Anda di halaman 1dari 8

Bab 10 Atenuasi Gelombang Seismik

98. Apa yang dimaksud dengan atenuasi ?


Jawab :
Atenuasi adalah melemahnya suatu sinyal yang disebabkan oleh semakin jauhnya jarak
transmisi, yang harus ditempuh oleh suatu sinyal dan karena semakin tingginya frekuensi
sinyal tersebut .
Untuk menghindari terjadinya atenuasi, maka jarak transmisi dibatasi sehingga pengaruh
atenuasi tidak banyak mengganggu kualitas sinyal. Pengaruh atenuasi terhadap sinyal
berbeda-beda antar 1 media dengan media transmisi lainnya. Cara lain untuk mengatasi
atenuasi yaitu dengan menggunakan perangkat seperti amplifier atau repeater, yang
berfungsi meningkatkan kembali level daya sinyal.
99. Apa arti fisis dari besaran yang disebut penurunan logaritmik ?
Jawab :
Rumus Atenuasi
(

)
Dimana P
1
= Daya sinyal yang dikirim (Watt)
P
2
= Daya sinyal yang diterima (Watt)
A = Atenuasi ( Decibel )
Maksud penurunan logaritmik disini adalah semakin tinggi daya sinyalnya, maka akan
menyebabkan peningkatan Atenuasi sebesar 10 pangkat n ( 10
n
), dimana n merupakan rasio
antara P
1
/P
2
. Karena Atenuasi sendiri merupakan pelemahan sinyal, maka secara fisis dapat
ditafsirkan bahwa setiap peniingkatan daya sinyal, maka peredaman (atenuasi) akan
mengalami penurunan secara logaritmik ( 10
n
). Misal untuk P = 2 maka A = 10
2
= 100 db,
sementara saat P = 3 , maka A = 10
3
= 1000 , selisih satu angka disini pada daya sinyal sudah
mampu mengubah besar Atenuasi sebanyak 10 kalinya.
Sementara itu untuk arti fisisnya sendiri dari besaran yang disebut penurunan logaritmik
adalah setiap terjadi perubahan 1 angka pada nilai didalam logaritmik nya, maka akan
menimbulkan perubahan hasil sebesar 10 kali dari besar semula.
100. Apa bedanya antara koefisien atenuasi, factor kualitas dan atenuasi (factor disipasi) ?
Koefisien atenuasi adalah parameter frekuensi yang dipengaruhi oleh kerusakan,
ketidakhomogenan, struktur, dan ikatan sifat-sifat batuan. Ini menunjukkan pertambahan
frekuensi (efek low-pass filter).
Faktor kualitas (Q) adalah perbandingan antara energi yang tersimpan dan energi yang
terdisipasi.
Faktor disipasi adalah inversi dari faktor kualitas atau biasa disimbolkan dengan Q
1

Q
1
=


101. Bagaimana hubungan koefisien atenuasi terhadap frekuensi gelombang yang melalui suatu
batuan berisi fluida dan gas ?, beri contoh persamaan empirisnya !
Jawab :
Hubungan koefisien atenuasi terhadap frekuensi gelombang yang melalui suatu batuan
berisi fluida dan gas adalah :
Untuk batuan yang kering/ berisi gas ( tidak mengandung fluida di dalamnya ) , maka
atenuasi nya relatif dapat diabaikan karena tak ada/ sangat sedikit frekuensi alami
yang dipancarkan. Yang berarti energi gelombang yang diserap sangat kecil, selain
itu ketidak hadiran fluida menyebabkan gelombang tidak terserapnya gelombang S
sehingga tidak terjadi gesekan antar partikel, karena gesekan antar partikel ini hanya
menyerap frekuensi frekuensi tinggi, sementara batuan kering memiliki frekuensi
yang rendah.
Untuk batuan yang berisi fluida, maka koefisien atenuasi sangat bergantung
terhadap nilai frekuensi gelombang. Karena variasi modulus, viskositas, dan polaritas
berpengaruh kuat terhadap 1/Q. Karena adanya fluida, maka terjadi gerak antar
partikel yang menyebabkan terserapnya frekuensi-frekuensi tinggi sehingga sangat
mempengaruhi nilai koefisien atenuasi.
Berikut rumus empiris nya :
8,5.10
15
f
2

Dimana :
a = Koefisien atenuasi (
Nepers/meter )
f = frekuensi ( Hertz)

Dari tabel dapat terlihat bahwa koefisien atenuasi pada batu kering saat frekuensi semakin besar,
peningkatannya jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan peningkatan atenuasi pada
material yang mengandung fluida .
102. Bagaimana hubungan koefisien atenuasi terhadap frekuensi gelombang yang di dalam suatu
batuan (padatan)?, beri contoh persamaan empirisnya !
Atenuasi gelombang seismik telah diukur pada beberapa jenis batuan pada kedaan fisika
tertentu dan pada range frekuensi yang luas, juga dengan beragam teknik. Secara umum,
sifat atenuasi batuan alam jauh lebih tinggi daripada sifat atenuasi mineral.
Data eksperimen (laboratorium) menunjukkan bahwa Q
1
hampir tidak bergantung frekuensi
(atau sebanding dengan frekuensi) pada range frekuensi (10
-2
10
7
Hz), khususnya untuk
batuan kering.
Martin dkk (1992) mempelajari sifat-sifat atenuasi dan modulus dispersi pada batu granit
Sierra White pada range frekuensi 10
-2
hingga 10
6
Hz dan menemukan tidak adanya
ketergantungan terhadap frekuensi untuk batu kering, tapi untuk batuan yang dijenuhkan
oleh air, nilai Q
1
sangat bergantung frekuensi (meningkat dari 0,012 0,060).
Untuk menganalisis ketergantungan terhadap frekuensi, Hamilton (1972) menggunakan
hubungan empiris


di mana
1
merupakan koefisien atenuasi untuk frekuensi acuan f
1
= 1kHz; di sini f dalam kHz
dan n adalah pangkat frekuensi.
Pada beberapa batuan sangat porus, Q
1
merupakan komponen yang bergantung pada
frekuensi. Ketergantungan komponen Q
1
pada frekuensi disebabkan oleh ketergantungan
atenuasi fluida pada frekuensi; perilaku viskoelastik menghasilkan nilai Q
1
sebanding
dengan frekuansi (atau sebanding dengan kuadrat frekuensi).
Pengaruh lain fluida pada ketergantungan frekuensi telah dirumuskan oleh Wyllie dkk
(1962) untuk penurunan logaritmik sebagai berikut:
= A+ B f
Juga, bentuk yang terkait dengan Q atau adalah
=
1
f +
2
f
2

103. Patahan-patahan, retakan-retakan kecil, tekstur dan lainnya memberikan pengaruh yang
berbeda pada besaran atenuasi. Keberadaan retakan-retakan kecil, patahan, dan cacat lain
tersebut di dalam batuan kompak menyebabkan apa saja besaran atenuasi tersebut ?
peningkatan atenuasi (dan penurunan kecepatan)
ketergantungan atenuasi terhadap tekanan (berkurang terhadap peningkatan tekanan)
dan kecepatan (meningkat dengan peningkatan tekanan) sebagai hasil tertutupnya
patahan dan pengembangan kontak.

104. Sifat apa saja yang mempengaruhi atenuasi gelombang seismik dari batuan sedimen porus ?
Sifat-sifat atenuasi batuan sedimen porus dipengaruhi oleh:
Sifat penyusun batuan, khususnya ikatan partikel, sementasi, dan porositas.
Sifat fluida pori dan interaksi antara unsur-unsur utama batuan berbeda (khususnya
interaksi antara komponen padat dan komponen fluida).
Tekanan dan suhu.
107. Sumber atenuasi yang berasal dari alam sangatlah rumit. Terdapat beberapa teori dan
metode untuk menjelaskan efek atenuasi dan beragam ketergantungannya. Pada
kenyataannya, perilaku tak elastik tidak dapat dinyatakan dengan satu model atau
mekanisme sederhana. Maka harus diasumsikan aksi dan reaksi berbagai mekanisme serta
ciri-ciri fisik baik yang diketahui maupun tidak. Terdapat dua konsep model pendekatan yaitu
pendekatan makroskopik dan pendekatan mikroskopik. Sebutkan model-model pendekatan
apa saja pada kedua konsep pendekatan tersebut!
Metode pertama adalah untuk menerangkan sifat fisis alami dari atenuasi dalam istilah
rumusan umum elastisitas liniar (hukum Hook) atau dengan memodifikasikan rumusan
untuk memperbolehkan ketidaklinieratisan secara umum.Teori dan model kedua adalah
dengan menggunakan deskripsi secara fisika dan matematika terhadap mekanisme atenuasi
yang mungkin.

108. Perilaku deformasi makroskopik digambarkan dengan gabungan komponen elastik dan
elemen viskos. Pada deskripsi modelnya, dua bagian ini disimbolkan dengan sebuah pegas
dan sebuah elemen redaman, dan disebut "model rheologic". Bagaimana konsepnya untuk
model rheologi Maxwell, Kelvin-Voigt dan Model zener?
A) Rheologi Maxwell
Model Maxwell dapat diwakili oleh peredam murni viscous dan pegas elastis murni yang
dihubungkan secara seri seperti pada diagram.



Dibawah tekanan aksial, tegangan total dan regangan total dirumuskan:

dimana subskrip D menunjukkan stress / ketegangan dalam damper dan subskrip S
menunjukkan stress / ketegangan pada pegas. Model ini menggunakan fluida Newtonian
sebagai peredam dan pemodelan pegas dengan hukum Hooke.
Dalam bahan Maxwell, stres , regangan , dan harga berubah terhadap waktu t diatur oleh
persamaan dalam bentuk

Persamaan ini dapat diterapkan baik untuk tegangan geser atau tegangan seragam dalam
suatu material. Dalam kasus sebelumnya, viskositas untuk fluida Newtonian.
Model ini biasanya diterapkan pada kasus deformasi kecil. Untuk deformasi besar kita harus
mencakup beberapa geometri non-linearitas.

B) Rheologi Kelvin-Voigt


Model Kevin-Voight didiskusikan untuk kasus isotropik dan homogen. Susunan pegas
(elastis) yang paralel dan elemen-elemen yang viscous akan menghasilkan strain yang
homogen. Stressstrainterdiri dari 2 bagian yang elastis,

Kedua rumus tersebut akan menghasilkan

Untuk sifat solid dengan sifat viscous dan elastis, hubungan antara stress-strain dapat
dimodifikasikan menjadi bentuk sebagai berikut :



C) Rheologi Zener
The linear padat (SLS) model standar, juga dikenal sebagai model Zener, adalah metode
pemodelan perilaku dari bahan viskoelastik menggunakan kombinasi linear dari pegas dan
damper untuk mewakili komponen elastis dan kental. Model ini terdiri dari dua sistem
secara paralel. Yang pertama, disebut sebagai lengan Maxwell, berisi pegas (E = E2) dan
dashpot (viskositas \ eta) secara seri. Sistem lain hanya berisi pegas (E = E1). Model Maxwell
tidak menggambarkan perambatan atau pemulihan, model Kelvin-Voigt tidak
menggambarkan stres relaksasi. SLS adalah model sederhana yang memprediksi kedua
fenomenatersebut.

Bahan yang mengalami regangan sering dimodelkan dengan komponen mekanis, seperti
pegas (komponen kekuatan restoratif) dan dashpots (komponen redaman).
SLS melibatkan unsur-unsur baik secara seri dan paralel. Pegas, yang merupakan komponen
elastis dari bahan viskoelastik, mematuhi Hukum Hooke:


dimana adalah tegangan diterapkan, E adalah Modulus Young material, dan adalah
regangan. Pegas merupakan komponen elastik. Dashpots merupakan komponen kental dari
bahan viskoelastik. Dalam elemen ini, stres diterapkan bervariasi dengan tingkat perubahan
terhadap waktu dari strain:
dimana adalah viskositas komponen dashpot.
Hubungan stress dan strain dapat ditunjukkan oleh rumus:

109. Bagaimana persamaan kecepatan gelombang elastic P yang diperoleh dari model Kelvin-
Voigt yang homogen-isotrop?
Persamaan kecepatan gelombang elastic P yang diperoleh dari model Kelvin-Voigt yang
homogen-isotrop adalah sebagai berikut :

110. Bagaimana persamaan koefisien atenuasinya pada gelombang elastic P yang diperoleh dari
model Kelvin-Voigt yang homogen-isotrop?
Persamaan koefisien atenuasinya pada gelombang elastic P yang diperoleh dari
model Kelvin-Voigt yang homogen-isotrop adalah sebagai berikut :

111. Apa penyebab ketidakelastisan media sehingga terjadi disipasi gesekan di antara matrik?
Ketidakelastisan media disebabkan oleh mineral atau bahan matrik padat yang ada pada
batuan. Hal tersebut menyebabkan atenuasi matrik. Disipasi gesekan diakibatkan adanya
gerak relatif pada batas-batas butiran dan permukaan retakan. Ketidakelastisan intrinsik
mineral secara umum bernilai kecil pada kristal, nilai Q lebih tinggi beberapa ribu, sedangkan
pada batuan, nilainya lebih rendah beberapa ratus. Sehingga atenuasi intrinsik dalam
mineral dapat diabaikan jika dibandingkan terhadap atenuasi akibat gesekan relatif antar
butiran dan retakan.
112. Bagaimana konsep mekanisme fluida pada pori-pori dan retakan terjadi?
Aliran fluida di dalam ruang pori yang terpicu oleh stress gelombang elastik merupakan salah
satu penyebab atenuasi. Gerakan fluida menghasilkan stress-stress geser di dalam fluida dan
mengakibatkan adanya disipasi viskositas pada energi gelombang. Mekanisme viskositas di
dalam atenuasi berbanding lurus dengan frekuensi kuadrat. Mekanisme ini digolongkan
dalam dua jenis, yaitu aliran tetap dan aliran pancar.
Teori Biot tentang perilaku elastik dan tak elastik untuk batuan porus dan permeabel
menghasilkan persamaan kecepatan gelombang. Gerak osilasi fluida pori viskos
menghasilkan ketergantungan energi hilang gelombang seismik terhadap frekuensi. Pada
frekuensi tertentu, gerak ini dapat dijelaskan sebagai aliran Poiseulle (laminer). Koefisien
atenuasi untuk gelombang P dan gelombang S sebesar kuadrat frekuensi. Mekanisme Biot
membahas aliran bulk dalam pori-pori (aliran global), tapi meniadakan aliran dalam retakan
dan aliran pori.
Aliran fluida dalam retakan kadang disebut aliran pancar, pertama kali diteliti sebagai
mekanisme atenuasi oleh Marko dan Nur. Modelnya terdiri dari distribusi retakan atau pori-
pori tersaturasi sebagian. Ini diasumsikan bahwa cairan dipisahkan ke dalam tetes-tetes
pada masing-masing pori dan aliran sebagai pori yang dideformasi, tiap-tiap pori tidak saling
berinteraksi. Untuk turunan matematisnya, individual pori harus dipertimbangkan menjadi
dua dimensi termasuk penggunaan strain bidang dan frekuensi rendah.

Anda mungkin juga menyukai