindakan operasi segera disertai dengan fiksasi
ulna. Pengobatan pada fraktur tertutup pada anak dicoba dengan reposisi tertutup karena
angka keberhasilannya 50%.

5. FRAKTUR METAKARPAL DAN FALANGS
Fraktur metacarpal dan falangs pada anak-anak jarang ditemukan.
Beberapa jenis fraktur yang biasa ditemukan :
Fraktur komunutif falangs distal
Fraktur falangs tengah
Fraktur metacarpal
Fraktur Bennett


Fraktur ekstremitas Inferior
1. FRAKTUR PELVIS DAN FEMUR

A. Fraktur panggul
Fraktur panggul sangat jarang ditemukan pada anak-anak dibandingkan dengan
orang dewasa.
Klasifikasi
Klasifikasi fraktur panggul pada anak-anak didasarkan aspek klinis :
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Tanpa komplikasi, hanya berupa fraktur biasa tanpa pergeseran.tidak
ditemukan syok, tidak perlu transfuse darah serta tidak ditemukan komplikasi.
Fraktur dengan trauma pada organ-organ lain disertai perdarahan dan syok.
Fraktur dengan perdarahan massif dan segera
Gambaran Klinis
Fraktur panggul biasanya disertai dengan perdarahan.disamping gejala fraktur
panggul sendiri mungkin ditemukan tanda-tanda perdarahan pada organ lain.
Pengobatan
Fraktur panggul biasanya merupakan satu bagian trauma multiple.

B. Fraktur Leher femur
Pada anak-anak jarang ditemukan. Lebih sering pada laki-laki daripad perempuan
dengan perbandingan 3 : 2
Menakisme trauma
Biasanya karena kecelakaan, jatuh dari ketinggian atau jatuh dari sepeda dan
biasanya disertai trauma pada tempat lain.
Gambaran klinis
Biasanya disertai trauma hebat dan nyeri di daerah panggul sehingga penderita
tidak dapat berjalan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan rigiditas dan gangguan
pergerakan sendi panggul. Bila penderita disertai pergeseran, maka penderita
tidak dapat menggerakkan sendi panggulnya. Selain itu didapatkan nyeri tekan di
daerah panggul.
Pengobatan
Tergantung dari jenis dan pergeseran fraktur :
Konservatif
- Traksi kulit
- Spika panggul
Dilakukan pada penderita yang fraktur dengan pergeseran yang
minimal
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Operasi
Apabila terjadi pergeseran fraktur.
Komplikasi
Nekrosis avaskuler
Koksa vara
Fusi epifisis dini
Delayed union dan nonunion

C. Fraktur diafisis femur
Fraktur diafisis femur sering ditemukan pada anak-anak dan harus dianggap suatu
fraktur yang dapat menimbulkan perdarahan dan syok.
Mekanisme trauma
Fraktur terjadi karena suatu trauma hebat dan lokalisasi yang palin sering adalah
pada 1/3 tangah diafisis femur.
Klasifikasi
Fraktur femur dibagi menjadi :
Subtrokanterik
Adduksi
Abduksi
Klasik
Posisi fraktur terjadi karena tarikan dan lokalisasi fraktur. Pada fraktur femur 1/3
proksimal, fragmen proksimal tertarik dalam posisi fleksi karena tarikan muskulus
illeopsoas, abduksi oleh muskulus gluteus medius dan minimus serta rotasi
eksterna oleh otot rotator pendek. dan gluteus maksimus.
Gambaran klinis
Penderita biasanya datang dengan gejala trauma hebat disertai pembengkakan
pada daerah tungkai atas dan tidak dapat menggerakkan tungkai.terdapat
deformitas, pemendekan anggota gerak, dan krepitasi.
Pengobatan
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



1. Konservatif
Anak 0-2 tahun, traksi kulit menurut Bryant
Anak umur 2 tahun ke atas, traksi kulit menurut Hamilton-Russel
Anak yang lebih besar dapat dilakukan traksi tulang melalui kondilus
femur dengan menggunakan bidai dari Thomas dan penyangga dari
Pearson
Spika panggul, dilakukan setelah reposisi dan imobilisasai dengan
gips.
2. Terapi Operatif
Komplikasi
- Tulang yang tidak sama panjang setelah sembuh
- Malrotasi atau deformitas anguler
- Pembentukan spur yang menonjol pada otot yang mengganggu
pergerakan
- Kontraktur kuadrisep

2. FRAKTUR PATELA

Patella adalah tulang sessamoid terbesar dalam tubuh. Jarang sekali ditemukan
fraktur patella pada anak-anak.
Mekanisme trauma :
1. Trauma langsung pada patella yang menekan condyles femur sehingga
menyebabkan fraktur berbentuk bintang dan komunitif
2. Kontraksi tiba-tiba dan keras pada muskulus quadrisep dengan lutut dalam
keadaan fleksi, akan menyebabkan fraktur avulsi dengan garis fraktur
transversal disertai robekan pada ekspansi quadrisep
Gambaran Klinis :
- Nyeri
- Pembengkakan
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



- Ada cairan di dalam lutut
- Pasien tidak dapat melakukan ekstensi tungkai (jika ada robekan muskulus
quadrisep)
Pemeriksaan Radiologis :
Akan memberikan gambaran yang jelas tentang fraktur
Pengobatan :
Prinsipnya sama dengan fraktur patella pada orang dewasa. Apabila
terdapat hemartrosis yang banyak, sebaiknya dilakukan aspirasi secara steril.
1. Fraktur yang sangat minimal pergeserannya dan fraktur komunitif yang
tidak berserakan diatasi dengan gips sirkuler silinder dengan lutut dalam
posisi ekstensi.
2. Fraktur avulsi dengan pemisahan fragmen perlu dilakukan tindakan
operasi dan memperbaiki ekspansi quadrisep.

3. FRAKTUR TIBIA-FIBULA

FRAKTUR DIAFISIS TIBIA dan FIBULA
Fraktur diafisis tibia dan fibula bervariasi menurut umur penderita dan jenis
trauma yang terjadi. Pada bayi dn anak-anak yang muda, fraktur bersifat spiral
pada tibia dengan fibula yang intak.
Pada usia 3-6 tahun biasanya terjadi stress torsional pada tibia bagian medial
yang akan menimbukan fraktur green stick pada metafisis atau diafisis proksimal
dengan fibula yang intak.
Pada usia 5-10 tahun, fraktur biasanya bersifat transversal dengan atau tanpa
fraktur fibula.
Fraktur tibia dan fibula dapat bersifat tertutup arau terbuka.
Pengobatan :
Pertimbangkan pengobatan konservatif dengan pemasangan gips sirkuler
di atas lutut dengan sedikit fleksi.
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Operasi dialkukan apabila ada indikasi seperti fraktur terbuka, malunion,
atau nonunion (jarang ditemukan).


4. FRAKTUR TULANG-TULANG PADA KAKI
1. Fraktur Talus
Jarang ditemukan dan dapat terjadi fraktur pada daerah leher, badan, atau pada
dinding lateral yang merupakan suatu fraktur osteokondral
2. Fraktur kalkaneus
Jarang ditemukan pada anak-anak
3. Fraktur metatarsal
Lebih sering ditemukan pada anak-anak dan biasanya menimbulkan gejala nyeri
yang sangat hebat. fraktur basis metatarsal disebut juga fraktur Robert-Jones.






Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



C. FRAKTUR PADA ORANG DEWASA

Fraktur ekstremitas Superior

1. FRAKTUR SKAPULA

Mekanisme cidera
Badan scapula mengalami fraktur akibat daya penghancur, yang biasanya juga
mengakibatkan fraktur pada tulang rusuk dan dapat mengakibatkan dislokasi pada
sendi sternoklavikular. Leher scapula dapat mengalami fraktur akibat pukulan atau
jatuh pada bahu. Prosessus korakoideus dapat mengalami fraktur pada dasrany atau
mengalami avulsi pada ujungnya. Fraktur pada akromion adalah akibat kekuatan
langsung. Fraktur pada pinggir glenoid dapat terjadi bersama dislokasi bahu.

Gambaran klinik
Lengan ditahan tak bergerak dan mungkin terdapat memar hebat pada scapula
atau dinding dada. Fraktur pada badan scapula sering menyertai cidera dada yang
hebat.
SINAR X
Film dapat memperlihatkan adanya fraktur kominutif pada badan scapula, atau
leher scapula dengan fragmen sebelah luar yang tertarik ke bawah oleh berat lengan
itu. Kadang kadang retakan ditemukan pada akromion atau prosessus korakoideus.
CTscan berguna untuk menunjukkan adanya fraktur glenoid.
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A





Terapi
Reduksi biasanya tak dapat dilakukan dan tak perlu. Pasien memakai kain
gendongan agar nyaman, dan sejak awal melakukan latihan aktif pada bahu, siku, dan
jari. Frakmen glenoid yang besar akibat fraktur-dislokasi pada bahu, harus diikat
dengan suatu skrup.
Komplikasi
Fraktur badan disebabkan biasanya oleh cidera pada dinding dada atau paru
paru (cari pneumothoraks) dan pada semua fraktur scapula mungkin juga terdapat
cidera pleksus brakialis (pemeriksaan neuroligis).

2. FRAKTUR CLAVIKULA
Klavikula merupakan tulang yang pertama kali mengalami osifikasi pada
masa embrio dan paling sering mengalami fraktur pada anak anak. Fraktur
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



klavikula biasanya terjadi karena trauma pada saat proses partus ,olahraga ataupun
kecelakaan lalu lintas.
Mekanisme trauma
Dapat terjadi karena trauma langsung maupun tidak langsung pada saat posisi
lengan terputar atau tertarik ke arah luar(out stretched hand).
Gambaran Klinis
Adanya poembengkakan pada daerah klavikula yang biasanya terjadi setelah
beberapa hari pasca trauma. Hal ini terjadi setelah pembentukan kalus.
Klasifikasi
fraktur klavikula dapat terjadi pada :
1. Sepertiga tengah
2. Sepertiga lateral
3. Sepertiga medial
Fraktur klavikula 1/3 tengah sering tejadi dan dapat prognosa buruk disbanding
lainnya karena klavikula bagian medial terangkat ke atas oleh tarikan otot
sternokleidomastoideus dan fragmen lateral tertarik ke bawah oleh muskulus
pectoralis mayos karena beban nerat badan





Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A





Pengobatan
1. Koservatif
Pengobatan konservatif dengan mitela verban bentuk delapan

2. Operasi
Seabgian besar fraktur klavikula dapat sembuh dengan baik . operasi dilakukan apabila ada
indikasi fraktur terbuka , adanya tekanan pada pembuluh darah , non union , fraktur 1/3
lateral serta penderita aktif yang segera akan kembali pada aktivitas seperti biasanya. Operasi
dapat dilakukan dengan pemasangan pin Kirschner atau plate dan screw.
Komplikasi
1. Malunion
2. Kerusakan pembuluh darah atau paru-paru
3. Non union
4. Deformitas yang jelek berupa penonjolan tulang kea rah kulit.
5. Arthritis pasca traumatic
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A




3. FRAKTUR HUMERUS
Fraktur pada humerus dapt terjadi mule dari proksimal(caput) sampai bagian
distal (kondilus) berupa:
1. fraktur leher
2. fraktur diafisis
3. fraktur tuberkulum mayus
4. fraktur suprakondiler
5. fraktur kondiler
6. fraktur epikondilus medialis
Fraktur epifisis humerus
Fraktur epifisis humerus adalah fraktur lempeng epifisis tipe II (Salter-Harris)
Mekanisme trauma
Biasanya terjadi pada anak-anak yang jatuh dalam posisi hiper-ekstensi,
misalnya jatuh pada saat mengendarai sepeda/kuda.
Klasifikasi
Klasifikasi fraktur menurut Neer-Horowitz :
Grade I : pergeseran fraktur kurang dari 5 mm
Grade II : pergeseran epifisis 1/3 terhadap fragmen distal
Grade III : pergeseran 2/3
Grade IV : pergeseran melebihi 2/3
Tujuh puluh persen fraktur lempeng epifisis adalah grade I dan grade II
Pemeriksaan radiologis
Pada foto rontgen ditemukan adanya pemisahan epifisis dan metafisis,
dimana epifisis bersama-sama dengan sebagian metafisis yang tetap terletak
dalam ruang sendi, sedangkan bagian distal tertarik ke proksimal.
Pengobatan
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Fraktur yang masih baru terutama grade I tidak memerlukan reposisi. Pada
grade II reposisi dapat dilakukan dengan mudah dengan pembiusan umum dan
setelah itu dipasang mitela. Pada fraktur epifisis humerus grade III dan IV harus
dilakukan reposisi dengan pembiusan umum dan apabila tidak berhasil dilakukan
operasi terbuka dengan fiksasi interna dengan menggunakan pin kecil.

Fraktur leher humerus
Fraktur leher humerus umumnya terjadi pada wanita tua yang telah
mengalami osteoporosis sehingga terjadi kelemahan pada tulang.
Mekanisme trauma
Biasanya penderita jatuh dan terjadi trauma pada anggota gerak atas.
Klasifikasi
a. fraktur impaksi
b. fraktur tanpa impaksi, dengan atau tanpa pergeseran
Pengobatan
Pada fraktur impaksi atau tanpa impaksi yang tidak disertai pergeseran
dapat dilakukan terapi konservatif saja dengan memasang mitela dan mobilisasi
segera pada gerakan sendi bahu. Bila fraktur disertai dengan pergeseran mungkin
dapat dipertimbangkan tindakan operasi.
Komplikasi
1. kekakuan pada sendi
2. trauma saraf yaitu nervus aksilaris
3. dislokasi sendi bahu

Fraktur diafisis humerus
Fraktur diafisis humerus biasanya terjadi pada 1/3 tengah humerus dimana
trauma dapat bersifat memuntir yang menyebabkan fraktur spiral dan bila trauma
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



bersifat langsung dapat menyebabkan fraktur tranversal, obliq pendek atau
komunitif. Fraktur patologis biasanya terjadi pada 1/3 proksimal humerus.
Gambaran klinis
Pada fraktur humerus ditemukan pembengkakan, nyeri tekan serta
deformitas pada daerah humerus. Pada setiap fraktur humerus harus diperiksa
adanya lesi nervus radialis terutama pada daerah 1/3 tengah humerus.
Pemeriksaan radiologis
Dengan pemeriksaan radiologist dapat ditentukan lokalisasi dan
konfigurasi fraktur
Pengobatan
Prinsip pengobatan adalah konservativ karena angulasi dapat tertutup oleh
otot dan secara fungsional tidak terjadi gangguan, disamping itu 1/3 kontak cukup
memadai untuk terjadinya union.
1. pengobatan konservatif dibagi atas:
-pemasangan U slab
-pemasangan gips tergantung
2. pengobatan operatif dengan pemasangan plate dan screw atau pin dari rush
atau pada fraktur terbuka dengan fiksasi eksterna.

Indikasi operasi :
1. fraktur terbuka
2. terjadi lesi nervus radialis setelah dilakukan reposisi
3. nonunion
4. penderita yang segera ingin kerja kembali.

4. FRAKTUR RADIUS ULNA

Mekanisme cedera
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Biasanya penyebabnya adalah jatuh pada tangan; kalau pada saat benturan
tubuh memuntir, daya geraknya dapat dengan kuat mempronasikan lengan bawah.
Kaput radius berdislokasi ke depan dan sepertiga bagian atas ulna patah dan
melengkung ke depan. Kadang-kadang daya penyebabnya adalah hiperekstensi.



Klasifikasi Fraktur dislokasi Monteggia menurut Bado:
1. Fraktur 1/3 tengah / proksimal ulna dengan angulasi anterior disertai dislokasi
anterior kaput radius
2. Fraktur 1/3 tengah / proksimal ulna dengan angulasi posterior disertai dislokasi
3. posterior kaput radii dan fraktur kaput radii
4. Fraktur ulna distal processes coracoideus dengan dislokasi lateral kaput radio
5. Fraktur ulna 1/3 tengah / proksimal ulna dengan dislokasi anterior kaput radii dan
fraktur 1/3 proksimal radii di bawah tuberositas bicipitalis

Gambaran Klinis
Pasien dengan fraktur-dislokasi Monteggia datang dengan siku yang bengkak,
deformitas serta terbatasnya ROM karena nyeri khususnya supinasi dan pronasi.
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Kaput radius bisanya dapat di palpasi.Harus dilakukan pemeriksaan neurovascular
dengan teliti oleh karena Bering terjadi cedera saraf periper n radialis atau PIN.

Teknik Penanganan terapi konservatif dan operasi
Metode Penanganan Konservatif
Prinsipnya dengan melakukan traksi ke distal dan kembalikan posisi tangan
berubah akibat rotasi
Posisi tangan dalam arah benar dilihat letak garis patahnya
- 1/3 proksinal posisi fragmen proksimal dalam supinasi untuk dapat kesegarisan
fragmen distal supinasi
- 1/3 tengah posisi radius netral maka posisi distal netral
- 1/3 distal radius pronasi maka posisi seluruh lengan pronasi, setelah itu
dilakukan immobilisasi dengan gips atas siku.

Metode Penanganan Operatif
- Empat eksposur dasar yang direkomendasikan
1. Straight ulnar approach untuk fraktur shaft ulna
2. Volar antecubital approach untuk fraktur radius proximal
3. Dorsolateral approach untuk fraktur shaft radius, mulai dari kapitulum radius
sampai distal shaft radius
4. Palmar approach untuk fraktur radius 1/3 distal

- Posisikan pasien terlentang pada meja operasi. Meja hand sangat membantu untuk
memudahkan operasi. Tourniquet dapat digunakan kecuali bila didapatkan lesi
vaskuler.
- Ekspos tulang yang mengalami fraktur sesuai empat prinsip diatas.
- Reposisi fragmen fraktur seoptimal mungkin
- Letakkan plate idealnya pada sisi tension yaitu pada permukaan dorsolateral pada
radius, dan sisi dorsal pada ulna. Pada 1/3 distal radius plate sebaiknya diletakkan
pada sisi volar untuk menghindari tuberculum Lister dan tendon-tendon ekstensor.
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



- Pasang drain, luka operasi ditutup lapis demi lapis

Fraktur radius, ulna distal dan epifisis
Merupakan fraktur tersering pada anak (82%) karena daerah metafisis anak
relative lemah.
Mekanisme trauma
Saat tangan terjatuh dalam keadaan outu stretched dimana pergelangan tangan
dalam posisi ektensi.

Klasifikasi :
1. Frakturs epifisis
Yang paling sering ialah fraktur epifisis radius distal pada umur 6-12
tahun. Umumnya tipe I dan II (salter harris).
Terapi : dillakukan reposisi tertutup dan dimobilisasi dengan gips sirkuler
selama 3 minggu.

2. Fraktur torus
Disebut juga fraktur buckle yang terjadi pada korteks di daerah metafisis.
Terapi : pemasangan gips sirkuler selama 3 minggu.

3. Fraktur green stick
Terjadi apabila ada robekan periosteum dan korteks pada daerah konveks
dari deformitas. Fraktur kebanyakan mengenai radius dan ulna.
Terapi : tidak semua perlu reduksi tertutup. Umumnya angulasi kurang
dari 20
o
pada anak umur 6-12 tahun tidak perlu reduksi tertutup, hanya
pemasangan gips sirkuler di atas siku posisi pronasi selama 3-4 minggu.

4. Fraktur total
Fraktur yang mengenai radius dan ulna bisanya menyamping sehingga
sulit direposisi.
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Terapi : reposisi tertutup gagal reposisi terbuka dengan fiksasi
interna dan dipasang gips sirkuler selama 4 minggu tergantung umur
pasian.

5. Fraktur galeazzi
Mekanisme cedera
Penyebab lazimnya adalah jatuh pada tangan; munkin disertai daya
rotasi. Fraktur radius pada sepertiga bagian bwah dan sendi radioulnar
inferior bersubluksasi atau berdislokasi. Cedera ini hampir merupakan
pasangan fraktur-dislokasi Monteggia
Gambaran klinik
Fraktur Galeazzi jauh lebih sering terjadi daripada fraktur Monteggia.
Ujung bagian bawah ulna yang menonjol merupakan tanda yang
mencolok. Perlu dilakukan pemeriksaan untuk lesi saraf ulnaris, yang
sering terjadi.


Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A




Sinar-X
Fraktur melintang atau oblik yang pendek ditemukan pada sepertiga
bagian bawah radius, dengan angulasi atau tumpang-tindih. Sendi
radioulnar inferior bersubluksasi atau berdislokasi.
Terapi
Seperti halnya fraktur moteggia, langkah yang paling penting adalah
memulihkan panjangnya tulang yang mengalami fraktur. Pada anak-anak
reduksi tertutup sering berhasil. Pada orang dewasa, reduksi terbaik
dicapai dengan operasi terbuka dan pemasangan plat pada radius. Sinar-X
dilakukan untuk memastikan bahwa sendi radioulnar telah tereduksi.
Lengan diimobilisasi dalam gips selama 6 minggu, setelah itu gerakan
aktif dianjurkan.

5. FRAKTUR METAKARPAL DAN FALANGS

Fraktur radiokarpal
Fraktur pada radius dapat memasuki sendi pergelangan tangan, menyebabkan (1)
fraktur osteoartikular yang sederhana. (2) fraktur osteoartikular kuminutif atau (3)
fraktur-subluksasi pada pergelangan tangan.

Fraktur stiloid radius
Cedera ini disebabkan oleh deviasi radius secara pakasa pada pergelangan tangan
dan dapat terjadi setelah jatuh, atau bila pegangan starter menendang balik. Garis
fraktur bersifat melintang, meluas ke lateral dari permukaan sendi radius; fragmen,
jauh lebih besar daripada siloid radius, sering tak bergeser.
Kalau terdapat pergeseran, fraktur perlu direduksi, dan pergelangan tangan
dipertahankan dalam deviasi ulnar dengan slab gips yang mengelilingi bagian luar
lengan bawah yang membentang dari bawah siku sampai leher metacarpal. Reduksi
yang tak sempurna dapat mengakibatkan oestoartritis; karena itu kalau reduksi
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



tertutup tak sempurna fragmen harus disekrup kembali, atau dipertahankan dengan
kawat kirschner.

Fraktur kominutif
Jika radius bagian bawah tidak patah secara melintang di atas pergelangan tangan
seperti pada fraktur Colles, mungkin terdapat fraktur berbentuk T pada sendi, atau
radius bagian bawah mungkin kominutif. Reduksi tertutup yang tepat jarang berhasil,
tetapi harus dilakukan upaya untuk memulihkan panjang dan penjajaran (alignment)
lengan bawah. Reduksi ini terbaik dicapai dengan ligamentotaksis (traksi pada
ligament) dengan fiksator luar. Sekali fraktur merekat ( biasanya 6-8 minggu) fiksator
dilepas dan dianjurkan melakukan gerakan pergelangan tangan; dengan alat Pennig,
gerakan pergelangan tangan dapat dimulai (walau fiksator masi pada tempatnya.

Fraktur sublukasi volar (fraktur barton)
Cedera ini, yang kadang-kadang dikira fraktur simth berbeda dari fraktur smitha
dalam hal garis frakturnya bersifat oblik dari bibir vilar radius sampai ke dalam sendi
pergelangan tangan: fragmen distal bergeser ke anterior; membawa serta karpal ke
anterior. Karena fragmen kecil dan tak berpenyangga, fraktur bersifat tidak stabil.
Terapi Fraktur dapat direduksi dengan mudah, tetapi mudah pula bergeser
kembali. Dianjurkan untuk memelakukan fiksasi internal, dengan plat dinding
penopang anterior yang kecil.
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Fraktur-subluksasi dorsal
Kadang-kadang ini disebut fraktur barton dorsal di sini garis fraktur bersifat oblik
pada bibir dorsal radius dan karpal terbawa ke posterior.
Terapi, fratur ini lebih mudah dikendalikan daripada fraktur barton volar. Fraktur
ini direduksi secara tertutup dan lengan bawah diimobolissasi dalam gips selama 6
mingggu. Kalau ini bergeser lagi, sebaiknya dilakukan reduksi terbuka dan
pemasangan plat.
Komplikasi
Dini
Cedera yang berkaitan pada karpal harus disingkitkan dengan pemeriksaan
sinar-X yang cermat.
Pergeseran tulang terdapat kecenderungan yang kuat pada fraktur Barton
untuk bergeser ulang kalau fraktur ini dipertahankan dalam gips; sebab itu
sebaiknya dilakukan fiksasi internal
Belakangan
Ketidakstabilan karpal. Ketidak stabilan karpal yang kronis dapat terjadi
setelah fraktur-subluksasi.
Ostoartritis sekunder. Dapat terjadi lama setelah itu, tetapi
ketidakmampuan biasanya tidak berat,
Fraktur skafoid karpal.
Fraktur skafoid merupakan hampir 74% dari semua cedera karpal, tetapi cedera ini jarang
terjadi pada manula dan anak-anak. Pada fraktur yang tak stabil mungkim kiga terdapat
kerusakan pada ligament skafolunatum dan rotasi dorsal lunatum
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A




Mekanisme cedera
Skafoid terletak secara oblik di seberang dua deret tulang-tulang karpal,
dan juga pada garis pembebanan di antara ibu jari dan lengan bawah. Kombinasi
gerakan paksa dan daya tekanan pada karpal, seperti jatuh pada tangan yang ber-
dorsifleksi, menghasilkan tekanan hbat pada tulang dan hal ini cenderung
mengakibatkan fraktur. Sebagian besar fraktur skafoid bersifat stabil; pada fraktur
yang bersifat tidak stabil fragmen dapat bergeser dan ini sering berhubungan
dengan ketidakstabilan karpal dan kemiringan dorsal, pada lunatum.
Persediaan darah pada skafoid berkurang di bagian proksimal. Ini dapat
menerangkan fakta bahwa 30% dari fraktur sepertiga pertengahan, dan dua kali
jumlah itu pada fraktur proksimal, mengakibatkan nekrosis avaskular pada
fragmen proksimal.
Gambaran klinik
Penampilan mungkin seakan-akan normal, tetapi pengamat yang cermat
biasanya dapat mendeteksi kesan penuh dalam kotak anatomis; nyeri tekan yang
dilokalisasi secara tepat pada situasi yang sama merupakan tanda diagnostic yang
penting. Tekanan prosimal disepanjang poros ibu jari mungkin hanya terasa nyeri.
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Sinar-X
Foto anteroposterior, lateral dan oblik semua penting; fraktur yang baru
terjadi sering hanya terlihat pada foto oblik. Garis fraktur biasanya melintang, dan
pada bagian tulang yang tersempit (pinggang), tetapi pada garis fraktur ini
mungkin terletak di bagian yang lebih proksimal. Kadang-kadang hanya tuberkel
skafoid yang mengalami fraktur.
Sangatlah penting untuk mencari tanda-tanda pergeseran atau
keridakstabilan yang halus pembukaan garis fraktur, angulasi pada fragmen distal,
kelainan pada skafoid dan, kadang-kadang, pola DISI pada sinar-X lateral
Beberapa minggu setelah cedera, fraktur dapat semakin jelas; kalau
penyatuan bersidat lambat, kavitasi akan muncul pada salah satu sisi fraktur.
Fraktur yang tak menyatu dan sudah lama mempunyai daera pinggiran yang
keras, sehingga tampak seolah-olah terdapat tulang karpal ekstra. Sklerosis yang
abnormal pada fragmen prosimal merupakan patognomonik untuk nekrosis
avaskular.
Terapi
Fraktur pada tuberkel skafoid tidak memerlukan pembebatan dan harus
diterapi seperti keseleo pergelangan tangan dengan pembalut krep dan dianjurkan
melakukan gerakan lebih awal. Fraktur skafoid yang lain diterapi sebagai berikut.
Fraktur yang tak bergeser tidak memerlukan reduksi, dan terapinya adalah
digips. Terapi pergeseran, yang sering minimal, biasa terjadi dan, meskipun terapi
dengan gips dapat berhasil, lebih baik fraktur direduksi secara terbuka dan
difiksasi dengan sekrup kompresi
Baik diperlukan reduksi terbuka atau tidak, pangkal lengan harus benar-
benar diimobilisasi. Gips dipasang dari lengan bawah bagian atas sampai tepat di
dekat sendi metakarpifalangeal jari, tetapi menyertakan ruas jari proksimal ibu
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



jari. Pergelangan tangan dipertahankan berdorsifleksi dan ibu jari ke depan dalam
posisi memegang gelas. Gips harus dibentuk dengan hati-hati sesuai lekukan
tangan, dan tidak dibelah. Gips ini dipertahankan selama 6 minggu.
Setelah 6 minggu gips dilepas dan pergelangan tangan diperiksa secara
klinik dan secara radiologic. Kalau ridak ada nyeri tekan dan sinar-X
menuinjukkan tanda-tanda penyembuhan, pergelangan tangan dibiarkan bebas;
penyatuan radiografik lengkap dapat memakan waktu beberapa bulan.
Kalau pergelangan tangan terasa nyeri, atau fraktur masih terlihat pada
pemeriksaan sinar-X, gips dipasang ulang selama 6 minggu lagi. Pada stadium itu,
salah satu dari tiga gambaran berikut dapat muncul. (1) pergelangan tangan tidak
nyeri dan fraktur telah sembuh-gips dapat dibuang.(2) pemeriksaan sinar-X
menunjukkan resorpsi dan kavitasi tulang di sekitar fraktur- ini adalah
penyembuhan lambat. Penyembuhan dapat dipercepat dengan pencangkokan
tulang. (3) terdapat non union
Komplikasi
Nekrosis avaskular, fragmen proksimal dapat mati, terutama akibat fraktur
kutub proksimal, dan kemudian setelah 2-3 bulan fragemen ini tampak padat pada
pemeriksaan sinar-X. meskipun revaskularisasi dan penyatuan secara teoritis
dapat terjadi, keduanya dapat memakan waktu beberapa tahun. Pencangkokan
tulang, seperti untuk penyatuan lambat dapat berhasil. Dan dalam hal ini tulang,
meskipun abnormal, secara structural tetap utuh. Kalau pergelangan tangan terasa
nyeri, fragmen yang mati dan stiloid radius harus di eksisi
Non-union, setelah 6 bulan mungkin telah jelas bahwa fraktur tidak akan
menyatu. Pencangkokan tulang mungkin masi dapat dicoba, terutama pada pasien
yang lebuh muda dan lebih aktif. Kalau skafoid telah kolaps, cangkokan harus
dilakukan untuk memulihkan posisi dan panjangnya tulang; stabilitas dapat di
perkuat dengan memasang suatu sekrup.
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Pada pasien yang usianya lebih tua, dan pasien yang benar-benar
asimptomatik, non union dapat di biarkan tanpa terapi. Kadang-kadang pasien
pertama kali dating dengan keluhan keseleo, tetapi pemeriksaan sinar-X
memperllihatkan fraktur non-union yang sudah lama disertai sklerosis pada
pinggirannya;3-4 munggu dalam gips sudah cukup membuatnya nyaman dan
tidak diperlukan terapi yang lebih jauh. Non-union lama yang disertai kolaps
karpal dan nyeri dapat diterapi dengan (1) pembebatan pergelangan tangan
berkala; (2) wksisi stiloid radius, untuk mengurain tekanan pada skafoid; atau (3)
artrodesis pergelangan tangan.

Fraktur Colles
Cedera yang diuraikan oleh Abraham Colles pada tahun1814adalah fraktur
melintang pada radius tepat diatas pergelangan tangan, dengan pergeseran dorsal
fragmen distal. Ini adalah fraktur yang paling sering ditemukan pada manula,
insidensinya yang tinggi berhubungan dengan permulaan osteoprorisi pasca
menopause. Kerena itu pasien biasanya wanita yang memiliki riwayat jatuh pada
tangan yang terentang.
Mekanisme cedera
Benturan mengena disepanjang lengan bawahdengan posisi pergelangan
tangan berektensi. Tulang mengalami fraktur pada sambungan kortikokanselosa
dan fragmen distal remuk ke dalam ekstensi dan pegeseran dorsal.
Fraktur Colles sering digilongkan berdasarkan apakah prosesus stiloideus
ulna juga mengalami fraktur, apakah sendi radioulnar terlibat dan apakah sendi
radiokarpal terlibat. Kita memilih untuk mempelajari secara terpisah fraktur yang
melibatkan sendi radio karpal; kelom[ok sisanya, yang utama diterapi dengan cara
yang sama dan dipelajari bersama-sama.
Gambaran klinik
Kita dapat mengenali fraktur ini dengan sebutan deformitas garpu makan
malam, dengan penonkolan pinggung pergelangan tangan dan depresi di depan.
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Pada pasien degnan sedikit deformitas munkin hanya terdapat nyeri tekan local
dan nyeri bila pergelangan tangan digerakkan
Sinar-X
Terdapat fraktur radius melintang pada sambungan kortikokanselosa, dan
prosessus stiloideus ulnar sering putus. Fragmen radius (1) bergeser dan miring ke
belakang, (2) bergeser dan miring ke radial, dan (3) terimpaksi. Kadang-kadang
fragmen distal mengalami peremukan dan kominutif yang hebat

Terapi
Kalau fraktur tak bergeser (atau hanya sedikit sekali bergeser), fraktur
dibebat dalam slab gips yang dibalutkan sekutar dorsum lengan bawah dan
pergelangan tangan dan dibalut kuat dalam posisinya.
Fraktur yang bergeser hatus direduksi di bawah anastesi. Tangan dipegang
dengan erat dan traksi diterapkan sepanjang tulang itu; fragmen distal kemudian
didorong ke tempatnya dengan menekan kuat pada dorsum dambil memanipulasi
pergelangan tangan ke dalam fleksi, deviasi ulnar dan pronasi. Posisi kemudian
diperiksa dengan sinar-X. kalau posisi memuaskan, dipasang slab gips dorsal,
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



membentang dari tepat dibawah siku sampai leher metacarpal dan dua-eprtiga
keliling dari pergelangan tangan itu. Slab ini dipertahankan pada posisinya dengan
pembalut kain krep. Posisi fleksi dan deviasi ulnar yang ekstrim harus dihindari;
cukup 20 derajat saja pada tiap arah.
Lengan tetap ditinggikan sealam satu atau dua hari lagi; latihan bahu dan
jari segera dimulai setelah pasien sadar. Kalau jari-jari membengkak, mengalami
sianosis atau nyeri, harus tidak ada keragu-raguan untuk membuka pembalut.
Setelah 7-10 hari dilakukan pengambilan sinar-X yang baru; pergeseran
ulang sering terjadi dan biasanya diterapi dengan reduksi ulang; sayangnya,
sekalipun manipulasi berhasil, pergeseran ulang sering terjadi lagi.
Fraktur menyatu dalam 6 minggu dan, sekalipun tak ada bukti penyetuan
secara radiologi, slab dapat dilepas dengan aman dan diganti dengan pembalut
kain krep sementara.
Fraktur kominutif berat dan tak stabil tidak mungkin dipertahankan dengan
gips; untuk keadaan ini sebaiknya dilakukan fiksasi luar, dengan pen proksimal
yang mentranfiksi radius dan pen distal, senaiknya mentransfiksi dasar-dasar
metacarpal kedua dan sepertiga. Suatu alat misalnya fiksator Pennig mempunyai
kelebihan dalam hal pergelangan tangan dapat digerakkan lebih awal. Apapun
metode fiksasi yg digunakan, hal yang paling penting adalah pasien harus dilatih
menggunakan sendi-sendi yang bebas secara teratur.


Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Komplikasi
A. Dini
Dini sirkulasi darah pada jari harus diperiksa; pembalut yang menahan
slab perlu dibuka atau dilonggarkan
Cedera saraf jarang terjadi, dan yang mengherankan tekanan saraf
medianus pada saluran karpal pun jarang terjadi. Kalau hal ini terjadi,
ligament karpal yang melintang harus dibelah sehingga tekanan dalam saluran
karpal berkurang.
Distrofi reflek simpatetik. Mungkin amat sering ditemukan, tetapi
untungnya ini jarang berkembang lengkap menjadi keadaan atrofi sudeck.
Mungkin terdapat pembengkakan dan nyeri tekan pada sendi-sendi jari,
waspadalah jangan sampai melalaikan latihan tiap hari. Pada sekitar 5% kasus,
pada saat gips dilepas tangan akan kaku dan nyeri serta terdapat tanda-tanda
ketidakstabilan vasomotor. Sinar-X memperlihatkan osteoporosis dan terdapat
peningkatan aktivitas pada scan tulang.
B. Belakangan
Malunion sering ditemukan, baik karena reduksi tidak lengkap atau karena
pergeseran dalam gips yang terlewatkan. Penampilannya buruk, kelemahan
dan hilangnya rotasi dapat bersifat menetap. Pada umumnya terapi tidak
diperlukan. Bila ketidakmampuan hebat dan pasien relative mufa, 2,5 cm
bagian bawah ulna dapat dieksisi untuk memulihkan rotasi, dan deformitas
radius dikoreksi dengan osteotomi.
Penyatuan lambat dan non union pada radius tidak terjadi, tetapi prosesus
stiloideus ulnar sering hanya diikat dengan jaringan fibrosa saja dan tetap
mengalami nyeri dan nyeri tekan selama beberapa bulan.
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Kekakuan pada bahu, karena kelalaian, adalah komplikasi yang sering
ditemukan. Kekakuan pergelangan tangan dapat terjadi akibat pembebatan
yang lama.
Atrofi sudeck, kalau tidak diatasi, dapat mengakibatkan kekakuan dan
pengecilan tangan dengan perubahan trofik yang berat.
Rupture tendon (pada ekstensor polisis longus) biasanya terjadi beberapa
minggu setelah terjadi fraktur radius bagian bawah yang tampaknya sepele
dan tidak bergeser. Pasien harus diperingatkan akan kemungkinan itu dan
diberitahu bahwa terapi operasi dapat dilakukan.
Fraktur Smith
Smith mendeskribsikan fraktur yang sama dengan Colles 20 tahun kemudian.
Tetapi pada cedera ini fragmen distal bergeser ke anterior. Fraktur ini akibat jatuh pada
punggung tangan.
Gambaran klinik
Pasien mengalami cedera pergelangan tangan, tetapi tidak terdapat
deformitas garpu-makan malam
Sinar-X
Terdapat fraktur pada metefisis radius distal; foto letral menunjukkan
bahwa fragmen distal bergeser dan miring ke anterior-sanget berlawanan dengan
fraktur colles
Terapi
Fraktur direduksi dengan traksi dan ekstensi pergelangan tangan, dan
lengan bawah diimobilisasi dalam gips selama 6 minggu.
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A






Fraktur ekstremitas Inferior
1. FRAKTUR PELVIS DAN FEMUR

Fraktur leher femur
Epidemiologi :sering terjadi pada orang tua wanita terutama 60 tahun ke atas yang
disertai demham tulang osteoporosis
Mekanisme trauma:
Karena kecelakaan lalulintas atau jatuh dari tempat yang tidka terlalu tinggi seperti
terpeleset di kamar mandi, dimana panggul dalam keadaan flexi dan rotasi
Klasifikasi
Hubungan terhadap kapsul :
i. Ekstrakapsuler
ii. Intrakapsuler
Sesuai lokasi
i. Sub capital
ii. Trans servikal
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



iii. Basal
Radiologis
i. Berdasar keadaan fraktur
1. Tidak ada pergeseran fraktur
2. Fragmen distal, rotasi eksterna, abduksi dan dapat bergeser ke
proksimal
3. Fraktur impaksi
ii. Berdasar Garden

Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A




Patologi
Kaput femur mendapat aliran darah dari 3 sumber :
Pemb darah intra meduler di dalam leher femur
Pemb darah servikal asendens dalam retinakulum kapsul sendi
Pemb darah dari ligament yang berputar
Fraktur pemb darah intramedular & retinakulum mengalami robekan, bila
terjadi pergeseran fragmen
Fraktur trans servikal fraktur yang bersifat intraskapuler yang mempunyai
kapasitas sangay rendah dalam penyembuhan karena adanya kerusakan pembuluh
darah, periosyeum yang rapuh serta hambatan dari cairan synovial.
Gambaran klinis
Nyeri di daerah panggul
Pemendekan anggota gerak bawah dalam posisi lateral
Pemeriksaan Radiologis
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A




Pengobatan
Konservatif
Terapi operatif
iii. Reduksi akurat dan stabil
iv. Imobilisasi
Pemasangan pin
Pemasangan plate dan screw
Artroplasti
Komplikasi
Umum
Nekrosis avasakuler
Non union
Osteoarthritis
Anggota gerak memendek
Malunion
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Malrotasi eksterna
Koksavara
Fraktur daerah trokanter
Definisi
Disebut juga fraktur trokanterik (intertrokanterik) adalah semua fraktur yang terjadi
diantara trokanter mayor dan minor. Bersifat ekstraartikuler dan sering pada wanita
tua diatas 60 tahun
Mekanisme
Jatuh dan mengalami trauma langsung pada trokanter mayor dan bersifat memuntir.
Keretakan diantara trokanter mayor dan minor dimana fragmen proksimal cenderung
bergeser secara varus dan dapat bersifat komunitif
Klasifikasi
Stabil
Tidak stabil korteks bagian medial remuk dan fragmen besar mengalami
pergeseran terutama trokanter minor
Klasifikasi 4 type :
1. Tipe 1 : melewati trokanter mayor dan minor tanpa pergeseran
2. Tipe 2 : melewati trokanter mayor disertai trokanter minor
3. Tipe 3 : disertai fraktur komunitif
4. Tipe 4 disretai fraktur spiral femur

Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A




Gambaran klinis
Riwayat trauma femur proksimal
Pemendekan anggota gerak bawah dan rotasi eksternal
Tidak bisa berdiri dan mengangkat kaki
Px radiologi

Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A




Pengobatan
Konservatif dengan traksi
Sebaiknya dipasang fiksasi interna agar fiksasinya kuat dan mobilitas yang cepat
pada orang tua

Komplikasi
Deformitas varus dan rotasi eksterna serta nonunion, tetapi jarang ditemukan.

Fraktur subtrokanter
Gambaran klinis
a. Anggota gerak bawah dalam kondisi memendek dan rotasi eksterna
b. Bengkak di daerah proksimal femur disertai nyeri pada pergerakan
Px radiologis
a. Fraktur dibawah trokanter minor
b. Garis bersifat transversal, oblik atau spiral sering komunitif
Pengobatan
Reduksi terbuka dan fiksasi interna dengan plate atau screw
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A





Komplikasi
Nonunion dan malunion dapat dikoreksi dengan osteotomi dan bone grafting
Fraktur diafisis femur
Definisi
a. Disebabkan oleh trauma hebat
b. Femur diliputi oleh otot yang kuat dan merupakan proteksi untuk tulang femur
tetapi juga dapat berakibat jelek karena dapat menarik fragmen fraktur hingga
bergeser
c. Selalu difikirkan ada perdrhan massif yang menyebabkan syok
Mekanisme
a. Fraktur spiral posisi kaki melekat erat pada dasar sambil terjadi putaran
yang diteruskan pada femur
b. Fraktur transversal dan oblik trauma langsung dan angulasi
Klasifikasi:
a. Terbuka
b. Tertutup
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



c. Simple
d. Komunitif
e. Fraktur Z
f. Segmental

Gambaran klinis
a. Penderita pada umumnya dewasa muda
b. Pembengkakan
c. Deformitas tungkai berupa rotasi eksterna
d. Mungkin syok
Px radiologis

Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Pengobatan
Terapi konservatif
A. Traksi kulit
B. Traksi tulang berimbang
C. Menggunakan cast bracing
Terapi operatif
- Pemasangan plate dan screw
- Mempergunakan K- Nail
- Fiksasi eksterna
Komplikasi
Komplikasi dini : Syok, Emboli lemak, Trauma PD besar, Trauma syaraf, Trombo
emboli, Infeksi
Komplikasi lanjut : Delayed union, Nonunion, Malunion, Kaku sendi lutut, Refraktur

Fraktur suprakondiler femur
Definisi
daerah antara batas proksimal kondilus femur dan batas metafisis dengan diafisis
femur.
Mekanisme trauma
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Tekanan varus dan valgus disertai kekuatan aksial dan putaran
Klasifikasi
i. Tidak bergeser
ii. Impaksi
iii. Bergeser
iv. Komunitif

Gambaran Klinis
Pembengkakan
Deformitas daerah suprakondiler
Pada pemeriksaan krepitasi
Pengobatan
Terapi konservatif
1. Traksi berimbang
2. Cast bracing
3. Spika panggul
Terapi operatif
Komplikasi
Komplikasi dini
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Penetrasi segmen fraktur ke kulit yang menyebabkan fraktur
terbuka
Trauma pembuluh darah besar
Trauma saraf
Komplikasi lanjut
Malunion
Kekakuan sendi lutut

Fraktur suprakondiler femur dan fraktur interkondiler
Klasifikasi
Tipe 1 : fraktur suprakondiler dan kondiler bentuk T
Tipe IIA : fraktur suprakondiler dan kondiler dengan sebagaian metafisis
(bentuk Y)
Tipe IIB : sama seperti IIA tetapi bagian metafisis lebih kecil
Tipe III : fraktur suprakondiler komunitif dengan fraktur kondiler tidak
total
Pengobatan
Terapi konservatif
Terapi operatif
Komplikasi
Trauma pembuluh darah
Kaku sendi
Osteoarthritis lutut

Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A





Fraktur kondilus femur
Klasifikasi
Tipe I : fraktur kondilus dalam posisi sagital
Tipe II : fraktur dalam posisi koronal dimana bagian posterior kondilus
femur bergeser
Tipe III : kombinasi antara sagital dan koronal
Gambaran klinis
Nyeri dan pembengkakan
Krepitasi sendi lutut
Pemeriksaan radiologis
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Pengobatan :
Terapi konservatif
Terapi operatif
Komplikasi
- Trauma pembuluh darah dan syaraf
- Malunion
- Osteoarthritis
- Kekakuan sendi lutut

2. FRAKTUR TIBIA-FIBULA

Fraktur Eminensia Interkondiler Tibia

Eminensia Interkondiler ( tibia spine ) berada diantara kedua faset lateral dan
medial dan permukaan atas tibia. Sering terjadi pada umur 8 13 tahun Ini terjadi karena
avulsi ligamen krusiatumk baik posterior maupun anterior.

Mekanisme trauma
Terjadi karena lutut dalam posisi fleksi dan trauma dari depan mendorong femur
ke belakang dimana tibia dalam keadaan terfiksasi yang akan menyebabkan avulsi bagian
depan.
Klasifikasi ( Meyers dan McKeever )
Tipe 1
Terjadi avulsi dengan sedikit pergeseran dimana eminensia hanya mengalami
elevasi ringan.
Tipe 2
Terjadi avulsi dengan elevasi pada dasarnya 1/3 bag. Depan
Tipe 3
Terjadi avulsi dengan elevasi total dan dapat terjadi 2 bentuk.
1. Lepas tanpa terbalik
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



2. Lepas dengan posisi terbalik tidak dapat sembuh.
Gambaran klinis
Trauma dengan hemartrosis secara cepat
Lutut dalam keadaan fleksi 10 30 derajat
Nyeri bila ekstensi
Pengobatan
Tipe 1 & tipe 2 dimobilisasi dengan silinder gips dalam keadaan lutut fleksi 20
3- derajat.
Tipe 3 di operasi dan fragmen yang terlepas difiksasi dengan jahitan yang dapat
di resorpsi dan bukan menggunakan screw.

Fraktur Tibia dan Epifisis Proksimal
a) Fraktur tibia epifisis proksimal
Jarang ditemukan pada anak anak insidennya 0,8 % dari seluruh fraktur
lempeng epifisis. Paling sering tipe 2 menyusul tipe 3 dan tipe 4.
Pengobatan :
Pengobatan tipe 2 dengan reduksi tertutup dan dipasang gips 4 6 minggu
Tipe 3 & 4 operasi
b) Fraktur apofisis tuberkel tibia
Terjadi pada anak anak 14 16 tahun
Apofisis tibia terletak pada pertengahan daerah tendo ekspansi otot kuadriseps.
Pengobatan :
Tipe 1 : pemasangan gips silinder dengan lutut dalam keadaan ekstensi.
Tipe 2 dan 3 : operasi dengan fiksasi bag. Fragmen menggunakan pin / screw
kecil.

Fraktur Diafisis Tibia dan Fibula
Bayi dan anak fraktur bersifat spiral pada tibia dengan fibula yg intak
Umur 3 - 6 tahun biasanya stress torsional pada tibia bagian medial
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Umur 5 10 tahun fraktur bersifat transversal dengan / tanpa fraktur fibula
Pengobatan :
Dengan pemakaian gips sirkuler di atas lutut dengan sedikit fleksi
Operasi ada indikasi fraktur terbuka.

Fraktur Epifisis Tibia Distal
Insidensinya 11 % dari seluruh fraktur epifisis pada anak anak dan sering di
temukan pada umur 11 15 tahun.
Klasifikasi dan mekanisme trauma
Trauma abduksi paling sering di temukan yaitu 48 % dan menimbulakn fraktur
epifisis tipe 2 biasanya disertai fraktur diafisis fibula distal.
Trauma rotasi eksterna paling sering ditemukan ke dua yaitu 23 %. Terdapat
pemindahan ke posterior dari seluruh epifisis tibia distal disertai fragmen metafisis
tibia.
Trauma adduksi ditemukan sebanyak 14,5 %, merupakan trauma tipe 3 ( salter-
harris ) dan disebut juga fraktur Tillaux.
Trauma plantar fleksi Ditemukan 12,5 %, terjadi pemindahan seluruh epifisis
tibia ke arah posterior tanpa adanya fraktur fibula.
Trauma kompresi aksial jarang ditemukan yaitu hanya 9 %. Terjadi karena
trauma langsung epifisis tibia distal dan fragmen tulang dapat bergeser ke depan /
ke belakang.


3. FRAKTUR TULANG TARSAL
Fraktur tulang tarsal lainnya seperti tulang navikular, kuboid, dan kuneiform
dapat terjadi karena trauma langsung akibat kejatuhan benda berat. Pengobatan
biasanya secara konservatif dengan verban elastic atau gips sirkuler, kecuali bila da
pergeseran fraktur yang hebat maka diperlukan tindakan operatif.

Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A




FRAKTUR TULANG-TULANG METATARSAL DAN FALANGS KAKI
Fraktur metatarsal disebabkan karena trauma langsung akibat kejatuhan benda
berat, karena trarikan otot pada trauma rotasi dan dapat pula karena fraktur stress (March
fracture)
Fraktur Metatarsal dapat terjadi pada:
1. Fraktur basis metatarsal V
Fraktur basis metatarsal V sering ditemukan, biasanya terjadi
karena trauma rotasi yang dipaksakan dalam posisi inverse. Ditemukan
nyeri tekan pada daerah basis metatarsal V. pemeriksaan radiologis dapat
menentukan diagnosis. Pengobatan sebaiknya menggunakan gips sirkuler
untuk mengurangi nyeri
2. Fraktur diafisis metatarsal
Fraktur diafisis metatarsal dapat terjadi karena trauma langsung
akibat kejatuhan benda berat. Fraktur bisa tunggal bisa juga pada beberapa
metatarsal
3. Fraktur leher metatarsal
4. Fraktur leher metatarsal
Dapat terjadi pada metatarsal dengan trauma yang sama pada diafisis

Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Pengobatan
Pengobatan fraktur yang tidak bergeserditujukan untuk mengurangi nyeri dengan
memasang verban elastic atau pemasangan gips sirkuler selama 3-4 minggu. Fraktur
dengan pergeseran yang hebat sebaiknya dilakukan operasi dengan memasang K-wire


Fraktur tulang belakang

A. FRAKTUR VERTEBRA
Semua trauma tulang belakang harus dianggap suatu trauma yg hebat,
sehingga sejak awal pertolongan pertama dan transportasi kerumah sakit penderita
harus diperlakukan secara hati-hati.
Trauma pada tulang belakang dapat mengenai :
1. Jaringan lunak pada tulang belakang yaitu ligamen, diskus, dan faset
2. Tulang belakang sendiri
3. Sumsum tulang belakang
Penyebab trauma tulang belakang :
1. Kecelakaan lalu lintas
2. Kecelakaan olahraga
3. Kecelakaan industri
4. Kecelakaan lain seperti jatuh dari pohon atau bangunan
5. Luka tusuk, luka tembak
6. Trauma karena tali pengaman ( Fraktur Chance)
7. Kejatuhan benda keras

Mekanisme Trauma
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



1. Fleksi
Terjadi akibat fleksi dan disertai dengan sedikit kompresi pada
vertebra. Vertebra mengalami tekanan sehingga remuk dan menyebabkan
kerusakan atau tanpa kerusakan ligamen posterior. Apabila terdapat kerukan
ligamen posterior maka frktur bersifat tidak stabil dan dapat terjadi subluksasi
2. Fleksi dan rotasi
Suatu tauma fleksi yang bersama-sama dengan rotasi. Terdapat strain
dari ligamen dan kapsul, juga ditemukan fraktur faset. Pada keadaan ini terjdi
pergerakan ke depan / dislokasi vertebra diatasnya. Semua fraktur dislokasi
bersifat tidak stabil.
3. Kompresi Vertikal (aksial)
Trauma vertikal yg secara langsung mengenai vertebra yg akan
menyebabkan kompresi aksial. Nukleus pulposus akan memecahkan
permukaan serta badan vertebra secara vertikal. Material diskus akan masuk
dalam badan vertebra dan menyebabkan vertebra menjadi rekah (pecah). Pada
trauma ini elemen posterior masih intak sehingga fraktur bersifat stabil.
4. Hiperrekstensi atau retrofleksi
Biasanya kombinasi distraksi dan ekstensi. Keadaan ini sering
ditemukan pada vertebra servical. Ligamen anterior dan diskus dapat
mengalami kerusakan atau terjdi fraktur pd arkus neuralis. Fraktur biasanya
bersifat stabil.
5. Fleksi lateral
Kompresi atau trauma distraksi yg menimbulkan fleksi lateral akan
menyebabkan fraktur pada komponen lateral yaitu pedikel, foramen vertebra
dan sendi faset.
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A





Klasifikasi
1. berdasarkan lokalisasi
a. fraktur prosesus tranversus
b. fraktur prosesus spinosus
c. fraktur badan vertebra
d. fraktur lamina
e. fraktur pedikel
2. berdasarkan stabilisasi
a. fraktur stabil
b. fraktur tidak satbil
3. menurut keterlibatan sumsum tulang belakang
a. fraktur tanpa mengenai sumsum tulang belakang
b. fraktur mengenai sumsum tulang belakang
konkusi spinal (syok spinal)
trauma akar saraf
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



trauma pada sumsum, total dan parsial
trauma kauda ekuina

Diagnosis
Anamnesis mengenai jenis trauma, apakah jatuh dari ketinggian,
kecelakaan lalu lintas atau olahraga.diperhatikan adanya tanda-tanda trauma dan
aberasi kepala bagian depan yang mungkin disebabkan karena trauma
hiperekstensi. Pemeriksaan tulang belakang dilakukan secara hati-hati dengan
memeriksa mulai dari vertebra servikal sampai vertebra lumbal dengan meraba
bagian vertebra, ligamen serta jaringan lunak lainnya. Pemeriksaan neurologis
lengkp jg dperlukan.
Pada setiap trauma tulang belakang harus dilakukan pemeriksaan yg teliti
thd trauma yg mungkin menyertai seperti trauma pada kepala, toraks, rongga
perut serta panggul.

Pemeriksaan Radiologis
1. pemeriksaan rontgen
pada fraktur G2 pemeriksaan posisi AP dilakukan secara khusus dengan
membuka mulut. Pemeriksaan AP, lateral, dan kadang-kadang oblik
dilakukan untuk menilai :
a. diameter anteroposterior kanal spinal
b. kontur, bentuk dan kesejajaran vertebra
c. pergerakan fragmen tulang dalam kanal spinal
d. keadaan simetris dari pedikel dan prosesus spinosus
e. ketinggian ruangan diskus intervertebralis
f. pembengkakan jaringan lunak
2. pemeriksaan CT-scan terutama untuk melihat fragmentasi, pergeseran
fraktur dalam kanal spinal
3. pemeriksaan CT-scan dengan mielografi
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



4. pemeriksaan MRI terutama untuk melihat jaringan lunak yaitu diskus
intervertebralis dan ligamen flavum serta lesi dalam sumsum tulang
belakang.

Prinsip pengelolahan
pertolongan pertama
diprioritaskan pada jalan nafas serta ventilasi yang baik. Penderita yang
dicurigai mengalami trauma tulang belakang digerakan secara hati-hati
terutama untuk menjaga gerakan pada tulang belakang.
Pengelolahan awal di rumah sakit
Terutama ditunjukan pada berat ringanny trauma serta keadaan trauma
sendiri. Kerusakan sumsum tulang belakng perlu dirawat untuk mencegah
terjadiny decubitus serta komplikasi pd kandung kencing. Pemasangan kateter
untuk mengukur urine disertai pemberian cairan yang adekuat.
Pengobatan definitif
Tujuan :
a. Mempertahankan fungsi neurologis
b. Mencegah atau menghilangkan tekanan pada sumsum yang bersifat
reversibel
c. Stabilisasi tulang belakng
d. Rehabilitasi penderita
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A




Prinsip pengobatan
1. Penderita tanpa kelainan neurologis
Trauma yang bersifat stabil dapat diobati dng memberikan penompang
pada tulang belakng dan mencegah trauma berikutnya.
Trauma yg bersifat tidak stabil perlu dipertahnkan agar tetap stabil sampai
jaringan sembuh dan tulang belakang menjdi stabil
2. Penderita dengan kelainan neurologis
Pada kelainan neurologis yang tidak total dan fraktur yang bersifat stabil
dapat ditindaki dng cara konservatif sedangkan apabila fraktur bersifat
tidak stabil maka dapat dipertimbangkan dekompresi dan stabilisai secara
operasi.
Kelainan neurologis total dapat terjdi berupa :
Gangguan neurologis bersifat sementara krn adanya syok spinal
yang dapat berlangsung selama 48 jam. Apabila gangguan ini
tidak hilang maka kelainan bersifat permanen.
Apabila trauma spinal tetap stbil dapat ditindaki secara
konservatif dan selanjutnya dilakukan rehabilitasi.
Apabila ada gangguan neurologis total dan fraktur yg bersifat
tidak stbil dapat dipilih pengobatan konservatif dengan tim
rehabilitasi lengkap atau dilakukan stabilisasi dengan opersi untuk
mempermudah perawatan.

Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A




Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A





1. VERTEBRA SERVIKAL
Dapat meyebabkan kematian segera karena gangguan pernafasan. Biasanya
mengenai jaringan lunak seperti whiplash.
Klasifikasi
1. Berdasarkan patologi anatomi
a. Kompresi fraktur baji badan vertebra
b. Fraktur rekah badan vertebra
c. Ekstensi subluksasi
d. Fleksi subluksasi
e. Dislokasi dan fraktur dislokasi
f. Fraktur atlas
g. Fraktur dislokasi sendi atlanto aksial
h. Pergeseran jaringan lunak intra-spinal
i. Fraktur prosesus spinosus
2. Berdasarkan mekanisme trauma
a. Fleksi
b. Fleksi-rotasi
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



c. Ekstensi
d. Kompresi vertikal

Servikal strain ( Whiplash )
Trauma pada jaringan lunak yang dapat terjadi karena hiperekstensi yang
tiba-tiba. Servikal strain terjadi karena pergerakan badan penderita secara tiba-tiba ke
depan sedangkan kepala bergerak ke belakang. Ditemukan adanya strain atau
robekan pada ligament longitudinal anterior dan kerusakan diskus.
Gambaran klinis
Nyeri,kaku pada leher
Sakit kepala,mual, depresi, dan gangguan penglihatan
Parestesia pada lengan.
Pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan yang mencolok
Pemeriksaan radiologis
Tidak ditemukan kelainan pada tulang servikalis
Pengobatan
Analgesik + fisioterapi. Penderita pada umumnya sembuh setelah 4-8 minggu,
tetapi sebagian penderita tetap mengeluhkan rasa nyeri sampai bertahun-tahun.
Fraktur Vertebra Servikalis 1 (C-1) (Atlas)
Fraktur vertebra G1 biasanya terjadi oleh karena kompresi pada daerah kepala
oleh karena jatuh atau tertimpa benda berat pada kepala atau oleh karena kecelakaan
lalu lintas. Fraktur dapat tanpa disertai robekan (Tipe A) atau dengan robekan
ligamen transversum (Tipe B). Fraktur ini disebut jefferson.
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Pada fraktur tipe A biasanya tidak ada gangguan pada kanalis neuralis, tidak
ada gejala neurologis dan fraktur bersifat stabil. Sedangkan pada tipe B fraktur
bersifat tidak stabil.
Pada fraktur vertebra servikal dapat terjadi :
1. Tanpa kelainan pada sumsum tulang belakang
Anamnesis ditemukan riwayat trauma dng spasme pada otot leher, nyeri yg
hebat pada bagian atas leher serta daerah oksipital. Pada pemeriksaan fisis
gerakan pada leher sangat terbatas. Pengobatan fraktur tanpa adanya
gangguan neurologis yaitu dengan traksi kepala menurut crutchfield cranial
tong atau blackburn tong selama 6 minggu. Dapat pula dilakukan pemasangan
gips Minerva.
2. Dengan kelainan pada sumsum.
Suatu kelainan yg serius dan perlu ditangani segera dng melakukan traksi
serta perawatn pd penderita dng kelainan tetraplegi.

2. TORAKAL
Disebabkan oleh karena trauma vertikal melalui aksis longitudinal dari tulang
belakang. Terjadi karena tertimpa beban dari atas atau jatuh dari ketinggian. Secara
normal tulang belakng berbentuk fleksi sehingga trauma yang terjadi akan
menyebakn gerakan fleksi yang lebih hebat. Kebanyakan trauma pada vertebra
torakal adalah trauma hiperfleksi dan jarang oleh karena hiperekstensi.
Mekanisme trauma
Penyebab fraktur :
1. Trauma vertikal sepanjang aksis longitudinal tulang belakng karena trauma
kepala atau dari bawah. Pada keadaan ini terjdi frktur rekah seperti pada trauma
vertebra servikal.
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



2. Trauma hiperfleksi terjadi fraktur dengan kolaps satu atau dua di depan dan
berbentuk baji yang akan memberikan kifosis.
3. Fleksi disertai dengan rotasi akan menghasilkan fraktur serta dislokasi sendi
intervertebra, dimana terjdi pergeseran vertebra di atas terhadap vertebra di
bawahnya.
Klasifikasi
Pada fraktur vertebra torakal yang stabil ligamen posterior utuh, tidak stabil
terjadi kerusakan pada ligamen posterior.
1. Fraktur prosesus transversus
2. Fraktur kompresi yang bersifat baji dari badan vertebra
3. Fraktur rekah badan vertebra
4. Dislokasi dan fraktur dislokasi

3. LUMBAL
Vertebra lumbal memiliki mobilitas yang lebih besar dibandingkan dengan
vertebra torakal.
Mekanisme trauma
Seperti pada vertebra torakal, fraktur pada vertebra lumbal dapat terjadi
karena trauma aksis longitudinal pada daerah kepala atau bokong.
Klasifikasi
1. Fraktur prosesus transversus
2. Fraktur kompresi yang bersifat baji dari badan vertebra
3. Fraktur rekah badan vertebra
4. Dislokasi dan fraktur dislokasi
5. Trauma jack-knife
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Karena trauma fleksi disertai dengan distraksi pada vertebra lumbal. Jenis
ini sering ditemukan pada trauma sabuk pengaman dimana badan terdorong
kedepan, sedangkan bagian lain terfiksasi. Ditemukan adanya robekan dari
ligamentum longitudinal atau fraktur pada tulang sendiri. Disebut juga fraktur
change dimana vertebra terbelah melalui prosesus spinosus dan badan vertebra.



























Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



DISLOKASI
1. DISLOKASI SIKU

Dislokasi sendi siku sering ditemukan pada orang dewasa tetapi jarang pada anak.
Mekanisme trauma
Biasanya penderita jauth dengan keras dalam keadaan tangan out stretched
Patologi
Bagian distal dari humerus terdorong ke depan melalui kapsul anterior
sedangkan radius dan ulna mengalami dislokasi ke posterior, sehingga selalu terjadi
kerusakan yang hebat pada jaringan lunak kapsul dan muskulus brakialis yang
kadang-kadang mengalami robekan pada prosesus koronoid. Dislokasi pada
umumnya posterior atau posterolateral . arteri brakialis dan nervus medialis dapat
terangkat bersama-sama humerus kedepan. Dislokasi sering disertai fraktur prosesus
koronoid, kapitulum atau di bagian belakang.
Gambaran klinis
Terdapat trauma dengan pembengkakan yang hebat di sekitar sendi siku
sewaktu siku dalam posisi semi fleksi. Olekranon dapat teraba dibagian belakang
Pemeriksaan radiologis
Dengan pemeriksaan radiologist dapat diketahui adanya dislokasi yang
mungkin disertai fraktur tulang sekitar sendi siku.
Pengobatan
Pada dislokasi sendi siku dilakukan reposisi secepatnya. Pada jam-jam
pertama, dislokasi dapat direposisi tanpa pembiusan umum. Setelah direposisi, lengan
difleksi lebih 90 dan dipetrthankan dengan gips selama 3 minggu.
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Komplikasi
1. kekauan sendi siku
2. trauma nervus medianus
3. miositis osifikasi
4. trauma arteri brakialis

2. DISLOKASI BAHU
Dislokasi sendi bahu sering ditemukan pada orang dewasa tetapi jarang pada
anak-anak.
Klasifikasi
1. dislokasi anterior
2. dislokasi posterior
3. dislokasi inferior atau lukasi erekta
4. dislokasi disertai fraktur
1. Dislokasi anterior
Dislokasi anterior disebut juga sebagai dislokasi preglenoid, subkorakoid dan
subklavikuler
Mekanisme trauma
Dislokasi anterior merupakan kelainan yang sering ditemukan dan
biasanya penderita jatuh dengan tangan dalam keadaan out stretched atau trauma
pada scapula sendiri dan anggota gerak dalam posisi rotasi lateral sehingga kaput
humerus menembus kapsul anterior sendi. Pada dislokasi anterior, kaput humerus
berada dibawah glenoid, subkorakoid dan subklavikuler.
Gambaran klinis
Didapatkan nyeri yang hebat serta gangguan pergerakan sendi bahu.
Kontur sendi bahu menjadi rata caput humerus bergeser kedepan.
Pemeriksaan radiologis
Kaput humerus terlihat di depan dan medial glenoid.
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Pengobatan
a. Dengan pembiusan umum
metode hipocrates
penderita dibaringkan di lantai, anggota gerak ditarik keatas dan
kaput humerus ditekan dengan kaki agar kembali ketempatnya
metode kocher
penderita berbaring di tempat tidur dan ahli bedah berdiri di samping
penderita.
Tahap reposisi menurut kocher:
o Sendi siku dalam posisi fleksi 90 dan dilakukan traksi sesuai
dengan garis humerus
o Lakukan rotasi kea rah lateral
o Lengan diadduksi dan sendi siku dibawa mendekati tubuh kea rah
garis tengah
o Lengan dirotasi ke medial sehingga tangan jatuh di daerah dada
b. Tanpa pembiusan umum
Teknik menggantung
Penderita diberikan petidin atau diazepam agar tercapai relaksasi
yang maksimum. Kemudian penderita tidur tengkurap dan membiarkan
lengan tergantung di pinggir tempat tidur . setelah beberpa waktu dapat
terjadi reduksi secara spontan
Penanganan setelah reposisi
Setelah reposisi berhasil, maka lengan harus difiksasi di daerah toraks
selama 3-6 minggu dan bila reposisi tidak dilakukan dapat terjadi dislokasi
rekuren
Komplikasi
a. kerusakan nervus aksilaris
b. kerusakan pembuluh darah
c. tidak terjadi reposisi
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



d. kaku sendi
e. dislokasi rekuran
Pengobatan
Dislokasi rekuren dengan frekuensi yang tinggi, memerlukan tindakan
operasi seperti operasi menurut putti-plat, Bristow dan bankrat
2. Dislokasi posterior
Dislokasi posterior lebih jarang ditemukan dan biasanya disebabkan karena
trauma langsung pada sendi bahu dalam keadaan rotasi interna.
Gambaran klinis
Ditemukan adanya nyeri tekan serta benjolan di bagian belakang sendi
Pemeriksaan radiologis
Ditemukan adanya tanda khas berupa light bulb karena adanya rotasi interna
humerus
Pengobatan
Dilakukan reduksi dengan menarik lengan ke depan secara hati-hati dan rotasi
eksterna, serta imobilisasi selama 3-6 minggu.
Dislokasi rekuren
Dislokasi rekurens posterior lebih jaran ditemukan dan juga memerlukan tindakan
opersi
3. Dislokasi inferior atau lukasi erekta
Kaput humerus mengalami jepitan di bawah glenoid dimana lengan mengarah
ke atas sehingga terjadi dislokasi inferior
Pengobatan
Dilakukan reposisi tertutup seperti dislokasi anterior dan bila tidak berhasil dapat
dilakukan reposisi terbuka dengan opersi
3. Dislokasi disertai dengan fraktur tuberositas mayor humerus
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Jenis ini biasanya adalah dislokasi tipe anterior disertai fraktur. Apabila dilakukan
reposisi pada dislokasi, biasanya fraktur akan tereposisi dan melekat kembali pada
humerus

3. DISLOKASI PANGGUL

Dislokasi panggul pada anak-anak karena trauma sering terjadi di Indonesia.
Umumnya ditemukan di bawah umur 5 tahun, dan lebih banyak pada anak laki-laki
daripada perempuan.
Dislokasi panggul dibagi dalam tiga tipe:
1. Dislokasi posterior
Tanpa fraktur
Disertai fraktur rim posterior yang tunggal dan besar
Disertai fraktur komunitif asetabulum bagian posterior dengan atau tanpa
kerusakan pada dasar asetabulum
Disertai fraktur pada caput femur
2. Dislokasi anterior
Obturator
Iliaka
Pubik
Disertai fraktur kaput femur
3. Dislokasi sentral
Hanya mengenai dinding bagian dalam asetabulum
Fraktur sebagian dari kubah asetabulum
Pergeseran menyeluruh ke panggul disertai fraktur asetabulum yang komunitif

1. Dislokasi posterior dan dislokasi posterior disertai adanya fraktur
Mekanisme Trauma
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Kaput femur dipaksa keluar ke belakang asetabulum melalui trauma yang
dihantarkan diafisis femur dimana sendi panggul dalam keadaan fleksi atau
semi fleksi
Dislokasi posterior diakibatkan trauma panggul posisi fleksi dan aduksi
misal benturan dengan panil depan mobil hingga femur yg terkena dalam
posisi fleksi,aduksi dan rotasi intern dengan tungkai tampak lebih pendek.

Klasifikasi
Menurut Thomson Epstein (1973):
Tipe I : dislokasi tanpa fraktur dengan fragmen tulang yang kecil
Tipe II : dislokasi dengan fragmen tunggal yang besar pada bagian
posterior asetabulum
Tipe III : dislokasi dengan fraktur bibir asetabulum yang komunitif
Tipe IV : dislokasi dengan fraktur dasar asetabulum
Tipe V : dislokasi dengan fraktur kaput femur
Gambaran Klinis
Biasanya setelah trauma hebat
Nyeri
Deformitas sendi panggul
Sendi panggul teraba menonjol ke belakang dalam posisi adduksi, fleksi dan
rotasi interna
Pemendekan anggota gerak bawah
Pemeriksaan Radiologis
Tau disertai fraktur apa tidak
Pengobatan
Direposisi secepatnya dengan pembiusan umum disertai relaksasi yang
cukup
Sendi panggul difleksikan serta lutut difleksi 90 dan dilakukan tarikan pada
paha secara vertical
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Stabilitas sendi diperiksa apakah sendi panggul dapat didislokasikan denan
cara menggerakkan secara vertical
Tipe II : setelah direposisi fragmen yang besar difiksasi denan
screw
Tipe III,IV,V : reduksi tertutup

Perawatan Pasca Reposisi
Traksi kulit 4-6 minggu, setelah itu tidak menginjakkan kaki dengan
menggunakan tongkat 3 bulan

Komplikasi
Dini
Kerusakan nervus skiatik
Kerusakan kaput femur
Kerusakan pembuluh darah
Fraktur diafisis femur
Lanjut
Nekrosis avaskuler
Miositis osifikans
osteoartritis

Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A






2. Dislokasi anterior
Mekanisme Trauma
Dislok anterior jarang terjadi dan dislokasi ini memerlukan reposisi tertutup
Leher femur atau trokanter menabrak asetabulum dan terjungkir keluar mealui
robekan pada kapsul anterior
Terjadi akibat kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, atau trauma dari
belakang saat jongkok dan posisi penderita dalam keadaan abduksi yang
dipaksakan
Sendi panggul fleksi dislokasi tipe obturator
Sendi panggul ekstensi dislokasi tipe pubik atau iliaka
Gambaran Klinis
Tungkai bawah rotasi eksterna, abduksi dan sedikit fleksi
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Benjolan di inguinal, sehingga kaput emur dapat diraba dengan mudah
Sendi panggul sulit digerakkan
Pemeriksaan Radiologis
Posisi AP kurang jelas sehingga perlu posisi lateral
Pengobatan
Reposisi seperti dislokasi posterior
adduksi
Komplikasi
nekrosis avaskuler



3. Fraktur dislokasi sentral
Mekanisme Trauma
Kaput femur terdorong ke dinding medial asetabulum pada rongga panggul
Kapsul tetap utuh
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Terjadi karena doronan yang kuat dari lateral atau jatuh dari ketinggian pada satu
sisi atau suatu tekanan melalui femur dimana panggul dalam keadaan abduksi
Gambaran Klinis
Pendarahan dan pembengkakan di daerah tungkai bagian proksimal tetapi posisi
normal
Nyeri tekan trokanter
Gerakan sendi panggul terbatas
Pemeriksaan Radiologis
Dengan jelas dapat diketahui pergeseran kaput femur menembus dining panggul
Pengobatan
Mereposisi fraktur dan mengembalikan bentuk asetabulum ke normalnya
Tanpa penonjolan kaput femur : traksi tulang 4-6 minggu
Kaput femur tembus asetabulum : traksi pada 2 komponen yaitu komponen
longitudinall dan lateral selama 6 minggu dan setelah 8 minggu dibolehkan
berjalan denan menggunakan penopang berat badan
Komplikasi
Kerusakan alat-alat dalam panggul yang dapat terjadi bersama-sama dengan
fraktur panggul
Kaku sendi merupakan komplikasi lanjut
Osteoarthritis

4. DISLOKASI LUTUT

Mekanisme trauma
Dislkasi terjadi apabila penderita mendapat trauma dari depan denagn keadaan
lutut fleksi. Dislkasi anterior ditemukan dimana tibia ke depan femur ,sehingga
menimbulkan kerusakan pada kapsu
Gambaran klinis
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Trauma pada lutut disertai pembengkakan ,nyeri,hematrosis ,defiormitas
Pengobatan
Reposisi dan manipulasi pembiusan harus dilakukan sesegera mungkin dan
dilakukan aspirasi hemartrosis dan dipasang bidai gips posisi selama satu minggu dan
pembengkakan menurun dipasang gips sirkuler di atas lutut selama 7-8 minggu. Jika
reposisi tidak stabil operasi untuk perbaikan ligamen.
Dislokasi pada vertebra
Trauma pada vertebra C-2 dapat menyebabkan odontoid bergeser kebelakang
pada kanalis spinalis. Subluksasi odontoid karena ligament transversum yang
melekatkan odontoid pada arkus anterior C-1,dislokasi terjadi apabila jarak antara
varkus anterior C-1 dan odontoid melebihi 3mm.
Kemudian bagian vertebra yang sering mendapatkan trauma adalah C-3 danT-
1,terjadi karena trauma fleksi dimana faset persendian bergerak ke depan terhadap
faset dibawahnya. Pengobatanya adalah dengan reduksi dan transi pada tengkorak



5. DISLOKASI PERGELANGAN KAKI
Mekanisme Trauma
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Penyelidikan-penyelidikan mekanisme trauma pada sendi talocrural ini
telah dilakukan sejak lama sekali. Tapi baru setelah tahun 1942 oleh penemuan-
penemuan berdasarkan
Penyelidikan eksperimentil pada preparat-preparat anatomik, LAUGE
HANSEN Dari Denmark berhasil melakukan pem- bagian dari jenis-jenis trauma
serta berdasarkan pembagian ini hampir semua fraktur serta trauma dapat dibagi
dalam
5 dasar mekanismenya:
1. Trauma supinasi/Eversi.
Dalam jenis ini termasuk lebih dari 60% dari fraktur sekitar sendi
talocrural.
2. Trauma Pronasi/Eversi.
Tidak begitu sering, hanya kurang lebih 7 -- 8% fraktur sekitar
sendi talocrural.
3. Trauma Supinasi/Adduksi
Antara 9 -- 15% dari fraktur sendir talocrural termasuk golongan
ini.
4. Trauma Pronasi/Abduksi.
Sekitar 6 -- 17% fraktur sendi talocrural.
5. Trauma Pronasi/Dorsifleksi
Sangat jarang terjadi tapi perlu disebutkan.

Banyak pengarang telah melakukan penyelidikan pada material klinis
mereka berdasarkan pembagian dari LAUGE HA NSEN ini. Satu hal yang
penting yang dapat selalu ditarik dari dasar pembagian ini adalah kita dapat
mengenal mekanismenya dari trauma dan kemudian setelah melihat penemuan
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



radiologik , menghubungkan trauma yang terdapat pada liga-men-ligamennya.
Mengenai trauma inversi juga telah dilakukan penyelidikan-penyelidikan
eksperimentil dan memang dapat dihasilkan secara eksperimentil tapi suatu
trauma inverse hampir tidak pernah akan ditemukan dalam kehidupan sehari- hari.
Perlu ditekankan kembali bahwa sprain , robekan ligament serta patah tulang pada
sendi talocrural adalah suatu kesatuan asteologi.
Diagnosa Klinik
Diagnosa pasti mengenai trauma pada sendi talocrural tidak dapat
didasarkan secara radiologik saja, karena pemeriksaan ini hanya akan
memberikan keterangan yang sedikit sekali mengenai kerusakan pada ligamenta.
Diagnosa pada sendi talocrural membutuhkan palpasi secara metodik oleh karena
kebanyakan struktur yang penting berada langsung dibawah permukaan kulit.
Lakukanlah palpasi pertama pada daerah yang paling tidak memberikan rasa
nyeri, dan singkirkan kemungkinan adanya Kerusakan dengan tidak terdapatnya
nyeri tekan setempat serta tidak adanya pernbengkakan pada daerah tersebut.
Misalnya kedua malleoli dapat diraba, dan bilamana tidak memberi rasa
nyeri pada penekanan maka kemungkinan frak-tur pada kedua nya kecil sekali.
Ligamenta yang mudah diperiksa antara lain adalah :
Medial ligamen.
Komponen fibulocalcaneal serta talofibular anterior dari ligamen lateral.
ligamen tibiofibular inferior. Bilamana ligamenta ini tidak nyeri pada perabaan
dan dapat itegangkan tanpa memberi rasa sakit, kemungkinan kerusakan adalah
kecil. Pada setiap pemeriksaan, lingkup gerak sendi arus diperiksa secara teliti.
Batasan dari gerak atau adanya rasa nyeri harus diperhatikan. Untuk mengetahui
stabilitas sendi talocrural perlu hubungan talus dengan kedua tangkai garpu
malleolar diperiksa. Penting pula diingat bahwa nyeri daerah ini mungkin juga
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



disebabkan oleh karena terdapatnya fraktur pada os calcaneus atau pada basis os
metatarsal ke lima
Diagnosa Radiologik
Pemeriksaan radiologik perlu dilakukan bilamana dicurigai adanya patah
tulang atau disangka adanya suatu robekan ligamen. Biasanya pemotretan dari
dua sudut, anteroposteriordan lateral sudah akan memberikan jawaban adanya
hal-hal tersebut. Pandangan oblique tidak banyak dapat menambah keterangan
lain.
Untuk mendapatkan pandangan yang lebih baik mengenai permukaan
sendi talocrural, suatu pandangananteroposterior dengan kaki dalam inversi dapat
dilakukan. Suatu stress X-ray dapat dibuat untuk melihat berapa luas robekan dari
ligamen, hal ini terutama berguna untuk ligamenta lateral.
Diastasis sendi (syndesmosis) tibiofibular distal penting sekali untuk
dikenali. Tapi tidak ada suatu cara khusus untuk melihat luasnya diastasis ini.
Suatu fraktur fibula diatas permukaan sendi talocrural (dapat sampai setinggi 1/3
proksimal fibula) secara tersendiri (tanpa fraktur tibia pada ketinggian yang
sama), selalu harus diperhatikan akan kemungkinan adanya suatu diastasis.
Diastasis juga jelas bila ada subluksasi talus menjauhi malleolus medialis. Tapi
bila tidak terdapat subluksasi ini, belum berarti tidak adanya suatu diastasis.
Pengelolaan Klinik
Penting sekali dalam pengelolaan trauma sendi talocrural untuk membuat
suatu rencana yang baik. Pada waktu mula mula melihat suatu trauma sekitar
sendi ini, sebaiknya kitabedakan dahulu apakah trauma itu sesuatu yang stabil
atau tidak stabil.
Kita anggap trauma ini tidak stabil bila terdapat risiko kemungkinan
adanya suatu : (i) dislokasi, (ii) distorsi dan (iii) pelebaran dari ankle mortice.
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Bilamana penderita itu datang dengan sudah berjalan pada kaki tersebut tanpa
terlihat adanya dislokasi, dapat dianggap bahwa trauma tersebut stabil. Bilamana
tidak stabil sudah dapat dipastikan bahwa struktur-struktur pada kedua sisi
(medial dan lateral) dari sendi talocrural ini rusak. Atau dengan kata lain bilamana
kerusakan itu hanya terdapat pada satu sisi maka trauma ini stabil dan penggunaan
salah satu cara immobilisasi boleh dilakukan (optional), tapi tidak mutlak.
Bilamana secara klinis sudah dapat dipastikan bahwa terdapat kerusakan
pada kedua sisi, maka kemudian kita fikirkan jenis yang mana dari trauma yang
kita hadapi. Paling sering tentunya adalah jenis yang dalam mekanisme trauma
sudah kita bahas yaitu jenis dengan kaki yang berputar keluar (twisting putwards),
rotasi eksternal, eversi dan abduksi. Sedangkan jenis yang jarang terjadi adalah
jenis berputar kedalam (twisting inwards), rotasi internal, inversi dan adduksi.
Pengelolaan Trauma Yang Stabil
1. SPRAINED ANKLE.
(Partial rupture of the lateral ligament) sering sekali terjadi, kadang-
kadang sukar sekali diobati.Tujuan utama pengobatan adalah mengurangi
pembengkakanserta mengurangi kekakuan. Penggunaan elastisch verband sangat
dianjurkan dan biarkan penderita tetap berjalan serta melakukan gerakan-gerakan
aktip pada sendi ini.

Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



2. Ruptur komplit dari ligamen lateral.
Diagnosa setelah pemeriksaan klinis dipastikan dengan membuat Stress X-
ray. Harus diingat bahwa Stress X-ray hanya dapat dibuat dengan baik kalau
dilakukan anestesi lokal atau umum. Pendapat mengenai harus dilakukan
immobilisasi serta repair secara chirurgik belum dapat diterima. RUTH(1961)
mengemukakan perlunya tindakan chirurgik, sedangkanFREMAN (1965)
melaporkanhasil-hasil fungsionil yang jauh lebih baik bilamana hanya dilakukan
immobilisasi. Immo-bilisasi dilakukan dengan gips dibawah lutut selama enam
minggu.
3. FRAKTUR TERISOLIR DARI MALLEOL US LATERA-LIS.
Bilamana hanya sebagian tulang yang kecil teravulsi, ini dapat
diperlakukan sebagai suatu robekan ligamen lateral yang partial . Bilamana
fragmen lebih besar maka lebih baik dilakukan immobilisasi dengan gips selama
dua sampai tiga minggu, setelah mana mobilisasi dilakukan tapi dengan Partial
Weight Bearing, dan masih melakukan proteksi dengan elastisch verband.
Pengelolaan Trauma Yang Tidak Stabil
TWISTING -- OUT INJURIES.Pendapat mengenai trauma yang tidak
stabil ini masih berbeda hanya dalam tindakan konservatip (reposisi se-sempurna
mungkin) atau cara operatip. Persoalan lamanya immobilisasi keduanya sama
bahwa sekurang-kurangnya immobilisasi dilakukan selama dua bulan. Tidak perlu
kita tinjau alasan masing-masing, tapi pentingharus kita ingat bahwa beberapa
syarat harus dipenuhi yaitu :
1. Reposisi sesempurna mungkin sehingga tidak terdapa incongruity dari
permukaan sendi (ankle mortice).
2. Immobilisasi yang lama akan rnembawa akibat sisa berupa kekakuan. Akhir-
akhir ini tampak bahwa aliran operatip lebih banyak dilakukan tapi beberapa hal
Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



perlu mendapat perhatian seperti adanya ketrampilan yang tinggi, adanya
peralatan untuk tin- dakan operatip yang sempurna dan mengerti dengan benar
mekanisme trauma. Kesulitan-kesulitan penggunaan cara konservatip adalah
terutama immobilisasi yang betul-betul rigid secara skintight plastering.
TWISTING-IN INJURIES.Trauma ini tidak begitu sering terjadi. Bilamana
ditemukan, pengelolaannya adalah sama dengan prinsip-prinsip twisting
outinjuries. Perbedaan pendapat konservatip dan operatip disinipun terjadi.

FRAKTUR DISLOKASI ANKLE



Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Pergelangan kaki merupakan sendi yang kompleks, dimana talus duduk dan
dilindungi oleh maleloulus lateralis dan medialis yang diikat dengan ligament.
Mekanisme trauma:
Yang biasanya menimbulkan fraktur dislokasi adalah:
a. Trauma rotasi eksterna
b. Trauma kompresi vertical.
Klasifikasi
a. Tipe A: fraktur melaolus di bawah sindesmosis
b. Tipe B: fraktur maleolus lateralis yang bersifat oblik disertai avulse maleolus
nedialis, dimana sering disertai dengan robekan ligament tibiofibular bagian depan
c. Tipe C: fraktur fibula di atas sindesmosis dan atau disertai avulse dari tibia disertai
fraktur atau robekan pada maleolus medialis. Terjadi robekan pada sindesmosis.
Gambaran klinis:
Pembengkakan pada pergerakan kaki, kebiruan atau deformitas.
Pengobatan:
Diperlukan reduksi secara anatomis dan akurat serta mobilisasi sendi yang sesegera
mungkin. Pengobatan terdiri atas:
a. Konservasi
Pada fraktur yang tidak bergeser, berupa pemasangan gips sirkuler di bawah lutut.
b. Operatif
Terdiri dari pemasangan screw, tension band wiring, pemasangan plate dan
screw.
Komplikasi
a. Vaskuler
b. Malunion
c. Osteoarthritis
d. Algodistrofi
e. Kekakuan yang hebat pada sendi.

Fraktur dan Dislokasi 2011

Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A



Daftar Pustaka
1. Authors: Staheli, Lynn T.Title: Practice of Pediatric Orthopedics, 2nd Edition.
Copyright 2006 Lippincott Williams & Wilkins
2. Current Diagnosis and Treatment in Orthopedics is the Fourth Edition of the
orthopedic surgery contribution to the Lange Current Series
3. Greene: Netter's Orthopaedics, 1st ed.Copyright 2006 Saunders, An Imprint of
Elsevier Edited by:Walter B. Greene, MDOrthoCarolina Charlotte, North Carolina
4. Rashaj, hairudin.2007. ilmu bedah ortopedi. Jakarta: PT.Yarsif watampone
5. Appley, graham.1995. ortopedi dan fraktur system edisi 7. Jakarta : Widya medika
6. Guyton dan Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC
7. Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC
8. Price, Sylvia A. dan Wilson, Lorraine M.. 2005. Patofisiologi Edisi 6 Volume I 1.
Jakarta: EGC.
9. http://hiperbarikterapi.wordpress.com/2009/07/20/14/

Anda mungkin juga menyukai