Sekenario 2 JATUH DARI ETERNIT Seorang pekerja bangunan, laki-laki, berusia 30 tahun dibwa ke UGD setelah terjatuh pada saat memasang eternit, setinggi 4 meter. Penderita mengeluh nyeri hebat pada paha kaki kiri dan sulit untuk digerakkan, selain itu sendi bahu kirinya juga terasa nyeri dan tidak bisa digerakkan. Penderita juga mengeluhkan punggungnya terasa nyeri. Pada pemeriksaan didapatkan vital sign normal, memar pada regio femur sinistra, dan edema pada articulatio glenohumeri (shoulder) sinistra, tidak ada jejas pada punggung, serta hasil pemeriksaan neurovaskuler normal. Setelah diberikan pertolongan pertama pada kaki dan bahu penderita tersebut, dokter segera melakukan pemeriksaan penunjang.
Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
TUJUAN BELAJAR FRAKTUR DAN DISLOKASI FRAKTUR A. FRAKTUR SECARA UMUM 1. Definisi dan Etiologi 2. Klasifikasi 3. Diagnosis 4. Proses Penyembuhan Fraktur 5. Prinsip Pengobatan Fraktur dan Terapi 6. Komplikasi
B. FRAKTUR PADA ANAK-ANAK Fraktur ekstremitas Superior
Fraktur tulang belakang DISLOKASI A. DISLOKASI SIKU B. DISLOKASI BAHU C. DISLOKASI PANGGUL D. DISLOKASI LUTUT E. DISLOKASI PERGELANGAN KAKI
Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
PEMBAHSAN
FRAKTUR A. . FRAKTUR SECARA UMUM
1. Definisi dan Etiologi Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersift total maupun parsial. Kebanyakan fraktur terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan terutama tekanan membengkok, memutar dan tarikan. Trauma bisa bersifat : a. Trauma Langsung : menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya bersifat komunitif dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan. b. Trauma Tidak Langsung : Apabila trauma diarahkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, missal jatuh dengan tangan ekstensi menyebabkan fraktur klavikula. Tekanan pada tulang dapat berupa : a. Tekanan berputar yang menyebabkan fraktur bersifat spiral atau oblik b. Tekanan membengkok (fraktur transversal) c. Tekanan sepanjang aksis tulang (fraktur impaksi, dislokasi atau fraktur dislokasi) d. Kompresi vertical (Fraktur kominutif/ memecah / fraktur buckle pada anak) e. Trauma langsung disertai resistensi pada satu jarak tertentu (fraktur oblik atau Z) f. Fraktur karena remuk g. Trauma karena tarikan ligament atau tendon (menarik sebagian tulang)
2. Klasifikasi
KLASIFIKASI BERDASARKAN ETIOLOGI 1. Fraktur traumatic Terjadi karena trauma yang tiba-tiba. Etiologi : kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan Kekuatan yang langsung jaringan lunak pasti rusak. Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Kekuatan yang tidak langsung jaringan lunak mungkin tidak ada. Kekuatan dapat berupa : 1. pemuntiran : fraktur spiral 2. penekukan : fraktur melintang 3. penekukan dan penekanan : sebagian melintang disertai fragmen kupu-kupu. 4. kombinasi pemuntiran, penekukan, dan penekanan : fraktur oblik pendek 5. penarikan : tendon dan ligament akan menarik tulang sampai terpisah fraktur avulsi. 2.Fraktur patologis Terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan patologis di dalam tulang. Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah karena tumor primer metastasis atau tulang yang rapuh misalnya penyakit Paget 3. Fraktur stress Retak yang terjadi pada tulang karena tekanan yang berulang-ulang( baru saja menambah tingkat aktivitas). Sering ditemukan pada tibia, fibula, metatarsal terutama pada atlet, penari dan calon tentara yang jalan berbaris jarak jauh. Pada awitan gejala, radiogram mungkin tidak menunjukkan daerah fraktur tetapi setelah 2 minggu timbul garis radiopak linear tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang. Biasanya timbul nyeri berat setelah aktivitas maka seharusnya diproteksi dengan memakai tongkat atau bidai gips yang tepat.
KLASIFIKASI KLINIS 1.Fraktur tertutup (simple fracture) Fraktur tertutup (simpel) fraktur dengan kulit yang tidak tertembus oleh fragmen tulang sehingga tempat fraktur tidak tercermar oleh lingkungan. 2.Fraktur terbuka (compound fractur) Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk form within( dari dalam) atau from without ( dari luar). Dalam hal ini fraktur biasanya terkontaminasi dengan lingkungan. Untuk terapinya perlu operasi untuk irigasi, debridement dan pemberian antibiotika secara IV untuk mencegah osteomielitis. Operasi irigasi dan debridement ini harus dilakukan dalam 6 jam setelah terjadi cedera untuk mencegah kemungkinan infeksi. 3.Fraktur komplikasi (complicated fracture) fraktur disertai dengan komplikasi misalnya malunion, delayed union, nonunion, infeksi tulang.
KLASIFIKASI RADIOLOGI Klasifikasi berdasarkan atas: 1. Lokalisasi Diafisial Metafisial intra-artikular Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
fraktur dengan dislokasi
2. konfigurasi fraktur transversal fraktur transversal fraktur yang garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu tulang. Biasanya segmen tulang yang patah akan direposisi / direduksi kembali ke tempatnya maka segmen itu akan stabil dan mudah dikontrol dengan bidai gips. fraktur oblik Fraktur oblik garis patahnya membentuk sudut terhadap tulang. Fraktur ini tidak stabil. fraktur spiral Fraktur spiral timbul karena torsi pada extremitas. fraktur Z fraktur segmental Fraktur segmental 2 fraktur berdekatan pada 1 tulang menyebabkan terpisahnya segmen sentral dari suplai darahnya. fraktur kominutif Fraktur kominuta serpihan-serpihan atau terputusnya keutuhan jaringan dengan lebih dari 2 fragmen. Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
fraktur baji biasanya pada vertebra karena trauma kompresi Fraktur kompresi Terjadi ketika 2 tulang menumbuk (akibat tubrukan) tulang ke-3 yang ada diantaranya seperti pada vertebra. Biasanya didiagnosis dengan radiogram. Pada orang muda dapat disertai perdarahan retroperitoneal yang cukup berat. Seperti pada fraktur pelvis dapat meninggal karena syok hipovolemik jika tidak diperiksa denyut nadi, tekanan darah, dan pernapasan secara akurat dalam 24 jam sampai 48 jam. fraktur avulsi, fragmen kecil tertarik oleh otot atau tendo misalnya fraktur epikondilus humeri, fraktur trochanter mayor, fraktur patella.Biasanya terjadi karena ketidakstabilan sendi. Maka perlu pembedahan untuk membuang atau meletakkan kembali fragmen tulang. fraktur depresi Karena trauma langsung misalnya pada tulang tengkorak fraktur impaksi fraktur pecah (burst) Fragmen kecil yang berpisah misalnya fraktur vertebra, patella, talus, kalkaneus. fraktur epifisis
Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
3. Menurut ekstensi fraktur total fraktur tidak total (fraktur crack) fraktur buckle atau torus fraktur garis rambut fraktur green stick Fraktur greenstick fraktur yang tidak sempurna dan sering timbul pada anak-anak. Kortex tulangnya sebagian masih utuh, demikian denmgan periosteumnya. Fraktur ini segera sembuh dan segera mengalami remodeling ke bentuk dan fungsi normal.
Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
4. Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya tidak bergeser (undisplaced) bergeser dapat terjadi dalam 6 cara : a. Bersampingan b. Angulasi c. Rotasi d. Distraksi e. Over riding f. Impaksi Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
3. Diagnosis
Anamnesis Biasanya penderita datang dengan suatu trauma (trauma fraktur), baik yang hebat maupun trauma ringan dan diikuti dengan ketidakmampuan untuk menggunakan anggota gerak. Anamnesis harus dilakukan dengan cermat, karena fraktur tidak selamanya terjadi di daerah trauma dapat terjadi karena kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian atau jatuh dari kamar mandi, penganiayaan, tertimpa benda berat, kecelakaan pada pekerja oleh karena mesin atau karena trauma olah raga. Penderita biasanya datang karena adanya nyeri, pembengkakan, gangguan fungsi anggota gerak, deformitas, kelainan gerak, krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain. Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya: 1. Syok, anemia, atau perdarahan Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
2. Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang belakang atau organ-organ dalam toraks, panggul, dan abdomen 3. Faktor predisposisi, misalnya fraktur patologis Pemeriksaan Lokal 1. I nspeksi (Look) Bandingkan dengan bagian yang sehat Perhatikan posisi anggota gerak Keadaan umum penderita secara keseluruhan Ekspresi wajah karena nyeri Lidah kering atau basah Adanya tanda-tanda anemia karena perdarahan Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan fraktur tertutup atau terbuka Ekstravasasi darah subkutan dalam beberapa jam sampai beberapa hari Perhatikan adanya deformitas berupa angulasi, rotasi, dan kependekan Lakuakan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada organ-organ lain Perhatikan kondisi mental pendrita Keadaan vaskularisasi 2. Palpasi (Feel) Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita biasanya mengeluh sangat nyeri. Hal-hal yang perlu diperhatikan: Temperatur setempat yang meningkat Nyeri tekan, nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya disebabkan oleh kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang Krepitasi, dapat diketahui dengan rabaan dan harus dilakukan secara hati-hati Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri radialis, arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior seseai dengan anggota gerak yang terkena. Refilling (pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada bagian distal daerah trauma, temperatur kulit. Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Pengukuran tungkai terutama pada tungkai bawah untuk mengetahui adanya perbedaan panjang tungkai 3. Pergerakan (Move) Pergerakan dengan mengajak penderita untuk menggerakkan secara aktif dan pasif sendi proksimal dan distal dari daerah yang mengalami trauma. Pada penderita dengan fraktur, setiap gerakan akan menyebabkan nyeri hebat sehingga uji pergerakan tidak boleh dilakukan secara kasar, disamping itu juga dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak seperti pembuluh darah dan saraf 4. Pemeriksaan Neurologis Pemeriksaan neurologis berupa pemeriksaan saraf secara sensoris dan motoris serta gradasi kelainan neurologis yaitu neuropraksia, aksonotmesis, atau neurotmesis. Kelaianan saraf yang didapatkan harus dicatat dengan baik karena dapat menimbulkan masalah asuransi dan tuntutan penderita serta merupakan patokan untuk pengobatan selanjutnya 5. Pemeriksaan Radiologis Foto polos Pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan keadaan, lokasi, serta ekstensi fraktur. Untuk menghindarkan nyeri serta kerusakan jaringan lunak selanjutnya, maka sebaiknya kita menggunakan bidai yang bersifat radiolusen untuk imobilisasi sementara sebelum sebelum dilakukan pemeriksaan radiologis. Tujuan: Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi Untuk konfirmasi adanya fraktur Untuk melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen serta pergerakannya Untuk menentukan teknik pengobatan Untuk menentukan apakah fraktur itu baru atau tidak Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-artikuler Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Untuk melihat adanya benda asing, misalnya peluru Pemeriksaan radiologis dilakukan dengan beberapa prinsip dua: Dua posisis proyeksi pada antero-pasterior dan lateral Dua sendi pada anggota gerak dan tungkai harus difoto, di atas dan di bawah sendi yang megalami fraktur Dua anggota gerak. Pada anak-anak sebaiknya dilakukan foto pada kedua anggota gerak terutama pada fraktur epifisis Dua trauma Dua kali dilakuakan foto. Pada fraktur tulang skafoid foto pertama biasanya tidak jelas, biasanya diperlukan foto berikutnya 10-14 hari kemudian.
Pemeriksaan radiologis lainnya Pemeriksaan khusus dengan: Tomografi, misalnya pada fraktur vertebra CT-scan MRI Radioisotop scanning
Lewis (2006) menyampaikan manifestasi klinik fraktur adalah sebagai berikut: A. Nyeri Nyeri dirasakan langsung setelah terjadi trauma. Hal ini dikarenakan adanya spasme otot, tekanan dari patahan tulang atau kerusakan jaringan sekitarnya. B. Bengkak / edema. Edema muncul lebih cepat dikarenakan cairan serosa (protein plasma) yang terlokalisir pada daerah fraktur dan extravasi daerah di jaringan sekitarnya. C. Memar / ekimosis Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Merupakan perubahan warna kulit sebagai akibat dari extravasi daerah di jaringan sekitarnya. D. Spame otot Merupakan kontraksi otot involunter yang terjadi disekitar fraktur. E. Penurunan sensasi Terjadi karena kerusakan syaraf, tertekannya syaraf karena edema. F. Gangguan fungsi Terjadi karena ketidakstabilan tulang yang fraktur, nyeri atau spasme otot, paralysis dapat terjadi karena kerusakan syaraf. G. Mobilitas abnormal Adalah pergerakan yang terjadi pada bagian-bagian yang pada kondisi normalnya tidak terjadi pergerakan. Ini terjadi pada fraktur tulang panjang. H. Krepitasi Merupakan rasa gemeretak yang terjadi jika bagian-bagaian tulang digerakkan. I. Deformitas Abnormalnya posisi dari tulang sebagai hasil dari kecelakaan atau trauma dan pergerakan otot yang mendorong fragmen tulang ke posisi abnormal, akan menyebabkan tulang kehilangan bentuk normalnya. J. Gambaran X-ray menentukan fraktur Gambaran ini akan menentukan lokasi dan tipe fraktur
4. Proses Penyembuhan Fraktur
Proses penyembuhan fraktur beragam sesuai dengan jenis tulangnya dan jumlah gerakan di tempat fraktur . pada tulang tubuler bila tak ada fiksasi yang kaku penyembuhan dimulai dalam 5 tahap :
Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
1. Kerusakan jaringan dan pembentukan hematoma Setelah trauma terjadi, maka pembuluh darah akan robek dan terbentuk hematoma di sekitar dan di dalam fraktur. Tulang di permukaan fraktur yang tidak mendapat ersediaan darah akan mai sepanjang 1-2milimeter
2. Radang dan priliferasi seluler Dalam 8 jam setelah fraktur terdapat reaksi radang akut disertai proliferasi sel di bawah periosteum dan di dalam saluran medulla yang tertembus. Ujing fragmen dikelilingi oleh jaringan sel yang menghubungkan tempat fraktur. Hematoma yang membeku perlahan lahan diabsorpsi dan kapiler baru yang halus berkembang ke daerah tersebut.
3. Pembentukan kalus Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Sel yang berproliferasi memiliki potensi kondrogenik dan osteogenik, lalu sel tersebut akan mulai membentuk tulang dan kartilago. Populasi sel sekarang sudah mencakup osteoklas yang mulai membersihkan tulang tulang yang mati. Kemudian kalus terbentuk di permukaan periosteal dan endosteal, sementara itu tulang fibrosa yang imatur menjadi lebih padat serta pergerakan pada tempat fraktur pun semakin berkurang. Setelah itu dalam 4 minggu cedera fraktur akan menyembuh.
4. Konsolidasi Bila aktivitas osteoklastik dan osteoblastik berlanjut anyaman tulang berubah menjadi tulang lamellar. Sistem tersebut sudah cukup kaku untuk memungkinkan osteoklas menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur dan osteoblas di belakangnya mengisi celah celah yang tersisa antara fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang lambat dan perlu beberapa bulan sebelum tulang menjadi cukup kuat untuk membawa beban yang normal.
5. Remodeling Fraktur saat ini telah dijembatani oleh suatu manset tulangyang padat. Dalam beberapa tahun dan beberapa bulan pengelasan kasar ini dibentuk melalui proses reabsorpsi dan pembentukan tulang yang terus menerus. Akhirnya nanti tulang akan memperoleh bentuk yang mirip dengan bentuk normalnya. Kalus merupakan suatu reaksi terhadap gerakan di tempat fraktur yang berfungsi menstabilkan fragmen secepat mungkin suatu syarat yang diperlukan untuk proses pembentukan jembatan tulang. Tapi jika tempat fraktur benar benar tidak bergerak (contohnya fraktur yang terimpaksi atau yang diimobilisasi dengan plat logam) maka kalus tidak diperlukan. Penyembuhan dengan kalus meskipun tidak begitu langsung, mempunyai keuntungan yang berbeda yaitu : menjamin kekuatan mekanik sementaraujung ujung tulang menyembuh serta dengan meningkatnya tekanan kalus sakan tumbuh semakin kuat Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
5. Prinsip Pengobatan Fraktur dan Terapi Penatalaksanaan Awal Pertolongan Pertama Dengan membersihkan jalan napas, menutup luka dengan verban yang bersih dan imobilisasi fraktur pada anggota gerak yang terkena. Bila terdapat perdarahan segera dilakukan pertolongan juga. A = Airway saluran napas Untuk mengetahui adanya obstruksi saluran napas, seperti adanya benda asing, fraktur mandibula atau kerusakan mandibula/laring. Harus diperhatikan pula mengenai kelainan yang terdapat pada vertebra servikalis dan apabila ditemukan, harus dicegah gerakan yang berlebihan dan dapat diberikan alat bantu, seperti polar leher alat penyangga. B = Brithing pernapasan Perlu diperhatikan & dilihat secara keseluruhan daerah thoraks untuk menilai ventilasi. Jalan napas yang bebas bukan berarti ventilasi cukup. Beberapa kelainan yang dapat memberikan gangguan pernapasan, yaitu : 1. pneumothoraks tekanan 2. kontusi pulmoner dengan flail chest 3. pneumothoraks terbuka 4. hemothoraks masif C = Circulation sirkulasi Sirkulasi dan kontrol perdarahan melalui dua hal, yaitu: 1. Volume darah perdarahan merupakan penyebab utama kematian pada trauma, misalnya menyebabkan hipotensi pada trauma. Tiga tanda klinis hipovolemik: Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
a. Kesadaran apabila terjadi kehilangan volume darah lebih dari volume darah total, maka terjadi gangguan darah perfusi pada otak dan akhirnya terjadi kehilangan kesadaran. b. Warna kulit pucat & kelabu bisa menandakan adanya kehilangan darah bisa sampai 30% dari volume darah total. c. Nadi perabaan nadi tidak dilakukan pada pergelangan tangan, tapi pada A. carotis / A. femoralis dengan membandingkan kiri & kanan, kualitas, jumlah denyut & regulasinya. 2. Perdarahan harus diatasi bebat tekan ( perdarahan luar ). Jangan melakukan pengikatan dengan bahan karet, perban, dsb karena dapat menyebabkan kematian anggota gerak setelah waktu tertentu. Keadaan hipovolemik yang sering memberilan kesalahan diaknosis, yaitu: a. Perdarahan abdominal / intrathorakal b. Fraktur femur / panggul. c. Trauma tembus pada arter / vena. d. Perdarahan keluar dari salah satu sumber. D = Disability evaluasi neurologis Merupaksn elevaluasi neurologis secara cepat setelah survei awal kita dapat menilai tingkat kesadaran, besar dan reaksi pupil. Evaluasi ini menggunakan metode AVPU, yaitu: A = Alert, sadar V = Vokal, respon terhadap stimulli vokal P = Painfull, repon hanya pada rangasang nyeri U = Unrensponsif, tidak ada respon sama sekali E = Exposure kontrol lingkungan untuk melakukan secara teliti, pakaian penderita harus dilepas, selain itu perlu dihindari terjadinya hipovolemik.
Penilaian Klinis Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Sebelum menilai fraktur itu sendiri, perlu dilakukan penilaian klinis, apakah luka tembus tulang, adakah trauma pembuluh darah/saraf ataukah ada trauma alat-alat dalam yang lain. Resusitasi Kebanyakan penderita dengan fraktur multiple dating ke rumah sakit dalam keadaan syok, sehingga diperlukan resusitasi sebelum diberikan terapi pada frakturnya.
PrinsipUmum Pengobatan Fraktur 1. Jangan mengubah keadaan lebih jelek Beberapa komplikasi fraktur terjadi akibat trauma yang antara lain disebabkan karena pengobatan yang diberikan disebut sebagai iatrogenic. Hal ini perlu diperhatikan oleh karena banyaknya kasus terjadi akibat penanganan dokter yang menimbulkan komplikasi atau memperburuk keadaan fraktur. Hal ini dapat dihindari dengan melakukan tindakan yang memadai dan sesuai prosedur. 2. Pengobatan berdasarkan atas diagnosis dan prognosis yang akurat Dengan melakukan diagnosis yang tepat pada fraktur kita dapat menentukan prognosis trauma sehingga dapat dipilih pengobatan yang tepat. Perlu ditetapkan apakah fraktur ini memerlukan reduksi dan apabila perlu apakah bersifat tertutup atau terbuka 3. Seleksi pengobatan dengan tujuan khusus Menghilangkan nyeri Nyeri timbul karena trauma pada jaringan lunak termasuk periosteum dan endosteum. Nyeri bertambah bila ada gerakan pada daerah fraktur disertai spasme otot serta pembengkakan yang progresif dalam rungan yang tertutup. Nyeri dapat diatasi dengan imobilisasi fraktur dan pemberian analgetik. Memperoleh posisi yang baik dari fragmen Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Beberapa fraktur tanpa pergeseran fragmen tulang atau dengan pergeseran yang sedikit tidak memerlukan reduksi. Reduksi tidak perlu akurat secara radiologic. Mengusahakan terjadinya penyambungan tulang Umumnya fraktur yang telah ditangani, dalam waktu singkat dapat terjadi proses penyembuhan. Pada fraktur tertentu bila terjadi fraktur yang hebat pada periosteum/jaringan lunak sekitarnya mungkin diperlukan usaha agar terjadi union, misalnya dengan bone graft. Mengembalikan fungsi secara optimal Penyembuhan fraktur dengan imobilisasi harus dipikirkan pencegahan atrofi pada anggota gerak, sehingga perlu diberikan latihan yang bersifat aktif dinamik (isotonic). Dengan latuhan dapat pula dipertahankan kekuatan otot dan sirkulasi darah. 4. Mengingat hukum-hukum penyembuhan secara alami Jaringan musculoskeletal bereaksi terhadap suatu fraktur sesuai dengan hukum alami 5. Bersifat realistic dan praktis dalam memilih jenis pengobatan Dalam memilih pengobatan harus dipertimbangkan pengobatan yang realistic dan praktis. 6. Seleksi pengobatan sesuai dengan penderita secara individual Setiap fraktur memerlukan penilaian pengobatan yang sesuai dengan mempertimbangkan factor umur, jenis fraktur, komplikasi dan factor social ekonomi pasien.
Prinsip Pengobatan (4R) 1. Recognition; diagnosis dan penilaian fraktur Prinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan anamnesis, pemeriksaan klinik dan radiologis. Pada awal pengobatan perlu diperhatikan lokasi fraktur, bentuk fraktur, menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan, komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatan Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
2. Reduction; reduksi fraktur apabila perlu Restorasi fragmen fraktur dilakukan untuk mendapatkan posisi yang dapat diterima. Posisi yang baik adalah aligment dan aposisi yang sempurna. Fraktur seperti fraktur klavikula, costae dan fraktur impaksi dari humerus tidak memerlukan reduksi. Angulasi <5 0 pada tulang panjang anggota gerak bawah dan lengan atas dan angulasi sampai 10 0 pada humerus dapat diterima. Terdaat kontak sekurang- kurangnya 50% dan over-riding tidak melebihi 0,5 inchi pada fraktur femur. Adanya rotasi tidak dapat diterima dimanapun lokasi fraktur. 3. Retention; imobilisasi fraktur 4. Rehabilitation; mengembalikan aktivitas fungsional seoptimal mungkin
Metode Pengobatan Fraktur Fraktur Tertutup Metode pengobatan farktur tertutup pada umumnya dibagi dalam: 1. Konservatif Terdiri atas: Proteksi semata-mata (tanpa reduks atau imobilisasi) Terutama untuk mencegah trauma lebih lanjut misalnya dengan memberikan mitela pada anggota gerak atas atau tongkat pada anggota gerak bawah Imobilisasi dengan bidai eksterna (tanpa reduksi) Hanya memberikan sedikit imobilisasi, biasanya mempergunakan plaster of Paris (gips) atau dengan bermacam-macam bidai dari plastic atau metal. Reduksi tertutup dengan manipulasi dan imobilisasi eksterna menggunakan gips Dilakukan dengan pembiusan umum ataupun local. Reposisi yang dilakukan melawan kekuatan terjadinya fraktur. Penggunaan gips untuk imobilisasi merupakan alat utama pada teknik ini Reduksi tertutup dengan traksi berlanjut diikuti dengan imobilisasi Dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu traksi kulit dan traksi tulang. Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter traksi Dengan mempergunakan alat-alat mekanik seperti bidai Thomas, bidai Brown Bohler, bidai Thomas dengan Pearson knee flexion attachment.
2. Reduksi tertutup dengan fiksasi eksterna atau fiksasi perkutaneus dengan K- wire Dilakukan dengan anastesi yang tepat dan relaksan otot, fraktur dapat direduksi dengan maneuver 3 tahap : 1. Bagian distal tungkai ditarik ke garis tulang 2. Fragmen direposisi 3. Penjajaran disesuaikan ke setiap bidang Cara ini paling efektif periosteum dan otot pada satu sisi fraktur tetap utuh. Reduksi tertutup digunakan untuk semua fraktur dengan pergeseran minimal, sebagian besar pada fraktur anak-anak dan fraktur yang stabil setelah reduksi. Setelah dilakukan reduksi tertutup pada fraktur yang bersifat tidak stabil, maka reduksi dapat dipertahankan dengan memasukkan K-wire perkutaneus misalnya pada fraktur suprakondiler humeri pada anak-anak atau fraktur Colles. Teknik ini biasanya memerlukan bantuan alat rontgen image intensifier (Garm). Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
3. Reduksi terbuka dengan fiksasi interna atau fiksasi eksterna tulang Reduksi bedah pada fraktur dengan penglihatan langsung diindikasikan : 1. Bila reduksi tertutup gagal, baik karena kesukaran mengendalikan fragmen atau karena terdapat jaringan lunak diantara fragmen-fragmen Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
2. Bila terdapat fragmen artikular besar yang perlu ditempatkan secara tepat 3. Bila terdapat fraktur traksi yang fragmennya terpisah. Tetapi, biasanya reduksi terbuka hanya merupakan langkah pertama untuk fiksasi internal. 4. Eksisi fragmen tulang dan penggantian dengan protesis Pada fraktur leher femur dan sendi siku pada orang tua biasanya terjadi nekrosis avaskuler dari fragmen atau non-union oleh karena itu dilakukan pemasangan protesis yaitu alat dengan komposisi metal untuk menggantikan bagian yang nekrosis. MEMPERTAHANKAN REDUKSI Pembatasan gerakan tertentu diperlukan untuk membantu jaringan lunak dan untuk memungkinkan gerakan bebas pada bagian yang tak terkena. Metode yang tersedia untuk mempertahankan reduksi adalah : 1. Traksi terus menerus 2. Pembebatan dengan gips 3. Pemakaian penahan fungsional 4. Fiksasi internal 5. Fiksasi eksternal
Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Keterangan : TRAKSI TERUS MENERUS Dilakukan pada tungkai di bagian distal fraktur sangat berguna untuk fraktur oblik dan fraktur spiral yang mudah bergeser karena kontraksi otot. Kekurangan : traksi tidak dapat menahan fraktur tetap diam, traksi dapat menarik tulang panjang secara lurus dan mempertahankan panjangnya tetapi pada reduksi yang tepat kadang sukar dipertahankan. Kelebihan : pasien dapat menggerakkan sendi dan melatih otot-ototnya. Traksi dengan gaya berat Hanya berlaku pada cedera tungkai atas ketika memakai penggendong lengan, lengan atas akan memberikan traksi terus menerus pada lengan bawah. Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Traksi Kulit Traksi dapat menahan tarikan dengan berat tidak lebih dari 4-5 kg. plaster ditempelkan pada kulit dan dipertahankan dengan suatu pembalut. 1. Traksi kulit Menggunakan plaster yang direkatkan sepanjang ekstremitas lalu dibalut, ujung plaster dihubungkan dengan tali lalu ditarik beban < 5kg, traksi ini banyak dilakukan pada anak-anak 2. Traksi skelet digunakan pin steinmann atau kawat Kirschener kawat ditusukkan pada tulang lalu ditarik dengan tali dan katrol untuk femur dewasa 5-7kg, pada dislokasi panggul lama 15-20kg traksi sementara untuk imobilisasi selama beberapa hari, traksi untuk reposisi dan imobilisasi seseai dengan lamanya terbentuj kalus fibrosa, setelah terbentuk, ekstremitas dimobilisasi dengan gips. Traksi Kerangka Pen steinman atau pen Denham dimasukkan pada bgian dari tulang, misalkan di tuberculum majus nya, dipasang kait yang bisa berputar dengan bebas, dan tali dipasang pada kait untuk menerapkan traksi.Kawat ditusukkan pada tulang lalu ditarik dengan tali dan katrol. Untuk femur dewasa 5-7kg, pada dislokasi panggul lama 15-20kg. Traksi jenis yang lainnya adalah : traksi tetap, traksi berimbang, traksi kombinasi Plester pada Traksi dapat menghambat sirkulasi sehingga dapat mengakibatkan sindroma kompartemen dan cedera saraf, terutama n.peroneus.
PEMBEBATAN DENGAN GIPS Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Gips atau nama lain dari plester of paris adalah metode mempertahankan reduksi secara tertutup. Gips tidak seperti traksi yang hanya membuat tulang lurus pada suatu posisi dengan tarikan, gips dipasang disesuaikan dengan bentuk tangan individu yang cedera fraktur dan mempertahankan posisi setelah reduksi. Namun, kerugian memakai gips adalah rentan menyebabkan penyakit fraktur atau kekakuan sendi, hal ini terjadi karena sendi sendi yang terbungkus dalam gips tidak dapat bergerakj dan cenderung kaku selama dipasangnya gips. Kekakuan pemaiakaian gips dapat diminimalkan dengan 1. Pembebatan tertunda, gips yang dipasang setelah pasien terlebih dahulu diterapi dengan metode traksi 2. Gips bisa dipakai terlebih dahulu, kemudian metode ini dilanjutkan dengan metode mempertahankan reduksi dengan branching fungsionlal. Imobilisasi dengan gips sesuai dengan posisi faali ; 1. Bahu abduksi 40%, siku flexi >90, pergelangan tangan doso flexi 30, posisi tangan tengah antara pro- dan supinasi, jari-jari flexi ringan, ibu jari aposisi 2. Siku kiri extensi hampir sempurna (untuk kep. Hygiene toilet), sendi tangan dan bahu sperti di atas 3. Sendi paha flexi 10, lutut flexi 10, pergelangan kaki posisi netral valgus ringan
Gerakan minimal merangsang kalus, dengan syarat tidak boleh dipaksakan, latihan persendian tidak boleh menimbulkan nyeri, pada patah tulang intraartikuler akan memuaskan apabila disertai latihan gerakan aktif pada tahap dini pada hari ke-1 Gerakan bebas menurunkan pembentukan kalus dan menimbulkan pseudoarthrosis imobilisasi mutlak tidak terbentuk kalus Bahaya pemasangan gips yang salah gangguan peredaran darah yang salah tekanan berlebihan pada beberapa bagian yang menonjol decubitus Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
1. Untuk mencegah kontak langsung gips dengan kulit, pasang pembalut stockinet atau pembalut krep 2. Pada bagian yang menonjol, diletakkan penahan berupa kapas untuk menghindari decubtus 3. Tidak boleh menyangga gips yang masih lembek, karena bisa terbentuk lekukan decubitus, terutama pada tendo Achilles
BRANCHING FUNGSIONAL Adalah pemasangan suatu metode dimana gips dipasang hanya di distal dan proksimal tulang yang fraktur, sedangkan pada sendi di distal dan proksimal fraktur, dipasang suatu engsel yang berasal dari logam atau plastic yang memungkankan gerakan pada satu bidang. Biasanya digunakan setelah tulang menyatu atau 3-6 minggu setelah traksi atau gips fungsional. Keuntungan dari pemakaina branching fumgsonal adalah : 1. Fraktur dapat dipertahankan cukup baik 2. Sendi-sendi dapat digerakkan 3. Fraktur akan menyatu pada kecepatan normal 4. Metode aman.
Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
FIKSASI INTERNAL Adalah metode mempertahankan reduksi dengan cara mnegikat fragmen tulang yang mengalami diskontinuitas dengan sekrup, pen, paku pengikat, plat logam, paku intramedular, circumferensial band, dll. Indikasi : 1. Fraktur yang tidak dapat direduksi kecuali dengan cara operasi 2. Fraktur yang tidak stabil secara bawaan dan cenderung mnegalami pergeseran kembali setelah reduksi, fraktur yang cenderung ditarik oleh kerja otot. 3. Fraktur yang penyatuannya kurang baik dan perlahan lahan. 4. Fraktur patologik 5. Fraktur multiple 6. Fraktur pada pasien yang sulit perawatannya. Komplikasi : Infeksi, malunion, kegagalan implant, fraktur ulang. Untuk mengatasi atau meminimalisir hal tsb, pelepasan implant paling cepat 1 tahun, lebih aman lagi antara 18 sampai 24 bulan. Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
FIKSASI EKSTERNAL Fraktur dipertahankan dengan sekrup pengikat atau kawat penekan yang melalui tulang diatas dan dibawah fraktur dan dilekatkan pada suatu kerangka luar. Indikasi : 1. Fraktur yang disertai dengan kerusakan jaringan lunak yang hebat dimana luka dapat dibiarkan terbuka untuk pemeriksaan, pembalutan dan skin graft. 2. Fraktur yang disertai kerusakan saraf dan pembuluh 3. Fraktur yang sangat komunitif dan unstable Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
4. Fraktur yang tidak menyatu 5. Fraktur pada pelvis 6. Fraktur yang terinfeksi 7. Cedera multiple yang berat, bila stabilisasi lebih awal maka dapat menurunkan risiko komplikasi yang berbahaya. Komplikasi : overdistraksi fragmen, infeksi di tempat pen, berkurangnya penyaluran beban melalui fragmen (6-8 minggu harus dilepas)
Fraktur Terbuka Beberapa prinsip dasar pengelolaan fraktur terbuka: 1. Obati fraktur terbuka sebagai satu kegawatan 2. Adakan evaluasi awal dan diagnosis akan adanya kelainan yang dapat menyebabkan kematian 3. Berikan antibiotic dalam ruang gawat darurat, di kamar operasi dan setelah operasi 4. Segera dilakukan debridement dan irigasi yang baik 5. Ulangi debridement 24-72 jam berikutnya 6. Stabilisasi fraktur 7. Biarkan luka terbukan antara 5-7 hari Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
8. Lakukan bone graft autogenous secepatnya 9. Rehabilitasi anggota gerak yang terkena
Tahap-tahap pengobatan fraktur terbuka 1. Pembersihan luka Dilakukan dengan cara irigasi cairan NaCl fisiologis secara mekanis untuk mengeluarkan benda asing yang melekat 2. Eksisi jaringan yang mati dan tersangka mati (debridement) Semua jaringan yang kehilangan vaskularisasinya merupakan daerah tempat pembenihan bakteri sehingga perlu eksisi secara operasi pada kulit, jaringan subkutaneus, lemak, fasia, otot, dan fragmen-fragmen yang lepas. 3. Pengobatan fraktur itu sendiri Fraktur dengan luka hebat memerlukan suatu traksi skeletal atau reduksi terbuka dengan fiksasi eksterna tulang. Fraktur grade II dan III sebaiknya difiksasi dengan fiksasi eksterna. 4. Penutupan kulit Apabila fraktur terbuka diobati dalam waktu periode emas (6-7 jam mulai dari terjadinya kecelakaan) maka sebaiknya kulit ditutup. Hal ini tidak dilakukan apabila penutupan membuat kulit sangat tegang. Dapat dilakukan split thickness skin-graft serta pemasangan drainase isap untuk mencegah akumulasi darah dan serum pada luka yang dalam. Luka dapat dibiarkan terbuka selama beberapa hari tapi tidak lebih dari 10 hari. Kulit dapat ditutup kembali disebut delayed primary closure. 5. Pemberian antibiotik Bertujuan untuk mencegah infeksi. Antibiotic diberikan dalam dosis yang adekuat sebelum, pada saat dan sesudah tindakan operasi 6. Pencegahan tetanus Semua penderita dengan fraktur terbuka perlu diberikan pencegahan tetanus. Pada penderita yang telah mendapat imunisasi aktif cukup dengan pemberian toksoid tetapi bagi yang belum, dapat diberikan 250 unit tetanus immunoglobulin (manusia) Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
6. Komplikasi Komplikasi umum Syok dan Gangguan Fungsi Pernafasan Syok dan gangguan fungsi pernapasan terjadi selama 24 jam pertama setelah cedera. Juga terdapat reaksi metabolik yang terjadi secaralambat dlm beberapa hari atau minggu, ini mencakup pningkatan katabolisme dan membutuhkan dukungan gizi. Syok yang biasa terjadi adalah syok hipovolemik karena berkurangnya pasokan darah (volume) dalam tubuh/pembuluh darah. Terapinya berupa perbaikan cairan dengan NaCl Crush syndrome Terjadi jika sejumlah beasar masa otot remuk, ex: pemasangan turniket yang terlalu lama. Asam miohematin (sitokrom c), akibat pemecahan otot, bibawa oleh darah ke ginjal dan menyumbat tubulus. Ada juga yang menyebutkan bahwa terjadi penyumabatan arteri renalis dan sel tubulus yang anoksia mengalami nekrosis. Syok hebat. Tungkai tak memiliki nadi dan kemudian menjadi merah, bengkak dan melepuh; sensasi dan tenaga otot dapat menghilang. Sekresi ginjal berkurang dan terjadi uremia dengan asidosis, sebagian besar penderita menjadi semakin mengantuk da mati dalam 14 hari kecuali kalau diterapi dengan dialisis ginjal. Tungkai yang remuk hebat belum ditangani dalam beberapa jam harus diamputasi. DVT (deep venous thrombosis) Merupakan komplikasi paling sering ditemukan pada cidera dan operasi. Trombosis paling sering terjadi pada vena-vena betis dan jarang pada vena proksimal di paha dan pelvis. Penyebab utama DVT pada pasien pembedahan adalah Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
hiperkoagulabilitas darah, terutama aktivitas faktor X oleh tromboplastin yang terlepas dari jaringan yang rusak. Statis dapat diakibatkan oleh turniket atau pembalut yang ketat, tekanan terhadap meja bedah atau kasur, dan imobilitas yang lama; kerusakan endotel dan peningkatan jumlah dan kelengketan trombosit dapat diakibatkan oleh cedera atau operasi. Secara khas, jika terjadi trombosis pada betis maka akan terjadi peningkatan nyeri pada dorsofleksi kaki (tanda HOMANS) Diagnosis dan tempat trombosis yang tepat dapat ditetapkan dengan venografi ascenden: yang harus dilakukan secara bilateral. Pencegahan dapat dilakukan dengan tindakan fisik yang sederhana antaralain dengan paninggian kaki tempat tidurpenggunaan kaus kaki elastis atau kaus kaki pembagi tekanan, dan berjalan sesegera mungkin, lebih efektif jika dikombinasikan dengan terapi antikoagulan pada pasien yang beriko tinggi, kontraindikasi pada pasien lanjut usia. Untuk terapi DVT lokal dapat hanya dilakukan dengan mamasang kaus kaki elastis dan memberikan heparin subkutan dosis rendah(5000 unit 3x/hari). Tetanus Disebabkan oleh clostridium tetani (organisme anaerob yang tumbuh pada jaringan nekrosis yang menghasilkan neurotoksin)neurotoksin diangkut oleh kelenjar limfe dan aliran darah menuju sistem saraf pusat dan terikat pada kornu anterior yang tidak dapat dinetralisir dengan antitoksinkejang tonik kemudian klonik,kontraksi otot skeletal (spasme tetanik). Organisme tetanus hanya berkembang dalam jaringan mati. Tetanus ditandai dengan kontraksi tonik, dan belakangn klonik. Pada akhirnya, diafragma dan otot interkostal kejang dan pasien mati karena asfiksia. Pencegahan pada pasien yang sudah imunisasi, dosis booster toksoid diberikan betapapun sepelenya luka itu. Pada setiap luka sebaiknya diberikan toksoid antitetanus apabila sudah memperoleh imunisasi dasar dan apabila tidak memperoleh imunisasi dasar maka diberikan serum anti tetanus.
Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Emboli lemak Sumber emboli lemak kemungkinan adalah sumsum tulang, dan keadaan ini sering ditemukan pada pasien fraktur multiple yang tertutup. Tanda-tanda peringatan dini (72 jam setelah cedera) adalah sedikit kenaikan suhu dan denyut nadi, pada kasus yang lebih berat terjadi sesak napas dan kekecauan mental/kegelisahan. Pada keadaan lebih berat tejadi gangguan pernapasan yaitu ARDS tanda-tandanya yaitu hipoksemia. Pada kasus ini tidak dierlukan terapi kecuali apabila terdapat tanda- tanda hipoksia oksigeen harus segera diberikan. Selain itu jg perlu diperhatikan keseimbangan cairannya dan diberikan heparin, steroid, dan aprotinin. Terjadi pada fraktur yang mengenai orang dewasa,jarang ditemukan pada anak.Komplikasi ini merupakan komplikasi yang fatal dan menyebabkan kematian sebesar 20% dari seluruh kematian akibat fraktur. Etiologi dan patogenesis Emboli berasal dari lemak sumsum tulang dan jaringan lemakmelalui robekan venamasuk ke sirkulasi vena paru-paru melewati kapiler parumasuk ke sirkulasi sistemik dan menuju otak,ginjal,jantung dan kulit. Pada trauma yang luas juga terjadi penurunan karbohidrat dan lemak berupa lipolisis pada jaringan lemakasam lemak bebas meningkatasam lemak ini ditranspor ke sirkulasi hati terjadi sintesis dan sekresi lipoprotein densitas rendah di dalamnyalipoprotein hati mengalami agregasi dengan kalsium dan kolesterolmenarik plateletperlambatan aliran darahemboli. Penanganan Dapat diberikan heparin untuk menambah hidrolisis dan menghilangkan emboli Kortikosteroid dapat mengurangi trauma jaringan paru Infus dekstran membantu memperbaiki mikrosirkulasi pada organ Bila terjadi kesulitan pernafasan bisa dipasang intubasi endotrakeal dan bila perlu dapat dilakukan trakeostomi yang diikuti hiperventilasi pada penderita yang mengalami anoksia otak. Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Monitoring PO2,PCO2 dan pH arteri penilaian status metabolik yang terbaik dan membantu menunjukkan hasil pengobatan.
Komplikasi lokal Komplikasi lokal dapat terjadi lebih dini (beberapa minggu pertama setelah cedera) atau belakangan (minggu sampai tahun setelah fraktur). I nfeksi Infeksi lebih sering terjadi pada fraktur terbuka dibanding dengan fraktur tertutup. Jadi ketika terjadi suatu fraktur terbuka maka harus dianggap berpotensi terkena innfeksi dan diterapi dengan antibiotik dan dilakukan debridemen. Pada infeksi akut, jaringan disekitar fraktur harus dibuka dan didrainase. Non-union Non union atau tidak terjadinya penyatuan tulang pada fraktur, dapat terjadi akibat celah pada fraktur yang terlalu lebar dan interposisi non union. Gambaran klinikya adalah gerakan yang tidak nyeri pada pasien fraktur dari penyatuan yang terlambat. Ada 2 jenis non union, 1) bersifat hipertrfik, jika ujung-ujung tulang membesar, menunjukkan aktivitas osteogenik. 2) bersifat atrofik, jika tidak ada perkapuran di sekitar ujung tulang. Pada kelainan ini dapat diterapi, jika tidak terdapat gejala maka tidak perlu diterapi, pada non union hipertrofik pemberian bracing fungsional cukup untuk menginduksi penyatuan. Pada non union atrofik, fiksasi saja tidak cukup dan cangkokan harus ditambahkan, juga dapat dilakukan dengan mengeksisi setiap jaringan yang berserat yang berada diantara ujung-ujung tulang, dan setiap deformitas juga perlu dikoreksi Malunion Malunion (posisi yangg tak memuaskan) dapat sisebabkan karena tidak tereduksinyafraktur secara cukup, kegagalan mempertahankan reduksi ketika terjadi Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
penyembuhan, atau kolaps berangsur-angsur pada tulang yang osteoporotik atau kominutif. Sinar_x untuk mengecek posisi fraktur ketika terjadi penyatuan. Ini terutama dilakukan selama 3 minggu pertama ketika keadaan dapat beruba tanpa tanda-tanda sebelumnya. Terapi dapat dilakukan dengan remanipulasi.
Kekakuan sendi Kekekuan sendi ini dapat terjadi akibat edeme dan fibrosis pada kapsul, ligamen dan otot di sekitar sendi, atau perlekatan dari jaringan lunak satu sama lain atau ke tulang yang mendasari. Hal ini diperburuk dengan imobilisasi yang terlalu lama. Terapi terbaik adalah pencegahan-dengan latihan yang mempertahankan sendi-sendi tetap mobil sejak permulaan.
Ulkus dekubitus Ulkus dekubitus ini terjadi kebanyakan pada manula atau pasien yang kumpuh. Perawatan yang cermat dan pergerakan yang lebih awal dapat mencegah ulkus dekubitus. Untuk terapinya sukar dilakukan karena mungkin diperlukan eksisi jaringan nekrotik dan pencangkokan kulit.
Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Tendinitis Tendinitis dapat menyerang tendon posterior tibialis setelah fraktur maleolus medialis. Tendinitis dapat dicegah dengan reduksi yang tepat, kalau perlu dengan operasi terbuka.
Ruptur tendon Ruptur tendon ekstensos polisis longus dapat terjadi 6-12 minggu setelah fraktur radius bagian bawah. Penjahitan langsung jarang berhasil, dan ketidakstabilan yang diakibatkan dapat diterapi dengan memindahkan tendon ekstensos polisis longus ke ujung distal tendon ibu jari yang robek. Ruptur belakangan pada kaput bisep panjang setelah fraktur leher humerus biasanya tidak memerlukan terapi.
Kompresi saraf Kompresi saraf dapat merusak saraf poplitea lateral kalau seorang lansia atau pasien yang kurus berbaring dengan kaki posisi luar penuh. Kelumpuhan radialis dapat terjadi akibat kesalahan dalam penggunaann penopang. Kedua keadaan itu adalah akibat kurangnya pengawasan.
Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
B. FRAKTUR PADA ANAK-ANAK
Fraktur ekstremitas Superior
1. FRAKTUR SKAPULA Fraktur scapula terjadi karena trauma langsung pada daerah scapula. Dislokasi sendi bahu jarang ditemukan pada anak-anak, umumnya pada orang dewasa. Gambaran Klinis Ditemukan pembengkakan dan nyeri di daerah scapula Pengobatan Konservatif
2. FRAKTUR CLAVIKULA Klavikula merupakan tulang yang pertama kali mengalami osifikasi pada embrio dan paling sering mengalami fraktur pada anak-anak. Dapat terjadi karena trauma kelahiran atau trauma yang lain misalnya kecelakaan lalu lintas. Mekanisme trauma Trauma dapat terjadi secara langsung maupun tidak langsung pada posisi lengan terputar / tertarik keluar ( outstretched hand ), dimana trauma dilanjutkan dari pergelangan tangan sampai klavikula, Gambaran Klinis Pembengkakan pada daerah klavikula yang terjadi beberapa hari setelah trauma. Hal ini terjadi setelah pembentukan kalus. Pemeriksaan radiologis Fraktus di bagian tengah klavikula paling sering ditemukan, bagian ini paling sering mengalami fraktur greenstick atau fraktur total. Pengobatan Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Pada anak-anak tidak memerlukan tindakan khusus, cukup dengan memasang mitela selama 23 minggu dan akan sembuh secara sempurna.
3. FRAKTUR HUMERUS Fraktur epifisis humerus Fraktur epifisis humerus adalah fraktur lempeng epifisis tipe II Mekanisme trauma Biasanya terjadi pada anak-anak yang jatuh dalam posisi hiper-ekstensi. Hampir 70 % fraktur lempeng epifisis adalah grade I (pergeseran fraktur kurang dari 5 mm) dan II ( pergeseran epifisis 1/3 terhadap fragmen distal ) Pemeriksaan Radiologis Adanya pemisahan epifisis dan metafisis, dimana epifisis bersama-sama dengan sebagian metafisis yang tetap terletak dalam ruangan sendi, sedangkan bagian distal tertarik ke proximal. Pengobatan Fraktur yang masih batu terutama grade I tidak memerlukan reposisi. Pada grade II reposisi dapat dilakukan dengan mudahdengan pembiusan umum kemudian dipasang mitela, pada fraktur grade III dan IV harus dilakukan reposisi dengan pembiuasan umum apabila tidak berhasil dilakukan operasi terbuka dengan fiksasi interna.
Fraktur metafisis humerus Biasanya tidak mengalami pergeseran. Terapi yang pas adalah konservatif. Fraktur metafisis dengan pergeseran yang jauh biasanya bagian distal menembus kea rah muskulus deltoid sampai subkutan, pada keadaan ini dibutuhkan operasi.
Fraktur diafisis humerus Bisa terjadi karena trauma langsung atau trauma putar pada daerah humerus. Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Gambaran klinis Terdapat pembengkakan dan nyeri pada daerah humerus. Harus diperhatikan apakah fraktur humerus ini disertai kelumpuhan nervus radialis yang jarang ditemukan pada anak-anak Pengobatan Dengan pemasangan gips sirkuler atau gips U selama beberapa minggu
Fraktur suprakondiler humeri Sangat sering ditemukan pada anak-anak setelah fraktur antebraki. Ada 2 tipe : a. Tipe posterior (tipe ekstensi) 99% dari seluruh jenis fraktur suprakondiler humeri. Pada tipe ini fragmen distal bergeser kearah posterior. b. Tipe anterior ( tipe fleksi ) Hanya merupakan 1-2 %. Disini fragmen distal bergeser kea rah anterior. Mekanisme trauma Tipe ekstensi Terjadi pada saat sendi siku hiperekstensi atau sedikit fleksi serta pergelangan tangan dalam keadaan dorsofleksi. Tipe fleksi bila penderita jatuh dan terjadi trauma langsung sendi siku pada distal humeri Klasifikasi Tipe 1 : terdapat fraktur tanpa pergeseran hanya retak berupa garis Tipe 2 : tidak ada pergeseran, terjadi perubahan sudut antara humerus dan kondilus lateralis (normal 40) Tipe 3 : terdapat pergeseran tetapi korteks posterior utuh serta masih ada kontak antara kedua fragmen Tipe 4 : pergeseran fragmen tanpa ada kontak sama sekali A. Tipe ekstensi Pergeseran fragmen distal dapat bergerak kearah : - Posterior - Lateral atau medial Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
- Rotasi Gambaran klinis Terdapat pembengkakan pada sendi siku Pengobatan Tipe 1 : dengan mitela akan sembuh10 hari 2minggu Tipe 2 : reposisi tertutup Tipe 3 dan 4 : reposisi tertutup, apabila tidak berhasil dianjutkan untuk operasi terbuka.
4. FRAKTUR RADIUS ULNA
Lengan bawah dimana radius dan ulna dihubungkan dengan kuat oleh membrane interosea, merupakan kesatuan yang utuh. Ligament anulare menahan dan memperkuat sendi radio ulna proximal, sedangkan bagian distal radio-ulna dan sendi radio-karpal dihubungkan dengan ligament radio-karpal dorsal dan volar. Fraktur ulna dan radius dapat terjadi pada 1/3 proksimal, 1/3 tengan, dan 1/3 distal. Mekanisme trauma Biasanya terjadi sewaktu tangan dalam keadaan out-stretched Klasifikasi Fraktur dapat berupa green-stick, kompresi atau total Gambaran klinis Ditemukan nyeri, pembengkakan atau adanya krepitasi serta deformitas pada daerah lengan bawah. Pengobatan Fraktur pada ulna dan radius merupakan suatu jenis fraktur yang sulit diobati. Pengbatan berdasarkan jenis fraktur. Prinsip pengobatan adalah reposisi tertutup.
Fraktur kaput radius dan leher radius Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Biasanya terjadi pada anak umur 10 tahun (5-13 tahun). Mekansme terjadinya fraktur adalah tangan dalam keadaan out-stretched hand, sendi siku dalam posisi ekstensi dan lengan bawah dalam posisi supinasi. Fraktur ini dibagi menjadi 3 tipe : Tipe 1 : pergeseran 0-30 derajat Tipe 2 : pergeseran 31-60 derajat Tipe 3 : pergeseran 61-90 derajat Diagnosis Ditemukan pembengkakan dan nyeri daerah kaput radialis pada daerah aspek lateral sendi siku. Pengobatan Fraktur tipe 1 pada anak umur di bawah 10 tahun dilakukan pengobatan konservatif dengan pemasangan mitela. Pada anak yang lebih besar perlu dilakukan manipulasi dengan pembiusan umum Fraktur tipe 2 memerlukan manipulasi dengan pembiusan umum. Pasien tipe 3 perlu dilakukan operasi terbuka dengan fiksasi interna. Komplikasi Malunion Fusi dini epifisis radius Nekrosis avaskuler Pembentukan tulang baru yang mengganggu pergerakan sendi siku Sinostosis antara radius prox dan ulna
Fraktur 1/3 proximal ulna ( fraktur Monteggia ) Fraktur 1/3 prox ulna disertai dengan dislokasi radius proximal disebut sebagai fraktur Monteggia. Ditemukan lebih sering pada anak-anak daripada dewasa, dengan perbandingan 2:1. Fraktur dapat bersifat terbuka maupun tertutup. Biasanya ditemukan pada usia termuda 4 tahun, laki-laki 5 kali lebih sering daripada perempuan. Mekanisme trauma Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Dapat terjadi karena trauma langsung atau terjadi karena hiperpronasi dengan tangan dalam keadaan outstretched.
Gambaran klinis Penderita biasanya mengeluh nyeri, dan bengkak pada lengan bawah dan datang dengan tangan dalam posisi fleksi dan pronasi. Pengobatan Pada fraktur terbuka sebaiknya dilakukan tindakan operasi segera disertai dengan fiksasi ulna. Pengobatan pada fraktur tertutup pada anak dicoba dengan reposisi tertutup karena angka keberhasilannya 50%.
5. FRAKTUR METAKARPAL DAN FALANGS Fraktur metacarpal dan falangs pada anak-anak jarang ditemukan. Beberapa jenis fraktur yang biasa ditemukan : Fraktur komunutif falangs distal Fraktur falangs tengah Fraktur metacarpal Fraktur Bennett
Fraktur ekstremitas Inferior 1. FRAKTUR PELVIS DAN FEMUR
A. Fraktur panggul Fraktur panggul sangat jarang ditemukan pada anak-anak dibandingkan dengan orang dewasa. Klasifikasi Klasifikasi fraktur panggul pada anak-anak didasarkan aspek klinis : Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Tanpa komplikasi, hanya berupa fraktur biasa tanpa pergeseran.tidak ditemukan syok, tidak perlu transfuse darah serta tidak ditemukan komplikasi. Fraktur dengan trauma pada organ-organ lain disertai perdarahan dan syok. Fraktur dengan perdarahan massif dan segera Gambaran Klinis Fraktur panggul biasanya disertai dengan perdarahan.disamping gejala fraktur panggul sendiri mungkin ditemukan tanda-tanda perdarahan pada organ lain. Pengobatan Fraktur panggul biasanya merupakan satu bagian trauma multiple.
B. Fraktur Leher femur Pada anak-anak jarang ditemukan. Lebih sering pada laki-laki daripad perempuan dengan perbandingan 3 : 2 Menakisme trauma Biasanya karena kecelakaan, jatuh dari ketinggian atau jatuh dari sepeda dan biasanya disertai trauma pada tempat lain. Gambaran klinis Biasanya disertai trauma hebat dan nyeri di daerah panggul sehingga penderita tidak dapat berjalan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan rigiditas dan gangguan pergerakan sendi panggul. Bila penderita disertai pergeseran, maka penderita tidak dapat menggerakkan sendi panggulnya. Selain itu didapatkan nyeri tekan di daerah panggul. Pengobatan Tergantung dari jenis dan pergeseran fraktur : Konservatif - Traksi kulit - Spika panggul Dilakukan pada penderita yang fraktur dengan pergeseran yang minimal Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Operasi Apabila terjadi pergeseran fraktur. Komplikasi Nekrosis avaskuler Koksa vara Fusi epifisis dini Delayed union dan nonunion
C. Fraktur diafisis femur Fraktur diafisis femur sering ditemukan pada anak-anak dan harus dianggap suatu fraktur yang dapat menimbulkan perdarahan dan syok. Mekanisme trauma Fraktur terjadi karena suatu trauma hebat dan lokalisasi yang palin sering adalah pada 1/3 tangah diafisis femur. Klasifikasi Fraktur femur dibagi menjadi : Subtrokanterik Adduksi Abduksi Klasik Posisi fraktur terjadi karena tarikan dan lokalisasi fraktur. Pada fraktur femur 1/3 proksimal, fragmen proksimal tertarik dalam posisi fleksi karena tarikan muskulus illeopsoas, abduksi oleh muskulus gluteus medius dan minimus serta rotasi eksterna oleh otot rotator pendek. dan gluteus maksimus. Gambaran klinis Penderita biasanya datang dengan gejala trauma hebat disertai pembengkakan pada daerah tungkai atas dan tidak dapat menggerakkan tungkai.terdapat deformitas, pemendekan anggota gerak, dan krepitasi. Pengobatan Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
1. Konservatif Anak 0-2 tahun, traksi kulit menurut Bryant Anak umur 2 tahun ke atas, traksi kulit menurut Hamilton-Russel Anak yang lebih besar dapat dilakukan traksi tulang melalui kondilus femur dengan menggunakan bidai dari Thomas dan penyangga dari Pearson Spika panggul, dilakukan setelah reposisi dan imobilisasai dengan gips. 2. Terapi Operatif Komplikasi - Tulang yang tidak sama panjang setelah sembuh - Malrotasi atau deformitas anguler - Pembentukan spur yang menonjol pada otot yang mengganggu pergerakan - Kontraktur kuadrisep
2. FRAKTUR PATELA
Patella adalah tulang sessamoid terbesar dalam tubuh. Jarang sekali ditemukan fraktur patella pada anak-anak. Mekanisme trauma : 1. Trauma langsung pada patella yang menekan condyles femur sehingga menyebabkan fraktur berbentuk bintang dan komunitif 2. Kontraksi tiba-tiba dan keras pada muskulus quadrisep dengan lutut dalam keadaan fleksi, akan menyebabkan fraktur avulsi dengan garis fraktur transversal disertai robekan pada ekspansi quadrisep Gambaran Klinis : - Nyeri - Pembengkakan Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
- Ada cairan di dalam lutut - Pasien tidak dapat melakukan ekstensi tungkai (jika ada robekan muskulus quadrisep) Pemeriksaan Radiologis : Akan memberikan gambaran yang jelas tentang fraktur Pengobatan : Prinsipnya sama dengan fraktur patella pada orang dewasa. Apabila terdapat hemartrosis yang banyak, sebaiknya dilakukan aspirasi secara steril. 1. Fraktur yang sangat minimal pergeserannya dan fraktur komunitif yang tidak berserakan diatasi dengan gips sirkuler silinder dengan lutut dalam posisi ekstensi. 2. Fraktur avulsi dengan pemisahan fragmen perlu dilakukan tindakan operasi dan memperbaiki ekspansi quadrisep.
3. FRAKTUR TIBIA-FIBULA
FRAKTUR DIAFISIS TIBIA dan FIBULA Fraktur diafisis tibia dan fibula bervariasi menurut umur penderita dan jenis trauma yang terjadi. Pada bayi dn anak-anak yang muda, fraktur bersifat spiral pada tibia dengan fibula yang intak. Pada usia 3-6 tahun biasanya terjadi stress torsional pada tibia bagian medial yang akan menimbukan fraktur green stick pada metafisis atau diafisis proksimal dengan fibula yang intak. Pada usia 5-10 tahun, fraktur biasanya bersifat transversal dengan atau tanpa fraktur fibula. Fraktur tibia dan fibula dapat bersifat tertutup arau terbuka. Pengobatan : Pertimbangkan pengobatan konservatif dengan pemasangan gips sirkuler di atas lutut dengan sedikit fleksi. Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Operasi dialkukan apabila ada indikasi seperti fraktur terbuka, malunion, atau nonunion (jarang ditemukan).
4. FRAKTUR TULANG-TULANG PADA KAKI 1. Fraktur Talus Jarang ditemukan dan dapat terjadi fraktur pada daerah leher, badan, atau pada dinding lateral yang merupakan suatu fraktur osteokondral 2. Fraktur kalkaneus Jarang ditemukan pada anak-anak 3. Fraktur metatarsal Lebih sering ditemukan pada anak-anak dan biasanya menimbulkan gejala nyeri yang sangat hebat. fraktur basis metatarsal disebut juga fraktur Robert-Jones.
Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
C. FRAKTUR PADA ORANG DEWASA
Fraktur ekstremitas Superior
1. FRAKTUR SKAPULA
Mekanisme cidera Badan scapula mengalami fraktur akibat daya penghancur, yang biasanya juga mengakibatkan fraktur pada tulang rusuk dan dapat mengakibatkan dislokasi pada sendi sternoklavikular. Leher scapula dapat mengalami fraktur akibat pukulan atau jatuh pada bahu. Prosessus korakoideus dapat mengalami fraktur pada dasrany atau mengalami avulsi pada ujungnya. Fraktur pada akromion adalah akibat kekuatan langsung. Fraktur pada pinggir glenoid dapat terjadi bersama dislokasi bahu.
Gambaran klinik Lengan ditahan tak bergerak dan mungkin terdapat memar hebat pada scapula atau dinding dada. Fraktur pada badan scapula sering menyertai cidera dada yang hebat. SINAR X Film dapat memperlihatkan adanya fraktur kominutif pada badan scapula, atau leher scapula dengan fragmen sebelah luar yang tertarik ke bawah oleh berat lengan itu. Kadang kadang retakan ditemukan pada akromion atau prosessus korakoideus. CTscan berguna untuk menunjukkan adanya fraktur glenoid. Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Terapi Reduksi biasanya tak dapat dilakukan dan tak perlu. Pasien memakai kain gendongan agar nyaman, dan sejak awal melakukan latihan aktif pada bahu, siku, dan jari. Frakmen glenoid yang besar akibat fraktur-dislokasi pada bahu, harus diikat dengan suatu skrup. Komplikasi Fraktur badan disebabkan biasanya oleh cidera pada dinding dada atau paru paru (cari pneumothoraks) dan pada semua fraktur scapula mungkin juga terdapat cidera pleksus brakialis (pemeriksaan neuroligis).
2. FRAKTUR CLAVIKULA Klavikula merupakan tulang yang pertama kali mengalami osifikasi pada masa embrio dan paling sering mengalami fraktur pada anak anak. Fraktur Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
klavikula biasanya terjadi karena trauma pada saat proses partus ,olahraga ataupun kecelakaan lalu lintas. Mekanisme trauma Dapat terjadi karena trauma langsung maupun tidak langsung pada saat posisi lengan terputar atau tertarik ke arah luar(out stretched hand). Gambaran Klinis Adanya poembengkakan pada daerah klavikula yang biasanya terjadi setelah beberapa hari pasca trauma. Hal ini terjadi setelah pembentukan kalus. Klasifikasi fraktur klavikula dapat terjadi pada : 1. Sepertiga tengah 2. Sepertiga lateral 3. Sepertiga medial Fraktur klavikula 1/3 tengah sering tejadi dan dapat prognosa buruk disbanding lainnya karena klavikula bagian medial terangkat ke atas oleh tarikan otot sternokleidomastoideus dan fragmen lateral tertarik ke bawah oleh muskulus pectoralis mayos karena beban nerat badan
Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Pengobatan 1. Koservatif Pengobatan konservatif dengan mitela verban bentuk delapan
2. Operasi Seabgian besar fraktur klavikula dapat sembuh dengan baik . operasi dilakukan apabila ada indikasi fraktur terbuka , adanya tekanan pada pembuluh darah , non union , fraktur 1/3 lateral serta penderita aktif yang segera akan kembali pada aktivitas seperti biasanya. Operasi dapat dilakukan dengan pemasangan pin Kirschner atau plate dan screw. Komplikasi 1. Malunion 2. Kerusakan pembuluh darah atau paru-paru 3. Non union 4. Deformitas yang jelek berupa penonjolan tulang kea rah kulit. 5. Arthritis pasca traumatic Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
3. FRAKTUR HUMERUS Fraktur pada humerus dapt terjadi mule dari proksimal(caput) sampai bagian distal (kondilus) berupa: 1. fraktur leher 2. fraktur diafisis 3. fraktur tuberkulum mayus 4. fraktur suprakondiler 5. fraktur kondiler 6. fraktur epikondilus medialis Fraktur epifisis humerus Fraktur epifisis humerus adalah fraktur lempeng epifisis tipe II (Salter-Harris) Mekanisme trauma Biasanya terjadi pada anak-anak yang jatuh dalam posisi hiper-ekstensi, misalnya jatuh pada saat mengendarai sepeda/kuda. Klasifikasi Klasifikasi fraktur menurut Neer-Horowitz : Grade I : pergeseran fraktur kurang dari 5 mm Grade II : pergeseran epifisis 1/3 terhadap fragmen distal Grade III : pergeseran 2/3 Grade IV : pergeseran melebihi 2/3 Tujuh puluh persen fraktur lempeng epifisis adalah grade I dan grade II Pemeriksaan radiologis Pada foto rontgen ditemukan adanya pemisahan epifisis dan metafisis, dimana epifisis bersama-sama dengan sebagian metafisis yang tetap terletak dalam ruang sendi, sedangkan bagian distal tertarik ke proksimal. Pengobatan Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Fraktur yang masih baru terutama grade I tidak memerlukan reposisi. Pada grade II reposisi dapat dilakukan dengan mudah dengan pembiusan umum dan setelah itu dipasang mitela. Pada fraktur epifisis humerus grade III dan IV harus dilakukan reposisi dengan pembiusan umum dan apabila tidak berhasil dilakukan operasi terbuka dengan fiksasi interna dengan menggunakan pin kecil.
Fraktur leher humerus Fraktur leher humerus umumnya terjadi pada wanita tua yang telah mengalami osteoporosis sehingga terjadi kelemahan pada tulang. Mekanisme trauma Biasanya penderita jatuh dan terjadi trauma pada anggota gerak atas. Klasifikasi a. fraktur impaksi b. fraktur tanpa impaksi, dengan atau tanpa pergeseran Pengobatan Pada fraktur impaksi atau tanpa impaksi yang tidak disertai pergeseran dapat dilakukan terapi konservatif saja dengan memasang mitela dan mobilisasi segera pada gerakan sendi bahu. Bila fraktur disertai dengan pergeseran mungkin dapat dipertimbangkan tindakan operasi. Komplikasi 1. kekakuan pada sendi 2. trauma saraf yaitu nervus aksilaris 3. dislokasi sendi bahu
Fraktur diafisis humerus Fraktur diafisis humerus biasanya terjadi pada 1/3 tengah humerus dimana trauma dapat bersifat memuntir yang menyebabkan fraktur spiral dan bila trauma Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
bersifat langsung dapat menyebabkan fraktur tranversal, obliq pendek atau komunitif. Fraktur patologis biasanya terjadi pada 1/3 proksimal humerus. Gambaran klinis Pada fraktur humerus ditemukan pembengkakan, nyeri tekan serta deformitas pada daerah humerus. Pada setiap fraktur humerus harus diperiksa adanya lesi nervus radialis terutama pada daerah 1/3 tengah humerus. Pemeriksaan radiologis Dengan pemeriksaan radiologist dapat ditentukan lokalisasi dan konfigurasi fraktur Pengobatan Prinsip pengobatan adalah konservativ karena angulasi dapat tertutup oleh otot dan secara fungsional tidak terjadi gangguan, disamping itu 1/3 kontak cukup memadai untuk terjadinya union. 1. pengobatan konservatif dibagi atas: -pemasangan U slab -pemasangan gips tergantung 2. pengobatan operatif dengan pemasangan plate dan screw atau pin dari rush atau pada fraktur terbuka dengan fiksasi eksterna.
Indikasi operasi : 1. fraktur terbuka 2. terjadi lesi nervus radialis setelah dilakukan reposisi 3. nonunion 4. penderita yang segera ingin kerja kembali.
4. FRAKTUR RADIUS ULNA
Mekanisme cedera Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Biasanya penyebabnya adalah jatuh pada tangan; kalau pada saat benturan tubuh memuntir, daya geraknya dapat dengan kuat mempronasikan lengan bawah. Kaput radius berdislokasi ke depan dan sepertiga bagian atas ulna patah dan melengkung ke depan. Kadang-kadang daya penyebabnya adalah hiperekstensi.
Klasifikasi Fraktur dislokasi Monteggia menurut Bado: 1. Fraktur 1/3 tengah / proksimal ulna dengan angulasi anterior disertai dislokasi anterior kaput radius 2. Fraktur 1/3 tengah / proksimal ulna dengan angulasi posterior disertai dislokasi 3. posterior kaput radii dan fraktur kaput radii 4. Fraktur ulna distal processes coracoideus dengan dislokasi lateral kaput radio 5. Fraktur ulna 1/3 tengah / proksimal ulna dengan dislokasi anterior kaput radii dan fraktur 1/3 proksimal radii di bawah tuberositas bicipitalis
Gambaran Klinis Pasien dengan fraktur-dislokasi Monteggia datang dengan siku yang bengkak, deformitas serta terbatasnya ROM karena nyeri khususnya supinasi dan pronasi. Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Kaput radius bisanya dapat di palpasi.Harus dilakukan pemeriksaan neurovascular dengan teliti oleh karena Bering terjadi cedera saraf periper n radialis atau PIN.
Teknik Penanganan terapi konservatif dan operasi Metode Penanganan Konservatif Prinsipnya dengan melakukan traksi ke distal dan kembalikan posisi tangan berubah akibat rotasi Posisi tangan dalam arah benar dilihat letak garis patahnya - 1/3 proksinal posisi fragmen proksimal dalam supinasi untuk dapat kesegarisan fragmen distal supinasi - 1/3 tengah posisi radius netral maka posisi distal netral - 1/3 distal radius pronasi maka posisi seluruh lengan pronasi, setelah itu dilakukan immobilisasi dengan gips atas siku.
Metode Penanganan Operatif - Empat eksposur dasar yang direkomendasikan 1. Straight ulnar approach untuk fraktur shaft ulna 2. Volar antecubital approach untuk fraktur radius proximal 3. Dorsolateral approach untuk fraktur shaft radius, mulai dari kapitulum radius sampai distal shaft radius 4. Palmar approach untuk fraktur radius 1/3 distal
- Posisikan pasien terlentang pada meja operasi. Meja hand sangat membantu untuk memudahkan operasi. Tourniquet dapat digunakan kecuali bila didapatkan lesi vaskuler. - Ekspos tulang yang mengalami fraktur sesuai empat prinsip diatas. - Reposisi fragmen fraktur seoptimal mungkin - Letakkan plate idealnya pada sisi tension yaitu pada permukaan dorsolateral pada radius, dan sisi dorsal pada ulna. Pada 1/3 distal radius plate sebaiknya diletakkan pada sisi volar untuk menghindari tuberculum Lister dan tendon-tendon ekstensor. Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
- Pasang drain, luka operasi ditutup lapis demi lapis
Fraktur radius, ulna distal dan epifisis Merupakan fraktur tersering pada anak (82%) karena daerah metafisis anak relative lemah. Mekanisme trauma Saat tangan terjatuh dalam keadaan outu stretched dimana pergelangan tangan dalam posisi ektensi.
Klasifikasi : 1. Frakturs epifisis Yang paling sering ialah fraktur epifisis radius distal pada umur 6-12 tahun. Umumnya tipe I dan II (salter harris). Terapi : dillakukan reposisi tertutup dan dimobilisasi dengan gips sirkuler selama 3 minggu.
2. Fraktur torus Disebut juga fraktur buckle yang terjadi pada korteks di daerah metafisis. Terapi : pemasangan gips sirkuler selama 3 minggu.
3. Fraktur green stick Terjadi apabila ada robekan periosteum dan korteks pada daerah konveks dari deformitas. Fraktur kebanyakan mengenai radius dan ulna. Terapi : tidak semua perlu reduksi tertutup. Umumnya angulasi kurang dari 20 o pada anak umur 6-12 tahun tidak perlu reduksi tertutup, hanya pemasangan gips sirkuler di atas siku posisi pronasi selama 3-4 minggu.
4. Fraktur total Fraktur yang mengenai radius dan ulna bisanya menyamping sehingga sulit direposisi. Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Terapi : reposisi tertutup gagal reposisi terbuka dengan fiksasi interna dan dipasang gips sirkuler selama 4 minggu tergantung umur pasian.
5. Fraktur galeazzi Mekanisme cedera Penyebab lazimnya adalah jatuh pada tangan; munkin disertai daya rotasi. Fraktur radius pada sepertiga bagian bwah dan sendi radioulnar inferior bersubluksasi atau berdislokasi. Cedera ini hampir merupakan pasangan fraktur-dislokasi Monteggia Gambaran klinik Fraktur Galeazzi jauh lebih sering terjadi daripada fraktur Monteggia. Ujung bagian bawah ulna yang menonjol merupakan tanda yang mencolok. Perlu dilakukan pemeriksaan untuk lesi saraf ulnaris, yang sering terjadi.
Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Sinar-X Fraktur melintang atau oblik yang pendek ditemukan pada sepertiga bagian bawah radius, dengan angulasi atau tumpang-tindih. Sendi radioulnar inferior bersubluksasi atau berdislokasi. Terapi Seperti halnya fraktur moteggia, langkah yang paling penting adalah memulihkan panjangnya tulang yang mengalami fraktur. Pada anak-anak reduksi tertutup sering berhasil. Pada orang dewasa, reduksi terbaik dicapai dengan operasi terbuka dan pemasangan plat pada radius. Sinar-X dilakukan untuk memastikan bahwa sendi radioulnar telah tereduksi. Lengan diimobilisasi dalam gips selama 6 minggu, setelah itu gerakan aktif dianjurkan.
5. FRAKTUR METAKARPAL DAN FALANGS
Fraktur radiokarpal Fraktur pada radius dapat memasuki sendi pergelangan tangan, menyebabkan (1) fraktur osteoartikular yang sederhana. (2) fraktur osteoartikular kuminutif atau (3) fraktur-subluksasi pada pergelangan tangan.
Fraktur stiloid radius Cedera ini disebabkan oleh deviasi radius secara pakasa pada pergelangan tangan dan dapat terjadi setelah jatuh, atau bila pegangan starter menendang balik. Garis fraktur bersifat melintang, meluas ke lateral dari permukaan sendi radius; fragmen, jauh lebih besar daripada siloid radius, sering tak bergeser. Kalau terdapat pergeseran, fraktur perlu direduksi, dan pergelangan tangan dipertahankan dalam deviasi ulnar dengan slab gips yang mengelilingi bagian luar lengan bawah yang membentang dari bawah siku sampai leher metacarpal. Reduksi yang tak sempurna dapat mengakibatkan oestoartritis; karena itu kalau reduksi Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
tertutup tak sempurna fragmen harus disekrup kembali, atau dipertahankan dengan kawat kirschner.
Fraktur kominutif Jika radius bagian bawah tidak patah secara melintang di atas pergelangan tangan seperti pada fraktur Colles, mungkin terdapat fraktur berbentuk T pada sendi, atau radius bagian bawah mungkin kominutif. Reduksi tertutup yang tepat jarang berhasil, tetapi harus dilakukan upaya untuk memulihkan panjang dan penjajaran (alignment) lengan bawah. Reduksi ini terbaik dicapai dengan ligamentotaksis (traksi pada ligament) dengan fiksator luar. Sekali fraktur merekat ( biasanya 6-8 minggu) fiksator dilepas dan dianjurkan melakukan gerakan pergelangan tangan; dengan alat Pennig, gerakan pergelangan tangan dapat dimulai (walau fiksator masi pada tempatnya.
Fraktur sublukasi volar (fraktur barton) Cedera ini, yang kadang-kadang dikira fraktur simth berbeda dari fraktur smitha dalam hal garis frakturnya bersifat oblik dari bibir vilar radius sampai ke dalam sendi pergelangan tangan: fragmen distal bergeser ke anterior; membawa serta karpal ke anterior. Karena fragmen kecil dan tak berpenyangga, fraktur bersifat tidak stabil. Terapi Fraktur dapat direduksi dengan mudah, tetapi mudah pula bergeser kembali. Dianjurkan untuk memelakukan fiksasi internal, dengan plat dinding penopang anterior yang kecil. Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Fraktur-subluksasi dorsal Kadang-kadang ini disebut fraktur barton dorsal di sini garis fraktur bersifat oblik pada bibir dorsal radius dan karpal terbawa ke posterior. Terapi, fratur ini lebih mudah dikendalikan daripada fraktur barton volar. Fraktur ini direduksi secara tertutup dan lengan bawah diimobolissasi dalam gips selama 6 mingggu. Kalau ini bergeser lagi, sebaiknya dilakukan reduksi terbuka dan pemasangan plat. Komplikasi Dini Cedera yang berkaitan pada karpal harus disingkitkan dengan pemeriksaan sinar-X yang cermat. Pergeseran tulang terdapat kecenderungan yang kuat pada fraktur Barton untuk bergeser ulang kalau fraktur ini dipertahankan dalam gips; sebab itu sebaiknya dilakukan fiksasi internal Belakangan Ketidakstabilan karpal. Ketidak stabilan karpal yang kronis dapat terjadi setelah fraktur-subluksasi. Ostoartritis sekunder. Dapat terjadi lama setelah itu, tetapi ketidakmampuan biasanya tidak berat, Fraktur skafoid karpal. Fraktur skafoid merupakan hampir 74% dari semua cedera karpal, tetapi cedera ini jarang terjadi pada manula dan anak-anak. Pada fraktur yang tak stabil mungkim kiga terdapat kerusakan pada ligament skafolunatum dan rotasi dorsal lunatum Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Mekanisme cedera Skafoid terletak secara oblik di seberang dua deret tulang-tulang karpal, dan juga pada garis pembebanan di antara ibu jari dan lengan bawah. Kombinasi gerakan paksa dan daya tekanan pada karpal, seperti jatuh pada tangan yang ber- dorsifleksi, menghasilkan tekanan hbat pada tulang dan hal ini cenderung mengakibatkan fraktur. Sebagian besar fraktur skafoid bersifat stabil; pada fraktur yang bersifat tidak stabil fragmen dapat bergeser dan ini sering berhubungan dengan ketidakstabilan karpal dan kemiringan dorsal, pada lunatum. Persediaan darah pada skafoid berkurang di bagian proksimal. Ini dapat menerangkan fakta bahwa 30% dari fraktur sepertiga pertengahan, dan dua kali jumlah itu pada fraktur proksimal, mengakibatkan nekrosis avaskular pada fragmen proksimal. Gambaran klinik Penampilan mungkin seakan-akan normal, tetapi pengamat yang cermat biasanya dapat mendeteksi kesan penuh dalam kotak anatomis; nyeri tekan yang dilokalisasi secara tepat pada situasi yang sama merupakan tanda diagnostic yang penting. Tekanan prosimal disepanjang poros ibu jari mungkin hanya terasa nyeri. Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Sinar-X Foto anteroposterior, lateral dan oblik semua penting; fraktur yang baru terjadi sering hanya terlihat pada foto oblik. Garis fraktur biasanya melintang, dan pada bagian tulang yang tersempit (pinggang), tetapi pada garis fraktur ini mungkin terletak di bagian yang lebih proksimal. Kadang-kadang hanya tuberkel skafoid yang mengalami fraktur. Sangatlah penting untuk mencari tanda-tanda pergeseran atau keridakstabilan yang halus pembukaan garis fraktur, angulasi pada fragmen distal, kelainan pada skafoid dan, kadang-kadang, pola DISI pada sinar-X lateral Beberapa minggu setelah cedera, fraktur dapat semakin jelas; kalau penyatuan bersidat lambat, kavitasi akan muncul pada salah satu sisi fraktur. Fraktur yang tak menyatu dan sudah lama mempunyai daera pinggiran yang keras, sehingga tampak seolah-olah terdapat tulang karpal ekstra. Sklerosis yang abnormal pada fragmen prosimal merupakan patognomonik untuk nekrosis avaskular. Terapi Fraktur pada tuberkel skafoid tidak memerlukan pembebatan dan harus diterapi seperti keseleo pergelangan tangan dengan pembalut krep dan dianjurkan melakukan gerakan lebih awal. Fraktur skafoid yang lain diterapi sebagai berikut. Fraktur yang tak bergeser tidak memerlukan reduksi, dan terapinya adalah digips. Terapi pergeseran, yang sering minimal, biasa terjadi dan, meskipun terapi dengan gips dapat berhasil, lebih baik fraktur direduksi secara terbuka dan difiksasi dengan sekrup kompresi Baik diperlukan reduksi terbuka atau tidak, pangkal lengan harus benar- benar diimobilisasi. Gips dipasang dari lengan bawah bagian atas sampai tepat di dekat sendi metakarpifalangeal jari, tetapi menyertakan ruas jari proksimal ibu Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
jari. Pergelangan tangan dipertahankan berdorsifleksi dan ibu jari ke depan dalam posisi memegang gelas. Gips harus dibentuk dengan hati-hati sesuai lekukan tangan, dan tidak dibelah. Gips ini dipertahankan selama 6 minggu. Setelah 6 minggu gips dilepas dan pergelangan tangan diperiksa secara klinik dan secara radiologic. Kalau ridak ada nyeri tekan dan sinar-X menuinjukkan tanda-tanda penyembuhan, pergelangan tangan dibiarkan bebas; penyatuan radiografik lengkap dapat memakan waktu beberapa bulan. Kalau pergelangan tangan terasa nyeri, atau fraktur masih terlihat pada pemeriksaan sinar-X, gips dipasang ulang selama 6 minggu lagi. Pada stadium itu, salah satu dari tiga gambaran berikut dapat muncul. (1) pergelangan tangan tidak nyeri dan fraktur telah sembuh-gips dapat dibuang.(2) pemeriksaan sinar-X menunjukkan resorpsi dan kavitasi tulang di sekitar fraktur- ini adalah penyembuhan lambat. Penyembuhan dapat dipercepat dengan pencangkokan tulang. (3) terdapat non union Komplikasi Nekrosis avaskular, fragmen proksimal dapat mati, terutama akibat fraktur kutub proksimal, dan kemudian setelah 2-3 bulan fragemen ini tampak padat pada pemeriksaan sinar-X. meskipun revaskularisasi dan penyatuan secara teoritis dapat terjadi, keduanya dapat memakan waktu beberapa tahun. Pencangkokan tulang, seperti untuk penyatuan lambat dapat berhasil. Dan dalam hal ini tulang, meskipun abnormal, secara structural tetap utuh. Kalau pergelangan tangan terasa nyeri, fragmen yang mati dan stiloid radius harus di eksisi Non-union, setelah 6 bulan mungkin telah jelas bahwa fraktur tidak akan menyatu. Pencangkokan tulang mungkin masi dapat dicoba, terutama pada pasien yang lebuh muda dan lebih aktif. Kalau skafoid telah kolaps, cangkokan harus dilakukan untuk memulihkan posisi dan panjangnya tulang; stabilitas dapat di perkuat dengan memasang suatu sekrup. Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Pada pasien yang usianya lebih tua, dan pasien yang benar-benar asimptomatik, non union dapat di biarkan tanpa terapi. Kadang-kadang pasien pertama kali dating dengan keluhan keseleo, tetapi pemeriksaan sinar-X memperllihatkan fraktur non-union yang sudah lama disertai sklerosis pada pinggirannya;3-4 munggu dalam gips sudah cukup membuatnya nyaman dan tidak diperlukan terapi yang lebih jauh. Non-union lama yang disertai kolaps karpal dan nyeri dapat diterapi dengan (1) pembebatan pergelangan tangan berkala; (2) wksisi stiloid radius, untuk mengurain tekanan pada skafoid; atau (3) artrodesis pergelangan tangan.
Fraktur Colles Cedera yang diuraikan oleh Abraham Colles pada tahun1814adalah fraktur melintang pada radius tepat diatas pergelangan tangan, dengan pergeseran dorsal fragmen distal. Ini adalah fraktur yang paling sering ditemukan pada manula, insidensinya yang tinggi berhubungan dengan permulaan osteoprorisi pasca menopause. Kerena itu pasien biasanya wanita yang memiliki riwayat jatuh pada tangan yang terentang. Mekanisme cedera Benturan mengena disepanjang lengan bawahdengan posisi pergelangan tangan berektensi. Tulang mengalami fraktur pada sambungan kortikokanselosa dan fragmen distal remuk ke dalam ekstensi dan pegeseran dorsal. Fraktur Colles sering digilongkan berdasarkan apakah prosesus stiloideus ulna juga mengalami fraktur, apakah sendi radioulnar terlibat dan apakah sendi radiokarpal terlibat. Kita memilih untuk mempelajari secara terpisah fraktur yang melibatkan sendi radio karpal; kelom[ok sisanya, yang utama diterapi dengan cara yang sama dan dipelajari bersama-sama. Gambaran klinik Kita dapat mengenali fraktur ini dengan sebutan deformitas garpu makan malam, dengan penonkolan pinggung pergelangan tangan dan depresi di depan. Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Pada pasien degnan sedikit deformitas munkin hanya terdapat nyeri tekan local dan nyeri bila pergelangan tangan digerakkan Sinar-X Terdapat fraktur radius melintang pada sambungan kortikokanselosa, dan prosessus stiloideus ulnar sering putus. Fragmen radius (1) bergeser dan miring ke belakang, (2) bergeser dan miring ke radial, dan (3) terimpaksi. Kadang-kadang fragmen distal mengalami peremukan dan kominutif yang hebat
Terapi Kalau fraktur tak bergeser (atau hanya sedikit sekali bergeser), fraktur dibebat dalam slab gips yang dibalutkan sekutar dorsum lengan bawah dan pergelangan tangan dan dibalut kuat dalam posisinya. Fraktur yang bergeser hatus direduksi di bawah anastesi. Tangan dipegang dengan erat dan traksi diterapkan sepanjang tulang itu; fragmen distal kemudian didorong ke tempatnya dengan menekan kuat pada dorsum dambil memanipulasi pergelangan tangan ke dalam fleksi, deviasi ulnar dan pronasi. Posisi kemudian diperiksa dengan sinar-X. kalau posisi memuaskan, dipasang slab gips dorsal, Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
membentang dari tepat dibawah siku sampai leher metacarpal dan dua-eprtiga keliling dari pergelangan tangan itu. Slab ini dipertahankan pada posisinya dengan pembalut kain krep. Posisi fleksi dan deviasi ulnar yang ekstrim harus dihindari; cukup 20 derajat saja pada tiap arah. Lengan tetap ditinggikan sealam satu atau dua hari lagi; latihan bahu dan jari segera dimulai setelah pasien sadar. Kalau jari-jari membengkak, mengalami sianosis atau nyeri, harus tidak ada keragu-raguan untuk membuka pembalut. Setelah 7-10 hari dilakukan pengambilan sinar-X yang baru; pergeseran ulang sering terjadi dan biasanya diterapi dengan reduksi ulang; sayangnya, sekalipun manipulasi berhasil, pergeseran ulang sering terjadi lagi. Fraktur menyatu dalam 6 minggu dan, sekalipun tak ada bukti penyetuan secara radiologi, slab dapat dilepas dengan aman dan diganti dengan pembalut kain krep sementara. Fraktur kominutif berat dan tak stabil tidak mungkin dipertahankan dengan gips; untuk keadaan ini sebaiknya dilakukan fiksasi luar, dengan pen proksimal yang mentranfiksi radius dan pen distal, senaiknya mentransfiksi dasar-dasar metacarpal kedua dan sepertiga. Suatu alat misalnya fiksator Pennig mempunyai kelebihan dalam hal pergelangan tangan dapat digerakkan lebih awal. Apapun metode fiksasi yg digunakan, hal yang paling penting adalah pasien harus dilatih menggunakan sendi-sendi yang bebas secara teratur.
Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Komplikasi A. Dini Dini sirkulasi darah pada jari harus diperiksa; pembalut yang menahan slab perlu dibuka atau dilonggarkan Cedera saraf jarang terjadi, dan yang mengherankan tekanan saraf medianus pada saluran karpal pun jarang terjadi. Kalau hal ini terjadi, ligament karpal yang melintang harus dibelah sehingga tekanan dalam saluran karpal berkurang. Distrofi reflek simpatetik. Mungkin amat sering ditemukan, tetapi untungnya ini jarang berkembang lengkap menjadi keadaan atrofi sudeck. Mungkin terdapat pembengkakan dan nyeri tekan pada sendi-sendi jari, waspadalah jangan sampai melalaikan latihan tiap hari. Pada sekitar 5% kasus, pada saat gips dilepas tangan akan kaku dan nyeri serta terdapat tanda-tanda ketidakstabilan vasomotor. Sinar-X memperlihatkan osteoporosis dan terdapat peningkatan aktivitas pada scan tulang. B. Belakangan Malunion sering ditemukan, baik karena reduksi tidak lengkap atau karena pergeseran dalam gips yang terlewatkan. Penampilannya buruk, kelemahan dan hilangnya rotasi dapat bersifat menetap. Pada umumnya terapi tidak diperlukan. Bila ketidakmampuan hebat dan pasien relative mufa, 2,5 cm bagian bawah ulna dapat dieksisi untuk memulihkan rotasi, dan deformitas radius dikoreksi dengan osteotomi. Penyatuan lambat dan non union pada radius tidak terjadi, tetapi prosesus stiloideus ulnar sering hanya diikat dengan jaringan fibrosa saja dan tetap mengalami nyeri dan nyeri tekan selama beberapa bulan. Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Kekakuan pada bahu, karena kelalaian, adalah komplikasi yang sering ditemukan. Kekakuan pergelangan tangan dapat terjadi akibat pembebatan yang lama. Atrofi sudeck, kalau tidak diatasi, dapat mengakibatkan kekakuan dan pengecilan tangan dengan perubahan trofik yang berat. Rupture tendon (pada ekstensor polisis longus) biasanya terjadi beberapa minggu setelah terjadi fraktur radius bagian bawah yang tampaknya sepele dan tidak bergeser. Pasien harus diperingatkan akan kemungkinan itu dan diberitahu bahwa terapi operasi dapat dilakukan. Fraktur Smith Smith mendeskribsikan fraktur yang sama dengan Colles 20 tahun kemudian. Tetapi pada cedera ini fragmen distal bergeser ke anterior. Fraktur ini akibat jatuh pada punggung tangan. Gambaran klinik Pasien mengalami cedera pergelangan tangan, tetapi tidak terdapat deformitas garpu-makan malam Sinar-X Terdapat fraktur pada metefisis radius distal; foto letral menunjukkan bahwa fragmen distal bergeser dan miring ke anterior-sanget berlawanan dengan fraktur colles Terapi Fraktur direduksi dengan traksi dan ekstensi pergelangan tangan, dan lengan bawah diimobilisasi dalam gips selama 6 minggu. Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Fraktur ekstremitas Inferior 1. FRAKTUR PELVIS DAN FEMUR
Fraktur leher femur Epidemiologi :sering terjadi pada orang tua wanita terutama 60 tahun ke atas yang disertai demham tulang osteoporosis Mekanisme trauma: Karena kecelakaan lalulintas atau jatuh dari tempat yang tidka terlalu tinggi seperti terpeleset di kamar mandi, dimana panggul dalam keadaan flexi dan rotasi Klasifikasi Hubungan terhadap kapsul : i. Ekstrakapsuler ii. Intrakapsuler Sesuai lokasi i. Sub capital ii. Trans servikal Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
iii. Basal Radiologis i. Berdasar keadaan fraktur 1. Tidak ada pergeseran fraktur 2. Fragmen distal, rotasi eksterna, abduksi dan dapat bergeser ke proksimal 3. Fraktur impaksi ii. Berdasar Garden
Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Patologi Kaput femur mendapat aliran darah dari 3 sumber : Pemb darah intra meduler di dalam leher femur Pemb darah servikal asendens dalam retinakulum kapsul sendi Pemb darah dari ligament yang berputar Fraktur pemb darah intramedular & retinakulum mengalami robekan, bila terjadi pergeseran fragmen Fraktur trans servikal fraktur yang bersifat intraskapuler yang mempunyai kapasitas sangay rendah dalam penyembuhan karena adanya kerusakan pembuluh darah, periosyeum yang rapuh serta hambatan dari cairan synovial. Gambaran klinis Nyeri di daerah panggul Pemendekan anggota gerak bawah dalam posisi lateral Pemeriksaan Radiologis Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Pengobatan Konservatif Terapi operatif iii. Reduksi akurat dan stabil iv. Imobilisasi Pemasangan pin Pemasangan plate dan screw Artroplasti Komplikasi Umum Nekrosis avasakuler Non union Osteoarthritis Anggota gerak memendek Malunion Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Malrotasi eksterna Koksavara Fraktur daerah trokanter Definisi Disebut juga fraktur trokanterik (intertrokanterik) adalah semua fraktur yang terjadi diantara trokanter mayor dan minor. Bersifat ekstraartikuler dan sering pada wanita tua diatas 60 tahun Mekanisme Jatuh dan mengalami trauma langsung pada trokanter mayor dan bersifat memuntir. Keretakan diantara trokanter mayor dan minor dimana fragmen proksimal cenderung bergeser secara varus dan dapat bersifat komunitif Klasifikasi Stabil Tidak stabil korteks bagian medial remuk dan fragmen besar mengalami pergeseran terutama trokanter minor Klasifikasi 4 type : 1. Tipe 1 : melewati trokanter mayor dan minor tanpa pergeseran 2. Tipe 2 : melewati trokanter mayor disertai trokanter minor 3. Tipe 3 : disertai fraktur komunitif 4. Tipe 4 disretai fraktur spiral femur
Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Gambaran klinis Riwayat trauma femur proksimal Pemendekan anggota gerak bawah dan rotasi eksternal Tidak bisa berdiri dan mengangkat kaki Px radiologi
Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Pengobatan Konservatif dengan traksi Sebaiknya dipasang fiksasi interna agar fiksasinya kuat dan mobilitas yang cepat pada orang tua
Komplikasi Deformitas varus dan rotasi eksterna serta nonunion, tetapi jarang ditemukan.
Fraktur subtrokanter Gambaran klinis a. Anggota gerak bawah dalam kondisi memendek dan rotasi eksterna b. Bengkak di daerah proksimal femur disertai nyeri pada pergerakan Px radiologis a. Fraktur dibawah trokanter minor b. Garis bersifat transversal, oblik atau spiral sering komunitif Pengobatan Reduksi terbuka dan fiksasi interna dengan plate atau screw Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Komplikasi Nonunion dan malunion dapat dikoreksi dengan osteotomi dan bone grafting Fraktur diafisis femur Definisi a. Disebabkan oleh trauma hebat b. Femur diliputi oleh otot yang kuat dan merupakan proteksi untuk tulang femur tetapi juga dapat berakibat jelek karena dapat menarik fragmen fraktur hingga bergeser c. Selalu difikirkan ada perdrhan massif yang menyebabkan syok Mekanisme a. Fraktur spiral posisi kaki melekat erat pada dasar sambil terjadi putaran yang diteruskan pada femur b. Fraktur transversal dan oblik trauma langsung dan angulasi Klasifikasi: a. Terbuka b. Tertutup Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
c. Simple d. Komunitif e. Fraktur Z f. Segmental
Gambaran klinis a. Penderita pada umumnya dewasa muda b. Pembengkakan c. Deformitas tungkai berupa rotasi eksterna d. Mungkin syok Px radiologis
Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Pengobatan Terapi konservatif A. Traksi kulit B. Traksi tulang berimbang C. Menggunakan cast bracing Terapi operatif - Pemasangan plate dan screw - Mempergunakan K- Nail - Fiksasi eksterna Komplikasi Komplikasi dini : Syok, Emboli lemak, Trauma PD besar, Trauma syaraf, Trombo emboli, Infeksi Komplikasi lanjut : Delayed union, Nonunion, Malunion, Kaku sendi lutut, Refraktur
Fraktur suprakondiler femur Definisi daerah antara batas proksimal kondilus femur dan batas metafisis dengan diafisis femur. Mekanisme trauma Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Tekanan varus dan valgus disertai kekuatan aksial dan putaran Klasifikasi i. Tidak bergeser ii. Impaksi iii. Bergeser iv. Komunitif
Gambaran Klinis Pembengkakan Deformitas daerah suprakondiler Pada pemeriksaan krepitasi Pengobatan Terapi konservatif 1. Traksi berimbang 2. Cast bracing 3. Spika panggul Terapi operatif Komplikasi Komplikasi dini Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Penetrasi segmen fraktur ke kulit yang menyebabkan fraktur terbuka Trauma pembuluh darah besar Trauma saraf Komplikasi lanjut Malunion Kekakuan sendi lutut
Fraktur suprakondiler femur dan fraktur interkondiler Klasifikasi Tipe 1 : fraktur suprakondiler dan kondiler bentuk T Tipe IIA : fraktur suprakondiler dan kondiler dengan sebagaian metafisis (bentuk Y) Tipe IIB : sama seperti IIA tetapi bagian metafisis lebih kecil Tipe III : fraktur suprakondiler komunitif dengan fraktur kondiler tidak total Pengobatan Terapi konservatif Terapi operatif Komplikasi Trauma pembuluh darah Kaku sendi Osteoarthritis lutut
Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Fraktur kondilus femur Klasifikasi Tipe I : fraktur kondilus dalam posisi sagital Tipe II : fraktur dalam posisi koronal dimana bagian posterior kondilus femur bergeser Tipe III : kombinasi antara sagital dan koronal Gambaran klinis Nyeri dan pembengkakan Krepitasi sendi lutut Pemeriksaan radiologis Fraktur dan Dislokasi 2011
Eminensia Interkondiler ( tibia spine ) berada diantara kedua faset lateral dan medial dan permukaan atas tibia. Sering terjadi pada umur 8 13 tahun Ini terjadi karena avulsi ligamen krusiatumk baik posterior maupun anterior.
Mekanisme trauma Terjadi karena lutut dalam posisi fleksi dan trauma dari depan mendorong femur ke belakang dimana tibia dalam keadaan terfiksasi yang akan menyebabkan avulsi bagian depan. Klasifikasi ( Meyers dan McKeever ) Tipe 1 Terjadi avulsi dengan sedikit pergeseran dimana eminensia hanya mengalami elevasi ringan. Tipe 2 Terjadi avulsi dengan elevasi pada dasarnya 1/3 bag. Depan Tipe 3 Terjadi avulsi dengan elevasi total dan dapat terjadi 2 bentuk. 1. Lepas tanpa terbalik Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
2. Lepas dengan posisi terbalik tidak dapat sembuh. Gambaran klinis Trauma dengan hemartrosis secara cepat Lutut dalam keadaan fleksi 10 30 derajat Nyeri bila ekstensi Pengobatan Tipe 1 & tipe 2 dimobilisasi dengan silinder gips dalam keadaan lutut fleksi 20 3- derajat. Tipe 3 di operasi dan fragmen yang terlepas difiksasi dengan jahitan yang dapat di resorpsi dan bukan menggunakan screw.
Fraktur Tibia dan Epifisis Proksimal a) Fraktur tibia epifisis proksimal Jarang ditemukan pada anak anak insidennya 0,8 % dari seluruh fraktur lempeng epifisis. Paling sering tipe 2 menyusul tipe 3 dan tipe 4. Pengobatan : Pengobatan tipe 2 dengan reduksi tertutup dan dipasang gips 4 6 minggu Tipe 3 & 4 operasi b) Fraktur apofisis tuberkel tibia Terjadi pada anak anak 14 16 tahun Apofisis tibia terletak pada pertengahan daerah tendo ekspansi otot kuadriseps. Pengobatan : Tipe 1 : pemasangan gips silinder dengan lutut dalam keadaan ekstensi. Tipe 2 dan 3 : operasi dengan fiksasi bag. Fragmen menggunakan pin / screw kecil.
Fraktur Diafisis Tibia dan Fibula Bayi dan anak fraktur bersifat spiral pada tibia dengan fibula yg intak Umur 3 - 6 tahun biasanya stress torsional pada tibia bagian medial Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Umur 5 10 tahun fraktur bersifat transversal dengan / tanpa fraktur fibula Pengobatan : Dengan pemakaian gips sirkuler di atas lutut dengan sedikit fleksi Operasi ada indikasi fraktur terbuka.
Fraktur Epifisis Tibia Distal Insidensinya 11 % dari seluruh fraktur epifisis pada anak anak dan sering di temukan pada umur 11 15 tahun. Klasifikasi dan mekanisme trauma Trauma abduksi paling sering di temukan yaitu 48 % dan menimbulakn fraktur epifisis tipe 2 biasanya disertai fraktur diafisis fibula distal. Trauma rotasi eksterna paling sering ditemukan ke dua yaitu 23 %. Terdapat pemindahan ke posterior dari seluruh epifisis tibia distal disertai fragmen metafisis tibia. Trauma adduksi ditemukan sebanyak 14,5 %, merupakan trauma tipe 3 ( salter- harris ) dan disebut juga fraktur Tillaux. Trauma plantar fleksi Ditemukan 12,5 %, terjadi pemindahan seluruh epifisis tibia ke arah posterior tanpa adanya fraktur fibula. Trauma kompresi aksial jarang ditemukan yaitu hanya 9 %. Terjadi karena trauma langsung epifisis tibia distal dan fragmen tulang dapat bergeser ke depan / ke belakang.
3. FRAKTUR TULANG TARSAL Fraktur tulang tarsal lainnya seperti tulang navikular, kuboid, dan kuneiform dapat terjadi karena trauma langsung akibat kejatuhan benda berat. Pengobatan biasanya secara konservatif dengan verban elastic atau gips sirkuler, kecuali bila da pergeseran fraktur yang hebat maka diperlukan tindakan operatif.
Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
FRAKTUR TULANG-TULANG METATARSAL DAN FALANGS KAKI Fraktur metatarsal disebabkan karena trauma langsung akibat kejatuhan benda berat, karena trarikan otot pada trauma rotasi dan dapat pula karena fraktur stress (March fracture) Fraktur Metatarsal dapat terjadi pada: 1. Fraktur basis metatarsal V Fraktur basis metatarsal V sering ditemukan, biasanya terjadi karena trauma rotasi yang dipaksakan dalam posisi inverse. Ditemukan nyeri tekan pada daerah basis metatarsal V. pemeriksaan radiologis dapat menentukan diagnosis. Pengobatan sebaiknya menggunakan gips sirkuler untuk mengurangi nyeri 2. Fraktur diafisis metatarsal Fraktur diafisis metatarsal dapat terjadi karena trauma langsung akibat kejatuhan benda berat. Fraktur bisa tunggal bisa juga pada beberapa metatarsal 3. Fraktur leher metatarsal 4. Fraktur leher metatarsal Dapat terjadi pada metatarsal dengan trauma yang sama pada diafisis
Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Pengobatan Pengobatan fraktur yang tidak bergeserditujukan untuk mengurangi nyeri dengan memasang verban elastic atau pemasangan gips sirkuler selama 3-4 minggu. Fraktur dengan pergeseran yang hebat sebaiknya dilakukan operasi dengan memasang K-wire
Fraktur tulang belakang
A. FRAKTUR VERTEBRA Semua trauma tulang belakang harus dianggap suatu trauma yg hebat, sehingga sejak awal pertolongan pertama dan transportasi kerumah sakit penderita harus diperlakukan secara hati-hati. Trauma pada tulang belakang dapat mengenai : 1. Jaringan lunak pada tulang belakang yaitu ligamen, diskus, dan faset 2. Tulang belakang sendiri 3. Sumsum tulang belakang Penyebab trauma tulang belakang : 1. Kecelakaan lalu lintas 2. Kecelakaan olahraga 3. Kecelakaan industri 4. Kecelakaan lain seperti jatuh dari pohon atau bangunan 5. Luka tusuk, luka tembak 6. Trauma karena tali pengaman ( Fraktur Chance) 7. Kejatuhan benda keras
Mekanisme Trauma Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
1. Fleksi Terjadi akibat fleksi dan disertai dengan sedikit kompresi pada vertebra. Vertebra mengalami tekanan sehingga remuk dan menyebabkan kerusakan atau tanpa kerusakan ligamen posterior. Apabila terdapat kerukan ligamen posterior maka frktur bersifat tidak stabil dan dapat terjadi subluksasi 2. Fleksi dan rotasi Suatu tauma fleksi yang bersama-sama dengan rotasi. Terdapat strain dari ligamen dan kapsul, juga ditemukan fraktur faset. Pada keadaan ini terjdi pergerakan ke depan / dislokasi vertebra diatasnya. Semua fraktur dislokasi bersifat tidak stabil. 3. Kompresi Vertikal (aksial) Trauma vertikal yg secara langsung mengenai vertebra yg akan menyebabkan kompresi aksial. Nukleus pulposus akan memecahkan permukaan serta badan vertebra secara vertikal. Material diskus akan masuk dalam badan vertebra dan menyebabkan vertebra menjadi rekah (pecah). Pada trauma ini elemen posterior masih intak sehingga fraktur bersifat stabil. 4. Hiperrekstensi atau retrofleksi Biasanya kombinasi distraksi dan ekstensi. Keadaan ini sering ditemukan pada vertebra servical. Ligamen anterior dan diskus dapat mengalami kerusakan atau terjdi fraktur pd arkus neuralis. Fraktur biasanya bersifat stabil. 5. Fleksi lateral Kompresi atau trauma distraksi yg menimbulkan fleksi lateral akan menyebabkan fraktur pada komponen lateral yaitu pedikel, foramen vertebra dan sendi faset. Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Klasifikasi 1. berdasarkan lokalisasi a. fraktur prosesus tranversus b. fraktur prosesus spinosus c. fraktur badan vertebra d. fraktur lamina e. fraktur pedikel 2. berdasarkan stabilisasi a. fraktur stabil b. fraktur tidak satbil 3. menurut keterlibatan sumsum tulang belakang a. fraktur tanpa mengenai sumsum tulang belakang b. fraktur mengenai sumsum tulang belakang konkusi spinal (syok spinal) trauma akar saraf Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
trauma pada sumsum, total dan parsial trauma kauda ekuina
Diagnosis Anamnesis mengenai jenis trauma, apakah jatuh dari ketinggian, kecelakaan lalu lintas atau olahraga.diperhatikan adanya tanda-tanda trauma dan aberasi kepala bagian depan yang mungkin disebabkan karena trauma hiperekstensi. Pemeriksaan tulang belakang dilakukan secara hati-hati dengan memeriksa mulai dari vertebra servikal sampai vertebra lumbal dengan meraba bagian vertebra, ligamen serta jaringan lunak lainnya. Pemeriksaan neurologis lengkp jg dperlukan. Pada setiap trauma tulang belakang harus dilakukan pemeriksaan yg teliti thd trauma yg mungkin menyertai seperti trauma pada kepala, toraks, rongga perut serta panggul.
Pemeriksaan Radiologis 1. pemeriksaan rontgen pada fraktur G2 pemeriksaan posisi AP dilakukan secara khusus dengan membuka mulut. Pemeriksaan AP, lateral, dan kadang-kadang oblik dilakukan untuk menilai : a. diameter anteroposterior kanal spinal b. kontur, bentuk dan kesejajaran vertebra c. pergerakan fragmen tulang dalam kanal spinal d. keadaan simetris dari pedikel dan prosesus spinosus e. ketinggian ruangan diskus intervertebralis f. pembengkakan jaringan lunak 2. pemeriksaan CT-scan terutama untuk melihat fragmentasi, pergeseran fraktur dalam kanal spinal 3. pemeriksaan CT-scan dengan mielografi Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
4. pemeriksaan MRI terutama untuk melihat jaringan lunak yaitu diskus intervertebralis dan ligamen flavum serta lesi dalam sumsum tulang belakang.
Prinsip pengelolahan pertolongan pertama diprioritaskan pada jalan nafas serta ventilasi yang baik. Penderita yang dicurigai mengalami trauma tulang belakang digerakan secara hati-hati terutama untuk menjaga gerakan pada tulang belakang. Pengelolahan awal di rumah sakit Terutama ditunjukan pada berat ringanny trauma serta keadaan trauma sendiri. Kerusakan sumsum tulang belakng perlu dirawat untuk mencegah terjadiny decubitus serta komplikasi pd kandung kencing. Pemasangan kateter untuk mengukur urine disertai pemberian cairan yang adekuat. Pengobatan definitif Tujuan : a. Mempertahankan fungsi neurologis b. Mencegah atau menghilangkan tekanan pada sumsum yang bersifat reversibel c. Stabilisasi tulang belakng d. Rehabilitasi penderita Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Prinsip pengobatan 1. Penderita tanpa kelainan neurologis Trauma yang bersifat stabil dapat diobati dng memberikan penompang pada tulang belakng dan mencegah trauma berikutnya. Trauma yg bersifat tidak stabil perlu dipertahnkan agar tetap stabil sampai jaringan sembuh dan tulang belakang menjdi stabil 2. Penderita dengan kelainan neurologis Pada kelainan neurologis yang tidak total dan fraktur yang bersifat stabil dapat ditindaki dng cara konservatif sedangkan apabila fraktur bersifat tidak stabil maka dapat dipertimbangkan dekompresi dan stabilisai secara operasi. Kelainan neurologis total dapat terjdi berupa : Gangguan neurologis bersifat sementara krn adanya syok spinal yang dapat berlangsung selama 48 jam. Apabila gangguan ini tidak hilang maka kelainan bersifat permanen. Apabila trauma spinal tetap stbil dapat ditindaki secara konservatif dan selanjutnya dilakukan rehabilitasi. Apabila ada gangguan neurologis total dan fraktur yg bersifat tidak stbil dapat dipilih pengobatan konservatif dengan tim rehabilitasi lengkap atau dilakukan stabilisasi dengan opersi untuk mempermudah perawatan.
Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
1. VERTEBRA SERVIKAL Dapat meyebabkan kematian segera karena gangguan pernafasan. Biasanya mengenai jaringan lunak seperti whiplash. Klasifikasi 1. Berdasarkan patologi anatomi a. Kompresi fraktur baji badan vertebra b. Fraktur rekah badan vertebra c. Ekstensi subluksasi d. Fleksi subluksasi e. Dislokasi dan fraktur dislokasi f. Fraktur atlas g. Fraktur dislokasi sendi atlanto aksial h. Pergeseran jaringan lunak intra-spinal i. Fraktur prosesus spinosus 2. Berdasarkan mekanisme trauma a. Fleksi b. Fleksi-rotasi Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
c. Ekstensi d. Kompresi vertikal
Servikal strain ( Whiplash ) Trauma pada jaringan lunak yang dapat terjadi karena hiperekstensi yang tiba-tiba. Servikal strain terjadi karena pergerakan badan penderita secara tiba-tiba ke depan sedangkan kepala bergerak ke belakang. Ditemukan adanya strain atau robekan pada ligament longitudinal anterior dan kerusakan diskus. Gambaran klinis Nyeri,kaku pada leher Sakit kepala,mual, depresi, dan gangguan penglihatan Parestesia pada lengan. Pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan yang mencolok Pemeriksaan radiologis Tidak ditemukan kelainan pada tulang servikalis Pengobatan Analgesik + fisioterapi. Penderita pada umumnya sembuh setelah 4-8 minggu, tetapi sebagian penderita tetap mengeluhkan rasa nyeri sampai bertahun-tahun. Fraktur Vertebra Servikalis 1 (C-1) (Atlas) Fraktur vertebra G1 biasanya terjadi oleh karena kompresi pada daerah kepala oleh karena jatuh atau tertimpa benda berat pada kepala atau oleh karena kecelakaan lalu lintas. Fraktur dapat tanpa disertai robekan (Tipe A) atau dengan robekan ligamen transversum (Tipe B). Fraktur ini disebut jefferson. Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Pada fraktur tipe A biasanya tidak ada gangguan pada kanalis neuralis, tidak ada gejala neurologis dan fraktur bersifat stabil. Sedangkan pada tipe B fraktur bersifat tidak stabil. Pada fraktur vertebra servikal dapat terjadi : 1. Tanpa kelainan pada sumsum tulang belakang Anamnesis ditemukan riwayat trauma dng spasme pada otot leher, nyeri yg hebat pada bagian atas leher serta daerah oksipital. Pada pemeriksaan fisis gerakan pada leher sangat terbatas. Pengobatan fraktur tanpa adanya gangguan neurologis yaitu dengan traksi kepala menurut crutchfield cranial tong atau blackburn tong selama 6 minggu. Dapat pula dilakukan pemasangan gips Minerva. 2. Dengan kelainan pada sumsum. Suatu kelainan yg serius dan perlu ditangani segera dng melakukan traksi serta perawatn pd penderita dng kelainan tetraplegi.
2. TORAKAL Disebabkan oleh karena trauma vertikal melalui aksis longitudinal dari tulang belakang. Terjadi karena tertimpa beban dari atas atau jatuh dari ketinggian. Secara normal tulang belakng berbentuk fleksi sehingga trauma yang terjadi akan menyebakn gerakan fleksi yang lebih hebat. Kebanyakan trauma pada vertebra torakal adalah trauma hiperfleksi dan jarang oleh karena hiperekstensi. Mekanisme trauma Penyebab fraktur : 1. Trauma vertikal sepanjang aksis longitudinal tulang belakng karena trauma kepala atau dari bawah. Pada keadaan ini terjdi frktur rekah seperti pada trauma vertebra servikal. Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
2. Trauma hiperfleksi terjadi fraktur dengan kolaps satu atau dua di depan dan berbentuk baji yang akan memberikan kifosis. 3. Fleksi disertai dengan rotasi akan menghasilkan fraktur serta dislokasi sendi intervertebra, dimana terjdi pergeseran vertebra di atas terhadap vertebra di bawahnya. Klasifikasi Pada fraktur vertebra torakal yang stabil ligamen posterior utuh, tidak stabil terjadi kerusakan pada ligamen posterior. 1. Fraktur prosesus transversus 2. Fraktur kompresi yang bersifat baji dari badan vertebra 3. Fraktur rekah badan vertebra 4. Dislokasi dan fraktur dislokasi
3. LUMBAL Vertebra lumbal memiliki mobilitas yang lebih besar dibandingkan dengan vertebra torakal. Mekanisme trauma Seperti pada vertebra torakal, fraktur pada vertebra lumbal dapat terjadi karena trauma aksis longitudinal pada daerah kepala atau bokong. Klasifikasi 1. Fraktur prosesus transversus 2. Fraktur kompresi yang bersifat baji dari badan vertebra 3. Fraktur rekah badan vertebra 4. Dislokasi dan fraktur dislokasi 5. Trauma jack-knife Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Karena trauma fleksi disertai dengan distraksi pada vertebra lumbal. Jenis ini sering ditemukan pada trauma sabuk pengaman dimana badan terdorong kedepan, sedangkan bagian lain terfiksasi. Ditemukan adanya robekan dari ligamentum longitudinal atau fraktur pada tulang sendiri. Disebut juga fraktur change dimana vertebra terbelah melalui prosesus spinosus dan badan vertebra.
Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
DISLOKASI 1. DISLOKASI SIKU
Dislokasi sendi siku sering ditemukan pada orang dewasa tetapi jarang pada anak. Mekanisme trauma Biasanya penderita jauth dengan keras dalam keadaan tangan out stretched Patologi Bagian distal dari humerus terdorong ke depan melalui kapsul anterior sedangkan radius dan ulna mengalami dislokasi ke posterior, sehingga selalu terjadi kerusakan yang hebat pada jaringan lunak kapsul dan muskulus brakialis yang kadang-kadang mengalami robekan pada prosesus koronoid. Dislokasi pada umumnya posterior atau posterolateral . arteri brakialis dan nervus medialis dapat terangkat bersama-sama humerus kedepan. Dislokasi sering disertai fraktur prosesus koronoid, kapitulum atau di bagian belakang. Gambaran klinis Terdapat trauma dengan pembengkakan yang hebat di sekitar sendi siku sewaktu siku dalam posisi semi fleksi. Olekranon dapat teraba dibagian belakang Pemeriksaan radiologis Dengan pemeriksaan radiologist dapat diketahui adanya dislokasi yang mungkin disertai fraktur tulang sekitar sendi siku. Pengobatan Pada dislokasi sendi siku dilakukan reposisi secepatnya. Pada jam-jam pertama, dislokasi dapat direposisi tanpa pembiusan umum. Setelah direposisi, lengan difleksi lebih 90 dan dipetrthankan dengan gips selama 3 minggu. Fraktur dan Dislokasi 2011
2. DISLOKASI BAHU Dislokasi sendi bahu sering ditemukan pada orang dewasa tetapi jarang pada anak-anak. Klasifikasi 1. dislokasi anterior 2. dislokasi posterior 3. dislokasi inferior atau lukasi erekta 4. dislokasi disertai fraktur 1. Dislokasi anterior Dislokasi anterior disebut juga sebagai dislokasi preglenoid, subkorakoid dan subklavikuler Mekanisme trauma Dislokasi anterior merupakan kelainan yang sering ditemukan dan biasanya penderita jatuh dengan tangan dalam keadaan out stretched atau trauma pada scapula sendiri dan anggota gerak dalam posisi rotasi lateral sehingga kaput humerus menembus kapsul anterior sendi. Pada dislokasi anterior, kaput humerus berada dibawah glenoid, subkorakoid dan subklavikuler. Gambaran klinis Didapatkan nyeri yang hebat serta gangguan pergerakan sendi bahu. Kontur sendi bahu menjadi rata caput humerus bergeser kedepan. Pemeriksaan radiologis Kaput humerus terlihat di depan dan medial glenoid. Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Pengobatan a. Dengan pembiusan umum metode hipocrates penderita dibaringkan di lantai, anggota gerak ditarik keatas dan kaput humerus ditekan dengan kaki agar kembali ketempatnya metode kocher penderita berbaring di tempat tidur dan ahli bedah berdiri di samping penderita. Tahap reposisi menurut kocher: o Sendi siku dalam posisi fleksi 90 dan dilakukan traksi sesuai dengan garis humerus o Lakukan rotasi kea rah lateral o Lengan diadduksi dan sendi siku dibawa mendekati tubuh kea rah garis tengah o Lengan dirotasi ke medial sehingga tangan jatuh di daerah dada b. Tanpa pembiusan umum Teknik menggantung Penderita diberikan petidin atau diazepam agar tercapai relaksasi yang maksimum. Kemudian penderita tidur tengkurap dan membiarkan lengan tergantung di pinggir tempat tidur . setelah beberpa waktu dapat terjadi reduksi secara spontan Penanganan setelah reposisi Setelah reposisi berhasil, maka lengan harus difiksasi di daerah toraks selama 3-6 minggu dan bila reposisi tidak dilakukan dapat terjadi dislokasi rekuren Komplikasi a. kerusakan nervus aksilaris b. kerusakan pembuluh darah c. tidak terjadi reposisi Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
d. kaku sendi e. dislokasi rekuran Pengobatan Dislokasi rekuren dengan frekuensi yang tinggi, memerlukan tindakan operasi seperti operasi menurut putti-plat, Bristow dan bankrat 2. Dislokasi posterior Dislokasi posterior lebih jarang ditemukan dan biasanya disebabkan karena trauma langsung pada sendi bahu dalam keadaan rotasi interna. Gambaran klinis Ditemukan adanya nyeri tekan serta benjolan di bagian belakang sendi Pemeriksaan radiologis Ditemukan adanya tanda khas berupa light bulb karena adanya rotasi interna humerus Pengobatan Dilakukan reduksi dengan menarik lengan ke depan secara hati-hati dan rotasi eksterna, serta imobilisasi selama 3-6 minggu. Dislokasi rekuren Dislokasi rekurens posterior lebih jaran ditemukan dan juga memerlukan tindakan opersi 3. Dislokasi inferior atau lukasi erekta Kaput humerus mengalami jepitan di bawah glenoid dimana lengan mengarah ke atas sehingga terjadi dislokasi inferior Pengobatan Dilakukan reposisi tertutup seperti dislokasi anterior dan bila tidak berhasil dapat dilakukan reposisi terbuka dengan opersi 3. Dislokasi disertai dengan fraktur tuberositas mayor humerus Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Jenis ini biasanya adalah dislokasi tipe anterior disertai fraktur. Apabila dilakukan reposisi pada dislokasi, biasanya fraktur akan tereposisi dan melekat kembali pada humerus
3. DISLOKASI PANGGUL
Dislokasi panggul pada anak-anak karena trauma sering terjadi di Indonesia. Umumnya ditemukan di bawah umur 5 tahun, dan lebih banyak pada anak laki-laki daripada perempuan. Dislokasi panggul dibagi dalam tiga tipe: 1. Dislokasi posterior Tanpa fraktur Disertai fraktur rim posterior yang tunggal dan besar Disertai fraktur komunitif asetabulum bagian posterior dengan atau tanpa kerusakan pada dasar asetabulum Disertai fraktur pada caput femur 2. Dislokasi anterior Obturator Iliaka Pubik Disertai fraktur kaput femur 3. Dislokasi sentral Hanya mengenai dinding bagian dalam asetabulum Fraktur sebagian dari kubah asetabulum Pergeseran menyeluruh ke panggul disertai fraktur asetabulum yang komunitif
1. Dislokasi posterior dan dislokasi posterior disertai adanya fraktur Mekanisme Trauma Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Kaput femur dipaksa keluar ke belakang asetabulum melalui trauma yang dihantarkan diafisis femur dimana sendi panggul dalam keadaan fleksi atau semi fleksi Dislokasi posterior diakibatkan trauma panggul posisi fleksi dan aduksi misal benturan dengan panil depan mobil hingga femur yg terkena dalam posisi fleksi,aduksi dan rotasi intern dengan tungkai tampak lebih pendek.
Klasifikasi Menurut Thomson Epstein (1973): Tipe I : dislokasi tanpa fraktur dengan fragmen tulang yang kecil Tipe II : dislokasi dengan fragmen tunggal yang besar pada bagian posterior asetabulum Tipe III : dislokasi dengan fraktur bibir asetabulum yang komunitif Tipe IV : dislokasi dengan fraktur dasar asetabulum Tipe V : dislokasi dengan fraktur kaput femur Gambaran Klinis Biasanya setelah trauma hebat Nyeri Deformitas sendi panggul Sendi panggul teraba menonjol ke belakang dalam posisi adduksi, fleksi dan rotasi interna Pemendekan anggota gerak bawah Pemeriksaan Radiologis Tau disertai fraktur apa tidak Pengobatan Direposisi secepatnya dengan pembiusan umum disertai relaksasi yang cukup Sendi panggul difleksikan serta lutut difleksi 90 dan dilakukan tarikan pada paha secara vertical Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Stabilitas sendi diperiksa apakah sendi panggul dapat didislokasikan denan cara menggerakkan secara vertical Tipe II : setelah direposisi fragmen yang besar difiksasi denan screw Tipe III,IV,V : reduksi tertutup
Perawatan Pasca Reposisi Traksi kulit 4-6 minggu, setelah itu tidak menginjakkan kaki dengan menggunakan tongkat 3 bulan
Komplikasi Dini Kerusakan nervus skiatik Kerusakan kaput femur Kerusakan pembuluh darah Fraktur diafisis femur Lanjut Nekrosis avaskuler Miositis osifikans osteoartritis
Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
2. Dislokasi anterior Mekanisme Trauma Dislok anterior jarang terjadi dan dislokasi ini memerlukan reposisi tertutup Leher femur atau trokanter menabrak asetabulum dan terjungkir keluar mealui robekan pada kapsul anterior Terjadi akibat kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, atau trauma dari belakang saat jongkok dan posisi penderita dalam keadaan abduksi yang dipaksakan Sendi panggul fleksi dislokasi tipe obturator Sendi panggul ekstensi dislokasi tipe pubik atau iliaka Gambaran Klinis Tungkai bawah rotasi eksterna, abduksi dan sedikit fleksi Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Benjolan di inguinal, sehingga kaput emur dapat diraba dengan mudah Sendi panggul sulit digerakkan Pemeriksaan Radiologis Posisi AP kurang jelas sehingga perlu posisi lateral Pengobatan Reposisi seperti dislokasi posterior adduksi Komplikasi nekrosis avaskuler
3. Fraktur dislokasi sentral Mekanisme Trauma Kaput femur terdorong ke dinding medial asetabulum pada rongga panggul Kapsul tetap utuh Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Terjadi karena doronan yang kuat dari lateral atau jatuh dari ketinggian pada satu sisi atau suatu tekanan melalui femur dimana panggul dalam keadaan abduksi Gambaran Klinis Pendarahan dan pembengkakan di daerah tungkai bagian proksimal tetapi posisi normal Nyeri tekan trokanter Gerakan sendi panggul terbatas Pemeriksaan Radiologis Dengan jelas dapat diketahui pergeseran kaput femur menembus dining panggul Pengobatan Mereposisi fraktur dan mengembalikan bentuk asetabulum ke normalnya Tanpa penonjolan kaput femur : traksi tulang 4-6 minggu Kaput femur tembus asetabulum : traksi pada 2 komponen yaitu komponen longitudinall dan lateral selama 6 minggu dan setelah 8 minggu dibolehkan berjalan denan menggunakan penopang berat badan Komplikasi Kerusakan alat-alat dalam panggul yang dapat terjadi bersama-sama dengan fraktur panggul Kaku sendi merupakan komplikasi lanjut Osteoarthritis
4. DISLOKASI LUTUT
Mekanisme trauma Dislkasi terjadi apabila penderita mendapat trauma dari depan denagn keadaan lutut fleksi. Dislkasi anterior ditemukan dimana tibia ke depan femur ,sehingga menimbulkan kerusakan pada kapsu Gambaran klinis Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Trauma pada lutut disertai pembengkakan ,nyeri,hematrosis ,defiormitas Pengobatan Reposisi dan manipulasi pembiusan harus dilakukan sesegera mungkin dan dilakukan aspirasi hemartrosis dan dipasang bidai gips posisi selama satu minggu dan pembengkakan menurun dipasang gips sirkuler di atas lutut selama 7-8 minggu. Jika reposisi tidak stabil operasi untuk perbaikan ligamen. Dislokasi pada vertebra Trauma pada vertebra C-2 dapat menyebabkan odontoid bergeser kebelakang pada kanalis spinalis. Subluksasi odontoid karena ligament transversum yang melekatkan odontoid pada arkus anterior C-1,dislokasi terjadi apabila jarak antara varkus anterior C-1 dan odontoid melebihi 3mm. Kemudian bagian vertebra yang sering mendapatkan trauma adalah C-3 danT- 1,terjadi karena trauma fleksi dimana faset persendian bergerak ke depan terhadap faset dibawahnya. Pengobatanya adalah dengan reduksi dan transi pada tengkorak
5. DISLOKASI PERGELANGAN KAKI Mekanisme Trauma Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Penyelidikan-penyelidikan mekanisme trauma pada sendi talocrural ini telah dilakukan sejak lama sekali. Tapi baru setelah tahun 1942 oleh penemuan- penemuan berdasarkan Penyelidikan eksperimentil pada preparat-preparat anatomik, LAUGE HANSEN Dari Denmark berhasil melakukan pem- bagian dari jenis-jenis trauma serta berdasarkan pembagian ini hampir semua fraktur serta trauma dapat dibagi dalam 5 dasar mekanismenya: 1. Trauma supinasi/Eversi. Dalam jenis ini termasuk lebih dari 60% dari fraktur sekitar sendi talocrural. 2. Trauma Pronasi/Eversi. Tidak begitu sering, hanya kurang lebih 7 -- 8% fraktur sekitar sendi talocrural. 3. Trauma Supinasi/Adduksi Antara 9 -- 15% dari fraktur sendir talocrural termasuk golongan ini. 4. Trauma Pronasi/Abduksi. Sekitar 6 -- 17% fraktur sendi talocrural. 5. Trauma Pronasi/Dorsifleksi Sangat jarang terjadi tapi perlu disebutkan.
Banyak pengarang telah melakukan penyelidikan pada material klinis mereka berdasarkan pembagian dari LAUGE HA NSEN ini. Satu hal yang penting yang dapat selalu ditarik dari dasar pembagian ini adalah kita dapat mengenal mekanismenya dari trauma dan kemudian setelah melihat penemuan Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
radiologik , menghubungkan trauma yang terdapat pada liga-men-ligamennya. Mengenai trauma inversi juga telah dilakukan penyelidikan-penyelidikan eksperimentil dan memang dapat dihasilkan secara eksperimentil tapi suatu trauma inverse hampir tidak pernah akan ditemukan dalam kehidupan sehari- hari. Perlu ditekankan kembali bahwa sprain , robekan ligament serta patah tulang pada sendi talocrural adalah suatu kesatuan asteologi. Diagnosa Klinik Diagnosa pasti mengenai trauma pada sendi talocrural tidak dapat didasarkan secara radiologik saja, karena pemeriksaan ini hanya akan memberikan keterangan yang sedikit sekali mengenai kerusakan pada ligamenta. Diagnosa pada sendi talocrural membutuhkan palpasi secara metodik oleh karena kebanyakan struktur yang penting berada langsung dibawah permukaan kulit. Lakukanlah palpasi pertama pada daerah yang paling tidak memberikan rasa nyeri, dan singkirkan kemungkinan adanya Kerusakan dengan tidak terdapatnya nyeri tekan setempat serta tidak adanya pernbengkakan pada daerah tersebut. Misalnya kedua malleoli dapat diraba, dan bilamana tidak memberi rasa nyeri pada penekanan maka kemungkinan frak-tur pada kedua nya kecil sekali. Ligamenta yang mudah diperiksa antara lain adalah : Medial ligamen. Komponen fibulocalcaneal serta talofibular anterior dari ligamen lateral. ligamen tibiofibular inferior. Bilamana ligamenta ini tidak nyeri pada perabaan dan dapat itegangkan tanpa memberi rasa sakit, kemungkinan kerusakan adalah kecil. Pada setiap pemeriksaan, lingkup gerak sendi arus diperiksa secara teliti. Batasan dari gerak atau adanya rasa nyeri harus diperhatikan. Untuk mengetahui stabilitas sendi talocrural perlu hubungan talus dengan kedua tangkai garpu malleolar diperiksa. Penting pula diingat bahwa nyeri daerah ini mungkin juga Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
disebabkan oleh karena terdapatnya fraktur pada os calcaneus atau pada basis os metatarsal ke lima Diagnosa Radiologik Pemeriksaan radiologik perlu dilakukan bilamana dicurigai adanya patah tulang atau disangka adanya suatu robekan ligamen. Biasanya pemotretan dari dua sudut, anteroposteriordan lateral sudah akan memberikan jawaban adanya hal-hal tersebut. Pandangan oblique tidak banyak dapat menambah keterangan lain. Untuk mendapatkan pandangan yang lebih baik mengenai permukaan sendi talocrural, suatu pandangananteroposterior dengan kaki dalam inversi dapat dilakukan. Suatu stress X-ray dapat dibuat untuk melihat berapa luas robekan dari ligamen, hal ini terutama berguna untuk ligamenta lateral. Diastasis sendi (syndesmosis) tibiofibular distal penting sekali untuk dikenali. Tapi tidak ada suatu cara khusus untuk melihat luasnya diastasis ini. Suatu fraktur fibula diatas permukaan sendi talocrural (dapat sampai setinggi 1/3 proksimal fibula) secara tersendiri (tanpa fraktur tibia pada ketinggian yang sama), selalu harus diperhatikan akan kemungkinan adanya suatu diastasis. Diastasis juga jelas bila ada subluksasi talus menjauhi malleolus medialis. Tapi bila tidak terdapat subluksasi ini, belum berarti tidak adanya suatu diastasis. Pengelolaan Klinik Penting sekali dalam pengelolaan trauma sendi talocrural untuk membuat suatu rencana yang baik. Pada waktu mula mula melihat suatu trauma sekitar sendi ini, sebaiknya kitabedakan dahulu apakah trauma itu sesuatu yang stabil atau tidak stabil. Kita anggap trauma ini tidak stabil bila terdapat risiko kemungkinan adanya suatu : (i) dislokasi, (ii) distorsi dan (iii) pelebaran dari ankle mortice. Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Bilamana penderita itu datang dengan sudah berjalan pada kaki tersebut tanpa terlihat adanya dislokasi, dapat dianggap bahwa trauma tersebut stabil. Bilamana tidak stabil sudah dapat dipastikan bahwa struktur-struktur pada kedua sisi (medial dan lateral) dari sendi talocrural ini rusak. Atau dengan kata lain bilamana kerusakan itu hanya terdapat pada satu sisi maka trauma ini stabil dan penggunaan salah satu cara immobilisasi boleh dilakukan (optional), tapi tidak mutlak. Bilamana secara klinis sudah dapat dipastikan bahwa terdapat kerusakan pada kedua sisi, maka kemudian kita fikirkan jenis yang mana dari trauma yang kita hadapi. Paling sering tentunya adalah jenis yang dalam mekanisme trauma sudah kita bahas yaitu jenis dengan kaki yang berputar keluar (twisting putwards), rotasi eksternal, eversi dan abduksi. Sedangkan jenis yang jarang terjadi adalah jenis berputar kedalam (twisting inwards), rotasi internal, inversi dan adduksi. Pengelolaan Trauma Yang Stabil 1. SPRAINED ANKLE. (Partial rupture of the lateral ligament) sering sekali terjadi, kadang- kadang sukar sekali diobati.Tujuan utama pengobatan adalah mengurangi pembengkakanserta mengurangi kekakuan. Penggunaan elastisch verband sangat dianjurkan dan biarkan penderita tetap berjalan serta melakukan gerakan-gerakan aktip pada sendi ini.
Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
2. Ruptur komplit dari ligamen lateral. Diagnosa setelah pemeriksaan klinis dipastikan dengan membuat Stress X- ray. Harus diingat bahwa Stress X-ray hanya dapat dibuat dengan baik kalau dilakukan anestesi lokal atau umum. Pendapat mengenai harus dilakukan immobilisasi serta repair secara chirurgik belum dapat diterima. RUTH(1961) mengemukakan perlunya tindakan chirurgik, sedangkanFREMAN (1965) melaporkanhasil-hasil fungsionil yang jauh lebih baik bilamana hanya dilakukan immobilisasi. Immo-bilisasi dilakukan dengan gips dibawah lutut selama enam minggu. 3. FRAKTUR TERISOLIR DARI MALLEOL US LATERA-LIS. Bilamana hanya sebagian tulang yang kecil teravulsi, ini dapat diperlakukan sebagai suatu robekan ligamen lateral yang partial . Bilamana fragmen lebih besar maka lebih baik dilakukan immobilisasi dengan gips selama dua sampai tiga minggu, setelah mana mobilisasi dilakukan tapi dengan Partial Weight Bearing, dan masih melakukan proteksi dengan elastisch verband. Pengelolaan Trauma Yang Tidak Stabil TWISTING -- OUT INJURIES.Pendapat mengenai trauma yang tidak stabil ini masih berbeda hanya dalam tindakan konservatip (reposisi se-sempurna mungkin) atau cara operatip. Persoalan lamanya immobilisasi keduanya sama bahwa sekurang-kurangnya immobilisasi dilakukan selama dua bulan. Tidak perlu kita tinjau alasan masing-masing, tapi pentingharus kita ingat bahwa beberapa syarat harus dipenuhi yaitu : 1. Reposisi sesempurna mungkin sehingga tidak terdapa incongruity dari permukaan sendi (ankle mortice). 2. Immobilisasi yang lama akan rnembawa akibat sisa berupa kekakuan. Akhir- akhir ini tampak bahwa aliran operatip lebih banyak dilakukan tapi beberapa hal Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
perlu mendapat perhatian seperti adanya ketrampilan yang tinggi, adanya peralatan untuk tin- dakan operatip yang sempurna dan mengerti dengan benar mekanisme trauma. Kesulitan-kesulitan penggunaan cara konservatip adalah terutama immobilisasi yang betul-betul rigid secara skintight plastering. TWISTING-IN INJURIES.Trauma ini tidak begitu sering terjadi. Bilamana ditemukan, pengelolaannya adalah sama dengan prinsip-prinsip twisting outinjuries. Perbedaan pendapat konservatip dan operatip disinipun terjadi.
FRAKTUR DISLOKASI ANKLE
Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Pergelangan kaki merupakan sendi yang kompleks, dimana talus duduk dan dilindungi oleh maleloulus lateralis dan medialis yang diikat dengan ligament. Mekanisme trauma: Yang biasanya menimbulkan fraktur dislokasi adalah: a. Trauma rotasi eksterna b. Trauma kompresi vertical. Klasifikasi a. Tipe A: fraktur melaolus di bawah sindesmosis b. Tipe B: fraktur maleolus lateralis yang bersifat oblik disertai avulse maleolus nedialis, dimana sering disertai dengan robekan ligament tibiofibular bagian depan c. Tipe C: fraktur fibula di atas sindesmosis dan atau disertai avulse dari tibia disertai fraktur atau robekan pada maleolus medialis. Terjadi robekan pada sindesmosis. Gambaran klinis: Pembengkakan pada pergerakan kaki, kebiruan atau deformitas. Pengobatan: Diperlukan reduksi secara anatomis dan akurat serta mobilisasi sendi yang sesegera mungkin. Pengobatan terdiri atas: a. Konservasi Pada fraktur yang tidak bergeser, berupa pemasangan gips sirkuler di bawah lutut. b. Operatif Terdiri dari pemasangan screw, tension band wiring, pemasangan plate dan screw. Komplikasi a. Vaskuler b. Malunion c. Osteoarthritis d. Algodistrofi e. Kekakuan yang hebat pada sendi.
Fraktur dan Dislokasi 2011
Resume Skenario 2 Blok 13 | Kelompok A
Daftar Pustaka 1. Authors: Staheli, Lynn T.Title: Practice of Pediatric Orthopedics, 2nd Edition. Copyright 2006 Lippincott Williams & Wilkins 2. Current Diagnosis and Treatment in Orthopedics is the Fourth Edition of the orthopedic surgery contribution to the Lange Current Series 3. Greene: Netter's Orthopaedics, 1st ed.Copyright 2006 Saunders, An Imprint of Elsevier Edited by:Walter B. Greene, MDOrthoCarolina Charlotte, North Carolina 4. Rashaj, hairudin.2007. ilmu bedah ortopedi. Jakarta: PT.Yarsif watampone 5. Appley, graham.1995. ortopedi dan fraktur system edisi 7. Jakarta : Widya medika 6. Guyton dan Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC 7. Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC 8. Price, Sylvia A. dan Wilson, Lorraine M.. 2005. Patofisiologi Edisi 6 Volume I 1. Jakarta: EGC. 9. http://hiperbarikterapi.wordpress.com/2009/07/20/14/