Anda di halaman 1dari 15

PENDAHULUAN

A. Definisi
            Patah tulang (Fraktur) adalah putusnya kontinuitas tulang, Tulang  rawan sendi, tulang
rawan epifisis , baik yang bersifat total maupun yang parsial yang pada umumnya disebabkan
oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang, baik berupa trauma langsung
dan tidak langsung.

            Neglected fracture dengan atau tanpa dislokasi adalah suatu fraktur dengan atau tanpa
dislokasi yang tidak ditangani atau ditangani dengan tidak semestinya sehingga menghasilkan
keadaan keterlambatan dalam penanganan, atau kondisi yang lebih buruk dan bahkan kecacatan.
Menurut Subroto Sapardan (RSCM dan RS Fatmawati Jakarta, Februari- April 1974), Neglected
Fracture adalah penanganan patah tulang pada extremitas (anggota gerak) yang salah oleh bone
setter (dukun patah), yang masih sering dijumpai di masyarakat Indonesia. Pada umumnya
neglected fractur terjadi pada orang yang berpendidikan dan berstatus sosio-ekonomi rendah. 2,3

            Delayed union adalah fraktur yang tidak sembuh setelah selang waktu 3-5 bulan (3 bulan
untuk anggota gerak atas dan 5  bulan untuk anggota gerak bawah). Nonunion apabila fraktur
tidak menyembuh antara 6-8 bulan dan tidak didapatkan konsolidasi sehingga terdapat
pseudoatrosis (sendi palsu). Malunion adalah keadaan dimana fraktur menyembuh pada saatnya ,
tetapi terdapat deformitas yang berbentuk angulasi, varus/valgus, rotasi, kependekan atau union
secara menyilang misalnya pada fraktur radius dan ulna.2

Penanganan  fraktur yang tidak tepat atau bahkan terabaikan tentu saja akan memberikan
progosis yang kurang baik bahkan kecatatan pada pasien sehingga penting untuk diketahui lebih
lanjut bagaimana fraktur , kejadian neglected fraktur dan bagaimana penanganan fraktur yang
semestinya.2

TINJAUAN PUSTAKA

1) Anatomi Fisiologi Tulang

Tulang dalam garis besarnya dibagi atas  ;

1. Tulang panjang , misalnya femur, tibia, fibula, ulna dan humerus  .

2. Tulang pedek , mislanya tulang vertebra dan tulang-tulang karpal.

3. Tulang pipih , antara lain tulang iga, tulang scapula dan tulang pelvis .

Tulang terdiri atas daerah yang kompak pada bagian luar yang disebut korteks dan bagian
dalam yang bersifat spongiosa berebentuk trabekula dan diluarnya dilapisi oleh periosteum. 2,3

Beberapa fungsi tulang sebagai struktur dan organ yaitu ;


1. Membentuk rangka badan

2. Tempat melekatnya otot

3. Sebagai bagian tubuh untuk melindungi dan mempertahankan alat-alat dalam, seperti otak,
sum-sum tulang belakang, jantung dan paru-paru

4. Sebagai tempat deposit kalsium, fosfor, magnesium dan garam.

5. Sebagai organ yang berfungsi sebagai jaringan hemopoetik untuk memproduksi sel-sel darah
merah , sel-sel darah putih dan trombosit.

2) Neglected fraktur

Neglected fracture dengan atau tanpa dislokasi adalah suatu fraktur dengan atau tanpa
dislokasi yang tidak ditangani  atau ditangani dengan tidak semestinya sehingga menghasilkan
keadaan keterlambatan dalam penanganan, atau kondisi yang lebih buruk bahkan kecacatan.

Berdasarkan pada beratnya kasus akibat dari penanganan patah tulang sebelumnya, neglected
fracture dapat diklasifikasikan menjadi 4 derajat.

1. Neglected derajat satu

Bila pasien datang saat awal kejadian maupun sekarang, penangannya tidak memerlukan
tindakan operasi dan hasilnya sama baik.

2. Neglected derajat dua

Keadaan dimana apabila pasien datang sejak awal kejadian, peanganannya tidak memerlukan
tindakan operasi, sedangkan saat ini kasusnya menjadi lebih sulit dan memerlukan tindakan
operasi . setelah pengobatan, hasilnya tetap baik.

3. Neglected derajat tiga

Keterlambatan menyebabkan kecacatan yang menetap bahkan setelah dilakukan operasi. Jadi
pasien datang saat awal maupun sekarang tetap memerlukan tindakan operasi dan hasilnya
kurang baik.

4. Neglected derajat empat

Keterlambatan disini sudah mengancam nyawa atau bahkan menyebabkan kematian pasien.
Pada kasus ini penanganannya memerlukan tindakan amputasi.

Arief Darmawan menyebutkan bahwa neeglected fraktur adalah fraktur yang penaganannya
lebih dari 72 jam  atau disebut sebagai kasus terlantar akibat penaganan yang tidak tuntas baik
dari tenaga medis ataupun dukun.
Derajat 1.  Fraktur yang telah terjadi antara 3 hari-3 minggu

Derajat 2 : fraktur yang telah terjadi antara 3 minggu- 3 bulan

Derajat 3 : fraktur yang telah terjadi antara 3 bulan – 1 tahun

Derajat 4. Fraktur yang telah terjadi lebih dari satu tahun.

3) Etiologi dan proses terjadinya fraktur.

a. Trauma

Trauma adalah kata lain untuk cedera atau rudapaksa (Injury) yang dapat mencederai
fisik maupun psikis. Penyebab utama trauma adalah kecelakaan lalu lintas, kecelakaan industri,
cedera saat olahraga, dan kecelakaan rumah tangga.

Tekanan pada tulang dapat berupa :

- Tekanan berputar yang menyebabkan fraktur bersifat spiral atau obliq.

- Tekanan membengkok yang menyebabkan fraktur transversal

- Tekanan sepanjang aksis tulang yang dapat menyebabkan fraktur impaksi, dislokasi atau
fraktur dislokasi.

- Kompresi vertikal dapat menyebabkan fraktur komunitif atau memecah misalnya pada badan
vetebra, talus atau fraktur buckle pada anak-anak.

- Trauma langsung disertai dengan resistensi pada satu jarak tertentu akan menyebabkan fraktur
obliq atau fraktur Z.

- Fraktur oleh karena remuk

- Trauma karena tarikan pada ligamen atau tendo akan menarik sebagian tulang.

b. Non trauma

Fraktur terjadi karena kelemahan tulang akibat kelaian patologis didalam tulang ,
nontrauma ini bisa karena kelainan metabolik atau infeksi.

 c.       Stress  terjadi karena trauma yang terus menerus pada suatu tempat tertentu  2,3,4
4) Jenis dan klasifikasi fraktur

Klasifikasi berdasarkan  etiologis

- Fraktur traumatik ; terjadi karena trauma yang tiba-tiba

- Fraktur patologis ; terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan patologis dalam
tulang

- Fraktur stres ; terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu tempat tertentu

Klasifikasi berdasarkan anatomi

- Fraktur epifisis

- Fraktur lempeng epifisis

- Fraktur metafisis

- fraktur diafisis

Klasifikasi berdasarkan radiologi

- Fraktur buckle atau torus ;

- Tulang melengkung

- Fraktur greenstick

- Fraktur total

Klasifikasi berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma

- Garis patah melintang ; trauma angulasi atau langsung 

- Garis patah obliq ; trauma angulasi

- Garis patah spiral ; trauma rotasi

- Fraktur kompresi ; trauma aksial-fleksi pada tulang spongiosa

- Fraktur avulsi ; trauma tarikan atau traksi otot pada tulang , contohnya fraktur pada patela

Klasifikasi berdasarkan kondisi

- Fraktur komplit ; garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks
tulang misalnya :

· Fraktur  transversal
· Fraktur Oblique

· Fraktur spiral

· Fraktur segmental

· Fraktur kominutif

· Fraktur kompresi

· Fraktur impresi

· Fraktur avulsi

- Fraktur tidak komplit ; garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang seperti  

a. Hairline fracture (patah retak rambut)

b. Buckle fracture atau torus fracture ( terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang
spongiosa dibawahnya ). Biasa terjadi pada distal radius anak-anak.

c. Greenstick fracture (fraktur tangkai dahan muda). Mengenai suatu korteks dengan angulasi
korteks lainnya yang terjadi pada tulang panjang anak.

Klasifikasi Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya

a. Tidak bergeser (undisplaced)

b. Bergeser (displaced)

- Bersampingan

- Angulasi

- Rotasi

- Distraksi

- Over-riding

- Impaksi    

Klasifikasi berdasarkan klinis

- Fraktur tertutup (simple fracture) ; adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan
dengan dunia luar.

 klasifikasi cidera tertutup Triderks


Grade 1. Fraktur dengan memar pada kulit atau jaringan subkutan

Grade II.  Fraktur yang lebih berat dengan contusio jaringan lunak bagian dalam dan pembekkan

Grade III. Cedera berat kerusakan jaringan lunak yang nyata dan ancaman sindrom kompartemen

- Fraktur terbuka (compound fracture) ; adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan
dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk from within (dari
dalam) atau from without (dari luar). Sedangkan, oleh Gustilo – Anderson, berdasarkan
kerusakan jaringan lunak dan tulang, fraktur terbuka dibagi lagi menjadi 3 derajat

Derajat I. Luka kurang dari 1 cm, luka relatif bersih, kerusakan jaringan tidak berarti.
Contohnya; fraktur simple , dislokasi fraktur minimal.

Derajat II. Luka lebih dari 1 cm, kerusakan jaringan lunak tidak luas, flap atau avulsi dengan
derajat kemerahan yang sederhana. Umumnya fraktur yang terjadi adalah fraktur simple,
transverse, dan oblique dengan komunitif yang minimal.

Derajat III. Terjadi fraktur yang berat disertai kerusakan jaringan lunak yang luas dan gangguan
neurovaskular sering diakibatkan oleh trauma tumpul yang hebat atau disertai cedera akibat
kecepatan tinggi (high velocity). Contohnya fraktur kominutif , fraktur segmental, fragmen
tulang ada yang hilang.

- Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture) ; adalah fraktur yang disertai dengan
komplikasi misalnya malunion, delayed union, nonunion, infeksi tulang.

5) Diagnosa fraktur .

Anamnesa

Biasanya penderita datang dengan suatu trauma (traumatik fraktur), baik yang hebat maupun
trauma ringan dan diikuti dengan ketidak mampuan untuk menggunakan anggota berat. Trauma
dapat terjadi karena kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian atau jatuh dikamar mandi pada
orang tua. Penderita  juga kadang datang dengan gejala nyeri, pembengkakan, gangguan fungsi
anggota gerak, deformitas, kelainan gerak, krepitasi atau datang dengan gejala-gejala lain.

Pemeriksaan umum

Dicari kemungkinan komplikasi umum, misalnya syok pada fraktur multiple, fraktur pelvis atau
fraktur terbuka, tanda-tanda sepsis pada fraktur terbuka terinfeksi.

Pemeriksaan status lokalis

Terdapat tanda-tanda fraktur yang klasik untuk fraktur tulang panjang diantaranya :

- Look
a. Deformitas

- Penonjolan yang abnormal

- Angulasi

- Rotasi

- Pemendekan

b. Fungsio laesa

- Hilangnya fungsi ; misalnya pada fraktur kruris tidak dapat berjalan dan pada fraktur
antebrakhii tidak dapat menggunakan lengan.

- Feel

Terdapat nyeri tekan dan nyeri sumbu

- Move

a. Krepitasi ; teraba krepitasi bila fraktur digerakan, krepitasi timbul oleh pergeseran atau
beradunya ujung-ujung tulag kortikal. Pada tulang spongiosa atau tulang rawan epifisis tidak
terasa krepitasi.

b. Nyeri bila digerakkan, baik pada gerakan aktif maupun gerakan pasif.

c. Terdapat gangguan-gangguan fungsi, gerakkan-gerakkan yang tidak mampu


dilakukan,gangguan kekuatan otot.

d. Gerakan yang tidak normal; gerakkan yang terjadi tidak pada sendi hal ini diakibatkan
putusnya kontinuitas tulang

Pemeriksaan radiologis

Pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan keadaan, lokasi serta ekstensi fraktur.
Beberapa pemeriksaan radiologis yang sering digunakan antara lain : foto polos, CT-Scan, MRI
dan radioisotop scaning.

6) Penyembuhan fraktur.

Proses penyembuhan fraktur pada tiap tulang berbeda sesuai dengan jenisnya.  secara garis besar.

Tulang kortikal

Penyembuhan terutama oleh aktifitas priosteum yang membentuk kalus oleh rangsangan
hematoma fraktur . ujung-ujung fraktur yang avaskuler tidak berperan pada tahap awal
penyembuhan, pada akhirnya menyambung melalui ossifikasi endokhondral dan terjadilah
konsolidasi.

Pada anak anak dengan periosteum yang tebal dan aktif  pada tulang-tulang dengan
vaskularisasi yang baik dan terbungkus otot, penyembuhan terjadi lebih cepat.

Proses penyembuhan fraktur pada tulang kortikal terdiri atas lima fase, yaitu :

1. Fase hematoma (1-24 jam) :

Apabila terjadi fraktur pada tulang panjang , maka pembuluh darah kecil yang melewati
kanalikuli dalam sistem Haversian mengalami robekan pada daerah fraktur dan akan membentuk
hematoma diantara kedua sisi fraktur. Hematoma yang besar diliputi oleh periosteum.
Periosteum akan terdorong dan dapat mengalami robekkan akibat tekanan hematoma yang
terjadi sehingga dapat terjadi ekstravasasi darah ke dalam jaringan lunak. Osteosit dengan
lakunanya yang terletak beberapa milimeter dari daerah fraktur akan kehilangan darah dan mati,
yang akan menimbulkan suatu daerah cincin avaskuler tulang yang mati pada sisi-sisi fraktur
segera setelah trauma.

2. Fase proliferasi (1-3 hari) :

Pada fase ini terjadi reaksi jaringan lunak sekitar fraktur sebagai suatu reaksi penyembuhan.
Penyembuhan fraktur terjadi karena adanya sel-sel osteogenik yang berploriferasi dari
periosteum untuk membentuk kalus eksterna serta pada daerah endosteum membentuk kalus
interna sebagai aktifitas seluler dalam kanalis medularis.

Apabila terjadi robekan yang hebat pada periosteum, maka penyembuhan sel barasal dari
diferesiasi sel-sel mesenkimal yang tidak berdefernsiasi ke dalam jaringan lunak. Pada tahap
awal dari penyembuhan fraktur ini terjadi pertambahan jumlah dari sel-sel osteogenik yag
memberi pertumbuhan yang cepat pada jaringan osteogenik yang sifatnya lebih cepat dari tumor
ganas. Pembentukan jaringan seluler tidak terbentuk dari organisasi pembekuan hematoma suatu
daerah fraktur. Setelah beberapa minggu, kalus dari fraktur akan membentuk suatu massa yang
meliputi jaringan osteogenik. Pada pemeriksaan radiologis kalus belum mengandung tulang
sehingga merupakan suatu daerah radiolusen.

3. Fase pembentukan callus (6-21 hari) :

Setelah pembentukan jaringan seluler yang bertumbuh dari setiap fragmen sel dasar yang
berasal dari osteoblas dan kemudian pada kondroblas membentuk tulang rawan. Tempat
osteoblast diduduki oleh matriks intraseluler kolagen dan perlengketan polisakarida oleh garam-
garam kalsium membentuk suatu tulang yang imatur. Bentuk tulang ini disebut sebagai woven
bone. Pada pemeriksaan radiologi kalus atau woven bone sudah terlihat dan merupakan indikasi
radiologik pertama terjadinya penyembuhan fraktur.
4. Fase konsolidasi (3-10 minggu)

Pada fase ini callus yang terbentuk mengalami maturasi lebih lanjut oleh aktivitas osteoblas,
callus menjadi yang lebih dewasa (mature) dengan pembentukan lamela-lamela. Fase ini terjadi
sesudah empat minggu, namun pada anak-anak lebih mudah lebih cepat. Secara berangsur-
angsur primary bone callus diresorbsi dan diganti dengan second bone callus yang sudah mirip
dengan jaringan tulang yang normal.

5. Fase remodeling (setelah 9 bulan) :

Bilamana union telah lengkap, maka tulang baru membentuk bagian yang menyerupai bulbus
yang meliputi tulang tetapi tanpa kanalis medularis. Pada fase remodeling ini, perlahan-lahan
terjadi resorpsi secara osteoklastik dan tetap terjadi proses osteoblastik pada tulang dan kalus
eksterna secara perlahan-lahan menghilang. Kalus intermediat berubah menjadi tulang yang
kompak dan berisi sistem Haversian dan kalus bagian dalam akan mengalami peronggaan untuk
membetuk ruang sumsum.

Tulang spongiosa

Penyembuhan terutama oleh aktivitas endosteum dalam trabekula tulang spongiosa. Oleh
vaskularisasi yang baik dan bila mana kontak antara fragmen cukup baik maka penyembuhan
akan cepat.

Lempeng epifisis

Oleh karena epifisis aktif dalam pembentukan tulang dalam proses pertumbuhan panjang, fraktur
epifisis sangat cepat penyembuhannya.

Tulang rawan sendi

Oleh karea tulang rawan sendi vaskularisasinya tidak ada dan nutrisinya dari cairan sendi maka
penyembuhannya fraktur tulang rawan sendi adalah sulit. Bila ada celah fraktur akan diisi
jaringan ikat. Penyembuhan kembali menjadi tulang rawan hialin dimungkinkan bila dilakukan
reposisi anatomis dengan fiksasi interna khusus dan gerak sendi yag terus menerus setelah
operasi dengan alat CPM (Continous Passive Movement).

Waktu penyembuhan fraktur

Waktu penyembuhan fraktur berfariasi secara individual dan berhubungan dengan beberapa
faktor penting pada penderita antara lain:

1. Umur penderita

Waktu penyembuhan tulang pada anak-anak jauh lebih cepat dari pada orang dewasa. Hal ini
terutama disebabkan karena aktifitas proses osteogenesis pada periosteum dan endosteum dan
juga berhubungan dengan proses remodeling tulang yang pada bayi sangat aktif dan makin
berkurang apabila umur bertambah. 

2. Lokalisasi dan konfigurasi fraktur

Lokalisasi fraktur memegang peranan penting. Fraktur metafisis penyembuhannya lebih cepat
daripada diafisis. Disamping itu konfigurasi fraktur seperti pada fraktur transversal lebih lambat
penyembuhannya dibandingkan dengan fraktur obliq karena kontak yang lebih banyak.

3. Pergeseran awal fraktur

Pada fraktur yang tidak bergeser dimana periosteum intak, maka penyembuhannya dua kali lebih
cepat dibandingkan pada fraktur yang bergeser. Terjadinya pergeseran fraktur yang lebih besar
juga akan menyebabkan kerusakan periost yang lebih hebat.

4. Vaskularisasi pada kedua fragmen

Apabila kedua fragmen mempunyai vaskularisasi yang baik, maka penyembuhan biasanya tanpa
komplikasi. Bila salah satu sisi fraktur vaskularisasinya jelek sehingga mengalami kematian ,
maka akan menghambat terjadinya union atau bahkan terjadi nonunion.

5. Reduksi serta imobilisasi

Reposisi fraktur akan memberikan kemungkinan untuk vaskularisasi yang lebih baik dalam
bentuk asalnya. Imobilisasi yang sempurna akan mencegah pergerakan dan kerusakan pembuluh
darah yang akan mengganggu dalam penyembuhan fraktur.

6. Waktu  imobilisasi tidak dilakukan sesuai waktu penyembuhan sebelum terjadi union, maka
kemungkinan untuk terjadinya nonunion sangat besar.

7. Ruangan di antara kedua fragmen serta interposisi oleh jaringan lunak

Bila ditemukan interposisi jaringan baik periosteum, maupun otot atau jaringan fibrosa lainnya,
maka akan menghambat vaskularisasi kedua ujung fraktur.

8. Faktor adanya infeksi

Bila terjadi infeksi pada daerah fraktur, misalnya pada operasi terbuka fraktur tertutup atau
fraktur terbuka, maka akan mengganggu terjadinya proses penyembuhan.

9.  Cairan sinovia

Pada persendian dimana terdapat cairan sinovia merupakan hambatan dalam penyembuhan
fraktur.

10.  Gerakan aktif dan pasif pada anggota gerak


Gerakan aktif dan pasif  pada anggota gerak akan meningkatkan vaskularisasi  daerah fraktur tapi
gerakan yang dilakukan pada daerah fraktur tanpa imobilisasi yang baik juga akan mengganggu
vaskularisasi.

Penyembuhan fraktur berkisar antara tiga minggu sampai empat bulan. Waktu penyembuhan
pada anak secara kasar ½ waktu penyembuhan dari pada orang dewasa.

Perkiraan penyembuhan fraktur pada orang dewasa

Lokalisasi

-Falang / metakarpal/ metatarsal / kosta

-Distal radius

-Diafisis ulna dan radius

-Humerus

-Klavikula

-Panggul

-Femur

-Kondilus femur/ tibia

-Tibia/ fibula

-Vertebra

Waktu penyembuhan

-3 – 6 minggu

-6 minggu

-12 minggu

-10 – 12 minggu

-6 minggu

-10 – 12 minggu

-12 – 16 minggu

-8 – 10 minggu
-12 – 16 minggu

-12 minggu

7. Penatalaksanaan fraktur

Enam prinsip penanganan fraktur

1. Firstly do no harm

Jangan membuat keadaan lebih jelek

2. Base treatment on an accurate diagnosis and prognosis

Pengobatan berdasarkan atas diagnosis dan prognosis yang akurat.

3. Select treatment with spesific aims

Seleksi pengobatan  dengan tujuan khusus, yaitu menghilangkan nyeri, memperoleh posisi yang
baik dari fragmen, menusahakan terjadinya penyambungan tulang, mengembalikan fungsi secara
optimal.

4. Cooperate with the “law of nature”

Mengingat hukum-hukum penyembuhan alami

5. Be realistic dan practical in your treatment.

Bersifat realistik dan praktis dalam memilih jenis pengobatan.

6. Select treatment for your patien as an individual

Seleksi pengobatan sesuai dengan penderita secara individual.

Penanganan kelainan muskuloskeletal harus selalu disesuaikan dengan fasilitas yang tersedia,
sebaikanya dipilih tindakan yang sesederhana dan yang pertama dilakuka adalah menghilangkan
nyeri dan harus mengingat tujuan pengobatan fraktur , yaitu : mengembalikan fungsi tulang yang
patah dalam jangka waktu sesingkat mungkin.2

A) Terapi konservatif

a. Proteksi saja

Misalnya mitella untuk fraktur collum chirurgicum humeri dengan dengan kedudukan baik.

b. Immobilisasi saja tanpa reposisi

Misalnya pemasangan gips atau bidai pada fraktur inkomplit dan fraktur dengan kedudukan baik.
c. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips

Misalya fraktur supracondylari , fraktur colles, fraktur smith . reposisi dapat dengan anastesi
umum atau anastesi lokal dengan menyuntikan obat anastesi dalam hemtoma fraktur. Fragmen
distal dikembalikan pada kedudukan semula terhadap fragmen proksimal dan dipertahankan
dalam kedudukan yang stabil dalam gips. Misalnya, fraktur distal radius, immobilisasi dalam
pronasi penuh dan fleksi pergelangan.

d. Traksi dapat untuk reposisi secara perlahan dan fiksasi hingga sembuh dipasang gips setelah
tidak sakit lagi.

B) Terapi operatif

a. Terapi operatif dengan reposisi secara tertutup dengan melihat foto radiologi

1. Reposisi tertutup – fiksasi eksterna

Setelah reposisi baik berdasarkan kontrol radiologis intraoperatif maka dipasang fiksasi eksterna.

2. Reposisi tertutup dengan kontrol radiologis diikuti fiksasi internal

Cara ini sekarang terus dikembangkan menjadi “close nailing) pada fraktur femur dan tibia ,
yaitu pemasangan fiksasi interna intra meduller (pen) tanpa membuka frakturya.

b. Terapi operatif dengan membuka frakurnya:

1. Reposisi terbuka dan fiksasi interna

ORIF (Open Reduction and Internal Fixation)

2. Excisional Arthroplasty

Membuang fragmen yang patah yang membentuk sendi, misalnya :

3. Excisi fragmen dan pemasangan endoprosthesis

4. Dilakukan excici caput femur dan pemasangan endoprosthesis moore atau yang lainnya.

C) Terapi Rehabilitasi

Bila penyatuan tulang pada terjadi, maka rehabilitasi terutama merupakan masalah pemulihan
jaringan lunak . kapsula sendi, otot dan ligamentum berkontraksi membatasi gerakan sendi
sewaktu gips atau bidai dilepaskan. Batas ini lebih terbukti dalam fraktur dekat sendi
dibandingkan fraktur pada pertengahan korpus  tulang panjang. Dianjurkan terapi fisik untuk
gerakan aktif dan pasif serta penguatan otot. Edema statis, yang terjadi setelah gips dilepaskan,
secara bertahap berkurang dengan kembalinya gerakan dan tonus otot.
8. Komplikasi fraktur

Komplikasi fraktur terhadap organ:

1. Komplikasi pada kulit

- Lesi akibat penekanan

- Ulserasi akibat dekubitus

- Ulserasi akibat pemasangan gips

2. Komplikasi pada pembuluh darah

- Ulserasi akibat pemasangan gips

- Lesi akibat traksi dan penekanan

- Iskemik volkmann

- Gangren

3. Komplikasi pada saraf

- Lesi akibat traksi dan penekanan

4. Komplikasi pada sendi

- Infeksi (arthritis septic) akibat operasi terbuka pada trauma tertutup

5. Komplikasi pada tulang

- Infeksi akibat operasi terbuka pada trauma tertutup (osteomielitis).

Komplikasi penyembuhan fraktur

1. Malunion

Fraktur sembuh dengan deformitasi (angulasi, perpendekan atau rotasi). Malunion adalah
keadaan dimana fraktur menyembuh pada saatnya, tetapi terdapat deformitas yang berbentuk
angulasi, varus/valgus, rotasi, kependekan atau union secara menyilang. Malunion biasa
dikarenakan fraktur tanpa pengobatan, pengobatan yang tidak adekuat, reduksi dan imobilisasi
yang tidak baik , pengambilan keputusan serta teknik yang salah pada awal pengobatan dan
osifikasi prematir pada lempeng epifisis karena adanya trauma. Malunion juga dapat timbul jika
ada ketidakselarasan rotasi atau angularis berlebihan yang mengikuti penyembuhan.

2. Delayed union
Fraktur sembuh dalam jangka waktu yang lebih lama dari normal. Delayed union adalah fraktur
yang tidak sembuh setelah selang waktu 3-5 bulan (tiga bulan untuk anggota gerak atas dan lima
bulan untuk anggota gerak bawah).

3. Nonunion ;

Disebut nonunion apabila fraktur tidak menyembuh antara 6-8 bulan dan tidak didapatkan
konsolidasi sehingga terdapat pseudoatrosis (sendi palsu). Pseudoatrosis dapat terjadi tanpa
infeksi tetapi dapat juga terjadi bersama-sama infeksi disebut infected pseudoarthrosis.

Beberapa jenis nonunion terjadi menurut keadaan ujung-ujung fragmen tulang.

a. Hipertrofik

Ujung- ujung tulang bersifat sklerotik dan lebih besar dari normal yang disebut gambaran
elephant’s foot. Garis fraktur tampak dengan jelas . ruang antar tulang diisi dengan tulang rawan
dan jaringan ikat fibrosa. Pada jenis ini vaskularisasi baik sehingga biasanya hanya diperlukan
fiksasi yang rigid tanpa pemasangan bone graft.2

b. Atrofik (oligotrofik)

Tidak ada tanda-tanda aktifitas seluler pada ujung fraktur. Ujung tulang lebih kecil dan bulat
serta osteoporotik dan avaskuler. Pada jenis ini disamping dilakukan fiksasi rigid juga diperlukan
pemasangan bone graft.2

Anda mungkin juga menyukai