Bab 5 Perencanaan Filter Digital
Bab 5 Perencanaan Filter Digital
Filter digital merupakan suatu sistem diskrit yang digunakan untuk memfilter
(frekuensi) sinyal input digital menjadi sinyal output digital sesuai yang diinginkan oleh
disainer. Filter digital dikarakterisasi dengan persamaan beda koefisien konstan linier
orde ke-N, selain itu dapat juga dinyatakan dalam respons impuls. Berdasarkan panjang
deretan (durasi) respons impuls, filter digital dikelompokkan menjadi filter FIR (Finite
Impulse Response) dan filter IIR (Infinite Impulse Response). Banyak contoh aplikasi
filter digital yang dapat dijumpai pada bidang kedokteran, sistem komunikasi digital,
sistem proteksi relay pada sistem kelistrikan, robotika, radar, sistem audio digital dan
lain sebagainya. Disain filter digital dengan fasa linier dilakukan dengan metode
pendekatan. Filter FIR didisain dengan pendekatan filter digital ideal sedangkan filter
IIR didisain dengan pendekatan filter analog.
5.2 Filter Digital
Filter digital merupakan sistem linier time-invarian (LTI) yang melakukan proses dari
input sinyal digital () menjadi sinyal output digital (). Sistem LTI dapat
dikarakterisasi dengan respon impuls (), fungsi sistem () dan persamaan beda
koefisien konstan. Jika sistem tersebut mempunyai persamaan beda koefisien konstan
linier orde-N sebagai berikut:
=0
=0
( ) = ( )
(5.1)
=0
=0
(5.2)
Jika sistem tersebut stabil BIBO, maka respons frekuensinya diperoleh dengan
mengganti = menjadi
=0
=
=0
Bab V - 1
(5.3)
Filter FIR didisain dengan melakukan pendekatan ke filter digital ideal. Metode yang
sering dijumpai menggunakan metode windowing. Cara yang paling mudah untuk
mendapatkan filter FIR adalah membatasi panjang deretan respons impuls filter IIR.
Jika () merepresentasikan respons impuls filter digital IIR yang diinginkan, maka
filter FIR dengan respons impuls () dapat diperoleh sebagai berikut
() =
(), 1 2
0,
(5.4)
(5.5)
Respons impuls () pers (5.4) dapat dibentuk dari per (5.5) bila menggunakan fungsi
window persegi (rectangular) yaitu
() =
1, 1 2
0,
(5.6)
1
. ( ( ) ) = ( )
2
(5.7)
( )
2/
( )
4/
Gambar 5.1 Respons Frekuensi hasil perkalian respons impuls () ideal dengan
window persegi
Bab V - 2
Beberapa fungsi window yang sering digunakan secara umum yaitu window persegi,
Barlett, Hanning, Hamming, dan Blackman. Secara matematis fungsi window dengan
panjang deretan N adalah:
1. Window persegi (rectangular)
1, 0 1
() =
0,
(5.8)
2
, 0 ( 1)/2
1
2
1
() =
1
2 1 ,
2
0,
(5.9)
2. Window Barlett
3. Window Hanning
() =
4. Window Hamming
0.5. 1 cos[
0,
2
] ,
1
0 1
2
0.54 0.46 cos
, 0 1
()
=
1
0,
5. Window Blackman
() =
2
4
+ 0.08 cos
, 0 1
1
1
(5.10)
(5.11)
(5.12)
Filter LPF ideal yang mempunyai fasa linier dengan slope dan frekuensi cutoff
dapat dinyatakan dalam domain frekuensi
( ) =
, ||
0,
< || <
(5.13)
() =
sin[ ( )]
( )
(5.14)
Filter FIR kausal dengan respons impuls () dapat diperoleh dengan cara mengalikan
() dengan sebuah fungsi window pada titik asal dan diakhiri pada titik 1
sebagai berikut
sin[ ( )]
. (), 0 1
() = ( )
0,
(5.15)
Respons impuls () mempunyai fasa linier bila dipilih agar menghasilkan () yang
simetris. Fungsi sin[ ( )] /( ) pada pers (5.14) simetris pada = dan
fungsi window simetris pada = ( 1)/2, sehingga filter () pada pers (5.15)
mempunyai fasa linier jika simetris dan
5.3.2 Tahapan Disain Filter Digital FIR
1
2
Sebelum melakukan tahapan disain filter digital, kita harus membuat spesifikasi filter
digital. Sebagai ilustrasi, kita merencanakan filter LPF dengan menentukan spesifikasi
redaman passband maksimal 1 pada frekuensi cuoff , redaman stopband minimal
2 pada frekuensi seperti terlihat pada gambar 5.2.
20
2
0
passband
Transition
band
stopband
(rad)
1. Memilih tipe window berdasarkan tabel 4.1 agar redaman stopband minimal
sama dengan 2 .
Tabel 4.1 Lebar pita transisi berdasarkan jenis window
Jenis Window
Persegi
Barlett
Hanning
Hamming
Blackman
Redaman stopband
minimal (dB)
21
25
44
53
74
Lebar
transisi
4/
8/
8/
8/
12/
Konstanta
()
2
4
4
4
6
2. Menentukan panjang deretan window N (orde filter) agar memenuhi lebar band
transisi sesuai dengan tipe window yang digunakan. Jika merupakan lebar
band transisi, maka harus dipenuhi kondisi
2
= .
1
2 . ()
1
2
sin
1
1
= (1)/2 .
+ 2()cos[(
)]
2
2
=0
fasa linier
Bab V - 5
magnitud
5. Jika persyaratan redaman 1 pada tidak sesuai, diatur lagi nilai , biasanya
lebih besar dari iterasi pertama. Selanjutnya ulangi langkah ke-4 dengan nilai
yang baru tersebut.
6. Jika persyaratan respons frekuensi (respon magnitud dan fasa) sudah sesuai
dengan yang diinginkan, cek lagi dengan mengurangi orde filter N. Selanjutnya
ulangi langkah ke-4 dengan menggambar respons frekuensi. Pengurangan nilai N
bertujuan untuk mengurangi processing delay (waktu tunda pengolahan pada
sistem diskrit). Jika pengurangan nilai N tidak memungkinkan, maka iterasi
dihentikan dan diperoleh respons impuls ().
Prosedur diatas merupakan metode trial and error dan berusaha untuk mencapai
respons frekuensi yang paling sesuai dengan yang diinginkan. Prosedur ini bukan
merupakan optimalisasi hasil, tetapi memperoleh hasil disain yang mendekati.
Contoh 1:
Rencanakan filter digital LPF yang akan dipakai pada sistem digital A/D-H(z)-D/A, yang
mempunyai redaman 3 dB pada frekuenasi cutoff 15 Hz dan redaman stopband 50 dB
pada frekuensi 22,5 Hz. Filter tersebut diharapkan mempunyai fasa linier dan
digunakan menggunkan frekuensi sampling 100 Hz.
Penyelesaian:
Spesifikasi filter LPF berdasarkan data yang diketahui sebagai baerikut
20
0
-3 dB
-50 dB
0.3
0.45
(rad)
pada 1 3
pada 2 50
Langkah 1:
Untuk memperoleh redaman stopband minimal 50 dB, berdasarkan tabel 4.1
maka kita bisa menggunakan window Hamming atau Blackman. Sebagai contoh
dalam hal ini, kita pilih menggunakan window Hamming.
Langkah 2:
Menentukan ukuran window (orde filter) berdasarkan lebar pita transisi pada
tabel 4.1 sesuai dengan tipe window yang digunakan, dalam contoh ini
menggunakan Hamming, sehingga
.
2
2
= 4.
= 53.3
0.45 0.3
dan
= ( 1)/2 = 27
Langkah 4:
Menggunakan nilai-nilai () untuk menggambar respons magnitud dari filter
hasil disain dengan menggunakan persamaan pada langkah ke-4 disain filter FIR.
Selain itu dapat juga dengan tahapan berikut:
(0) = (54) = . . .
(1) = (53) = . . .
(2) = (52) = . . .
(3) = (51) = . . .
.
.
.
(26) = (28) = . . .
(27) = 0.3
27
26
fasa linier
magnitud
Gambar respons magnitud hasil disain dapat dilihat pada gambar 5.3 sedangkan
persamaan bedanya adalah
() = (0)() + (1)( 1) + + (27)( 27) + + (54)( 54)
Bab V - 8
SOAL LATIHAN
1.
2.
3.
1/2{1 cos
0,
2
sin[0.2( 50)]
}. {
} , 0 100
100
( 50)]
Bab V - 9