Anda di halaman 1dari 6

Renungan Ibadah Remaja

Manajemen Waktu
Ayat bacaan: Kolose 4:5

Syalom

Salah satu ungkapan yang sering kita dengar berkaitan dengan pengelolaan
waktu adalah: tidak ada waktu. Pertanyaannya adalah apakah memang kita tidak
ada waktu dalam artian yang sesungguhnya, atau sebetulnya kita tidak bisa
mengatur waktu dengan baik? pastinya kita akan menjawab yang kedua. Ya, kita
sering kali memang kesulitan untuk mengatur waktu sedemikian rupa. Padahal,
kalau kita mau mencermatinya, kita memiliki cukup banyak waktu. Soalnya
kemudian adalah bagaimana cara kita mengelola setiap kegiatan yang ada sesuai
dengan waktu. Dalam kerangka itulah, kita akan belajar untuk bisa mengatur
waktu.


Saya selalu kagum melihat beberapa orang yang mampu sukses dalam
beberapa bidang sekaligus. Menjadi pimpinan, tenaga ahli, juga sukses dalam
pelayanan. Pernahkah kita merasa bahwa waktu 24 jam yang diberikan untuk kita
masih kurang, trg so bangon pagi le kalu for anak skola, pigi skola pulang making
beking pr pigi disini pigi disitu, mar tetap ada jo tu nda ja ta beking ,dapa rasa
kurang tu waktu 24 jam,

Masalah yang ada sebenarnya bukan pada waktunya yang kurang tapi pada
pengaturan manajemen waktu yang kacau



Manajemen waktu adalah sesuatu yang sangat penting yang ironisnya
seringkali kita abaikan. Banyak orang yang bermalas-malasan selagi masih ada
waktu, lalu kalang kabut ketika deadline atau batas waktu tiba. Atau ada pula yang
menebar janji ke mana-mana tanpa memperhitungkan aspek waktu dan
kesanggupan, lalu janji itu pun menjadi lentur seperti karet, atau bahkan malah
berantakan sama sekali. Ini contoh yang akan terjadi jika kita menyepelekan
manajemen waktu

Dalam hal manajemen waktu kita bisa belajar dari salah satu tokoh di
alkitab, yaitu Paulus Jika sebagian dari kita hanya mengetahui bahwa Paulus
tugasnya total untuk mewartakan kabar keselamatan ini kemana-mana,
sebenarnya Alkitab menyatakan pekerjaan atau profesi Paulus dengan jelas, yaitu
dalam Kisah Para Rasul 18:2-3. Ayatnya berbunyi: "Di Korintus ia berjumpa dengan
seorang Yahudi bernama Akwila, yang berasal dari Pontus. Ia baru datang dari
Italia dengan Priskila, isterinya, karena kaisar Klaudius telah memerintahkan,
supaya semua orang Yahudi meninggalkan Roma. Paulus singgah ke rumah
mereka. Dan karena mereka melakukan pekerjaan yang sama, ia tinggal bersama-
sama dengan mereka. Mereka bekerja bersama-sama, karena mereka sama-
sama tukang kemah." Paulus ternyata berprofesi sebagai pembuat
kemah atau tentmaker. Jika melihat bagaimana kesibukan Paulus dalam pelayanan
termasuk berbagai resiko-resiko besar yang harus ia hadapi, rasanya Paulus
berhak untuk diberi kelonggaran untuk tidak lagi perlu bekerja. Tetapi lihatlah
bahwa Paulus sama sekali tidak meminta hak khusus untuk tidak bekerja, meski
waktu dan fisiknya sudah terkuras habis untuk terus berjalan membawa kabar
keselamatan dari satu tempat menuju tempat yang lain. Untuk apa uang itu
dipergunakannya? Ada ayat yang dengan jelas menyatakannya. "Kamu sendiri
tahu, bahwa dengan tanganku sendiri aku telah bekerja untuk memenuhi
keperluanku dan keperluan kawan-kawan seperjalananku." (20:34). Luar biasa
hebatnya. Ia sudah melayani habis-habisan, tetapi ia masih juga harus bekerja
untuk membiayai dirinya dan perjalanannya beserta teman-teman sepelayanan.
Hebatnya lagi ia masih juga berpikir untuk memberi kepada orang lain secara
meteri. "Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa
dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan
harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan:
Adalah lebih berbahagia memberi
dari pada menerima." (ay 35). Tidak ada ayat yang menyebutkan bagaimana cara
Paulus bisa membagi waktu, tetapi jika melihat perjalanannya, saya yakin Paulus
pintar dalam memanajemen waktu. Tanpa itu ia akan gagal dalam menjalani
semuanya.

Selanjutnya kita bisa pula belajar dari Tuhan Yesus sendiri. Tidak hanya
satuan, puluhan atau ratusan, dalam waktu-waktu tertentu Yesus harus menangani
ribuan orang sekaligus. Sebuah pekerjaan yang tidak gampang harus Dia lakukan
untuk menggenapi kehendak BapaNya hanya dalam rentang waktu yang terbilang
sangat singkat. Besarnya belas kasih yang Dia miliki membuatNya harus merespon
begitu banyak orang secara personal. Tidak jarang pula kita melihat Yesus
melayani satu orang saja. Sampai larut malam pun Yesus tidak menolak orang
yang datang kepadaNya seperti yang bisa kita lihat dari kisah Nikodemus yang
dicatat Yohanes secara lengkap dalam Yohanes 3:1-21. Apabila Yesus tidak pintar-
pintar memanajemen waktu, Dia tidak akan sanggup menjalani itu karena biar
bagaimanapun Dia hadir ke dunia mengambil rupa sebagai Anak Manusia seperti
halnya kita.

Adalah menarik jika kita melihat bahwa Yesus beberapa kali didapati pergi
menyepi untuk berdoa."Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan
pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana." (Markus 1:35).
Atau dalam kesempatan lain di malam hari: "Dan setelah orang banyak itu
disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika
hari sudah malam, Ia sendirian di situ." (Matius 14:23). Yesus menunjukkan atau
mencontohkan kepada kita betapa pentingnya untuk menikmati waktu-waktu
bersekutu dengan Bapa tanpa harus terganggu oleh hiruk pikuk atau hal-hal lain
yang bisa memecah konsentrasi. Dia mencontohkan langsung bagaimana untuk
membagi waktu. Ada waktu untuk bekerja, ada waktu untuk melayani, ada pula
waktu untuk mendengar suara Tuhan. Kita tidak bisa mencampur adukkan
semuanya, itu tidak akan memberi kebaikan buat kita. Yesus menunjukkan
bagaimana pentingnya mengambil waktu khusus untuk bersekutu dengan Tuhan,
menikmati hadiratNya secara maksimal, dan itu hanya bisa kita rasakan apabila
konsentrasi kita tidak terpecah-pecah dengan apapun yang ada disekitar kita.

Berulang kali Alkitab mengingatkan kita akan pentingnya mempergunakan
waktu dengan baik. Lihatlah bunyi salah satu penggalan doa Musa yang dicatat
dalam Mazmur. "Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami
beroleh hati yang bijaksana." (Mazmur 90:12). Musa berdoa meminta Tuhan
memberi hikmat agar kita bisa menghitung dan mempergunakan waktu dengan
sebaik-baiknya. Mengapa? Karena sesungguhnya hidup ini singkat. "So, teach us
to number our days", he said, "that we may get us a heart of wisdom." Ini
seringkali kita lupakan ditengah kesibukan kita, sebaliknya kita hanya bersantai-
santai dan bermalas-malasan membuang waktu secara sia-sia. Demikian pula kita
bisa menangkap pesan yang sama lewat pesan Paulus. Dalam Kolose 4:5
disebutkan "...pergunakanlah waktu yang ada." Secara kontekstual pesan ini
ditujukan Paulus agar kita tidak menyia-nyiakan waktu dalam menjangkau orang-
orang luar, atau orang-orang yang belum percaya, tetapi secara umum pun pesan
ini sesungguhnya layak untuk kita renungkan. Terlebih lagi dalam menghadapi
hari-hari yang semakin jahat, seperti bunyi pesan Paulus selanjutnya dalam surat
lain. "dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah
jahat." (Efesus 5:16). Ia mengatakan bahwa orang yang mempergunakan waktu
dengan sebaik-baiknya, atau dengan kata lain orang yang pintar memanajemen
waktu akan menunjukkan watak yang bijak atau arif, sebaliknya jika tidak maka itu
dikatakan sebagai orang bebal. (ay 15).

Waktu sama 24 jam, tetapi ada orang yang berhasil mempergunakannya
secara maksimal, ada pula yang menyia-nyiakannya. Ada yang sukses berjalan
dalam rentang waktu itu, ada juga yang gagal. Apa yang seringkali berpengaruh
antara sukses dan gagal ini adalah sejauh mana kita pintar memanajemen waktu
yang ada dengan baik. Ada banyak faktor yang bisa berperan terhadap
manajemen waktu ini seperti salah satunya sikap mental kita dalam menyikapi
pentingnya mengatur waktu dengan baik. Mental yang buruk akan selalu mencari
ribuan bahkan jutaan alasan untuk tidak melakukannya, tetapi jika kita
berkomitmen untuk mau melakukannya, minimal mulai memikirkannya, maka
tidak ada satu alasan pun yang bisa menghentikan kita. Sikap mental yang suka
menunda-nunda pekerjaan pun merupakan salah satu hambatan yang harus
dikikis sedini mungkin. Waktu berlalu dengan kecepatan yang sama, jumlah yang
diberikan pun sama bagi setiap orang dari dulu hingga kini sampai nanti. Daripada
sibuk meminta waktu lebih lagi, daripada berkeluh kesah waktu terlalu sedikit, kita
bisa membalik pertanyaan kepada diri kita dengan "bagaimana saya bisa
mempergunakan waktu secara maksimal dengan perencanaan yang baik dan
seimbang." Firman Tuhan berkata: "Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah
dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kolose
3:23). Apapun juga yang kamu perbuat, itu artinya berlaku secara luas, bukan
hanya sebatas pekerjaan saja. Meluangkan waktu bersama keluarga, saudara dan
kerabat, berolah raga, beristirahat dan tentu saja melayani, itu pun aktivitas-
aktivitas yang seharusnya kita pakai seperti untuk Tuhan dan bukan untuk
kepentingan kita sendiri atau manusia. Kuncinya adalah manajemen waktu,
kuncinya adalah memperhatikan betapa kita harus pintar menyusun perencanaan
atau jadwal sehari-hari agar seluruh pekerjaan yang kita lakukan bisa berjalan
dengan baik dan seimbang sesuai dengan "time frame" yang berlaku sama bagi
setiap manusia sepanjang masa. Masing-masing dari kita tentu tahu apa yang
harus kita lakukan dan bagaimana metode yang terbaik untuk memanajemen
waktu ini. At least we have to remember that time management is something
important for us to do. Agar semua bisa sukses, aturlah pembagian waktunya
sebaik mungkin.
Bukan rentang dan kecepatan waktunya yang salah, tetapi pengaturan atau
manajemen waktu kita yang harus diperbaiki

Ingatlah bahwa mengatur waktu bisa menjadi salah satu ajang belajar
melatih kedisiplinan diri. Bila kita bisa disiplin dalam mengatur waktu, maka kita
juga akan mudah mengatur hal-hal lain dalam hidup.
Semua ini harus dilakukan sejak awal. Jangan pernah berpikir bahwa kita
punya banyak waktu. Sesungguhnya waktu itu berjalan dengan cepat. Dan kita tak
pernah bisa mengulang waktu yang sudah berlalu. Kita tak bisa kembali ke masa
lalu. Karena itu kita harus selalu melihat dan berpikir ke depan. Bila tidak, maka
yang ada hanyalah penyesalan. Itu pun mungkin sudah tak berguna, sebab sudah
terlambat.

Anda mungkin juga menyukai